• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEADILAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU HUKUM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEADILAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU HUKUM"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KEADILAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU HUKUM

Inge Dwisvimiar

Universit as Sult an Ageng Tirt ayasa E-m ail: ingedwi@yahoo. co. id

Abst r act

The aut hor i n t hi s paper t r i es t o i nvest i gat e and descr i be t he per spect i ve of Just i ce in Legal St udi es. Fai r ness i n Legal St udi es Phi l osophy at t ent ion t o al l aspect s of t er mi nol ogy r el at i ng t o j ust i ce and l egal phi l osophy of science. Just i ce is t he i deal s and pur poses of t he l aw t hat r each f r om t he phi l osophy of science per spect i ve of t he l aw by pr ovi di ng t hat j ust i ce i s r eal i zed t hr ough l aw. By r eviewi ng t he opi nion of Pl at o and Ar ist ot le as t he f oundat ions of j ust i ce, Thomas Aquinas, who cal l ed f or j ust i ce as wel l as John Rawl s pr opor t i onal equal i t y wit h j ust i ce f ai r ness t he t he basi c val ues of j ust i ce ar e incl uded i n t he st udy of phil osophy of sci ence phi l osophy of l aw wi l l be answer ed by t he legal science i t sel f . The j ust i ce i s not j ust t her e and r ead t he t ext of legi sl at i on but al so t he l egal j ust i ce i n soci et y. Bot h Ar t i cl e 16 par agr aph (1) Law 4/ 2004 and Ar t i cl e 5 par agr aph (1) Law 48/ 2009 st at es t hat j ust i ce shal l be uphel d i n spit e of no nor mat ive pr ovisi ons and how t hej udge al one buat al so t o expl or e and under st and t he val ues and sense of j ust i ce t hat exi st s i n t he communi t y.

Key wor ds: j ust i ce, l egal st udies, phi l osophy of sci ence of l aw

Abst rak

Penulis dalam t ulisan ini mencoba unt uk menyelidiki dan menggambarkan Keadilan dalam perspekt if Ilmu Hukum. Keadilan dalam Filsaf at Ilmu Hukum memperhat ikan semua aspek berkenaan dengan t erminologi keadilan dan f ilsaf at ilmu hukum. Keadilan merupakan cit a-cit a dan t uj uan hukum yang menj angkau wilayah f ilsaf at ilmu hukum dengan memberikan perspekt if bahwa keadilan diwuj udkan melalui hukum. Dengan mengkaj i pendapat dari Plat o dan Arist ot eles sebagai pelet ak dasar-dasar keadilan, Thomas Aquinas yang menyebut keadilan sebagai sesuat u kesamaan proporsional sert a John Rawls dengan keadilan f air ness maka nilai-nilai dasar keadilan yang masuk dalam kaj ian f ilsaf at ilmu hukum akan dij awab oleh f ilsaf at ilmu hukum it u sendiri. Adapun keadilan t idak saj a ada dan t erbaca dalam t eks perundang-undangan akan t et api ada j uga keadilan hukum dalam masyarakat . Baik pasal 16 ayat (1) UU 4/ 2004 dan pasal 5 ayat (1) UU 48/ 2009 menyat akan bahwa keadilan waj ib dit egakkan kendat ipun t idak ada dalam ket ent uan normat if sert a bagaimana hakim j uga dapat menggali dan memahami nilai-nilai dan rasa keadilan yang ada dalam masyarakat .

Kat a kunci: keadilan, ilmu hukum, f ilsaf at ilmu hukum.

Pendahuluan

Ukuran mengenai keadilan seringkali di-t af sirkan berbeda-beda. Keadilan idi-t u sendiri pun berdimensi banyak, dalam berbagai bi-dang, misalnya ekonomi, maupun hukum. De-wasa ini, berbicara mengenai keadilan merupa-kan hal yang senant iasa dij adimerupa-kan t opik ut ama dalam set iap penyelesaian masalah yang ber-hubungan dengan penegakan hukum. Banyak-nya kasus hukum yang t idak t erselesaikan kare-na dit arik ke masalah polit ik. Kebekare-naran hukum dan keadilan dimanipulasi dengan cara yang sist emat ik sehingga peradilan t idak

menemu-kan keadaan yang sebenarnya. Kebij aksanaan pemerint ah t idak mampu membawa hukum menj adi “ panglima” dalam menent ukan keadil-an, sebab hukum dikebiri oleh sekelompok orang yang mampu membelinya at au orang yang memiliki kekuasaan yang lebih t inggi. 1

Sebagai cont oh dapat diilust rasikan da-lam penerapan beberapa put usan pengadilan yang sering dianggap memat ikan rasa keadilan

1

(2)

masyarakat . Misalnya dalam put usan bebas yang dij at uhkan oleh maj elis hakim Pengadilan Negeri Jakart a Selat an beberapa wakt u lalu, t erhadap t erdakwa dalam kasus korupsi Bank Mandiri yang dit unt ut oleh Jaksa 20 t ahun pen-j ara, mengundang berbagai pro dan kont ra.2 Berkait an dengan pengusut an pelanggaran HAM masa lalu melalui penegakan supremasi hukum, keadilan pun menj adi bagian yang t idak t er-pisahkan dari penegakan HAM.3 Cont oh lain dalam kasus BLBI, kepast ian hukum dan ke-adilan dalam kebij akan hukum yang diambil pemerint ah t elah menimbulkan ket idakadilan bagi sebagian t ersangka/ t erdakwa sert a masya-rakat luas, bahkan t ampak diskriminat if , dan kasus-kasus lainnya.

Sepert i diket ahui ist ilah keadilan senan-t iasa dipersenan-t ensenan-t angkan dengan issenan-t ilah kesenan-t idak-adilan. Dimana ada konsep keadilan maka di-sit u pun ada konsep ket idakadilan. Biasanya keduanya disandingkan dan dalam kont eks ka-j ian hukum ada banyak cont oh ket idakadilan yang merupakan ant it hese dari keadilan dalam bidang hukum misalnya di Indonesia, sepert i : ket idakadilan dalam kasus Poso, t erhadap rak-yat kecil, kasus Prit a, ket idakadilan pemberit a-an, ket idakadilan pembagian BLT, ket idakadil-an gender dalam masyarakat daerah, ket idak-adilan dalam pemecahan masalah hukum, dan sebagainya.

