• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Naskah Akademik Naskah Akademik K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Contoh Naskah Akademik Naskah Akademik K"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH AKADEMIK KETENTUAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 PASAL 29 TENTANG AGAMA

Untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Hukum Konstitusi

Dosen Pengampu: Wiwik Budi Wasito., M.H

Disusun oleh: V/ICP

Anis Azizah (15230070) Ajeng Aoudina (15230074) Izzatul Ulya ( 15230082) Umi Azizah T.A. ( 15230088)

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARI’AH

▸ Baca selengkapnya: contoh naskah kontrak politik

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha Pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas keadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan naskah akademik tentang pemberlakuan hukum yang selaras degan kaidah masing-masing agama, termasuk tentang hukum islam dan mengenai tujuan Negara dalam menciptakan Kerukunan antar agama.

Naskah Akademik ini di susun sebagai Tugas Akhir Semester Ganjil 2017. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami mengharapkan segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga naskah akademik tentang pemberlakuan hukum yang selaras degan kaidah masing-masing agama, termasuk tentang hukum islam dan mengenai tujuan Negara dalam menciptakan Kerukunan antar agama dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada hakikatnya, setiap warga negara berhak mendapat perlindungan hukum maupun jaminan kehidupan social. Oleh karena itu dalam menjalankan kehidupan bernegara dan pemerintahan harus sesuai dengan undang-undang tertinggi di Indonesia, yakni Undang-Undang Dasar 1945. Salah satu hal yang paling krusial pada saat ini adalah mengenai hak asasi manusia, terutama dalam bidang agama. Mengenai agama telah dipaparkan secara jelas dalam Pancasila pada sila pertama yakni ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’ yang mana dalam hal ini, Indonesia berdasarkan atas asas Ketuhanan Yang Esa atau monotheisme.

Selain itu, mengenai jaminan dalam beragama juga dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 dengan secara tegas dinyatakan dalam ketentuan pada Pasal 29 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) yang berbunyi:1

1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

(4)

2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

Keberadaan agama di Indonesia telah diakui dalam Undang-Undang Nomor 1 PNPS 1965 ayat (1) yang disebutkan bahwa agama-agama yang dipeluk oleh penduduk Indonesia adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Khong cu (confusius). Karena ke enam macam agama itulah yang paling banyak dianut di Indonesia, kecuali mereka mendapat jaminan seperti diberikan pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Dasar, mereka juga mendapat bantuan dan perlindungan. Keberadaan kepercayaan lain dibiarkan adanya selama tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam peraturan ini atau perundangan lainnya.

Selain agama yang diakui di atas, Indonesia juga mengakui adanya aliran kepercayaan seperti yang tercantum dalam Pasal 29 UUD 1945 di atas. Maksud dari kata kepercayaan adalah aliran kepercayaan, kebatinan dan kepercayaan suku, adat, atau agama-agama local yang saat proklamasi kemerdekaan populasinya mencapai 40% dan penduduk Indonesia menganut berbagai aliran kepercayaan meliputi beberapa bentuk aliran kepercayaan dan kebatinan, di antaranya: Sumarah, Tri Tunggal Manunggal, Sapta Dharma, dan lain-lain. Kemudian kepercayaan suku atau yang disebut sebagai agama local seperti Dayak, Badui, Batak Parlim, dan masih banyak lagi.2

(5)

Pandangan tentang persatuan dan kesatuan merupakan pencerminan dari masyarakat Indonesia yang memiliki prinsip Bhinneka Tungga Ika. Prinsip ini mengharuskan untuk mengakui bahwa bangsa Indonesia baik dari suku, bahasa, agama, dan lain-lain sangat beragam. Keberagaman Indonesia, terutama pada bidang agama inilah yang terkadang memunculkan perbedaan hingga timbulnya konflik. Hal ini disebabkan karena rasa fanatisme sehingga menimbulkan pandangan berbeda terhadap kelompok lain sehingga menimbulkan perpecahan. Padahal, agama menurut para pakar agama yang dimuat dalam Ensiklopedia Islam, menyatakan bahwa agama secara normatif merupakan way of life bagi umat manusia agar dapat hidup teratur, saling menghargai, dan menciptakan keharmonisan serta keseimbangan kehidupan dengan alam.3

Kasus konflik keagamaan dan kepercayaan masih banyak terjadi baik yang berindikasi keagamaan maupun kepercayaan. Konflik pertikaian antar agama pertama kali terjadi di Ambon (islam dan nasrni) dan Poso (islam dan kristen), selain itu pada tahun 2016 juga terjadi pertikaian antar agama di Tanjung Balai, Sumatera Utara yang mana terjadi pembakaran belasan rumah ibadah dan lembaga social. Selain itu, setidaknya pada tahun 2008 terdapat 12 kasus berindikasi kepercayaan di seputar keberadaan rumah ibadah. Pada beberapa tempat tertentu yang potensial konflik dan tindakan kekerasan oleh penganut aliran kepercayaan sudah menjadi kewajiban otoritas bagi pemerintah dan polisi untuk menjamin perlindungan keamanan terutama mencegah terjadinya

(6)

kekerasan atas hak-hak warga negara. Pada perkembangannya, aliran kepercayaan memang tidak sepenuhnya memuaskan karena masih terdapat sisa diskriminasi secara administrasi sipil.4 Sehingga

keberadaan kelompok aliran ini merupakan hal yang sangat penting guna harmonisasi kehidupan masyarakat. Namun saat ini melalui putusan Mahkamah Konstitusi, mengenai aliran kepercayaan ini telah diakui yaitu dengan pemberian nama agama local tertentu di Kartu Tanda Penduduk (KTP) guna penegakkan Hak Asasi Manusia seperti yang terdapat dalam Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 Tentang Agama.

