• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tabel 1 Distribusi Umur Ibu Balita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tabel 1 Distribusi Umur Ibu Balita"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

Novita Fitrianingrum, Ati’ul Impartina, Diah Eko Martini

…………...……….…… …… . .….

ABSTRAK

…… … ...………. …… …… . .….

Salah satu penyakit yang sering menyerang pada balita adalah infeksi saluran nafas akut (ISPA). Sebagian masyarakat masih menganggap biasa terhadap penyakit ini dan menganggap tidak berbahaya. Ibu hanya tahu bahwa penyakit itu akan bisa sembuh sendiri. Menurut studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 26 April 2010, peneliti menemukan data bahwa terjadi peningkatan kasus kejadian ISPA pada balita di Puskesmas Pembantu Sidomulyo Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai balita tentang penyakit ISPA di Puskesmas Pembantu Sidomulyo Wilayah Kerja Puskesmas Deket Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan.

Desain penelitian deskriptif. Populasi penelitian adalah seluruh ibu balita yang memeriksakan anaknya yang terserang ISPA di Puskesmas Pembantu Sidomulyo Wilayah Kerja Puskesmas Deket Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan sebanyak 30 orang. Pemilihan sampel dengan tehnik sampling non probability sampling tipepurposive samplingdengan besar sampel sebanyak 30 ibu balita. Pengumpulan data dengan lembar kuesioner tertutup, kemudian data dilakukan editing, coding, tabulating, scoring, prosentase dan dinarasikan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita memiliki pengetahuan yang kurang tentang ISPA yaitu 23 orang atau 76,7%. Dan tidak satupun ibu balita yang memiliki pengetahuan yang baik tentang ISPA.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagian besar ibu balita memiliki pengetahuan yang kurang tentang ISPA dan tidak satupun ibu balita yang memiliki pengetahuan yang baik tentang ISPA. Oleh karena itu ibu-ibu terutama yang mempunyai balita hendaknya meningkatkan pengetahuan tentang penyakit ISPA dan berkonsultasi dengan petugas kesehatan.

Kata Kunci :Pengetahuan Ibu, ISPA pada Balita.

PENDAHULUAN

.……. … …. Anak balita merupakan generasi penerus bangsa yang patut mendapatkan perhatian dalam perkembangan fisik maupun mentalnya, perkembangan balita tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya suatu penyakit. Salah satu penyakit yang sering menyerang pada balita adalah infeksi saluran nafas akut (ISPA). ISPA ini ditandai dengan hidung tersumbat, ingus encer, bersin, demam, sakit kepala, nafsu makan menurun atau hilang (Dep Kes RI, 2006).

Pada masa balita belum mempunyai daya tahan tubuh yang kuat untuk melawan kuman/virus yang masuk ke dalam tubuh. Batuk pilek merupakan salah satu bentuk ISPA yang sering menyerang balita. ISPA

paling banyak terjadi pada usie fase awal balita hingga usia 6-7 tahun. Pada masa ini balita cenderung memasukkan sesuatu ke dalam mulut. Hal ini bisa sebagai perantara masuknya kuman ke dalam tubuh. Pengawasan dari keluarga sangatlah diperlukan, disamping itu lingkungan keluarga harus mendukung agar balita dapat tumbuh dan berkembang secara optimal (Ngastiyah, 2002:48).

(2)

penyakit itu akan bisa sembuh sendiri. Sehingga ibu hanya membawa anaknya ke pelayanan kesehatan bila anaknya batuk pilek yang sudah disertai panas atau gejala yang lain. Bila kita amati apabila penyakit ini tidak segera ditanggapi dengan baik terutama pada saat daya tahan tubuh balita menurun, penyakit ini dapat mengakibatkan penyakit lain yang lebih berat. Banyak kematian oleh karena ISPA disebabkan karena keterlanbatan membawa ke sarana kesehatan yang diakibatkan karena ketidaktahuan mengenai gejala-gejala awal (Depkes RI, 2006).

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) ISPA masih merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada anak-anak di negara beriklim panas, terutama infeksi saluran nafas bawah akut. Dengan angka kesakitan 28% dari seluruh angka kesakitan pada anak-anak. Di Indonesia pada tahun 2009 penyakit ISPA masih menduduki peringkat tertinggi pernyakit yang menyerang anak-anak terutama umur 0-6 tahun dengan angka kejadian 36% dari seluruh penyakit yang diderita anak-anak (Depkes RI, 2006).

