• Tidak ada hasil yang ditemukan

Micahel Yulius Munthe1 , Bayu Priyambadha2 , Issa Arwani3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Micahel Yulius Munthe1 , Bayu Priyambadha2 , Issa Arwani3"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya

3553

Pengembangan Sistem

Telehealth

Dengan Diagnosis Penyakit Otomatis

Berbasis Web

Micahel Yulius Munthe1, Bayu Priyambadha2, Issa Arwani3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1michaeljulius06@gmail.com, 2bayu_priyambadha@ub.ac.id, 3issa.arwani@ub.ac.id

Abstraks

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Sehat atau tidaknya seseorang dapat mempengaruhi jalannya aktivitas sehari-hari. Di Indonesia banyak masyarakat yang minim mendapatkan penanganan kesehatan. Hal itu disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor tersebut seperti bagi masyarakat di daerah pedesaan, jarak puskesmas tidak selalu dekat dengan tempat tinggal dan bagi masyarakat perkotaan terkadang tidak memiliki waktu untuk antri di rumah sakit atau tidak mendapatkan pelayanan yang baik dari rumah sakit. Sistem telehealth dapat menyelesaikan masalah penanganan kesehatan di Indonesia. Dengan menggunakan sebuah sistem telehealth, dapat membantu masyarakat agar lebih dekat dengan dokter ataupun menghemat waktu dalam menangani penyakit atau konsultasi perihal kesehatan. Hasil pengembangan dari sistem telehealth ini adalah adanya fungsi untuk konsultasi dengan dokter dalam bentuk chatbox real-time dimana pengguna tidak perlu me-reload

halaman untuk mendapatkan balasan konsultasi. Terdapat pula fungsi diagnosis penyakit otomatis dengan menggunakan perhitungan metode dempster-shafer dimana pengguna dapat mendiagnosis penyakit berdasarkan gejala-gejala yang dialami dan beberapa fungsi pendukung lainnya. Pengujian kebutuhan fungsional yang dilakukan menggunakan pengujian whitebox dan blackbox menghasilkan tingkat keberhasilan sebesar 100%. Serta untuk pengujian kebutuhan non-fungsional security, compatibility, dan performance yang dilakukan dengan menggunakan bantuan beberapa alat bantu menghasilkan tingkat keberhasilan sebesar 100%.

Kata kunci: penanganan kesehatan, sistem telehealth, konsultasi, diagnosis penyakit otomatis

Abstract

Being healthy is a very important thing for human life. Healthy or not a person can affect to them daily activities. In Indonesia, many people who get minimal health handling. It coused by many factors. Some of these factors, such as for people live at the village, the distance between health center is not always close to their residence and for people who live in the city, sometimes don’t have time to queue in hospitals or don’t get good service from hospitals. Telehealth system can solve health problem handling in Indonesia. Using a telehealth system can help people get closer to their doctors or save time on illness or health care consultations. The result of the development of this telehealth system is the function of consultation with doctor in the form of real-time chatbox where users don’t need to reload the page to get the consultation reply. There is also an automatic disease diagnosis function by using a dempster-shafer method where users can diagnose the disease based on symptoms experienced and some other support functions. Requirement functional testing where using whitebox and blackbox testing give result in a 100% success rate. As well as for Non-functional requirement testing of security, compatibility, and performance that is done by using some tools give result in 100% success rate too.

Keywords: health handling, telehealth system, automatic, consultation, automatic disease diagnosis

1. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang termasuk ke dalam negara berkembang. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 200 juta jiwa dan status negara berkembang, Indonesia

(2)

bertambah dari dua tahun sebelumnya, namun jumlah ini dianggap masih belum dapat memenuhi penanganan kesehatan penduduk Indonesia.