Kasus-kasus terkait masalah kerukunan beragama pun belum bisa terhapus secara tuntas. Hal ini mengindikasikan bahwa pemahaman masyarakat mengenai kerukunan antar umat beragama perlu ditinjau ulang. Dikarenakan banyak ditemukan tidak adanya kerukunan antar agama, yang menjadi saling bermusuhan dan saling merasa ketidak adilan. Maka dari itulah pentingnya kerukunan umat beragama, agar masyarakat yang mengalami maupun tidak mengalami efek negatif dari ketidak rukunan agama perlu diketahui bahwa kerukunan agama itu sangatlah penting.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan kerukunan hidup antar umat beragama, UUD 1945 sebagai landasar peraturan di bawahnya harus tercipta satu konsep hidup bernegara yang mengikat semua anggota kelompok sosial yang berbeda agama guna menghindari konflik antarumat beragama yang terjadi. Yang mana harus bersifat universal dan tidak terlalu kaku sehingga

(7)

mudah untuk mengikuti dan menyesuaikan pola masyarakat yang ada.

2. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan UUD 1945 Pasal 29 Tentang Agama di Indonesia?

2. Mengapa perlu disusun rancangan perubahan UUD 1945 Pasal 29 tentang Agama?

3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis pembentukan rancangan perubahan UUD 1945 Pasal 29 tentang Agama?

4. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan, jangkauan dan arah rancangan perubahan UUD 1945 Pasal 29 tentang Agama?

3. Tujuan dan Kegunaan Penyusunan Naskah Akademik

Sesuai dengan latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan diatas, maka penyusunan Naskah Akademik memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Penetapan hukum yang dipertimbangkan dengan beragamnya kaidah agama di Negara ini merupakan sebuah upaya untuk mengurangi pertikaian antarumat beragama yang masing-masing darinya memperlihatkan keunggulan agamanya.

(8)

negara tidak boleh melanggar prinsip-prinsip agama tersebut.

4. Metode

(9)
(10)

BAB II KAJIAN TEORI

Menurut Kamus Besar ahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi".[10]. Kata lain untuk menyatakan konsep ini

adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan.

Menurut filologMax Müller, akar kata bahasa Inggris "religion", yang dalam bahasa Latin religio, awalnya digunaka untuk yang berarti hanya "takut akan Tuhan atau dewa-dewa, merenungkan hati-hati tentang hal-hal ilahi, kesalehan" (kemudian selanjutnya Cicero menurunkan menjadi berarti " ketekunan").Max Müller menandai banyak budaya lain di seluruh dunia, termasuk Mesir, Persia, dan India, sebagai bagian yang memiliki struktur kekuasaan yang sama pada saat ini dalam sejarah. Apa yang disebut agama kuno hari ini, mereka akan hanya disebut sebagai "hukum".

(11)

berarti hukum. Di seluruh Asia Selatan klasik, studi hukum terdiri dari konsep-konsep seperti penebusan dosa melalui kesalehan dan upacara serta tradisi praktis. Medieval Jepang pada awalnya memiliki serikat serupa antara "hukum kekaisaran" dan universal atau "hukum Buddha", tetapi ini kemudian menjadi sumber independen dari kekuasaan.

Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige, dan lain-lain. Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu:

1. menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan, dan

2. menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan.

(12)

pemeluknya diatur oleh agama yang dianutnya. Bagaimana kita makan, bagaimana kita bergaul, bagaimana kita beribadah, dan sebagainya ditentukan oleh aturan/tata cara agama.5

Ideologi negara Indonesia dalah Ketuhanan yang Maha Esa, oleh karena segala kegiatan di negara Indonesia harus berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dan itu besifat mutlak. Prinsip Ketuhanan yang ditanamkan dalam UUD 1945 merupakan perwujudan dari pengakuan keagamaan. Oleh karena itu, setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agamanya yang warganya anggap benar dan berhak mendapatkan pendidikan yang layak, serta hak setiap warga negara untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak dan nyaman untuk tinggal dan berhak menentukan kewarganegaraan sendiri.

Setiap warga negara memiliki agama dan kepercayaanya sendiri tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun. Dan tidak ada yang bisa melarang orang untuk memilih agama yang diyakininya. Setiap agama memiliki cara dan proses ibadah yang bermacam-macam, oleh karena itu setiap warga negara tidak boleh untuk melarang orang beribadah. Supaya tidak banyak konflik-konflik yang muncul di Indonesia.

(13)

beragama (atheis). Dalam pasal 29 ayat 2 UUD 1945 dijelaskan bahwa Negara Indonesia hanya memberikan jaminan kepada pemeluk agama untuk beribadah menurut agamanya masing-masing, namun tidak dijelaskan agama apa saja yang diakui di Indonesia.

Kemudian dalam pasal 1 Penetapan Presiden Republik Indonesia Nomor 1/PNPS/1965 tentang pencegahan penyalahgunaan dan atau penodaan agama, sesuai dengan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 3 pada tanggal 27 Januari 1965 dijelaskan bahwa agama yang dipeluk penduduk Indonesia adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong cu (confusius). Hal ini dibuktikan berdasarkan perkembangan agama di Indonesia. Dan 6 agama tersebut hampir dipeluk oleh seluruh penduduk Indonesia. Keenam agama tersebut juga mendapat bantuan-bantuan dan perlindungan. Bagaimana dengan agama selain agama yang 6 tersebut ?

