• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp. di Lereng Selatan Gunung Merbabu, Taman Nasional Gunung Merbabu Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Keanekaragaman Spesies dan Distribusi Anaphalis spp. di Lereng Selatan Gunung Merbabu, Taman Nasional Gunung Merbabu Jawa Tengah"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Keanekaragaman Spesies dan Distribusi

Anaphalis

spp. di Lereng

Selatan Gunung Merbabu, Taman Nasional Gunung Merbabu

Jawa Tengah

sea level. Mount Merbabu has an altitude 3.145 meters above sea level and has an extreme temperature change because of fog movement. It is a good habitat for Anaphalis spp. to grow. This study was conducted to determine the diversity and the distribution of Anaphalis

spp. in south slope Gunung Merbabu National Park. Data and sample Anaphalis spp. collected at the track of mount Merbabu in Selo that separated to three stations: station 1 (1.500- 2.000 meters above sea level ), station 2 (2.000- 2.500 meters above sea level) , and station 3 (2.500 -3.000 meters above sea level). At every station placed 10 plots (2 x 2 m). Plot placed randomly in the center distribution of Anaphalis spp. and the place that easily to be reached. Sample of species Anaphalis spp. also taken to identified from morphological characteristics. The result is 3 species of Anaphalis there are: Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl., Anaphalis viscida (BL.) DC., and Anaphalis longifolia (BL.) DC. Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl. have a spread distribution and can be found at 1.500- 3.000 meters above sea level, Anaphalis viscida

(BL.) DC. have a specific distribution at 2.500-3.000 meters above sea level, and Anaphalis longifolia (BL.) DC. can be found at 1.500-2.000 meters above sea level.

Key Words : Diversity, distribution, Anaphalis spp., Merbabu

I.PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara yang memilki flora dan fauna dengan tingkat keragaman yang tinggi, yaitu terdapat 325.350 jenis. Flora yang memiliki keragaman tertinggi berasal dari Famili Asteraceae. Anaphalis spp. merupakan anggota Famili Asteraceae yang dilindungi di Indonesia, namun masih kurang diperhatikan baik dari sisi keanekaragaman jenis maupun potensinya. Di kawasan Asia Tenggara dan New Guinea, terdapat 6 spesies Anaphalis yaitu Anaphalis javanica, Anaphalis longifolia, Anaphalis maxima, Anaphalis viscida, Anaphalis helwigii, Anaphalis arfakensis (van Steenis, 2006).

(2)

Spesies : Anaphalis spp. (van Steenis, 2006)

Morfologi Anaphalis spp.

Famili Asteraceae terdiri dari tumbuhan yang berupa perdu dan herba; memiliki daun tunggal atau majemuk dengan tepi daun berlekuk menyirip, menjari, atau berbagi; duduk daun berseling, berhadapan, atau berkarang, dan sering kali membentuk roset pada pangkal batang; karangan bunga bertipe bongkol dan dilindungi oleh suatu seludang (involukrum); kelopak pada umumnya mereduksi dan termodifikasi menjadi pappus. Ciri khas tumbuhan anggota famili ini adalah memiliki 2 jenis bunga, yaitu bunga pita dan bunga tabung. Bunga pita terletak pada bagian tepi bongkol serta berkelamin netral atau betina, sedangkan bunga tabung terletak pada bagian tengah bongkol dan berkelamin ganda. Bongkol bunga yang hanya memiliki bunga pita saja disebut liguliflorae, sedangkan yang memiliki kedua jenis bunga disebut tubiflorae (Tjitrosoepomo, 2007). Anaphalis spp. termasuk kedalam Ordo Asterales, mempunyai bunga yang berkembang di atas dasar bunga yang rata dan berwarna keemasan. Kepala sari dan putik membentuk tabung yang mengumpul menjadi satu dalam wadah (van Leeuwen, 1933). Tumbuhan ini dapat dijumpai dalam bentuk herba dan perdu yang mempunyai banyak cabang dan tingginya 1-4 meter, diameter batangnya ± 8 cm (Desitarani et al., 2014).

