1
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di SD N Cakung Timur 05 Pagi yang terletak di
Kecamatan Cakung Timur, DKI Jakarta tepatnya Jakarta Timur. SD N Cakung
Timur 05 Pagi memiliki lingkungan sekolah yang masih sejuk dan tenang karena
letaknya tepat di pinggiran DKI Jakarta dan pada perbatasan antara DKI Jakarta
dan kota Bekasi. Suasana yang masih asri dan ditambah dengan pengelolaan
lingkungan sekolah yang baik sangat mendukung suasana belajar belajar menjadi
nyaman.
Subjek dari penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Kelas 1 A SD N
Cakung Timur 05 Pagi berjumlah 29 orang terdiri dari 17 laki-laki dan 12
perempuan. Dalam pembelajaran Matematika prestasi belajar siswa masih rendah.
Hal tersebut berdasarkan data yang didapatkan peneliti selama prasiklus dengan
wawancara wali kelas, observasi, dan data nilai ulangan tema 7 (analisis nilai
ketuntasan KD Matematika). Berdasarkan hasil analisis nilai ketuntasan KD
Matematika dari 29 siswa hanya 15 siswa yang dapat mencapai KKM dan 14
siswa tidak mencapai KKM dengan nilai KKM yaitu 66.
4.1. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus dan
terdiri dari 3 pertemuan tiap siklus. Pertemuan yang terdiri dari 2 pembelajaran
tatap muka dan tes formatif untuk pertemuan ketiga. Pada setiap siklus terdiri dari
4 tahap yaitu : planning (Perencanaan), action (Tindakan), observation
(Pengamatan), dan reflection (Refleksi).
4.1.1. Pelaksanaan Siklus 1
Planning (Perencanaan)
Perencaan ini bertujuan untuk merancang segala yang akan dilakukan
selama proses siklus berlangsung. Termasuk didalamnya antara lain: identifikasi
2
model pembelajaran kooperatif dan pendekatan saintifik. Merancang
pembelajaran yang dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP).
Menentukan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika dalam
Tema 8 (Peristiwa Alam) dengan mengambil Subtema 1 (Peristiwa Siang dan
Malam). Kompetensi yang ditentukan berdasarkan Buku Guru Tema 8 yaitu KD
3.9 yaitu Membandingkan panjang, berat, lamanya waktu, dan suhu menggunakan
benda/situasi konkret. Serta KD 4.9 yaitu mengurutkan benda/kejadian/keadaan
berdasarkan panjang, berat, lamanya waktu, dan suhu.
Menentukan materi pokok pembelajaran yaitu Pengukuran Panjang Benda
yang dipecak menjadi 4 indikator pembelajaran yaitu: (1) Menentukan
pengukuran panjang benda dengan menggunakan alat ukur tidak baku berupa
benda konkret (2) Melakukan pengukuran panjang benda dengan menggunakan
alat ukur tidak baku berupa benda konkret secara benar (3) Menjelaskan hasil
persamaan dan perbedaan panjang benda dengan menggunakan alat ukur tidak
baku dengan benar (4) Menentukan hasil pengukuran panjang benda dengan
menggunakan istilah kurang dari, lebih dari, dan sama dengan dengan tepat.
Memilih bahan pelajaran yang sesuai. Merumuskan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai oleh siswa sesuai dengan Kompetensi Dasar dan Indikator yang telah
dibuat. Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan.
Menyusun lembar kerja kelompok. Mengembangkan format evaluasi.
Mengembangkan format observasi pembelajaran.
Action (Tindakan)
Pada pelaksanaan tindakan dilaksanakan untuk 3 pertemuan. Pertemuan
pertama yang dilakukan pada hari Senin, 3 April 2017. Pada siklus 1 pertemuan
pertama terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup.
Kegiatan pendahuluan terdiri dari 4 langkah: (1) Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing -masing. Pada langkah ini siswa terlihat bersemangat dan berdoa dengan keyakinan
3
kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran. Pada langkah ini siswa sudah sangat siap untuk
mengikuti proses pembelajaran. (3) Guru menginformasikan tentang materi yang akan dipelajari yaitu “Pengukuran Panjang Benda”. (4) Guru melakukan apersepsi dengan memberikan 3 pertanyaan pokok mengenai definisi pengukuran,
pentingnya pengukuran dalam kehidupan, dan membahas mengenai beberapa
benda yang memiliki karakter ukuran tertentu pada saat siang hari dan malam
hari. Pada langkah ini siswa terlihat lebih antusias dan bersemangat terutama saat
membahas tentang perbedaan karakter benda-benda saat siang dan malam hari.
Banyak dari siswa yang baru mengetahui dan menyadari tentang hal tersebut.
Pembahasan tersebut dirasa menjadi sangat penting untuk menambah wawasan
siswa bahwa banyak hal-hal unik yang terjadi di kehidupan sekitar dan tidak
banyak orang menyadari akan fakta tersebut.
Setelah kegiatan pendahuluan, pembelajaran masuk ke tahap kegiatan inti
yang terdiri dari 12 langkah kegiatan. Kegiatan inti diawali dengan menunjukan
beberapa gambar yang terdiri dari macam-macam alat ukur baku dan tidak baku.
Selain menunjukan gambar, guru menjelaskan tentang perbedaan alat ukur baku
dan tidak baku yang dapat ditemui di sekitar dalam kehidupan sehari-hari. Siswa
mengamati dan mendengarkan penjelasan guru dengan seksama dan terdapat 2
siswa yang bertanya mengenai penjelasan guru tersebut. setelah itu masuk ke
langkah kegiatan kedua, siswa diajak untuk menunjukan anggota tubuh yang
dapat digunakan sebagai alat ukur panjang benda berupa jengkal, depa dan
langkah kaki dengan mempraktikanya. Dalam hal ini semua siswa terlihat sangat
bersemangat karena siswa diajak untuk melakukan gerakan tertentu sehingga
siswa tidak merasa bosan setelah mendengarkan penjelasan guru. Setelah itu guru
memberikan contoh pengukuran panjang papan tulis dengan menggunakan
jengkal tangan dan siswa mengamati contoh pengukuran papan tulis tersebut.
Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 orang dan
memberikan waktu selama 3 menit untuk berdiskusi menentukan ketua kelompok
masing-masing. Dalam kegiatan ini terdapat 2 kelompok yang kesulitan
4
membimbing 2 kelompok tersebut dalam menentukan ketua kelompok dan
akhirnya masing-masing kelompok dapat menentukan ketuanya. Guru
mencontohkan kembali pengukuran tali menggunakan jengkal. Setelah itu, guru
meminta setiap ketua kelompok untuk maju kedepan dan mempraktekan
pengukuran tali sesuai yang dicontohkan guru. Hal tersebut bertujuan untuk
mengajarkan siswa sebagai pemimpin kelompoknya dalam mengarahkan anggota
kelompoknya jika terjadi kesalahan saat pengukuran tali. Setelah itu guru
menjelaskan instruksi tentang cara kerja kelompok dan siswa mendengarkan
dengan seksama dan guru juga menuliskan instruksi di papan tulis guna siswa
akan lebih jelas dan tidak akan lupa setiap langkah cara kerja kelompok.