Dalam penjelasan pasal tersebut juga dijelaskan bahwa agama lain, misalnya : Yahudi, Zarasustrian, Shinto dan Taoism boleh berada di Indonesia. Agama lain tersebut mendapat jaminan menurut pasal 29 ayat 2 UUD 1945 dan dibiarkan tetap ada. Kemudian dijelaskan juga bagi badan/aliran kebatinan, pemerintah menyalurkan kearah Ke Tuhanan Yang Maha Esa, sesuai dengan TAP MPRS Nomor II/MPRS/1960 lampiran A bidang I angka 6.

Oleh karena itu, pasal 29 UUD 1945 hanya menjelaskan 2 pengertian yaitu :

(14)

2. UUD 1945 memberikan jaminan kepada pemeluk agama yang ada di Indonesia untuk beribadah.

3. Tidak ada pengaturan jenis agama yang mesti berada di Negara Indonesia, semua agama apa pun boleh berada di Indonesia, asal tidak ATHEIS.

Kemudian dalam peraturan Nomor 1/PNPS/1965 dijelaskan bahwa hanya 6 agama yang mendapat jaminan yaitu (Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hucu), namun agama lain tidak dilarang di Indonesia.6

Menurut Hazairin, dengan merujuk pada pasal 29 ayat 1 UUD 1945, maka sebenarnya tidak perlu lagi terjadi pertentangan antara sistem hukum adat, hukum positif, dan hukum agama. Begitu juga tidak boleh lagi ada satu ketentuan dan hukum baru yang bertentangan dengan kaidah-kaidah hukum Islam dan juga hukum agama yang lain, dan begitu pula sebaliknya. Negara wajib mengayomi setiap orang untuk bisa menjalankan ajaran-ajaran agama yang diyakininya. Selain itu, negara juga wajib mengatur dan mengontrol sistem hukum islam, terutama aspek mu’amalahnya, yang memang membutuhkan bantuan negara dalam implementasinya7

.Tujuan negara atau haluan negara yang pelaksanaannya ditugaskan kepada pemerintahan negara seperti disebut di atas mengandung nilai-nilai filosofos dan historis yang tidak boleh diabaikan, baik oleh pemerintahan negara maupun oleh seluruh rakyat Indonesia. Melindungi segenap bangsa Indonesia, 6https://www.matakin-indonesia.org/index_indo.htm)

(15)

memberikan pemahaman adanya kesederajatan dan kesetaraan bagi seluruh bangsa Indonesia. Pemahaman ini juga mengakui kebhinnekaan karena adanya perbedaan suku bangsa, golongan, kedaerahan, adat istiadat, kebudayaan, politik, agama, dan lain-lain. Akan tetapi tetap dalam kebersatuan sebagai satu bangsa Indonesia. Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa pemerintahan negara harus melindungi segenap bangsa Indonesia tanpa membedakan satu dengan yang lain, memperoleh perhatian dan perlakuan yang sama, tidak diskriminatif tehadap suku bangsa, golongan dalam masyarakat atau kebudayaan yang ada. Nilai historisnya adalah bahwa kemerdekaan dari penjajah Belanda direbut oleh bangsa Indonesia yang terdiri dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin bersatu membentuk negara kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam kaitan ini pula, perlu memahami bahwa adalah tugas pemerintahan negara untuk melindungi seluruh tumpah darah Indonesia. Tumpah darah Indonesia itu terdiri dari ribuan kepulauan yang dikelilingi oleh lautan yang terbentang dalam wilayah Indonesia dari barat sampai ke timur, dari Aceh sampai ke Irian Jaya, yang terdiri dari puluhan propinsi, ratusan kabupaten dan ribuan kecamatan. Semua ini adalah tumpah darah Indonesia yang harus di lindungi pemerintahan negara, baik terhadap gangguan dari luar maupun dari dalam. Semua wilayah harus mendapat perlakuan dan kebijakan yang sama di bidang pembangunan.

(16)

satu negara kesatuan. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 juga dimuat dasar negara atau ideologi negara yaitu Pancasila. Ideologi suatu negara berfungsi sebagai dasar filosofis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta menjadi dasar normatif bagi seluruh tatanan hukum yang berlaku bagi negara. Dalam hubungan inilah perlu memperhatikan sila-sila dari Pancasila dalam kaitannya dengan tugas yang sedang kita laksanakan sekarang yaitu mengamendemen Undang-Undang Dasar 1945.

Negara kita adalah ‘bukan negara sekuler’. Pengaturan mengenai agama harus lebih dipertegas dalam UUD Indonesia. Oleh karena itu, ketentuan Pasal 29 Ayat (1) UUD 1945 yang menentukan bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa haruslah diartikan bahwa negara harus dibangun atas dasar prinsip-prinsip Ketuhananan Yang Maha Esa sebagaimana dipahami dalam ajaran agama masing-masing. Dan setiap pemeluk agama berkewajiban untuk menjalankan ajaran dan syari’at agama yang dianutnya masing-masing.8

UNDANG – UNDANG DASAR 1945 SEBAGAI HUKUM DASAR

 Pengertian Hukum Dasar

Undang – Undang Dasar suatu negara hanya merupakan sebagaian dari Hukum Dasar negara itu.

 Undang – Undang Dasar merupakan Hukum Dasar yang tertulis ( Konstitusi )

 Di samping hukum dasar yang tertulis berlaku juga hukum

(17)

timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun tidak tertulis.

