• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatakan Prestasi Belajar Matematika pada Materi Pengukuran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Siswa Kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatakan Prestasi Belajar Matematika pada Materi Pengukuran Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Siswa Kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi Tahun"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di SD N Cakung Timur 05 Pagi yang terletak di

Kecamatan Cakung Timur, DKI Jakarta tepatnya Jakarta Timur. SD N Cakung

Timur 05 Pagi memiliki lingkungan sekolah yang masih sejuk dan tenang karena

letaknya tepat di pinggiran DKI Jakarta dan pada perbatasan antara DKI Jakarta

dan kota Bekasi. Suasana yang masih asri dan ditambah dengan pengelolaan

lingkungan sekolah yang baik sangat mendukung suasana belajar belajar menjadi

nyaman.

Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Kelas 1 A SD N

Cakung Timur 05 Pagi berjumlah 29 orang terdiri dari 17 laki-laki dan 12

perempuan. Dalam pembelajaran Matematika prestasi belajar siswa masih rendah.

Hal tersebut berdasarkan data yang didapatkan peneliti selama prasiklus dengan

wawancara wali kelas, observasi, dan data nilai ulangan tema 7 (analisis nilai

ketuntasan KD Matematika). Berdasarkan hasil analisis nilai ketuntasan KD

Matematika dari 29 siswa hanya 15 siswa yang dapat mencapai KKM dan 14

siswa tidak mencapai KKM dengan nilai KKM yaitu 66.

4.1. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus dan

terdiri dari 3 pertemuan tiap siklus. Pertemuan yang terdiri dari 2 pembelajaran

tatap muka dan tes formatif untuk pertemuan ketiga. Pada setiap siklus terdiri dari

4 tahap yaitu : planning (Perencanaan), action (Tindakan), observation

(Pengamatan), dan reflection (Refleksi).

4.1.1. Pelaksanaan Siklus 1

Planning (Perencanaan)

Perencaan ini bertujuan untuk merancang segala yang akan dilakukan

selama proses siklus berlangsung. Termasuk didalamnya antara lain: identifikasi

(2)

2

model pembelajaran kooperatif dan pendekatan saintifik. Merancang

pembelajaran yang dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP).

Menentukan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika dalam

Tema 8 (Peristiwa Alam) dengan mengambil Subtema 1 (Peristiwa Siang dan

Malam). Kompetensi yang ditentukan berdasarkan Buku Guru Tema 8 yaitu KD

3.9 yaitu Membandingkan panjang, berat, lamanya waktu, dan suhu menggunakan

benda/situasi konkret. Serta KD 4.9 yaitu mengurutkan benda/kejadian/keadaan

berdasarkan panjang, berat, lamanya waktu, dan suhu.

Menentukan materi pokok pembelajaran yaitu Pengukuran Panjang Benda

yang dipecak menjadi 4 indikator pembelajaran yaitu: (1) Menentukan

pengukuran panjang benda dengan menggunakan alat ukur tidak baku berupa

benda konkret (2) Melakukan pengukuran panjang benda dengan menggunakan

alat ukur tidak baku berupa benda konkret secara benar (3) Menjelaskan hasil

persamaan dan perbedaan panjang benda dengan menggunakan alat ukur tidak

baku dengan benar (4) Menentukan hasil pengukuran panjang benda dengan

menggunakan istilah kurang dari, lebih dari, dan sama dengan dengan tepat.

Memilih bahan pelajaran yang sesuai. Merumuskan tujuan pembelajaran yang

akan dicapai oleh siswa sesuai dengan Kompetensi Dasar dan Indikator yang telah

dibuat. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan.

Menyusun lembar kerja kelompok. Mengembangkan format evaluasi.

Mengembangkan format observasi pembelajaran.

Action (Tindakan)

Pada pelaksanaan tindakan dilaksanakan untuk 3 pertemuan. Pertemuan

pertama yang dilakukan pada hari Senin, 3 April 2017. Pada siklus 1 pertemuan

pertama terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,

dan kegiatan penutup.

Kegiatan pendahuluan terdiri dari 4 langkah: (1) Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing -masing. Pada langkah ini siswa terlihat bersemangat dan berdoa dengan keyakinan

(3)

3

kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan

dengan kegiatan pembelajaran. Pada langkah ini siswa sudah sangat siap untuk

mengikuti proses pembelajaran. (3) Guru menginformasikan tentang materi yang akan dipelajari yaitu “Pengukuran Panjang Benda”. (4) Guru melakukan apersepsi dengan memberikan 3 pertanyaan pokok mengenai definisi pengukuran,

pentingnya pengukuran dalam kehidupan, dan membahas mengenai beberapa

benda yang memiliki karakter ukuran tertentu pada saat siang hari dan malam

hari. Pada langkah ini siswa terlihat lebih antusias dan bersemangat terutama saat

membahas tentang perbedaan karakter benda-benda saat siang dan malam hari.

Banyak dari siswa yang baru mengetahui dan menyadari tentang hal tersebut.

Pembahasan tersebut dirasa menjadi sangat penting untuk menambah wawasan

siswa bahwa banyak hal-hal unik yang terjadi di kehidupan sekitar dan tidak

banyak orang menyadari akan fakta tersebut.

Setelah kegiatan pendahuluan, pembelajaran masuk ke tahap kegiatan inti

yang terdiri dari 12 langkah kegiatan. Kegiatan inti diawali dengan menunjukan

beberapa gambar yang terdiri dari macam-macam alat ukur baku dan tidak baku.

Selain menunjukan gambar, guru menjelaskan tentang perbedaan alat ukur baku

dan tidak baku yang dapat ditemui di sekitar dalam kehidupan sehari-hari. Siswa

mengamati dan mendengarkan penjelasan guru dengan seksama dan terdapat 2

siswa yang bertanya mengenai penjelasan guru tersebut. setelah itu masuk ke

langkah kegiatan kedua, siswa diajak untuk menunjukan anggota tubuh yang

dapat digunakan sebagai alat ukur panjang benda berupa jengkal, depa dan

langkah kaki dengan mempraktikanya. Dalam hal ini semua siswa terlihat sangat

bersemangat karena siswa diajak untuk melakukan gerakan tertentu sehingga

siswa tidak merasa bosan setelah mendengarkan penjelasan guru. Setelah itu guru

memberikan contoh pengukuran panjang papan tulis dengan menggunakan

jengkal tangan dan siswa mengamati contoh pengukuran papan tulis tersebut.

Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 orang dan

memberikan waktu selama 3 menit untuk berdiskusi menentukan ketua kelompok

masing-masing. Dalam kegiatan ini terdapat 2 kelompok yang kesulitan

(4)

4

membimbing 2 kelompok tersebut dalam menentukan ketua kelompok dan

akhirnya masing-masing kelompok dapat menentukan ketuanya. Guru

mencontohkan kembali pengukuran tali menggunakan jengkal. Setelah itu, guru

meminta setiap ketua kelompok untuk maju kedepan dan mempraktekan

pengukuran tali sesuai yang dicontohkan guru. Hal tersebut bertujuan untuk

mengajarkan siswa sebagai pemimpin kelompoknya dalam mengarahkan anggota

kelompoknya jika terjadi kesalahan saat pengukuran tali. Setelah itu guru

menjelaskan instruksi tentang cara kerja kelompok dan siswa mendengarkan

dengan seksama dan guru juga menuliskan instruksi di papan tulis guna siswa

akan lebih jelas dan tidak akan lupa setiap langkah cara kerja kelompok.