Kemudian guru menjelaskan tentang Lembar Kerja Kelompok sebelum dibagikan
ke setiap kelompok. Penjelasan mengenai Lembar Kerja Kelompok menjadi hal
yang sangat penting dalam langkah model kooperatif. Dalam hal ini akan
memudahkan guru untuk menilai hasil kerja kelompok siswa. Kemudian guru
membagikan satu tali kepada masing-masing kelompok dan siswa berkerja secara
kelompok dan guru hanya berkeliling untuk memeriksa jika siswa mengalami
kesulitan bahkan terdapat beberapa siswa yang masih kesulitan dan bingung
menggunakan jengkal untuk mengukur tali. Setelah waktu kerja kelompok habis,
setiap kelompok maju ke depan untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompoknya. Hasilnya dari 5 kelompok terdapat 1 kelompok yang masih
memiliki kekeliruan dengan hasil kerja kelompoknya yaitu kelompok 4. Terdapat
2 hasil pengukuran yang masih kurang sesuai. Kemudian guru meminta 2 siswa
tersebut untuk mengulang pengukuranya dengan benar dibantu dengan anggota
kelompok lainya. Tentu hal tersebut guru membimbing kedua siswa tersebut
dengan menunjukan cara pengukuran menggunakan jengkal dengan benar.
Setelah kegiatan inti, pembelajaran diakhiri dengan kegiatan penutup yang
meliputi 4 langkah kegiatan. Guru memberikan kesempatan siswa untuk
memberikan pendapatnya mengenai proses pembelajaran pada hari itu, tetapi
kurangnya respon siswa dalam memberikan pendapatnya dan hanya 2 anak saja
yang berani mengutarakan pendapatnya. Bersama-sama guru dan siswa membuat
5
yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi) dalam langkah
ini siswa tidak memiliki pertanyaan dan dianggap bahwa tujuan pembelajaran hari itu sudah tercapai. Pertemuan 1 ditutup dengan do’a bersama yang dipimpin oleh salah satu siswa.
Pertemuan kedua dilakukan pada hari Rabu, 5 April 2017. Pertemuan
kedua terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
kegiatan penutupan. Kegiatan pendahuluan terdiri dari 5 langkah kegiatan dan
tidak banyak berbeda dengan pertemuan pertama. Perbedaanya hanya terletak
pada review atau pengulasan kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Pada langkah ini siswa masih ingat dengan jelas apa yang dipelajari di hari
sebelumnya tentang pengukuran panjang benda.
Setelah itu masuk ke kegiatan inti yang terdiri dari 10 langkah kegiatan.
Kegiatan dimulai dengan diskusi singkat mengenai permainan sepak bola yang
dilakukan saat siang hari. Setelah itu guru mengajak siswa untuk ke lapangan
sekolah dan bersama-sama mengukur panjang lapangan sekolah dengan langkah
kaki. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mengukur panjang lapangan sekolah
dan didapatkan hasil pengukuran yang berbeda-beda. Setelah itu guru mengajak
siswa kembali ke kelas dan mengulas tentang pengukuran lapangan sekolah yang
telah dilakukan. Dalam langkah ini berjalan dengan baik, siswa pun memberikan
pendapatnya dengan tepat mengenai hasil pengukuran lapangan sepak bola bahwa
hasil pengukuran dengan menggunakan alat ukur tidak baku akan menghasilkan
hasil pengukuran yang berbeda-beda. Setelah itu guru menunjukan pengukuran
panjang benda yang ada di kelas dengan menggunakan alat ukur yang
berbeda-beda. Siswa memperhatikan dengan seksama apa yang dicontohkan oleh guru
sembari guru memberikan beberapa pertanyaan terkait pengukuran tersebut.
kemudian guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 orang
dan setiap kelomppok menentukan ketua kelompoknya. Dalam penentuan
kelompok ini memiliki aturan tersendiri bahwa siswa yang telah mendapat giliran
sebagai ketua kelompok di hari sebelumnya tidak boleh menjadi ketua kelompok
kembali. Hal tersebut bertujuan agar siswa yang lain dapat merasakan untuk
6
saja yang bisa belajar menjadi pemimpin, tetapi siswa lain juga dapat mendapat
pengalaman menjadi pemimpin di kelompoknya. Dalam hal ini tidak ada masalah
semua kelompok menerima anggota dan menentukan ketua masing-masing
dengan sangat tertib dan lebih teratur daripada hari sebelumnya. Setelah kelompok
terbentuk, guru menjelaskan instruksi cara kerja kelompok dan Lembar Kerja
Kelompok, siswa memperhatikan penjelasan guru. Setelah itu kelompok langsung
memulai kerja kelompok. Hambatan yang muncul terdapat pada proses
pengukuran kelompok, dikarenakan ada 1 kelompok yang hanya terdiri dari 4
orang, sedangkan pada Lembar Kerja Kelompok terdapat 5 jenis benda yang harus
diukur. Sehingga terjadi pertengkaran di dalam kelompok tersebut bahwa
memperebutkan giliran untuk kedua kalinya. Dalam masalah ini, guru mencoba
memfasilitasi kelompok tersebut untuk menentukan satu kesepakatan dan guru
hanya sebagai mediator untuk memancing kelompok tersebut memecahkan sendiri
masalah tersebut dan akhirnya mendapatkan satu kesepakatan bahwa yang
mendapat giliran kedua adalah ketua kelompok. Setelah itu setiap kelompok
mempresentasikan hasil kerja kelompok ke depan kelas dan guru mencoba
mengevaluasi dan meluruskan jika terdapat kekeliruan pada laporan kelompok.
Pertemuan kedua ditutup oleh kegiatan penutup yang terdiri dari 4 langkah
kegiatan. Dalam kegiatan penutup respon siswa dalam memberikan pendapatnya
masih kurang sehingga perlu adanya usaha guru untuk memberikan stimulasi
tertentu untuk mendorong siswa agar lebih percaya diri dalam mengutarakan
pendapatnya.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat, 7 April 2017. Pertemuan
ini merupakan hari terakhir dalam siklus 1 penelitian tindakan kelas ini.
Pertemuan ketiga terdiri dari kegiatan pendahuluan yang meliputi review atau
pengulasan kembali tentang materi Pengukuran Panjang Benda secara
keseluruhan dan memberikan kesempatan pada siswa untuk menyatakan pendapat
maupun pertanyaan terkait materi tersebut. Setelah itu siswa melakukan tes
7 Observation (Pengamatan)
Pengamatan penelitian tindakan kelas merupakan salah satu penilaian non
tes yang dilakukan oleh guru kelas dalam hal ini sebagai observer. Dalam hal ini
sebagai alat penilaian keberhasilan dari metode yang diterapkan oleh peneliti
terhadap penelitian tindakan kelas. Lembar pengamatan yang telah disusun oleh
peneliti berupa penilaian skor. Instrument lembar pengamatan yang telah disusun
berupa lembar pengamatan penerapan metode kooperatif oleh guru, aktivitas
siswa dan lembar pengamatan kelompok.