Masyarakat Indonesia tidak hanya tinggal di kota-kota besar, namun ada pula yang tinggal di kecamatan hingga pedesaan yang belum memiliki rumah sakit atau bahkan puskesmas. Hal ini lah yang menjadi masalah utama dalam penanganan kesehatan di Indonesia. Dimana para masyarakatnya tidak memiliki tempat untuk memeriksakan gejala-gejala penyakit yang mereka alami untuk dapat ditangani. Meskipun di beberapa desa telah memiliki puskesmas ketersediaan tenaga medis dirasa kurang dan tidak sebanyak yang ada di rumah sakit (Situmeang, 2016). Terkadang dokter yang ada di puskesmas dapat sewaktu-waktu dipanggil ke rumah sakit pusat atau dapat dikatakan tidak selalu berada di puskesmas. Tidak hanya bagi masyarakat di pedesaan yang mengalami masalah penanganan kesehatan, namun masyarakat di perkotaan pun mengalaminya. Beberapa masyarakat perkotaan tidak memiliki waktu untuk memeriksakan penyakit yang dianggap penyakit ringan dengan alasan tidak memliki waktu. Hal ini merupakan faktor utama bagi masyarakat perkotaan dalam masalah penanganan kesehatan.

Telehealth merupakan sebuah sistem yang menggunakan teknologi informasi yang mendukung jarak jauh penanganan kesehatan pasien yang berhubugan dengan tenaga medis atau dokter. Penggunaan telehealth akan dapat meningkatkan kepuasaan dari pasien dikarenakan penggunaannya yang tidak memerlukan bertatap muka secara langsung terhadap dokter.

Penelitian terhadap penggunaan sistem

telehealth telah banyak dilakukan. Diantaranya,

penelitian berjudul “Telehealth Remote Monitoring Systematic Review: Structured Self-monitoring of Blood Glucose and Impact on A1C” yang dilakukan oleh Deborah A.

Greenwood, Heather M. Young, dan Charlene C. Quinn. Pada penelitian ini membahas tentang fungsi atu fitur-fitur yang harus dimiliki oleh sebuah sistem telehealth yang akan digunakan untuk memonitoring penyakit diabetes. Dalam penelitian menghasilkan perancangan untuk sistem telehealth yang memiliki beberapa fungsi atau fitur diantaranya adalah edukasi tentang kesehatan, dapat mengirimkan data tekanan darah, komunikasi antara pasien dan dokter, dan perencanaan penanganan penyakit diabetes

(Greenwood et al., 2014).

Penelitian lain pernah dilakukan dengan

judul penelitian “Developing Smart Telehealth System in Indonesia: Progress and Challenge

yang dilakukan oleh W. Jatmiko, M. Anwar

Ma’sum, Sani M. Isa, E.M. Imah, R

Rahmatullah, dan Budi Wiweko. Penelitian tersebut berfokus pada penggunaan telehealth

terhadap penyakit jantung dan pertumbuhan janin. Penelitian ini mengembangkan pengklasifikasi untuk dapat memprediksi penyakit detak jantung dengan akurasi lebih dari 95% dimana hal ini dapat digunakan untuk deteksi dini dan Tele-USG yang digunakan untuk mendeteksi dan memperkirakn janin dalam gambar ultrasuara (Jatmiko et al., 2015).

Ada pun pula penelitian lain terhadap penggunaan telehealth seperti penelitian yang

berjudul “Designing A Web-based Telehealth System for Elderly People: An Interview Study in New Zealend” yang dilakukan oleh Jaspaljeet

Singh Dhillon, Czarina Ramos, Burkhard C. Wunsche, dan Christof Lutteroth mengatakan bahwa sistem telehealth yang digunakan untuk orang yang sudah tua tidak menggunakan basis web namun menggunakan perangkas keras khusus. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan penggunaan telehealth dimana seharusnya

telehealth bertujuan untuk menurunkan biaya dan memanfaatkan secara efektif sumber daya kesehatan yang ada. Namun, sistem telehelath pada umumnya digunakan untuk mengobati penyakit daripada melakukan pencegahan (Dhillon et al., 2011).

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya dimana adanya daerah atau masyarakat yang tidak dapat memeriksa gejala-gejala awal untuk penyakit yang umum penulis ingin melakukan penelitian terhadap penggunaan telehealth untuk menangani permasalahan tersebut. Dimana sistem ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk memeriksa gejala penyakit dan menanganinya serta mengurangi biaya pelayanan kesehatan.