Data yang diperoleh di Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan tahun 2009 sebanyak 14300 balita menderita ISPA, di Puskesmas Pembantu Sidomulyo Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan penyakit ISPA menempati urutan kedua untuk kategori penyakit balita, yaitu pada tahun 2008 terdapat 238 balita sedangkan tahun 2009 sebanyak 285 pasien, sehingga terdapat peningkatan jumlah 47 kasus. Di Puskesmas Deket Kabupaten Lamongan penyakit ISPA termasuk lima besar. Penyakit yang mendapat prioritas penanganan jumlah balita tahun 2007 sebanyak 3.241 anak dari jumlah tersebut yang terkena serangan ISPA 804 anak (24,8%). Tahun 2008 jumlah balita 2.254 terkena serangan ISPA 696 anak (30,8%) dan pada tahun 2009 jumlah balita 2.465 anak sedangkan yang terkena serangan ISPA 852 anak (34,5%). Dari data tersebut telah menunjukkan adanya peningkatan jumlah kasus. Menurut studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 26 April 2010, peneliti menemukan data bahwa terjadi peningkatan kasus kejadian ISPA pada balita

di Puskesmas Pembantu Sidomulyo Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan.

Tingginya kejadian kasus ISPA diantaranya disebabkan faktor pengetahuan ibu, status gizi, lingkungan serta iklim atau cuaca. Salah satu faktor adalah pengetahuan ibu. Ibu yang setiap hari dan setiap saat bersama dengan anak-anak, sehingga ibu yang paling tahu tentang perubaahan yang terjadi pada balitanya. Baik itu perubahan fisk, mental serta tumbuh kembang balita. Balita yang berada dalam pengawasan ibu dengan pengetahuan yang baik tentang segala hal akan menjaga balita tetap aman karena ibu dengan pengetahuan yang baik akan cepat tanggap dengan perubahan yang terjadi pada anaknya. Sebaliknya ibu dengan pengetahuan yang kurang baik akan cenderung teledor dalam pengawasan pada anaknya karena faktor ketidaktahuan. Maka dari sekian banyak faktor yang berpengaruh pada kejadian ISPA pada balita , faktor pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap penatalaksanaan ISPA pada balita (Ngastiyah, 2005:34).

Status gizi mempengaruhi daya tahan tubuh balita. Balita yang mempunyai status gizi baik kemungkinan jarang menderita penyakit yang serius, karena tubuhnya dapat menangkal infeksi, sebaliknya balita yang status gizinya jelek akan mudah terserang penyakit infeksi (Ngastiyah, 2005:36).

(3)

tinggal serumah dengan perokok lebih mudah terserang ISPA (Sutiono, 2006).

Cuaca atau iklim adalah suatu kondisi yang berubah seiring perubahan waktu. Di Indonesia dikenal ada 2 musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau, kejadian ISPA paling sering terjadi pada peralihan antar musim tersebut (Sutiono, 2006).

Oleh karena pada balita belum bisa mengenal dan menolong dirinya sendiri maka perlu mendapatkan perhatian yang khusus serta pertolongan yang cepat dan tepat bila terkena serangan ISPA. Penyakit ISPA jika sering terjadi dapat menyebabkan gangguan pada tumbuh kembang anak (Ngastiyah, 2005:5). Agar tidak mengalami komplikasi yang lebih parah, lingkungan yang bersih, sehat, penerangan yang cukup akan menghambat berkembang biaknya kuman sehingga balita dapat terhindar dari serangan penyakit infeksi dan dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Sutiono, 2006:46).

Untuk mengatasi meningkatnya angka kejadian ISPA, pemerintah mengadakan Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA). Program ini dilaksanakan secara bertahap, mengadakan promosi kesehatan dan konseling tentang ISPA pada masyarakat, penemuan penderita baru, perbaikan gizi balita dan perbaikan lingkungan. Para pelaksana program yang melibatkan peran serta aktif masyarakat akan mengupayakan terwujudnya kerja sama lintas sektoral dan lintas program, serta pemberian penyuluhan oleh petugas kesehatan terhadap masyarakat tentang pentingnya pengetahuan yang baik tentang penyakit ISPA terutama pada ibu-ibu yang selama ini selalu dekat dengan anak-anaknya (Depkes RI,2006:16). Karena banyaknya faktor yang menyebabkan timbulnya masalah peningkatan kasus kejadian ISPA pada Balita, maka peneliti menfokuskan pada faktor pengetahuan tentang penyakit ISPA.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana gambaran pengetahuan ibu balita tentang penyakit ISPA di Puskesmas Pembantu Sidomulyo Wilayah Kerja Puskesmas Deket Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai balita tentang penyakit ISPA di Puskesmas Pembantu Sidomulyo Wilayah Kerja Puskesmas Deket Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan.

