• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor faktor yang berhubungan dengan penyakit tuberkulosis paru di RSUD TIPE D Martapura kabupaten OKU Timur tahun 2013. Gunardi Pome. Febri Triana P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Faktor faktor yang berhubungan dengan penyakit tuberkulosis paru di RSUD TIPE D Martapura kabupaten OKU Timur tahun 2013. Gunardi Pome. Febri Triana P"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit tuberkulosis paru di

RSUD TIPE D Martapura kabupaten OKU Timur tahun 2013

Gunardi Pome, S.Ag, M.Kes.

Febri Triana P

ABSTRAK

Pendahuluan : Penyakit tuberkulosis sudah dikenal sejak beribu-ribu tahun sebelum masehi. Hal ini terbukti dari adanya sisa-sisa penyakit ini yang di dapatkan para mummi-mummi dari zaman Mesir kuno dan adanya tulisan tentang penyakit ini alam Pen Tsao yakni material medika Cina yang sudah berumur 5000 tahun. Penyakit ini dulunya bernama Consumption atau Pthisis dan semula dianggap sebagai penyakit generatif atau penyakit generatif atau penyakit turunan.

Menurut laporan World Health Organization (WHO) di seluruh dunia sekitar 8-10 juta kasus baru tiap tahunnya dengan angka kematian 3 juta orang yang disebabkan TB, itulah sebabnya WHO menyatakan TB saat ini telah menjadi ancaman global.

Metode ; penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif analitik menggunakan desain cross sectional untuk melihat Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan Cross Sectional. Dikatakan penelitian survey karena data yang dipelajari diambil dari populasi untuk

memperoleh kejadian-kejadian relative, distribusi dan hubungan antar variable (Singarimbun. Masri, 1995). Suatu rancangan penelitian epidemiologic yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan (factor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dan populasi tunggal pada suatu saat atau periode. Karakter pokok dari rancagan ini adalah bahwa status paparan dan penyakit diukur pada saat yang sama. Pada rancangan ini peneliti memotret frekuensi dan karakter penyakit serta paparan factor penelitian pada suatu populasi dan pada satu saat tertentu, oleh karena itu pendekatan Cross Sectional dinamakan juga survey prevalensi (Kleinbaum. Et. Al. 1982 dalam Bisma Murti, 1997). Dalam penelitian ini peneliti melihat gambaran kejadian tuberculosis paru dan factor-faktor yang yang berhubungan dengan kejadian tuberculosis parudi RSUD tipe D Martapura tahun 2013.Setelah semua data dioleh kemudian data dianalisis denan mengunakan uji statistik chi square.

Hasil penelitian :

Disarankan lebih ditekankan pada hal yang berhubungan dengan hal berkwalitas layanan, tenaga profesional dan penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang kejadian diare.

(2)

2 PENDAHULUAN.

Visi Indonesia sehat 2015 adalah gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan yaitu masyarakat, bangsa dan Negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dengan perilaku sehat,memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil, merata, serta memiliki derajat kesehatan setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Sehat meliputi sehat jasmani,rohani serta sosial dan bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Masyarakat Indonesia yang dicita-citakan adalah masyarakat Indonesia yang mempunyai kesadaran,kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,sebagai salah satu unsur dari pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya ( Martono, 2010 ).

Menurut laporan World Health Organization (WHO) di seluruh dunia sekitar 8-10 juta kasus baru tiap tahunnya dengan angka kematian 3 juta orang yang disebabkan TB, itulah sebabnya WHO menyatakan TB saat ini telah menjadi ancaman global. (Surakarta online, 4 Oktober 2012)

Di Indonesia setiap tahunnya, TB merupakan masalah kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TB dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TB. (Bayu Roni, 2008)

Tahun 1195-1995 cakupan penderita TB dengan strategi DOTS baru mencapai 10% dan Error Rate pemeriksaan laboratorium belum dihitung dengan baik

meskipun cure rate lebih besar dari 85%. Pengobatan yang tidak teratur dan kombinasi obat yang tidak lengkap di masa lalu, diduga telah menimbulkan kekebalan ganda kuman TB terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) atau multi drug resistance / MDR (Depkes RI, 2008:2)

Di Provinsi Sumatera Selatan penderita TB paru tahun 2012 sedikitnya 160 orang dari 100.000 penduduk Sumatera Selatan menderita TB Paru. Ini disebabkan masih banyaknya warga yang berasal dari ekonomi lemah sehingga pemenuhan asupan gizinya masih sangat kurang. Dalam menyukseskan upaya pemberantasan TB, maka peran petugas kesehatan dalam surveillance dan pencatatan pelaporan yang baik merupakan suatu keharusan. Tidak menutup kemungkinan peran kader dan masyarakat lainnya.

Di Kabupaten Oku Timur tahun 2012 tepatnya di Unit Rawat Inap RSUD Martapura terdapat 86 orang (7,8%) penderita TB paru dan diantaranya ada yang belum memahami mengenai faktor-faktor yang dapat menyebabkan TB paru, seperti umur, jenis kelamin, lingkungan kerja dan kebiasaan merokok. Terdapat pula perasaan kekhawatiran tentang penyakit yang dideritanya dan cenderung menutupi penyakitnya

(3)

2 METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian analitik, dengan pendekatan potong lintang (cross sectional) untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. pemilihan rancangan ini didasarkan karena mudah dan sederhana serta ekonomis,selain itu juga hasilnya dapat diukur.variabel penelitian yang dimaksud adalah umur responden, jenis kelamin, lingkungan kerja, kebiasaan merokok dengan penyakit TB paru. Populasi dan Sampel penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi penelitian adalah semua pasien yang berobat di Poliklinik penyakit dalam dan yang dirawat diruang rawat inap penyakit dalam di RSUD Martapura Tipe D Kabupaten Ogan Komering Ulu timur Tahun 2013.

2. Sampel

Semua pasien yang berobat dipoliklinik penyakit dalam dan yang dirawat di Ruang Rawat Inap RSUD martapura dalam periode April s/d juni 2013 yang berjumlah 89 orang ( accidental sampling ).

HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini penyakit TB paru dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu penderita TB paru, (bila responden didiagnosa oleh dokter terserang TB paru) dan bukan penderita (bila responden tidak didiagnosa oleh dokter terserang TB paru). Dapat dilihat pada table dibawah ini :

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penderita penyakit TB Paru di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013

No Penyakit TB paru Frekuensi Responden Persentase

1 Penderita 51 57,3

2 Bukan Penderita 38 42,7

Jumlah 89 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah dari 89 responden yang merupakan penderita TB paru sebanyak 51 responden (57,3%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 38 responden (42,7%).

1. Variabel Independen a. Umur

Dalam penelitian ini umur dikelompokkan menjadi dua kategori, Tua (bila responden berumur ≥35 tahun) dan muda (bila reponden berumur

<35 tahun). Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013

No Umur Frekuensi responden persentase

1 Tua 50 56,2

2 Muda 39 43,8

(4)

2

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah dari 89 responden yang dikategorikan Tua sebanyak 50 responden (56,2%) dan yang dikategorikan Muda sebanyak 39 responden (43,8%).

b. Jenis Kelamin

Dalam penelitian ini Jenis Kelamin dikelompokkan menjadi dua kategori, laki-laki dan perempuan. dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013

nNo Jenis kelamin Frekuensi Responden persentase

1 Laki-laki 58 65,2

2 Perempuan 31 34,8

Jumlah 89 100

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah dari 89 responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 58 responden (65,2%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 31 responden (34,8%).

c. Lingkungan kerja

Dalam penelitian ini lingkungan kerja di kelompokkan menjadi dua kategori, Beresiko tinggi (bila reponden bekerja dilingkungan yang terpapar debu) dan beresiko rendah (bila responden bekerja dilingkungan yang tidak terpapar debu). Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lingkungan kerja di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013

No Lingkungan kerja Frekuensi responden Persentase

1 Beresiko tinggi 53 59,6

2 Beresiko rendah 36 40,4

Jumlah 89 100

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah dari 89 responden yang beresiko tinggi sebanyak 53 responden (59,6%) dan yang beresiko rendah sebanyak 36 responden (40,4%).

d. Kebiasaan merokok

Dalam penelitian ini Kebiasaan merokok dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu perokok (bila responden melakukan aktivitas merokok setiap hari) dan bukan perokok (bila responden tidak melakukan aktivitas merokok setiap hari). Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan merokok di RSUD Martapura Tipe D tahun 2013

No Kebiasaan merokok Frekuensi responden Persentase

1 Perokok 60 67,4

2 Bukan perokok 29 32,6

(5)

3

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah dari 89 responden yang merupakan perokok sebanyak 60 responden (67,4%) dan yang bukan perokok sebanyak 29 responden (32,6%).