Kemudian guru menjelaskan tentang Lembar Kerja Kelompok sebelum dibagikan

ke setiap kelompok. Penjelasan mengenai Lembar Kerja Kelompok menjadi hal

yang sangat penting dalam langkah model kooperatif. Dalam hal ini akan

memudahkan guru untuk menilai hasil kerja kelompok siswa. Kemudian guru

membagikan satu tali kepada masing-masing kelompok dan siswa berkerja secara

kelompok dan guru hanya berkeliling untuk memeriksa jika siswa mengalami

kesulitan bahkan terdapat beberapa siswa yang masih kesulitan dan bingung

menggunakan jengkal untuk mengukur tali. Setelah waktu kerja kelompok habis,

setiap kelompok maju ke depan untuk mempresentasikan hasil kerja

kelompoknya. Hasilnya dari 5 kelompok terdapat 1 kelompok yang masih

memiliki kekeliruan dengan hasil kerja kelompoknya yaitu kelompok 4. Terdapat

2 hasil pengukuran yang masih kurang sesuai. Kemudian guru meminta 2 siswa

tersebut untuk mengulang pengukuranya dengan benar dibantu dengan anggota

kelompok lainya. Tentu hal tersebut guru membimbing kedua siswa tersebut

dengan menunjukan cara pengukuran menggunakan jengkal dengan benar.

Setelah kegiatan inti, pembelajaran diakhiri dengan kegiatan penutup yang

meliputi 4 langkah kegiatan. Guru memberikan kesempatan siswa untuk

memberikan pendapatnya mengenai proses pembelajaran pada hari itu, tetapi

kurangnya respon siswa dalam memberikan pendapatnya dan hanya 2 anak saja

yang berani mengutarakan pendapatnya. Bersama-sama guru dan siswa membuat

(5)

5

yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi) dalam langkah

ini siswa tidak memiliki pertanyaan dan dianggap bahwa tujuan pembelajaran hari itu sudah tercapai. Pertemuan 1 ditutup dengan do’a bersama yang dipimpin oleh salah satu siswa.

Pertemuan kedua dilakukan pada hari Rabu, 5 April 2017. Pertemuan

kedua terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan

kegiatan penutupan. Kegiatan pendahuluan terdiri dari 5 langkah kegiatan dan

tidak banyak berbeda dengan pertemuan pertama. Perbedaanya hanya terletak

pada review atau pengulasan kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Pada langkah ini siswa masih ingat dengan jelas apa yang dipelajari di hari

sebelumnya tentang pengukuran panjang benda.

Setelah itu masuk ke kegiatan inti yang terdiri dari 10 langkah kegiatan.

Kegiatan dimulai dengan diskusi singkat mengenai permainan sepak bola yang

dilakukan saat siang hari. Setelah itu guru mengajak siswa untuk ke lapangan

sekolah dan bersama-sama mengukur panjang lapangan sekolah dengan langkah

kaki. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengukur panjang lapangan sekolah

dan didapatkan hasil pengukuran yang berbeda-beda. Setelah itu guru mengajak

siswa kembali ke kelas dan mengulas tentang pengukuran lapangan sekolah yang

telah dilakukan. Dalam langkah ini berjalan dengan baik, siswa pun memberikan

pendapatnya dengan tepat mengenai hasil pengukuran lapangan sepak bola bahwa

hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur tidak baku akan menghasilkan

hasil pengukuran yang berbeda-beda. Setelah itu guru menunjukan pengukuran

panjang benda yang ada di kelas dengan menggunakan alat ukur yang

berbeda-beda. Siswa memperhatikan dengan seksama apa yang dicontohkan oleh guru

sembari guru memberikan beberapa pertanyaan terkait pengukuran tersebut.

kemudian guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang

dan setiap kelomppok menentukan ketua kelompoknya. Dalam penentuan

kelompok ini memiliki aturan tersendiri bahwa siswa yang telah mendapat giliran

sebagai ketua kelompok di hari sebelumnya tidak boleh menjadi ketua kelompok

kembali. Hal tersebut bertujuan agar siswa yang lain dapat merasakan untuk

(6)

6

saja yang bisa belajar menjadi pemimpin, tetapi siswa lain juga dapat mendapat

pengalaman menjadi pemimpin di kelompoknya. Dalam hal ini tidak ada masalah

semua kelompok menerima anggota dan menentukan ketua masing-masing

dengan sangat tertib dan lebih teratur daripada hari sebelumnya. Setelah kelompok

terbentuk, guru menjelaskan instruksi cara kerja kelompok dan Lembar Kerja

Kelompok, siswa memperhatikan penjelasan guru. Setelah itu kelompok langsung

memulai kerja kelompok. Hambatan yang muncul terdapat pada proses

pengukuran kelompok, dikarenakan ada 1 kelompok yang hanya terdiri dari 4

orang, sedangkan pada Lembar Kerja Kelompok terdapat 5 jenis benda yang harus

diukur. Sehingga terjadi pertengkaran di dalam kelompok tersebut bahwa

memperebutkan giliran untuk kedua kalinya. Dalam masalah ini, guru mencoba

memfasilitasi kelompok tersebut untuk menentukan satu kesepakatan dan guru

hanya sebagai mediator untuk memancing kelompok tersebut memecahkan sendiri

masalah tersebut dan akhirnya mendapatkan satu kesepakatan bahwa yang

mendapat giliran kedua adalah ketua kelompok. Setelah itu setiap kelompok

mempresentasikan hasil kerja kelompok ke depan kelas dan guru mencoba

mengevaluasi dan meluruskan jika terdapat kekeliruan pada laporan kelompok.

Pertemuan kedua ditutup oleh kegiatan penutup yang terdiri dari 4 langkah

kegiatan. Dalam kegiatan penutup respon siswa dalam memberikan pendapatnya

masih kurang sehingga perlu adanya usaha guru untuk memberikan stimulasi

tertentu untuk mendorong siswa agar lebih percaya diri dalam mengutarakan

pendapatnya.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat, 7 April 2017. Pertemuan

ini merupakan hari terakhir dalam siklus 1 penelitian tindakan kelas ini.

Pertemuan ketiga terdiri dari kegiatan pendahuluan yang meliputi review atau

pengulasan kembali tentang materi Pengukuran Panjang Benda secara

keseluruhan dan memberikan kesempatan pada siswa untuk menyatakan pendapat

maupun pertanyaan terkait materi tersebut. Setelah itu siswa melakukan tes

(7)

7 Observation (Pengamatan)

Pengamatan penelitian tindakan kelas merupakan salah satu penilaian non

tes yang dilakukan oleh guru kelas dalam hal ini sebagai observer. Dalam hal ini

sebagai alat penilaian keberhasilan dari metode yang diterapkan oleh peneliti

terhadap penelitian tindakan kelas. Lembar pengamatan yang telah disusun oleh

peneliti berupa penilaian skor. Instrument lembar pengamatan yang telah disusun

berupa lembar pengamatan penerapan metode kooperatif oleh guru, aktivitas

siswa dan lembar pengamatan kelompok.

