BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap organisasi perlu melakukan suatu perencanaan dalam setap kegiatan
organisasinya, baik erencanaan produksi, perencanaan rekrutmen karyawan baru,
program penjualan produk baru, maupun perencanaan anggarannya. Perencanaan
(planning) merupakan proses dasar bagi organisasi untuk memilih sasaran dan menetapkan bagaimana cara mencapainya. Oleh karena itu, perusahaan harus
menetapkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai sebelum melakukan
prosesproses perencanaan.
Perencanaan diperlukan dan terjadi dalam berbagai bentuk organisasi,
sebab perencanaan ini merupakan proses dasar manajemen di dalam mengambil
suatu keputusan dan tindakan. Perencanaan diperlukan dalam jenis kegiatan baik
itu kegiatan oranisasi, perusahaan maupun kegiatan di masyarakat, dan
perencanaan ada dalam setiap fungsi-fungsi manajemen, karena fungsi-fungsi
tersebut hanya dapat melaksanakan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan
dalam perencanaan.
Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi
manajemen, terutma dalam menghadapi lingkungan eksternal yangberubah
dinamis. Dalam era globalisasi ini, perencanaan harus lebih mengandalkan
prosedur yang rasional dan sistematis dan bukan hanya pada intuisi dan firasat
Pokok pembahasan pada makalah ini berfokus pada elemen-elemen
tertentu dari proses perencanaan dan proses yang sangat berhubungan dengan
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Kemudian memperkenalkan
konsep perencanaan dan menyajikan sejumlah pendekatan untuk mengefektifkan
perencanaan dari berbagai jenis.
Dalam manajemen, perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan
organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan
rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari
semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain
pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tak akan dapat berjalan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menetapkan tujuan perencanaan manajemen
pengorganisasian dalam sistem manajemen konvensional dan manajemen
syariah?
2. Bagaimana hambatan dalam penetapan dan tujuan dan perencanan dalam
BAB II
LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Prilaku Komunikasi Dalam Manajemen
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),
secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin
communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.1
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam
pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu
merujuk pada pengertian Ruben dan Steward(1998:16) mengenai komunikasi
manusia yaitu: Human communication is the process through which individuals in
relationships, group,organizations and societies respond to and create messages to adapt to the environment and one another.
Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan
individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang
merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama
lain. Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat
dilancarkan secara efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa para peminat
komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold
Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in
Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What
In Which Channel To Whom With What Effect? Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari
pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)
2. Pesan (mengatakan apa?)
3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?)
4. Komunikan (kepada siapa?)
5. Efek (dengan dampak/efek apa?)2
Adapun pengertian perilaku organisasi atau pengorganisasian menurut
para ahli, antara lain
1. Prof. Joe Kelly, menjelaskan bahwa perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari sifat-sifat organisasi, termasuk bagaimana
organisasi dibentuk, tumbuh dan berkembang.
2. Drs. Adam Indrawijaya, menjelaskan bahwa perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari semua aspek yang berkaitan dengan
tindakan manusia, baik aspek pengaruh angota terhadap organisasi maupun
pengaruh organisasi terhadap anggota.
3. Drs. Sutrisna Hari.MM, menjelaskan bahwa perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang mempelajari dinamika organisasi sebagai hasil
interaksi dari sifat khusus (karakteristik) anggota dan sifat khusus
(karakteristik) para anggotannya dan pengaruh lingkungan.
4. Stephen P. Robbins (2001) menjelaskan bahwa perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang menginvestigasi dampak individu, kelompok,
maupun struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud
mengaplikasikan pengetahuan tersebut untuk memperbaiki keefektifan
organisasi.
5. George & Jones (2002) menjelaskan bahwa perilaku organisasi adalah suatu bidang studi tentang factor yang mempengaruhi tindakan (act)
individu dan kelompok dalam organisasi seta bagaimana organisasi
mengelola lingkungannya.
B. Definisi Prilaku Komunikasi Dalam Manajemen
Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan mentransfer
informasi dari satu tempat ke tempat lain. Meskipun ini adalah sebuah definisi
komunkasi sederhana, ketika kita berpikir tentang bagaimana kita dapat
berkomunikasi dapat menjadi jauh lebih kompleks. Ada berbagai kategori
mengenai komunikasi, dan hal tersebut dapat terjadi setiap saat. Kategori
komunikasi tersebut diantaranya:
1. Komunikasi lisan atau verbal: tatap muka, telepon, radio atau televisi atau
media lainnya.
2. Komunikasi non-verbal: bahasa tubuh, gerak tubuh, bagaimana kita
3. Komunikasi tertulis: surat, e-mail, buku, majalah, internet atau melalui
media lainnya. Visual: grafik, diagram, peta, logo dan visualisasi lain yang
dapat digunakan untuk berkomunikasi.
Teori Komunikasi menyatakan bahwa komunikasi melibatkan pengirim
(sender) dan penerima (receiver) menyampaikan informasi melalui saluran
komunikasi. Pengirim dan penerima tentu saja penting dalam komunikasi. Dalam
komunikasi tatap muka peran pengirim dan penerima tidak sejelas kedua belah
pihak berkomunikasi satu sama lain, bahkan jika dengan cara yang sangat halus
seperti melalui kontak mata (atau kurangnya) dan bahasa tubuh secara umum.
Ada banyak cara halus lain yang kita dapat lakukan untuk berkomunikasi
(bahkan mungkin tidak sengaja) dengan orang lain, misalnya nada suara kita dapat
memberikan petunjuk untuk suasana hati kita atau keadaan emosional, sementara
sinyal tangan atau gerakan dapat menambah pesan lisan. Dalam komunikasi
tertulis, pengirim dan penerima yang lebih jelas. Hari ini kita semua dapat menulis
dan mempublikasikan ide-ide di Internet, yang telah menyebabkan ledakan
informasi dan komunikasi.3
Perilaku organisasi (PO) adalah bidang ilmu yang mempelajari dan
mengaplikasikan pengetahuan tentang bagaimana manusia berperan atau berperilaku atau bertindak di dalam organisasi (Davis&Newstrom, 1989).
Elemen-elemen kunci dalam perilaku organisasi adalah: manusia, struktur,
teknologi, dan lingkungan tempat organisasi tersebut beroperasi.
a. Manusia membentuk sistem sosial yang bersifat internal dalam organisasi.
b. Struktur organisasi menentukan hubungan formal manusia.
c. Teknologi memberikan modal manusia dalam tugas-tugasnya.
d. Lingkungan merupakan faktor luar yang mempengaruhi organisasi, mempengaruhi sikap manusia, kondisi kerja, pesaing dan kekuatan
Adapun Konsep Dasar Perilaku Organisasi :
1. Perbedaan individual dimana ada istilah “hukum tentang perbedaan
individual” (Law of of individual differences)
2. Manusia secara keseluruhan, bahwa sifat manusia yang berbeda boleh
dipelajari secara terpisah, tetapi pada akhirnya sifat-sifat ini merupakan
bagian sebuah system yang menciptakan manusia secara keeluruhan.
3. Perilaku yang bermotivasi, dalam masalah kebutuhan manusia termotivasi
bukan oleh perikraan atas apa-apa yang dibutuhkannya, tetapi oleh
keinginan mereka sendiri.
4. Nilai-nilai kemanusiaan (martabat manusia), konsep ini lebih bersifat etis
filosofis daripada kesimpulan ilmiah.
Perilaku organisasi merupakan ilmu tentang perilaku tiap individu dan
kelompok serta pengaruh tiap individu dan kelompok terhadap organisasi,
maupun perilaku interaksi antara individu dengan individu, individu dengan
kelompok, dan kelompok dengan kelompok dalam organisasi demi
kemanfaatan suatu organisasi.
Perilaku organisasi juga dikenal sebagai Studi tentang organisasi.
organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi,
ilmu politik, antropologi dan psikologi.
Disiplin-disiplin lain yang terkait dengan studi ini adalah studi tentang
sumber daya manusia dan psikologi industri. Seperti halnya ilmu sosial, perilaku
organisasi berusaha untuk mengontrol, memprediksikan, dan menjelaskan. Namun ada
sejumlah kontroversi mengenai dampak etis dari pemusatan perhatian terhadap
perilaku pekerja.4
C. Generalisasi Perilaku
1. Pekerja bahagia – pekerja produktif
2. Orang akan produktif jika atasan ramah, dipercayai bisa diajak kerja sama
3. Semua orang menginginkan pekerjaan yang menantang 4. Orang harus diancam agar bekerja bagus
5. Kelompok yang efektif adalah kelompok yang tidak punya konflik
Adapun Perilaku Organisasi menurut beberapa pakar yaitu : Stephan P.
Robbins adalah Suatu bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan,
kelompok & struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan
pengetahuan untuk memperbaiki keefektifan organisasi. Sebuah bidang
indisipliner yang ditujukan untuk mempelajari bagaimana cara seorang individu
atau sebuah kelompok cenderung untuk bertindak dalam organisasi
Kemudian pengertian dari Pengembangan Organisasi, sebagai berikut :
Huse & Cummings yaitu Sistem yang menyeluruh yang berusaha menerapkan
mengembangkan strategi, struktur, dan proses untuk mencapai efektivitas
organisasi. Dimana suatu usaha yang berencana yang merupakan organisasi secara
keseluruhan & dikelola dari pucuk pimpinan untuk meningkatkan efektivitas & kesehatan organisasi melalui intervensi yang berencana didalam proses organisasi
dengan menggunakan pengetahuan ilmu perilaku.
C. Proses Prilaku Komunikasi Dalam Manajemen
Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-19) membedakan
proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran
dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses
komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture,
isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung
dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada
komunikan.
Seperti disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila terjadi
kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata
lain , komunikasi adalah proses membuat pesan yang setala bagi komunikator
dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama komunikator
menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan disampaikan kepada
Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau
perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti
oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan
(decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang
mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks
pengertian. Yang penting dalam proses penyandian (coding) adalah
komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi
tersebut (terdapat kesamaan makna).
2. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan
oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan
komunikasike karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif
jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio,
televisi, film, dsb adalah media kedua yang sering digunakan dalam
komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang
dapat diklasifikasikan sebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.)
dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.).
Menurut Forsdale (1981) seorang ahli pendidikan terutama ilmu
komunikasi : Dia menerangkan dalam sebuah kalimat bahwa “communication
is the process by which a system is established, maintained and altered by
suatu proses dimana suatu sistem dibentuk, dipelihara, dan diubah dengan
tujuan bahwa sinyal-sinyal yang dikirimkan dan diterima dilakukan sesuai
dengan aturan.
Analisis : Komunikasi adalah sebuah cara yang digunakan sehari-hari
dalam menyampaikan pesan/rangsangan(stimulus) yang terbentuk melalui
sebuah proses yang melibatkan dua orang atau lebih. Dimana satu sama lain
memiliki peran dalam membuat pesan, mengubah isi dan makna, merespon
pesan/rangsangan tersebut, serta memeliharanya di ruang publik. Dengan
tujuan sang “receiver” (komunikan) dapat menerima sinyal-sinyal atau pesan
yang dikirimkan oleh “source” (komunikator). William J.Seller mengatakan
bahwa komunikasi adalah proses dimana simbol verbal dan nonverbal
dikirimkan, diterima dan diberi arti.5
D. Dimensi Prilaku Komunikasi Dalam Manajemen
Dimensi-dimensi komunikasi dalam dunia politik mencakup “who”,
“manage what”, “when”, dan “how”. “who” dalam konteks komunikasi merupakan komunikator, Ia adalah pengendali pesan dan pengharap efek yang ia
rumuskan pada awal berkomunikasi. “who” dalam komunikasi politik bisa
seorang politikus atau suatu partai yang berusaha membangun basis dukungan.
“manage what” dalam lingkup komunikasi tidak berfokus pada sumber daya fisik,
namun lebih kepada pesan, simbol, dan makna yang akan dikomunikasikan ke
khalayak sasaran. Konteks politik mencontohkan dalam hal ini adalah
pesan pemilu, cara pemilihan, dan program-program kampanye, ideologi,
kebijakan baru, dan sebagainya.
Dimensi “When” meliputi waktu kapan yang tepat seorang komunikator
dalam membangun pesan, memahami lingkungan, dan menyampaikan pesannya.
Dimensi waktu sangat penting dalam komunikasi karena waktu bisa menjadi
wadah berbagai makna penting. Misalnya konteks politik dalam hal waktu misal
saat bencana terjadi adalah waktu yang tepat bagi artai politik menunjukkan
kepeduliannya dengan menolong korban bencana.
Dimensi “how” adalah dimensi proses dan strategi dalam menyampaikan
pesan dalam berkomunikasi. Dimensi cara ataupun strategi yang tepat dalam
menyampaikan pesan sangat besar pengaruhnya bagi pencapaian tujuan politik.
Strategi bagaimana membentuk citra, bagaimana mengangkat citra politikus
ataupun partai menjadi sangat krusial dalam politik.6
1. Komunikasi sebagai proses
Jika komunikasi dipandang sebagai proses, komunikasi yang
dimaksud adalah suatu kegiatan yang berlangsung secara dinamis. Sesuatu
yang didefinisikan sebagai proses berarti unsur-unsur yang ada didalamnya
bergerak aktif dinamis dan tidak tetap. Dan dikatakan proses pun juga berarti
unsur-unsurnya memang bersifat aktif.
Mari kita menelaah dari konteks komunikasi antarpribadi dengan
komunikasi massa mana yang disebut proses. Apabila ditelaah dalam
komunikasi antar pribadi yang disebut atau yang menunjukkan proses adalah
saat dimana adanya kegiatan pengiriman pesan pada satu orang ke orang yg
lain. Mulai dari adanya sebuah informasi lalu ada sender yang memberikan
informasi dan adapula receiver yang mendapatkan informasi nah, ketika
informasi itu berjalan mulai dari adanya hal yang akan disampaikan hingga
diterima receiver itulah disebut proses.
2. Komunikasi sebagai simbolik
Simbol dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis
(Verbal) maupun melalui isyarat – isyarat tertentu (non- Verbal). Simbol disini
berarti sebuah tanda atau lambang hasil kreasi manusia atau bisa dikatakan
sebuah tanda hasil kreasi manusia yang dapat menunjukkan kualitas budaya
manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya. Dalam pernyataan “kualitas
budaya manusia dalam berkomunikasi dengan sesamanya” dapat ditelaah
kembali bahwa banyak faktor yang mempengaruhi adanya simbol itu sendiri
yaitu :
a. Faktor budaya
b. Faktor psikologis
Sehingga meskipun pesan yang disampaikan sama tetapi bisa saja
berbeda arti bilamana individu yang menerima atau receiver nya mempunyai
kerangka berpikir berbeda begitu juga latar belakang budayanya. Simbol dalam
bentuk tertulis banyak sekali contohnya : puisi, syair, cerpen, novel, karya sastra
Dimana yang tertuang dari rangkaian-rangkaian kata hitam di atas putih
dan sejenisnya, itu semua sudah disebut komunikasi meskipun tidak langsung
bertemu dengan si penulis atau bahkan berhadapan langsung dengan sender
namun komunikasi dengan bentuk tertulis. Berikut contoh komunikasi dengan non
verbal atau dalam bentuk perilaku.
a. Menganggukan kepala yang berarti setuju,
b. Menggelengkan kepala yang berarti tidak setuju,
c. Melambaikan tangan kepada orang lain, yang berarti seseorang tersebut
sedang
d. memanggilnya untuk datang kemari.
3. Komunikasi sebagai sistem
Sistem sering kali didefinisikan sebagai suatu aktivitas dimana semua
komponen atau untuk yang mendukungnya saling berinteraksi satu sama lain
dalam menghasilkan luaran atau dengan kata lain seperangkat komponen yang
bergantung artinya mengikuti permainan yang ada, sistem terbagi atas 2 :
a. Sistem terbuka : dimana prosesnya terbuka dan pengaruh lingkungan
yang ada disekitarnya.
b. Sistem tertutup : prosesnya tertutup dari pengaruh luar (lingkungan).
4. Komunikasi sebagai transaksional
Komunikasi tidak pernah terjadi tampa melibatkan orang lain, dalam
proses yang demikian akan timbul action dan interaction diantara para pelaku
komunikasi.
Hubungan antar esame manusia, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
atau untuk kepentingan aktualitas diri dalam membicarakan masalah-masalah
politik, sosial, budaya, seni dan teknologi.7
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Menetapkan Tujuan Perencanaan Manajemen pengorganisasian dalam sistem manajemen Konvensional dan Manajemen Syariah
1. Staf Perencanaan
Khususnya staf perencanaan dapat mengurangi bban kerja manajer
individual, membantu mengkoordinasikan aktivitas perencanaan manajer
individual, membawa berbagai alat dan teknik yang berbeda untuk
menyelesaikan masalah tertentu, berwawasan yang lebih luas dibanding
manajer individual, dan melangkah jauh melmpaui proyek dan departemen
tertentu.
2. Satuan Tugas Perencanaan
Organisasi terkadang menggunakan satuan tugas untuk
membantumengembangkan rencana. Satuan tugas semacam itu seringkali
terdiri dari manajer lini dengan suatu minat khusus dalam bidang
perencanaan yang relevan.
3. Dewan Direksi
Dewan direksi (board of directors) bertugas menetapkan misi dan strategi
perusahaan. Di beberapa perusahaan, dewan tersebut erperan aktif dalam
proses perencanaan. Di CBS, misalnya, dewan direksi biasanya berperan
kepala yang kompeten dan mendelegasikan perencanaan kepada individu
tersebut
4. Chief Executive Officer (CEO)
Chief Executive Officer (CEO) biasanya presiden direktur atau ketua dari
dewan direksi. CEO mungkin individu tunggal yang paling penting dalam
setiap proses perencanaan organisasi. CEO memainkan suatu peran utama
dalam menyelesaikan proses perencanaan dan bertanggung jawab untuk
mengimplementasikan strateggi. Dewan dan CEO kemudian berperan
langsung dalam perencanaan. Komponen organisisional lain yang terlibat
dalam proses perencanaan memiliki peran sebagai penasihat atau
konsultan.8
5. Komite Executive
6. Komite eksekutif (executive commitee) biasanya terdiri dari eksekutif
puncak dalam organisasi yang bekerja sama sebagai suatu kelompok.
Anggota komite eksekutif seringkali dibebankan pada berbagai staf
komite, subkomite, dan satuan tugas untuk berkonsentrasi pada proyek
tertentu atau masalah yang mungkin dihadapi seluruh organisasi pada
suatu waktu di masa depan.
7. Manajemen Lini
Komponen terakhir dari sebagian besar aktivitas perencaanaan organisasi
adalah manajemen lini (line management). Manajer lini adalah orang yang
memiliki otoritas formal dan tanggung jawab untuk manajemen organisasi.
Mereka memainkan suatu peran penting dalam proses perencanaan
oranisasi karena dua alasan. Pertama, mereka merupakan sumber
informasi berharga dari dalam organisasi untuk manajer lain etika rencana
diformulasikan dan diimplementasikan. Kedua, manajer lini di tingkat
menengah Dn rendah dari organisasi biasanya harus melaksanakan
rencana yang dikembangkan oleh manajemen puncak. Manajemen lini
mengidentifikasikan, menganalisis, dan merekomendasikan alternatif
program, membuat anggaran, dan mengajukannya untuk disetujui, dan
akhirnya melaksanakan rencana.
B. Hambatan dalam Penetapan dan Tujuan dan Perencanan 1. Tujuan yang Tidak Tepat
Tujuan yang tidak tepat mempunyai banyak bentuk. Membayar deviden
yang besar kepada pemegang saham mungkin tidak jika dananya
didapatkan dengan mengorbankan penelitian dan pengembangan tujuan
mungkin juga tidak tepat jika tujuan tersebut tidak dapat dicapai. Jika
Kmart menetapkan tujuan untuk memperoleh lebih bayak pendapatan
dibanding Wal-Mart tahun depan, karyawan perusahaan mungkin. Tujuan
juga tidak tepat jika tujuan itu menepatkan terlalu banyak penekanan pada
ukuran kuantitatif maupun kalitatif dari keberhasilan.
2. Sistem Penghargaan yang Tidak Tepat
Dalam beberapa lingkungan, sistem penghargaan yang tidak tepat
merupakan hambatan dalam penetapan tujuan dan perencanaan :
Sifat dari suatu lingkungan organisasi juga merupakan hambatan bagi
penetapan tujuan dan perencanaan yang efektif. Perubahan yang cepat,
inovasi teknologi, dan persaingan yang ketat juga dapat meningkatkan
kesulitan bagi suatu organisasi untuk secara akurat mengukur
kesempatan dan ancaman di masa mendatang.
b. Keengganan untuk Menetapkan Tujuan
Hambatan lain terhadap perencanaan yang efektif adalah tujuan bagi
mereka sendiri dan untuk unit-unit yang merupakan tanggung jawab
mereka. Alasan untuk ini mungkin adalah kurangnya rasa percaya diri
atau takut akan kegagalan. Jika seorang manajer menetapkan suatu
tujuan spesifik, ringkas, dan berhubungan dengan waktu, maka apakah
ia mencapai atau tidak mencapai tujuan tersebut akan tampak nyata.
Manajer yang secara sadar atau tidak sadar berusaha untuk
menghindari tingkat tanggung jawab ini lebih mungkin untuk
menghindari usaha perencanaan organisasi. Pfizer, suatu perusahaan
farmasi besar, mengalami masalah karena manajernya tidak
menetapkan tujuan untuk penelitian dan pengembangan. Sebagai
akibatnya, organisasi tersebut jauh tertinggal di belakang karena
manajer tidak memiliki cara untuk mengetahui seberapa efektif usaha
penelitian dan pengembangan mereka sebenarnya.9
c. Penolakan terhadap Perubahan
Hambatan lain dalam menetapkan tujuan dan perencanaan adalah
penolakan terhadap perubahan. Perencanaan pada intinya terkait
dengan perubahan sesuatu dalam organisasi. Avon Products hampir
membuat dirinya sendiri bangkrut beberapa tahun yang lalu karena
perusahaan bersikeras melanjutkan kebijakan pembayaran deviden
yang besar kepada para pemegang sahamnya. Ketika laba mulai turun,
manajer menolak memotong deviden dan mulai melakukan pinjaman
untuk membayar deviden tersebut. Hutang perusahaan meningkat dari
$3 juta menjadi $1,1 miliar dalam waktu delapan tahun. Pada akhirnya,
manajer terpaksa menyelesaikan masalah dan memotong deviden.
d. Keterbatasan
Keterbatasan (constraints) yang membatasi apa yang dapat dilakukan
organisasi merupakan hambatan utama yang lain.
Mengatasi Hambatannya antara lain sebagai berikut :
1. Pemahaman Maksud Tujuan dan Rencana
Salah satu cara terbaik untuk memperlancar penetapan tujuan dan proses
perencanaan adalah dengan maksud dasarnya. Manajer seharusnya juga
mengetahui bahwa terdapat keterbatasan pada efektivitas penetapan tujuan
dan pembuatan rencana. Dan penetapan tujuan dan perencanaan yang efektif
tidak selalu memastikan keberhasilan, penyesuaian dan pengecualian
diharapkan dari waktu ke waktu.
2. Komunikasi dan Partisipasi
Meskipun mungkin dibuat pada tingkat tinggi, tujuan dan rencana tersebut
harus dikomunikasikan kepada pihak yang lain dalam organisasi. Setiap
yang mendasari strategi fungsional, dan bagaimana strategi-strategi tersebut
diintegrasikan dan dikoordinasikan. Orang-orang yang bertanggung jawab
untuk mencapai tujuan dan mengimplementasikan rencana harus didengar
pendapatnya dalam mengembangkan strategi tersebut. Setiap orang hampir
selalu memiliki informasi yang berharga untuk disumbangkan / dan karena
mereka yang akan mengimplementasikan rencana / keterlibatan mereka
sangat penting orang biasanya lebih berkomitmer pada rencana yang
pembentukannya mereka bantu .bahkan ketika suatu organisasi agar bersifat
sentralistis atau menggunakan staf perencanaan, manajer dari berbagai
tingkan dalam organisasi seharusnya dilibatkan dalam proses perencanaan.
3. Konsistensi /revsi /dan pembaruan
Tujuan seharusnya konsisten baik secara hori zontal maupun secara
vertikal .konsistensi horizotal berarti bahwa tujan seharusnya konsisten
diseluru organisasi / dari satu departemen ke departemen lainnya.
Konsistensi vertikal berarti bahwa tujuan seharusnya konsisten dari atas
hingga ke bawah organisasi : tujuan stategis, taktis, dan operasional harus
selaras. Karena penetapan tujuan dan perencanaan merupakan proses yang
dinamis, tujuan dan perencanaan juga harus direvisi dan diperbarui secara
berkala. Banyak organisasi melihat perlunya merevisi dan memperbarui
dengan frekuensi yang semakin sering.
4. Sistem Penghargaan yang Efektif
Secara umum, orang seharusnya diberi penghargaan baik karena
mencapainya. Karena kegagalan terkadang berasal dari faktor-faktor di luar
pengendalian manajemen, orang seharusnya dipastikan bahwa kegagalan
dalam mencapai tujuan tidak akan selalu memiliki konsekuensi hukuman.10
C. Kesimpulan
Menetapkan Tujuan Perencanaan Manajemen pengorganisasian dalam
sistem manajemen Konvensional dan Manajemen Syariah antara lain sebagai
berikut : Staf Perencanaan, Satuan Tugas Perencanaan, Dewan Direksi, Chief
Executive Officer (CEO), Chief Executive Officer (CEO), Komite Executive dan
Manajemen Lini.
Hambatan dalam Penetapan dan Tujuan dan Perencanan antara lain
sebagai berikut : Tujuan yang Tidak Tepat, Sistem Penghargaan yang Tidak Tepat,
Lingkungan yang Dinamis dan Komplek, Keengganan untuk Menetapkan Tujuan,
Penolakan terhadap Perubahan, Keterbatasan
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perencanaan merupakan tahapan paling penting dari suatu fungsi manajemen, terutama dalam menghadapi lingkungan eksternal yang berubah dinamis. Dalam era globalisasi ini, perencanaan harus lebih mengandalkan prosedur yang rasional dan sistematis, bukan hanya pada intuisi 8 dugaan.
Dalam perencanaan terdiri dari macam-macam perencanaan, yaitu perencanaan organisasi dan perencanaan kontijensi. Perencanaan organisasi terbagi menjadi 3 yaitu perencanaan strategis, taktis dan operasional. Adapun kerangka waktu dala perencanaan organisasi yaitu sebagai berikut : rencana jangka panjang, jangkah menengah, dan jangka pendek.
Suatu perencanaan juga terdapat berbagai hambatan dalam penetapan tujuan. Hambatan tersebut antara lain tujuan yang tidak tepat, sistem penghargaan yang tidak tepat, penolakan terhadap perubahan dan keterbatasan.
3.2. Saran
Sebaiknya dalam mengambil keputusan dan tindakan dalam berbagai bentuk organisasi menggunakan proses dasar manajemen berupa perencanaan.
Dalam sebuah prencanaan perlu memperhatikan sifat rencana yang baik untuk mencapai hasil yang diinginkan.
Handoko, T. Hani. 1999. Manajemen. BPFE – Yogyakarta
Stoner, James A.F. 1996. Manajemen (Terjemahan). Penerbit Erlangga – Jakarta
Griffin. 2003. Pengantar Manajemen. Penerbit Erlangga – Jakarta
B. MANFAAT PERILAKU ORGANISASI
Pengetahuan yang diperoleh dengan mempelajari perilaku organisasi adalah membantu seorang manajer untuk
mengidentifikasi permasalahan, menentukan bagaimana cara memperbaiki (koreksi) dan mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi.
Kaitan manajemen dengan perilaku organisasi mengungkap permasalahan dan dapat menentukan keputusan untuk mencapai tujuan organisasi.
Manajemen adalah suatu usaha mencapai tujuan organisasi dengan bantuan orang lain. Manajemen merupakan
pendayagunaan sumber daya manusia dengan cara cara yang baik untuk mencapai tujuan organisasi.
1. Fungsi Manajemen antara lain (POAC = Planning, Organizer,
Association, and Controlling) fungsi perencanaan, fungsi
pengorganisasian, fungsi pengarahan, dan fungsi pengawasan dengan dilaksanakan dengan baik dan tepat.
Fungsi Perencanaan adalah fungsi untuk melakukan
pendefinisian tujuan organisasi, menetapkan cara pencapaian tujuan dan serta mengembangkan rencana untuk
kegiatan organisasi agar terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.
Fungsi pengorganisasian adalah fungsi untuk penetapan tugas-tugas, penetapan pelaksana tugas, pengelompokan tugas, penetapan system pelaporan, dan penetapan letak pengambilan keputusan. Dengan demikian seorang manajer harus merancang struktur organisasi agar memudahkan anggota organisasi dalam menjalankan tugas-tugasnya sesuai tanggung jawabnya
sehingga tidak menimbulkan timpang tindih pekerjaan dan tanggung jawab.
Fungsi Kepemimpinan adalah fungsi untuk mempengaruhi kebiasaan kebiasan anggota organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. Fungsi kepemimpinan meliputi tugas untuk
memotivasi anggota organisasi, mengarahkan anggota
organisasi, dan memilih komunikasi yang baik dan efektif untuk memecahkan permasahan (konflik). Sehingga seorang manajer/ pemimpin harus konsisten, dan selaras dengan rencana
organisasi agar dapat dijadikan panutan oleh karyawan/ bawahan.
Fungsi pengawasan adalah fungsi untuk melakukan
pemantauan terhadap seluruh kegiatan dalam menjalamkan rencana kegiatan dalam organisasi yang telah ditetapkan.
Menurut Robbin (2001) fungsi pengawasan meliputi kegiatan
pemantauan, pembandingan, serta kemungkinan mengoreksi bila terdapat penyimpangan.
2. Peran Manajemen
Mengacu studi yang dilakukan Henry Mintzberg dalam buku
Robbin (2001), Peran Manajer dapat digolongkan menjadi 3 (tiga)
kelompok, yaitu interpersonal, informasional, dan keputusan.
Peran Interpersonal adalah peran seorang pemimpin/ manajer sebagai figure pemimpin, pemimpin dan sebagai penghubung.
Sebagai peran Figure pemimpin adalah seorang pemimpin/
manajer harus mampu menghadapi situasi apapun dan mampu tampil untuk mewakili bawahan dalam menangani segala
permasalahan baik legal atau sosial
Sebagai peran Pemimpin adalah seorang pemimpin/ manajer
harus mampu melaksanakan tugas yang dapat meningkatkan gairah kerja bawahannya.
Sebagai peran Penghubung adalah seorang pemimpin / manajer
harus mampu menjaga jaringan hubungan untuk melakukan transfer informasi baik secara vertical atau horizontal ataupun internal dan eksternal organisasi.
peran dibagi 2 (dua) yaitu peran monitor, peran disseminator dan peran juru bicara.
Peran monitor adalah peran untuk melakukan monitor informasi dari luar organisasi.
Peran disseminator adalah peran untuk menyebarkan informasi. Peran Juru bicara yaitu peran mewakili organisasi dihadapan eksternal.
Peran Keputusan adalah peran seoran pemimpin untuk mengambil keputusan dalam menentukan pilihan yang tepat untuk organisasi. Peran keputusan mempunyai 4 (empat) fungsi
yaitu wiraswasta (entrepreneur), penyelesai hambatan
(disturbance handler), pengalokasi sumber daya (resource
allocator) dan sebagai perunding (negotiator).
3. Keterampilan Manajemen
Seorang pemimpin/ manajer dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen secara mutlak harus mempunyai ketrampilan
manajemen (management skill). Menurut Robert Katz pada buku
Robbins (2001) mengidentifikasi 3 (tiga) keterampilan
manajemen yaitu : manajemen teknis (technical skill),
keterampilan manusiawi (human skill), dan keterampilan
konseptual (conseptual concept)
Daftar Pustaka
2006,
http://cbae.nmsu.edu/~dboje/papers/CleggFollett4_index.html
2. Stephen P. Robbins and Mary Coulter, “Management (8th Edition)”, Prentice Hall, January 14, 2004.
3. G. A. Yukl and J. B. Tracey, “Consequences of Influence Tactics used with Subordinates, Peers, and the Boss”, Journal of Applied Psychology, 77, 525-535, 1992.
4. Effendy, Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Pengantar Ilmu Komunikasi,
Jakarta:Grasindo.Rosdakarya
5. Cangara, Hafidz,2005, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta:PT RajaGrafindo Persada