• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Literasi. Ponorogo 3 Feb 18. Ponorogo 3 Feb 18. Ponorogo 3 Feb 18

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Literasi. Ponorogo 3 Feb 18. Ponorogo 3 Feb 18. Ponorogo 3 Feb 18"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MEMBANGUN BUDAYA LITERASI DI MADRASAH/SEKOLAH Oleh:

Dr. Siti Aminah, M.A

A. Pendahuluan

Berbagai sumber menjelaskan makna literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis. Pada tahap awal, seseorang dikatakan literat apabila dirinya sudah mampu membaca dan menulis. Namun pada tahap selanjutnya literasi dimaknai dengan kemampuan berbahasa mencakup kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan menyimak. Pada tahap berikutnya berkembang lagi dari pengertian yang sempit menuju pengertian yang lebih luas lagi yang mencakup berbagai bidang lainnya.

Literasi berasal dari bahasa Inggris Literacy, dalam bahasa Indonesia keberaksaraan, melek huruf, melek aksara. Literasi juga diartikan sebagai kemampuan membaca dan menulis dalam kelompok usia tertentu. Keberaksaraan merupakan jantung dari dasar pendidikan untuk semua (PUS) dan merupakan dasar yang penting bagi penurunan angka kemiskinan, mengurangi tingkat kematian bayi, memperlambat pertumbuhan penduduk, pencapaian persamaan jender, jaminan perkembangan, perdamaian dan demokrasi yang berlanjut. Literasi merupakan alasan yang tepat mengapa menjadi pokok dari pendidikan untuk semua (Education For All/EFA)

Hasil tes Programme for International Student Assessment (PISA) 2012 mengenai literasi matematika, membaca, dan sains yang menempatkan Indonesia di urutan 64 dari 65 negara disurvei, makin mengokohkan asumsi tentang rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Terlebih, skor literasi membaca siswa Indonesia (berusia 15 tahun) itu hanya 396, jauh di bawah standar rata-rata 496. Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum - WEF) pada 2015 mengeluarkan laporan mengenai kecakapan yang harus dikuasai untuk menghadapi abad ke-21. Keterampilan itu mencakup literasi, kompetensi, dan karakter. Dokumen WEF itu kemudian mendorong literasi menjadi isu nasional.

(2)

berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya (UNESCO, 2003)

Literasi sebagai bagian dari aktivitas dalam proses pembelajaran menjadi sangat penting untuk dikembangkan di madrasah/sekolah. Mengutip pendapat dari Dauzan Farook (dalam Muhsin Kalida dan Moh. Mursyid, 2015) sebagai berikut: “Buku adalah peluru untuk dijadikan senjata melawan kehidupan, apalagi di zaman globalisasi sekarang ini. Senjata utama untuk berperang adalah ilmu. Dan ilmu itu bisa diperoleh dengan membaca”. 1

Pendidikan menurut Islam dilandasi oleh iman kepada Allah. Proses Pendidikan dimulai dengan membaca, membaca untuk mengkaji semua yang diciptakan oleh Allah SWT dengan dasar iman kepada Allah SWT, sebagaimana tercantum dalam dalam QS. Al ‘Alaq ayat 1, yang merupakan wahyu pertama kepada Nabi Muhammad SAW juga mengandung perintah untuk membaca. Dengan demikian dapat kita pahami bahwa gerakan literasi ini sangat relevan dengan perintah Allah SWT. Dengan demikian, maka melaksanakan gerakan literasi ini adalah sebagai bagian dari amal ibadah ditinjau dari sisi religi.

Berdasarkan pada Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti dipandang sebagai dasar pelaksanaan program literasi. Di dalam Lampiran Permendikbud 23/2015 menjelaskan tentang Kegiatan Gerakan Penumbuhan Budi Pekerti di Sekolah melalui pembiasaan-pembiasaan, di antaranya adalah “Mengembangkan Potensi Diri Peserta Didik Secara Utuh”.

B. Literasi sebagai Program Nasional Pendidikan

Literasi adalah kemampuan berbahasa seseorang (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) untuk berkomunikasi dengan cara yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Sulzby (1986) mengartikan literasi secara sempit, yaitu literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis. Hal ini sejalan dengan pendapat Grabe & Kaplan (1992) dan Graff (2006) yang mengartikan literacy sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis (able to read and write).2 Literasi sangat penting bagi peserta

1 Kalida,M. Gerakan Literasi Mencerdaskan Negeri (Yogyakarta:Aswaja Pressindo,2015) hlm.1

2 Program USAID. Buku Sumber Untuk DosenLPTK, Pembelajaran Literasi Kelas Awal di LPTK (USAID

(3)

didik karena keterampilan dalam literasi akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar mereka dan kehidupannya. Keterampilan literasi yang baik akan membantu peserta didik dalam memahami teks lisan, tulisan, maupun gambar/visual.