Adapun penilaian pengamatan aktivitas siswa pada siklus 1 yang dapat
dilihat dari tabel 4.1 untuk pertemuan 1 dan tabel 4.2 untuk pertemuan 2 berikut
ini:
1 Kesiapan siswa menerima pelajaran √
2 Siswa antusias saat guru menyampaikan materi dan
tujuan pembelajaran
√
3 Siswa mampu menjawab pertanyaan dalam kegiatan
apersepsi
√
4 Siswa menyimak penjelasan awal guru tentang materi
pembelajaran
√
5 Siswa memperhatikan saat guru memberikan contoh
pengukuran panjang benda
√
6 Siswa antusias saat pembentukan kelompok secara
heterogen yang terdiri dari 5-6 orang
√
7 Siswa tertib saat menentukan ketua kelompok √
8 Siswa menyimak penjelasan guru tentang lembar
kerja kelompok
√
8 cara kerja kelompok
10 Siswa dapat saling bekerja sama dalam kelompok
masing-masing sesuai dengan instruksi yang
diberikan guru
√
11 Siswa terlihat senang dan antusias selama proses
pembelajaran
√
12 Siswa dengan berani dan percaya diri saat
mempresentasikan laporan hasil kerja kelompok
masing-masing
√
13 Siswa aktif menanggapi laporan hasil kerja kelompok
lain
√
14 Siswa mampu menjawab dengan benar
pertanyaan-pertanyaan dari guru
√
15 Siswa aktif dalam menyimpulkan materi
pembelajaran
√
Total Skor 2 14 21 0
37
Berdasarkan data tersebut penilaian aktivitas siswa pada pertemuan 1
adalah B untuk Baik dengan perolehan skor total adalah 37. Dalam hal ini
penilaian terhadap ketertiban dan keaktifan siswa masih kurang baik. Hal tersebut
dikarenakan dalam munculnya permasalahan kepercayaan diri siswa di kelompok
1 dan 4 dalam kegiatan penentuan ketua kelompok. Keaktifan siswa untuk
menanggapi presentasi kelompok lain masih dinilai kurang baik dikarenakan
beberapa hal teknis seperti volume suara penyaji laporan yang kurang jelas dan
masih adanya siswa yang malu untuk berbicara memberikan pendapatnya. Secara
keseluruhan aktivitas siswa dalam menyimak penjelasan guru mengenai materi
maupun arahan dan instruksi pembelajaran sudah baik. Selain itu dalam
pengerjaan kelompok juga sudah baik dan hanya terdapat permasalahan mengenai
9
teratasi oleh guru yang kembali mencontohkan menggunakan jengkal dengan
benar.
1 Kesiapan siswa menerima pelajaran √
2 Siswa antusias saat guru menyampaikan materi dan
tujuan pembelajaran
√
3 Siswa mampu menjawab pertanyaan dalam kegiatan
apersepsi
√
4 Siswa menyimak penjelasan awal guru tentang
materi pembelajaran
√
5 Siswa memperhatikan saat guru memberikan contoh
pengukuran panjang benda
√
6 Siswa antusias saat pembentukan kelompok secara
heterogen yang terdiri dari 5-6 orang
√
7 Siswa tertib saat menentukan ketua kelompok √
8 Siswa menyimak penjelasan guru tentang lembar
kerja kelompok
√
9 Siswa menyimak penjelasan guru tentang instruksi
cara kerja kelompok
√
10 Siswa dapat saling bekerja sama dalam kelompok
masing-masing sesuai dengan instruksi yang
diberikan guru
√
11 Siswa terlihat senang dan antusias selama proses
pembelajaran
√
12 Siswa dengan berani dan percaya diri saat
mempresentasikan laporan hasil kerja kelompok
masing-masing
10 13 Siswa aktif menanggapi laporan hasil kerja
kelompok lain
√
14 Siswa mampu menjawab dengan benar
pertanyaan-pertanyaan dari guru
√
15 Siswa aktif dalam menyimpulkan materi
pembelajaran
√
Total Skor 1 10 24 4
39
Berdasarkan data tersebut penilaian aktivitas siswa pada pertemuan 1
adalah B untuk Baik dengan perolehan skor total adalah 39. Terlihat jika
dibandingkan pada pertemuan sebelumnya hanya mendapat total skor 37.
Peningkatan ini cenderung pada ketertiban siswa dalam proses pembentukan
kelompok dan penentuan ketua kelompok. Dimana guru penggunaan aturan (rule)
cukup efektif untuk mengajarkan siswa agar untuk disilpin dan tertib. Hanya saja
tidak ada perubahan dalam poin keaktifan siswa dalam hal ini memberikan
pendapat atau tanggapan terhadap presentasi kelompok dan memberikan pendapat
tentang pembelajaran. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi guru untuk
bagaimana memberikan stimulasi kepada siswa untuk lebih percaya diri dan
berani mengajukan pendapatnya.
Hasil Tindakan
Setelah pelaksanaan kegiatan siklus 1 maka diperoleh hasil belajar
Matematika pada tema 8 (Peristiwa Alam), sub tema 1 (Peristiwa Siang dan
Malam) dengan materi mata pelajaran Matematika Pengukuran Panjang Benda
kelas 1 SDN Cakung Timur 05 Pagi. Penilaian pengamatan nilai kinerja
kelompok, nilai Lembar Kerja Kelompok dan hasil tes formatif individu pada
11
Adapun hasil penilaian pengamatan kelompok selama siklus 1 dalam tabel
4.3 berikut:
Tabel 4.3
Lembar Pengamatan Aktivitas Kelompok Siklus 1
Kelompok Nilai
1 75
2 67,5
3 67,5
4 77,5
5 75
Berdasarkan data tersebut didapatkan rata-rata nilai yaitu 72,5. Diperoleh
nilai terendah terdapat pada kelompok 2 dan 3. Adapun hal-hal yang menjadi
bahan evaluasi yaitu dalam hal penggunaan waktu, pembagian tugas kelompok,
kontribusi tiap anggota kelompok penyelesaian tugas kelompok, kerja sama antar
anggota kelompok, pengamatan dalam presentasi laporan kelompok yang belum
jelas dikarenakan volume suara penyaji yang tidak terdengar ke seluruh kelas,
serta hasil penyelesaian tugas kelompok terdapat beberapa poin presentasi yang
masih belum tepat dan tidak sesuai. Perlu adanya stimulasi dari guru untuk
mendorong kelompok agar dapat lebih memperbaiki hal-hal tersebut. dalam hal
penggunaan waktu kelompok sebaiknya guru memberikan aba-aba jika sudah
mendekati waktu habis misalnya 10 hingga 5 menit sebelum waktu habis, guru
dapat memberi tanda dan memantau lebih dalam tentang kesulitan setiap
kelompok. Lalu dalam hal pembagian tugas anggota kelompok yang masih belum
merata sehingga masih berebut tugas dan tidak mengindahkan untuk secara
bergiliran dalam mengerjakan tugas kelompok. Sehingga hanya beberapa orang
saja yang dominan dalam kelompok. Guru dapat menekankan kembali bahwa
tugas kelompok harus dikerjakan secara bersama-sama dan kerja tim sangat
penting. Dalam hal presentasi masih dinilai kurang jelas dikarenakan volume
suara penyaji yang tidak keras sehingga siswa yang duduk di belakang tidak dapat
mendengar presentasi dengan jelas dan akhirnya ribut mengobrol dan tidak dapat
12
memberikan aturan bahwa setiap kelompok harus/wajib membuat minimal 1
pertanyaan ataupun tanggapan berupa pendapat terhadap presentasi kelompok
lain. Sehingga siswa dapat lebih fokus untuk menyimak setiap presentasi.