UUD 1945 adalah:

 Hukum dasar yang tertulis (di samping itu masih ada hukum dasar yang tidak tertulis, yaitu Konvensi)

1. Sebagai (norma) hukum :

a. UUD bersifat mengikat terhadap: Pemerintah, setiap Lembaga Negara/Masyarakat, setiap WNRI dan penduduk di RI.

b. Berisi norma-norma: sebagai dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara harus dilaksanakan dan ditaati.

2. Sebagai hukum dasar:

a. UUD merupakan sumber hukum tertulis (tertinggi) Setiap produk hukum (seperti UU, PP, Perpres, Perda) dan setiap kebijaksanaan Pemerintah berlandaskan UUD 1945.

b. Sebagai Alat Kontrol Yaitu mengecek apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai dengan ketentuan UUD 1945. III. KEDUDUKAN UNDANG – UNDANG DASAR 1945

a. Hukum Dasar Yang tertulis

Sebagai Hukum Dasar maka mengikat yaitu mengikat pemerintah, lembaga negara, lembaga kemasyarakatan, warga negara dan penduduk.

b. Hukum Dasar dan Sumber Hukum

(18)

SIFAT UUD 1945

 UUD 1945 bersifat supel (elastis), Yaitu : Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat itu terus berkembang dan dinamis. Negara Indonesia akan terus tumbuh dan berkembang seiring dengan perubahan zaman. Oleh karena itu, bangsa Indonesia harus tetap menjaga supaya sistem Undang-Undang Dasar tidak ketinggalan zaman.

 Rigid Yaiitu : Mempunyai kedudukan dan derajat yang lebih tinggi dari peraturan perundang-undangan yang lain, serta hanya dapat diubah dengan cara khusus dan istimewa.

SEBAGAI HUKUM DASAR :

a. UUD merupakan sumber hukum tertulis (tertinggi) Setiap produk hukum (seperti UU, PP, Perpres, Perda) dan setiap kebijaksanaan Pemerintah berlandaskan UUD 1945.

b. Sebagai Alat Kontrol Yaitu mengecek apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai dengan ketentuan UUD 1945.

FUNGSI UUD 1945

 Di atas telah dibahas tentang apa yang dimaksud dengan UUD

(19)

 Undang-undang Dasar bukanlah hukum biasa, melainkan hukum

dasar, yaitu hukum dasar yang tertulis.

Dengan demikian setiap produk hukum seperti undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, ataupun bahkan setiap tindakan atau kebijakan pemerintah haruslah berlandaskan dan bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, yang pada akhirnya kesemuanya peraturan perundang-undangan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan UUD 1945, dan muaranya adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Dalam kedudukan yang demikian itu, UUD 1945 dalam kerangka tata urutan perundangan atau hierarki peraturan perundangan di Indonesia menempati kedudukan yang tertinggi.

Dalam hubungan ini, UUD 1945 juga mempunyai fungsi sebagai alat kontrol, dalam pengertian UUD 1945 mengontrol apakah norma hukum yang lebih rendah sesuai atau tidak dengan norma hukum yang lebih tinggi, dan pada akhirnya apakah norma-norma hukum tersebut bertentangan atau tidak dengan ketentuan UUD 1945. Selain itu UUD 1945 juga memiliki fungsi sebagai pedoman atau acuan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam UUD 1945 juga terkandung :

 Materi pengaturan sistem pemerintahan, termasuk pengaturan tentang kedudukan, tugas, wewenang dan hubungan antara lembaga-lembaga negara

 Hubungan negara dengan warga negara baik dibidang politik,

(20)

 Amandemen : prosedur penyempurnaan tanpa harus langsung

mengubah UUD

pelengkap serta rincian dari UUD asli. Salah satu hak legislatif untuk mengusulkan perubahan dalam suatu rancangan Undang-Undang yang dimajukan pemerintah.

 UUD 1945 bersifat elastic didasarkan karena masyarakat terus

berkembang dan dinamis

(21)

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Pada Rakornas (rapat kordinasi nasional) komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Provinsi se-Indonedia, 2 September 2016, Jaksa Agung Muda Bidang Intelejen, Teguh, SH, MH, mengatakan UU No. 1 PNPS 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/Atau Penodaan Agama diperlukan di Indonesia. “Setiap warga negara harus tunduk pada batasan-batasan dengan maksud menjamin hidup agama. Yaitu dibatasi oleh UU No. 1 PNPS 1965. Ada HAM (Hak Asasi Manusia) yang mutlak, tetapi di negara Indonesia juga ada HAM Konstitusional. Yakni hak-hak asas manusia yang diatur undang-undang.9

Pasal 1 UU menerangkan tentang larangan melakukan pendodaan agama dalam bentuk apapun. Bunyi pasal tersebut adalah: Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum, untuk melakukan penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari agama itu, penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu.

Telah menjadi tugas negara untuk melindungi warganya. Apapun agamanya. Melindungi itu dengan aturan. Warga negara harus diatur agar supaya tidak saling melecehkan dan 9 Hidayatullah, Pentingnya Undang-Undang Perlindungan Agama,

(22)

merendahkan satu dengan lainnya. Bila tidak ada aturan, maka setiap orang akan bertindak tanpa kontrol, yang bisa berakibat fatal. Untuk negara Indonesia, perlindungan agama diperlukan. Karena Indonesia bukan negara sekular murni, dimana sifatnya yang cenderung membuang agama sebagai nilai publik. Tapi Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang didalamnya ada jaminan perlindungan agama dan umat beragama untuk menjalankan ajaran sesuai keyakinannya.