Adapun penilaian pengamatan aktivitas siswa pada siklus 1 yang dapat

dilihat dari tabel 4.1 untuk pertemuan 1 dan tabel 4.2 untuk pertemuan 2 berikut

ini:

1 Kesiapan siswa menerima pelajaran √

2 Siswa antusias saat guru menyampaikan materi dan

tujuan pembelajaran

3 Siswa mampu menjawab pertanyaan dalam kegiatan

apersepsi

4 Siswa menyimak penjelasan awal guru tentang materi

pembelajaran

5 Siswa memperhatikan saat guru memberikan contoh

pengukuran panjang benda

6 Siswa antusias saat pembentukan kelompok secara

heterogen yang terdiri dari 5-6 orang

7 Siswa tertib saat menentukan ketua kelompok √

8 Siswa menyimak penjelasan guru tentang lembar

kerja kelompok

(8)

8 cara kerja kelompok

10 Siswa dapat saling bekerja sama dalam kelompok

masing-masing sesuai dengan instruksi yang

diberikan guru

11 Siswa terlihat senang dan antusias selama proses

pembelajaran

12 Siswa dengan berani dan percaya diri saat

mempresentasikan laporan hasil kerja kelompok

masing-masing

13 Siswa aktif menanggapi laporan hasil kerja kelompok

lain

14 Siswa mampu menjawab dengan benar

pertanyaan-pertanyaan dari guru

15 Siswa aktif dalam menyimpulkan materi

pembelajaran

Total Skor 2 14 21 0

37

Berdasarkan data tersebut penilaian aktivitas siswa pada pertemuan 1

adalah B untuk Baik dengan perolehan skor total adalah 37. Dalam hal ini

penilaian terhadap ketertiban dan keaktifan siswa masih kurang baik. Hal tersebut

dikarenakan dalam munculnya permasalahan kepercayaan diri siswa di kelompok

1 dan 4 dalam kegiatan penentuan ketua kelompok. Keaktifan siswa untuk

menanggapi presentasi kelompok lain masih dinilai kurang baik dikarenakan

beberapa hal teknis seperti volume suara penyaji laporan yang kurang jelas dan

masih adanya siswa yang malu untuk berbicara memberikan pendapatnya. Secara

keseluruhan aktivitas siswa dalam menyimak penjelasan guru mengenai materi

maupun arahan dan instruksi pembelajaran sudah baik. Selain itu dalam

pengerjaan kelompok juga sudah baik dan hanya terdapat permasalahan mengenai

(9)

9

teratasi oleh guru yang kembali mencontohkan menggunakan jengkal dengan

benar.

1 Kesiapan siswa menerima pelajaran √

2 Siswa antusias saat guru menyampaikan materi dan

tujuan pembelajaran

3 Siswa mampu menjawab pertanyaan dalam kegiatan

apersepsi

4 Siswa menyimak penjelasan awal guru tentang

materi pembelajaran

5 Siswa memperhatikan saat guru memberikan contoh

pengukuran panjang benda

6 Siswa antusias saat pembentukan kelompok secara

heterogen yang terdiri dari 5-6 orang

7 Siswa tertib saat menentukan ketua kelompok √

8 Siswa menyimak penjelasan guru tentang lembar

kerja kelompok

9 Siswa menyimak penjelasan guru tentang instruksi

cara kerja kelompok

10 Siswa dapat saling bekerja sama dalam kelompok

masing-masing sesuai dengan instruksi yang

diberikan guru

11 Siswa terlihat senang dan antusias selama proses

pembelajaran

12 Siswa dengan berani dan percaya diri saat

mempresentasikan laporan hasil kerja kelompok

masing-masing

(10)

10 13 Siswa aktif menanggapi laporan hasil kerja

kelompok lain

14 Siswa mampu menjawab dengan benar

pertanyaan-pertanyaan dari guru

15 Siswa aktif dalam menyimpulkan materi

pembelajaran

Total Skor 1 10 24 4

39

Berdasarkan data tersebut penilaian aktivitas siswa pada pertemuan 1

adalah B untuk Baik dengan perolehan skor total adalah 39. Terlihat jika

dibandingkan pada pertemuan sebelumnya hanya mendapat total skor 37.

Peningkatan ini cenderung pada ketertiban siswa dalam proses pembentukan

kelompok dan penentuan ketua kelompok. Dimana guru penggunaan aturan (rule)

cukup efektif untuk mengajarkan siswa agar untuk disilpin dan tertib. Hanya saja

tidak ada perubahan dalam poin keaktifan siswa dalam hal ini memberikan

pendapat atau tanggapan terhadap presentasi kelompok dan memberikan pendapat

tentang pembelajaran. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi guru untuk

bagaimana memberikan stimulasi kepada siswa untuk lebih percaya diri dan

berani mengajukan pendapatnya.

Hasil Tindakan

Setelah pelaksanaan kegiatan siklus 1 maka diperoleh hasil belajar

Matematika pada tema 8 (Peristiwa Alam), sub tema 1 (Peristiwa Siang dan

Malam) dengan materi mata pelajaran Matematika Pengukuran Panjang Benda

kelas 1 SDN Cakung Timur 05 Pagi. Penilaian pengamatan nilai kinerja

kelompok, nilai Lembar Kerja Kelompok dan hasil tes formatif individu pada

(11)

11

Adapun hasil penilaian pengamatan kelompok selama siklus 1 dalam tabel

4.3 berikut:

Tabel 4.3

Lembar Pengamatan Aktivitas Kelompok Siklus 1

Kelompok Nilai

1 75

2 67,5

3 67,5

4 77,5

5 75

Berdasarkan data tersebut didapatkan rata-rata nilai yaitu 72,5. Diperoleh

nilai terendah terdapat pada kelompok 2 dan 3. Adapun hal-hal yang menjadi

bahan evaluasi yaitu dalam hal penggunaan waktu, pembagian tugas kelompok,

kontribusi tiap anggota kelompok penyelesaian tugas kelompok, kerja sama antar

anggota kelompok, pengamatan dalam presentasi laporan kelompok yang belum

jelas dikarenakan volume suara penyaji yang tidak terdengar ke seluruh kelas,

serta hasil penyelesaian tugas kelompok terdapat beberapa poin presentasi yang

masih belum tepat dan tidak sesuai. Perlu adanya stimulasi dari guru untuk

mendorong kelompok agar dapat lebih memperbaiki hal-hal tersebut. dalam hal

penggunaan waktu kelompok sebaiknya guru memberikan aba-aba jika sudah

mendekati waktu habis misalnya 10 hingga 5 menit sebelum waktu habis, guru

dapat memberi tanda dan memantau lebih dalam tentang kesulitan setiap

kelompok. Lalu dalam hal pembagian tugas anggota kelompok yang masih belum

merata sehingga masih berebut tugas dan tidak mengindahkan untuk secara

bergiliran dalam mengerjakan tugas kelompok. Sehingga hanya beberapa orang

saja yang dominan dalam kelompok. Guru dapat menekankan kembali bahwa

tugas kelompok harus dikerjakan secara bersama-sama dan kerja tim sangat

penting. Dalam hal presentasi masih dinilai kurang jelas dikarenakan volume

suara penyaji yang tidak keras sehingga siswa yang duduk di belakang tidak dapat

mendengar presentasi dengan jelas dan akhirnya ribut mengobrol dan tidak dapat

(12)

12

memberikan aturan bahwa setiap kelompok harus/wajib membuat minimal 1

pertanyaan ataupun tanggapan berupa pendapat terhadap presentasi kelompok

lain. Sehingga siswa dapat lebih fokus untuk menyimak setiap presentasi.