Batang ditutupi oleh kulit batang yang kasar dan bercelah sehingga dapat menyimpan air. Ranting-rantingnya mendukung daun yang berwarna hijau atau putih keabu-abuan. Pada beberapa spesies dauan berwaran putih keabu-abuan karena adanya trikoma berbentuk seperti wolly, namun ada juga yang tidak memiliki trikoma pada bagian atas permukaan daunnya, sehingga daunnya berwarna hijau. Beberpa spesies mempunyai kelenjar (viscid) pada bagian daunnya (van Steenis, 2006).

Persebaran Anaphalis spp.

Anaphalis sering tumbuh berkelompok di daerah lereng-lereng bukit atau pada daerah yang topografinya datar. Tumbuhan ini dapat tumbuh di daerah perbatasan antara hutan dan daerah terbuka, karena kebutuhan yang paling penting dari tumbuhan ini adalah cahaya. Selain itu, tumbuhan ini dapat tumbuh pada daerah yang miskin unsur hara karena mampu membentuk mikoriza dengan jamur tanah tertentu yang secara efektif memperluas kawasan yang dijangkau oleh akar-akarnya dan meningkatkan efisiensi dalam mencari zat hara ( van Steenis, 2006).

(3)

Ekologis Anaphalis spp.

Anaphalis mempunyai banyak manfaat ekologis, salah satunya adalah sebagai sumber makanan bagi serangga-serangga tertentu. Van Leeuwen (1933) mengemukakan bahwa terdapat ±300 spesies serangga yang berasal dari Ordo Hemiptera, Thysanoptera, Lepidoptera, Diptera, dan Hymenoptera yang ditemui pada bunga Anaphalis. Selain itu kulit batang dari tumbuhan ini bercelah dan mengandung banyak air, sehingga dapat menjadi tempat hidup bagi beberapa jenis lumut dan lichen, seperti Cladinia calycantha dan Cetraria sanguinea. Ranting-ranting tumbuhan ini rapat sehingga mengundang berbagai jenis burung untuk membuat sarang. Demikian pula dengan akarnya yang muncul di permukaan tanah, merupakan tempat hidup cendawan tertentu yang membentuk mikoriza (van Leeuwen, 1933). Selain manfaat ekologis, bunga Anaphalis yang dapat bertahan lama dalam keadaan kering dan mempunyai bau yang khas sering dimanfaatkan sebagai hiasan.

Taman Nasional Gunung Merbabu

Gunung Merbabu merupakan salah satu gunung vulkanik tua di Indonesia yang saat ini berada pada fase dormansi. Letak geografis Gunung Merbabu yakni pada posisi koordinat 110026'22" BT dan 7027'13" LS serta memiliki ketinggian ± 3.142 m.dpl (Anonim 4, 2009). Taman Nasional Gunung Merbabu mempunyai kawasan seluas ± 5.725 ha yang terletak di Kabupaten Semarang, Magelang dan Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kawasan yang terletak di Kabupaten semarang seluas 1.150 ha, Kabupaten Magelang seluas 2.160 ha dan yang terluas adalah Kabupaten Boyolali seluas 2.415 ha. Batas masing-masing wilayah Taman Nasional ini adalah sebelah utara dibatasi oleh Kabupaten Semarang, sebelah selatan dibatasi oleh Kabupaten Boyolali dan Magelang, sebelah timur dibatasi oleh Kabupaten Boyolali, sedangkan Kabupaten Magelang dan Semarang membatasi wilayah barat. Keadaan Topografi mulai dari bergelombang ringan sampai dengan bergunung (kemiringan mulai dari 8% sampai dengan lebih dari 40%) dengan curah hujan rata-rata/tahun sebesar 2.000 – 3.000 mm dan suhu udara 50 C - 300 C. (Anonim 3, 2013).

Gunung ini mempunyai bentuk habitat dengan vegetasi yang eksotis dan memiliki ciri khas tersendiri. Ciri khas tersebut dikarenakan perubahan suhu yang ekstrem setiap hari. Perubahan suhu ini dipengaruhi oleh pergerakan uap air (kabut) yang ada sewaktu-waktu sehingga mengakibatkan kelembaban tinggi dan bersuhu hangat. Kondisi ini sangat cocok sebagai habitat Anaphalis yang memiliki distribusi pada ketinggian 1.600-3.600 m.dpl(van Leeuwen, 1933).

(4)

Gambar 1. Peta Taman Nasional Gunung Merbabu (Anonim 3, 2013).

II.METODE

Penelitian ini dilakukan di daerah lereng selatan gunung Merbabu, Boyolali, Jawa Tengah melewati jalur Selo dengan pelaksanaan pengambilan data pada bulan September 2013. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, kompas, Global Positioning System (GPS), peta lereng selatan gunung Merbabu, pasak ukuran 2 meter serta tali rafia untuk pembuatan plot pengambilan data, kamera digital untuk mengambil gambar spesimen di lapangan dan tabel pengamatan untuk mengisi data dan informasi spesimen yang dibutuhkan. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan herbarium (herbarium kit) adalah kertas koran yang digunakan sebagai tempat menata dan meletakan spesimen pada saat di lapangan, etiket gantung dan etiket tempel yang berisi informasi spesimen, benang kasur untuk menggantungkan etiket gantung pada spesimen, isolasi, alat tulis, gunting, buku gambar ukuran A3 serta plastik mika untuk menata spesimen yang telah dikeringkan menggunakan oven. Peralatan yang digunakan untuk mengambil data parameter lingkungan adalah lux meter, soil tester dan termometer, sedangkan untuk membantu identifikasi spesimen digunakan buku identifikasi Anaphalis. Semua peralatan yang dibawa dalam pengambilan sampel dikemas dalam wadah toolbox. Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesimen Anaphalis spp. di Lereng selatan Taman Nasional Gunung Merbabu. Bahan kimia yang digunakan adalah alkohol 70% yang digunakan untuk mengawetkan sampel.

Dalam penelitian ini cara kerja dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap lapangan dan tahap laboratorium.

A. Pengambilan Data di Lapang

(5)

sehingga setiap plot luasnya 4 m2. Jumlah plot untuk masing-masing stasiun adalah 10 buah yang diletakkan secara acak berdasarkan pusat distribusi jenis Anaphalis dan pada daerah yang bisa dijangkau.

Selama di lapangan ada beberapa data lain yang harus dicatat pula, seperti tanggal dan lokasi pengambilan data, jenis Anaphalis yang ditemukan, stasiun dan plot ditemukan, jumlah individu yang ditemukan, dan letak masing-masing plot dalam stasiun. Data parameter lingkungan yang diambil adalah kelembaban udara, suhu tanah, suhu udara dan intensitas cahaya.

1. Identifikasi di Laboratorium

Sampel tumbuhan Anaphalis yang diperoleh dari lapangan kemudian dibuat herbarium. Pembuatan herbarium dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada. Herbarium tersebut kemudian di identifikasi menggunakan buku yang memuat jenis-jenis Anaphalis yang ada di Jawa seperti The Mountain Flora of Java (van Steenis, 2006) dan Flora of Java Volume II ( Backer & Bakhulzen van den Brink Jr, 1965).

2. Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan dianalisis secara destruktif untuk melihat karakteristik spesies Anaphalis di lereng selatan Taman Nasional Gunung Merbabu. Karakteristik ini digunakan untuk melihat kunci determinasinya. Data analisis vegetasi dianalisis dengan indeks nilai penting terdiri dari frekuensi dan densitas yang digunakan untuk menentukan nilai distribusinya.

a. Frekuensi jenis

Frekuensi jenis dan frekuensi relatif dapat dihitung untuk mengetahui jenis yang paling sering ditemukan di lokasi. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Frekuensi jenis (FM) :

Densitas jenis dan densitas relatif dapat dihitung untuk mengetahui kemelimpahan jenis tersebut pada lokasi. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

(6)

c. Nilai penting

Nilai penting dihitung untuk melihat seberapa besar pengaruh dari suatu jenis tersebut pada lokasi. Nilai penting dapat dihitung dengan cara :

Nilai penting = DR + FR

d. Distribusi jenis

Dalam penentuan distribusi jenis Anaphalis spp. berdasarkan nilai frekuensi relatif dan distribusi relatifnya, sedangkan penyajiannya dilakukan dengan gambar, yaitu memasukan lokasi penemuan setiap jenis ke dalam peta. Penentuan titik setiap spesies di peta dapat dibantu dengan GPS.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini menunjukkan keanekaragaman jenis Anaphalis spp. serta distribusinya pada lokasi sampling. Berikut mengenai hasil penelitian yang diperoleh.

A. Keanekaragaman Anaphalis spp.

Berdasarkan hasil pengambilan data dilapangan, maka diperoleh 168 individu Anaphalis spp. Setelah dilakukan proses identifikasi diperoleh 3 spesies Anaphalis, yaitu Anaphalis javanica, Anaphalis longifolia, dan Anaphalis viscida.

Tabel 1. Daftar Anaphalis spp. yang ditemukan di lereng selatan Gunung Merbabu, Selo, Boyolali, Jawa Tengah.

No Kode Spesies Nama Spesies

1 Spesies A Anaphalis longifolia (BL.) DC. 2 Spesies B Anaphalis viscida (BL.) DC.

3 Spesies C Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultz ex Boerl.

Berikut adalah gambar diagram yang menunjukan jumlah individu masing-masing Anaphalis spp. yang ditemukan pada lokasi sampling.

Gambar 2. Perbandingan presentase Anaphalis spp. yang ditemui di Lereng Selatan Taman Nasional Gunung Merbabu.

Anaphalis spp. yang paling banyak ditemui adalah Anaphalis javanica yaitu 95% (159 individu). Hal ini dikarenakan Anaphalis javanica dapat tumbuh pada ketinggian 1.600-3.600

95%

3% 0%2%

Perbandingan Presentase

Anaphalisspp.

Anaphalis javanica

(7)

m.dpl sehingga dapat ditemui pada setiap plot sampling. Selain itu, tumbuhan ini adalah satu-satunya jenis Anaphalis yang berkayu sehingga memiliki rentang habitat dan toleransi terhadap iklim yang lebih luas. Anaphalis longifolia yang ditemukan sebanyak 3% (6 individu), sedangkan Anaphalis viscida yang paling sedikit ditemukan yaitu 2% (3 individu).

Spesimen yang telah teridentifikasi kemudian dibuat deskripsi mengenai karakternya. Berikut deskripsi mengenai jenis Anaphalis yang ditemukan, antara lain :

1. Anaphalis longifolia (BL.) DC.)

Kunci Identifikasi : Familia Asteraceae

1a-3b-33b-41b-82b-85b-96b-100b-102b-112a-113a-33 (Anaphalis) 1b-3b (Anaphalis longifolia (BL.) DC.)

(Backer & Bakhulzen v.d Brink Jr, 1965)

(a) (b)

Gambar 3. (a) daun Anaphalis longifolia (BL.) DC. Yang berbentuk lanset dan (b) bunga Anaphalis longifolia (BL.) DC. (Dokumentasi pribadi).

Anaphalis longifolia merupakan herba yang mempunyai daun yang berwarna putih kelabu namun tidak berkelenjar. Jenis ini dapat dibedakan dari jenis yang lain karena daunnya yang lebih panjang dan dapat mencapai 16 cm. Bongkol bunga jenis ini mempunyai sedikit bunga-bunga cakram biseksualnya Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 1,5 m serta pada pangkal batangnya berkayu, namun tidak membentuk tegakan seperti Anaphalis javanica.

2. Anaphalis viscida (BL.) DC.

Kunci Identifikasi : Familia Asteraceae

1a-3b-33b-41b-82b-85b-96b-100b-102b-112a-113a-33 (Anaphalis) 1a-2b (Anaphalis viscida (BL.) DC.)

(8)

Gambar 4. Anaphalis viscida (BL.) DC. (Dokumentasi pribadi).

Anaphalis viscida merupakan perdu yang mempunyai ciri-ciri morfologi yang hampir sama dengan Anaphalis javanica. Daun spesies ini mempunyai warna yang lebih hijau pada permukaan atasnya, namu pada permukaan bawahnya memiliki beledu. Anaphalis viscida dapat dibedakan dari jenis Anaphalis yang lainnya karena memiliki daun yang berkelenjar sehingga apabila daunnya diremas akan terasa lengket. Bongkol bunganya berukuran lebih besar dibanding yang lainnya. Tumbuhan berkayu dan jarang membentuk tegakan seperti Anaphalis javanica.

3. Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl.

Kunci Identifikasi : Familia Asteraceae

1a-3b-33b-41b-82b-85b-96b-100b-102b-112a-113a-33 (Anaphalis) 1a-2a (Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl.

(Backer & Bakhulzen v.d Brink Jr, 1965)

(a) (b) (c)

Gambar 5. (a) bunga cakram Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl. yang berwarna kuning, (b) daun Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl. yang berwarna putih kelabu, dan (c) batang yang membentuk tegakan pada Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl. (Dokumentasi pribadi).

Anaphalis javanica mempunyai daun berwarna putih kelabu dan sempit serta mengumpul pada ujung ranting. Tumbuhan ini mempunyai bongol-bongol bunga yang melimpah dengan bunga cakram berwarna kuning. Tumbuhan ini dapat dibedakan dari jenis yang lainnya karena mempunyai batang yang berkayu dan mencapai tinggi 8 m, berdiameter sebesar pergelangan tangan serta membentuk tegakan.

I. Distribusi Anaphalis spp.

(9)

Tabel 2. Nilai densitas relatif, frekuensi relatif, dan nilai penting Anaphalis spp. pada lokasi sampling di Lereng Selatan Taman Nasional Gunung Merbabu.

NO Nama Spesies Densitas relatif Frekuensi relatif Nilai penting

1 Anaphalis javanica 94,64 % 87,09% 1,81

2 Anaphalis longifolia 3,57 % 6,45% 0,10

3 Anaphalis viscida 1,78 % 6,45% 0,08

Dari data diatas, distribusi tumbuhan Anaphalis spp. dapat dilihat dari perbandingan nilai densitas relatif dan frekuensi relatif. Spesies Anaphalis javanica memiliki nilai frekuensi relatif yang tinggi, hal ini menunjukan bahwa spesies ini sering ditemukan dalam plot sampling dan distribusinya merata. Nilai densitas relatifnya yang tinggi menunjukan bahwa jumlah individu yang ditemukan dalam plot cukup banyak. Anaphalis longifolia dan Anaphalis viscida mempunyai nilai frekuensi relatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai densitas relatifnya. Sehingga dapat dikatakan kedua spesies Anaphalis ini jarang ditemukan dalam plot sampling dan jumlah individu yang ditemukan sedikit. Nilai penting Anaphalis javanica paling tinggi yaitu 1,81 yang menunjukkan keberadaan spesies ini penting dan berpengaruh terhadap organisme lain dan lingkungan sekitarnya.

Gambar 6. Peta peletakan plot pengambilan data Anaphalis spp. di sepanjang jalur pendakian Selo, Taman Nasional Gunung Merbabu.

(10)

Gambar 7. Menunjukan distribusi Anaphalis spp. pada setiap stasiun pengambilan data. Anaphalis javanica ditemukan pada semua stasiun mulai dari ketinggian 1.500 – 3.000 m.dpl. Hal ini menunjukan bahwa spesies ini memiliki toleransi yang lebar terhadap faktor lingkungan pada setiap stasiun pengambilan data. Ini sesuai dengan referensi yang menyatakan bahwa Anaphalis javanica dapat tumbuh pada ketinggian 1.600-3.600 m.dpl. Anaphalis longifolia hanya ditemukan pada stasiun pertama dengan ketinggian 1.500-2.000 m.dpl, sedangkan Anaphalis viscida hanya ditemukan pada stasiun kedua dengan ketinggian 2.000-2.500 m.dpl. Ini menandakan bahwa Anaphalis viscida dan Anaphalis longifolia memiliki kisaran toleransi yang sempit terhadap perubahan ketinggian bila dibandingkan dengan Anaphalis javanica.

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh dan pembahasan, maka dapat disimpulkan :

A. Di lereng selatan Taman Nasional Gunung Merbabu ditemukan 3 jenis Anaphalis yaitu Anaphalis javanica, Anaphalis longifolia, dan Anaphalis viscida.

B. Anaphalis javanica memiliki distribusi merata yang dapat ditemukan pada ketinggian 1.500-3.000 m.dpl, Anaphalis viscida mempunyai distribusi yang spesifik yaitu pada ketinggian 2.500-3.000 m.dpl, sedangkan Anaphalis longifolia dapat ditemukan pada ketinggian yang paling rendah yaitu 1.500-2.000 m.dpl.

V. DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2013. Dinas Kehutana Provinsi Jawa Tengah. Artikel Taman Nasional Gunung Merbabu. (http://tamannasionalgunungmerbabu.htm, diakses pada tanggal 3 April 2013). Anonim 2. 2013. Gunung Merbabu Jalur Selo Boyolali Jawa Tengah. Artikel Gunung Merbabu

Jalur Selo. (http:// GUNUNG MERBABU JALUR SELO BOYOLALI JAWA TENGAH - MERBABU.COM.htm, diakses pada tanggal 3 April 2013).

Anonim 3. 2013. Merbabu Jalur Selo. Artikel Merbabu Mountain-Merbabu Jalur Selo. (http:// Merbabu mountain Merbabu - Jalur Selo.htm, diakses pada tanggal 2 April 2013).

Anonim 4. 2009. Kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu. Artikel Taman Nasional Gunung Merbabu. (http://merbabunationalpark.org/09, diakses pada tanggal 1 April 2013).

Backer, C. A. & Bakhulzen van den Brink Jr. RC. 1965. Flora of Java, Volume II. The Netherlands : Wolters-NoorhoffNV-Groningen.

Bentham, G. & J. D. Hooker. 1873. Genera plantarum ad exemplaria imprimis in herbariis kewensibus servata definite, volume 2. London : Lovell, Reeve and Co.

Brower J. E. & Zar J. H. 1997. Field and Laboratory Methods for General Ecology. Dubuge, Iowa: Wn.C. Brown Company Publisher.

Desitarani, H. Wiriadinata, H. Miyakawa, I. Rachman, Rugayah, Sulistiyono, & T. Partomihardjo. 2014. Buku Panduan Lapangan Jenis-Jenis Tumbuhan Restorasi. Jakarta : LIPI.

Funk, V. A., Bayer, R. J., Keeley, S. C., Chan, R., Watson, L., Gemeinholzer, B., Schilling, E., Panero, J. L., Baldwin, B. G., Garcia-Jacas, N., Susanna, A. & Jansen, R. K. 2005.

Everywhere but Antarctica: using a supertree to understand the diversity and distribution of the Compositae. Biologiske Skrifter .

Kusrini, M. D. 2009.Pedoman Penelitian dan Survei Amfibi di Alam. Bogor : Fakultas Pertanian Bogor.

(11)

Van leeuwen, W. M. D. 1933. Biology of Plants and Animals Occuring in the Heigher Parts of Mount Pangrango-Gede in West Java. Amsterdam : Uitgave van de N. V. Noord Hollandsche.

Gambar

Gambar 1. Peta Taman Nasional Gunung Merbabu (Anonim 3, 2013).
Tabel 1. Daftar Anaphalis spp. yang ditemukan di lereng selatan Gunung Merbabu, Selo, Boyolali, Jawa Tengah
Gambar 3. (a) daun Anaphalis longifolia (BL.) DC. Yang berbentuk lanset dan (b) bunga Anaphalis longifolia (BL.) DC
Gambar 5. (a) bunga cakram Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl. yang berwarna kuning, (b) daun Anaphalis javanica (Reinw ex BL.) Schultez ex Boerl
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya tema penciptaan ini berangkat dari hal yang sederhana ketika melihat sesuatu di sekitar lingkungan, timbul keinginan untuk mencari dan mengeksplorasi, salah

tanggal 07 Januari 2019.. Dan disini juga bapak Miji tidak memaksakan bagi penggarap untuk menggarap berapa lama. Penggarap bisa sesukannya memutuskan ikatan

Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir

yang akan datang, diharapkan FTTH akan menjadi sebuah arsitektur jaringan yang andal yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat untuk dapat

Solenoid tersebut dibuat dengan satu kumparan dan sumber tegangan yang digunakan adalah tegangan yang disimpan pada

PUSAT CALON MAHASISWA BEASISWA TNI

Inti dari interaksi edukatif adalah terjalinnya hubungan yang harmonis antara guru dan murid, keduanya merupakan unsur utama dan penentu keberhasilan pendidikan. Dalam

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,