2. METODOLOGI PENELITIAN

(3)

Gambar 1. Diagram Blok Penelitian

kebutuhan dengan mengacu kepada penelitian-penelitian sejenis yang telah pernah dilakukan sebelumnya dan dimodelkan dalam use case diagram dan use case scenario. Setelah analisis kebutuhan, akan dilanjutkan dengan tahap perancangan dengan menggunakan enity relationship diagram, sequence diagram, class diagram, perancangan algoritma, dan perancangan antarmuka. Selanjutnya dilakukan tahap implementasi sistem sesuai dengan analisis dan perancangan sistem. Setelah sistem selesai diimplementasi akan dilakukan pengujian unit (whitebox) dan blackbox untuk kebutuhan fungsional dan non-fungsional. Hasil pengujian kemudian dianalisis dan melanjutkan pada tahap menarik kesimpulan dari penelitian.

3. ANALISIS KEBUTUHAN

Analisis kebutuhan perangkat lunak dilakukan untuk mengetahui daftar kebutuhan dari Sistem Telehealth dengan Diagnosis Penyakit Otomatis Berbasis Web. Dalam tahap ini, analisis kebutuhan dimulai dengan melakukan identifikasi pengguna sistem kemudian dilakukan identifikasi kebutuhan fungsional serta non-fungsional pada sistem. Tahapan analisis ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran awal bagaimana sistem akan dibangun saat implementasi.

Identifikasi pengguna yang dilakukan menghasilkan 4 pengguna yaitu user, member, dokter, dan admin. Untuk penjelasan deskripsi dari pengguna dapat dilihat pada Tabel 1.

Gambar 2. Use Case Diagram

Tabel 1. Identifikasi Pengguna

Pengguna Deskripsi

Admin

Admin merupakan pengguna yang memiliki otoritas tertinggi dalam mengelola Sistem Telehealth dengan Diagnosis Penyakit Otomatis Berbasis Web ini. Seorang Admin dapat melakukan pengelolaan data terkait dengan member dan dokter baru.

User

User merupakan pengguna yang dapat menggunakan sistem seperti melakukan check penyakit otomatis yang berdasarkan diagnosa sistem. Selain itu, user juga dapat menambah pengetahuan mengenai penyakit-penyakit umum serta informasi tentang kesehatan.

Member

Member merupakan pengguna yang memiliki otorisasi lebih dari user dan dapat melakukan konsultasi dengan dokter terhadap gejala penyakit yang diderita

Dokter

Dokter merupakan pengguna yang memiliki otorisasi untuk menangani keluhan-keluhan gejala yang dialami member dan memberikan hasil diagnosanya. Selain itu dokter juga dapat menambah informasi mengenai menjaga kesehatan.

Identifikasi kebutuhan yang dilakukan menghasilkan 26 kebutuhan fungsional dan 3 kebutuhan non-fungsional. Kebutuhan fungsional dapa dilihat dalam bentuk use case diagram pada Gambar 2.

4. Perancangan

4.1. Sequence Diagram

(4)

Gambar 3. Sequence Diagram Konsultasi Dokter

Dalam penelitian ini terdapat 15 buah sequence diagram yang sesuai dengan jumlah kebutuhan fungsional yang telah didefinisikan.

Gambar 3 merupakan sequence diagram untuk menjelaskan alur kerja dari kebutuhan konsultasi dokter.

4.2. Class Diagram

Class Diagram yang digunakan pada penelitian ini berbasis CI (CodeIgniter) dimana untuk setiap controller meng-extend kelas CI_Controller dan setiap model meng-extend kelas CI_Model. Kelas-kelas yang dihasilkan dari proses perancangan dibagi menjadi kelas model, kelas controller dan kelas entity. Kelas M_dokter, M_konsultasi, M_member, M_user, dan M_Penyakit merupakan kelas dari model. Kelas C_admin, C_dokter, C_user, C_member, C_konsultasi, dan C_Penyakit merupakan kelas

controller. Kelas DokterEntity, InfoEntity, GejalaPenyakitEntity, JenisPenyakitEntity, KonsultasiEntity, NotifEntity, UserEntity, RulePenyakitEntity, RekamMedisEntity, MemberEntity, dan FileKesehatanEntity merupakan kelas entitas.

4.3. Perancangan Algoritma

Perancangan

algoritma

merupakan

rancangan dari kode program untuk

diimplementasikan. Perancangan algoritma

ini akan menggunakan

pseudocode

sebagai

representasinya.