Pelaksanaan GLS/M (Gerakan Literasi Sekolah/Madrasah) memiliki tujuan yang sangat mendukung ketercapaian tujuan pendidikan nasional. Adapun tujuan dari GLS/M yang dikeluarkan oleh Kemendikbud RI adalah Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Menurut Yunus Abidin, dkk.(2017) memasuki abad ke-21, pembelajaran literasi memiliki tujuan utama untuk memberikan kesempatan dan peluang kepada peserta didik dalam mengembangkan dirinya sebagai komunikator yang kompeten dalam konteks multiliterasi, multikultur, dan multimedia melalui pemberdayaan multiintelegensi yang dimilikinya. Bertemali dengan tujuan utama ini, pembelajaran literasi pada abad ke-21 memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut: (a) membentuk peserta didik menjadi pembaca, penulis, dan komunikator yang strategis, (b) meningkatkan kemampuan berpikirdan mengembangkan kebiasaan berpikir pada peserta didik, (c) meningkatkan dan memperdalam motivasi belajar peserta didik, (d) mengembangkan kemandirian peserta didik sebagai pembelajar yang kreatif, inovatif, produktif, dan berkarakter (The Ontario Ministry of Education, 2006).3

Setiap peserta didik mempunyai potensi yang beragam. Sekolah/guru hendaknya memfasilitasi secara optimal agar peserta didik bisa menemukenali dan mengembangkan potensinya. Berdasarkan pada Permendikbud 23/2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, yang terkait langsung dengan gerakan literasi disarankan dalam bentuk kegiatan wajib dilaksanakan di sekolah/madrasah. Adapun kegiatan wajib yang dimaksud adalah:

1. Menggunakan 15 menit sebelum hari pembelajaran untuk membaca buku selain buku mata pelajaran (setiap hari).

2. Seluruh warga sekolah/madrasah (guru, tenaga kependidikan, peserta didik) memanfaatkan waktu sebelum memulai hari pembelajaran pada hari-hari tertentu

(4)

untuk kegiatan olah fisik seperti senam kesegaran jasmani, dilaksanakan secara berkala dan rutin, sekurang-kurangnya satu kali dalam seminggu.

Contoh-contoh pembiasaan baik yang dapat dilakukan oleh sekolah/madrasah, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Contoh-contoh pembiasaan umum:

a. Peserta didik membiasakan diri untuk memiliki tabungan dalam berbagai bentuk (rekening bank, celengan, dan lainnya).

b. Membangun budaya bertanya dan melatih peserta didik mengajukan pertanyaan kritis dan membiasakan peserta didik mengangkat tangan sebagai isyarat akan mengajukan pertanyaan;

c. Membiasakan setiap peserta didik untuk selalu berlatih menjadi pemimpin dengan cara memberikan kesempatan pada setiap peserta didik tanpa kecuali, untuk memimpin secara bergilir dalam kegiatan-kegiatan bersama/berkelompok;

2. Contoh pembiasaan periodik: Peserta didik melakukan kegiatan positif secara berkala sesuai dengan potensi dirinya masing-masing.

Selain kegiatan-kegiatan yang sudah disebutkan dalam lampiran Permendikbud 23/2015 sebagaimana tersebut di atas, sebetulnya masih sangat banyak beberapa kegiatan literasi yang sangat efektif untuk dilaksanakan di sekolah/madrasah, di antaranya adalah:

1. Mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi, di antaranya dengan:

a. memajang karya peserta didik dipajang di seluruh area sekolah, termasuk koridor, kantor kepala sekolah dan guru.

b. Mengganti karya-karya peserta didik secara rutin untuk memberikan kesempatan kepada semua peserta didik.

c. peserta didik dapat mengakses buku dan bahan bacaan lain di Sudut Baca di semua kelas, kantor, dan area lain di sekolah.