METODE PENELITIAN

.… … .… Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian Deskriptif bertujuan mendiskripsikan atau memaparkan peristiwa yang penting terjadi pada masa kini dan lebih menekankan pada data aktual dari pada penyimpulan (Nursalam, 2003:78). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengidentifikasi gambaran pengetahuan ibu yang mempunyai balita tentang penyakit ISPA di Puskesmas Pembantu Sidomulyo Wilayah Kerja Puskesmas Deket Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan.

HASIL

.

PENELITIAN

1. Data Umum

a. Data Karakteristik Responden 1). Umur

Tabel 1 Distribusi Umur Ibu Balita

No Umur Jumlah Persentase (%)

Tabel 1 diatas menunjukkan lebih dari lebih dari setengah ibu balita berumur 20-35 tahun yaitu 18 orang atau 60%.

2). Pendidikan

Tabel 2 Distribusi Pendidikan Ibu Balita

(4)

Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa hampir setengah ibu balita berpendidikan SMP yaitu 13 orang atau 43,3%

3). Pekerjaan

Tabel 3 Distribusi Pekerjaan Ibu Balita

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%) 1

2 3 4

Tani/Buruh Tani Swasta

PNS

Ibu Rumah Tangga 6 7 2 15

20 23,3

6,7 50

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 3 didapatkan data setengah ibu balita tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yaitu 15 orang atau 50% dan sebagian kecil bekerja sebagai PNS yaitu 2 orang atau 6,7%.

2. Data Khusus

1) Pengetahuan ibu yang mempunyai balita tentang penyakit ISPA

Tabel 4 Distribusi Pengetahuan Ibu Balita tentang ISPA

No Pengetahuan Jumlah Persentase (%) 1

2 3

Kurang Sedang Baik

23 7 0

76,7 23,3 0

Jumlah 30 100

Menurut tabel 4 didapatkan sebagian besar ibu balita memiliki pengetahuan yang kurang tentang ISPA yaitu 23 orang atau 76,7%.

PEMBAHASAN

.… .…

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita memiliki pengetahuan yang kurang tentang ISPA yaitu 23 orang atau 76,7%.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang tentang ISPA antara lain adalah faktor umur, pendidikan dan pekerjaan.

Faktor pertama adalah Umur ibu balita. Umur ibu balita dari lebih dari setengah berumur 20-35 tahun atau 60%, umur tersebut berada pada kelompok usia produktif akan menyebabkan segala tindakan dilakukan berdasarkan pertimbangan emosi yang matang. Pada usia bayi biasanya masih rentan terhadap penyakit, dengan demikian orang tua akan melakukan upaya perawatan sebaik mungkin, sehingga kejadian ulang ISPA pada anak dapat dicegah. Pada kelompok usia ini aktivitas orang tua masih fleksibel termasuk dalam mencari pengobatan secara dini sehingga berdampak pada berat ringannya keparahan. Berdasarkan penatalaksanaan anak ISPA (Depkes RI, 2002) Anak yang menderita ISPA bila segera mendapat pengobatan penyakit tidak bertambah parah.

Faktor kedua adalah tingkat pendidikan ibu balita, hampir setengah ibu balita atau 43,3% berpendidikan SMP dan sebagian kecil ibu balita lulus Perguruan Tinggi. Pendidikan SMP merupakan pendidikan menengah, dengan pendidikan yang kurang memadai maka akan mengurangi terjadinya interaksi dalam tukar-menukar ide, fikiran maupun informasi tentang hal-hal baru baik dari media cetak maupun media elektronik serta dari sumber langsung diantaranya dari petugas kesehatan tentang perawatan anak ISPA. Kurang adekuatnya penerimaan informasi tersebut ibu akan kurang terstimulasi untuk mengaplikasikan dalam tindakan nyata dalam memberikan perawatan yang optimal untuk mencegah kondisi yang buruk pada anak ISPA. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahun (Notoatmodjo, 2003).

(5)

menderita ISPA yang pada akhirnya adanya tanda memburuknya keadaan anak dapat dideteksi secara dini dan segera diatasi. Ibu juga mempunyai waktu atau kesempatan untuk meningkatkan pengetahuan dengan konsultasi pada bidan, ibu bisa memahami tentang pencegahan penyakit ISPA pada balita. Berdasarkan panduan penatalaksanaan ISPA (Depkes RI, 2002) salah satu upaya pencegahan terjadinya ISPA berat adalah dengan memberikan perawatan yang baik dengan melibatkan keluarga.