Diperoleh penilaian terhadap Lembar Kerja Kelompok dapat dilihat dalam tabel
4.4 berikut:
Tabel 4.4
Penilaian Lembar Kerja Kelompok Siklus 1
Kelompok Pertemuan Rata-rata
1 2
1 88 95 91,5
2 90 78 84
3 83 77 80
4 95 95 95
5 89 91 90
Rata-rata Kelas 88,1
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa kelompk 3 mendapat nilai
rata-rata terendah yaitu 80. Pada pertemuan 1 kelompok 4 kurang teliti dalam
melakukan pengukuran tali. Sebanyak 2 anggota kelompok tidak melakukan
pengukuran dengan benar dikarenakan tidak memperhatikan dengan baik saat
guru memberi contoh menggunakan jengkal yang benar. Akibatnya hasil
pengukuran panjang tali tersebut tidak tepat. Hal tersebut mengurangi poin yang
didapatkan kelompok pada pengerjaan lembar kerja kelompok. Selain itu pada
pertemuan ke-2 pun kurang memperhatikan instruksi dari guru dan akhirnya
melakukan kesalahan kedua kalinya dalam praktek kelompok yang berakibat pula
pada pengurangan poin terhadap lembar kerja kelompok. Untuk nilai rata-rata
tertinggi diraih oleh kelompok 1 dengan nilai 91,5 yang mana sejak dari
pertemuan pertama kelompok sudah terlihat serius memperhatikan penjelasan
instruksi guru dan memiliki kinerja tim yang sudah baik. Berdasarkan nilai
rata-rata keseluruhan kelompok maka diperoleh nilai rata-rata-rata-rata lembar kerja kelompok
13
Adapun perolehan prestasi belajar Matematika berupa penilaian tes
formatif yang telah dilaksanakan pada pertemuan ketiga siklus 1 yang terdapat
pada tabel 4.5 berikut:
Tabel 4.5
Penilaian Prestasi Belajar Matematika Tes Formatif Siklus 1
Prestasi Belajar Matematika Skor
Skor Rata-Rata 77
Skor Terendah 57
Skor Tertinggi 93
Dapat dilihat pada tabel 4.5 tersebut maka diperoleh bahwa prestasi belajar
Matematika siswa kelas 1 pada materi Pengukuran Panjang Benda setelah
dilakukan pembelajaran dengan model kooperatif maka diperoleh nilai rata-rata
siswa mencapai 77 dengan nilai terendah yaitu 57, dan nilai tertinggi adalah 93.
Berdasarkan frekuensi prestasi belajar Matematika pada tes formatif
berdasarkan ketuntasan (KKM) Matematika kelas 1 pada siklus 1 materi
Pengukuran Panjang Benda dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:
Tabel 4.6
Frekuensi Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan KKM
Siklus 1
Ketuntasan Skor
Siklus II
Frekuensi Persentase (%)
Tuntas ≥66 20 69
Tidak Tuntas <66 9 31
Jumlah 29 100
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa pada frekuensi prestasi belajar
Matematika setelah dilakukan tindakan menggunakan model Kooperatif pada
materi Pengukuran Berat Benda kelas 1 diukur dengan nilai KKM 66 sebanyak 20
siswa telah mencapai KKM, sedangkan sebanyak 9 siswa dinyatakan tidak tuntas.
Sehingga diperoleh persentase keberhasilan penerapan model kooperatif pada
prestasi belajar Matematika sebesar 69% Tuntas dan 31% Tidak Tuntas.
Berikut merupakan prestasi belajar Matematika siklus 1 berdasarkan KKM
kelas 1 SDN Cakung Timur 05 Pagi tema 8 (Peristiwa Alam) dengan sub tema
(Peristiwa Siang dan Malam) yang disajikan dalam bentuk grafik lingkaran
14
Grafik 4.1 Reflectionn (Refleksi)
Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dan pengamatannya telah
dilakukan pada siklus 1. Langkah selanjutnya melakukan refleksi atas kegiatan
yang dilakukan pada siklus 1. Guru bersama dengan observer telah berdiskusi
untuk mengevaluasi atas keseluruhan siklus 1 yang telah dilakukan.
Mendiskusikan beberapa hal penting yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki pada
siklus selanjutnya yaitu siklus 2.
Hal yang perlu diperbaiki oleh guru meliputi hal-hal seperti pengelolaan
kelas, pembentukan kelompok, dan menstimulasi siswa untuk mengutarakan
tanggapan di kelas. Hal pertama adalah pengelolaan kelas, dalam pelaksanaanya
guru kurang memperhatikan siswa yang duduk di sisi belakang. Salah satunya saat
guru menunjukan contoh mengukur panjang papan tulis dengan menggunakan
jengkal yang baik dan benar. Guru lebih banyak memberikan fokus pada siswa
yang duduk di depan, sehingga saat itu siswa yang duduk di sisi belakang lebih
banyak sibuk mengobrol sendiri daripada memperhatikan contoh yang ditunjukan
oleh guru. Akibatnya saat kerja kelompok 2 siswa bingung untuk melakukan
pengukuran panjang tali menggunakan jengkal dengan benar yang mengakibatkan
tidak tepatnya jawaban pada lembar kerja kelompok sehingga mendapat
pengurangan poin kelompok. Selain itu dalam proses pembentukan kelompok,
khususnya pada penentuan ketua kelompok masih kurangnya kepercayaan diri
siswa untuk mengemban tugas sebagai ketua kelompok. Hal tersebut terjadi pada
saat pertemuan pertama. Sehingga perlu adanya usaha guru untuk mendorong
siswa agar dapat memiliki kepercayaan pada diri sendiri maupun teman Persentase Prestasi Belajar Matematika pada Penerapan Model
Kooperatif Siswa Kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi Siklus I
Tuntas
15
sekelompoknya dalam mengemban tanggungjawab sebagai pemimpin. Hal
terakhir mengenai kepercayaan diri siswa dalam mengutarakan pikiranya di depan
umum. Terlihat pada saat sesi presentasi kelompok dimana hanya 1 – 2 siswa saja
yang mengutarakan pendapatnya.
4.1.2. Pelaksanaan Siklus 2
Planning (Perencanaan)
Pada perencanaan siklus 2 ini bertujuan untuk merancang segala yang
akan dilakukan selama proses siklus berlangsung. Termasuk didalamnya antara
lain: Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan pada siklus 1 Menentukan
indikator pencapaian hasil belajar. Pengembangan program tindakan siklus 2.
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan mempersiapkan media
pembelajaran.
Pada siklus 2 masih dalam pembahasan Tema 8 yaitu Peristiwa Alam.