(5)

2. Pemberian reward dan punishment

Pemberian reward dapat dilakukan saat upacara bendera setiap minggu untuk menghargai kemajuan peserta didik di semua aspek. bukan hanya akademik, tetapi juga sikap dan upaya peserta didik, tak terkecuali dalam hal pelaksanaan GLS/M. Selain reward perlu juga diberikan punishment bagi peserta didik yang belum melaksanakan GLS/M, dengan maksud untu memberikan dorongan positif terhadap peserta didik, jadi tidak bermaksud untuk memberikan hukuman.

3. Literasi mewarnai semua perayaan penting di sepanjang tahun pelajaran bisa direalisasikan dalam bentuk festival buku, lomba poster, mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya.

4. Literasi dalam bentuk kegiatan lomba mengarang (fiksi, non fiksi), berpidato, dan bercerita juga sangat menarik bagi peserta didik, sehingga sangat perlu dikembangkan di sekolah/madrasah.

5. Program pelatihan tenaga kependidikan untuk peningkatan pemahaman tentang program literasi, pelaksanaan, dan keterlaksanaannya.

6. Pentahapan Dalam Penyelenggaraan Literasi a. Membentuk team Literasi Sekolah

b. Menerbitkan SK Kepala Sekolah tentang team pelaksana literasi c. Pelaksanaan sosialisasi

d. Implementasi program

7. Penyediaan dan Penataan Sarana

a. Tempat yang dapat mengundang minat anak/siswa untuk gemar membaca b. Penyediaan buku-buku bacaan ringan yang digemari anak yang dapat c. menstimulus terhadap pembelajaran akademis

d. Penyediaan media elektronik; audio & Visual 8. Rangsangan Minat Baca

a. Pemasangan slogan/jargon yang menarik minat baca di tempat-tempat anak/siswa biasa berkumpul

b. Parfum ruangan yang disukai anak

(6)

d. Berpenampilan simpatik, humoris

Implementasi GLS/M sangat memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Dengan dilibatkannya berbagai pihak oleh sekolah/madrasah dalam menimplementasikan GLS/ M ini, maka diharapan GLS/M dapat dilaksanakan seraca optimal. Berikut ini akan ditampilkan sebuah bagan strategi implementasi GLS/M yang diambil dari Gerakan literasi Sekolah, Materi dalam Seminar Internasional PSGPA UHAMKA, Jakarta, 27 April 2016.4

Bagan Strategi Implementasi GLS/M

Kompetensi Guru dan Pesrta Didik Abad XXI

Semakin berat tugas dan tantangan kerja bagi para guru di abad ke-21 ini, seiring dengan semakin tingginya tuntutan kualitas hidup dan kecakapan hidup di era saat ini. Semua berpacu secara kompetitif, kolaboratif, kritis, dan komunikatif. Kompetensi guru sangat dituntut meningkat seiring dengan pesatnya laju perkembangan jaman. Tanpa kecakapan tersebut, maka kita akan menjadi insan-insan yang merugi. Maka sangat tepat apabila kita ikuti sebuah pepatah “hari esok harus lebih baik dari hari ini”. Pepatah tersebut sebetulnya tak lain juga merupakan implementasi dari gerakan literasi. Apabila pepatah tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, maka untuk meningkat kualitas hidup kita diperlukan belajar, belajar dalam hal apa saja 4 Hamid Muhammad, Ph.D. Direktur Jenderal Dikdasmen Kemendikbud RI. Gerakan literasi Sekolah,

(7)

yang memberikan manfaat bagi kehidupan kita tentunya. Proses belajar tentunya berawal dari membaca. Tanpa belajar dan membaca ibarat dunia ini buta, karena tanpa membaca kita tidak tahu perkembangan dan informasi-informasi aktual.

Kompetensi Guru abad XXI menuntut kemampuan guru dalam hal mengajar, mendidik, menginspirasi, dan menggerakkan. Uraian di atas dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Sumber: Gerakan literasi Sekolah, Disampaikan pada Seminar Internasional PSGPA UHAMKA, Jakarta, 27 April 2016.

Kompetensi Peserta Didik Abad XXI

(8)

Sumber: Gerakan literasi Sekolah, Disampaikan pada Seminar Internasional PSGPA UHAMKA, Jakarta, 27 April 2016.