Bahkan Susant o membahas sesuat u yang t idak biasa dalam memaknai keadilan, yang t erkait dengan subst ansi yang ada di dalamnya. Keadilan akan dibent urkan dengan keraguan dan ket idakadilan, bahwa sesungguhnya keadil-an t idak akkeadil-an berdaya t keadil-anpa ket idakadilkeadil-an dkeadil-an keraguan.4 Membahas konsep keadilan,

2 M. Ami n, “ Kebenaran Hukum Vs Keadil an Masyarakat ” ,

t ersedi a di websi t e ht t p: / / www. Pa - l ubukpakam. net / ar t i kel / 186-kebenar hukum–vs-keadi l

an-masyar akat . ht ml, diakses pada t anggal 9 Okt ober 2010.

3 Lihat Syamsiar Jul i a, “ Pel anggaran HAM Dan Peranan

Pol ri Dal am Penegakan Hukum di Indonesi a” , Jur nal Equ-al i t y Fakul t as Hukum Univer sit as Sumat era Ut ara, Vol . 11 (2) Agust us 2006, hl m. 115-122; Bandi ngkan dengan Todung Mul ya Lubi s, “ Menegakan Hak Asasi Manusia, Menggugat Diskr iminasi” , Jur nal Hukum dan Pembangun-an Fakul t as Hukum Universit as Indonesi a, Vol . 39 (1) Januar i-Maret 2009, hl m. 58-73

4

Ant hon F. Susant o, “ Ker aguan dan Ket idakadil an Hukum (Sebuah Pembacaan Dekonst rukt if )” , Jur nal Keadi l an Sosi al, Edi si 1 t ahun 2010, hl m. 23.

rut nya, yang kemudian akan dibent urkan de-ngan ket idakadilan dan keraguan, akan mema-suki medan wilayah non sist emat ik, at au ant i sist emat ik, bahkan hampir bersif at aphor i st i c, karena membicarakan keadilan, ket idakadilan, keraguan kit a berdiri pada wilayah yang labil, goyah at au cair (mel ee). Oleh karena it ulah, keadilan (hukum) dianggap plural dan plast ik.5

Keadilan, dalam lit erat ur sering diart ikan sebagai suat u sikap dan karakt er. Sikap dan karakt er yang membuat orang melakukan per-buat an dan berharap at as keadilan adalah ke-adilan, sedangkan sikap dan karakt er yang membuat orang bert indak dan berharap ket i-dakadilan adalah ket ii-dakadilan. Secara umum dikat akan bahwa orang yang t idak adil adalah orang yang t idak pat uh t erhadap hukum (un-l awf u(un-l , (un-l aw(un-l ess) dan orang yang t idak f air ( un-f ai r), maka orang yang adil adalah orang yang pat uh t erhadap hukum (l aw-abi di ng) dan f air. Karena t indakan memenuhi/ memat uhi hukum adalah adil, maka semua t indakan pembuat an hukum oleh legislat if sesuai dengan at uran yang ada adalah adil. Tuj uan pembuat an hukum ada-lah unt uk mencapai kemaj uan kebahagiaan ma-syarakat . Maka, semua t indakan yang cende-rung unt uk memproduksi dan mempert ahankan kebaha-giaan masyarakat adalah adil.

Keadilan sebagai bagian dari nilai sosial memiliki makna yang amat luas, bahkan pada suat u t it ik bisa bert ent angan dengan hukum sebagai salah sat u t at a nilai sosial. Suat u ke-j ahat an yang dilakukan adalah suat u kesa-la-han. Namun apabila hal t ersebut bukan me-rupakan keserakahan t idak bisa disebut menim-bulkan ket idakadilan. Sebaliknya suat u t indak-an yindak-ang bukindak-an merupakindak-an kej ahat indak-an dapat menimbulkan ket idakadilan.

Ukuran keadilan sebagaimana di singgung di at as sebenarnya menj angkau wilayah yang ideal at au berada dalam wilayah cit a, dikare-nakan berbicara masalah keadilan, berart i su-dah dalam wilayah makna yang masuk dalam

5

(3)

t at aran f ilosof is yang perlu perenungan secara mendalam sampai hakikat yang paling dalam, bahkan Kelsen menekankan pada f ilsaf at hu-kum Plat o, bahwa keadilan didasarkan pada pe-nget ahuan perihal sesuat u yang baik6. Penge-t ahuan akan hal yang baik secara f undamenPenge-t al merupakan persoalan di luar dunia. Hal t er-sebut dapat diperoleh dengan kebij aksanaan.7

Jelas bahwa keadilan masuk ke dalam ka-j ian ilmu-ilmu f ilsaf at . Banyak f ilsaf at yang mengharapkan inspirasi bagi penget ahuan ke-adilan. Kesemua it u t ermasuk f ilsaf at -f ilsaf at yang sangat berbeda dalam ruang dan wakt u. Keadilan merupakan salah sat u cont oh mat eri at au f orma yang menj adi obj ek f ilsaf at . Dalam kaj ian f ilsaf at , keadilan t elah menj adi pokok pembicaraan serius sej ak awal munculnya f il-saf at Yunani. Pembicaraan keadilan memiliki cakupan yang luas, mulai dari yang bersif at et ik, f ilosof is, hukum, sampai pada keadilan sosial. Banyak orang yang berpikir bahwa bert indak adil dan t idak adil t ergant ung pada kekuat an dan kekuat an yang dimiliki, unt uk menj adi adil cukup t erlihat mudah, namun t ent u saj a t idak begit u halnya penerapannya dalam kehidupan manusia.

Keadilan menj adi bagian yang t idak t er-pisahkan dari t uj uan hukum it u sendiri, di sam-ping kepast ian hukum dan kemanf aat an. Mensi-kapi adanya beberapa permasalahan (baca: ka-sus) hukum yang t erj adi di negara Indonesia yang kemudian dit uangkan dalam beberapa pu-t usan hakim8 sehingga membawa pada sat u

6

W. Friedmann, 1990, Teor i dan Fi l saf at Hukum, Jakar t a: PT. Raj awal i Press, hl m. 118.

7 Fil saf at , dal am sat u pengert i annya diart ikan sebagai

suat u kebij aksanaan yang rasional dar i segal a sesuat u, di samping diart ikan sebagai suat u sikap dan pandangan, sert a suat u proses kri t i s dan sist emat i s dari segal a penget ahuan manusi a. Lihat Maryant o, “ Ref l eksi dan Rel evansi Pemikir an Fil saf at Hukum Bagi Pengembangan Il mu Hukum” , Jur nal Hukum, Fakul t as Hukum Univer sit as Isl am Sul t an Agung Semarang, Vol . 13 (1) t ahun 2003, hl m. 52-54