Diperoleh penilaian terhadap Lembar Kerja Kelompok dapat dilihat dalam tabel

4.4 berikut:

Tabel 4.4

Penilaian Lembar Kerja Kelompok Siklus 1

Kelompok Pertemuan Rata-rata

1 2

1 88 95 91,5

2 90 78 84

3 83 77 80

4 95 95 95

5 89 91 90

Rata-rata Kelas 88,1

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa kelompk 3 mendapat nilai

rata-rata terendah yaitu 80. Pada pertemuan 1 kelompok 4 kurang teliti dalam

melakukan pengukuran tali. Sebanyak 2 anggota kelompok tidak melakukan

pengukuran dengan benar dikarenakan tidak memperhatikan dengan baik saat

guru memberi contoh menggunakan jengkal yang benar. Akibatnya hasil

pengukuran panjang tali tersebut tidak tepat. Hal tersebut mengurangi poin yang

didapatkan kelompok pada pengerjaan lembar kerja kelompok. Selain itu pada

pertemuan ke-2 pun kurang memperhatikan instruksi dari guru dan akhirnya

melakukan kesalahan kedua kalinya dalam praktek kelompok yang berakibat pula

pada pengurangan poin terhadap lembar kerja kelompok. Untuk nilai rata-rata

tertinggi diraih oleh kelompok 1 dengan nilai 91,5 yang mana sejak dari

pertemuan pertama kelompok sudah terlihat serius memperhatikan penjelasan

instruksi guru dan memiliki kinerja tim yang sudah baik. Berdasarkan nilai

rata-rata keseluruhan kelompok maka diperoleh nilai rata-rata-rata-rata lembar kerja kelompok

(13)

13

Adapun perolehan prestasi belajar Matematika berupa penilaian tes

formatif yang telah dilaksanakan pada pertemuan ketiga siklus 1 yang terdapat

pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5

Penilaian Prestasi Belajar Matematika Tes Formatif Siklus 1

Prestasi Belajar Matematika Skor

Skor Rata-Rata 77

Skor Terendah 57

Skor Tertinggi 93

Dapat dilihat pada tabel 4.5 tersebut maka diperoleh bahwa prestasi belajar

Matematika siswa kelas 1 pada materi Pengukuran Panjang Benda setelah

dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif maka diperoleh nilai rata-rata

siswa mencapai 77 dengan nilai terendah yaitu 57, dan nilai tertinggi adalah 93.

Berdasarkan frekuensi prestasi belajar Matematika pada tes formatif

berdasarkan ketuntasan (KKM) Matematika kelas 1 pada siklus 1 materi

Pengukuran Panjang Benda dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6

Frekuensi Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan KKM

Siklus 1

Ketuntasan Skor

Siklus II

Frekuensi Persentase (%)

Tuntas ≥66 20 69

Tidak Tuntas <66 9 31

Jumlah 29 100

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pada frekuensi prestasi belajar

Matematika setelah dilakukan tindakan menggunakan model Kooperatif pada

materi Pengukuran Berat Benda kelas 1 diukur dengan nilai KKM 66 sebanyak 20

siswa telah mencapai KKM, sedangkan sebanyak 9 siswa dinyatakan tidak tuntas.

Sehingga diperoleh persentase keberhasilan penerapan model kooperatif pada

prestasi belajar Matematika sebesar 69% Tuntas dan 31% Tidak Tuntas.

Berikut merupakan prestasi belajar Matematika siklus 1 berdasarkan KKM

kelas 1 SDN Cakung Timur 05 Pagi tema 8 (Peristiwa Alam) dengan sub tema

(Peristiwa Siang dan Malam) yang disajikan dalam bentuk grafik lingkaran

(14)

14

Grafik 4.1 Reflectionn (Refleksi)

Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dan pengamatannya telah

dilakukan pada siklus 1. Langkah selanjutnya melakukan refleksi atas kegiatan

yang dilakukan pada siklus 1. Guru bersama dengan observer telah berdiskusi

untuk mengevaluasi atas keseluruhan siklus 1 yang telah dilakukan.

Mendiskusikan beberapa hal penting yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki pada

siklus selanjutnya yaitu siklus 2.

Hal yang perlu diperbaiki oleh guru meliputi hal-hal seperti pengelolaan

kelas, pembentukan kelompok, dan menstimulasi siswa untuk mengutarakan

tanggapan di kelas. Hal pertama adalah pengelolaan kelas, dalam pelaksanaanya

guru kurang memperhatikan siswa yang duduk di sisi belakang. Salah satunya saat

guru menunjukan contoh mengukur panjang papan tulis dengan menggunakan

jengkal yang baik dan benar. Guru lebih banyak memberikan fokus pada siswa

yang duduk di depan, sehingga saat itu siswa yang duduk di sisi belakang lebih

banyak sibuk mengobrol sendiri daripada memperhatikan contoh yang ditunjukan

oleh guru. Akibatnya saat kerja kelompok 2 siswa bingung untuk melakukan

pengukuran panjang tali menggunakan jengkal dengan benar yang mengakibatkan

tidak tepatnya jawaban pada lembar kerja kelompok sehingga mendapat

pengurangan poin kelompok. Selain itu dalam proses pembentukan kelompok,

khususnya pada penentuan ketua kelompok masih kurangnya kepercayaan diri

siswa untuk mengemban tugas sebagai ketua kelompok. Hal tersebut terjadi pada

saat pertemuan pertama. Sehingga perlu adanya usaha guru untuk mendorong

siswa agar dapat memiliki kepercayaan pada diri sendiri maupun teman Persentase Prestasi Belajar Matematika pada Penerapan Model

Kooperatif Siswa Kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi Siklus I

Tuntas

(15)

15

sekelompoknya dalam mengemban tanggungjawab sebagai pemimpin. Hal

terakhir mengenai kepercayaan diri siswa dalam mengutarakan pikiranya di depan

umum. Terlihat pada saat sesi presentasi kelompok dimana hanya 1 – 2 siswa saja

yang mengutarakan pendapatnya.

4.1.2. Pelaksanaan Siklus 2

Planning (Perencanaan)

Pada perencanaan siklus 2 ini bertujuan untuk merancang segala yang

akan dilakukan selama proses siklus berlangsung. Termasuk didalamnya antara

lain: Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan pada siklus 1 Menentukan

indikator pencapaian hasil belajar. Pengembangan program tindakan siklus 2.

Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan mempersiapkan media

pembelajaran.

Pada siklus 2 masih dalam pembahasan Tema 8 yaitu Peristiwa Alam.

Sedangkan untuk subtema 2 yaitu Kemarau. Menentukan materi pokok

pembelajaran yaitu Pengukuran Berat Benda yang dijabarkan menjadi menjadi 4

indikator pembelajaran yaitu: (1) Menentukan pengukuran berat benda dengan menggunakan alat ukur tidak baku berupa benda konkret.(2) Melakukan

pengukuran berat benda dengan menggunakan alat ukur tidak baku berupa benda

konkret secara benar. (3) Menjelaskan hasil persamaan dan perbedaan berat benda

dengan menggunakan alat ukur tidak baku dengan benar. (4) Mengurutkan hasil

pengukuran berat benda dengan menggunakan istilah kurang dari, lebih dari, dan

sama dengan dengan tepat. Mempersiapkan sumber, bahan, alat bantu, dan media

yang dibutuhkan. Menyusun lembar kerja kelompok. Mengembangkan dan

menyusun format evaluasi siklus 2. Mengembangkan format observasi

pembelajaran.