Sedangkan untuk subtema 2 yaitu Kemarau. Menentukan materi pokok
pembelajaran yaitu Pengukuran Berat Benda yang dijabarkan menjadi menjadi 4
indikator pembelajaran yaitu: (1) Menentukan pengukuran berat benda dengan menggunakan alat ukur tidak baku berupa benda konkret.(2) Melakukan
pengukuran berat benda dengan menggunakan alat ukur tidak baku berupa benda
konkret secara benar. (3) Menjelaskan hasil persamaan dan perbedaan berat benda
dengan menggunakan alat ukur tidak baku dengan benar. (4) Mengurutkan hasil
pengukuran berat benda dengan menggunakan istilah kurang dari, lebih dari, dan
sama dengan dengan tepat. Mempersiapkan sumber, bahan, alat bantu, dan media
yang dibutuhkan. Menyusun lembar kerja kelompok. Mengembangkan dan
menyusun format evaluasi siklus 2. Mengembangkan format observasi
pembelajaran.
Action (Tindakan)
Pada pelaksanaan tindakan siklus 2 terdiri dari 3 pertemuan. Pertemuan
pertama yang dilakukan pada hari Senin, 10 April 2017. Pada siklus 1 pertemuan
pertama terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,
16
Kegiatan pendahuluan terdiri dari 4 langkah: (1) Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing -masing. Pada langkah ini siswa terlihat bersemangat dan berdoa dengan keyakinan
masing-masing. (2) Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar
kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran. (3) Guru menginformasikan tentang materi yang
akan dipelajari yaitu “Pengukuran Berat Benda”. (4) Guru melakukan apersepsi
dengan bertanya jawab dengan siswa mengenai cuaca pada hari tersebut.
berdiskusi singkat mengenai cirri-ciri musim kemarau. Pada langkah ini siswa
banyak menyebutkan cirri utama cuaca saat musim kemarau yaitu panas. Lalu
guru bertanya kepada siswa apa yang biasa dirasakan oleh tubuh saat cuaca
sedang panas di siang hari. Siswa menjawab haus, lapar, dan berkeringat saat
bermain bola atau layangan. Setelah itu guru menjelaskan bahwa saat cuaca panas
tubuh harus banyak cairan sehingga perbanyak minum air putih agar tubuh tetap
sehat.
Setelah itu masuk ke kegiatan inti pertemuan pertama. Guru meminjam 2
botol minum siswa dan bertanya kepada siswa manakah yang lebih berat, apakah
botol yang ada di tangan kanan atau kiri ibu guru. Jawaban siswa pun lebih
banyak memilih botol minum yang berada di tangan kanan guru dan siswa
menjelaskan bahwa botol tersebut memiliki ukuran lebih besar daripada botol
minum yang berada di tangan kiri. Guru pun memberikan penjelasan bahwa
ukuran tempat/wadah tidak selalu menentukan berat suatu benda dan guru
memberitahu jawaban yang benar adalah botol yang berada di tangan kiri karena
walaupun botolnya memiliki ukuran yang lebih kecil tetapi air di dalam botol
lebih banyak daripada botol lainya. Langkah kedua yaitu siswa secara
berpasangan dengan teman sebelahnya mengukur berat botol minum
masing-masing dengan tangan dan membandingkan manakah yang lebih berat dan lebih
ringan, bahkan sama berat. Guru berkeliling untuk memantau kemampuan siswa
dalam menentukan hasil perbandingan berat botol minum. Terlihat bahwa siswa
masih kesulitan untuk membandingkan berat botol minum. Bahkan banyak yang
17
guru mengulang kembali membandingkan dua botol minum siswa dan
menjelaskan bagaimana menentukan mana yang lebih berat dan lebih ringan
dengan menggunakan bahasa yang lebih mudah untuk dipahami oleh siswa.
Kemudian guru menunjukan alat-alat yang diperlukan dan mencontohkan
bagaimana merakit alat ukur tidak baku menggunakan gantungan baju. Setelah itu
masuk pada proses pembentukan kelompok siswa yang dibagi ke dalam kelompok
yang terdiri dari 5-6 orang dan menentukan ketua kelompok masing-masing
dengan tetap menggunakan aturan bahwa jika siswa sudah pernah menjadi ketua
kelompok di dalam pertemuan-pertemuan sebelumnya, siswa tersebut tidak bisa
menjadi ketua kembali. Bersamaan dengan aturan tersebut, guru memberikan
pandangan tugas dan tanggungjawab sebagai ketua kelompok. Hal tersebut
bertujuan untuk mendorong percaya diri siswa untuk belajar menjadi pemimpin
dalam kelompoknya. Hasilnya pada pertemuan pertama dalam siklus 2 ini banyak
siswa yang ternyata berebut menjadi ketua kelompok. Hal tersebut menunjukan
bahwa stimulasi yang diberikan oleh guru untuk menumbuhkan kepercayaan diri
siswa menjadi langkah yang sangat penting. Setiap kelompok diberikan waktu
selama 10 menit untuk merakit sendiri timbangan tidak baku menggunakan
alat-alat yang telah dipersiapkan oleh guru. Dalam pelaksanaanya semua kelompok
dapat menyelesaikan kurang dari 5 menit. Sehingga pembelajaran dilanjutkan
dengan aktivitas selanjutnya. Guru menjelaskan instruksi dan Lembar Kerja
Kelompok dan siswa terlihat lebih tenang dan bersemangat mendengarkan
penjelasan guru. Siswa mengerjakan tugas kelompok dengan bersemangat dan
tertib. Setiap kelompok maju ke depan dan mempresentasikan hasil kerja
kelompok dan guru membimbing jalanya presentasi kelompok. Pada pertemuan
ini siswa terlihat sangat senang mengikuti setiap tahapan dan mengikuti instruksi
guru dengan baik dan tertib. Dalam pertemuan ini siswa terlihat lebih banyak yang
aktif untuk mengutarakan pertanyan-pertanyaan dan pendapat mengenai
pembelajaran. Pengukuran Berat Benda.
Pertemuan kedua pada siklus 2 dilaksanakan pada hari Rabu, 12 April
2017 terdiri dari 3 tahap kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
18
tidak banyak berbeda dengan pertemuan pertama. Perbedaanya hanya terletak
pada review atau pengulasan kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Pada langkah ini siswa masih ingat dengan jelas apa yang dipelajari mengenai
Pengukuran Berat Benda dan kegiatan mengukur berat benda dengan alat ukur
tidak baku berupa gantungan baju. Guru melakukan apersepsi dengan menunjukan
batu bata dan berdiskusi mengenai komponen penting dalam proses pembuatan
batu bata yaitu panas matahari pada saat musim kemarau.
Kegiatan inti yang terdiri dari 8 langkah kegiatan. Guru mencontohkan
pengukuran berat benda-benda di kelas dengan membandingkanya dengan berat
batu bata dengan menggunakan timbangan tidak baku gantungan baju. Siswa pun
terlihat sangat bersemangat dan menunjukan rasa ingin tahu saat proses
pengukuran beberapa benda dengan batu bata dilakukan oleh guru. Banyak siswa
yang ingin mencoba, tetapi guru hanya memilih beberapa siswa saja mengingat
efisiensi penggunaan waktu yang direncanakan. Setelah itu siswa dibagi ke dalam
kelompok yang terdiri dari 5 – 6 orang masing-masing kelompoknya. Pada proses
pembentukan kelompok secara heterogen maupun saat penentuan ketua
kelompok, siswa menunjukan respon yang sangat baik. Siswa menerima dengan
baik penentuan kelompok secara heterogen dan penentuan ketua kelompok pun
berjalan dengan teratur dan tertib dengan memberlakukan aturan yang sama
dengan pertemuan sebelumnya. Setelah itu guru meminta semua kelompok untuk
mengumpulkan sebanyak 10 batu kerikil berukuran sedang yang terdapat di
sekitar sekolah dengan waktu 10 menit. Dalam waktu 10 menit siswa sudah harus
berada di dalam kelas kembali dengan banyak batu yang telah di kumpulkan.