8 Sej at inya haki m adal ah “ wakil Tuhan” yang bert ugas

unt uk menyampaikan kebenar an dan keadil an, maka set i ap put usan haki m w aj i b mencant umkan “ Demi Keadil an Berdasarkan Ket uhanan Yang Maha Esa” . Adanya haki m sebagai “ w akil Tuhan” dil at arbel akangi secara hi st ori s, dal am t eori hukum dan negar a, suara Tuhan t ersebut dal am kont eks renungan kef il saf at an t ent ang kedaul at an negara at au raj a, mel ahirkan f il saf at kedaul at an Tuhan, dan ket ika dikait kan dengan persoal an hukum dan keadil an, mel ahirkan f il saf at

renungan bahwa t erminologi keadilan yang no-t abene ada dalam kaj ian f ilsaf ano-t dapano-t kah di-j adikan sebagai bagian ut ama dalam pencapai-an t uj upencapai-an hukum, mengingat konsep keadilpencapai-an yang bersif at abst rak sehingga diperlukan pe-mahaman dalam f ilsaf at ilmu hukum yang akan menj elaskan nilai dasar hukum secara f ilosof is sehingga dapat membangun hukum yang sebe-narnya.

Diskursus mengenai keadilan t erj adi di semua belahan dunia, t idak t erkecuali di Indo-nesia. Sepert i yang diuraikan di muka, t erj adi-nya gej olak sosial yang ada di Indonesia diduga disebabkan oleh belum t ercipt anya keadilan se-pert i yang diharapkan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Mengingat hal-hal yang t e-lah diuraikan di at as, di samping it u, hadirnya keadilan semakin dibut uhkan dengan semakin meningkat nya j umlah manusia yang diiringi de-ngan meningkat nya kebut uhan hidup dan me-ningkat nya kompleksit as permasalahan yang dihadapi. Dalam rangka menj elaskan komplek-sit as t ersebut , maka t ulisan ini dimaksudkan unt uk menelaah t ent ang Aspek Keadilan dalam Perspekt if Ilmu Hukum.

Pembahasan

Filsafat Ilmu Hukum dan Tuj uan Hukum Unt uk menget ahui kerangka keseluruhan f ilsaf at perlu diket ahui t erlebih dahulu apa yang dimaksud dengan f ilsaf at it u. “ Filsaf at ” berasal dari kat a Yunani f i l osof ie. Kat a f ilsaf at ini t erdiri dari kat a f i l o yang art inya cint a at au ingin, sedangkan sof i e berart i kebij aksanaan. Filsaf at art inya cint a akan kebij aksanaan, yakni kebij aksanaan hidup berart i, bahwa apa yang dif ikirkan dalam f ilsaf at adalah hidup sebagai keseluruhan pengalaman dan pengert ian.9 Dari beberapa cabang f ilsaf at ilmu, pembicaraan mengenai keadilan merupakan

keadil an Tuhan, M. Fauzan, “ Pesan Keadil an Di Bal ik Teks Hukum yang Terl upakan” , Var i a Per adi l an, Vol . XXVI ( 29) Okt ober 2010, hl m. 30.

9 Dengan kat a l ain: obj ek f il saf at bersif at univer sal ,

(4)

lah yang dibahas oleh f ilsaf at ilmu hukum10, mengingat j uga salah sat u t uj uan hukum adalah keadilan dan ini merupakan salah sat u t uj uan hukum yang paling banyak dibicarakan sepan-j ang persepan-j alanan sesepan-j arah f ilsaf at ilmu hukum.

Filsaf at ilmu hukum, ada pula yang me-nyebut nya dengan ist ilah f ilsaf at hukum, se-sungguhnya merupakan sub dari cabang f ilsaf at manusia, yang disebut et ika at au f ilsaf at ma-nusia. Oleh karena f ilsaf at ilmu hukum maupun f ilsaf at hukum adalah ilmu yang mempelaj ari hukum secara f ilosof is maka obj eknya adalah hukum. Mengenai pembedaaan ilmu hukum maupun hukum, Curzon menyebut nya bahwa ilmu hukum mencakup dan membicarakan sega-la hal yang berhubungan dengan hukum. Demi-kian luasnya masalah yang dicakup oleh ilmu ini, sehingga sempat memancing pendapat orang unt uk mengat akan, bahwa “ bat bat as-nya t idak bisa dit ent ukan” .11

Sat j ipt o Rahardj o selanj ut nya menam-bahkan, sebagaimana halnya dengan set iap ca-bang ilmu, maka ilmu hukum ini j uga mempu-nyai obj eknya sendiri, yait u hukum. Sepert i di-uraikan sebelumnya, bet apa ilmu hukum it u mencakup bidang yang luas sekali. Sif at ini me-rupakan akibat dari beban yang dipikulnya, yai-t u memaparkan di hadapan kiyai-t a f enomena hu-kum dalam hakikat nya, sif at -sif at nya, f ungsinya dalam masyarakat sehingga oleh karena it ulah bisa dimengert i, mengapa ia mengandung piki-ran dan penj elasan yang cukup beragam, baik yang f alsaf at i, t eknik maupun sosiologis.12

Di dalam kepust akaan hukum, ilmu hu-kum ini dikenal dengan nama, j ur i spr udence, yang berasal dari kat a j us, j ur i s, yang art inya adalah hukum at au hak; pr udensi berart i me-lihat ke depan at au mempunyai keahlian. Art i yang umum dari j ur i spr udence ini adalah ilmu yang mempelaj ari hukum. Tet api orang j uga mengenal t iga art inya yang lain. Para penulis Inggris memakainya dalam anat omi

10 Ist il ah Fil saf at Il mu Hukum dan Fil saf at Hukum, ada

banyak penggunaan yang bergant i an menurut par a pakar, Sudj it o, 2010, Mat er i al Teachi ng Fi l saf at Il mu Hukum, Yogyakart a: FH UGM Yogyakart a.

11

Sat j i pt o Rahar dj o, 2000, Il mu Hukum, Bandung: Pener bit PT. Cit ra Adit ya Bakt i, hl m. 3

12 Loc. ci t

dingan dari sist em-sist em hukum yang sudah maj u. Para penulis Prancis mengart ikannya se-bagai kecenderungan dari put usan yang diambil oleh pengadilan-pengadilan. Dibeberapa negara lain, t erut ama Amerika Serikat , kat a it u dipa-kai sinonim dari hukum it u sendiri.13 Dari pen-j elasan di at as, maka pen-j elaslah pembedaan pe-makaian f ilsaf at ilmu hukum maupun f ilsaf at hukum t erlet ak hanya pada t at aran ist ilah saj a, t anpa maksud memilah dan membedakannya secara pokok krusial, yang sebenarnya kedua-nya mempelaj ari f ilsaf at yang mempukedua-nyai ob-j ek hukum.