Action (Tindakan)

Pada pelaksanaan tindakan siklus 2 terdiri dari 3 pertemuan. Pertemuan

pertama yang dilakukan pada hari Senin, 10 April 2017. Pada siklus 1 pertemuan

pertama terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,

(16)

16

Kegiatan pendahuluan terdiri dari 4 langkah: (1) Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing -masing. Pada langkah ini siswa terlihat bersemangat dan berdoa dengan keyakinan

masing-masing. (2) Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar

kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan

dengan kegiatan pembelajaran. (3) Guru menginformasikan tentang materi yang

akan dipelajari yaitu “Pengukuran Berat Benda”. (4) Guru melakukan apersepsi

dengan bertanya jawab dengan siswa mengenai cuaca pada hari tersebut.

berdiskusi singkat mengenai cirri-ciri musim kemarau. Pada langkah ini siswa

banyak menyebutkan cirri utama cuaca saat musim kemarau yaitu panas. Lalu

guru bertanya kepada siswa apa yang biasa dirasakan oleh tubuh saat cuaca

sedang panas di siang hari. Siswa menjawab haus, lapar, dan berkeringat saat

bermain bola atau layangan. Setelah itu guru menjelaskan bahwa saat cuaca panas

tubuh harus banyak cairan sehingga perbanyak minum air putih agar tubuh tetap

sehat.

Setelah itu masuk ke kegiatan inti pertemuan pertama. Guru meminjam 2

botol minum siswa dan bertanya kepada siswa manakah yang lebih berat, apakah

botol yang ada di tangan kanan atau kiri ibu guru. Jawaban siswa pun lebih

banyak memilih botol minum yang berada di tangan kanan guru dan siswa

menjelaskan bahwa botol tersebut memiliki ukuran lebih besar daripada botol

minum yang berada di tangan kiri. Guru pun memberikan penjelasan bahwa

ukuran tempat/wadah tidak selalu menentukan berat suatu benda dan guru

memberitahu jawaban yang benar adalah botol yang berada di tangan kiri karena

walaupun botolnya memiliki ukuran yang lebih kecil tetapi air di dalam botol

lebih banyak daripada botol lainya. Langkah kedua yaitu siswa secara

berpasangan dengan teman sebelahnya mengukur berat botol minum

masing-masing dengan tangan dan membandingkan manakah yang lebih berat dan lebih

ringan, bahkan sama berat. Guru berkeliling untuk memantau kemampuan siswa

dalam menentukan hasil perbandingan berat botol minum. Terlihat bahwa siswa

masih kesulitan untuk membandingkan berat botol minum. Bahkan banyak yang

(17)

17

guru mengulang kembali membandingkan dua botol minum siswa dan

menjelaskan bagaimana menentukan mana yang lebih berat dan lebih ringan

dengan menggunakan bahasa yang lebih mudah untuk dipahami oleh siswa.

Kemudian guru menunjukan alat-alat yang diperlukan dan mencontohkan

bagaimana merakit alat ukur tidak baku menggunakan gantungan baju. Setelah itu

masuk pada proses pembentukan kelompok siswa yang dibagi ke dalam kelompok

yang terdiri dari 5-6 orang dan menentukan ketua kelompok masing-masing

dengan tetap menggunakan aturan bahwa jika siswa sudah pernah menjadi ketua

kelompok di dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya, siswa tersebut tidak bisa

menjadi ketua kembali. Bersamaan dengan aturan tersebut, guru memberikan

pandangan tugas dan tanggungjawab sebagai ketua kelompok. Hal tersebut

bertujuan untuk mendorong percaya diri siswa untuk belajar menjadi pemimpin

dalam kelompoknya. Hasilnya pada pertemuan pertama dalam siklus 2 ini banyak

siswa yang ternyata berebut menjadi ketua kelompok. Hal tersebut menunjukan

bahwa stimulasi yang diberikan oleh guru untuk menumbuhkan kepercayaan diri

siswa menjadi langkah yang sangat penting. Setiap kelompok diberikan waktu

selama 10 menit untuk merakit sendiri timbangan tidak baku menggunakan

alat-alat yang telah dipersiapkan oleh guru. Dalam pelaksanaanya semua kelompok

dapat menyelesaikan kurang dari 5 menit. Sehingga pembelajaran dilanjutkan

dengan aktivitas selanjutnya. Guru menjelaskan instruksi dan Lembar Kerja

Kelompok dan siswa terlihat lebih tenang dan bersemangat mendengarkan

penjelasan guru. Siswa mengerjakan tugas kelompok dengan bersemangat dan

tertib. Setiap kelompok maju ke depan dan mempresentasikan hasil kerja

kelompok dan guru membimbing jalanya presentasi kelompok. Pada pertemuan

ini siswa terlihat sangat senang mengikuti setiap tahapan dan mengikuti instruksi

guru dengan baik dan tertib. Dalam pertemuan ini siswa terlihat lebih banyak yang

aktif untuk mengutarakan pertanyan-pertanyaan dan pendapat mengenai

pembelajaran. Pengukuran Berat Benda.

Pertemuan kedua pada siklus 2 dilaksanakan pada hari Rabu, 12 April

2017 terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan

(18)

18

tidak banyak berbeda dengan pertemuan pertama. Perbedaanya hanya terletak

pada review atau pengulasan kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Pada langkah ini siswa masih ingat dengan jelas apa yang dipelajari mengenai

Pengukuran Berat Benda dan kegiatan mengukur berat benda dengan alat ukur

tidak baku berupa gantungan baju. Guru melakukan apersepsi dengan menunjukan

batu bata dan berdiskusi mengenai komponen penting dalam proses pembuatan

batu bata yaitu panas matahari pada saat musim kemarau.

Kegiatan inti yang terdiri dari 8 langkah kegiatan. Guru mencontohkan

pengukuran berat benda-benda di kelas dengan membandingkanya dengan berat

batu bata dengan menggunakan timbangan tidak baku gantungan baju. Siswa pun

terlihat sangat bersemangat dan menunjukan rasa ingin tahu saat proses

pengukuran beberapa benda dengan batu bata dilakukan oleh guru. Banyak siswa

yang ingin mencoba, tetapi guru hanya memilih beberapa siswa saja mengingat

efisiensi penggunaan waktu yang direncanakan. Setelah itu siswa dibagi ke dalam

kelompok yang terdiri dari 5 – 6 orang masing-masing kelompoknya. Pada proses

pembentukan kelompok secara heterogen maupun saat penentuan ketua

kelompok, siswa menunjukan respon yang sangat baik. Siswa menerima dengan

baik penentuan kelompok secara heterogen dan penentuan ketua kelompok pun

berjalan dengan teratur dan tertib dengan memberlakukan aturan yang sama

dengan pertemuan sebelumnya. Setelah itu guru meminta semua kelompok untuk

mengumpulkan sebanyak 10 batu kerikil berukuran sedang yang terdapat di

sekitar sekolah dengan waktu 10 menit. Dalam waktu 10 menit siswa sudah harus

berada di dalam kelas kembali dengan banyak batu yang telah di kumpulkan.