Gambar di atas mengisyaratkan kepada kita para guru, Kepala Sekolah/Madrasah dan Pengawas Sekolah/Madrasah, bahwa kita memiliki tugas dan tangungjawab yang tidak ringan dalam menjawab tantangan Pendidikan abad XXI. Kita harus senantiasa meningkatkan kompetensi kita, selalu update dengan ilmu-ilmu baru dalam dunia pendidikan yang terus berkembang dan melaju seiring dengan perkembangan dalam dunia ICT.

C. Peran Pengawas Sekolah dalam Program Literasi Sekolah/Madrasah

(9)

1. Pengembangan Program.Pengawas terhadap kepala sekolah/madrasah secara kolaboratif menyusun program literasi yg terkait dengan kegiatan pembelajaran baik yang bersifat intrakurikuler kokurikluer maupun ekstrakurikuler. Program ini beraneka ragam tentunya, mulai dari penumbuhan minat baca, sayembara penulisan karya tulis seperti cerita pendek, puisi poster dalam berbagai bentuk termasuk penggunaan teknologi ICT.

2. Program literasi Al Qur’an merupakan bagian dari program literasi yg menuntut perhatian khusus karena koneksitasnya yang harus diolah sehingga sederhana dan menarik. Kegiatan seperti lomba tulisan kaligrafi lomba baca tulis Al Qur’an, dan sebagainya, dibuat sedemikian rupa sehingga menarik bagi peserta didik. 3. Pembinaan terhadap guru dan kepala sekolah/madrasah dalam berbagai tahap

dan proses implementasi kegiatan literasi secara teratur dan terjadwal.

4. Pendampingan merupakna kegiatan pengawasan yang efektif, sebab pengawas sekolah/madrasah dan guru terlibat secara kolaboratif dalam berbagai kegiatan literasi ini.

5. Konsultasi adalah kegiatan mempertahankan komunikasi antara pengawas sekolah/madrasah dengan kepala sekolah/madrasah dan guru. Ini dapat dilaksnakan secara fleksibel antara lain dengan menggunakan fasilitas ICT yang cukup henat, tapi efisien dan efektif, selain dengan kunjungan langsung ke sekolah/madrasah. Pengawas sekolah/madrasah berfungsi sebagai problem solver bagi kepala sekolah/madrasah dan guru dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Hal tersebut mengandung maksud bahwa pengawassekolah/madrasah harus terbuka menerima berbagai fikiran dan secara kolaboratif mencoba mencari solusi terbaik.

D. Penutup

(10)

tulisnya, maka semakin banyak informasi yang dimiliki. Semakin banyak informasi yang dimilikinya, maka akan semakin besar peluang diperolehnya dalam persaingan global.

Sumber Bacaan:

1. Abidin.Y,dkk. (2017). Pembelajaran Literasi. Jakarta:Bumi Aksara 2. Abidin.Y, (2015). Pembelajaran Literasi. Bandung:PT. Refika Aditama

3. Antoro.B, (2017). Gerakan Literasi Sekolah, Dari Pucuk hingga Akar. Jakarta:Dirjen Dikdasmen Kemendikbud,

4. Kalida,M. (2015). Gerakan Literasi Mencerdaskan Negeri. Yogyakarta:Aswaja Pressindo

5. Kemendikbud. (2013) . Permendikbud No.23 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar.

6. Kemendikbud. (2015). Permendikbud No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti

7. Program USAID. (2015). Buku Sumber Untuk Dosen LPTK, Pembelajaran Literasi Kelas Awal di LPTK. USAID Prioritas.

8. Hamid Muhammad, Ph.D. (2016) Direktur Jenderal Dikdasmen Kemendikbud RI.

Gambar

gambar berikut ini:
Gambar  di  atas  mengisyaratkan  kepada  kita  para  guru,  Kepala

Referensi

Dokumen terkait

Jenis insulin: kita mengenal beberapa jenis insulin, yaitu insulin kerja cepat, kerja pendek, kerja menengah, kerja panjang, maupun insulin campuran (campuran

Agregat ringan buatan ini dibuat dengan sodium silikat paling optimal pada penelitian pertama dan kedua yaitu sebanyak 90gr dengan variasi Molaritas larutan NaOH

Hasil analisis data dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process diperoleh bahwa perspektif proses bisnis internal menjadi prioritas tertinggi dengan nilai

[r]

[r]

[r]

Pendidikan  Non  Formal  adalah  jalur  pendidikan  di  luar   pendidikan  formal  yang

Dari fakta tersebut, bisa dikatakan bahwa pelayanan publik oleh pihak Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil tersebut terbilang sudah efektif; kedua, pelayanan