Guru meminta setiap ketua kelompok untuk memimpin dan mengarahkan
kelompoknya masing-masing dalam pengumpulan batu tersebut. Kemudian guru
menjelaskan instruksi kerja kelompok dan lembar kerja kelompok. Siswa terlihat
sangat tenang dan bersemangat mendengarkan dan menyimak setiap penjelasan
guru. Siswa menyelesaikan tugas kelompok dengan tenang dan baik. Dalam
kegiatan tersebut guru terlihat lebih santai dikarenakan setiap kelompok tidak ada
19
dalam kelompok. Siswa juga lebih percaya diri untuk menyatakan pertanyaan
maupun pendapatnya terhadap guru saat mengalami kesulitan kelompok.
Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Jumat, 14 April 2017. Pertemuan
ini merupakan hari terakhir dalam siklus 2 penelitian tindakan kelas dengan model
pembelajaran kooperatif. Selain itu tes ini bertujuan untuk mengukur keberhasilan
dari penerapan model pembelajaran kooperatif pada hasil belajar Matematika
kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi. Pertemuan ketiga terdiri dari kegiatan
pendahuluan yang meliputi review atau pengulasan kembali tentang materi
Pengukuran Berat Benda secara keseluruhan dan memberikan kesempatan pada
siswa untuk menyatakan pendapat maupun pertanyaan terkait materi tersebut.
Setelah itu siswa melakukan tes formatif siklus 2.
Observation (Pengamatan)
Pengamatan yang telah dilakukan pada Siklus 2 meliputi pengamatan
penerapan model pembelajaran kooperatif oleh guru, aktivitas siswa dan lembar
pengamatan kelompok.
Adapun penilaian pengamatan aktivitas siswa pada siklus 2 yang dapat
dilihat dari tabel 4.7 untuk pertemuan 1 dan tabel 4.7 untuk pertemuan 2 berikut
ini:
Tabel 4.7
Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus 2 Pertemuan 1
No Aspek yang Dinilai Skor
1 2 3 4
1 Kesiapan siswa menerima pelajaran √
2 Siswa antusias saat guru menyampaikan materi dan
tujuan pembelajaran
√
3 Siswa mampu menjawab pertanyaan dalam kegiatan
apersepsi
√
4 Siswa menyimak penjelasan awal guru tentang materi
pembelajaran
20
5 Siswa memperhatikan saat guru memberikan contoh
pengukuran panjang benda
√
6 Siswa antusias saat pembentukan kelompok secara
heterogen yang terdiri dari 5-6 orang
√
7 Siswa tertib saat menentukan ketua kelompok √
8 Siswa menyimak penjelasan guru tentang lembar
kerja kelompok
√
9 Siswa menyimak penjelasan guru tentang instruksi
cara kerja kelompok
√
10 Siswa dapat saling bekerja sama dalam kelompok
masing-masing sesuai dengan instruksi yang
diberikan guru
√
11 Siswa terlihat senang dan antusias selama proses
pembelajaran
√
12 Siswa dengan berani dan percaya diri saat
mempresentasikan laporan hasil kerja kelompok
masing-masing
√
13 Siswa aktif menanggapi laporan hasil kerja kelompok
lain
√
14 Siswa mampu menjawab dengan benar
pertanyaan-pertanyaan dari guru
√
15 Siswa aktif dalam menyimpulkan materi
pembelajaran
√
Total Skor
0 0 30 20
50
Berdasarkan data tersebut penilaian aktivitas siswa pada pertemuan 2
adalah A untuk Sangat Baik dengan perolehan skor total adalah 50. Perolehan
skor total ini meningkat dari Siklus 1 yang terdapat pada aktivitas proses
21
kelompok yang lebih tertib dan tenang. Setiap kelompok terlihat memiliki
kerjasama yang sangat baik dalam pembagian masing-masing tugas kelompok.
Selain hal proses penentuan kelompok, poin yang meningkat terdapat pada jalanya
presentasi kelompok. Presentasi dinilai lebih baik dalam hal sistematika dan
kejelasan siswa dalam meelaporkan hasil kerja kelompok di depan kelas. Siswa
juga lebih aktif untuk menanggapi presentasi kelompok lain.
Tabel 4.8
1 Kesiapan siswa menerima pelajaran √
2 Siswa antusias saat guru menyampaikan materi dan
tujuan pembelajaran
√
3 Siswa mampu menjawab pertanyaan dalam kegiatan
apersepsi
√
4 Siswa menyimak penjelasan awal guru tentang
materi pembelajaran
√
5 Siswa memperhatikan saat guru memberikan contoh
pengukuran panjang benda
√
6 Siswa antusias saat pembentukan kelompok secara
heterogen yang terdiri dari 5-6 orang
√
7 Siswa tertib saat menentukan ketua kelompok √
8 Siswa menyimak penjelasan guru tentang lembar
kerja kelompok
√
9 Siswa menyimak penjelasan guru tentang instruksi
cara kerja kelompok
√
10 Siswa dapat saling bekerja sama dalam kelompok
masing-masing sesuai dengan instruksi yang
diberikan guru
22
11 Siswa terlihat senang dan antusias selama proses
pembelajaran
√
12 Siswa dengan berani dan percaya diri saat
mempresentasikan laporan hasil kerja kelompok
masing-masing
√
13 Siswa aktif menanggapi laporan hasil kerja
kelompok lain
√
14 Siswa mampu menjawab dengan benar
pertanyaan-pertanyaan dari guru
√
15 Siswa aktif dalam menyimpulkan materi
pembelajaran
√
Total Skor 0 0 24 28
52
Hasil penilaian terhadap aktivitas siswa pada pertemuan 2 adalah A untuk
Sangat Baik dengan perolehan skor total adalah 52. Terlihat adanya peningkatan
pada pertemuan kedua dengan selisih 2 poin. Peningkatan ini terjadi pada
ketertiban siswa saat menyimak penjelasan guru yang pada pertemuan
sebelumnya hanya mendapat skor 3 untuk baik. Selain pada saat penjelasan guru,
siswa juga terlihat lebih bisa kooperatif saat presentasi hasil kerja kelompok yang
dilakukan kelompok lain. Siswa juga cenderung lebih aktif untuk menyampaikan
pendapatnya maupun pertanyaan-pertanyaan saat presentasi. Sehingga
pembelajaran terasa lebih interaktif, hidup dan menyenangkan mulai dari kerja
kelompok sampai evaluasi pembelajaran.
