• Tidak ada hasil yang ditemukan

alat bukti sumpah dalam pembuktian pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "alat bukti sumpah dalam pembuktian pada"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ALAT BUKTI SUMPAH DALAM PEMBUKTIAN

PADA HUKUM ACARA PERDATA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SEMESTER GANJIL 2017

Cinde Semara Dahayu E0015090

Diah Rahma K E0015109

Muhammad Yusuf Habibie E0015258

Nanda Ayu Octavia E0015287

(2)

1. ABSTRAK

Pembuktian adalah salah satu prosedur dalam beracara di pengadilan. Proses pembuktian ada dalam perkara hukum perdata, hukum pidana, tata usaha negara, niaga, dan lain sebagainya. Pembuktian digunakan untuk mengungkap fakta-fakta melalui alat bukti suatu peristiwa yang mana fakta-fakta tersebut dapat mengungkapkan kebenaran. Kebenaran yang dicari adalah kebenaran yuridis. Pembuktian dilakukan dengan berbagai macam alat bukti. Alat bukti yang ada harus diperiksa sebelum memutus tergugat. Salah satu jenis alat bukti adalah sumpah. Alat bukti sumpah menjadi pilihan terakhir yang akan menjadi pembicaraan mengenai alat-alat bukti yang terdapat dalam Hukum Acara Perdata. Sumpah adalah pernyataan yang diucapkan dengan resmi dan dengan bersaksi kepada Tuhan oleh salah satu pihak yang berperkara bahwa apa yang dikatakan itu benar.

Kata kunci: pembuktian, alat bukti, sumpah, KUHPerdata.

2. LATAR BELAKANG

Proses peradilan perdata saat ini bukan merupakan hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Macam peradilan yaitu peradilan Perdata dan Pidana. Pada peradilan perdata menggunakan hukum acara perdata, dalam penanganan suatu perkara sebagai bahan acuan. Pada hukum acara perdata tidak dicari kebenaran materiil karena juga memerlukan keyakinan hakim seperti dalam hukum acara pidana.

Dalam proses perdata terdapat pembagian yang tetap antara pihak yang berperkara dan hakim. Para pihak yang harus mengemukakan peristiwa, sedangkan soal hukum adalah urusan hakim. Dalam proses pidana tidaklah demikian, di sini terdapat perpaduan antara peristiwa dan penemuan hukum. Jaksa pada hakekatnya tidak membuktikan ia mempunyai inisiatif penuntutan dan dakwaannya menentukan kemana proses harus diserahkan, tetapi selanjutnya ia sama kedudukannya dengan penasehat hukum dan terdakwa.

Didalam hukum acara pidana lebih tepat dikatakan bahwa hakimlah yang membuktikan, tetapi dalam hukum acara perdata pembuktian merupakan suatu hal yang penting guna membuktikan gugatan ataupun bantahan. Meski demikian pembuktian dalam hukum acara perdata hanya terjadi jika ada penyangkalan. Pengakuan ketika sidang tidak memerlukan pembuktian selanjutnya. Karena pengakuan menurut undang-undang merupakan alat bukti yang sempurna.

(3)

3. PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Yang dimaksudkan dengan “membuktikan” ialah meyakinkan hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan1.

“Membuktikan” mengandung maksud dan usaha untuk menyatakan kebenaran atas suatu peristwa, sehingga dapat diterima oleh akal terhadap kebenaran peristiwa tersebut. Dalam hukum acara perdata, maka acara pembuktian adalah dalam rangka mencari kebenaran formal. Siapa yang mengaku mempunyai hak atau membantah hak orang lain harus membuktikan (pasal 163 HIR, 1865 BW pasal 283 RBg). Bahwa tujuan pembuktian ini untuk menetapkan hubungan hukum antara kedua belah pihak, yakni penggugat dan tergugat; Mencari kebenaran formal berarti hakim perdata menyelidiki kebenaran dari peristiwa-peristiwa yang dikemukakan, akan tetapi hanya sepanjang pihak-pihak yang bersangkutan yang menghendakinya. Hakim perdata dilarang untuk mengabulkan hal-hal yang tidak dituntut atau melebihi hal yang tidak diminta (pasal 178 ayat 3 HIR, pasal 189 ayat 3 RBg)2.

B. MACAM-MACAM ALAT BUKTI

Menurut sistim HIR, dalam acara perdata hakim terikat pada alat-alat bukti yang sah. Hakim hanya boleh mengambil keputusan berdasarkan alat-alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang saja. Alat-alat bukti dalam acara perdata yang disebutkan oleh undang-undang (pasal 164 HIR. 289 RBg. 1866 BW) ialah: alat bukti tertulis, pembuktian dengan saksi, persangkaan-persangkaan, pengakuan dan sumpah3.

1) Alat Bukti Tertulis

Alat bukti tertulis diatur dalam pasal 138, 165, 167 HIR, 164, 285,-305 RBg. S 1867 no. 29 dan pasal 1867-1894 BW. Alat bukti tertulis atau surat ialah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau untuk menyampaikan buah pikiran seseorang dan dipergunakan sebagai pembuktian.

Surat sebagai alat bukti tertulis dibagi menjadi dua yaitu surat yang merupakan akta dan surat-surat lainnya yang bukan akta, sedangkan akta sendiri dibagi lebih lanjut menjadi akta otentik dan akta di bawah tangan.

2) Pembuktian dengan Saksi

Alat bukti kesaksian diatur dalam pasal 139-152, 168-172 HIR (ps. 165-179 RBg), 1895 dan 1902-1912 BW. Kesaksian adalah kepastian yang diberikan

1 Prof. R. Subekti, SH, Hukum Pembuktian, hal. 1

2 Martiman Prodjohamidjojo, S.H, Sistem Pembuktian dan Alat-alat Bukti, hal. 11

(4)

kepada hakim di persidangan tentang peristiwa yang disengketakan dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang yang bukan salah satu pihak dalam perkara, yang dipanggil di persidangan.

Jadi keterangan yang diberikan oleh saksi harus tentang peristiwa atau kejadian yang dialaminya sendiri, sedangkan pendapat atau dugaan yang diperoleh secara berfikir tidaklah merupakan kesaksian. Seorang saksi dipanggil di muka sidang untuk memberi tambahan keterangan untuk menjelaskan peristiwanya.

3) Persangkaan

Menurut pasal 1915 BW maka persangkaan adalah kesimpulan-kesimpulan yang oleh undang-undang atau hakim ditarik dari suatu peristiwa yang terang nyata ke arah peristiwa lain yang belum terang kenyataannya. Jadi menurut pasal 1915 BW ada dua persangkaan, yaitu yang didasarkan atas undang-undang (praesumptiones juris) dan yang merupakan kesimpulan-kesimpulan yang ditarik oleh hakim (praesumption esfacti).

4) Pengakuan

Pengakuan (bekentenis confession) diatur dalam HIR (ps. 174, 175, 176), RBg (ps. 311, 312, 313) dan BW (ps. 1923-1928). Pengakuan di muka hakim di persidangan (gerechtelijke bekentenis) merupakan keterangan sepihak tanpa persetujuan pihak lain, baik tertulis maupun lisan dalam perkara di persidangan, yang membenarkan baik seluruhnya atau sebagian dari suatu peristiwa, hak atau hubungan hukum yang diajukan oleh lawannya, yang mengakibatkan pemeriksaan lebih lanjut oleh hakim tidak perlu lagi.

5) Sumpah

Sumpah pada umumnya adalah suatu pernyataan yang diucapkan pada waktu memberi janji atau keterangan dengan mengingatakan sifat maha kuasa Tuhan, dan percaya bahwa siapa yang memberi keterangan atau janji yang tidak benar akan dihukum oleh-Nya. Alat bukti sumpah diatur dalam HIR (ps. 155-158, 177), RBg (ps. 182-185, 314), BW (ps. 1929-1945).

C. ALAT BUKTI SUMPAH

Alat bukti sumpah sebagai alat bukti yang terakhir sesuai dengan apa yang tercantum dalam pasal 1866 BW yang menyatakan bahwa macam-macam alat bukti dalam perkata perdata meliputi : alat bukti surat, persangkaan, saksi, pengakuan, dan alat bukti sumpah. Sumpah sendiri dalam KUHPerdata diatur dalam pasal 1929 sampai dengan pasal 1945 KUHPerdata4.

(5)

Pengertian sumpah seperti apa yang tercantum dalam KUHPerdata ialah suatu peryataan hikmat yang dikemukakan secara sungguh-sungguh dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinan yang memberikan sumpah5.

Sumpah hanya dikenal bagi orang yang beragama Islam, sedangkan orang non Islam menurut sarjana hukum Indonesia tidak mengenal adanya sumpah, tapi lebih lazim dikenal adanya janji. Sehingga kesimpulan sumpah yang dikenal sebagai alat bukti disamakan dengan pengertian janji.

Yahya Harahap menjelaskan bahwa sumpah sebagai alat bukti adalah suatu keterangan atau pernyataan yang dikuatkan atas nama Tuhan, dengan tujuan6:

1) Agar orang yang bersumpah dalam memberi keterangan atau pernyataan itu, takut atas murka Tuhan apabila dia berbohong;

2) Takut kepada murka atau hukuman Tuhan dianggap sebagai daya pendorong bagi yang bersumpah untuk menerangkan yang sebenarnya.

Yahya menjelaskan bahwa dalam Pasal 1929 KUH Perdata diatur mengenai klasifikasi sumpah yang terdiri dari7:

1) Decisoir/sumpah pemutus

2) Suppletoir/sumpah tambahan atau pelengkap 3) Aestimatoire/sumpah penaksir

D. MACAM-MACAM ALAT BUKTI SUMPAH

1) Sumpah Pemutus (Decisoir eed)

Sumpah decisoir disebut juga sumpah pemutus, ada juga yang mempergunakan istilah sumpah menentukan, yaitu sumpah yang oleh pihak yang satu (boleh penggugat atau tergugat) diperintahkan kepada pihak yang lain untuk menggantungkan pemutusan perkara atas pengucapan atau pengangkatan sumpah. Sumpah inilah yang disebut sumpah pemutus, yaitu8:

a. merupakan sumpah yang diucapkan oleh salah satu pihak atas perintah atau permintaan pihak lawan;

b. pihak yang memerintahkan atau meminta mengucapkan sumpah disebut deferent, yaitu orang atau pihak yang memerintahkan sumpah pemutus, sedangkan pihak yang diperintahkan bersumpah disebut delaat atau gedefereerde.

5 Pasal 1929 KUHPerdata

6 Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, 2013 (hal. 745)

7 Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, 2013 (hal. 750)

(6)

Makna sumpah pemutus yakni memiliki daya kekuatan memutuskan perkara atau mengakhiri perselisihan. Jadi, sumpah pemutus ini mempunyai sifat dan daya litis decisoir, yang berarti pengucapan sumpah pemutus:

a. dengan sendirinya mengakhiri proses pemeriksaan perkara;

b. diikuti dengan pengambilan dan menjatuhkan putusan berdasarkan ikrar sumpah yang diucapkan;

c. undang-undang melekatkan kepada sumpah pemutus tersebut nilai kekuatan pembuktian sempurna, mengikat, dan menentukan.

Ruang lingkup penerapan sumpah pemutus yaitu meliputi segala sengketa dan dapat diperintahkan dalam segala jenis sengketa kecuali dalam hal kedua belah pihak tidak dapat mengadakan suatu perdamaian atau bahkan dalam hal tidak ada upaya pembuktian apapun untuk membuktikan tuntutan itu9.

Syarat formil sumpah pemutus sebagai alat bukti adalah: a. Tidak ada bukti apapun

Syarat ini disebut pada Pasal 1930 ayat (2) KUH Perdata dan Pasal 156 ayat (1) Herzien Inlandsch Reglement. Sumpah pemutus merupakan alat bukti untuk memperkuat dalil gugatan atau bantahan jika sama sekali tidak ada upaya lain untuk membuktikannya dengan alat bukti lain. Kalau ada alat bukti lain, tidak ada dasar alasan untuk memerintahkannya.

b. Inisiatif berada pada pihak yang memerintahkan

Syarat ini disebut pada Pasal 1929 ayat (1) KUH Perdata dan Pasal 156 ayat (1) Herzien Inlandsch Reglement (“HIR”). Sumpah pemutus merupakan sumpah yang oleh pihak yang satu diperintahkan kepada pihak yang lain untuk menggantungkan putusan perkara padanya. Itu sebabnya, sumpah pemutus disebut juga sumpah pihak karena inisiatif atau prakarsanya datang dari pihak yang berperkara atau berada di tangan pihak yang memerintahkan.10

Menurut UU, baik sumpah penambah maupun sumpah pemutus harus dilakukan sendiri, kecuali karena sesuatu sebab yang penting, maka pengadilan dapat memberikan izin kepada salah satu pihak yang akan bersumpah untuk menguasakan mengangkat sumpah itu. Surat kuasa untuk mengangkat sumpah ini harus dibuat dalam bentuk akta otentik, yang memuat dengan jelas dan tegas rumusan sumpah yang diangkat oleh salah

9 Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, 2013 (hal. 752) dan Pasal 1930 KUHPerdata

(7)

satu pihak. Dengan dilakukannya sumpah, maka pemeriksaan perkara dianggap selesai dan hakim tinggal menjatuhkan putusannya.

2) Sumpah Tambahan (Suppletoir eed)

Sumpah tambahan ini diatur dalam Pasal 1940 KUH Perdata:

Hakim, karena jabatannya, dapat memerintahkan salah satu pihak yang berperkara untuk mengangkat sumpah, supaya dengan sumpah itu dapat diputuskan perkara itu atau dapat ditentukan jumlah uang yang dikabulkan.

Syarat formil sumpah tambahan adalah:

a. Alat bukti yang diajukan tidak mencukupi

Alat bukti yang tidak cukup dan sebelumnya ada permulaan pembuktian sebagai landasan menerapkan sumpah tambahan. sumpah tambahan tidak dapat berdiri sendiri sebagai alat bukti. Baru dapat didirikan apabila ada permulaan pembuktian.

b. Atas perintah hakim.

Sumpah tambahan harus atas perintah hakim berdasarkan jabatannya. Hakim yang berwenang menilai dan mempertimbangkan apakah perlu atau tidak diperintahkan pengucapan sumpah tambahan.

3) Sumpah Penaksir (Aestimatoire eed)

Sumpah penaksir merupakan salah satu alat bukti sumpah yang secara khusus diterapkan untuk menentukan berapa jumlah nilai ganti rugi atau harga barang yang digugat oleh penggugat. Apabila dalam persidangan penggugat tidak mampu membuktikan berapa jumlah ganti rugi yang sebenarnya atau berapa nilai harga barang yang dituntutnya. Begitu juga tergugat tidak mampu membuktikan bantahannya berapa ganti rugi atau harga barang yang sebenarnya, taksiran atas ganti rugi atau harga barang itu dapat ditentukan melalui pembebanan sumpah penaksir. Jadi, penerapan sumpah ini baru dapat dilakukan apabila sama sekali tidak ada bukti dari kedua belah pihak yang dapat membuktikan jumlah yang sebenarnya.

(8)

E. KEKUATAN HUKUM ALAT BUKTI SUMPAH

Sumpah sebagai alat bukti dapat diklasifikasikan dalam beberapa bentuk sebagai berikut: Sumpah Decisoir (Pemutus), Sumpah Suppletoir (Pelengkap) dan Sumpah

Aestimatoir (Penaksir)

1) Makna sumpah Decisoir (Pemutus) memiliki daya kekuatan memutuskan perkara atau mengakhiri perselisihan. Jadi sumpah pemutus mempunyai sifat dan daya litis decissoir, yang berarti dengan pengucapan sumpah pemutus:11

a. Dengan sendirinya mengakhiri proses pemeriksaan perkara.

b. Diikuti dengan pengambilan dan menjatuhkan putusan berdasarkan ikrar sumpah yang diucapkan.

c. Dan undang-undang melekatkan kepada sumpah pemutus tersebut nilai kekuatan pembuktian sempurna, mengikat dan menentukan.

2) Sumpah Suppletoir atau Sumpah Tambahan pihak yang diperintahkan oleh hakim untuk bersumpah suppletoir tidak boleh mengembalikan sumpah

suppletoir tersebut kepada lawannya (ps. 1943 BW) ia hanya dapat menolak atau menjalankannya. Dalam hal ini hakim secara ex officio dapat memerintahkan Sumpah Suppletoir. Fungsi sumpah ini adalah menyelesaikan perkara, maka mempunyai kekuatan pembuktian sempurna yang masih memungkinkan adanya bukti lawan.

3) Pasal 155 HIR (ps. 182 Rbg, 1940 BW) mengatur tentang Sumpah Penaksiran, yaitu sumpah yang diperintahkan oleh hakim kerena jabatannya kepada penggugat untuk menentukan jumlah uang ganti kerugian. Kekuatan pembuktian Sumpah Aestimatoir sama dengan Sumpah Suppletoir yaitu bersifat sempurna dan masih memungkinkan pembuktian lawan. Sumpah ini dapat juga dilakukan di masjid.

Perlu diketahui bahwa sumpah juga dapat dilakukan di luar pengadilan, akan tetapi sumpah tersebut mempunyai daya kekuatan sebagai alat bukti jika sumpah tersebut dilakukan di depan Hakim, baik itu di depan Hakim Ketua yang memeriksa perkara maupun di depan Hakim Anggota. Perbedaan dari kualitas pembuktian, dalam sumpah pemutus para pihak sama sekali tidak mampu mengajukan bukti apapun sedangkan dalam sumpah tambahan para pihak atau salah satu pihak mampu mengajukan pembuktian, tetapi tidak mencapai batas minimal pembuktian12.

11 Yahya Harahap. Hukum Acara Perdata. (Jakarta: Sinar Grafika, 2005) hal 750

(9)

F. PENUTUP

1) KESIMPULAN

Pembuktian adalah rangkaian peraturan tata tertib yang harus diindahkan dalam melangsungkan perkara di muka hakim. Dalam proses mencari keadilan di pengadilan, maka para pihak berupaya untuk memenangkan perkaranya dengan cara mereka masing-masing. Hakim bertindak sebagai penilai.

Hakim hanya boleh mengambil keputusan berdasarkan alat-alat bukti yang ditentukan oleh undang-undang saja. Alat-alat bukti dalam acara perdata yang disebutkan oleh undang-undang (pasal 164 HIR. 289 RBg. 1866 BW) ialah: alat bukti tertulis, pembuktian dengan saksi, persangkaan-persangkaan, pengakuan dan sumpah.

Pengertian sumpah seperti apa yang tercantum dalam KUHPerdata ialah suatu peryataan hikmat yang dikemukakan secara sungguh-sungguh dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan keyakinan yang memberikan sumpah. Menurut Pasal 1929 KUH Perdata diatur mengenai klasifikasi sumpah yang terdiri dari Decisoir/sumpah pemutus, Suppletoir/sumpah tambahan atau pelengkapdan Aestimatoire/sumpah penaksir.

Makna sumpah Decisoir (Pemutus) memiliki daya kekuatan memutuskan perkara atau mengakhiri perselisihan. Sumpah Suppletoir/sumpah tambahan dimaknai adalah apabila alat bukti masih kurang, namun sudah dilandasi pembuktian, maka hakim memerintahkan pihak untuk bersumpah. Sumpah penaksir diterapkan untuk menentukan berapa jumlah nilai ganti rugi atau harga barang yang digugat oleh penggugat. Apabila penggugat tidak mampu membuktikan berapa jumlah ganti rugi dan tergugat tidak mampu membantah ganti rugi.

2) SARAN

Berdasarkan pembahasan diatas, mengenai alat bukti sumpah, maka kami memberikan saran yaitu:

a. Dalam penentuan sumpah seseorang, sebaiknya orang tersebut benar-benar pasrah akan semua pengakuannya terhadap Tuhan YME dan jujur akan kejadian yang benar-benar terjadi, agar perkara dapat ditentukan keputusannya.

(10)

G. DAFTAR PUSTAKA

A. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata/Burgerlijk Wetboek

B. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, 2013

C. Ahmad Mujahidin. Pembaharuan Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syari’ah di Indonesia. (Jakarta: IKAHI, 2008)

D. Prof. R. Subekti, SH, Hukum Pembuktian

E. Martiman Prodjohamidjojo, S.H, Sistem Pembuktian dan Alat-alat Bukti. F. Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, SH, Hukum Acara Perdata Indonesia.

G. Jurnal: Dian Dewi Pulungsari & Diyas Mareti Riswindani, ANALISIS YURIDIS KEKUATAN PEMBUKTIAN PENILAIAN HAKIM TENTANG KETERANGAN SEORANG SAKSI DI DALAM PROSES PERADILAN PIDANA DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA.

H. Jurnal Hukum Universitas Sam Ratulangi, Vol. 23/No. 8/Januari/2017: Royke Y. J. Kaligis, PENGGUNAAN ALAT BUKTI SUMPAH PEMUTUS (DECISOIR) DALAM PROSES PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN MENURUT TEORI DAN PRAKTEK.

I. http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5899301425dee/arti-sumpah-idecisoir-i--isuppletoir-i--dan-iaestimatoire-i (diakses Selasa, 26 September 2017 pukul 20:46)

J. https://profgunarto.files.wordpress.com/2012/12/alat-bukti-dalam-perdata-tugas.pdf

(diakses Selasa, 26 September 2017 pukul 20:51)

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan campuran beton ( mix design ) merupakan upaya untuk menentukan besarnya jumlah semen, agregat halus, agregat kasar, dan air yang akan digunakan dalam

Waduk Cirata merupakan waduk yang juga digunakan untuk pembangkitan listrik terletak kurang lebih 51 km di hilir Waduk Saguling. Waduk Cirata dengan luas DAS 4.119 km 2 dan

sebagai antibakteri. Uji toksisitas mengkudu pada ikan nila dapat diketahui berdasarkan jumlah ikan yang mati melebihi 50% dalam uji kesehatan ikan. Berdasarkan

Pengujian terhadap sistem analisis unsur-unsur dengan metode aktivasi neutron gamma serentak (PGNAA) dapat dilakukan setelah didapatkan kalibrasi yang baik secara

Dan semua jenis materi itu tergantung pada tingkat kepanasan suatu benda, dalam matahari tidak ada satupun benda padat / cair di dalam matahari (karena tentu saja hal2 itu

PROFIL KEMAMPUAN ANAEROBIK DAN DAYA TAHAN AEROBIK ATLET TIM SEPAKBOLA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Triangulasi sumber adalah menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai sumber meperoleh data. Dalam triangulasi dengan sumber yang terpenting adalah

litetasi TIK yang baik dengan tidak terdapatnya keluhan dalam menggunakan model pembelajaran berbasis web pada pelajaran matematika; (3) telah terjadinya interaksi antara