Apalagi melindungi agama memiliki dasar yuridis formal. Dalam pasal 29 UUD 1945 ayat 1 disebutkan bahwa “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Pada pasal yang sama ayat 2 tertulis, “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya”.

(23)

waktu lalu. Tidak ada non-Muslim satu pun disentuh. Jadi, lebih radikal anak-anak sekolah yang tawuran di Jakarta yang selalu membawa korban; luka atau tewas. Juga lebih radikal para supporter bola yang sering tawuran dan membuat onar di lapangan dan di luar lapangan. Sedangkan anak muda pengajian, tidak pernah berbuat onar dan tawuran.10

Maka, bullying terhadap agama lain sesungguhnya melanggar hukum negara. Baik UUD 1945 maupun UU No. 1 PNPS 1965. Seseorang tidak boleh mengolok-olok ajaran agama lain. Sebab, hak berbicara dibatasi undang-undang. Dalam UUD 1945 pasal 28 ayat 1 disebutkan: Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan Undang-Undang dengan maksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.

Batasan undang-undang yang dimaksud adalah UU no.1/PNPS/1965 itu. Setiap warga negara memiliki hak untuk menjalankan ajaran sesuai dengan keyakinan dan agamanya. Beragama merupakan hak dasar. Adapun fungsi undang-undang adalah untuk melindungi agama beserta pemeluknya. Tidak hanya pemeluk agama itu yang dilindungi, tetapi agama juga harus dilindungi oleh negara.

(24)

terpisahkan dari hak asasi setiap individu. Bahkan seseorang diperbolehkan melecehkan keyakinan/agama orang lain termasuk menghujat Tuhan sekalipun. Berbicara itu hak, tetapi berbicara dengan mengolok-olok agama dan Tuhan adalah kejahatan.

Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Ketuhanan YME tentu saja berbeda. Meskipun memberi kebebasan setiap orang untuk memeluk dan beribadah sesuai keyakinannya, tetapi negara membatasi kebebasan itu agar kebebasan masyarakat secara kesuluruhan tidak terganggu. Agama merupakan hak dasar manusia. Karena itu harus dilindungi oleh negara. Sebab, sebagai hak dasar, maka setiap manusia akan menuntut hak dasarnya itu bila ada hambatan-hambatan. Karena itu diperlukan perangkat hukum untuk mengaturnya. Sebab, seluas apapun kebebasan seseorang, ia akan tetap dibatasi oleh kebebasan orang lain. Kebebasan yang melahirkan perdamaikan itu adalah kebebasan yang di dalamnya tidak ada penistaan, pelecehan dan menyudutkan figur agama atau terhadap terhadap kesucian agama.11

Pelecehan terhadap kesucian agama-lah yang sesungguhnya memicu konflik sosial. Perbuatan seperti ini jika dibiarkan akan memperkeruh keamanan masyarakat, karena penodaan agama hakikatnya melanggar Hak Asasi Manusia. Pelecehan terhadap agama hakikatnya pelecehan terhadap hak manusia. Sebab, hak manusia yang paling asasi adalah hak untuk menjaga agamanya. Jika kesucian agama dihujat, maka telah terjadi pelanggaran hak asasi yang berat.

(25)

Adanya Pancasila merupakan dasar konstitusional melindungi agama dan umat beragama. UU negara semuanya berdasarkan Pancasila ini. Tidak terkecuali undang-undang yang mengatur hubungan antar agama, penistaan agama dan lain-lain. Maka perlindungan itu bukan hanya pemeluknya, tetapi agamanya harus dilindungi. Negara wajib melindungi agama. Karena salah satu fungsi adanya negara adalah melindungi agama.

Penjelasan Pasal 29 ayat 1 & 2 UUD NRI 1945 tentang Agama

Pasal 29 ayat 1 UUD 1945

Penjelasan pasal 29 ( 1 ) undang - undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945 yaitu bahwa ideologi dari negara kesatuan Republik Indonesia adalah Ketuhanan yang Maha Esa, maka segala kegiatan yang dilakukan di negara Indonesia harus didasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Prinsip Ketuhanan yang ditanamkan dalam Undang - Undang Dasar 1945 adalah perwujudan dari pengakuan keagamaan oleh negara.

(26)

yang diizinkan oleh atau menurut tuntutan agama masing-masing dari setiap warga negara, agar terwujud ketentraman dan kesejukan di dalam kehidupan beragama.

Pasal 29 ayat 2 UUD 1945

Penjelasan dari bunyi pasal 29 ( 1 ) undang - undang dasar negara republik Indonesia tahun 1945 yaitu bahwa tiap -tiap warga negara memiliki agama serta kepercayaanya sendiri tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun atau oleh siapapun juga. Dan tidak ada yang dapat melarang setiap individu untuk menentukan pilihannya kepada salah satu agama yang diyakininya. Yang tergambar dalam poin - poin berikut ini:

1. Iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selaras dengan agama serta kepercayaan setiap

2. individu merupakan hak setiap warga negara.

3. Saling hormat serta bekerjasama diantara para pemeluk agama serta penganut kepercayaan yang beda sehingga terwujud kerukunan hidup.