Adapun, dilihat dari pengert iannya, f ilsa-f at Ilmu Hukum yang t elah berkembang semen-j ak masa Yunani, didef inisikan oleh banyak pe-mikir dengan berbagai rumusan, yang pada dasarnya menyat akan bahwa f ilsaf at ilmu hu-kum mempersoalkan hakikat huhu-kum it u sendiri. Menurut Sudj it o, f ilsaf at ilmu hukum adalah inst it usi pencarian j awaban at as persoalan-soalan yang dihadapi manusia, mulai dari per-soalan ket uhanan, alam semest a, sampai kepa-da persoalan manusia it u sendiri.14

Sat j ipt o Rahardj o mengemukakan pen-dapat nya bahwa f ilsaf at hukum it u memper-soalkan pert anyaan-pert anyaan yang bersif at dasar dari hukum. Pert anyaan-pert anyaan t en-t ang hakikaen-t hukum, en-t enen-t ang dasar-dasar bagi kekuat an mengikat dari hukum, merupakan cont oh-cont oh pert anyaan yang mendasar it u. Gust av Radbruch merumuskannya dengan se-derhana yait u bahwa f ilsaf at hukum it u adalah cabang f ilsaf at yang mempelaj ari hukum yang benar, sedangkan Langemeyer mengat akannya pembahasan secara f ilosof is t ent ang hukum.

Rumusan lain dari Ut recht menget engah-kan sebagai berikut :

Filsaf at hukum memberi j awaban at as pert anyaan-pert anyaan sepert i apakah hukum it u sebenarnya (persoalan adanya dan t uj uan hukum) Apakah sebabnya ma-ka kit a menaat i hukum? (persoalan be-lakunya hukum) Apakah keadilan yang

13

(5)

menj adi ukuran unt uk baik buruknya hu-kum it u (persoalan keadilan huhu-kum).15

Baik St amler maupun Kelsen menit ikbe-rat kan keadilan sebagai t uj uan hukum. Demi-kian pula Radbruch yait u keadilan sebagai t uj u-an umum dapat diberiku-an arah yu-ang berbeda-beda unt uk mencapai keadilan sebagai t uj uan dari hukum. Oleh karena f ungsi hukum adalah memelihara kepent ingan umum dalam masya-rakat , menj aga hak-hak manusia, dan mewu-j udkan keadilan dalam hidup bersama. Ket iga t uj uan t ersebut t idak saling bert ent angan, t e-t api merupakan pengisian suae-t u konsep dasar, yait u manusia harus hidup dalam suat u masya-rakat dan masyamasya-rakat it u harus diat ur oleh pemerint ah dengan baik berdasarkan hukum.

Teori Keadilan menurut Plato, Arist ot eles, Thomas Aquinas dan John Rawls

Masalah hubungan ant ara keadilan dan hukum posit if j adi pusat perhat ian para ahli f i-kir Yunani, sama halnya dengan pemii-kiran t en-t ang hukum pada saaen-t en-t ersebuen-t16. Di bawah ini akan diuraikan beberapa pemikiran dalam kon-t eks keadilan dalam hukum yang penulis pilih dalam pembahasan makalah ini yait u t eori Pla-t o, ArisPla-t oPla-t eles, Thomas Aquinas dan John Rawls. Plat o dan Arist ot eles dipilih mewakili dari pemikiran masa klasik yang melet akkan dasar bagi keadilan, Thomas Aquinas17 menj e-laskan bert olak dari ide-ide dasar f ilsaf at Aris-t oAris-t eles, sedangkan John Rawls mewakili dari pemikiran masa modern yang menegaskan

15

Inil ah pert anyaan-pert anyaan yang sebet ul nya j uga dij awab ol eh il mu hukum. Akan t et api, bagi banyak orang j awaban il mu hukum t i dak memuaskan. Fil saf at hukum hendak mel ihat hukum sebagai kai dah dal am art i kat a et hi sch war deoor deel. Fil saf at hukum ber usaha membuat ‘ duni a et i s yang menj adi l at ar bel akang yang t idak dapat dir aba pancainder a’ dar i hukum.

16 W. Fr iedmann, op. ci t, hl m 6. 17

Thomas Aquinas (1225-1275) adal ah seorang rohaniwan Gerej a Kat ol ik yang l ahir di It al ia, seorang dokt or f il saf at dan Teol ogi. Dal am membahas art i hukumThomas mul ai membedakan ant ar a hukum-hukum yang ber asal dari wahyu dan hukum-hukum yang dij angkau ol eh akal budi it u sendiri . Hukum yang didapat i dari w ahyu disebut ‘ hukum il ahi posit i f (i us di vi num posi t i vum). Hukum yang diket ahui berdasarkan kegi at an akal budi ada beberapa macam. Pert ama-t ama t er dapat ‘ hukum al am’ (i us nat u-r al e), kemudian j uga ‘ hukum bangsa-bangsa’ (i us gen-t i um), akhirnya ‘ hukum posit if manusi awi’ (i us posi t i vum humanum).

ngan cara memet akan dua arus ut ama pemi-kiran keadilan di at as.

Keadilan menurut Plato, Arist ot eles dan Thomas Aquinas

Persoalan keadilan menj adi hal yang ut a-ma dalam pemikiran Hukum Kodrat pada a-masa Yunani Kuno, dengan pelet ak hukum kodrat Arist ot eles.18 Hal ini dikarenakan pada saat it u, sudah t erdapat gagasan umum t ent ang apa yang adil menurut kodrat nya dan apa yang adil it u harus sesuai at au menurut keberlakuan hukumnya19, selanj ut nya menurut Sumaryono mengemukakan

“ Dalil “ hidup manusia harus sesuai de-ngan alam” merupakan pemikiran yang di t erima saat it u, dan oleh sebab it u, da-lam pandangan manusia, seluruh pemikir-an mpemikir-anusia harus didasarkpemikir-an pada ko-drat nya t adi, sehingga manusia dapat memandang t ent ang hal yang ‘ benar’ dan ‘ keliru’ . Unt uk melaksanakan peran ko-drat i manusia t adi, set iap manusia seha-rusnya mendasarkan t indakannya sesuai dengan gagasan keadilan, sehingga ma-nusia dapat memahami dan melakukan hal-hal yang bert ent angan dengan alam t empat manusia hidup” . 20

Merosot nya demokrasi At hena, dalam pe-rang Peloponesus dan sesudahnya, menj adi ba-han perenungan t ent ang keadilan yang mendo-minasi f ilsaf at hukum Plat o dan Arist ot eles. Ke-duanya mencurahkan sebagian besar dari karya