B.Analisa Bivariat

Penelitian ini dilakukan pada 89 responden dimana analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat hubungan antara variabel dependen (penyakit TB paru) dan variabel independen (umur, jenis kelamin, lingkungan kerja dan kebiasaan merokok). Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel dependen dan variabel independen dengan menggunakan uji statistik chi-square pada tingkat kemaknaan p value ≥ 0,05 artinya tidak ada hubungan antara ke 2 variabel, dan apabila p value < 0,05 artinya ada hubungan yang bermakna antara ke 2 variabel.

1. Hubungan Penyakit TB Paru dengan Umur di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013 Tabel 5.7

Hubungan Penyakit TB paru dengan Umur di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013

No Umur

Penyakit TB paru Penderita Bukan

penderita jumlah % p value

N % N %

1 Tua 33 66,0 17 34,0 50 100

0,09

2 Muda 18 46,2 21 53,8 39 100

Jumlah 51 38 89

Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 50 responden yang dikategorikan tua yang merupakan penderita TB paru sebanyak 33 responden (66,0%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 17 responden (34,0%) sedangkan dari 39 responden yang dikategorikan muda yang merupakan penderita TB paru sebanyak 18 responden (46,2%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 21 responden (53,8%).

Berdasarkan uji statistik diperoleh nilai p value = 0,09 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel umur dengan penyakit TB paru. 2. Hubungan Penyakit TB paru dengan Jenis Kelamin di RSUD Martapura Tahun 2013

Tabel 5.8

Hubungan Penyakit TB paru dengan Jenis Kelamin di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013

No Jenis kelamin

Penyakit TB paru Penderita Bukan

penderita jml % p value

n % N %

1 Laki-laki 39 67,2 19 32,8 58 100

0,01 2 Perempuan 12 38,7 19 61,3 31 100

Jumlah 51 38 89

(6)

4

Berdasarkan uji statistic diperoleh nilai p value = 0,01 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara variabel jenis kelamin Dengan penyakit TB paru. 3. Hubungan Penyakit TB paru dengan lingkungan kerja di RSUD Martapura Tipe D

Tahun 2013

Tabel 5.9

Hubungan Penyakit TB paru dengan Lingkungan kerja di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013

No Lingkungan kerja

Penyakit TB paru Penderita Bukan

penderita Jml % p value

N % n %

1 Beresiko tinggi 36 67,9 17 32,1 53 100

0,02 2 Beresiko rendah 15 41,7 21 58,3 36 100

Jumlah 51 38 89

Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 53 responden yang beresiko tinggi yang merupakan penderita TB paru sebanyak 36 responden (67,9%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 17 responden (32,1%) sedangkan dari 36 responden yang beresiko rendah yang merupakan penderita TB paru sebanyak 15 responden (41,7%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 21 responden (58,3%). Berdasarkan uji statistic diperoleh nilai p value = 0,02 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara variabel lingkungan kerja dengan penyakit TB paru.

4. Hubungan Penyakit TB paru dengan kebiasaan merokok di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013

Tabel 5.10

Hubungan Penyakit TB paru dengan Kebiasaan merokok di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013

No Kebiasaan merokok

Penyakit TB paru Penderita Bukan

penderita Jml % p value

N % N %

1 Perokok 43 71,7 17 28,3 60 100

0,00 2 Bukan perokok 8 27,6 21 72,4 29 100

Jumlah 51 38 89

Berdasarkan hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 60 responden yang perokok yang merupakan penderita TB paru sebanyak 43 responden (71,7%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 17 responden (28,3%) sedangkan dari 29 responden yang bukan perokok yang merupakan penderita TB paru sebanyak 8 responden (27,6%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 21 responden (72,4%).

(7)

5 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 50 responden yang termasuk kategori tua yang merupakan penderita TB paru sebanyak 33 responden (66,0%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 17 responden (34,0%), sedangkan dari 39 responden yang termasuk kategori muda yang merupakan penderita TB paru

sebanyak 18 responden (46,2%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 21 responden (53,8%).

Berdasarkan uji chi-square didapat p value 0,09 > α =0,05. Berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel umur dengan penyakit TB paru, sehingga hipotesa menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan penyakit TB paru di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013.

Berdasarkan penelitian Ayu Ramawati di Kelurahan Purwoyoso Kecamatan Ngaliyan Semarang tahun 2008 pada 32 responden, hasil uji chi-square didapatkan p value 0,07 > α= 0,05. Hal ini berarti, tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan penyakit TB paru.

( Universitas Semarang, 2008:42).

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Taufik (2009) di Desa Sadang Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus pada 60 responden, dari uji statistik chi-square didapat p value 0,02 < α= 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur dengan penyakit TB paru.

Menurut Smith (2008) umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TB paru. Infeksi tuberculosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur, insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita Tuberkulosis paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun.

B.Hubungan Jenis Kelamin dengan Penyakit TB paru

Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 58 responden yang berjenis kelamin laki – laki yang merupakan penderita TB paru

sebanyak 39 responden (67,2%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 19 responden (32,8%), sedangkan dari 31 responden berjenis kelamin perempuan yang merupakan penderita TB paru sebanyak 12 responden (38,7%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 19 responden (61,3%).

Berdasarkan uji chi-square didapat p value 0,01 < α =0,05. Berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel jenis kelamin dengan penyakit TB paru, sehingga hipotesa menyatakan ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan penyakit TB paru di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh marina pada tahun 2010 pada 30 responden. Pada penelitian ini digunakan metode analisis chi-square untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan penyakit TB paru dengan taraf ketelitian α = 0,05. Hasil uji statistik Fisher exact didapatkan p value 0,00 < α = 0,05, hal ini menunjukkan hubungan jenis kelamin dengan penyakit TB paru dengan metode fisher exact didapatkan hubungan yang signifikan.

(8)

2 karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru.

C.Hubungan lingkungan kerja dengan penyakit TB paru Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 53 responden yang memiliki lingkungan kerja beresiko tinggi yang merupakan penderita TB paru sebanyak 36 responden (67,9%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 17 responden (32,1%), sedangkan dari 36 responden yang memiliki lingkungan kerja beresiko rendah yang merupakan penderita TB paru sebanyak 15 responden (41,7%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 21 responden (58,3%).

Berdasarkan uji chi-square didapat p value 0,02 < α =0,05. Berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel lingkungan kerja dengan penyakit TB paru, sehingga hipotesa menyatakan ada hubungan yang bermakna antara lingkungan kerja dengan penyakit TB paru di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013.

Hal ini berbeda dengan hasil penelitian oleh Arsunan Arsini, diWilayah Kerja Puskesmas Kassa-Kassi Kota Makassar tahun 2009 yang menjelaskan bahwa jenis lingkungan kerja seseorang tidak memberikan kontribusi terjangkit atau tidaknya seseorang terhadap penyakit TB paru dengan p value = 0,12 > α =0,05 yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis lingkungan kerja dengan penyakit TB paru.

Menurut smith (2010) Jenis lingkungan kerja menentukan faktor resiko apa yang harus dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja dilingkungan yang berdebu paparan partikel debu didaerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat

meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB paru D.Hubungan Kebiasaan merokok

dengan Penyakit TB paru Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 60 responden yang merupakan perokok yang menderita TB paru sebanyak 43 responden (71,7%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 17 responden (28,3%), sedangkan dari 29 responden yang bukan perokok yang merupakan penderita TB paru sebanyak 8 responden (27,6%) dan yang bukan penderita TB paru sebanyak 21 responden (72,4%).

Berdasarkan uji chi-square didapat p value 0,00 < α =0,05. Berarti ada hubungan yang bermakna antara variabel kebiasaan merokok dengan penyakit TB paru, sehingga hipotesa menyatakan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan penyakit TB paru di RSUD Martapura Tipe D Tahun 2013.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Kolappan di Poliklinik Paru Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar pada tahun 2010. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa TB paru meningkat pada perokok dibanding bukan perokok sebesar 5,29 kali dengan uji statistik didapatkan p value = 0,00 < α =0,05, hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan penyakit TB paru.

(9)

1 KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan tentang faktor - faktor yang berhubungan dengan penyakit TB paru di RSUD Martapura Tipe D tahun 2013 dapat disimpulkan bahwa

:

1. Tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan penyakit TB paru di RSUD Martapura Tipe D Kab. OKU Timur dengan p value = 0,09 2. Ada hubungan yang bermakna

antara jenis kelamin dengan penyakit TB paru di RSUD Martapura Tipe D Kab. OKU Timur dengan p value = 0,01 3. Ada hubungan yang bermakna

antara lingkungan kerja dengan penyakit TB paru di RSUD Martapura Tipe D Kab. OKU Timur dengan p value = 0,02 4. Ada hubungan yang bermakna

antara kebiasaan merokok dengan penyakit TB paru di RSUD Martapura Tipe D Kab. OKU Timur dengan p value = 0,00 A.Saran

Diharapkan kepada petugas kesehatan di RSUD Martapura Tipe D Kabupaten OKU Timur hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam upaya peningkatan dan pengembangan mutu pelayanan kesehatan khususnya TB Paru serta perencanaan program dimasa yang akan datang

REFERENSI

Adisasmito.Wiku,2007

Sistem kesehatan. RajaGrafindo Pesada: Jakarta.

Dinkes OKU. 2011.

Rekapitulasi Laporan Diare Kabupaten Ogan Komering Ulu. Http://www.docstoc.com/docs/80012 Pada-Balita (diakses 7 juli 2012 jam 22.00)

Hastono. Sutanto Priyo. 2001. Analisis Data. FKUI: Jakarta. Notoatmojdo, Soekidjo. 2007.

Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta. Diare . Gramedia: Jakarta.

Sudarti,2010.

(10)

2

A. Rencana Anggaran

Ringkasan Anggaran

1. Persiapan Penelitian. . . . . Rp. 880.000,-2. Pelaksanaan Penelitian . . . . . Rp. 900.000,-3. Administrasi pengelola/ Publikasi . . .. . . Rp.

1.000.000,-Total Anggaran yang dibutuhkan……… Rp.

(Terbilang: Dua Juta tujuh ratus delapan puluh ribu rupiah)

Rincian Anggaran

1. Persiapan Penelitian

a. Perizinan……… Rp. - b. ATK/Fotocopy

Kertas A4, 1 Rim……..……… ..……… Rp. 35.000,- Flast Disk 1 buah………….………... Rp. 80.000,- Catrigde dan Tinta………. .……… Rp. 300.000,- Alat Tulis……… Rp. 200.000,-

CD RW 5 buah…………..…..……… Rp. 25.000,- c. Penggandaan kuesioner Rp. 240.000,-

Sub Total Rp. 880.000,-

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Biaya Pengambilan data/responden Rp. 400.000,- b. Transport peneliti Rp. 500.000,-

Sub Total Rp. 900.000,-

3. Administrasi Pengelola

(11)

3

Total Biaya 1, 2, 3 Rp.

Gambar

Tabel 5.10 Hubungan Penyakit TB paru dengan Kebiasaan merokok

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya kondisi kedua beberapa karakter memiliki pengaruh dominansi (H1) yang lebih besar dari nilai pengaruh aditif (D), karakter tersebut ialah umur berbunga, umur

Rincian Perubahan Anggaran Belanja Langsung Program dan Per Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Kode

1) Kualitas jasa pelayanan. Kualitas adalah conformance to requiremenr, yaitu sesuai dengan yang diisyaratkan atau disandarkan, bila suatu produk memiliki kualitas

A lhamdulillah, atas segala anugerah dan rahmatNya, sampai saat ini kita masih diberi kekuatan untuk menjalankan amanah membangun pendidikan di negeri ini, khususnya

bahwa orang dengan pendidikan yang cukup tentang orang dengan gangguan jiwa.. juga masih memiliki stereotipe negatif terhadap orang dengan gangguan

dari kekuasaan akan cenderung melihat elit politik sebagai orang yang. tengah berusaha menggunakan kekuasaan untuk

Tabel 1. Taksa yang ditemui terdiri dari Nematoda, Copepoda, Polychaeta, Oligochaeta, Kinorhyncha, Insekta, Ostracoda, Isopoda, Tardigrada dan Tanaidacea. Pada ketiga

Oleh karena tidak adanya lagi pertanyaan yang masuk untuk meminta penjelasan, maka kami Panitia Pelelangan menganggap seluruh penyedia yang mendaftar telah mengerti