4. Hormat menghormati kebebasan dalam melakukan ibadah sesuai dengan agama serta kepercayaan.

5. Tak memaksa suatu agama serta kepercayaan yang dianutnya kepada pemeluk agama serta kepercayaan lain.

(27)

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa RUU Praktik Pekerjaan Sosial mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pancasila dan Alinea kedua Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan negara mempunyai tanggung jawab untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal tersebut sejalan dengan nilai-nilai umum dan komitmen profesi pekerjaan sosial yakni peningkatan kualitas hidup, keadilan sosial, dan harkat dan martabat manusia. (Reamer, 1995; 1999). Selain itu juga sesuai dengan Nilai-Nilai Utama profesi pekerjaan sosial, yang menurut CSWE (2001) didasarkan pada nilai-nilai pelayanan, keadilan sosial dan ekonomi, martabat dan nilai pribadi, pentingnya hubungan manusia, dan integritas serta kompetensi dalam praktik.

(28)

Keyakinan pada sila Ketuhahan Yang Maha Esa diwujudkan dalam kehidupan beragama, memberikan landasan yang penting untuk membentuk kehidupan beragama dan bernegara. Ajaran-ajaran agama yang sangat luhur merupakan factor kunci kesuksesan dalam membentuk system kenegaraan di Indonesia. Sebagai contoh ajaran agama tentang keikhlasan dan tanggungjawab. Ikhlas adalah unsure penting dalam membentuk system yang mandiri. Dan orang-orang yang bertanggungjawab adalah orang yang bermanfaat bagi system masyarakat.

Beragama adalah hal yang asasi dan merupakan hak asasi manusia yang paling utama. Berketuhanan adalah urusan hati, yang menyangkut hubungan pribadi antara manusia dengan penciptanya, sehingga manusia lain tidak bisa dan tidak berhak mencampuri. Negara tidak bisa mencampuri urusan agama, tetapi berkewajiban memfasilitasi agar agama bisa tumbuh dan berkembang dengan baik. Negara melindungi agama atau kepercayaan apapun, selama tidak mengganggu kehidupan beragama dan bernegara yang seharusnya, yaitu kerukunan bersama, saling menghormati dan tidak ada pemaksaan.

Kemanusiaan yang adil dan beradab menunjukkan bahwa kemanusiaan adalah sifat yang dimiliki setiap manusia. Manusia pada dasarnya adalah sama dan mempunyai nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal. Segala perbedaan yang Nampak tidak boleh dijadikan alas an untuk bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan tersebut, termasuk perbedaan agama, karena agama pada dasarnya menjunjung tinggi persamaan derajat manusia.

(29)

biasa dari suku, bahasa, budaya, agama, adat istiadat dan lain-lain. Toleransi positip akan menyuburkan sikap berperikemanusiaan seperti menjunjung tinggi persamaan kewajiban asasi setiap manusia tanpa melihat apapun perbedaannya, mengembangkan sikap tenggang rasa, empati dan sebainya. Adil adalah satu factor terpenting dalam hubungan antar manusia.

Tidak ada satu manusiapun yang mau diperlakukan dengan tidak adil. Didalam hubungan antar manusia sering terjadi gesekan-gesekan yang menimbulkan permasalahan. Dan nilai keadilan merupakan poin utama yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Dengan memegang prinsip adil tersebut maka hubungan antar manusia akan harmonis sesuai dengan yang seharusnya. Dengan prinsip keadilan maka dapat dikembangkan prinsip-prinsip lain antara lain tidak melakukan perbuatan yang merugikan orang lain, menghargai hakn orang lain, menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, tidak memaksakan kehendak kepada orang lain, tidak menggunakan fasilitas Negara untuk kepentingan pribadi, dan lain-lain.

(30)

Persatuan yang semakin kuat akan memberikan efek sinergi yang semakin besar, sehingga sebesar apapun permasalahan yang dihadapi akan jauh lebih mudah untuk diselesaikan. Hal ini telah disadari bangsa Indonesia sejak dahulu kala, dan diwujudkan dalam bentuk gotong royong. Dengan kata lain, gotong royong adalah bentuk kesadaran bersinergi dari bangsa Indonesia. Bhineka tunggal ika adalah hakikat dari bangsa Indoensia, sehingga tidak perlu dipecah kembali, karena perpecahan akan menimbulkan mudharat yang lebihy besar dibandingkan manfaat. Persatuan Indonesia adalah proses yang terus menerus dilakukan, karena keragaman di Indonesia.

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Kerakyatan adalah identik dengan demokrasi, yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Kerakyatan atau demokrasi diwarnai oleh watakm asli bangsa Indonesia yakni kekeluargaan, gotong royong, tenggang rasa, tepa selira, santun, penuh kerukunan, tolong menolong dalam kebaikan, dan lain-lain. Dipimpin menyiratkan adanya pemimpin, yang berarti dua, pertama, bersifat semangat, kedua, berupa manusia pemimpin. Semangat dimaksud adalah hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Sedangkan manusia pemimpin adalah orang yang diliputi semangat dan mampu menjadi yang terdepan didalam pelaksanaannya. Seorang pemimpin sebaiknya adalah yang terbaik dari kaumnya. Secara intelektual seorang pemimpin sebaiknya mempunyai kemampuan yang mumpuni. Pemimpin adalah figure manusia ideal.

(31)

berarti rakyat banyak. Keadilan sosial berarti suatu hirarkhi, bahwa keadilan untuk rakyat banyak dan lebih penting dibandingkan kedilan untuk kelompok tertentu. Seluruh rakyat Indonesia berarti bahwa keadilan sosial berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia, dimanapun tanpa terkecuali. Tidak boleh ada diskriminasi keadilan terhadap siapapun, terhadap kelompok manapun, juga terhadap minoritas. Diskriminasi akan memicu perpecahan dalam masyarakat, yang bisa menggerus nilai-nilai luhur yang dimiliki rakyat Indonesia sejak dahulu.