18

Ari st ot el es, mur id Pl at o, pada dasarnya mengikut i pemi-kiran Pl at o ket ika Ar ist ot el es memul ai memer soal kan t ent ang keadil an dan kait annya dengan hukum posit if . Namun yang membedakan di ant ara mereka, bahw a Pl at o dal am mendekat i probl em keadil an dengan sudut pandang yang bersumber dar i inspirasi , sement ara Ari st ot el es mendekat i dengan sudut pandang yang rasional . Yang menghubungkan keduanya adal ah, bahwa keduanya sama-sama berupaya membangun konsep t en-t ang nil ai keuen-t amaan (concept of vi r t ue), yang bert uj uan unt uk mengar ahkan manusi a kepada suat u kecondongan, yang pada dasar nya t el ah menj adi probl em ut ama dal am pemikir an Hukum Kodrat masa it u, t ent ang arah yang baik at au ar ah yang buruk, berdasarkan nil ai Keadil an at au t i adanya Keadil an.

19

Made Subawa, “ Pemikir an Fil saf at Hukum Dal am Membent uk Hukum” , Sar at hi : Kaj i an Teor i Dan Masal ah Sosi al Pol i t i k, Asosiasi Il mu Pol it ik Indonesia Denpasar, Vol . 14 (3), 2007, hl m. 244-245

20

(6)

mereka unt uk memberi def inisi yang konkrit mengenai keadilan dan hubungan ant ara ke-adilan dan hukum posit if . Plat o berusaha unt uk mendapat kan konsepnya mengenai keadilan dari ilham; sement ara Arist ot eles mengem-bangkannya dari analisa ilmiah at as prinsip-prinsip rasional dengan lat ar belakang model-model masyarakat polit ik dan undang-undang yang t elah ada21.

Dokt rin-dokt rin Arist ot eles t idak hanya melet akkan dasar-dasar bagi t eori hukum, t et api j uga kepada f ilsaf at barat pada umum-nya. Kont ribusi Arist ot eles bagi f ilsaf at hukum adalah f ormulasinya t erhadap masalah keadil-an, yang membedakan ant ara :

Keadilan “ dist ribut if ” dengan keadilan “ korekt if ” at au “ remedial” yang merupa-kan dasar bagi semua pembahasan t eo-rit is t erhadap pokok persoalan. Keadilan dist ribut if mengacu kepada pembagian barang dan j asa kepada set iap orang se-suai dengan kedudukannya dalam masya-rakat ; dan perlakuan yang sama t erhadap kesederaj at an di hadapan hukum ( equa-l i t y bef or e t he equa-l aw).22

Keadilan j enis kedua pada dasarnya me-rupakan ukuran t eknis dari prinsip-prinsip yang mengat ur penerapan hukum. Dalam mengat ur hubungan-hubungan hukum harus dit emukan suat u st andar yang umum unt uk memperbaiki set iap akibat dari set iap t indakan, t anpa mem-perhat ikan pelakunya, dan t uj uan dari perila-ku-perilaku dan obj ek-obj ek t ersebut harus diukur melalui suat u ukuran yang obj ekt if .

Kont ribusi ket iga dari Arist ot eles adalah pembedaan ant ara keadilan menurut hukum dan keadilan menurut alam, at au ant ara hukum posit if dengan hukum alam. Keadilan yang per-t ama mendapaper-t kekuasaannya dari apa yang

21 Ibi d, hl m 7. 22

Ibi d, hl m. 10, di a membedakan keadil an menj adi j enis keadil an di st r ibut if dan keadil an korekt if . Yang pert ama berl aku dal am hukum publ ik, yang kedua dal am hukum perdat a dan pi dana. Keadil an di st ri but if dan korekt if sama-sama rent an t er hadap probl ema kesamaan at au keset ar aan dan hanya bisa dipahami dal am kerangkanya. Dal am wil ayah keadil an dist r ibut i f , hal yang pent i ng ial ah bahwa i mbal an yang sama r at a di berikan at as pencapaian yang sama rat a. Pada yang kedua, yang menj adi per soal an i al ah bahw a ket i dakset ar aan yang di sebabkan ol eh, misal nya, pel anggar an kesepakat an, dikoreksi dan dihil angkan.

t et apkan sebagai hukum, apakah adil at au t i-dak; keadilan yang kedua mendapat kekuasaan-nya dari apa yang menj adi sif at dasar manusia, yang t idak dibat asi oleh ruang dan wakt u.

Kont ribusi t erbesar keempat dari Arist o-t eles adalah pembedaannya o-t erhadap keadilan abst rak dan kepat ut an. Hukum harus menyama-rat akan dan banyak memerlukan kekerasan da-lam penerapannya t erhadap masalah individu. Kepat ut an mengurangi dan menguj i kekerasan t ersebut , dengan mempert imbangkan hak yang bersif at individual. Semua pembahasan masa-lah mengenai kepat ut an, ket epat an int erpre-t asi erpre-t erhadap undang-undang aerpre-t au preseden, bermula dari pernyat aan t erhadap masalah yang f undament al.

Thomas Aquinas, yang dikenal sebagai penerus t radisi f ilsaf at ala Arist ot eles, sampai t ingkat t ert ent u meneruskan garis pemikiran Arist ot eles dan j uga kaum St oa23. Thomas membedakan 3 (t iga) macam hukum yait u hu-kum abadi (l ex act ena), hukum kodrat (l ex na-t ur al i s), dan hukum manusia dan hukum posit if (l ex humana)24 sert a memberikan pandangan-nya mengenai masalah keadilan it u. Keut ama-an yama-ang disebut keadilama-an menurut Thomas Aqu-inas menent ukan bagaimana hubungan orang dengan orang yang selain dalam hal i ust um, yakni mengenai apa yang sepat ut nya bagi orang lain menurut sesuat u kesamaan proporsional (al i quod opus adaequat um al t er i secundum al i -quem aequal i t at i s modum).

23 Menurut Kaum St oa: manusi a adal ah makhl uk rasional

yang di ci pt akan Tuhan sesuai dengan hakikat nya dan akal budi t er dapat pada manusi a, maka hal per t ama yang di mil iki secara barusan ol eh manusia dan Tuhan adal ah akal budi.

