79 - Volume 5, No. 2, Mei 2016
PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH,
LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH, DAN DANA
ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA MODAL
(Studi pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh)
1) Ramlan, 2) Dr. Darwanis, M. Si, Ak, 3) Dr. Syukriy Abdullah, SE, M.Si, Ak 1) Magister Akuntansi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Aceh 2,3) Staff Pengajar Magister Akuntansi Pascasarjana Universyitas Syiah Kuala Banda Ace
h.
Abstract: This research aims to; (1). Examine the influence of Local Taxes, Local Retribution, Other Valid Income and Special Allocation Fund jointly against Capital Expenditure on district/city governments in Aceh Province. (2). Testing the Local Tax effect individually for Capital Expenditure on district/city governments in Aceh Province. (3). Examine the effect of Local Retribution individually towards capital expenditure on district/city governments in Aceh Province. (4). Examine the effect of Other Valid Income individually towards capital expenditure on district/city governments in Aceh Province. (5). Examine the effect of Special Allocation Fund individually towards capital expenditure on district/city governments in Aceh Province. The object of this study is the Budget Realization Report-Budget Regency/City (LRA-APBK) in the province of Aceh. Source of data used are secondary data obtained from the Department of Revenue and Wealth Aceh (DPKA) Aceh province in the form of pure budget data and budget data changes in 23 districts/cities in Aceh 2010-2014. While research data collection techniques done with documentation techniques. The analytical method used is Multiple Linear Regression Analysis. The results showed that; (1). Local Taxes, Local Retribution, Other Valid Income and Special Allocation Fund influential jointly against Capital Expenditure on district/city governments in Aceh Province. (2). Local Taxes, Local Retribution, Other Valid Income and Special Allocation Fund influential separately for Capital Expenditure on district/city governments in Aceh Province.
Keyword: Local Taxes, Local Retribution, Other Valid Income, Special Allocation Fund, Capital Expenditure.
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk; (1). Menguji pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, dan Dana Alokasi Khusus secara bersama-sama terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. (2). Menguji pengaruh Pajak Daerah secara sendiri-sendiri terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. (3). Menguji pengaruh Retribusi Daerah secara sendiri-sendiri terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. (4). Menguji pengaruh Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah secara sendiri-sendiri terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. (5). Menguji pengaruh Dana Alokasi Khusus secara sendiri-sendiri terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Objek penelitian ini adalah Laporan Realisasi Anggaran-Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten/Kota (LRA-APBK) di Provinsi Aceh. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Pendapatan dan Kekayaan Aceh (DPKA) Provinsi Aceh berupa data anggaran murni dan data anggaran perubahan 23 kabupaten/kota di Aceh periode 2010-2014. Sedangkan teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan teknik dokumentasi. Metode analisis yang digunakan yaitu Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1). Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara bersama-sama terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. (2). Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara terpisah terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh.
Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 80 PENDAHULUAN
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 memberikan penegasan bahwa daerah memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi sumber daya ke dalam belanja dengan menganut asas kepatutan, kebutuhan dan kemampuan daerah (Darwanto dan Yustikasari, 2007).
Untuk itu, Pemerintah Daerah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat sebagai lembaga legislatif terlebih dahulu menentukan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA) dan Prioritas & Plafon Anggaran Sementara (PPAS) sebagai pedoman dalam pengalokasian sumber daya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang selanjutnya disingkat APBD.
Darwanto dan Yustikasari (2007) menyatakan bahwa pemanfaatan anggaran belanja seharusnya dialokasikan untuk hal-hal produktif, misalnya untuk pembangunan. Oleh karena itu, penerimaan pemerintah daerah seharusnya dialokasikan untuk program-program layanan publik. Pemerintah daerah mengalokasikan dana dalam bentuk anggaran belanja modal dalam APBD untuk menambah aset tetap. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik.
Permasalahan belanja modal sampai saat ini belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah Aceh, baik di pusat maupun di daerah. Sehingga ke depan hendaknya lebih intensif diperhatikan dan diprioritaskan, karena pada kenyataannya selama ini anggaran pemerintah baik APBN maupun APBD lebih besar porsinya untuk belanja pegawai daripada belanja modal. Hal
tersebut mengakibatkan pembangunan di daerah belum terlihat berdampak signifikan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan masih minimnya kualitas pelayanan publik (Musliadi, 2013).