Hasil Tindakan
Setelah pelaksanaan kegiatan siklus 2 maka diperoleh prestasi belajar
Matematika pada tema 8 (Peristiwa Alam), sub tema 2 (Kemarau) dengan materi
mata pelajaran Matematika Pengukuran Berat Benda kelas 1 SD N Cakung Timur
05 Pagi. Penilaian dilakukan pada pengamatan nilai kinerja kelompok, nilai
23
Adapun hasil penilaian pengamatan kelompok selama siklus 1 dalam tabel
4.8 berikut:
Tabel 4.9
Lembar Pengamatan Aktivitas Kelompok Siklus 2
Kelompok Nilai
1 87,5
2 85
3 82,5
4 92,5
5 95
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa penilaian pengamatan kelompok
siswa pada siklus 2 terjadi peningkatan. Jika dihitung dalam rata-rata nilai pada
siklus 2 mendapatkan nilai 88,5. Perolehan skor hasil pengamatan kinerja
kelompok tertinggi didapatkan oleh kelompok 5 yaitu 95. Sedangkan untuk
perolehan skor hasil pengamatan terendah didapatkan oleh kelompok 3 yaitu 82,5.
Pada proses pelaksanaan siklus 2 setiap kelompok sangat kooperatif terhadap
setiap arahan dan instruksi guru. Siap siswa selama pembelajaran juga lebih tenag
dan tertib. Sehingga saat kegiatan kerja kelompok siswa sudah lebih sistematis
dalam mengerjakan setiap langkah kerja kelompok yang telah diinstruksikan guru.
Siswa juga sangat baik dalam proses presentasi kelompok, maupun dalam
menanggapi kelompok yang presentasi.
Selain penilaian pengamatan kinerja kelompok, terdapat penilaian lembar
kerja kelompok. Penilaian terhadap Lembar Kerja Kelompok pada siklus 2 dapat
24 Tabel 4.10
Penilaian Lembar Kerja Kelompok Siklus 1I
Kelompok Pertemuan Rata-rata
1 2
1 94 100 97
2 89 100 94,5
3 94 90 92
4 100 100 100
5 90 100 95
Rata-rata Kelas 95,7
Dapat dilihat pada tabel bahwa nilai rata-rata pada perolehan skor Lembar
Kerja Kelompok meningkat menjadi 95,7. Rata-rata tertinggi diperoleh kelompok
4 yaitu 100. Pada proses kerja kelompok maupun lembar kerja kelompok
diselesaikan dengan sangat baik. Kelompok 4 sangat aktif dan menunjukan
kerjasama yang paling baik diabndingkan keempat kelompok lainya. Sehingga
mendapatkan hasil nilai yang memuaskan pula. Untuk perolehan rata-rata
terendah diperoleh kelompok 3 yaitu 92. Hal tersebut dikarenakan penurunan nilai
pada pertemuan 2. Pada pertemuan 1 kelompok 2 mendapatkan skor 94 dan pada
pertemuan 2 mendapatkan skor 90. Selisih sebanyak 4 poin pada lembar kerja
kelompok 3.
Adapun perolehan hasil belajar Matematika berupa penilaian tes tertulis
yang telah dilaksanakan pada pertemuan ketiga siklus 2 yang terdapat pada tabel
4.10 berikut:
Tabel 4.11
Penilaian Prestasi Belajar Matematika Tes Formatif Siklus 2
Hasil Belajar Matematika Skor
Skor Rata-Rata 84
Skor Terendah 62
Skor Tertinggi 95
Dapat dilihat pada tabel 4.10 tersebut maka diperoleh bahwa prestasi
belajar Matematika siswa kelas 1 pada materi Pengukuran Berat Benda setelah
25
rata-rata siswa mencapai 84 dengan nilai terendah yaitu 62, dan nilai tertinggi
adalah 95.
Berdasarkan frekuensi prestasi belajar Matematika berdasarkan ketuntasan
(KKM) Matematika kelas 1 pada siklus 2 dapat dilihat pada tabel 4.11 sebagai
berikut:
Tabel 4.12
Frekuensi Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan KKM
Siklus 1I
Ketuntasan Skor
Siklus II
Frekuensi Persentase (%)
Tuntas ≥66 26 89,7
Tidak Tuntas <66 3 10,3
Jumlah 29 100
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa pada frekuensi prestasi belajar
Matematika pada materi Pengukuran Berat Benda kelas 1 diukur dengan nilai
KKM 66 sebanyak 26 siswa telah mencapai KKM, sedangkan sebanyak 3 siswa
dinyatakan tidak tuntas. Sehingga diperoleh persentase keberhasilan penerapan
model pembelajaran kooperatif pada prestasi belajar Matematika sebesar 89,7%
Tuntas dan 10,3% Tidak Tuntas.
Berikut merupakan hasil belajar Matematika siklus 2 berdasarkan KKM
kelas 1 SDN Cakung Timur 05 Pagi tema 8 (Peristiwa Alam) dengan sub tema
(Kemarau) yang disajikan dalam bentuk grafik lingkaran berikut:
Grafik 4.2
Persentase Prestasi Belajar Matematika pada Penerapan Model Kooperatif Siswa Kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi Siklus II
Tuntas
26 Reflectionn (Refleksi)
Pelaksanaan pembelajaran siklus 2 telah diselesaikan dengan sangat baik
oleh guru dalam rangka perbaikan siklus 1. Melakukan refleksi mengenai hal-hal
yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan selama proses siklus 2 berlangsung. Guru
bersama observer melakukan diskusi bersama untuk mengevaluasi hal-hal yang
diperlukan selama siklus 2. Langkah guru dalam memperbaiki kegiatan
pembelajaran pada siklus 1 meliputi proses pembentukan kelompok dan
mendorong keaktifan siswa dalam menanggapi presentasi kelompok lain. Pada
proses pembentukan kelompok secara heterogen antar siswa sudah menunjukan
sikap yang baik. Dalam penentuan ketua kelompok siswa sudah lebih menunjukan
percaya diri dan keberanianya untuk mengajukan diri menjadi ketua kelompok.
Bahkan beberapa siswa yang terdalam 1 kelompok berebut untuk menjadi ketua di
kelompoknya. Tetapi hal tersebut sudah teratasi dengan aturan yang telah
diterapkan oleh guru sebelumnya bahwa jika siswa yang sudah pernah menjadi
ketua tida diperbolehkan untuk menjadi ketua kelompok kembali. Sehingga
dengan adanya aturan yang diterapkan guru siswa menjadi lebih bisa berlapang
dada dalam menerima kenyataan bahwa kesempatan menjadi ketua kelompok
hanya satu kali saja. Selain itu dalam proses menyimak segala instruksi dan
arahan oleh guru, siswa menunjukan sikap lebih tenang dan tidak ribut sendiri.
Hal tersebut dapat dikarenakan pembelajaran yang menyenangkan dan berhasil
membuat siswa penasaran akan pembelajaran yang dilakukan setiap pertemuan.
Pemilihan aktivitas belajar yang menarik bagi siswa menjadi hal yang sangat
penting dan utama bagi guru. Hal tersebut dapat berdampak pada bagaimana
siswa bersikap dan bertindak selama proses kegiatan belajar mengajar. Dalam hal
ini guru berhasil menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan
bagi siswa.
4.2 Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini telah terlaksana selama 2 minggu yang terdiri
dari 2 siklus dengan total 6 kali pertemuan. Sebelum ada tindakan pada prestasi
belajar Matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif pada siswa
27
prestasi belajar Matematika pada Tema 7. Diperoleh sebanyak 14 siswa
mendapatkan nilai tidak tuntas dengan nilai KKM 66. Jika dipresentasikan ke
dalam persen (%) siswa yang tuntas hanya sebesar 51,7%. Sedangkan untuk hasil
penghitungan nilai ketuntasan siswa yang tidak tuntas hanya sebesar 48, 3%.