Guru meminta setiap ketua kelompok untuk memimpin dan mengarahkan

kelompoknya masing-masing dalam pengumpulan batu tersebut. Kemudian guru

menjelaskan instruksi kerja kelompok dan lembar kerja kelompok. Siswa terlihat

sangat tenang dan bersemangat mendengarkan dan menyimak setiap penjelasan

guru. Siswa menyelesaikan tugas kelompok dengan tenang dan baik. Dalam

kegiatan tersebut guru terlihat lebih santai dikarenakan setiap kelompok tidak ada

(19)

19

dalam kelompok. Siswa juga lebih percaya diri untuk menyatakan pertanyaan

maupun pendapatnya terhadap guru saat mengalami kesulitan kelompok.

Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat, 14 April 2017. Pertemuan

ini merupakan hari terakhir dalam siklus 2 penelitian tindakan kelas dengan model

pembelajaran kooperatif. Selain itu tes ini bertujuan untuk mengukur keberhasilan

dari penerapan model pembelajaran kooperatif pada hasil belajar Matematika

kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi. Pertemuan ketiga terdiri dari kegiatan

pendahuluan yang meliputi review atau pengulasan kembali tentang materi

Pengukuran Berat Benda secara keseluruhan dan memberikan kesempatan pada

siswa untuk menyatakan pendapat maupun pertanyaan terkait materi tersebut.

Setelah itu siswa melakukan tes formatif siklus 2.

Observation (Pengamatan)

Pengamatan yang telah dilakukan pada Siklus 2 meliputi pengamatan

penerapan model pembelajaran kooperatif oleh guru, aktivitas siswa dan lembar

pengamatan kelompok.

Adapun penilaian pengamatan aktivitas siswa pada siklus 2 yang dapat

dilihat dari tabel 4.7 untuk pertemuan 1 dan tabel 4.7 untuk pertemuan 2 berikut

ini:

Tabel 4.7

Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus 2 Pertemuan 1

No Aspek yang Dinilai Skor

1 2 3 4

1 Kesiapan siswa menerima pelajaran √

2 Siswa antusias saat guru menyampaikan materi dan

tujuan pembelajaran

3 Siswa mampu menjawab pertanyaan dalam kegiatan

apersepsi

4 Siswa menyimak penjelasan awal guru tentang materi

pembelajaran

(20)

20

5 Siswa memperhatikan saat guru memberikan contoh

pengukuran panjang benda

6 Siswa antusias saat pembentukan kelompok secara

heterogen yang terdiri dari 5-6 orang

7 Siswa tertib saat menentukan ketua kelompok √

8 Siswa menyimak penjelasan guru tentang lembar

kerja kelompok

9 Siswa menyimak penjelasan guru tentang instruksi

cara kerja kelompok

10 Siswa dapat saling bekerja sama dalam kelompok

masing-masing sesuai dengan instruksi yang

diberikan guru

11 Siswa terlihat senang dan antusias selama proses

pembelajaran

12 Siswa dengan berani dan percaya diri saat

mempresentasikan laporan hasil kerja kelompok

masing-masing

13 Siswa aktif menanggapi laporan hasil kerja kelompok

lain

14 Siswa mampu menjawab dengan benar

pertanyaan-pertanyaan dari guru

15 Siswa aktif dalam menyimpulkan materi

pembelajaran

Total Skor

0 0 30 20

50

Berdasarkan data tersebut penilaian aktivitas siswa pada pertemuan 2

adalah A untuk Sangat Baik dengan perolehan skor total adalah 50. Perolehan

skor total ini meningkat dari Siklus 1 yang terdapat pada aktivitas proses

(21)

21

kelompok yang lebih tertib dan tenang. Setiap kelompok terlihat memiliki

kerjasama yang sangat baik dalam pembagian masing-masing tugas kelompok.

Selain hal proses penentuan kelompok, poin yang meningkat terdapat pada jalanya

presentasi kelompok. Presentasi dinilai lebih baik dalam hal sistematika dan

kejelasan siswa dalam meelaporkan hasil kerja kelompok di depan kelas. Siswa

juga lebih aktif untuk menanggapi presentasi kelompok lain.

Tabel 4.8

1 Kesiapan siswa menerima pelajaran √

2 Siswa antusias saat guru menyampaikan materi dan

tujuan pembelajaran

3 Siswa mampu menjawab pertanyaan dalam kegiatan

apersepsi

4 Siswa menyimak penjelasan awal guru tentang

materi pembelajaran

5 Siswa memperhatikan saat guru memberikan contoh

pengukuran panjang benda

6 Siswa antusias saat pembentukan kelompok secara

heterogen yang terdiri dari 5-6 orang

7 Siswa tertib saat menentukan ketua kelompok √

8 Siswa menyimak penjelasan guru tentang lembar

kerja kelompok

9 Siswa menyimak penjelasan guru tentang instruksi

cara kerja kelompok

10 Siswa dapat saling bekerja sama dalam kelompok

masing-masing sesuai dengan instruksi yang

diberikan guru

(22)

22

11 Siswa terlihat senang dan antusias selama proses

pembelajaran

12 Siswa dengan berani dan percaya diri saat

mempresentasikan laporan hasil kerja kelompok

masing-masing

13 Siswa aktif menanggapi laporan hasil kerja

kelompok lain

14 Siswa mampu menjawab dengan benar

pertanyaan-pertanyaan dari guru

15 Siswa aktif dalam menyimpulkan materi

pembelajaran

Total Skor 0 0 24 28

52

Hasil penilaian terhadap aktivitas siswa pada pertemuan 2 adalah A untuk

Sangat Baik dengan perolehan skor total adalah 52. Terlihat adanya peningkatan

pada pertemuan kedua dengan selisih 2 poin. Peningkatan ini terjadi pada

ketertiban siswa saat menyimak penjelasan guru yang pada pertemuan

sebelumnya hanya mendapat skor 3 untuk baik. Selain pada saat penjelasan guru,

siswa juga terlihat lebih bisa kooperatif saat presentasi hasil kerja kelompok yang

dilakukan kelompok lain. Siswa juga cenderung lebih aktif untuk menyampaikan

pendapatnya maupun pertanyaan-pertanyaan saat presentasi. Sehingga

pembelajaran terasa lebih interaktif, hidup dan menyenangkan mulai dari kerja

kelompok sampai evaluasi pembelajaran.

Hasil Tindakan

Setelah pelaksanaan kegiatan siklus 2 maka diperoleh prestasi belajar

Matematika pada tema 8 (Peristiwa Alam), sub tema 2 (Kemarau) dengan materi

mata pelajaran Matematika Pengukuran Berat Benda kelas 1 SD N Cakung Timur

05 Pagi. Penilaian dilakukan pada pengamatan nilai kinerja kelompok, nilai

(23)

23

Adapun hasil penilaian pengamatan kelompok selama siklus 1 dalam tabel

4.8 berikut:

Tabel 4.9

Lembar Pengamatan Aktivitas Kelompok Siklus 2

Kelompok Nilai

1 87,5

2 85

3 82,5

4 92,5

5 95

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa penilaian pengamatan kelompok

siswa pada siklus 2 terjadi peningkatan. Jika dihitung dalam rata-rata nilai pada

siklus 2 mendapatkan nilai 88,5. Perolehan skor hasil pengamatan kinerja

kelompok tertinggi didapatkan oleh kelompok 5 yaitu 95. Sedangkan untuk

perolehan skor hasil pengamatan terendah didapatkan oleh kelompok 3 yaitu 82,5.