Untuk peran ibu dalam pencegahan terjadinya ISPA meliputi: menjaga kebersihan lingkungan, pemberian makanan yang bergizi, imunisasi, dan mencegah anak kontak dengan penderita ISPA.

Dari uraian yang dijelaskan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pengetahuan ibu yang baik tentang penyakit infeksi (ISPA) akan memudahkan ibu untuk mendeteksi dini penyakit ISPA pada anaknya, sehingga dapat sesegera mungkin membawa anaknya ke tempat pelayanan kesehatan dan mencegah keparahan ISPA. Sebaliknya bila pengetahuan ibu tentang penyakit ISPA kurang maka ibu akan kesulitan mendeteksi dan mengetahui gejala awak ISPA sehingga akan terlambat untuk membawa anaknya ke tempat pelayanan kesehatan.

KESIMPULAN DAN SARAN

.1. Kesimpulan

Sebagian besar ibu balita memiliki pengetahuan yang kurang tentang ISPA

2. Saran

Ibu balita hendaknya berusaha meningkatkan pengetahuan tentang penyakit ISPA melalui penyuluhan yang diberikan di Posyandu maupun melalui sumber informasi lain seperti TV dan lain-lain, sehingga bisa mengantisipasi atau mencegah agar balita tidak sakit ISPA.

Bagi tenaga kesehatan terutama bidan sangat penting untuk memberikan H E pada ibu balita sehingga ibu balita bisa memahami tentang penyakit ISPA.

Untuk penelitian selanjutnya hendaknya mengambil sampel lebih banyak dan tehnik pengambilan datanya dengan wawancara atau

pengamatan secara langsung, sehingga data yang diperoleh hasilnya lebih representatif dan valid.

. . .

DAFTAR PUSTAKA

. . .

Dekes RI (2006), Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas berdasarkan Gejala, Dirjen Bina Kesmas, Jakarta. Depkes RI (2002), Pedoman.Pemberantasan

Penyakit ISPA, Jakarta.

Depkes RI (2007), Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga, Riset Pendidikan kesehatan Depkes.RI, Jakarta.

Markus, A.M. (2006), Ilmu Kesehatan Anak, FKUI, Jakarta.

Nelson (2005), Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta.

Ngastiyah (2005), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Noto Atmojo S. (2003), Ilmu Kesehatan Masyarakat (Prinsip-Prinsip Dasar), Renika Cipta, Jakarta.

Noto Atmojo S. (2002), Metode Pendidikan Kesehatan Edisi Revisi, Renika Cipta, Jakarta.

Noto Atmojo S. (2003), Pengantar Perilaku dan Pendidikan Kesehatan, Renika Cipta, Jakarta.

Nusalam (2003), Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salandia Medika, Jakarta.

Soetjiningsih(2002), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta.

Gambar

Tabel 2 Distribusi
Tabel 3Distribusi

Referensi

Dokumen terkait

4). Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 1999 tentang Ijin Lokasi. Tanah Yang Dapat Ditunjuk Dengan Ijin Lokasi. Tanah yang dapat

Penghentian tamsil pegawai berlaku mulai tanggal perubahan status pegawai yang bersangkutan, dan dapat diberikan kembali, apabila pegawai yang bersangkutan telah kembali

DI TINGKAT KABUPATEN/KOTA DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR TAHUN 2017 SERTIFIKAT REKAPITULASI HASIL DAN RINCIAN PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA DARI SETIAP

Pembuatan tali serat berbahan serat alami kulit dalam batang melinjo (Gnetum gnemon) untuk mendapatkan tali serat dengan nilai kekuatan yang tinggi dan menjadi

Dari hasil analisis koefisien regresi variabel kepastian diperoleh hasil yang positif sebesar sebesar 0,177, hal ini berarti dengan semakin kepastian yang diberikan maka

Bisa memotivasi petani dalam memajukan kelompok tani Karena kita sebagai petani yang sebelumnya tidak mengerti tentang penyilangan, maka sekarang jadi ngerti/tau

Hasil wawancara dengan Ibu Astri Imaniar, staf Bank Jatim Cabang Syariah Surabaya pada tanggal 10 Oktober 2013 pukul 16.15 WIB.. Emas objek pembiayaan KLE iB Barokah akan

Pertamanan dengan pengusaha desa Kandangan tersebut dimanfaatkan oleh Moh Riski untuk sharing dan berdiskusi dan yang paling penting dukungan untuk membangun