24

(7)

Keadilan menurut John Rawls

Pada Abad Modern salah seorang yang di anggap memiliki peran pent ing dalam mengem-bangkan konsep keadilan adalah John Borden Rawls. Rawls, berpendapat bahwa keadilan ha-nya dapat dit egakkan apabila negara melaksa-nakan asas keadilan, berupa set iap orang hen-daknya memiliki hak yang sama unt uk menda-pat kan kebebasan dasar (basi c l i ber t i es); dan perbedaan sosial dan ekonomi hendaknya dist ur sedemikian rupa sehingga memberi manf aat yang besar bagi mereka yang berkedudukan pling t idak berunt ung, dan bert alian dengan j a-bat an sert a kedudukan yang t erbuka bagi se-mua orang berdasarkan persamaan kesempat an yang layak.

John Rawls memunculkan suat u ide da-lam bukunya A Theor y of Just i ce at au t eori ke-adilan yang bert uj uan agar dapat menj adi alt ernat if bagi dokt rin-dokt rin yang mendomi-nasi t radisi f ilsaf at t erdahulunya, dengan cara menyaj ikan konsep keadilan yang mengenerali-sasikan dan mengangkat t eori kont rak sosial yang diungkap oleh, kat akanlah, Locke, Rousse-au dan Kant ke t ingkat yang lebih t inggi. Oleh Rawls cara pandang keadilan ini disebut ke-adilan sebagai f air ness.

Keadilan sebagai f air ness dimulai dengan salah sat u pilihan yang paling umum yang bisa dibuat orang bersama-sama, yakni dengan pili-han prinsip pert ama dari konsepsi keadilan yang mengat ur krit ik lebih lanj ut sert a ref or-masi inst it usi. Teori Rawls didasarkan at as dua prinsip25 yait u melihat t ent ang Equal Ri ght dan Economi c Equal it y. Dalam Equal Ri ght dikat a-kannya

“ Harus diat ur dalam t at aran leksikal, yai-t u di f f er ent pr i nci ples bekerj a j ika prin-sip pert ama bekerj a at au dengan kat a lain prinsip perbedaan akan bekerj a j ika basi c r i ght t idak ada yang dicabut (t idak ada pelanggaran HAM) dan meningkat kan ekspekt asi mereka yang kurang berun-t ung. Dalam prinsip Rawls ini diberun-t ekankan harus ada pemenuhan hak dasar sehingga

25

Wibowo, “ Teori Keadil an John Rawl s” , t er sedi a di web-sit e ht t p: / / www. f il e: / / l ocal host / D: / Fil saf at Manusia, di akses t anggal 29 Okt ober 2010.

prinsip ket idakset araan dapat dij alankan dengan kat a lain ket idakset araan secara ekonomi akan valid j ika t idak merampas hak dasar manusia. ”

Bagaimanapun, def inisi Arist ot eles j elas-j elas mengasumsikan penilaian t ent ang apa yang layak menj adi milik seseorang dan apa yang berkait an dengannya. Sekarang kekua-saan semacam it u, kerap kali dit urunkan dari inst it usi-inst it usi sosial dan ekspet asi yang salah. Tidak ada alasan unt uk berpikir bahwa Arist ot eles t idak akan set uj u dengan hal ini, ia t ent u punya konsep keadilan sosial unt uk me-nilai klaim-klaim t ersebut . Def inisi yang Rawls aj ukan secara langsung dirancang unt uk kasus yang paling pent ing, yakni keadilan st rukt ur dasar. Tidak ada konf lik dengan pandangan t ra-disional26.

Keadilan dalam Perspektif Filsafat Ilmu Hu-kum

Hubungan ant ara keadilan dan hukum po-sit if baru mulai abad 8 yang dilat arbelakangi oleh adanya kekacauan dalam masyarakat , t i-dak puasnya rakyat dengan pemerint ahan aris-t okrasi dan penyalahgunaan dari kekuasaan27. Sej ak wakt u it u maka masalah hubungan ant ara keadilan dan hukum posit if menguasai alam pikiran bangsa Yunani, dan pada hakekat nya semua pikiran-pikiran t ent ang hukum. Dalam hubungannya dengan f ilsaf at ilmu hukum, ke-adilan diwuj udkan melalui hukum sehingga da-pat disimpulkan bahwa hukum yang mewuj ud-kan keadilan it u mut lak perlu dalam kehidupan bersama manusia. Tanpa hukum kehidupan ma-nusia menj adi kacau dan akan kehilangan ke-mungkinan unt uk berkembang secara manu-siawi.28

26

Ibi d, hl m. 11-12.

27

Masal ah keadil an menguasai syair-syair Hesi od dan Sol on, pembuat undang-undang At i ca yang t ersohor. Kedua-duanya mi nt a pert ol ongan dari Di ke put r id Zeus sebagai penj amin keadil an t er hadap t irani duni a, pel ang-garan hak-hak dan t i dak adanya keadil an sosi al . Sol on menggambarkan Dike, sebagai seor ang dewi yang meng-hukum kekacauan dan t i dak keadil an dengan” kej ahat an-kej ahat an sosial ” (soci al evi l) sedang masyarakat yang adil dianugr ahi dengan perdamai an dan kemakmur an.

28

(8)

Friedmann29 mengat akan, para ahli f ikir Romawi t elah melet akkan dasar-dasar ilmu hu-kum analisis modern, sekalipun sumbangan me-reka t erhadap f ilsaf at hukum t idak banyak. Da-ri mulai Cicero sampai Plat o dan ADa-rist ot eles, mulai dari t ulisan mengenai hukum kont rak at aupun menuj u pada pemikiran-pemikiran yang mendalam t ent ang f ungsi dan problema-problema hukum di dalam masyarakat . Keka-cauan-kekacauan sosial, konf lik-konf lik int ern, sering t erj adinya pergant ian pemerint ahan, ba-nyaknya kezaliman dan kesewenang-wenangan, merupakan dorongan ekt ern unt uk merenung-kan hubungan ant ara keadilan t ert inggi dengan hukum posit if .

Dikat akan dalam karya Homerus30 bahwa hukum merupakan pusat kaj ian dan merupakan sesuat u yang past i dan t et ap. Keadilan masih ident ik dengan perint ah dan kewenangan. Ke-sadaran akan adanya pert ent angan ant ara hu-kum posit if dan keadilan menj adi lebih menon-j ol semenon-j ak abad kedelapan. Keadaan it u t imbul karena adanya rasa t idak aman dalam masya-rakat , rasa t idak puas t erhadap sist em peme-rint ahan arist okrasi dan banyaknya penyalah-gunaan kekuasaan. Pada masa it u memang per-t enper-t angan anper-t ara keadilan versus keper-t idakadilan t erj adi. Adanya hal-hal t ersebut di at as men-j adi pusat perhat ian para ahli f ikir Yunani, sama halnya dengan pemikiran t ent ang hukum sej ak saat t ersebut bahkan sampai sekarang.

Susant o mencoba menganalisis apabila mencoba memf okuskan pada kaj ian-kaj ian pa-da panpa-dangan-panpa-dangan di at as maka keadilan t idak dapat dit emukan di luar sebuah t at anan yang t ert ib dan t erat ur, ent ah t at anan hukum, t at anan moral at au t at anan it u adalah t at anan rasio dan keadilan eksis di dalam t at anan t

Wacana Par amar t a: Jur nal Il mu Hukum, Fakul t as Hukum Uni versit as Langl angbuana, Vol . 5 (1), 2006, hl m. 25-38

29

W. Fr iedmann, op. ci t, hl m. 5.

30 Karya-kar ya Homer us adal ah hasil pert ama peradaban

Hel l enis yang menonj ol . Segal a hal mengenai Homerus sebet ul nya ber si f at dugaan, namun opini yang t erkuat menunj ukkan bahwa Homerus sesungguhnya adal ah sej uml ah penyair dan bukan hanya sat u orang. Penul is modern dal am il mu ant ropol ogi sampai pada kesi mpul an bahw a Homerus adal ah seorang j uru sensor yang samasekal i j auh dari cir i pri mi t ive, sej eni s ahl i t af sir abad ke-18 yang merasional isir mit os-mit os kuno, yang menj unj ung cit a-cit a kel as at as unt uk mencapai peradaban t i nggi.

sebut . Maka dengan melihat pada pendapat Hans Kelsen yang mewakili kaum Posit ivisme Hukum, bahwa makna keadilan adalah keadilan yang diberlakukan dan j ika dit elusuri lebih j auh t erlihat bahwa pencarian keadilan diluar t at a-nan adalah (seolah) t idak mungkin, art inya pencarian keadilan di luar t at anan t elah dihen-t ikan.31

Tugas f ilsaf at hukum adalah memf ormulir cit a-cit a polit ik dalam ist ilah-ist ilah keadilan dan ket ert iban hukum. Sebagaimana dikat akan oleh Radbruch :

Al l e gr ossen pol i t i schen Wandl ungen war en vor der Recht sphol osophi e vor be-r eit et odebe-r begl ei t et . Am anf ang st and di e Recht sphi l osophi e, am Ende di e Re-vol ut ion” . Al l gr eat pol i t i cal changes wer e pwer epawer ed ower accompanied by l egal phi -l osophy. In t he begi nning t her e was -lega-l phi l osophy; at t he end, t her e was r e-vol ut ion”.32

Melihat dari uraian mengenai t erminologi keadilan di at as j elaslah bahwa unt uk dapat melihat adanya gambaran keadilan t erdapat ukuran t ersendiri yang dapat mengukurnya. Bersandar pada gambaran it ulah maka penulis mengambil kesimpulan bahwa keadilan dalam hukum t erbagi pada 2 (dua) hal yakni keadilan menurut perundang-undangan (l egal j ust i ce) at au keadilan dalam prakt ek (pr act i cal j ust i -ce). Keadilan berdasarkan perundang-undangan didasarkan pada hukum yang t ert ulis dan ada dalam t eks perundang-undangan.

Memaknai keadilan memang selalu ber-awal dari keadilan sebagaimana j uga t uj uan hukum yang lain yait u kepast ian hukum dan kemanf aat an. Keadilan memang t idak secara t ersurat t ert ulis dalam t eks t ersebut t et api pembuat undang-undang t elah memandang da-lam pembuat an produk perundang-undangan-nya didasarkan pada keadilan yang merupakan bagian dari t uj uan hukum it u sendiri, sepert i ada dalam t eori et is bahwa t uj uan hukum se-mat a-se-mat a unt uk mewuj udkan keadilan (j ust i -ce), yang dimuat dalam t eori t uj uan hukum klasik sedangkan dalam t eori priorit as modern

31

Ant hon F. Susant o, l oc. ci t , hl m. 33

32

(9)

baku yang ada dalam t eori modern yait u t uj uan hukum mencakupi keadilan, kemanf aat an dan kepast ian hukum.

Berkenaan dengan adanya t uj uan hukum t ersebut , di samping keadilan menj adi salah sat u dari dibuat nya t eks hukum maka t uj uan hukum pun menj adi dasar yang menj adi acuan bagi seorang hakim dalam menet apkan put us-annya. Hakim secara f ormal melet akkan dasar pert imbangan hukumnya berdasarkan t eks un-dang-undang (l egal f or mal) dan keadilan men-j adi harapan dari put usan t ersebut . Akan t et api kemudian yang t erj adi adalah makna keadilan ini menj adi sempit manakala salah sat u pihak menganggap bahwa put usan hakim it u menj adi t idak adil baginya dan hal ini yang kemudian membawa pada pemikiran bahwa selalu t erj adi disparit as ant ara keadilan dan ket idakadilan. Bahwa memang makna keadilan it u bisa j adi menj adi t idak sama at au dengan kat a lain mempunyai perspekt if yang berbeda.

Arist ot eles membagi keadilan menj adi t iga macam. Adanya pembedaan keadilan men-j adi t iga apabila dilihat dari ket erangan me-ngenai def insi masing-masing dan ket iganya j elas berbeda. Keadilan yang dimaksud disini adalah keadilan dalam pengert ian kesamaan. Keadilan j enis ini kemudian membedakan pada j enis pembagian keadilan di st r i but i ve, dan cor r ect ive at au r emedial j ust i ce. Keadilan pert i diuraikan dalam pembagian t ersebut , se-j at inya dilaksanakan dalam kenyat aan t api ke-adilan masyarakat (dalam pembagian di at as t adi, selain keadilan berdasarkan t eks undang-undang) merupakan keadilan yang merupakan harapan masyarakat . Ket ent uan Pasal 16 Ayat (1) UU No. 4 Tahun 2004 pun memperkuat adilan j enis ini, yang menyat akan bahwa ke-adilan menj adi waj ib unt uk t et ap dit egakkan kendat i pun t idak ada ket ent uan hukum nor-mat if . Keadilan merupakan kebut uhan pokok rohaniah dalam t at a hubungan masyarakat , ke-adilan merupakan bagian dari st rukt ur rohaniah suat u masyarakat . Suat u masyarakat memiliki gambaran t ent ang mana yang pat ut dan t idak pat ut , mana yang benar dan yang salah, ken-dat i pun dalam masyarakat t ersebut t idak ada undang-undang t ert ulisnya. Di sisi yang lain,

dalam pasal 5 ayat (1) UU No. 48 Tahun 2009 t ugas hakim yait u menggali dan memahami ni -lai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat .

Berbicara dalam kont eks f ilsaf at ilmu hu-kum, dalam semua aliran manapun, cara ber-f ikir apa pun yang dipakai, semua pemikiran t ent ang hukum secara sist emat is (berf ilsaf at t ent ang hukum), berlandaskan di sat u pihak pa-da f ilsaf at (panpa-dangan manusia t ent ang t em-pat nya di alam semest a) dan di lain pihak pada t eori polit ik (pandangan manusia t ent ang ben-t uk masyarakaben-t yang ben-t erbaik). Pikiran ben-t enben-t ang t uj uan hukum berdasar pada “ konsepsi” (pan-dangan) manusia sebagai manusia yang berf ikir (t hi nki ng i ndi vi dual) dan sebagai makhluk ber-polit ik (pol i t i cal bei ng). Dua aspek ini yang ha-rus diperhat ikan dalam menj awab pert anyaan t ent ang f ilsaf at ilmu hukum.

Memperhat ikan semua pembahasan da-lam t ulisan ini, bahwa keadilan dada-lam f ilsaf at ilmu hukum it u t et ap akan ada sepanj ang usia pelaksanaan penegakan hukum dan akan dipe-gang t eguh karena keadilan merupakan cit a dan mengimbangi unsur lainnya yait u keman-f aat an dan kepast ian hukum. Pemahaman akan f ilsaf at ilmu hukum benar akan dapat men-j elaskan nilai dasar hukum secara f ilosof is dan sudah seharusnya semakin diperkuat oleh para para

pihak yang kompet en sehingga dapat

membangun hukum yang sebenarnya.

Penut up Simpulan

(10)

sebagai f ai r ness dengan didasarkan 2 (dua) prinsip yait u equal r i ght dan economi c qual i t y.

Secara normat if , pelaksanaan keadilan di masyarakat bersandarkan pada ket ent uan Pasal 16 Ayat (1) UU Nomor 4 t ahun 2004 yang me-nyat akan bahwa keadilan menj adi waj ib unt uk t et ap dit egakkan kendat ipun t idak ada ket en-t uan normaen-t if . Dalam en-t aen-t aran praken-t ikal, hakim berdasarkan Pasal 5 Ayat (1) UU Nomor 48 t a-hun 2009 mempunyai t ugas menggali dan me-mahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan dalam masyarakat .

Daft ar Pust aka

Amin, M. Kebenar an Hukum Vs Keadi l an Ma-syar akat. Websit e ht t p: / / www. Pal ubuk-pakam. net / ar t i kel / 186-kebenar an hukum –vs-keadi l an-masyar akat . ht ml, diakses 9 Okt ober 2010;

Fauzan, M. “ Pesan Keadilan Di Balik Teks Hu-kum yang Terlupakan” . Var i a Per adi l an, Vol. XXVI No. 29 Okt ober 2010;

Friedmann. W. 1990. Teor i dan Fi l saf at Hukum, Jakart a: PT. Raj awali Press;

Husni, M. “ Moral dan Keadilan sebagai Landa-san Penegakan Hukum Yang Responsif ” . Jur nal Equal i t y Vol. 11 No. 1 Februari 2006. Fakult as Hukum Universit as Suma-t era USuma-t ara;

Indart i, Erlyn. “ Demokrasi dan Kekerasan: Se-buah Tinj auan Filsaf at Hukum” . Jur nal Aequit as Jur is, Vol. 2 (1), 2008. Fakult as Hukum Universit as Kat olik Widya Mandira Kupang;

Julia, Syamsiar. “ Pelanggaran HAM Dan Peranan Polri Dalam Penegakan Hukum di Indo-nesia” . Jur nal Equal i t y Vol. 11 No. 2 Agust us 2006. Fakult as Hukum Universit as Sumat era Ut ara;

Lubis, Todung Mulya. “ Menegakan Hak Asasi Manusia, Menggugat Diskriminasi” . Jur nal Hukum dan Pembangunan Vol. 39 (1) Ja-nuari-Maret 2009. FH UI Jakart a;

Maryant o. “ Ref leksi dan Relevansi Pemikiran Filsaf at Hukum Bagi Pengembangan Ilmu Hukum” . Jur nal Hukum, Vol. 13 (1) 2003. FH Unisulla Semarang,

Muchsan. 1985. Hukum Tat a Pemer int ahan, Yogyakart a: Penerbit Libert y

Rahardj o, Sat j ipt o. 2000. Ilmu Hukum. Ban-dung: PT. Cit ra Adit ya Bakt i;

Sewu, P. Lindawat y. “ Kegunaan Filsaf at Hukum Dalam Mengupas Tunt as Permasalahan Hukum Kont ekst ual” , Wacana Par amar t a: Jur nal Il mu Hukum, Vol. 5 (1), 2006. FH Universit as Langlangbuana;

Subawa, Made. “ Pemikiran Filsaf at Hukum da-lam Membent uk Hukum” . Jur nal Sar at hi : Kaj i an Teor i Dan Masal ah Sosi al Pol it i k, Vol. 14 (3), 2007. Asosiasi Ilmu Polit ik Indonesia Denpasar;

Sudj it o. 2010. Mat er i al Teachi ng Fi l saf at Il mu Hukum. Yogyakart a: FH UGM;

Sumaryono, E. 2002. Et i ka dan Hukum: Rel evansi Teor i Hukum Kodr at Thomas Aqui -nas. Yogyakart a: Penerbit Kanisius;

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat dilihat beberapa hal diantaranya : terdapat hasil uji kompetensi interpersonal mahasiswa Pendidikan Akuntansi FKIP

Pengungkapan kepada publik tentang komisaris independen yang bekerja untuk perusahaan

 Mahasiswa akan dapat menjelaskan konsep struktur pemrograman COBOL, bentuk data yang digunakan dan aturan penulisannya.  Mahasiswa akan dapat menjelaskan format program

Komplain Spam mengalami penurunan jumlah pengaduan yang tinggi untuk bulan Maret dan April ini. Persentase penurunan jumlah pengaduan dari bulan Maret ke April

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi bahwa faktor pendukung yang mendukung dalam pelaksanaan strategi guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam membentuk sikap

Pelayanan IMB adalah pelayanan Pemerintah Kabupaten Deli Serdang yang dalam hal ini didelegasikan kepada Dinas Cipta Karya dan Pertambangan Kabupaten Deli

Karena fungsinya yang memungkinkan aplikasi Java mampu berjalan dibeberapa platform sistem operasi yang berbeda dan secara luas dimanfaatkan dalam

Dari analisis data yang telah dikemukakan sebelumnya diketahui adanya korelasi yang signifikan antara explosive power otot tungkai dengan kecepatan lari 40 meter siswa