Setelah diberikan tindakan didapatkan hasil rekapitulasi nilai pada tabel 4.13
sebagai berikut:
Tabel 4.13
Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Ketuntasan Prasiklus, Siklus 1 dan Siklus 2
Prestasi Belajar Matematika
KKM
Persentase (%)
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Tuntas ≥66 51,7 69 89,7
Tidak Tuntas <66 48,3 31 10,3
Jumlah 100
Berdasarkan tabel 4.13 terlihat bahwa peningkatan terjadi setelah
diberikan tindakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif pada
prestasi belajar Matematika kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi. Data pra siklus
yang didapat adalah 51,7% untuk persentase nilai tuntas dengan frekuensi 15
siswa. Sedangkan untuk perseolehan persentase nilai tidak tuntas adalah 48,3%
dengan frekuensi 14 siswa
Peningkatan prestasi belajar terlihat setelah diberikan tindakan dengan
model pembelajaran kooperatif pada siklus 1 dengan hasil skor ketuntasan sebesar
69% yang tuntas dengan frekuensi 20 siswa dan 31% untuk persentase tidak
tuntas dengan frekuensi 9 siswa.
Siklus perbaikan yang mana adalah siklus 2 telah dilaksanakan untuk
memperbaiki hal-hal yang menjadi evaluasi pada siklus 1. Diperoleh data hasil tes
tertulis siklus 2 sebesar 89,7% dengan frekuensi 26 siswa yang tuntas. Sedangkan
data tes formatif untuk skor tidak tuntas sebesar 10,3% dengan frekuensi 3 siswa.
terlihat pada siklus 2 terjadi peningkatan dari siklus 1. Berikut adalah rekapitulasi
28 Gambar 4.3
Keberhasilan dalam penelitian ini juga tampak dari peningkatan hasil
belajar Matematika siswa kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi, nampak pada
perbandingan skor rata-rata, skor terendah dan skor tertinggi pada prasiklus, siklus
1 dan siklus 2 yang dapat dilihat pada tabel 4.14
Tabel 4.14
Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Skor Rata-Rata, Skor Terendah dan Skor Tertinggi Prasiklus, Siklus 1 dan Siklus 2
No Hasil Belajar Prasiklus Siklus 1 Siklus 2
1 Skor Rata-Rata 75 77 84
2 Skor Terendah 55 57 62
3 Skor Tertinggi 91,5 93 95
Pada tabel 4.14 dapat dilihat adanya peningkatan skor rata-rata pada
prasiklus sebesar 75, siklus 1 sebesar 77, dan siklus 2 sebesar 84. Skor terendah
mengalami peningkatan prestasi belajar Matematika, dari prasiklus sebesar 55,
siklus 1 sebesar 57, dan siklus 2 sebesar 62. Skor tertinggi juga mengalami
peningkatan dari prasiklus sebesar 91,5, siklus 1 sebesar 93, dan siklus 2 sebesar
95. Maka pembelajaran Matematika dengan model pembelajaran kooperatif siswa
kelas 1 di SD N Cakung Timur 05 Pagi mengalami peningkatan setelah diberikan
tindakan. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Pra Siklus Siklus 1 Siklus 2
Tuntas
29
Dalam melakukan penelitian ini guru melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator pada kegiatan belajar siswa. Guru
hanya memberikan stimulasi dan siswa mencoba dan berdiskusi untuk
mengembangkan pengetahuanya sendiri. Selain itu dalam pembelajaran ini siswa
menjadi lebih aktif pada proses diskusi kelompok, pembagian tugas/peran dalam
kelompok dan presentasi did epan kelas. Pembelajaran Matematika menggunakan
model pembelajaran kooperatif dapat membuat suasana belajar dan kegiatan
belajar di kelas menjadi lebih interaktif, menyenangkan, dan tidak membosankan
bagi siswa.
4.3 Pembahasan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga model pembelajaran
Kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika dengan materi
Pengukuran Panjang dan Berat Benda siswa kelas 1 SD N Cakung Timur 05 Pagi.
Berdasarkan hasil observasi pada kegiatan prasiklus, dilakukan di SD N
Cakung Timur 05 Pagi sebelum penelitian, kegiatan pembelajaran Matematika
masih menggunakan model pembelajaran yang kurang menyenangkan dan
membosankan bagi siswa, serta guru hanya terpaku pada textbook dan kurang
mengembangkan aktivitas pembelajaran di kelas. Pendekatan pembelajaran masih
pada teacher centered. Sehingga pembelajaran masih berpusat pada guru. Kurang
adanya aktivitas pembelajaran yang dapat mengembangkan nalar siswa pada
konsep Matematika seperti penggunaan media dan permainan. Sehinggga hasil
pembelajaran Matematika kurang memuaskan. Dengan skor analisis rata-rata hasil
pembelajaran Matematika pada tema 7 sebesar 75, skor terendah 55 dan skor
tertinggi 91,5. Prestasi belajar Matematika berdasarkan ketuntasan pada prasiklus dengan KKM sebesar ≥66, adalah 15 siswa dinyatakan tuntas dan 14 siswa tidak tuntas.
Indikator keberhasilan dari penelitian ini belajar matematika siswa
mengalami peningkatan ditandai dengan jumlah siswa yang mencapai standar
ketuntasan belajar lebih dari 75% pada siklus 2 dengan KKM 66. Berdasarkan
30
dilakukan pada siklus penelitian tindakan kelas ini menunjukan adanya
peningkatan pada frekuensi pra siklus yaitu hanya 51,7% mengalami peningkatan
pada siklus 1 yaitu sebesar 69%. Hal tersebut masih perlu adanya peningkatan dari
target yang ditentukan. Pada siklus 2 dimana merupakan siklus perbaikan siklus 1
menunjukan adanya peningkatan prestasi belajar yaitu 89,7%. Menunjukan
bahwa telah melampaui dari target indikator keberhasilan tindakan yang
ditentukan.
Model pembelajaran kooperatif ini membuat pembelajaran lebih menarik
dan menyenangkan karena pada model ini memacu siswa dalam mengembangkan
konsep sendiri. Hasil penelitian ini sejalan penelitian yang dilakuan oleh Andi
Setyawan dalam Penggunaan Teori Belajar Dienes (Games) dalam Model
Pembelajaran Kooperatif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Kelas 5 SD Negeri Ujung-Ujung 02 Kabupaten Semarang Tahun Ajaran
2012-2013. Menunjukan hasil belajar Matematika pada materi Sifat-sifat Bangun Ruang
dan Kesebangunan sebelum dilakukan metode kooperatif hanya sebesar 9,09%
dari seluruh siswa mencapai KKM yang sebesar >80. Setelah diterapkan metode
kooperatif siklus 1, prestasi belajar Matematika berdasarkan ketuntasan meningkat
menjadi 45,45% dari seluruh siswa, dan pada siklus 2 prestasi belajar Matematika
berdasarkan ketuntasan mencapai 90,91% dari seluruh siswa. Dari hasil
penelitian Andi Setyawan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran