IMPLEMENTASI SYIRKAH
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqih Kontemporer yang
diampu oleh : Imam Mustofa,SHI,MSI
Disusun Oleh :
Karunia Dewi
NPM.141265710
KELAS C
JURUSAN PERBANKAN SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
BAB I
PENDAHULUAN
Musyarakah atau syirkah yaitu pemilik modal yang mengadakan perjanjian untuk
menyertakan modalnya kepada suatu proyek. Masing-masing pihak memiliki hak untuk ikut
sertadalam manajemen proyek tersebut. Prinsip ini juga dapat diterapkan ke dalam semua jenis
pembiayaan. Pembiayaan musyarakah atau syirkah ialah pembiayaan sebagai kebutuhan modal
pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan. Hasil usaha bersih dibagi
antara bank sebagai penyandang dana dengan pengelola usaha sesuai dengan kesepakatan.
Musyarakah atau syirkah dalam konteks perbankan merupakam akad kerja sama pembiayaan antara bank syariah (Islamik Banking), atau beberapa keuangan secara bersama-sama, dan nasabah untuk mengelola suatu kegiatan usaha. Masing-masing memasukkan penyertaan dana sesui porsi yang disepakati. Pengelolaan kegiatan usaha, dipercaya kepada nasabah. Selaku pengelola, nasabah wajib menyampaikan laporan berkala mengenai perkembangan usaha kepada bank-bank sebagai pemilik dana. Disamping itu, pemilik dana dapat melakukan intervensi kebijakan usaha.
Setiap sektor usaha membutuhkan modal usaha atau pinjaman modal usaha, hal ini yang
biasa mengajukan adalah para Pedagang, para Pengrajin, dan para Petani yang bertujuan
produktif
1. Mereka inilah yang sangat terbantu oleh adanya permodalan usaha yang ada di
lembaga keuangan. Dengan ini para pelaku usaha mempunyai harapan yang lebih baik dan maju
dalam usahanya.
Al-Musyarakah dalam praktik perbankan diaplikasikan dalam hal pembiayaan proyek. Dalam hal ini nasabah yang dibiayai dengan bank sama-sama menyediaan dana untuk melaksanakan proyek tersebut. Keuntungan dari proyek dibagi sesui dengan kesepakatan untuk bank setelah terlebih dulu mengembalikan dana yang dipakai nasabah. Al- Musyarakah dapat pula dilakukan untuk kegiatan investasi seperti pada lembaga keuangan modal ventura.1 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 80.
BAB 11
PEMBAHASAN
Implementasi
syirkah
dalam Lembaga Keuangan Syariah
Pembiayaan musyarakah atau syirkah ialah pembiayaan sebagai kebutuhan modal pada
suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan. Hasil usaha bersih dibagi antara
bank sebagai penyandang dana dengan pengelola usaha sesuai dengan kesepakatan. Prinsip bagi
hasil dalam musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap (yang dianut bank
konvensional) di mana akan menagih penerima pembiayaan (costumer/nasabah) untuk suatu
jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan costumer/nasabah bahkan sekalipun
ia menderita rugi akibat krisis moneter yang dijual kemampuan bank untuk menolaknya
2.
Implementasi syirkah dalam LKS harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Proyek atau kegiatan usaha yang akan dikerjakan feasible dan tidak bertentangan dengan syariah 2. Pihak-pihak yang turut dalam kerja sama memasukkan dana musyarakah, dengan sketentuan :
a. Dapat berupa uang tunai atau asset yang likuid.
b. Dana yang tertimbun bukan lagi milik perorangan, tetapi menjadi dana usaha.
Musyarakah atau syirkah dalam konteks perbankan merupakam akad kerja sama pembiayaan antara bank syariah (Islamik Banking), atau beberapa keuangan secara bersama-sama, dan nasabah untuk mengelola suatu kegiatan usaha. Masing-masing memasukkan penyertaan dana sesui porsi yang disepakati. Pengelolaan kegiatan usaha, dipercaya kepada nasabah. Selaku pengelola, nasabah wajib menyampaikan laporan berkala mengenai perkembangan usaha kepada bank-bank sebagai pemilik dana. Disamping itu, pemilik dana dapat melakukan intervensi kebijakan usaha.3
Musyarakah dalam Perbankan Syariah, yaitu :
1.
Musyarakah permanen, di mana pihak bank merupakan partner usaha tetap dalam suaru
proyek atau usaha. Bentuk ini merupakan alternatif bagi investasi surat-surat berharga atau
saham, yang dapat dijadikan salah satu portofolio investasi bank.
2.
Musyarakah digunakan untuk skim pembiayaan modal kerja. Bank merupakan partner
awal dari sebuah usaha atau proses produksi. Dalam skim ini pihak bank akan
2 Veithzal Rivai & Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008), h. 47.
menyediakan dana untuk membeli aset atau alat-alat produksi, begitu juga dengan partner
musyarakah lainnya.
Musyarakah digunakan untuk pembiayaan jangka pendek. Mislanya pembiayaan
perdagangan, eksport, import, atau keperluan khusu nasabah lainnya.
4Pembiayaan syirkah dalam dunia perbankan syariah antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pembiayaan dalam modal kerja, dapat di alokasinya untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang kontruksi, industry, perdagangan, dan jasa.
2. Pembiayaaan investasi, dapat di alokasikan untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang industry.
3. Pembiayaan secara indikasi, baik untuk kepentingan modal kerja maupun investasi.
Implementasi pembiayaan syirkah dalam lembaga keuangan syariah dapat dilihat dalam skema berikut:
(1) (1)
1. Pak hendri dan pak toha mereka melakukan akad syirkah untuk melaksanakan sebuah proyek bisnis
2. Masing-masing menyertakan modol 50% : 50%
3. Mereka bekerja bersama-sama untuk menjalankan bisnis tersebut. 4. Resiko proyek bisnis ditanggung bersama.
5. Keuntungan dari proyek tersebut dibagi bersama dengan porsi 50% : 50%
4 Suhrawardi K.Lubis & Farid Wajdi, Hukum Ekonomi Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 2012), h.58.
Implementasi akad musyarakah oleh bank syariah diterapkan pada pembiayaan
usaha atau proyek (project financing) yang dibiayai oleh lembaga keuangan yang tidak
100%. Sedangkan selebihnya oleh nasabah. Disamping itu juga diterapkan pada sindikasi
antar lembaga keuangan
5. Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan
investasi dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diterapkan dalam skema modal
ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu. Setelah itu, bank
melakukan investasi atau menjual bagian sahamnya secara singkat atau bertahap.
6Aplikasi Akad Musyarakah atau syirkah dalam Lembaga Keuangan Syariah Kontemporer
Musyarakah dapat digunakan untuk :
1. Pembagian modal kerja untuk membiayai suatu proyek yang dimiliki oleh nasabah.
2. Pembiayaan KPR Syariah dengan menggunakan model declining balance atau mesyarakah mutanaqisah.7
Cara Membagi Keuntungan dan Kerugian
Dari macam-macam serikat tersebut, sebetulnya masih dipersilisihkan oleh para ulama. Seperti syafi’iyah berpendapat bahwa yang sah dilakukan hanyalah syirkah al-inan, sementara syirkah selain itu batal untuk dipalukan.
Cara membagi keuntungan atau kerugian tergantung besar dan kecilnya modal yang mereka tanamkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh praktik berserikat pada table berikut ini. 8
TABEL: Cara membagi keuntungan dan kerugian
Nama
5 Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah : Lingkup, Peluang, Tantangan, dan Prospek,(Jakarta : Alvabet, 1999), h.203.
6 M.Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2015), h. 362.
7 Chandra Natadipurba,Ekonomi Islam 101,edisi 2,(Bandung : PT Mobidelta Indonesia,2016),hlm.292
Karson Rp 500 1/10 x 1/12 x keseluruhan modal yang dibutuhkan. Bank syariah dapat menyertakan modal sesuai porsi yang disepakati dengan nasabah. Misalnya, bank syariah memberikan modal 70%, dan 30% sisanya berasal dari modal nasabah. Pembagian hasil keuntungan, tidak harus dihitung sesuai porsi modal yang ditempatkan, akan tetapi sesuai dengan kesepakkatan dalam kontrak awal, misalnya 60% untuk nasabah dan 40% untuk bank syariah.9
Akad pembiayaan musyarakah
3, Modal 30% 2. Modal 70%
4, Pengeluaran Usaha
Bagi hasil 60% Bagi Hasil 40%
9. Ismail,,Perbankkan Syariah,edisi pertama,(Jakarta : Prenadamedia Group,2011), hlm.187
Modal 30% Modal 70%
Keterangan:
1. Bank syariah (shahibul maal 1) yang dan nasabah (shahibul maal 2) menandatangani akad pembiayaan musyarakah
2. Bank syariah menyerahkan dana sebesar 70% dari kebutuhan proyek usaha yang akan dijalankan oleh nasabah.
3. Nasabah menyerahkan dana sebesar 30% dan menjalankan usaha sesuai dengan kontrak.
4. Pengelolaan proyek usaha dijalankan oleh nasabah dapat dibantu oleh bank syariah atau menjalankan bisnisnya sendiri, bank syariah memberikan kuasa kepada nasabah untuk mengelola usaha.
5. Hasil usaha atas kerja sama yang dilakukan antara bank syariah dan nasabah dibagi sesuai dengan nisbah yang telah diperjanjikandalam akad pembiayaan, misalnya 60% untuk nasabah dan 40% untuk bank syariah. Namun dalam hal terjadi kerugian, maka bank syariah akan menanggung kerugian sebesar 30%.
6. Setelah kontrak berakhir, maka modal dikembalikan kepada masing-masing mitra kerja, yaitu 70% dikembalikan kepada bank syariah dana 30% dikembalikan kepada nasabah.10
Al-Musyarakah dalam praktik perbankan diaplikasikan dalam hal pembiayaan proyek. Dalam hal ini nasabah yang dibiayai dengan bank sama-sama menyediaan dana untuk melaksanakan proyek tersebut. Keuntungan dari proyek dibagi sesui dengan kesepakatan untuk bank setelah terlebih dulu mengembalikan dana yang dipakai nasabah. Al- Musyarakah dapat pula dilakukan
untuk kegiatan investasi seperti pada lembaga keuangan modal ventura.
Pembiayaan Musyarakah atau Syirkah dalam Bank
a. Pada setiap permohonan pembiyaan Musyarakah baru, bank perketentuan internal diwajibkan untuk menerangkan esensi dari pembiayaan musyarakah serta kondisi penerapannya. Hal yang wajib dijelaskan antara lain meliputi esensi pembiayaan musyarakah sebagai bentuk kerja sama investasi bank ke nasabah, definisi dan terminology, profit sharing atau revenue sharing, keikutsertaan dalam skema penjaminan, terms and conditions,dan cara perhitungan bagi hasil.
b. Bank wajib menerima nasabah untuk mengisi formulir permohonan pembiayaan musyarakah, dan pada formulir tersebut wajib diinformasikan mengenai”
1) Usaha yang ditawarkan untuk dibiayai.
2) Jumlah kebutuhan dana investasi.
3) Jangka wakty investasi.
c. Dalam memproses permohonan pembiayaan musyarakah dimaksud, bank wajib melakukan analisis mengenai:
1) Kelengkapan administrasi yang disyaratkan.
2) Aspek hukum
3) Aspek personal
4) Aspek usaha yang meliputi pengelolaan (manajemen), produksi,pemasaran, dan keuangan.
d. Bank menyampaikan tanggapan atas permohonan dimaksud sebagai tanda adanya tahapan penawaran dan penerimaan.
e. Pada waktu penandatanganan akad antara para nasabah dan bank, pada kontrak akad tersebut wajib diinformasikan:
1) Tanggal dan tempat melakukan akad
2) Definisi dan esensi pembiayaan musyarakah
3) Usaha yang dibiayai
4) Posisi para nasabah dan bank adalah sebagai pemilik modal
5) Penentuan pihak yang akan mengelola usaha
6) Hak dan kewajiban bank dan para pihak/pengelola
7) Investasi yang ditanamkan, dijamin atau tidak
8) Jumlah uang yang akan disetorkan/diinvestasikan oleh para pihak
9) Jangka waktu pembiayaan
10) Pembagian keuntungan adalah sesuai nisbah bagi hasil yang disepakati, sedangkan pembagian kerugian adalah proporsional sesuai sharing modal masing-masing dan tidak berubah sepanjang jangka waktu investasi yang disepakati
11) Metode penghitungan: profit sharing atau revenue sharing
12) Status penjaminan pembiayaan revenue sharing
13) Rumus penghitungan an factor-faktor yang mengurangi nilai pendapatan yang akan dibagi
14) Contoh perhitungan bagi hasil
15) Tata cara pembayaran baik penarikan maupun pengembalian dana11
Contoh Kasus
Syirkah Inan.
Merupakan iuran beberapa orang untuk diperdagangkan bersama atau membuat suatu kerjasama dan hasil labanya dibagi sesuai presentase besar iuran masing-masing12. Berikut contoh kasusnya dalam lembaga keuangan syariah.
Kerja sama yang dilakukan antara BAS (Bank Aman Syariah) dengan pak Hendri sebagai kontraktor pembangunan jembatan. Kerjasama ini membutuhkan modal Rp. 1.000.000.000 (1.M) dengan nilai kontrak 1,5 M. Pak Hendri dan BAS membuat perjanjian dengan modal 70% dari bank dan 30% dari
12 Andi ali akbar,Prinsip-prinsip Dasar Transaksi Syariah,(Banyuwangi:PP.Darussalam Blokagung 2014),hlm.38
pak Hendri, dan dari kedua pihak sama-sama bekerja membangun jembatan tersebut dari pak hendri memiliki pekerja, dan dari bank menyewa pekerja untuk sama-sama membangun jembatan tersebut. Ada 100 orang yang bekerja membangun jembatan tersebut. Setelah itu para pekerja dibayar oleh bank 70 orang pekerja, dan 30 orang lainnya dibayar oleh pak hendri. Setelah itu keuntungan yang didapat dari proyek tersebut sebesar Rp. 500.000.000,00 yang akan dibagi dua sesuai dengan kesepakan di awal yaitu 70%:30%, untuk BAS mendapatkan Rp. 350.000.000,00 dan untuk pak hendri mendapatkan keuntungan sebesar Rp.150.000.000,00.