B. Landasan Sosiologis

Sejak zaman pra-sejarah nenek moyang bangsa Indonesia telah mengenal kepercayaan yang disebut animism dan dinamisme. Dalam buku sosiologi agama yang ditulis oleh Roland Robertson menyebutkan bahwa sebelum kedatangan Hindu di sekitar tahun 400 SM, tradisi keagamaan dari suku melayu masih mengandung animism. Dengan pengertian tersebut, pekembangan kepercayaan dan tradisis keagamaan yang dimiliki Indonesia masih dalam bentuk dan corak yang sederhana (primitive). Lalu setelah berabad-abad, pengaruh Hindu dan Budha mulai tersebar luas. Kemudian datang pengaruh Islam pada abad kelima belas yang dibawa oleh pedagang Parsi atau Gujarat.12

Apabila dilihat dari sejarah, Indonesia telah menghadapi beberapa masalah mengenai keagamaan. Agama atau kepercayaan yang berasal dari leluhur tidak dihilangkan begitu saja. Namun, banyak di antara kepercayaan animism dan dinamisme diakulturasikan dengan agama yang mulai berpengaruh setelah

(32)

adanya animism dan dinamisme. Sehingga kepercayaan dan kebudayaan tidak dapat terlepas dari kehidupan hamper masyarakat di Indonesia.

Bahkan menurut data, pemeluk agama mencapai 87%, Kristen 7%, Katolik 2,91%, Hindu 1,69%, Budha 0,72%, dan Konghucu 0,05%. Dari pemetaan tersebut, kita dapat membaca bahwa hampir semua agama mengalami pertumbuhan positif dari tahun 2000-2010, kecuali Agama Kongfucu karena data SP 2000 tidak ada. Sebagai catatan akhir bahwa di setiap wilayah Indonesia tidak ada homogenitas agama, bahkan di Kabupaten dan Provinsi dengan mayoritas agama tertentu agama lain juga ada. Ini berarti keragaman agama di setiap wilayah Indonesia merata.13

Sedangkan menurut data Organisasi Penganut Aliran Kepercayaan di Indonesia yang bersumber dari Kanwil Depdikbud Provinsi Jawa Tengah dan Pamasbag Intel Polda Jateng, menyatakan bahwa data semua daerah mengenai kepercayaan, di antaranya Sapta Dharma, Paguyuban Sumarah, Pangestu, Kejawen, dan lain-lain. Data tersebut menunjukkan bahwa secara kuantitas dan kualitas pada setiap tahunnya mengalami peningkatan dan populasi jumlah aliran khususnya untuk daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah.14

Apabila dilihat dari berbagai macam agama dan kepercayaan, tidak dapat dipungkiri jikalau muncul konflik yang berakar mengenai agama. Salah satu konflik terbesar adalah konflik

13 Markus, Membaca Demografi Agama-agama di Indonesia,

https://pgi.or.id/membaca-demografi-agama-agama-di-indonesia/ diakses pada tanggal 26 November 2017

(33)

keagamaan di Ambon. Konflik berbau agama paling tragis meletup pada tahun 1999 silam. Konflik dan pertikaian yang melanda masyarakat Ambon-Lease sejak Januari 1999, telah berkembang menjadi aksi kekerasan brutal yang merenggut ribuan jiwa dan menghancurkan semua tatanan kehidupan bermasyarakat. Konflik tersebut kemudian meluas dan menjadi kerusuhan hebat antara umat Islam dan Kristen yang berujung pada banyaknya orang meregang nyawa. Kedua kubu berbeda agama ini saling serang dan bakar membakar bangunan serta sarana ibadah. Saat itu, ABRI dianggap gagal menangani konflik dan merebak isu bahwa situasi itu sengaja dibiarkan berlanjut untuk mengalihkan isu-isu besar lainnya. Kerusuhan yang merusak tatanan kerukunan antar umat beragama di Ambon itu berlangsung cukup lama sehingga menjadi isu sensitif hingga saat ini.15

Jadi, negara dalam meumuskan hukum harus bersifat universal atau umum untuk semua agama yang diakui di Indonesia. Kerukunan umat beragama hakikatnya merupakan inti pembangunan masyarakat. Melalui kerukunan umat atau masyarakat beragama ini, maka segala hal yang terkait dengan pembangunan masyarakat akan dapat dilakukan. Masyarakat Indonesia sendiri sudah mempunyai pengalaman dalam mengatur kerukunan agama, walaupun pada nyatanya masih ada pertikaian antar agama namun jika dilihat dari sejarahnya tentu kerukunan dan keharmonisan antar agama harus dipertahankan dalam rangka

(34)

untuk menyejahterakan semua masyarakat maupn pemeluk agama masing-masing.

C. Landasan Yuridis Pasal 37 UUD 1945

Untuk mengusulkan perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar yang diajukan secara tertulis dan ditunjukkan secara jelas pada bagian yang diusulkan untuk diubah beserta alasannya. Hal itu dapat di agendakan dalam sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dri jumlah anggoya Majelis Permusyawaratan Rakyat.

Undang Undang Nomor 1 PNPS 1965 ayat (1)

(35)

keagamaan dari agama itu, penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu.

(36)

1 PNPS Tahun 1965 inilah yang kemudian pada bulan Oktober 2009 digugat oleh Tim Advokasi Kebebasan Beragama, ke Mahkamah Konstitusi (MK) sebagai Yudicial Review, dengan nomor perkara 140/PUU-VII/2009. Dalam amar putusannya yang dibacakan pada tanggal 11 April 2010, MK menolak gugatan tersebut, dengan satu orang Hakim Konstitusi Maria Farida Indrati mengajukan dissenting opinion.