Penelitian ini bertujuan untuk; (1). Menguji pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, dan Dana Alokasi Khusus secara bersama-sama terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. (2). Menguji pengaruh Pajak Daerah secara sendiri-sendiri terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. (3). Menguji pengaruh Retribusi Daerah secara sendiri-sendiri terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. (4). Menguji pengaruh Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah secara sendiri-sendiri terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. (5). Menguji pengaruh Dana Alokasi Khusus secara sendiri-sendiri terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh.
KAJIAN KEPUSTAKAAN
Belanja Modal
Halim (2004:73) mendefinisikan belanja modal sebagai belanja yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah serta akan menimbulkan konsekuensi menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan.
81 - Volume 5, No. 2,Mei 2016
Erlina dan Rasdianto (2013) belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk aset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
Pada prinsipnya alokasi belanja modal dibuat untuk menghasilkan aset tetap milik pemerintah daerah yang sesuai dengan kebutuhan pemerintah daerah dan atau masyarakat di daerah bersangkutan. Alokasi belanja modal ini didasarkan pada kebutuhan daerah akan sarana dan prasarana, baik untuk kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan maupun untuk fasilitas publik.
Biasanya setiap tahun diadakan pengadaan aset tetap oleh pemerintahan daerah, sesuai dengan prioritas anggaran dan pelayanan publik yang memberikan dampak jangka panjang secara finansial (Abdullah dan Halim, 2008).
Pajak Daerah
Menurut Soemitro (2007) pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public
investment”.
Definsi pajak juga dikemukakan oleh Judisseno (1997:5) sebagai suatu kewajiban kenegaraan dan pengabdiaan peran aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa pembangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan dan negara.
Mardiasmo (2000:51) mendefinisikan pajak
daerah sebagai “pajak yang dipungut daerah
berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah
tangga daerah tersebut”.
Dalam keuangan pemerintah, pendapatan yang bersumber dari penerimaan perpajakan akan digunakan untuk mendanai belanja pemerintah termasuk didalamnya belanja modal. Sesuai dengan karakternya, belanja modal dalam keuangan pemerintah diterjemahkan sebagai belanja yang dilakukan dalam rangka pemupukan modal dalam aset fisik, seperti tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan, serta dalam bentuk fisik lainnya (Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan RI, 2015).
Retribusi Daerah
Menurut Koswara (2001:91) retribusi daerah
adalah “imbalan atau manfaat yang diperoleh secara
langsung seseorang atau badan atau jasa layanan, pekerjaan, pemakaian barang, atau izin yang
diberikan oleh pemerintah daerah”.
Sulistyowati (2011) menyatakan bahwa kemandirian daerah dapat diwujudkan dengan salah satu cara yaitu dengan meningkatkan PAD dari sektor retribusi daerah. Jika retribusi daerah meningkat, maka PAD juga akan meningkat sehingga dapat meningkatkan pengalokasian belanja modal untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 82 dapat meningkatan PAD kembali.
Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Sesuai pasal 26 ayat (4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik Pemda. Rekening ini disediakan untuk mengakuntansikan penerimaan daerah selain yang disebut di atas.
Menurut Devas et al. (1989) penerimaan lain-lain PAD yang sah merupakan kelompok penerimaan lain-lain dalam pendapatan daerah yang mencakup penerimaan kecil-kecil seperti hasil penjualan alat berat dan bahan jasa, penerimaan dari sewa, bunga simpanan giro dan bank serta penerimaan dari denda kontraktor.
Walaupun demikian sumber penerimaan daerah sangat tergantung pada potensi daerah itu sendiri. Artinya semakin besar potensi sumber lain-lain PAD yang sah, maka semakin besar pula penerimaan daerah. Peningkatan PAD yang berasal dari lain-lain PAD yang sah diharapkan dapat meningkatkan investasi belanja modal pemerintah daerah sehingga kualitas pelayanan publik semakin baik (Sulistyowati, 2011).
Dana Alokasi Khusus
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan pada Pasal 1
angka 24 menyebutkan bahwa “Dana Alokasi
Khusus selanjutnya disingkat DAK adalah
dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan
daerah dan sesuai dengan prioritas nasional”.
Darise (2008:137) DAK dimaksudkan untuk membantu membiayai kegiatan-kegiatan khusus di daerah tertentu yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional, khususnya untuk membiayai kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar tertentu atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.
Yani (2008:172) menyatakan bahwa DAK dialokasikan kepada daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program yang menjadi prioritas daerah. DAK dialokasikan untuk membantu daerah mendanai kebutuhan fisik sarana dan prasarana yang merupakan prioritas nasional dibidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur (jalan, irigasi, dan air bersih), kelautan dan perikanan, pertanian, prasarana pemerintahan daerah, serta lingkungan hidup.
METODE PENELITIAN
83 - Volume 5, No. 2,Mei 2016
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Pendapatan dan Kekayaan Aceh (DPKA) Provinsi Aceh berupa data anggaran murni dan data anggaran perubahan 23 kabupaten/kota di Aceh periode 2010-2014.
Sedangkan teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan teknik dokumentasi. Metode analisis yang digunakan yaitu Analisis Regresi Linear Berganda.
Operasionalisasi Variabel
Pajak Daerah (X1)
UU No. 28/2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menjelaskan bahwa pajak daerah
yang selanjutnya disebut pajak adalah “kontribusi
wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Pengukuran (proxy) yang digunakan adalah data realisasi pajak daerah yang ada pada LRA APBK. Skala yang digunakan adalah nominal.
Retribusi Daerah (X2)
Berdasarkan UU No. 28/2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menjelaskan bahwa retribusi daerah yang selanjutnya disebut retribusi
adalah “pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan”. Pengukuran (proxy) yang digunakan adalah data realisasi retribusi daerah yang ada pada LRA
APBK. Skala yang digunakan adalah nominal.
Lain-lain PAD yang Sah (X3)
Menurut Devas et al. (1989) lain-lain PAD yang sah merupakan kelompok penerimaan lain-lain dalam pendapatan daerah yang mencakup penerimaan kecil-kecil, seperti hasil penjualan alat berat dan bahan jasa, penerimaan dari sewa, bunga simpanan giro dan bank serta penerimaan dari denda kontraktor. Pengukuran (proxy) yang digunakan adalah data lain-lain PAD yang sah yang ada pada LRA APBK. Skala yang digunakan adalah nominal.
Dana Alokasi Khusus (X4)
PP Nomor 55/2005 Tentang Dana Perimbangan pada Pasal 1 angka 24 menyebutkan
bahwa DAK adalah “dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional”. Pengukuran (proxy) yang digunakan adalah data DAK yang ada pada LRA APBK. Skala yang digunakan adalah nominal.
Belanja Modal (Y)
Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 84
(proxy) yang digunakan adalah data Belanja Modal
yang ada pada LRA APBK. Skala yang digunakan adalah nominal.
Metode Analisis
Data penelitian dianalisis dengan menggunakan model analisis regresi linear berganda yaitu menggunakan pooled data mulai dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Data diolah dengan menggunakan program bantuan SPSS (Statistical Package for Social Sciences).
Teknik analisis data pada pengujian hipotesis menggunakan pengujian analisis regresi linier berganda. Pengujian hipotesis digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen, baik secara parsial maupun simultan.
Model persamaan regresi linear berganda untuk pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, lain-lain PAD yang sah dan Dana Alokasi Khusus terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh adalah sebagai berikut:
Yit= αit+ β1X1it+ β2X2it+ β3X3it + β4X4it +εit
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Observasi Penelitian
Observasi penelitian dilakukan pada 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh periode 2010-2014. Sedangkan yang menajdi unit analisis pada penelitian ini adalah data LRA-APBK (Laporan Realisasi Anggaran Kabupaten/Kota) di Provinsi Aceh.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka diperoleh 115 pengamatan (23 kabupaten/kota x 5 tahun periode penelitian).
Data yang digunakan adalah data realisasi pajak daerah, data realisasi retribusi daerah, data realisasi lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sah, data realisasi Dana Alokasi Khusus, dan data realisasi belanja modal.
Hasil Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi linear berganda dari pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, lain-lain PAD yang sah, dan dana alokasi khusus terhadap belanja modal dapat dilihat pada tabel berikut.
Variabel Independen Unstandardized Coefficients (B)
(Constant) 1,840
Pajak Daerah -0,249
Retribusi Daerah 1,997
Lain-Lain PAD yang Sah
Dana Alokasi Khusus
0,757
1,732 Persamaan Regresi
Y1it = αit + β1X1it+ β2X2it+ β3X3it+ β4X4it+ Ɛit
Y = 1,840 - 0,249PD + 1,997RD + 0,757LLPADYS + 1,732 DAK
R = 0,710 R² = 0,504
Melalui hasil program SPSS maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
Y1it = 1,840 - 0,249 X1it + 1,997 X2it + 0,757
X3it + 1,732 X4it+ Ɛit
Hasil Pengujian Hipotesis untuk Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, lain-Lain Pendapatan Asli Yang Sah, dan Dana Alokasi
Khusus Secara Bersama-sama terhadap
Belanja Modal
85 - Volume 5, No. 2,Mei 2016
bersama-sama dari regresi linear berganda
menunjukkan nilai koefisien regresi (β) masing -masing variabel adalah -0,249 untuk variabel pajak daerah (β1), 1,997 untuk variabel retribusi daerah (β2), 0,757 untuk variabel lain-lain PAD yang sah (β3), dan 1,732 untuk variabel Dana Alokasi Khusus (β4).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, lain-lain PAD yang sah, dan Dana Alokasi Khusus secara bersama-sama terhadap belanja modal dengan nilai Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,504.
Artinya bahwa variabel pajak daerah, retribusi daerah, lain-lain PAD yang sah, dan Dana Alokasi Khusus mampu menjelaskan variasi dari variabel belanja modal sebanyak 50,4%. Sisanya sebesar 49,6% dijelaskan oleh variasi atau faktor lain yang tidak dimasukkan dalam variabel penelitian ini.
Hasil Pengujian Hipotesis untuk Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, lain-Lain Pendapatan Asli Yang Sah, dan Dana Alokasi Khusus Secara Terpisah terhadap Belanja Modal
Hasil pengujian secara terpisah dalam penelitian ini ditentukan dengan melihat nilai
koefisien regresi (β) masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya. Hasil pengujian regresi linear berganda
menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β1 =
-0,249, β2 = 1,997, β3 = 0,757, dan β4 = 1,732. Hasil tersebut mendukung hipotesis kedua yang telah dirumuskan yaitu pajak daerah, retribusi daerah, lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara terpisah terhadap belanja modal pada Pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
PEMBAHASAN
Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak daerah, retribusi daerah, lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh terhadap belanja modal.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang menyatakan bahwa APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan daerah dalam menghasilkan pendapatan. Setiap penyusunan APBD, alokasi belanja modal harus disesuaikan dengan kebutuhan daerah dengan mempertimbangkan pendapatan yang diterima.
Sehingga apabila Pemda ingin meningkatkan belanja modal untuk pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, maka Pemda harus menggali penerimaan daerah yang sebesar-besarnya. Penerimaan daerah tersebut dapat berupa pajak daerah, retribusi daerah, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, dan dana alokasi khusus.
Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 86 Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak
daerah berpengaruh negatif terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di Aceh.
Hasil penelitian yang berpengaruh negatif tersebut dikaitkan dengan kebijakan pembangunan wilayah di Provinsi Aceh selama sepuluh tahun terakhir maka dapat dikatakan bahwa sejak bergulirnya era otonomi daerah, Pemerintah Daerah yaitu kabupaten/kota di Aceh belum mampu menjadikan pajak daerah sebagai bagian yang terpenting dari PAD dalam rangka membiayai pembangunan daerah, sehingga kontribusi dan pengaruh pajak daerah terhadap pembiayaan pembangunan daerah masih sangat minim.
Dengan demikian, pengaruh negatif yang dihasilkan penelitian ini membuktikan fakta yang sesungguhnya terjadi dalam pengelolaan keuangan daerah di kabupaten/kota Provinsi Aceh. Fakta tersebut bahwa Pemerintah Daerah belum mampu menjadikan pajak daerah sebagai sumber pembiayaan pembangunan yang penting.
Pengaruh Retribusi Daerah terhadap Belanja Modal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa retribusi daerah berpengaruh positif terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
Kenaikan penerimaan retribusi daerah juga diharapkan mampu memberikan kontribusi yang positif terhadap pembangunan infrastruktur daerah. Selain penyediaan fasilitas fisik, hasil dari retribusi daerah dapat juga digunakan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang meningkatkan kreatifitas dan menarik minat masyarakat untuk turut serta dalam penyelenggaraan Pemerintah.
Sehingga diharapkan dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut ditambah lagi dengan tersedianya fasilitas publik yang baru, dan terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat, akan tercipta pembangunan infrastruktur daerah yang lebih baik pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
Pengaruh Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah terhadap Belanja Modal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lain-lain PAD yang sah berpengaruh positif terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
Penelitian sebelumnya yang menggunakan variabel lain-lain PAD yang sah sebagai variabel independen belum ditemukan olah peneliti. Namun peneliti menganggap lain-lain PAD yang sah merupakan bagian dari penerimaan daerah yaitu PAD. Sehingga pembahasan mengenai lain-lain PAD yang sah akan dihubungkan dengan pendapatan daerah.
87 - Volume 5, No. 2,Mei 2016
dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (UU 33/2004).
Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Belanja Modal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap belanja modal pada kabupaten/kota di Provinsi Aceh.
Diserahkannya beberapa kewenangan kepada Pemerintah Daerah diharapkan agar pelayanan masyarakat semakin efisien dan pada gilirannya akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat lokal. Pengeluaran untuk infrastruktur mendorong pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena daerah mengetahui karekteristik daerahnya masing-masing.
Pandangan ini menandakan bahwa bila Pemerintah Daerah memahami benar karakteristik daerahnya maka alokasi anggaran pembangunan lebih terarah, artinya dalam pengalokasian anggaran publik pemerintah daerah harus menangkap apa yang menjadi ekspektasi publik. Bila hal ini tidak dipahami dengan baik maka alokasi anggaran publik dalam bentuk belanja publik tidak akan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal (Tuasikal, 2008).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah; (1). Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara bersama-sama terhadap
Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. (2). Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, dan Dana Alokasi Khusus berpengaruh secara terpisah terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh.
Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah, (1). Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk menambah variabel lainnya yang diperkirakan dapat mempengaruhi belanja modal, variabel lain seperti jenis-jenis penerimaan daerah lainnya maupun variabel non-keuangan seperti pertumbuhan ekonomi, luas wilayah, maupun tingkat pengangguran. (2). Saran selanjutnya yaitu, menggunakan model analisis penelitian yang berbeda dengan penelitian ini seperti analisis jalur (path
analysis). Karena model tersebut dapat
menganalisis hubungan antar variabel untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung dari variabel independen terhadap variabel dependen.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abdullah, Syukriy. 2013. Belanja Modal dan
Perubahan APBD. Artikel online
melalui
http://syukriy.wordpress.com/2013/01/0 1. Diakses 25/04/2015.
---, dan Abdul Halim. 2008. Studi atas
Belanja Modal pada Anggaran
Pemerintah Daerah dalam
Hubungannya dengan Belanja
Pemeliharaan dan Sumber Pedapatan.
Artikel online melalui
Volume 5, No. 2, Mei 2016 - 88 Darise, Nurlan. 2008. Pengelolaan Keuangan
pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD). Jakarta: Mancanan Jaya
Cemerlang
Darwanto dan Yulia Yustikasari. 2007. Jurnal
Ilmiah “Pengaruh Pertumbuhan
Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) dan terhadap Pengalokasian Anggaran
Belanja Modal”, Makassar: Simposium
Nasional Akuntansi X: 26–28.
Devas, Nick, Brian Binder, Anne Booth, Kenneth Davey, dan Roy Kelly. 1989.
Keuangan Pemerintah Daerah di
Indonesia. Penerjemah Masri Maris.
Jakarta: UI Press.
Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan Republik Indonesia. 2015.
Belanja Modal dan Pengeluaran
Investasi Pemerintah. Artikel online
melalui
http://www.anggaran.depkeu.go.id. Diakses pada 22/04/2015.
Erlina dan Rasdianto. 2013. Akuntansi
Keuangan Daerah Berbasis Akrual.
Medan: Brama Ardian.
Halim, Abdul. 2004. Manajemen Keuangan
Daerah. Yogyakarta: Salemba Empat.
Judisseno, Remsky K. 1997. Pajak dan Strategi
Bisnis, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Koswara, E. 2001. Otonomi Daerah untuk Demokrasi dan Kemandirian Rakyat.
Jakarta: Yayasan Pariba.
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen
Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi.
Musliadi. 2013. Analisis Pengaruh Dana Otonomi Khusus, Pendapatan Asli Daerah, dan Belanja Modal terhadap Kemiskinan pada Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh Tahun 2008-2012. Tesis.
Universitas Gadjah Mada.
Peraturan Menteri Dalam Negeri. 2006. Nomor
13 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011
tentang perubahan kedua atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Soemitro, Rochmat. 2007. Dasar-dasar
Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan.
Jakarta.
Sulistyowati, Diah. 2011. Pengaruh Pajak
Daerah, Retribusi Daerah, Dana
Alokasi Umum, dan Dana Alokasi
Khusus terhadap Alokasi Belanja
Modal. Artikel online melalui
ejournal.unp.ac.id. Diakses pada 03/04/15.
Tuasikal, Askam. 2008. Pengaruh DAU, DAK, PAD, dan PDRB Terhadap Belanja Modal Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Indonesia. Jurnal
Telaah Riset & Akuntansi Vol.1, No. 2
(Juli):142-155.
Yani, Ahmad. 2008. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah di