• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak Kebijakan Domestik dan L

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Dampak Kebijakan Domestik dan L"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Dampak Kebijakan Domestik dan Liberalisasi Perdagangan

Terhadap Ketahanan Pangan : Studi Kasus Komoditas Jagung di

Indonesia

Sakti Haposan Yudhistira W

2016

Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Airlangga

(2)

1

DAFTAR ISI

Latar Belakang ...2

Tinjauan Pustaka ...5

NPC (Nominal Protection Coefficient) dan EPC (Effective Protection Coefficient) ...5

Inward Dan Outward Trade Policy ...5

Ketahanan P angan (Food Security) ...6

Pembahasan ...7

Analisis Kebijakan dan Internasional Komdoitas Jagung ...7

Dampak Liberalisasi P erdagangan terhadap Ketahanan Pangan ...9

Kesimpulan dan saran ... 13

(3)

2

LATAR BELAKAN G

Untuk mencapai kemandirian dan ketahanan pangan, Indonesia telah mengamandemen UU No 7 Tahun 1996 dengan UU No. 18 tahun 2012 tentang pangan. Adapun target kemandirian pangan terletak pada 5 komoditas yaitu beras, jagung, kedelai, gula, dan daging sapi. Pemerintah Indonesia menargetkan kemandirian pangan di tahun 2017 untuk padi, jagung, dan kedelai. Serta 2019 untuk komoditas gula dan daging sapi. (O ECD, 2015)

Produksi jagung Indonesia menduduki peringkat ke-8 global, dengan kontribusi sebesar 2,06 persen dari total produksi dunia. Pusat produksi jagung di Indonesia tersebar di beberapa provinsi dan kabupaten di Indonesia. Data BPS pada tahun 2015 juga menunjukkan bahwa produksi jagung 20,67 juta ton, naik 1,66 juta ton atau 8,72 persen dibandingkan tahun 2014 lalu dan merupakan produksi tertinggi selama lima tahun terakhir (TEMPO, 2016).

Pemerintah Indonesia telah melakukan beberapa kebijakan terkait komoditas jagung. Pada periode 1969-1994 terjadi peningkatan yang relatif tajam yaitu dari produksi sebesar 2,3 juta ton pada 1969 menjadi sekitar 6,9 juta ton pada tahun 1994, dengan faktor yang

0 10 20 30 40 50 60

2011 2012 2013 2014 2015

Produktivitas Tanaman Pangan di Indonesia (Kuintal/ha)

(4)

3

mempengaruhi berupa harga jagung domestik, harga pupuk, tingkat suku bunga bank, upah tenaga kerja, luas areal produktivitas, kebijakan penerapan jagung hibrida pada tahun 1983, dan lag dari produksi jagung (Purba, 1999). Pada penelitian lain milik Rusastra dan Kasryno (2005) juga didapati bahwa meski sudah terdapat beberapa kebijakan domestik terkait komoditas jagung, TFP (Total Factor Production) dari jagung cenderung stagnan dan rendah, yang diakibatkan tidak adanya dukungan kebijakan pengembangan agribisnis yang kurang optimal serta insentif yang diterima oleh petani jagung kurang memadai untuk terciptanya pengembangan usaha.

Di sisi lain, kebijakan komoditas jagung di pasar internasional juga dapat mempengaruhi produktivitas jagung nasional. Menurut Rachman (2005) fluktuasi yang terjadi di pasar jagung domestik diakibatkan oleh dinamika harga produk sejenis di pasar internasional, nilai tukar rupiah, dan kebijakan perdagangan. Rachman (2005) juga menambahkan bahwa dari persaingan pasar yang semakin ketat menuntut pemenuhan standar mutu dari produk jagung nasional yang terkait dengan efisiensi produksi dan penanganan pasca-panen.

Meskipun produksi komoditas jagung di Indonesia menduduki peringkat ke - 8 di dunia dan terus mengalami tren peningkatan, nyatanya pada tahun 2011 tercatat Indonesia mengimpor jagung sebanyak 3,2 juta ton, dan 3,1 juta ton pada tahun 2013.

sumber FAO (diolah)

2008 2009 2010 2011 2012 2013

impor 286,541 338,798 1,527,516 3,207,657 1,692,995 3,191,045

(5)

4

Grafik dengan tren yang lebih panjang pada nilai ekspor impor jagung dalam US$ atas dasar harga berlaku tahun 2004, menunjukkan Indonesia sebagai net importir jagung sejak 1999.

sumber FAO (diolah)

Tentunya impor merupakan pilihan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestiknya. Ketersediaan pangan merupakan salah satu indikator ketahanan pangan atau food security. Konsep ketahanan pangan sendiri selalu berkembang dari sekedar "volume dan stabilitas penawaran" hingga "kecukupan nutrisi dan energi" (FAO, 2003). Maka berdasarkan FAO, ketahanan pangan dicapai ketika masyarakat memiliki akses secara fisik, sosial, dan ekonomi, yang aman dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan energi dalam aktivitas dan kehidupan yang sehat. Ketahanan pangan tersebut mencakup 4 dimensi yaitu ketersediaan, stabilitas, manfaat, dan akses. (FAO 2003, hal 29).

Selain liberalisasi perdagangan, untuk menuju ketahanan pangan, pemerintah Indonesia menetapkan beberapa kebijakan domestik antara lain penetapan harga pasar, subsidi pupuk, asuransi hasil panen, food voucher, dan targeted cash transfer atau BLT

Nilai Ekspor - Impor Jagung Indonesia (US$)

(6)

5

TINJAUAN PUSTA KA

NPC (Nominal Protection Coefficient) dan EPC (Effective Protection Coeffic ient)

NPC atau Nomina l Protection Coefficient adalah rasio yang membandingkan harga objek observasi dengan harga komparasinya dunia atau sosial. Rasio ini mengindikasikan pengaruh dari suatu kebijakan terhadap perbedaan harga yang ada (Pearson, 1989).

NPC dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu Nominal Protection Coefficient Input (NPCI) dan Nominal Protection Output (NPCO). NPCI didefinisikan sebagai rasio B/F dari tabel matriks. Nilai NPCI sebesar 0.8 mengindikasikan kebijakan terkait menurunkan biaya input; harga input hanya 80% dari harga input benchmark. Sedangkan NPCO did efinisikan sebagai A/E. Jika NPCO sebesar 1.10 mengindikasikan kebijakan terkait meningkatkan harga output di pasar 10% lebih tinggi daripada harga output di pasar dunia atau benchmark.

Sedangkan Effective Protection Coefficient (EPC) adalah rasio nilai tambah pada objek observasi (A - B) terhadap nilai tambah benchmark (E - F). Atau EPC = (A-B)/(E-F). Rasio ini mengukur besaran pengaruh kebijakan input maupun output secara keseluruha n.

Inward Dan Outward Trade Policy

Menurut Appleyard (2010) , negara berkembang secara umum memiliki dua strategi perdagangan yaitu inward looking strategy dan outward looking strategy. Inward strategy merupakan upaya untuk menarik diri dari perdagangan global. Strategi ini menekankan kebijakan substitusi impor, tarif, kuota impor, dan subsidi kepada substitusi industri impor.

(7)

6

Ketahanan Pangan ( Food Security)

Pada dasarnya, ketahanan pangan atau food security adalah "a csess of a ll people a t a ll times to enough food for an active, hea lthy life" (Napoli, 2011). Pada tahun 2002, Scientific Symposium on Mea surement and Assesment of Food Depriva tion and Undernutrition menghasilkan kesepakatan pada indikator pengukur ketahanan pangan meliputi ; (1) kekurangan pangan - kombinasi keseimbangan makanan dan survey terhadap pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, (2) food insecurity diukur dengan pendapatan dan pengeluaran rumah tangga, (3) asupan makanan menggunakan survey asupan makanan individu, (4) nutrisi anak dengan survey antopometris, dan (4) survey kualitatif tentang persepsi masyarakat terhadap ketahanan pangan dan kelaparan.

Undang - Undang No. 18 Tahun 2012 tentang pangan, menjelaskan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

(8)

7

PEMBA HASAN

ANALISIS KEBIJAKAN DAN INTERNASIONAL KO MDOITAS JAGUNG

Rusastra dan Kasryno (2005) menganalisa kebijakan domestik untuk jagung berdasarkan (1) keunggulan komparatifnya dan (2) dinamika dan antisipasi instrumen kebijakan sistem komoditas jagung.

(9)

8

Berdasarkan dinamika dan antisipasi instrumen kebijakan sistem komoditas jagung di Indonesia, terdapat beberapa penelitian milik pakar ekonomi pertanian seperti Dorosh (1987), Mink (1987), Pearson (1987) dalam buku milik Timmer (1987) dalam kaitannya dengan jagung sebagai ketahanan pangan nasional. Rusastra dan Kasryno (2005) merangkum penelitian mereka menjadi beberapa poin, yaitu kebijakan yang terkait dengan aspek produksi jagung, pemasaran dan harga serta kaitannya dengan industri pakan, serta kebijakan harga komoditas pertanian lainnya.

Dalam analisa kebijakan yang terkait dengan aspek produksi jagung, dapat ditarik kesimpulan bahwa (1) mempertimbangkan karakteristik usaha tani dan kondisi sosial-ekonomi, penggunaan jagung hibrida seharusnya tidak mengurangi pengembangan jagung komposit yang mempunyai produktivitas tinggi; (2) jagung putih masih tetap me merlukan perhatian, karena jagung jenis ini berguna untuk untuk industri mi dan mempunyai potensi ekspor tinggi; (3) hama dan penyakit jagung perlu ditangani melalui penciptaan varietas tahan penyakit dan penanganan lainnya; dan (4) diperlukan adanya perha tian lebih untuk aspek penyerbukan komoditas jagung.

Dalam ranah kebijakan internasional, baik pemerintah maupun organisasi perdagangan internasional yang terkait pernah mengeluarkan beberapa kebijakan terkait komoditas jagung. Berdasarkan penelitian Rusastra dan Kasryno (2005) dan Rachman (2005), kebijakan internasional yang berkaitan dengan komoditas jagung dapat dianalisa berdasarkan transmisi perubahan harga dan kecenderungan global.

Analisa dekomposisi fluktuasi harga di pasar domestik menunjukkan bahwa dibanding kondisi kuartal IV 1998, harga jagung pada kuartal I 1999 mengalami penurunan yang relatif rendah, karena diindikasikan akibat dari depresiasi rupiah yang terjadi di saat yang bersamaan (Simatupang & Syafaat, 1999). Rachman (2005) berpendapat bahwa penurunan harga jagung domestik banyak dipengaruhi oleh penurunan harga jagung dunia dan peningkatan liberalisasi perdagangan.

(10)

9

pada kondisi penawaran biji-bijian di masing- masing negara (FAO, 2001). Bagi negara yang mengalami surplus produksi biji-bijian, instrumen kebijakan yang dipertimbangkan di antaranya adalah pemberian potongan harga di pasar domestik, pelarangan sementara dan peningkatan pajak impor, pembatasan kuota impor dan/atau penyer taan tarif kuota impor yang lebih tinggi, serta peningkatan partisipasi sektor swasta serta pengeluaran/pengadaan dalam rangka stabilisasi harga bijian domestik. Bagi negara yang mengalami defisit biji-bijian, kebijakan strategis yang umumnya ditempuh adalah memperlonggar kontrol terharap impor dan/atau membatasi ekspor biji-bijian.

Di Indonesia sendiri, penawaran komoditas jagung relatif fluktuatif, sehingga memerlukan manajemen pengambilan keputusan yang lebih kompleks serta membutuhkan fleksibilitas yang lebih tinggi (Rachman, 2005).

DAMPAK LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN

Permasalahan utama pada ketahanan pangan ada pada dimensi akses, yang pada umumnya disebabkan karena kemiskinan dan pendapatan yang rendah (OECD, FAO 2013). Beberapa literatur pada studi kasus tertentu menunjukkan akses terhadap ketersediaan komoditas dapat dihadapi dengan perolehan keuntungan dari keterbukaan perdagangan. Keterbukaan perdagangan akan meningkatkan pertumbuhan dan tingkat pendapatan daripada inward looking strategy dan substitusi impor (Brooks, 2014).

Lebih lanjut Brooks dan Matthew (2014) mengemukakan, pada umumnya pembuat kebijakan sepakat bahwa ada keuntungan yang diperoleh untuk tidak mendistorsi harga, namun perdagangan yang tidak terdistorsi menyebabkan adanya kelompok yang menang dan kalah dalam pasar dari efek terms of trade. Dikhawatirkan golongan yang kalah adalah mereka yang miskin dan food insecure (tergolong tidak aman dalam ketahanan pangan).

(11)

10

sumber olahan data OECD

Negara dengan impor yang tinggi cenderung lebih riskan terhadap fluktuasi harga dunia, namun impor yang tinggi akan mempercepat transmisi harga dunia ke harga domestik (World Bank dan IMF, 2012).

Sebuah studi menunjukkan bahwa pasar komoditas agrikultur di negara dengan tingkat pendapatan perkapita rendah seringkali tidak terintegrasi dengan tingkat harga internasional. Maka negara - negara ini, yang komposisi penduduk food insecure nya tinggi, memiliki potensi yang lebih besar terhadap shock (Blazer, 2013).

Abbott (2012), menyimpulkan bahwa shock domestik lebih tinggi frekuensinya daripada shock internasional. Bukti lain menunjukkan bahwa harga internasional mampu menurunkan volatilitas harga domestik pada komoditas jagung, beras, dan kedelai pada studi kasus di Asia Tenggara dari 30 persen poin menjadi 5 persen poin (Ivanic et al, 2011).

0 0.5 1 1.5 2

Brazil Chile Mexico China Indonesia Korea Russia Ukraina Afrika Selatan Israel Turki

NPC Negara Berkembang 2012

(12)

11

tabel weighted - impact dari kebijakan agrikultur Indonesia terhadap presentase kekurangan makanan ; sumber OECD 2015

Namun kebijakan non-trade domestik dari pemerintah juga memiliki dampak terhadap ketahanan pangan di Indonesia. Data OECD menunjukkan raskin, s ubsidi pupuk, asuransi panen efektif mengurangi presentasi angka kekurangan makanan di Indonesia. Sementara program rancangan pemerintah pada vouvher makanan dan BLT diproyeksikan mampu mengurangi angka populasi penduduk yang kekurangan makanan hingga 3%.

Berdasarkan penelitian milik Purba (1999), dampak kebijakan domestik dan internasional terhadap kesejahteraan masyarakat adalah (1) peningkatan harga pupuk akan menurunkan surplus produsen dan konsumen serta pengeluaran devisa; (2) peningkatan upah tenaga kerja akan berdampak negatif terhadap surplus produsen dan konsumen serta pengeluaran devisa; (3) kebijakan peningkatan populasi ayam ras dinikmati oleh masyarakat, kecuali petani jagung yang mengalami penurunan surplus; (4) devaluasi rupiah berdampak positif terhadap surplus produsen dan negatif terhadap surplus konsumen; dan (5) seluruh alternatif kebijakan ini memberikan kontribusi positif terhadap net surplus dan penghematan devisa negara, kecuali pada alternatif kebijakan peningkatan harga pupuk dan t ingkat upah.

Peningkatan harga pupuk dan tingkat upah berdampak buruk pada kesejahteraan masyarakat, sehingga masih diperlukan adanya kebijakan untuk pengendaliannya kedua faktor tersebut. Rusastra dan Kasryno (2005) berpendapat bahwa kebijakan penurunan suku bungan merupakan salah satu alternatif kebijakan yang terbaik karena memberikan dampak positif terhadap semua pelaku ekonomi pasar jagung dan pakan, serta dapat sekaligus

(13)

12

juga berpendapat bahwa kebijakan devaluasi dapat dijadikan alternatif kebijakan yang memberikan lingkungan kondusif dalam peningkatan produksi jagung dan pakan serta penghematan devisa.

Studi Kasus terhadap kebijakan jagung di Indonesia, peneliti akan menggunakan studi kasus berupa penerapan kuota impor jagung di tahun 2016. Peneliti menganggap studi kasus penerapan kuota impor di tahun 2016 ini sesuai karena beberapa faktor, yaitu (1) merupakan kebijakan terkini; (2) dalam selang waktu yang tidak jauh terjadi kenaikan harga jagung di pasar domestik; dan (3) dalam selang waktu yang tidak jauh terjadi kenaikan harga daging dan telur ayam, yang berkaitan dengan jagung sebagai pakan.

Berdasarkan berita yang ditulis Suryowati (2016) pada portal berita online Kompas, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan bahwa kuota impor jagung di tahun 2016 diharapkan tidak akan melebihi kuota yang diberikan sepanjang 2015, yaitu sejumlah 2,5 juta ton per tahun. Pada tahun ini, pemerintah baru menetapkan kuota impor jagung untuk kuartal I-2016, dengan keputusan akan menetapkan kuota kuartal berikutnya setelah melihat produksi jagung. Setelah melalui rapat koordinasi dengan Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan, pemerintah memutuskan kuota impor jagung untuk kuartal I-2016 sebanyak 600.000 ton.

(14)

13

KESIMPULAN DAN SARA N

Berdasarkan penjelasan dari bagian-bagian sebelumnya, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:

 Kebijakan domestik untuk komoditas jagung dapat dianalisa melalui keunggulan komparatif serta dinamika dan antisipasi instrumen kebijakan sistem komoditas jagung.

 Dari sisi keunggulan komparatif, petani yang mendapatkan subsidi input dan proteksi harga output yang protektif dapat menikmati total insentif yang lebih.

 Dari sisi dinamika dan antisipasi kebijakan, terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan, yaitu penciptaan dan pengembangan varietas jagung, deregulasi industri pakan dan pertenakan, diberlakukan kembali proteksi industri gula, dan penerapan harga beras kualitas rendah yang tidak merugikan produsen jagung.

 Kebijakan internasional untuk komoditas jagung dapat dianalisa melalui transmisi perubahan harga dan kecenderungan global.

 Transmisi perubahan harga jagung akibat faktor internasional dapat dilihat berdasarkan nilai tukar rupiah, penurunan harga jagung dunia, dan peningkatan liberalisasi perdagangan.

 Liberalisasi perdagangan cenderung lebih aman sebab volatilitas harga pasar dunia lebih kecil dibandingkan volatilitas harga komoditas domestik.

 Kebijakan non-trade dapat mengurangi jumlah penduduk kekurangan makanan apabila dijalankan secara efektif. Biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk inward - looking strategy seperti substitusi impor dapat dialokasikan kepada inovasi teknolo gi dan ekstensifikasi produksi komoditas terkait.

 Subsidi pupuk membutuhkan dana yang besar dan tidak tepat sasaran. Pengeluaran pada subsidi pupuk dapat dialokasikan untuk subsidi pajak lahan produktif secara progresif seperti yang telah diaplikasikan oleh Cina.

(15)

14

 Terdapat beberapa kebijakan yang memiliki pengaruh buruk terhadap kesejahteraan masyarakat, yaitu kenaikan harga pupuk dan tenaga kerja yang akan menurunkan surplus produsen dan konsumen, serta devisa negara.

 Terdapat beberapa kebijakan yang memiliki pengaruh baik terhadap kese jahteraan masyarakat, yaitu kebijakan peningkatan populasi ayam ras, devaluasi rupiah, dan penurunan suku bunga.

(16)

15

DAFTAR PUSTAKA

Abott, P. (2012). Policies in Developing Countries after 2007-2008 Food Crisis. OECD Publishing, Paris .

Appleyard, D. R., & Field, A. J. (2010). International Economics 8th Edition. North Carolina: Mc Graw Hill.

Blazer, K. (2013). International to Domestic Price Transmissioin in Fourteen Developing Countries during Food Crisis. WIDER Working Paper , 031.

Brooks, J., & Matthews, A. (2014). Agr icultural Trade and Food Security : Choosing Between Trade and Non-Trade Policy Instrument.

Colman, D., & Trevor, Y. (1989). Principles of Agricultural Economics. Cambridge University Press.

Dorosh, P. A. (1987). International Trade in Corn. In C. P. Timmer, The Corn Economy of Indonesia. Ithaca & London: Cornell University Press.

FAO. (2001). Review of Basic Food Policies. Rome: Commodities and Trade Division. FAO. (2012). The State of Food Insecurity. Roma: FAO.

Ivanic, M. (2008). Implication of Higher Global Food Prices for Poverty in Low-Income Countries. Agricultural Economics , 405-416.

Mink, S. D. (1987). Corn in the Livestock Economy. In C. P. Timmer,The Corn Economy of Indonesia. Ithaca & London: Cornell University Press.

Monke, E. A. (1989). The Policy Ana lysis Matrix For Agricultural Development. Outreach Program .

Napoli, M., Pasquale, D. M., & Mazziotta, M. (2011). Towards a Food Insecurity Multidimensiona l Index. Milan: Human Development and Food Security.

OECD. (2013). Globa l Food Security : Challenges for the Food and Agriculture System. Paris: O ECD Publishing.

Pearson, S. R. (1987). Prospects for Corn Sweeteners. In C. P. Timmer, The Corn Economy of Indonesia. Ithaca & London: Cornell University Press.

(17)

16

Rachman, B. (2005). Perdagangan Internasional Komoditas Jagung. In F. Kasryno, E. Pasandaran, & A. Fagi, Ekonomi Jagung Indonesia (pp. 197-209). Jakarta: Badan Litbang

Pertanian.

Rusastra, I. W., & Kasryno, F. (2005). Analisis Kebijakan Ekonomi Jagung Nasional. In F. Kasryno, E. Pasandaran, & A. Fagi, Ekonomi Jagung Indonesia (pp. 255-287). Jakarta:

Badan Litbang Pertanian.

Simatupang, P., & Syafaat, N. (1999). Analisis Anjloknya Harga Komoditas Pertanian Selama Semester I-1999. Bogor: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian.

Suryowati, E. (2016, Januari 4). Kuota Impor Jagung Ditetapkan Per Kuartal. (E. Djumena, Editor) Retrieved from Kompas:

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/01/04/080900426/Kuota.Impor.Jagung. Ditetapkan.Per.Kuartal

TEMPO. (2016, April 7). Panen Jagung Melimpah tapi Industri Pakan Ternak Malas Beli. Retrieved from TEMPO :

https://bisnis.tempo.co/read/news/2016/04/07/090760455/panen-jagung- melimpah-tapi- industri-pakan-ternak- malas-beli

TEMPO. (2016, April 25). Target Produksi Jagung dan Kedelai Dinila i Tak Realistis. Retrieved from TEMPO :

https://bisnis.tempo.co/read/news/2016/04/25/090765790/target-produksi-jagung-dan-kedelai-dinilai-tak-realistis

Gambar

Grafik dengan tren yang lebih panjang pada nilai ekspor impor jagung dalam US$
tabel weighted - impact dari kebijakan agrikultur Indonesia terhadap presentase kekurangan makanan ; sumber OECD 2015

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa Peraturan Daerah ini merupakan perubahan kelembagaan yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Probolinggo Nomor 22 Tahun 2000 tentang Organisasi dan Tata

Dari grafik di atas dapat diketahui jenis pompa yang sesuai dengan kebutuhan operasional sistem pemadam hydrant. 3.8

Neraca Daerah memberikan informasi mengenai posisi keuangan berupa aset, kewajiban (utang), dan ekuitas dana pada tanggal neraca tersebut dikeluarkan. Aset,

Sistem penerimaan pegawai dengan menggunakan sistem ini adalah sebuah sistem yang terkomputerisasi dengan program yang telah dirancang sehingga memudahkan pemakai sistem tersebut

Kemudian, untuk nilai optimum sub-komponen tenaga kerja lain yang terlibat dalam kegiatan usaha perikanan tangkap dapat diperoleh dengan cara mengalikan jumlah

Kajian perbandingan kualiti udara akibat aktiviti pembakaran jerami padi di Alor Star, Kedah pada Mac 2002 dan 2003 bertujuan untuk melihat sejauh mana pengaruh kepekatan

I-III : Nilai p= 0,008 (p<0,05) sehingga terdapat perbedaan bermakna ekstrak buah delima yang signifikan antara kelompok kontrol normal dan kelompok perlakuan 1.. I-IV :

4. Guru mempersilakan anak mengelompokkan alat dan bahan sesuai dengan konsep yang dipahami anak... 5. Anak melakukan kegiatan sesuai yang diminati