Dalam penelitian ini terdapat perancangan algoritma dalam bentuk pseudocode untuk menampilkan isi dari konsultasi antara dokter dengan member. Tampilan konsultasi akan dalam bentuk chatbox dimana jika isi konsultasi dari pengguna yang sedang aktif akan ditampilkan menjorok ke kanan sedangkan pesan dari lawan konsultasi akan ditampilkan

Gambar 4. Rancangan Antarmuka Konsultasi

menjorok ke kiri.

Terdapat pula perancangan algoritma dari fungsi menghitung diagnose penyakit secara otomatis berdasarkan gejala-gejala yang dialami

4.4. Perancangan Antarmuka

Perancangan antarmuka dilakukan untuk memberikan gambaran dari tampilan sistem dengan bentuk kotak beserta nomor dan penjelasan dari nomor pada gambar rancangan. Gambar 4 merupakan perancangan antarmuka dari fungsi konsultasi. Pada Gambar 3 terdapat beberapa kotak sebagai tempat text, inputan, dan tombol. Kotak 1 dan 2 akan muncul ketika user

yang menggunakan sistem berstatus dokter. Kotak 3 merupakan isi dari chat konsultasi yang telah dilakukan oleh member dan dokter, kotak 4 merupakan field untuk mengetik isi konsultasi dan kotak 6 merupakan tombol untuk mengirim isi konsultasi. Kotak 6 merupakan informasi dari dokter atau member. Kotak 7-9 merupakan field

untuk mengisi rekam medis dari member yang sedang melakukan konsultasi. Kotak 7 merupakan field untuk keluhan, kotak 8 untuk diagnosa, dan kotak 9 untuk penanganan serta kotak 10 merupakan tombol untuk menyimpan data rekam medis member. Kotak 7-10 hanya dapat digunakan oleh user berstatus dokter. Kotak 11 merupakan field untuk file pendukung kesehatan.

5. IMPLEMENTASI

5.1. Implementasi Algoritma

(5)

Gambar 5. Implementasi Algoritma Fungsi Konsultasi

Gambar 5 merupakan potongan dari kode yang mengimplementasi algoritma fungsi konsultasi.

5.2. Implementasi Antarmuka

Implementasi antarmuka yang dilakukan pada penelitian ini akan mengimplementasikan rancangan tampilan yang telah dirancang pada perancangan antarmuka sebelumnya.

Gambar 6 merupakan implementasi antarmuka dari fungsi konsultasi. Fungsi konsultasi digunakan untuk berkonsultasi dengan dokter yang ada di dalam sistem.

Gambar 6. Implementasi Antarmuka Fungsi Konsultasi

6. PENGUJIAN DAN ANALISIS

6.1. Pengujian Whitebox (Unit)

Pengujian whitebox dilakukan dengan menggunakan pengujian basis path (flowgraph). Pada pengujian ini akan dilakukan terhadap tiga fungsi dari sistem telehealth. Fungsi tersebut adalah hitungDiagnosa(), tampilKonsul(), cekIMT(), dan cekKebutuhanGizi().

Dari hasil pengujian whitebox yang telah dilakukan didapatkan cyclomatic complexity

yang paling tinggi dengan nilai 13 adalah fungsi hitungDiagnosa. Untuk fungsi lainnya yaitu cekIMT() memiliki nilai cyclomatic complexity

8, cekKebutuhanGizi() dengan nilai 3, dan fungsi tampilKonsul() dengan nilai 5. Dengan nilai kompleksitas yang tinggi dan lebih dari 10 dapat dikatakan bahwa fungsi hitungDiagnosa() cukup sulit untuk diimplementasikan.

6.2. Pengujian Blackbox

Pengujian blackbox dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji kebutuhan fungsional dan non-fungsional telah diimplementasikan sebelumnya.

Tabel 2 merupakan hasil pengujian

blackbox dari kebutuhan konsultasi dokter yang telah diimplementasikan.

Tabel 2. Pengujian Konsultasi Dokter

Nama

Kebutuhan Konsultasi Dokter

Kasus Uji Member memasukkan isi konsul pada field input yang telah disediakan

Hasil yang diharapkan

Sistem menyimpan data konsultasi dan menampilkan dalam chatbox

Hasil yang diberikan

Sistem berhasil menyimpan data konsultasi dan menampilkan dalam

chatbox Status Valid

Tabel 3 merupakan hasil pengujian dari kebutuhan non-fungsional performance yang telah diimplementasikan ke dalam sistem.

Tabel 3. Pengujian Performance

Nama

Kebutuhan Performance

Hasil yang diharapkan

Sistem memberikan waktu respon maksimal 1000 milisecond terutama dalam fungsi konsultasi dan update pemberitahuan baru

Hasil yang diberikan

Sistem berhasil memberikan respon maksimal 1000 milisecond terutama dalam fungsi konsultasi dan pemberitahuan baru. Hal ini dibuktikan pada Gambar 7

(6)

Gambar 7. Hasil Pengujian Performance

Gambar 7 merupakan bukti dari pengujian yang dilakukan untuk kebutuhan non-fungsional

performance.

6.3. Analisis Pengujian

Dari perhitungan cyclomatic complexity

dapat disimpulkan bahwa fungsi hitungDiagnosa merupakan fungsi yang memiliki kompleksitas paling tinggi dibanding fungsi lainnya dengan nilai 13. Dari pengujian unit yang dilakukan terhadap fungsi hitungDiagnosa, hitungIMT, hitungGizi, dan tampilKonsul semua jalur independen memperoleh hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Besar tingkat keberhasilan pada pengujian whitebox adalah 100%.

Pengujian blackbox yang dilakukan pada semua kebutuhan fungsional dan non-fungsional yang telah didefinisikan pada bab sebelumnya. Dalam pengujiannya terdapat pengujian lebih dari satu kali untuk kebutuhan fungsional memiliki jalur alternatif. Hasil yang diberikan sesuai dengan hasil yang diharapkan baik untuk fungsionalitas jalur utama ataupun yang memiliki jalur alternatif. Besar tingkat keberhasilan pada pengujian blackbox adalah 100%. Pengujian kebutuhan non-fungsional

security, compatibility, dan performance yang dilakukan menghasilkan tingkat keberhasilan sebesar 100% karena sesuai dengan parameter ukuran yang telah didefinisikan.

7. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu:

1. Analisis kebutuhan yang dilakukan dalam pengembangan Sistem Telehealth dengan Diagnosis Penyakit Otomatis ini menggunakan observasi dari pengertian

telehealth dimana dapat menjembatani komunikasi antara pasien dan dokter dan penelitian-penelitian sejenis. Dalam analisa dan definisi kebutuhan pada sistem kebutuhan untuk menjembatani komunikasi

tersebut haruslah paling utama ada di dalam sistem. Untuk analisis kebutuhan lainnya seperti diagnosis penyakit otomatis, cek IMT, dan cek kebutuan gizi dianggap dapat membantu penyelesaian masalah tidak dapat bertemunya pasien dan dokter dan semua analisis kebutuhan yang dilakukan telah divalidasi seorang dokter umum yang memberikan hasil valid dan mencukupi untuk sistem telehealth.

2. Dalam pengembangan Sistem Telehealth

dengan Diagnosis Penyakit Otomatis menggunakan bahasa pemrograman Javascript dan PHP, framework CodeIgniter, dan Bootstrap. Bahasa pemrograman Javascript dan PHP digunakan untuk mengimplementasi kode serta framework CodeIgniter digunakan untuk memudahkan dalam tahap implementasi kode. Bootstrap digunakan agar tampilan dari sistem lebih bagus dan mudah dipahami. Dalam implementasi fungsi sistem diagnosis penyakit otomatis pada sistem telehealth

yang dikembangkan menggunakan metode

Dempster Shafer untuk algoritma pengambilan keputusan yang diberikan kepada pengguna.

3. Hasil pengujian yang dilakukan pada Sistem

Telehealth dengan Diagnosis Penyakit Otomatis yang menggunakan pengujian whitebox dan blackbox untuk pengujian kebutuhan fungsional sistem menghasilkan tingkat keberhasilan 100%. Pengujian kebutuhan non-fungsional sistem yaitu

security, compatibility, dan performance berhasil diimplementasi dan telah diuji memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan dan memiliki tingkat keberhasilan 100%.

8. DAFTAR PUSTAKA

Dhillon, J.S., Ramos, C., Wunsche, B.C. & Lutteroth, C., 2011. Designing a Web-based Telehealth System for Elderly People: An Interview Study in New Zealand. 24th International Symposium on Computer-Based Medical Systems (CBMS), pp.1-6.

(7)

Harsiti, Tedi, Purnamasari, M. & Dwiyatno, S., 2016. Rancang Bangun Aplikasi e-health Untuk Peningkatan Pelayanan Kesehatan Pada Puskesmas Kibin. Jurnal Sistem Informasi Vol. 3.

Haviluddin, 2011. Memahami Penggunaan UML (Unified Modelling Languange).

Jurnal Informatika Mulawarman, 6. Jatmiko, W. et al., 2015. Developing Smart

Telehealth System in Indonesia : Progress and Challenge. ICACSIS, pp.29-36.

Jorgensen, D.B., Hallenborg, K. & Demazeau, Y., 2016. Extending Agent Based Telehealth Platform with Activities of Daily Living Reasoning Capabilities. IEEE International Conference, pp.168-76.

Kementrian Kesehatan RI, 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Lakenauth, G. & Tang, S., 2014. Benefits of Telehealth across Different Socio-Econonmic Comunities. IEEE Long Island System, Applications and Technology, pp.1-6.

Rosa & Shalahuddin, M., 2013. Rekayasa Perangkat Lunak Terstruktur dan Berorientasi Objek. Bandung: Informatika Bandung.

Salman, A.G., Prasetio, Y.L., Kanigoro, B. & Anggi, 2012. Aplikasi Reomendasi Pola Makan Berbasis iOS. ComTech, 3, pp.796-807.

Situmeang, A.W., 2016. Kompasiana. [Online]

Available at:

http://www.kompasiana.com/andre458/ rendahnya-mutu-pelayanan-kesehatan-

penduduk-di-indonesia_58502f050323bd8d24dddd2 a [Accessed 10 Maret 2017].

Sudaryanto, A. & Purwanti, O.S., 2008. Telehealth Dalam Pelayanan Keperawatan. Seminar Nasional Informatika 2008.

Suganya, M. & Jayanthy, S., 2016. Telehealth System For Home Environment. International Conference on Emerging Technological Trends (ICETT), pp.1-6. Universitas Brawijaya, 2011. Prasetya Online.

[Online] Available at:

https://prasetya.ub.ac.id/berita/FK-UB-

Telehealth-Adalah-Masa-Depan-Kedokteran-5883-id.html

[Accessed

20 November 2017].

Gambar

Tabel 1. Identifikasi Pengguna
Gambar 4. Rancangan Antarmuka Konsultasi
Gambar 6 antarmuka dari fungsi konsultasi. Fungsi konsultasi merupakan implementasi digunakan untuk berkonsultasi dengan dokter yang ada di dalam sistem
Gambar 7. Hasil Pengujian Performance

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

: Bagi Calon Peserta Pengadaan Jasa yang mendaftar melalui email fitri.asriyanti@pertamina.com sesuai batas waktu pendaftaran diatas akan dikirimkan formulir

Internasional,” Majalah Padjajaran 3, no.. Dalam Perjanjian kerjasama internasional selain laksanakan oleh kepala negara atau pemerintah pusat namun dapat pula dilakukan

visual tidak dilakukan berdasarkan standar dan code, maka akan terjadi cacat porositas dan hot tear yang dapat diketahui dari hasil ISI seperti ditunjukkan berturut-turut pada

Persamaan kedua bahasa ini yaitu keduanya memiliki orang pertama, kedua dan ketiga tunggal dan juga jamak yang berfungsi sebagai subyek dan obyek dalam

monitoring Pelaksanaan monitoring 5.5.2 EP 4 Evaluasi thd kebijakan dan prosedur monitoring 5.5.2 EP 5 Sosialisasi tentang kebijakan dan prosedur evaluasi kinerja program 5.5.3

Selanjutnya, berdasarkan peta pada gambar 2, disusun sistem simulasi LINTAS dengan menggunakan lima modul utama yaitu paket data generator ( entity generator ) sebagai

Paratiroid hormon (PTH) yang terbentuk akan bekerja dengan: menurunkan bersihan ginjal atau ekskresi kalsium sehingga melalui kerja ini