Undang Undang Dasar 1945 Pasal 29

(37)
(38)

BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG

A. SASARAN

Sasaran yang hendak dicapai dengan pembentukan Rancangan tentang penetapan norma atas Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) adalah tidak adanya penambahan maupun pengurangan terhadap pasal tersebut. Karena dianggap telah cukup memenuhi seluruh aspek keagamaan di Negara Republik Indonesia.

B. JANGKAUAN DAN ARAH PENGATURAN.

1. Menetapkan bahwa Negara Republik Indonesia yaitu berdasarkan ketuhanan yang maha esa.

2. Negara Republik Indonesia memberikan hak berupa kebebasan beragama selama masih menganut enam agama resmi yang diakui di Indonesia.

C. RUANG LINGKUP MATERI MUATAN 1. KETENTUAN UMUM

Menurut Adriana Grahani F, ketentuan umum dalam suatu naskah akademik menurut rumusan akademik mengenai batasan pengertian/definisi beserta alternatifnya dan singkatan serta akronim yang digunakan dalam peraturan.16

(39)

Beberapa hal yang relevan dapat dicantumkan sebagai ketentuan umum dalam pasal 29 ayat (1) dan (2), diantaranya ialah:

1. Negara adalah Negara Republik Indonesia.

2. Penduduk adalah orang yang tinggal di Indonesia dan secara hukum berhak tinggal didalamnya.

3. Hukum adalah peraturan yang berupa norma dan sanksi yang dibuat dengan tujuan untuk mengatur tingkah laku manusia, menjaga ketertiban, keadilan, mencegah kekacauan.

4. Agama adalah enam agama yang resmi yang diakui oleh Negara Republik Indonesia.

2. KETENTUAN PERALIHAN

Segala peraturan perundang-undangan yang ada masih tetap berlaku selama belum diadakanya perubahan atas peraturan perundang-undangan yang baru.

(40)

A. Kesimpulan

Dalam hal keagamaan, pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) telah cukup memenuhi sehingga tidak perlu adanya pengurangan maupun penambahan norma. Hal ini dilandasi dengan pertimbangan-pertimbangan melalui kajian filosofis, historis serta yuridis sebagaimana diatas.

Dalam hal kerukunan antar umat beragama, menghargai perbedaan agama, tidak saling mengganggu pada saat kegiatan agama maupun tidak, telah terkandung dalam pasal 29 ayat (1) dan ayat (2). Melalui kerukunan umat beragama ini, maka segala hal yang berkaitan dengan pembangunan masyarakat akan dapat dilakukan.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Banawiratma, J.B., dkk, Dialog Antarumat Beragama. Jakarta: Mizan, 2006

Hazirin , Demokrasi Pancasila. Jakarta: tintamas, 1973

Jirhanuddin, Perbandingan Agama Pengantar Studi Memahami Agama-Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010 Nurdjana, IGM. Hukum dan Aliran Kepercayaan Menyimpang di

Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009 Osman, Mohamed Fathi. Islam, Pluralisme, dan Toleransi

Keagamaan. Jakarta: Democracy Project Yayasan Abad Demokrasi, 2012

Wahyumedia, Tim. Pedoman Resmi UUD 1945 & Perubahannya. Jakarta: Wahyumedia, Cet II 2016

Diputra, Rizki. Lima Konflik SARA Paling Mengerikan Ini Pernah Terjadi di Indonesia,

https://news.okezone.com/read/2016/02/25/340/1320731/lim

a-konflik-sara-paling-mengerikan-ini-pernah-terjadi-di-indonesia diakses pada tanggal 26 November 2017 Hidayatullah, Pentingnya Undang-Undang Perlindungan Agama,

https://www.hidayatullah.com/artikel/ghazwul- fikr/read/2017/05/19/117008/pentingnya-undang-undang-perlindungan-agama.html diakses pada tanggal 27

November 2017 pukul 15.00

(42)

LAMPIRAN

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG DASAR PENAMBAHAN AYAT DALAM PASAL 29 UNDANG UNDANG DASAR REPUBLIK

INDONESIA TENTANG AGAMA

N O

NASKAH RUU USULAN PERUBAHAN SETELAH PERUBAHAN

KET.

1 Pasal 29 1) Negara berdasar atas ketuhanan Yang Maha Esa.

Tetap

2 Negara menjamin kemerdekaan tiap tiap penduduk

untuk memeluk agamanya dan kepercayaanny a itu.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel atmosfer, produk, harga, promosi, pelayanan, kepercayaan, dan karakteristik konsumen secara parsial dan simultan,

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sementara kategori sikap kemandirian belajar siswa terhadap Fisika menunjukkan: kategori sikap siswa sangat tidak setuju sebanyak 0 %, kategori sikap siswa tidak

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan pada hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jadi, hipotesis pertama menyatakan bahwa variabel Actual atau

Proses pengolahan daun nenas menjadi serat daun nenas dengan menggunakan alat pengesut daun nenas tipe silinder secara mekanis mempunyai beberapa tahap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa program yang dikembangkan OSIS terdiri dari program jangka panjang dan jangka pendek; keaktifan peserta didik dalam OSIS terlihat dari

Apabila kita melihat suatu gambar tampak atas dari suatu rencana atap, maka panjang jurai luar ataupun dalam belum merupakan suatu garis atau panjang yang sebenarnya disini

Pada penelitian asupan lemak dan IMT untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan didapatkan 3 responden (10%) termasuk dalam kategori kurus, 18 responden (60%) termasuk