Pada proses pelaksanaan siklus 2 setiap kelompok sangat kooperatif terhadap

setiap arahan dan instruksi guru. Siap siswa selama pembelajaran juga lebih tenag

dan tertib. Sehingga saat kegiatan kerja kelompok siswa sudah lebih sistematis

dalam mengerjakan setiap langkah kerja kelompok yang telah diinstruksikan guru.

Siswa juga sangat baik dalam proses presentasi kelompok, maupun dalam

menanggapi kelompok yang presentasi.

Selain penilaian pengamatan kinerja kelompok, terdapat penilaian lembar

kerja kelompok. Penilaian terhadap Lembar Kerja Kelompok pada siklus 2 dapat

(24)

24 Tabel 4.10

Penilaian Lembar Kerja Kelompok Siklus 1I

Kelompok Pertemuan Rata-rata

1 2

1 94 100 97

2 89 100 94,5

3 94 90 92

4 100 100 100

5 90 100 95

Rata-rata Kelas 95,7

Dapat dilihat pada tabel bahwa nilai rata-rata pada perolehan skor Lembar

Kerja Kelompok meningkat menjadi 95,7. Rata-rata tertinggi diperoleh kelompok

4 yaitu 100. Pada proses kerja kelompok maupun lembar kerja kelompok

diselesaikan dengan sangat baik. Kelompok 4 sangat aktif dan menunjukan

kerjasama yang paling baik diabndingkan keempat kelompok lainya. Sehingga

mendapatkan hasil nilai yang memuaskan pula. Untuk perolehan rata-rata

terendah diperoleh kelompok 3 yaitu 92. Hal tersebut dikarenakan penurunan nilai

pada pertemuan 2. Pada pertemuan 1 kelompok 2 mendapatkan skor 94 dan pada

pertemuan 2 mendapatkan skor 90. Selisih sebanyak 4 poin pada lembar kerja

kelompok 3.

Adapun perolehan hasil belajar Matematika berupa penilaian tes tertulis

yang telah dilaksanakan pada pertemuan ketiga siklus 2 yang terdapat pada tabel

4.10 berikut:

Tabel 4.11

Penilaian Prestasi Belajar Matematika Tes Formatif Siklus 2

Hasil Belajar Matematika Skor

Skor Rata-Rata 84

Skor Terendah 62

Skor Tertinggi 95

Dapat dilihat pada tabel 4.10 tersebut maka diperoleh bahwa prestasi

belajar Matematika siswa kelas 1 pada materi Pengukuran Berat Benda setelah

(25)

25

rata-rata siswa mencapai 84 dengan nilai terendah yaitu 62, dan nilai tertinggi

adalah 95.

Berdasarkan frekuensi prestasi belajar Matematika berdasarkan ketuntasan

(KKM) Matematika kelas 1 pada siklus 2 dapat dilihat pada tabel 4.11 sebagai

berikut:

Tabel 4.12

Frekuensi Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan KKM

Siklus 1I

Ketuntasan Skor

Siklus II

Frekuensi Persentase (%)

Tuntas ≥66 26 89,7

Tidak Tuntas <66 3 10,3

Jumlah 29 100

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa pada frekuensi prestasi belajar

Matematika pada materi Pengukuran Berat Benda kelas 1 diukur dengan nilai

KKM 66 sebanyak 26 siswa telah mencapai KKM, sedangkan sebanyak 3 siswa

dinyatakan tidak tuntas. Sehingga diperoleh persentase keberhasilan penerapan

model pembelajaran kooperatif pada prestasi belajar Matematika sebesar 89,7%

Tuntas dan 10,3% Tidak Tuntas.

Berikut merupakan hasil belajar Matematika siklus 2 berdasarkan KKM

kelas 1 SDN Cakung Timur 05 Pagi tema 8 (Peristiwa Alam) dengan sub tema

(Kemarau) yang disajikan dalam bentuk grafik lingkaran berikut:

Grafik 4.2

Persentase Prestasi Belajar Matematika pada Penerapan Model Kooperatif Siswa Kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi Siklus II

Tuntas

(26)

26 Reflectionn (Refleksi)

Pelaksanaan pembelajaran siklus 2 telah diselesaikan dengan sangat baik

oleh guru dalam rangka perbaikan siklus 1. Melakukan refleksi mengenai hal-hal

yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan selama proses siklus 2 berlangsung. Guru

bersama observer melakukan diskusi bersama untuk mengevaluasi hal-hal yang

diperlukan selama siklus 2. Langkah guru dalam memperbaiki kegiatan

pembelajaran pada siklus 1 meliputi proses pembentukan kelompok dan

mendorong keaktifan siswa dalam menanggapi presentasi kelompok lain. Pada

proses pembentukan kelompok secara heterogen antar siswa sudah menunjukan

sikap yang baik. Dalam penentuan ketua kelompok siswa sudah lebih menunjukan

percaya diri dan keberanianya untuk mengajukan diri menjadi ketua kelompok.

Bahkan beberapa siswa yang terdalam 1 kelompok berebut untuk menjadi ketua di

kelompoknya. Tetapi hal tersebut sudah teratasi dengan aturan yang telah

diterapkan oleh guru sebelumnya bahwa jika siswa yang sudah pernah menjadi

ketua tida diperbolehkan untuk menjadi ketua kelompok kembali. Sehingga

dengan adanya aturan yang diterapkan guru siswa menjadi lebih bisa berlapang

dada dalam menerima kenyataan bahwa kesempatan menjadi ketua kelompok

hanya satu kali saja. Selain itu dalam proses menyimak segala instruksi dan

arahan oleh guru, siswa menunjukan sikap lebih tenang dan tidak ribut sendiri.

Hal tersebut dapat dikarenakan pembelajaran yang menyenangkan dan berhasil

membuat siswa penasaran akan pembelajaran yang dilakukan setiap pertemuan.

Pemilihan aktivitas belajar yang menarik bagi siswa menjadi hal yang sangat

penting dan utama bagi guru. Hal tersebut dapat berdampak pada bagaimana

siswa bersikap dan bertindak selama proses kegiatan belajar mengajar. Dalam hal

ini guru berhasil menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan

bagi siswa.

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini telah terlaksana selama 2 minggu yang terdiri

dari 2 siklus dengan total 6 kali pertemuan. Sebelum ada tindakan pada prestasi

belajar Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif pada siswa

(27)

27

prestasi belajar Matematika pada Tema 7. Diperoleh sebanyak 14 siswa

mendapatkan nilai tidak tuntas dengan nilai KKM 66. Jika dipresentasikan ke

dalam persen (%) siswa yang tuntas hanya sebesar 51,7%. Sedangkan untuk hasil

penghitungan nilai ketuntasan siswa yang tidak tuntas hanya sebesar 48, 3%.

Setelah diberikan tindakan didapatkan hasil rekapitulasi nilai pada tabel 4.13

sebagai berikut:

Tabel 4.13

Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Ketuntasan Prasiklus, Siklus 1 dan Siklus 2

Prestasi Belajar Matematika

KKM

Persentase (%)

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Tuntas ≥66 51,7 69 89,7

Tidak Tuntas <66 48,3 31 10,3

Jumlah 100

Berdasarkan tabel 4.13 terlihat bahwa peningkatan terjadi setelah

diberikan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif pada

prestasi belajar Matematika kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi. Data pra siklus

yang didapat adalah 51,7% untuk persentase nilai tuntas dengan frekuensi 15

siswa. Sedangkan untuk perseolehan persentase nilai tidak tuntas adalah 48,3%

dengan frekuensi 14 siswa

Peningkatan prestasi belajar terlihat setelah diberikan tindakan dengan

model pembelajaran kooperatif pada siklus 1 dengan hasil skor ketuntasan sebesar

69% yang tuntas dengan frekuensi 20 siswa dan 31% untuk persentase tidak

tuntas dengan frekuensi 9 siswa.

Siklus perbaikan yang mana adalah siklus 2 telah dilaksanakan untuk

memperbaiki hal-hal yang menjadi evaluasi pada siklus 1. Diperoleh data hasil tes

tertulis siklus 2 sebesar 89,7% dengan frekuensi 26 siswa yang tuntas. Sedangkan

data tes formatif untuk skor tidak tuntas sebesar 10,3% dengan frekuensi 3 siswa.

terlihat pada siklus 2 terjadi peningkatan dari siklus 1. Berikut adalah rekapitulasi

(28)

28 Gambar 4.3

Keberhasilan dalam penelitian ini juga tampak dari peningkatan hasil

belajar Matematika siswa kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi, nampak pada

perbandingan skor rata-rata, skor terendah dan skor tertinggi pada prasiklus, siklus

1 dan siklus 2 yang dapat dilihat pada tabel 4.14

Tabel 4.14

Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Skor Rata-Rata, Skor Terendah dan Skor Tertinggi Prasiklus, Siklus 1 dan Siklus 2

No Hasil Belajar Prasiklus Siklus 1 Siklus 2

1 Skor Rata-Rata 75 77 84

2 Skor Terendah 55 57 62

3 Skor Tertinggi 91,5 93 95

Pada tabel 4.14 dapat dilihat adanya peningkatan skor rata-rata pada

prasiklus sebesar 75, siklus 1 sebesar 77, dan siklus 2 sebesar 84. Skor terendah

mengalami peningkatan prestasi belajar Matematika, dari prasiklus sebesar 55,

siklus 1 sebesar 57, dan siklus 2 sebesar 62. Skor tertinggi juga mengalami

peningkatan dari prasiklus sebesar 91,5, siklus 1 sebesar 93, dan siklus 2 sebesar

95. Maka pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran kooperatif siswa

kelas 1 di SD N Cakung Timur 05 Pagi mengalami peningkatan setelah diberikan

tindakan. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2

Tuntas

(29)

29

Dalam melakukan penelitian ini guru melibatkan siswa dalam proses

pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator pada kegiatan belajar siswa. Guru

hanya memberikan stimulasi dan siswa mencoba dan berdiskusi untuk

mengembangkan pengetahuanya sendiri. Selain itu dalam pembelajaran ini siswa

menjadi lebih aktif pada proses diskusi kelompok, pembagian tugas/peran dalam

kelompok dan presentasi did epan kelas. Pembelajaran Matematika menggunakan

model pembelajaran kooperatif dapat membuat suasana belajar dan kegiatan

belajar di kelas menjadi lebih interaktif, menyenangkan, dan tidak membosankan

bagi siswa.

4.3 Pembahasan

Hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga model pembelajaran

Kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika dengan materi

Pengukuran Panjang dan Berat Benda siswa kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi.

Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan prasiklus, dilakukan di SD N

Cakung Timur 05 Pagi sebelum penelitian, kegiatan pembelajaran Matematika

masih menggunakan model pembelajaran yang kurang menyenangkan dan

membosankan bagi siswa, serta guru hanya terpaku pada textbook dan kurang

mengembangkan aktivitas pembelajaran di kelas. Pendekatan pembelajaran masih

pada teacher centered. Sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru. Kurang

adanya aktivitas pembelajaran yang dapat mengembangkan nalar siswa pada

konsep Matematika seperti penggunaan media dan permainan. Sehinggga hasil

pembelajaran Matematika kurang memuaskan. Dengan skor analisis rata-rata hasil

pembelajaran Matematika pada tema 7 sebesar 75, skor terendah 55 dan skor

tertinggi 91,5. Prestasi belajar Matematika berdasarkan ketuntasan pada prasiklus dengan KKM sebesar ≥66, adalah 15 siswa dinyatakan tuntas dan 14 siswa tidak tuntas.

Indikator keberhasilan dari penelitian ini belajar matematika siswa

mengalami peningkatan ditandai dengan jumlah siswa yang mencapai standar

ketuntasan belajar lebih dari 75% pada siklus 2 dengan KKM 66. Berdasarkan

(30)

30

dilakukan pada siklus penelitian tindakan kelas ini menunjukan adanya

peningkatan pada frekuensi pra siklus yaitu hanya 51,7% mengalami peningkatan

pada siklus 1 yaitu sebesar 69%. Hal tersebut masih perlu adanya peningkatan dari

target yang ditentukan. Pada siklus 2 dimana merupakan siklus perbaikan siklus 1

menunjukan adanya peningkatan prestasi belajar yaitu 89,7%. Menunjukan

bahwa telah melampaui dari target indikator keberhasilan tindakan yang

ditentukan.

Model pembelajaran kooperatif ini membuat pembelajaran lebih menarik

dan menyenangkan karena pada model ini memacu siswa dalam mengembangkan

konsep sendiri. Hasil penelitian ini sejalan penelitian yang dilakuan oleh Andi

Setyawan dalam Penggunaan Teori Belajar Dienes (Games) dalam Model

Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa

Kelas 5 SD Negeri Ujung-Ujung 02 Kabupaten Semarang Tahun Ajaran

2012-2013. Menunjukan hasil belajar Matematika pada materi Sifat-sifat Bangun Ruang

dan Kesebangunan sebelum dilakukan metode kooperatif hanya sebesar 9,09%

dari seluruh siswa mencapai KKM yang sebesar >80. Setelah diterapkan metode

kooperatif siklus 1, prestasi belajar Matematika berdasarkan ketuntasan meningkat

menjadi 45,45% dari seluruh siswa, dan pada siklus 2 prestasi belajar Matematika

berdasarkan ketuntasan mencapai 90,91% dari seluruh siswa. Dari hasil

penelitian Andi Setyawan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

Gambar

Tabel 4.1 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa
Tabel 4.2 Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa
Tabel 4.4 Penilaian Lembar Kerja Kelompok
Tabel 4.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel produk, harga, promosi, Lokasi, orang, dan proses berpengaruh positif terhadap keputusan nasabah menabung pada Bank Mandiri di

With this bank bjb create marketing strategies for new products by means of internal marketing, external marketing and Interaktive marketing so as to support

dengan tepat dan benar menguraikan Root yang digunakan dalam istilah yang berkaitan dengan system otot dengan tepat dan benar menguraikan prefi yang digunakan dalam

Model stereolitograi 3 dimensi dapat membantu memberikan penilaian terhadap defek tulang yang paling baik, merencanakan pembuatan lengkung pelat pre-operatif lebih mudah dan

Merupakan subsistem yang akan memberikan segala masukan untuk berfungsinya sebuah sistam, seperti system pelayanan kesehatan, maka masukan dapat berupa potensi masyarakat,

Aplikasi P-Care (primary care) yang merupakan sistem informasi pelayanan pasien peserta BPJS Kesehatan berbasis komputer dan online via internet.Ada beberapa permasalahan yang

Tiap radio jenis pertama menggunakan 10 buah komponen elektronik, sedangkan model kedua membutuhkan 8 buah komponen yang sama.. Komponen yang dapat disediakan per harinya

Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, logis, dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan