• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pemberian pakan berprobiotik pada populasi mikroba dalam air, kadar protein dalam sedimen yang ditetapkan berdasarkan hasil pengembangan metode coomasie r, serta pengaruhnya pada pertumbuhan lobster air tawar (Cherax quadricarinatus).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh pemberian pakan berprobiotik pada populasi mikroba dalam air, kadar protein dalam sedimen yang ditetapkan berdasarkan hasil pengembangan metode coomasie r, serta pengaruhnya pada pertumbuhan lobster air tawar (Cherax quadricarinatus)."

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Kualitas sedimen yang buruk dapat ditanggulangi dengan menggunakan probiotik, dan untuk memaksimalkan pertumbuhan lobster dapat digunakan juga probiotik. Oleh karena itu probiotik diberikan dalam pakan lobster untuk memperbaiki kualitas sedimen dan pertumbuhan lobster. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan berprobiotik terhadap kadar protein dalam sedimen, mengetahui pengaruh pemberian pakan berprobiotik terhadap jumlah mikroba dalam air, mengetahui pengaruh pemberian pakan berprobiotik lobster berprobiotik pertumbuhan lobster.

Penentuan kadar protein dalam sedimen dilakukan dengan menggunakan metode pewarnaan CBB dengan spektrofotometer visible dan pembacaan spektrum menggunakan derivatisasi. Penentuan jumlah koloni mikroba ditentukan dengan cara mencari nilai koloni mikroba. Pertumbuhan lobster ditentukan dengan mengetahui panjang dan berat lobster.

Hasil menunjukkan tidak terjadi peningkatan kadar protein bila dibandingkan dengan kelompok kontrol yang terdeteksi oleh spektrofotometri derivatif dengan metode pewarnaan CBB akibat tidak berpengaruhnya probiotik dalam menghidrolisis protein. Terjadi penurunan jumlah koloni mikroba yang dihitung dengan menggunakan CFU yang didapat dari Balai Kesehatan Laboratorium Yogyakarta akibat dari pengaruh pemberian paja berprobiotik terhadap lobster, bila dibandingkan dngan kelompok kontrol tidak berbeda signifikan, tidak ada pengaruh pemberian pakan berprobiotik terhadap jumlah koloni mikroba. Tidak terjadi peningkatan pada pertumbuhan lobster bila dibandingkan dengan keompok kontrol, tidak ada pengaruh pemberian pakan beerprobiotik terhadap pertumbuhan lobster.

Kata kunci : metode pewarnaan CBB, probiotik dalam akuakultur,

(2)

ABSTRACT

The quality of the water is an important role in lobster farming. Water quality can be affected by sediment quality. Sediment quality related to the type of feed and chemicals used in lobster farming. Probiotic can be used to overcome the poor quality of sediment and to maximize growth of lobsters. Therefore,

probiotics feed is given to lobsters’ food to improve sediment quality and growth

of lobsters. The study aims to determine the effect of probiotics feed on protein content in the sediments, the effect of probiotics feed on the number of microbes in the water, and the effect of probioticsfeed on the growth of lobsters.

Determination of protein content in the sediments is done by using the CBB staining method with UV-Vis spectropHotometer and readings spectrum use derivatization. The number of colonies of microbes is determined by finding the value of microbial colonies. The growth of lobsters is determined by knowing the length and weight of the lobsters it selves. Optimization and validation methods have been done first before determine the protein content in the sediment. Samplings were done on days 0th, 3th, 5th, 7th, 14th, 28th.

The result shows that compared with the control group, there is not increase in protein levels were detected by spectrophotometry derivatives with CBB staining method influential due probiotics in hydrolyze the protein. The decreased number of microbial colonies was calculated using the CFU which obtained from the Institute of Health Laboratory Yogyakarta. There is no effect of probiotics feeding lobster to the number of colonies of microbes because the data show no significant differences between probiotics feeding lobster and control group. The result also show that no influence on the growth of probiotics feeding lobster when compared with the control groups because there is no increasing number in lobster growth.

Keywords: CBB staining method, probiotics, protein in sediments, spektrotometri

(3)

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BERPROBIOTIK PADA POPULASI

MIKROBA DALAM AIR, KADAR PROTEIN DALAM SEDIMEN YANG

DITETAPKAN BERDASARKAN HASIL PENGEMBANGAN METODE

COOMASIE R, SERTA PENGARUHNYA PADA PERTUMBUHAN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Yolanda Novia Widyawati

NIM : 118114175

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BERPROBIOTIK PADA POPULASI

MIKROBA DALAM AIR, KADAR PROTEIN DALAM SEDIMEN YANG

DITETAPKAN BERDASARKAN HASIL PENGEMBANGAN METODE

COOMASIE R, SERTA PENGARUHNYA PADA PERTUMBUHAN LOBSTER AIR TAWAR (Cherax quadricarinatus)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Yolanda Novia Widyawati

NIM : 118114175

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

Halaman Persembahan

Karya ini kupersembahakan kepada :

Tuhan Yesus Kristus yang setia menemaniku dikala susah maupun senang dan

yang selalu memberiku pengharapan yang baru disaat semua terasa berat.

Papi, Mami dan KukuYen serta kakak – kakak saya (Ryan dan Erick) yang selalu

memberi dukungan moril maupun non moril dan serta memberiku semangat

dikala aku sudah mulai berputus asa.

Dosen pembimbing (Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt.) dan Pak Sanjayadi, M.Si.

yang membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian naskah ini.

Orang – orang yang membantu dalam mempermudah penelitian (Pak Karjono dan

Om Didik).

Partner sejati yang selalu ada dan selalu pengertian (Aditya Christian Firmanto).

Teman – teman yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian (Henry,

Wirna, Oik, Nova, geng Wisma Dara).

Almamater yang kubanggakan Universitas Sanata Dharma.

Sebab Aku ini mengetahui rancangan – rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

(8)
(9)
(10)

vii PRAKATA

Rasa syukur dan ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada Tuhan atas

bimbingan dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Pakan Berprobiotik pada

Populasi Mikroba dalam Air, Kadar Protein dalam Sedimen yang Ditetapkan

Berdasarkan Hasil Pengembangan Metode Coomasie R, serta Pengaruhnya pada

Pertumbuhan Lobster Air Tawar (Cherax Quadricarinatus)

Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan naskah skripsi, penulis

mendapat banyak bimbingan, arahan, saran, kritik, dukungan doa, dan bantuan

pelaksanaan penelitian dari banyak pihak. Maka dari itu penulis mengucapkan

terima kasih sebesar – besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt. selaku dosen pembimbing yang telah

membantu dalam pengarahan, bantuan, penyusunan, semangat, kritik, dan

saran dari awal penyusunan usulan skripsi, penelitian, dan hingga akhirnya

penyusunan naskah skripsi.

2. Pak Sanjayadi, M.Si. yang telah membantu dalam mengarahkan,

membimbing, memberikan nasihat, kritik dan saran dalam penelitian yang

telah penulis lakukan.

3. Ibu Dr. Chistine Patra Murti, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah

memberikan waktu, kritik dan saran terkait penulisan naskah dan

(11)

viii

4. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah

memberikan waktu, kritik dan saran terkait penulisan naskah dan

menyelesaikan skripsi.

5. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. atas segala bantuan dalam perijinan

penggunaan laboratorium.

6. Susanto dan Heni Hardjono, selaku orang tua dan pemberi dukungan dana,

semangat, kepercayaan, dan memotivasi untuk mengerjakan skripsi dengan

penuh kesabaran dan penuh ketelatenan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi dan perkuliahan dengan baik.

7. Yenny Hardjono, orang tua kedua bagi penulis yang menjadi teman curhat

dan pemberi semangat dan kepercayaan selama kuliah maupun

menyelesaikan penyusunan skripsi.

8. Ryan Dharmawan Susanto dan Erick Hermawan Susanto yang menjadi kakak

sekaligus teman cerita dan teman main saat banyak rintangan menghadang

saat penyelesaian penelitian.

9. Bapak Didik, yang telah membantu dalam hal pemberian bahan yaitu

probiotik dan memberikan pengetahuan di luar dunia kefarmasian sehingga

penulis dapat membuka pola pikir dan dapat melakukan penelitian dengan

baik.

10. Bapak Sukarjono, selaku pembudidaya lobster yang sangat membantu

pelaksanaan penelitian dalam pemberian pengetahuan dalam budidaya

(12)

ix

11. Lembaga – lembaga yang telah membantu penelitian yaitu Balai Kesehatan

Yogyakarta, LPPT UGM, Pusat Studi Lingkungan Sanata Dharma, dan

lembaga lainnya yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

12. Aditya Christian Firmanto selaku partner sejati yang tak pernah terlupakan

yang selalu sabar dalam menghadapi setiap tingkah laku penulis dan teman

sejati yang ada saat suka duka yang penulis alami selama pengerjaan skripsi

serta teman gila bersama saat kami sedang mengalami frustasi penelitian.

13. Vincentius Henry Susanto S.Farm., selaku manager dan asisten pembantu

bagi penulis yang selama ini telah membantu berlangsungnya penelitian

sehingga penelitian yang dilakukan oleh penulis tidak mengalami kendala

waktu dan juga telah rela meluangkan waktunya untuk mengikuti acara

sampling oleh penulis yang dilakukan setiap pukul 03.00 WIB.

14. Wirna Niki Suprobo dan Satrio Oky Nugroho yang membantu penulis dalam

meenggunakan KCKT serta mengajari teknik – teknik dalam penggunaan

KCKT.

15. Ni Putu Ully Villianova sahabat yang selalu memberi dukungan, doa dan

semangat serta teman cerita di saat – saat terberat yang penulis hadapi dan

menjadi teman menggila bersama saat penulis merasa putus asa.

16. Pak Parlan, Mas Bimo, Mas Kunto, Pak Wagiran, Mas Agus P.Bio, Mas

Agung, Mas Kethul, Pak Ottok dan staf laboratorium serta staf keamanan dan

kebersihan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas bantuan dan

(13)

x

17. Seluruh pihak, yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis atas

kerjasama, dukungan, dan doa agar penulis dapat menyelesaikan penelitian

dan penyusunan skripsi.

Dengan selesainya penyusunan naskah skripsi yang penulis lakukan,

penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dalam segi penelitian

maupun dalam segi penyusunan naskah yang dilakukan oleh penulis, sehingga

kritik dan saran yang membangun banyak diharapkan oleh penulis. Semoga

penelitian yang penulis lakukan tidak sia – sia dan bermanfaat bagi pembaca dan

berguna bagi dunia ilmu pengetahuan di bidang kefarmasian khususnya

toksikologi lingkungan.

Yogyakarta, 04 Desember 2015

(14)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

(15)

xii

B. Pakan dalam Akuakultur ... 8

C. Probiotik ... 13

D. Perhitungan Jumlah Bakteri Hidup ... 16

E. Protein ... 17

F. Permodelan Semi Intensif ... 18

G. SpektrofotometriSinar Tampak ... 21

H. Spektrofotometri Derivatif ... 23

I. Metode Pewarnaan Coomasie Brilliant Blue ... 25

J. Pertumbuhan Lobster ... 26

K. Landasan Teori ... 27

L. Hipotesis ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 29

METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Rancangan Penelitian ... 29

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 29

C. Bahan Penelitian ... 32

D. Alat Penelitian ... 32

E. Tata Cara Penelitian ... 33

1. Persiapan Media Air ... 33

2. Pembuatan Pakan ... 35

3. Pemeliharaan Lobster Air Tawar ... 36

4. Pengambilan Sampel ... 38

(16)

xiii

6. Penetapan Kadar Protein dalam Sampel Sedimen ... 39

7. Penetapan Panjang dan Berat Lobster ... 49

8. Preparasi Kontrol Negatif dan Kelompok Perlakuan ... 36

F. Tata Cara Evaluasi Hasil ... 50

G. Rancangan Penelitian ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Penyiapan Media Air ... 55

1. Derajat Keasaman ... 56

2. Penetapan Kesadahan dengan Titrasi Kompleksometri ... 56

3. Penetapan Dissolve Oxygen (DO) ... 57

4. Suhu ... 58

5. Penetapan Ion Klor ... 58

B. Pembuatan Pakan ... 60

1. Uji Lactibacillus sp. Cairan Probiotik Goshen ... 60

2. Pembuatan Pakan Lobster Berprobiotik ... 60

C. Preparasi Pemeliharaan Lobster ... 60

1. Pemeliharaan Lobster... 60

D. Pengambilan Sampel ... 61

E. Penetaoan Jumlah Populasi Mikroba dalam Sampel Air ... 62

F. Penetapan Kadar Protein dalam Sampel Sedimen ... 64

1. Optimasi ... 65

2. Validasi ... 75

(17)

xiv

G. Penetapan Panjang dan Berat Lobster ... 80

1. Panjang Lobster ... 80

2. Berat Lobster ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

LAMPIRAN ... 89

(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Persentase pemberian pakan berdasarkan berat kultivan ... 11

Tabel II. Kisaran umum derajat keasaman (pH) ... 19

Tabel III. Hasil penetapan ion klor ... 59

Tabel IV. Data hasil optimasi pelarut reagen CBB R-250 ... 66

Tabel V. Data perbandingan reagen CBB R-250 dalam PBS-metanol dan formula modifikasi ... 67

Tabel VI. Konsentrasi dan tinggi derivat pada volume pengambilan sampel 0,1 ml dan 1ml terhadap reagen CBB R-250 ... 72

Tabel VII. Perlakuan ektraksi protein dalam sedimen dan tinggi derivat... 74

Tabel VIII. Hasil tinggi derivat pada kurva baku solvent ... 75

Tabel IX. Hasil tinggi derivat kurva adisi ... 76

Tabel X. Rata-rata konsentrasi protein dan selisih rata-rata konsentrasi protein ... 78

Tabel XI. Data rata- rata panjang lobster ... 80

(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lobster red claw (Cherax quadricarinatus)... 7

Gambar 2. Pengelolaan budidaya udang intensif dan interaksi kualitas air ... 12

Gambar 3. Tata cara pembuatan pengenceran sampel ... 16

Gambar 4. Struktur protein ... 17

Gambar 5. Absorban dan derivatif spektra ... 24

Gambar 6. Interaksi CBB dengan asam amino ... 26

Gambar 7. Struktur CBB R-250 ... 26

Gambar 8. Data hasil pengukuran jumlah populasi mikroba dalam air ... 63

Gambar 9. Grafik perbandingan reagen CBB R-250 dalam PBS-metanol dan formula modifikasi ... 68

Gambar 10. Spektrum absorbansi BSA konsentrasi 800µg/ml reagen CBB R-250 pelarut modifikasi ... 69

Gambar 11. Contoh spektrum derivat ... 70

(20)

xvii

Gambar 13. Perbandingan kurva volume pangambilan sampel terhadap reagen

CBB R-250 ... 73

Gambar 14.Kurva baku, hubungan konsentrasi BSA terhadap tinggi derivat .... 75

Gambar 15.Kurva adisi, hubungan konsentrasi BSA terhadap tinggi derivat .... 76

Gambar 16.Perbandingan kurva baku terhadap kurva adisi... 78

Gambar 17.Grafik hubungan antara selisih konsentrasi dengan H-0 terhadap hari ... 79

Gambar 18.Grafik pertumbuhan panjang selama 28 hari ... 80

Gambar 19.Grafik laju pertumbuhan panjang lobster ... 81

Gambar 20.Grafik pertumbuhan berat lobster selama 28 hari ... 82

(21)

xviii

Lampiran 5. Data penentuan kadar protein dalam sedimen (Analisis Sampel) ... 92

Lampiran 6. Kandungan pakan dan merek pakan (583) ... 93

Lampiran 7. Prosesi Perlakuan... 93

Lampiran 8. Sedimen ... 94

Lampiran 9. Perbandingan jumlah sedimen pada hari ke 28 ... 94

Lampiran 10. Penentuan klor ... 95

Lampiran 11. Uji Lactobacillus sp ... 96

Lampiran 12. Uji determinasi lobster ... 97

Lampiran 13. Jumlah koloni mikroba ... 100

Lampiran 14. Contoh spektrum ... 112

Lampiran 15. Spektrum derivat ... 113

Lampiran 16. Certificate of Analysis CBB R-250 ... 114

Lampiran 17. Certificate of Analysis BSA... 115

(22)

xix INTISARI

Kualitas sedimen yang buruk dapat ditanggulangi dengan menggunakan probiotik, dan untuk memaksimalkan pertumbuhan lobster dapat digunakan juga probiotik. Oleh karena itu probiotik diberikan dalam pakan lobster untuk memperbaiki kualitas sedimen dan pertumbuhan lobster. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan berprobiotik terhadap kadar protein dalam sedimen, mengetahui pengaruh pemberian pakan berprobiotik terhadap jumlah mikroba dalam air, mengetahui pengaruh pemberian pakan berprobiotik lobster berprobiotik pertumbuhan lobster.

Penentuan kadar protein dalam sedimen dilakukan dengan menggunakan

metode pewarnaan CBB dengan spektrofotometer visible dan pembacaan

spektrum menggunakan derivatisasi. Penentuan jumlah koloni mikroba ditentukan dengan cara mencari nilai koloni mikroba. Pertumbuhan lobster ditentukan dengan mengetahui panjang dan berat lobster.

Hasil menunjukkan tidak terjadi peningkatan kadar protein bila dibandingkan dengan kelompok kontrol yang terdeteksi oleh spektrofotometri derivatif dengan metode pewarnaan CBB akibat tidak berpengaruhnya probiotik dalam menghidrolisis protein. Terjadi penurunan jumlah koloni mikroba yang dihitung dengan menggunakan CFU yang didapat dari Balai Kesehatan Laboratorium Yogyakarta akibat dari pengaruh pemberian paja berprobiotik terhadap lobster, bila dibandingkan dngan kelompok kontrol tidak berbeda signifikan, tidak ada pengaruh pemberian pakan berprobiotik terhadap jumlah koloni mikroba. Tidak terjadi peningkatan pada pertumbuhan lobster bila dibandingkan dengan keompok kontrol, tidak ada pengaruh pemberian pakan beerprobiotik terhadap pertumbuhan lobster.

(23)

xx ABSTRACT

The quality of the water is an important role in lobster farming. Water quality can be affected by sediment quality. Sediment quality related to the type of feed and chemicals used in lobster farming. Probiotic can be used to overcome the poor quality of sediment and to maximize growth of lobsters. Therefore, probiotics feed is given to lobsters’ food to improve sediment quality and growth of lobsters. The study aims to determine the effect of probiotics feed on protein content in the sediments, the effect of probiotics feed on the number of microbes in the water, and the effect of probioticsfeed on the growth of lobsters.

Determination of protein content in the sediments is done by using the CBB staining method with UV-Vis spectropHotometer and readings spectrum use derivatization. The number of colonies of microbes is determined by finding the value of microbial colonies. The growth of lobsters is determined by knowing the length and weight of the lobsters it selves. Optimization and validation methods have been done first before determine the protein content in the sediment. Samplings were done on days 0th, 3th, 5th, 7th, 14th, 28th.

The result shows that compared with the control group, there is not increase in protein levels were detected by spectrophotometry derivatives with CBB staining method influential due probiotics in hydrolyze the protein. The decreased number of microbial colonies was calculated using the CFU which obtained from the Institute of Health Laboratory Yogyakarta. There is no effect of probiotics feeding lobster to the number of colonies of microbes because the data show no significant differences between probiotics feeding lobster and control group. The result also show that no influence on the growth of probiotics feeding lobster when compared with the control groups because there is no increasing number in lobster growth.

(24)

1 BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Semakin berkembangnya zaman disertai dengan peningkatan jumlah

kebutuhan manusia terkait pangan, manusia mulai membudidayakan sumber

bahan pangan, salah satunya adalah budidaya lobster air tawar. Selama proses

budidaya, yang menjadi unsur penting adalah proses pemeliharaan seperti

pemberian pakan, perlindungan terhadap pemangsa (predator), dan pencegahan

penyakit (Nur, 2011).

Dalam pemeliharaan lobster air tawar, yang menjadi hal penting adalah

kualitas air. Kualitas air sangat dipengaruhi oleh keberadaan sedimen. Sedimen

merupakan hasil dari sisa pakan dan feses. Kualitas dari sedimen ini dapat

dipengaruhi oleh jumlah dan jenis pakan serta bahan kimia yang digunakan untuk

pertumbuhan dan pencegahan penyakit bagi lobster. Contoh bahan kimia yang

digunakan dalam pembudidayaan adalah antibiotika, penggunaan antibiotika yang

berlebihan akan berakibat buruk pada kualitas sedimen. Penggunaan antibiotika

mengakibatkan siklus kimia normal dalam sedimen maupun air terganggu. Residu

yang dihasilkan dari penggunaan antibiotika mengakibatkan keseimbangan

ekologis mikroorganisme di dalam ekosistem terganggu sehingga kandungan

bahan nitrogen anorganik dan senyawa organik seperti karbon dan disulfida yang

(25)

Adanya efek yang merugikan dari penggunaan antibiotika, maka

masyarakat mulai menggantikan antibiotika dengan probiotik. Berdasarkan studi

pustaka yang dicuplik dari artikel Trobos Media Agribisnis dan Peternakan

(2013), tren menggunakan probiotik dalam pertambakan sudah mulai banyak

dikenal dan menjadi sebuah kebutuhan tambak. Hal ini disebabkan karena

probiotik dapat digunakan sebagai agen pendegradasi (perbaikan lingkungan) dan

enzyme impact (membantu pertumbuhan kultivan) (Anonim, 2013) serta

immunostilator (Watson, Kaspar, Lategan, dan Gibson, 2008) bagi lobster. Jenis

probiotik yang banyak dipasarkan biasanya mengandung bakteri Lactobacillus sp.

(Ramadhana, Fauzana, dan Ansyari, 2012).

Sebagai agen pendegradasi, penambahan probiotik yang merupakan

mikroorganisme hidup ke dalam habitat perairan lobster akan berdampak pada

bertambahnya jumlah mikroorganisme dalam habitat perairan lobster (Cruz,

Ibanez, Hermosillo, dan Saad, 2012). Selain itu dengan adanya penambahan

probiotik yang mengandung Lactobacillus sp. dalam habitat perairan dapat

membantu memperbaiki lingkungan perairan dengan cara memperbaiki

keseimbangan ekologis mikroorganisme di dalam ekosistem. Salah satu caranya

adalah menguraikan protein menjadi asam amino (Ljungh dan Wadstrom, 2009)

sehingga tidak membentuk senyawa beracun seperti amoniak dan hidrogen sulfida

(Anonim, 2013).

Selain sebagai agen pendegradasi probiotik dapat juga digunakan sebagai

enzyme impact. Enzyme impact mempunyai fungsi sebagai pembantu

(26)

mikroorganisme intestinal dalam saluran pencernaan (Ramadhana, Fauzana, dan

Ansyari, 2012) dan dengan adanya Lactobacillus sp. dalam probiotik, dapat

membantu pemecahan protein menjadi asam amino di dalam saluran pencernaan

(Ljungh dan Wadstrom, 2009).

Adanya tren penggunaan probiotik di kalangan petambak lobster

menyebabkan produsen pakan lobster berinovasi untuk membuat pakan yang

mengandung probiotik. Keberadaan probiotik dalam pakan lobster diharapkan

dapat berfungsi sebagai enzyme impact pada lobster dan secara tidak langsung

dapat digunakan sebagai agen pendegradasi di lingkungan. Dengan adanya

penambahan probiotik yang diaplikasikan ke dalam pakan, bakteri dalam

probiotik (Lactobacillus sp.) secara langsung dapat masuk ke dalam tubuh lobster

melewati pakan dan membantu pertumbuhan serta menjaga imunitas dari lobster.

Oleh karena itu, peneliti mengukur pertumbuhan lobster untuk melihat pengaruh

pemberian pakan berprobiotik. Secara tidak langsung, bakteri dalam probiotik

(Lactobacillus sp.) akan menyebar dan berkembang biak pada lingkungan

perairan lobster sehingga nilai koloni mikroba dalam kelompok pemberian pakan

berprobiotik akan semakin meningkat. Oleh karena itu, peneliti memilih air

sebagai sampel yang digunakan untuk mengukur jumlah mikroba. Dengan adanya

bakteri probiotik (Lactobacillus sp.) dalam lingkugan perairan, dapat membantu

penguraian protein (Protein dalam sedimen didapat dari pakan lobster yang tidak

dimakan oleh lobster/ sisa pakan) menjadi senyawa lebih sederhana (asam amino

dan peptida) yang terdapat di dalam sedimen. Kadar protein dari sisa pakan yang

(27)

karena dengan adanya penumpukan protein dari sisa pakan akan menyebabkan

pembusukan oleh bakteri pembusuk menjadi ammonia dan hidrogen sulfida, yang

menyebabkan kualitas air menjadi menurun sehingga pertumbuhan lobster

menjadi terganggu. Oleh karena itu, peneliti memilih sedimen sebagai sampel

yang digunakan untuk mengukur jumlah protein dari sisa pakan.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya

protein dalam bentuk asam amino terkait keberadaan agen pendegradasi adalah

metode pewarnaan protein secara kuantitatif dengan Coomasie Briliant Blue

(CBB). Pewarna/ dye yang digunakan dalam metode pewarnaan protein secara

kuantitatif adalah CBB G-250. Adanya keterbatasan bahan penelitian yang

digunakan, peneliti hendak melakukan pengembangan metode menggunakan

pewarna/dye CBB R-250, yang pada umumnya digunakan untuk pewarnaan

protein secara kualitatif. Pembacaan kadar protein dengan metode pewarnaan

protein ini dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri sinar tampak

(Owusu, 2005) dan hasil akan dibaca dengan menggunakan metode derivatisasi.

Validasi yang dilakukan dengan melihat akurasi, linearitas, LOD, LOQ, RSD,

%D, . Metode perhitungan jumlah koloni mikroba (Colony Counter) digunakan

untuk menentukan populasi mikroba yang ada dalam permodelan, serta melihat

perubahan panjang dan berat lobster untuk melihat efek probiotik sebagai enzyme

impact.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahan dan

(28)

a. Bagaimana pengaruh pemberian pakan berprobiotik saat pemeliharaan

lobster terhadap populasi mikroba di dalam air?

b. Bagaimana pengaruh pemberian pakan berprobiotik saat pemeliharaan

lobster terhadap kadar protein di dalam sedimen ?

c. Bagaimana pengaruh pemberian pakan berprobiotik saat pemeliharaan

lobster terhadap laju pertumbuhan lobster?

2. Keaslian Penelitian

Penelitian yang dipublikasikan yang pernah dilakukan adalah

Bioremediasi Sedimen Tambak Lobster (Kurniawan, 2010); Bioaugmentasi Untuk

Melarutkan Amonia dalam Sedimen (Sarjito, 2009); Meminimalkan Potensi

Eutrofikasi dengan Pengaruh Pakan Berprobiotik (Fauzana dkk., 2013);

Measurement of Protein in Nearshore Marine Sedimens (Mayer dkk, 1986);

Pemberian Pakan Komersil dengan Penambahan Probiotik yang Mengandung

Lactobacillus sp. Terhadap Kecernaan dan Pertumbuhan Ikan Nila (Ramadhana,

Fauzana, Ansyari, 2012); Populasi Bakteri, Kualitas Air Media Pemeliharaan dan

Histopatologi Benih Ikan Gabus (Chana striata) yang Diberi Pakan Berprobiotik

(Trisna, Sasanti, dan Muslim, 2013); Laju Pertumbuhan Udang Windu (Penaeus

monodon), Ikan Bandeng (Chanos chanos), dan Rumput Laut (Eucheuma cottonii,

Gracilaria sp) pada Budidaya Polikultur dengan Padat Tebar yang Berbeda di

Desa Sungai Lumpur Kabupaten OKI Sumatra Selatan (Siboro, Melki, dan

Isnaini, 2013)

Berdasarkan hasil pencarian literatur yang dilakukan, sudah ada

(29)

terhadap kualitas air, namun penelitian pengaruh pakan berprobiotik terhadap

jumlah protein dalam sedimen belum pernah dilakukan.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

wawasan serta pengembangan metode penelitian terhadap produk pakan

lobster berprobiotik. Penelitian ini juga dapat dijadikan data pembanding

maupun dasar untuk penelitian selanjutnya.

b. Manfaat praktis. Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan

kualitas lingkungan budidaya lobster yang berdampak pada peningkatan

kualitas lobster. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai tambahan

informasi mengenai penetapan kadar protein dalam sedimen dengan

metode pewarnaan protein Coomasie Brilliant Blue (CBB) dengan

menggunakan spektrofotometri derivatif.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian pakan

berprobiotik saat pemeliharaan lobster terhadap populasi mikroba dalam air,

mengetahui pengaruh pemberian pakan berprobiotik saat pemeliharaan lobster

terhadap jumlah protein dalam sedimen, mengetahui pengaruh pemberian pakan

(30)

7 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Lobster Red Claw

Lobster red claw (Cherax quadricarinatus) ini merupakan lobster air

tawar. Red claw (Cherax quadricarinatus) atau queensland qed claw adalah salah

satu jenis udang air tawar yang berasal dari Australia dan banyak ditemukan di

sungai yang memiliki aliran air yang deras, danau, pantai utara Queensland dan

pantai timur Queensland.

Lobster red claw termasuk dalam kingdom animalia, filum

Arthropoda/Crustaceae, kelas Malacostraca, ordo Decapoda, famili Parastacideae,

genus Cherax, spesies Cherax quadricarinatus (Lukito dan Prayugo, 2007).

Kenampakan lobster air tawar mirip dengan lobster air laut. Tubuhnya

lunak dilindungi cangkang yang tersusun oleh zat khitin seperti halnya udang.

Bagian punggung bewarna biru kehitaman dan abdomen bewarna kuning

keputihan. Bagian kepala dilengkapi dengan sepasang capit yang besar dan keras.

Jika lobster jantan telah dewasa, bagian capit bewarna merah (Tim Agro Kanisius,

2006).

(31)

Sistem pencernaan lobster air tawar (jenis red claw termasuk di

dalamnya) terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus (Lukito dan

Prayugo, 2007). Lobster makan atas dasar penciuman dan bukan atas dasar

dicerna secara kimiawi. Enzim – enzim pencernaan diekskresikan untuk memecah

pakan menjad bentuk yang lebih sederhana. Sisa pencernaan akan diekskresikan

melalui anus (Lukito dan Prayugo, 2007).

B. Pakan dalam Akuakultur

1. Pengertian Pakan dalam Akuakultur

Pakan merupakan nutrien esensial untuk proses pertumbuhan,

pemeliharaan dan penggantian jaringan yang telah rusak, pengaturan beberapa

fungsi tubuh, serta untuk memepertahankan kondisi kesehatan (Nur, 2011).

Pakan dapat diartikan sebagai campuran dari berbagai bahan pakan, baik

nabati maupun hewani yang diolah sedemikian rupa sehingga mudah dimakan

oleh lobster dan sekaligus merupakan sumber nutrisi (Lukito dan Prayugo, 2007).

2. Pakan dan Kualitas dalam Akuakultur

Perpaduan antara penggunaan pakan berkualitas tinggi serta tingkat

(32)

pakan, penurunan biaya pengadaan pakan, serta mengurangi dampak kerusakan

lingkungan (Nur, 2011).

Salah satu prinsip yang perlu diketahui penerapan pakan untuk

kepentingan budidaya adalah program pemberian pakan secara efektif (effective

feeding program). Hal ini memerlukan pengetahuan tentang kebutuhan nutrien

dari kultivan yang akan dipelihara, kebiasaan dan tingkah laku makan, serta

kemampuan kultivan dalam mencerna dan menggunakan nutrien esensial yang

diberikan (Nur, 2011).

Pakan yang diberikan harus mampu menyediakan nutrien yang

dibutuhkan oleh kultivan seperti protein dan asam amino esensial, lemak dan

asam lemak, energi, vitamin, dan mineral. Hal ini menjadi penting karena baik

ikan maupun udang memerlukan pakan hanya untuk memenuhi kebutuhan energi,

sehingga nilai energi dari suatu pakan turut menentukan tingkat pertumbuhannya.

Selama pembuatan pakan perlu diperhatikan untuk tetap mempertahankan

komposisi nutrien. Pengawasan terhadap kualitas pakan dimulai dari pemilihan

bahan baku hingga proses produksi dan penyimpanan, dan terakhir pada pengguna

di lapangan juga perlu dilakukan (Nur, 2011).

Menurut Lukito dan Prayugo (2007), pakan mengandung sejumlah nutrisi

yang sangat dibutuhkan oleh lobster untuk bertahan hidup, pertumbuhan,

regenerasi, dan lainnya. Kandungan nutrisi yang baik untuk pakan lobster

sebaiknya mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin.

a. Protein. Kebutuhan protein pada lobster air tawar semakin berkurang

(33)

tawar dengan bobot 0,02 gram membutuhkan pakan dengan kandungan

protein 33% hingga 40%. Sementara lobster dengan bobot 3,03 gram

membutuhkan pakan dengan kandungan protein sebesar 30 %.

b. Lemak. Gliserol merupakan jenis lemak yang digunakan oleh lobster air

tawar untuk cadangan energi. Ketika proses moulting terjadi, gliserol

digunakan untuk menyuplai kebutuhan energi pada lobster air tawar.

Bagi lobster air tawar, lemak sangat berpengaruh terhadap rasa pakan.

Pada umumnya, tingginya kandungan lemak akan meningkatkan

palatabilitas (nafsu makan) lobster. Selain itu, lemak juga membantu

proses metabolisme tubuh serta memelihara bentuk dan fungsi membran

atau jaringan. Kebutuhan kandungan lemak pada pakan lobster yang

ideal adalah sebesar 4%.

c. Karbohidrat. Dalam bentuk sederhana, karbohidrat lebih mudah larut

dalam air dibandingkan protein dan lemak. Selain sebagai sumber energi,

karbohidrat berfungsi sebagai bahan perekat dan perantara pada

formulasi pakan. Lobster air tawar tidak memiliki enzim pencernaan

karbohidrat, sehingga karbohidrat kurang bermanfaat bagi lobster air

tawar. Salah satu jenis karbohidrat adalah serat. Serat merupakan jenis

karbohidrat yang susah untuk dicerna, tetapi serat dapat membantu

memudahkan feses dalam pembuangan dari saluran pencernaan.

d. Vitamin. Pada umumnya, lobster air tawar tdak bisa mensintesis vitamin

dalam tubuhnya. Bagi lobster air tawar, vitamin berperan sebagai

(34)

berfungsi sebagai koenzim di dalam sisatem biologis. Vitamin yang

dibutuhkan oleh lobster air tawar tidak banyak, tetapi kekurangan

vitamin bisa menyebabkan gejala abnormal pada morfologi dan fisiologi

serta mengganggu proses metabolime lobster air tawar.

e. Mineral. Fungsi umum mineral adalah sebagai komponen utama dalam

struktur eksoskeleton (cangkang), menjaga keseimbangan tekanan

osmotik struktur dari jaringan, transmisi impuls saraf, kontraksi otot,

kofaktor dalam metabolime, enzim aktivator.

3. Prosentase Pemberian Pakan

Pengaturan jumlah pakan dilakukan sesuai dengan tingkat nafsu makan,

pertumbuhan, dan mortalitas kultivan. Jika pakan diberikan terlalu sedikit dapat

berakibat pertumbuhan lambat, bahkan memicu kanibalisme terutama pada

pemeliharaan dengan kepadatan tinggi. Demikian pula jika pemberian pakan

diberikan secara berlebih maka akan berdampak sebagai limbah, sisa pakan dapat

menyebabkan penurunan mutu air tambak (Nur, 2011).

Seberapa besar jumlah pakan yang dikonsumsi oleh udang dipengaruhi

oleh beberapa faktor yaitu : jenis pakan, ukuran kultivan, suhu air, padat tebar,

cuaca, kualitas air, dan status kesehatan kultivan itu sendiri (Nur, 2011).

Dibawah ini merupakan persentase pakan yang diberikan berdasarkan

berat kultivan (lobster).

Tabel I. Persentase pemberian pakan berdasarkan berat kultivan (Nur, 2011)

Ukurang Lobster (gram) Sebagai Pakan Lengkap

0 – 3 15% - 8%

3 – 15 8% - 4%

(35)

Untuk menghitung jumlah pakan harian yang diberikan pada kultivan

adalah dengan mengalikan total biomas udang dengan persentase pakan sesuai

dengan berat udang seperti tercantum pada tabel di atas (Nur, 2011).

4. Pakan dan Sedimen

Air dan sedimen saling memiliki interaksi satu sama lain secara

terus-menerus dan mempengaruhi lingkungan budidaya kultivan. Sedimen pada

dasarnya dibagi menjadi dua bagian besar yaitu dasar dan pematang tambak serta

akumulasi sedimen. Sedimen akumulasi merupakan hasil dari sisa pakan, feses,

aliran air masuk, plankton yang mati, serta erosi. Komponen dari sedimen ini

sendiri harus dapat dikelola secara baik sehingga tidak menimbulkan residu bahan

organik yang secara berlebih dapat menimbulkan kerusakan lingkungan budidaya.

Keberadaan bahan organik yang berlebih dapat menjadi pemicu terjadinya kondisi

lingkungan yang anaerob, sehingga menyebabkan tingginya kebutuhan oksigen di

sedimen dan terjadilah penurunan mutu lingkungan yang pada akhirnya

berdampak pada respon pertumbuhan kultivan yang rendah (Nur, 2011).

(36)

Penciptaan kondisi lingkungan yang prima dalam budidaya sangat perlu

dilakukan. Faktor – faktor terkait dengan masalah yang mempengaruhi kondisi

prima suatu lingkungan budidaya salah satunya adalah keberadaan pakan buatan.

Hal ini didasarkan pada beberapa hal, seperti :

1. Pakan adalah salah satu faktor produksi yang cukup mahal pada sistem

budidaya semi intensif dan intensif.

2. Pakan merupakan input terbesar yang dapat mempengaruhi akumulasi

bahan organik di sedimen dan kualitas air tambak.

Jika perihal tersebut tidak dikelola dengan baik, maka berakibat kandungan N dan

P yang tinggi (Nur, 2011).

C. Probiotik

1. Pengertian Probiotik

Pengertian probiotik di bidang budidaya perikanan adalah penggunaan

mikroba hidup yang bermanfaat terhadap inang (ikan, udang, moluska) dengan

cara memodifikasi asosiasi dengan inang atau komunitas mikroba, meningkatkan

respon kekebalan inang terhadap patogen atau memperbaiki kualitas lingkungan (

Gunarto dan Hendrajat, 2008).

Pakan berprobiotik merupakan mikrobia hidup di dalam suplemen

makanan yang mana memberikan efek menguntungkan bagi binatang dengan

(37)

2. Penggunaan Probiotik Dalam Budidaya Akuatik

Secara umum, keuntungan penggunaan probiotik dalam budidaya akuatik

adalah sebagai agen pendegradasi (perbaikan lingkungan) dan sebagai enzyme

impact (membantu pertumbuhan kultivan) (Anonim, 2013).

Secara khusus, keuntungan penggunaan probiotik dalam budidaya

akuatik sebagai fungsi membantu pertumbuhan kultivan adalah menginhibisi

bakteri patogen dengan memproduksi senyawa yang bersifat antagonis,

berkompetisi dengan bakteri patogen untuk berikatan dengan sisi aktif pada

saluran pencernaan, berkompetisi dengan bakteri patogen untuk mendapatkan

nutrient dalam saluran pencernaan, sebagai immunostimulator, membantu

memetabolime makanan pada saluran pencernaan (Watson, Kaspar, Lategan, dan

Gibson, 2008).

Secara khusus, keuntungan penggunaan probiotik dalam budidaya

akuatik sebagai fungsi agen pendegradasi (perbaikan lingkungan) adalah

memperbaiki kualitas air dengan mengubah senyawa organik menjadi karbon

dioksida (Mohaptra, dkk, 2012) dan sebagai contoh, mengubah protein yang

terkandung di dalam sisa pakan menjadi asam amino (Ljungh dan Wadstrom,

2009) sehingga tidak membentuk senyawa beracun seperti amoniak dan sulfida

(Anonim, 2013).

Menurut Mohaptra, dkk (2012), penambahan probiotik yang pada

dasarnya merupakan bakteri menguntungkan dapat meningkatkan jumlah mikroba

(38)

3. Lactobacillus sp.

Bakteri asam laktat (LAB) merupakan salah satu jenis probiotik yang

banyak digunakan dalam penelitian untuk manusia maupun hewan. Pada

kenyataan nya bakteri asam laktat (LAB) merupakan flora normal pada saluran

penernaan manusia, yang memiliki toleransi terhadap asam dalam saluran

pencernaan. Bakteri asam laktat (LAB) yang banyak digunakan salah satu nya

adalah Lactobacillus sp. (Watson, dkk, 2008).

Lactobacillus sp. merupakan prokariota yang memiliki genus

Lactobacillus, filum Firmicutes, kelas Bacilli, famili Lactobacillaceae. Termasuk

dalam bakteri asam laktat yang memiliki gram positif, dapat menfermentasi

karbohidrat menjadi asam laktat, dapat ditemukan dalam saluran pencernaan

manusia dan hewan (Tannock, 2005), memiliki sistem proteolitik yang dapat

mengubah protein menjadi asam amino (Ljungh dan Wadstrom, 2009).

Lactobacillus sp. yang merupakan bakteri asam laktat memiliki sistem

proteolitik yang mampu menghidrolisis protein makanan menjadi peptida dan

asam amino. Lactobacillus sp. memiliki komponen utama yang berfungsi sebagai

(39)

D. Perhitungan Jumlah Koloni Mikroba

Perhitungan jumlah koloni mikroba merupakan suatu metode untuk

menghitung jumlah bakteri hidup. Dengan metode ini, pengenceran berseri dari

sampel yang mengandung mikroorganisme ditanam pada media pertumbuhan

yang sesuai. Suspensi dapat disebarkan pada permukaan plat agar (Spread plate

method) atau dicampur dengan agar cair, yang kemudian dituangkan ke dalam

cawan petri dan dibiarkan memadat. Plat agar tersebut kemudian di inkubasi pada

kondisi yang memungkinkan organisme bereproduksi dan membentuk koloni

yang terlihat dengan mikroskop. Diasumsikan bahwa setiap koloni bakteri akan

muncul dari satu sel bakteri. Oleh karena itu, dengan menghitung jumlah koloni

dan memperhitungkan faktor pengenceran, jumlah bakteri pada sampel asal dapat

ditentukan (Harmita dan Radji, 2006).

(40)

E. Protein

Gambar 4. Struktur protein

1. Gambaran Umum Protein

Protein disintesis dari asam amino yang disatukan bersama oleh ikatan

peptida untuk membentuk rantai linear. Rantai ini berlipat–lipat melalui berbagai

cara untuk membentuk struktur tiga dimensi dari protein (Marks, Marks, dan

Smith, 2000).

Asam amino adalah bahan dasar untuk membentuk protein. Asam amino

juga dapat dioksidasi untuk menghasilkan bahan bakar dan berfungsi sebagai

prekursor untuk sintesis senyawa yang mengandung nitrogen lainnya, misalnya

neurotransmiter, hem, serta basa purin dan pirimidin. α-karbon pada asam amino

mengandung sebuah gugus karboksil, sebuah gugus amino, dan sebuah rantai sisi

(Marks, Marks, dan Smith, 2000).

2. Kelarutan Protein dalam Lingkungan Perairan

Kelarutan protein tergantung dari konformasi bentuknya (Chou dan

Morr, 1979). Protein dalam bentuk asam amino (bentuk primer atau sekunder)

(41)

dengan protein globular (bentuk kuartener) (Lemme, 2010). Hal ini terjadi karena

protein dalam bentuk kuartener dapat mengurangi ketersediaan gugus asam amino

polar untuk mengikat air. Ikatan antara air dengan asam amino terjadi oleh karena

adanya interaksi hidrofobik (Chou dan Morr, 1976).

F. Permodelan Semi Intensif

Permodelan semi intensif merupakan metode atau sistem budidaya yang

memperbaiki sistem tradisional atau ekstensif, yaitu dengan memperkenalkan

bentuk petakan yang teratur agar lebih mudah dalam pengelolaan airnya.

Budidaya dengan menggunakan permodelan ini digunakan penebaran bibit yang

cukup tinggi. Dalam permodelan ini, yang menjadi peranan penting adalah

sanitasi air, yaitu adanya pemasangan kincir serta pergantian air (Suyanto dan

Takarina, 2009).

Hal yang berperan penting dalam tahap awal pembudidayaan lobster

salah satu nya adalah kualitas air. Secara umum kualitas air berhubungan dengan

kandungan bahan terlarut di dalamnya. Tingkat kandungan dari bahan tersebut

akan menentukan kelayakannya. Kualitas air merupakan salah satu hal yang

berperan penting dalam pembudidayaan lobster air tawar karena diperlukan

sebagai media hidup baginya. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi hidup

lobster air tawar adalah suhu, oksigen terlarut, CO2 bebas, derajat keasaman (pH),

(42)

1. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) sangat penting sebagai parameter kualitas air

karena dapat mengontrol tipe dan laju kecepatan reaksi beberapa bahan di dalam

air. Selain itu, lobster air tawar dan makhluk–makhluk akuatik lainnya hidup pada

selang pH tertentu sehingga dengan diketahuinya pH maka akan tahu bahwa air

tersebut sesuai atau tidak untuk menunjang kehidupannya (Lukito dan Prayugo,

2007).

Tabel II. Kisaran umum derajat keasaman (pH)

No. Derajat Keasaman Kategori

1. 1 – 6 Asam

2. 7 Netral

3. 8 – 14 Basa

Derajat keasaman (pH) air yang baik untuk pertumbuhan lobster air

tawar berkisar 6,5–9. Jika angka pH kurang dari 5, akan berpengaruh sangat buruk

bagi pertumbuhan lobster air tawar karena dapat menyebabkan kematian.

Sementara derajat keasaman pH di atas 9 bisa menurunkan nafsu makan pada

lobster air tawar sehingga pertumbuhannya menjadi lambat (Lukito dan Prayugo,

2007).

2. Kesadahan

Kesadahan sangat penting artinya bagi pembudidaya karena kesadahan

merupakan salah satu petunjuk kualitas air yang diperlukan bagi lobster air tawar.

Lobster air tawar memerlukan prasyarat nilai kesadahan pada selang tertentu

untuk hidupnya. Di samping itu, kesadahan juga merupakan petunjuk yang

penting dalam hubungannya dengan usaha untuk memanipulasi nilai pH (Lukito

(43)

Kesadahan menggambarkan kandungan ion Ca2+ dan Mg2+ serta ion

logam polivalen lainya. Kesadahan perairan berasal dari kontak antara air, tanah,

dan bebatuan. Kesadahan juga menggambarkan kandungan garam–garam

alkalinitas tanah. Hal ini karena kation yang terdapat di perairan tawar sebagian

besar terdiri dari garam–garam, berupa kalsium dan magnesium (Lukito dan

Prayugo, 2007).

Perairan yang memiliki tingkat kesadahan kurang dari 50 mg/l CaCO3

termasuk perairan yang lunak (tidak sadah). Air yang memiliki kesadahan tinggi

lebih disukai oleh lobster air tawar daripada air lunak. Nilai kesadahan yang

cocok untuk kehidupan dan pertumbuhan lobster air tawar berkisar 100-200 mg/l

(Lukito dan Prayugo, 2007).

3. Dissolve of Oxygen (DO)

Oksigen merupakan zat terpenting bagi organisme untuk bernafas.

Keberadaan oksigen ada di udara dan ada yang terlarut dalam air. Adanya oksigen

dalam air disebabkan oleh hal–hal sebagai berikut :

1. Pergerakan air di permukaan. Pergerakan air menyebabkan difusi udara

ke dalam air sehingga dapat memperkaya kandungan oksigen di dalam

air.

2. Suhu. Semakin tinggi suhu air akan menyebabkan kandungan oksigen

yang terlarut menjadi semakin sedikit.

3. Tekanan udara. Semakin tinggi suatu wilayah atau daerah dari

permukaan air laut, semakin rendah tekanan udaranya dan kandungan

(44)

4. Adanya tumbuhan air. Adanya proses fotosintesis pada tumbuhan air

mempengaruhi keberadaan oksigen di dalam air. Pada siang hari,

tanaman mengeluarkan oksigen (O2) sedangkan pada malam hari

mengeluarkan karbondioksida (CO2) (Lukito dan Prayugo, 2007).

Pada umumnya lobster air tawar dapat hidup pada selang parameter air

yang lebar. Lobster air tawar diketahui toleran terhadap kandungan oksigen

terlarut sangat rendah. Akan tetapi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik,

tentu tidak akan dapat dilakukan pada kondisi demikian. Lobster air tawar

memerlukan kadar oksigen terlarut lebih dari 4 ppm (Lukito dan Prayugo, 2007).

4. Suhu

Lobster air tawar toleran terhadap suhu sangat dingin mendekati beku

hingga suhu di atas 350C. Pada kisaran suhu 20–300C, lobster air tawar mampu

bertahan hidup, tetapi laju pertumbuhannya lambat. Sementara pada suhu 23–

250C, pertumbuhannya menjadi sangat lambat. Meskipun demikian, untuk lobster

air tawar yang hidup di daerah tropis hendaknya dipelihara pada selang suhu 24–

300C. Pertumbuhan optimum lobster air tawar akan dapat dicapai bila dipelihara

pada selang suhu 25–290C (Lukito dan Prayugo, 2007).

G. Spektrofotometri Sinar Tampak

Menurut Gandjar dan Rohman (2007), sinar tampak (visible) merupakan

salah satu radiasi elektromagnetik, yang dapat dianggap sebagai energi yang

merambat dalam bentuk gelombang. Beberapa istilah dan hubungan digunakan

(45)

Panjang gelombang merupakan jarak linear dari suatu titik pada satu gelombang

ke titik yang bersebelahan pada gelombang yang berdekatan.

Sinar tampak memberikan energi yang cukup untuk terjadinya transisi

elektronik. Dengan demikian, spektra sinar tampak dikatakan sebagai spektra

elektronik. Transisi – trasnsisi elektronik akan meningkatkan energi molekuler

dari keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat energi tereksitasi. Sinar tampak

memiliki panjang gelombang antara 400nm-750nm.

Prinsip dasar spektrofotometri adalah jika suatu molekul sederhana

dikenakan radiasi elektromagnetik maka molekul tersebut akan menyerap radiasi

elektromagnetik yang energinya sesuai. Interaksi anatara molekul dengan radiasi

elektromagnetik ini akan meningkatkan energi potensial elektron pada tingkat

keadaan tereksitasi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri visible

adalah sebagai berikut :

1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar visible

Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada

daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi

senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu.

2. Waktu operasional (Operating Time)

Waktu operasional adalah waktu yang dibutuhkan untuk pengukuran

hasil rekasi atau pembentukan warna. Tujuan melakukan waktu

operasional ini adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil.

(46)

Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah

panjang gelombang yang memiliki absorbansi maksimal. Untuk memilih

panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva

hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu

larutan baku pada konsentrasi tertentu.

4. Pembuatan kurva baku

Kurva baku dibuat dengan cara membuat seri kurva baku dari zat yang

akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Masing – masing absorbansi

larutan dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang

merupakan hubungan antara absorbansi (y) dengan konsentrasi (x).

5. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 - 0,8

atau 15% - 70% jika dibaca sebagai transmitan.

H. Spektrofotometri Derivatif

Metode spektrofotometri derivatif atau metode kurva turunan adalah

salah satu metode spektrofotometri yang dapat digunakan untuk analisis campuran

beberapa zat secara langsung tanpa harus melakukan pemisahan terlebih dahulu

walaupun dengan panjang gelombang yang berdekatan.

Keuntungan dari metode spektrofotometri derivatif adalah spektrum

derivatif memungkinkan analisis multikomponen dalam campuran yang

spektranya saling tumpang tindih, spektrum derivatif memberikan gambaran

(47)

spektra derivatif pertama ke derivatif keempat, dapat dilakukan analisis kuantitatif

suatu komponen dalam campuran dengan bahan yang panjang gelombangnya

saling berdekatan, bila dibandingkan dengan kromatografi cair kinerja tinggi

(KCKT) metode spektrofotometri derivatif relatif lebih sederhana, alat dan biaya

operasionalnya lebih murah dan waktu analisisnya lebih cepat.

Pada spektrofotometri konsvensional (derivat ke nol), spektrum serapan

merupakan plot serapan (A) terhadap panjang gelombang (λ). Spektrum

elektronik biasanya dapat menunjukkan spektra yang lebar. Pada metode derivatif,

plot A terhadap λ ditransformasikan menjadi plot dA/ λ untuk derivatif pertama

dan d2A/d λ2 terhadap λ untuk derivatif kedua, dan seterusnya. Penentuan

panjang gelombang serapan maksimum yang lebar akan lebih akurat

menggunakan derivatisasi spektra (Nurhidayati, 2007).

(48)

I. Metode Pewarnaan Coomasie Brilliant Blue

Dye (pewarna) yang mengandung grup asam sulfonat dengan gugus

fungsional protein biasanya akan bereaksi pada rantai samping yaitu arginine,

lysine, dan histidine. Saat berikatan mereka akan mereduksi warna dari dye. Ikatan

yang terjadi antara protein dengan dye adalah ikatan ionik, elektrostatik, dan van

der walls. Ikatan van der walls merupakan ikatan yang paling dominan terjadi

dalam pewarnaan. Salah satu dye yang biasanya digunakan untuk mendeterminasi

protein adalah Coomasie Briliant Blue (CBB) (Otles, 2005).

Metode pewarnaan protein dengan menggunakan CBB ditemukan oleh

Bradford. Keunggulan metode ini dibandingkan dengan metode Lowry adalah

lebih cepat, mudah, dan sensitif (Kruger, 1994).

Prinsip dari metode ini adalah membentuk interaksi dengan struktur

protein. Pada kondisi asam, CBB akan berbentuk muatan positif dan interaksi

yang terjadi lebih banyak, serta dapat dideteksi pada panjang gelombang 470 nm.

Sedangkan pada kondisi netral, Coomasie Brilliant Blue (CBB) dominan dalam

bentuk anion (bermuatan negatif) yang akan mengadakan interaksi dengan

struktur protein dan dapat dideteksi pada panjang gelombang maksimal

590-615nm (Kruger, 1994).

Menurut Georgiou, Grintzalis, Zervoudakis, Papapostolou (2008),

dibawah ini adalah merupakan reaksi antara Coomasie Brilliant Blue (CBB)

(49)

Gambar 6. Interaksi CBB dengan asam amino

CBB R-250 merupakan salah satu jenis dye CBB untuk metode

pewarnaan protein. CBB R-250 memiliki dasar warna merah kecoklatan – biru.

(Glencross, Ahmed, dan Wang, 2011).

Gambar 7. Struktur CBB R-250

J. Pertumbuhan lobster

Pertumbuhan merupakan perubahan ukuran, baik bobot maupun panjang,

dalam suatu periode atau waktu tertentu. Pertumbuhan pada lobster air tawar

dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu pertumbuhan muthlak dan pertumbuhan

nisbi. Pertumbuhan muthlak yaitu ukuran rata-rata yang dicapai oleh lobster air

tawar dalam satuan waktu tertentu. Sementara pertumbuhan nisbi didefinisikan

sebagai ukuran panjang atau berat yang dicapai dalam periode tertentu yang

(50)

Secara umum, pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi sifat genetis dan kondisi

fisiologis. Sementara faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan yang menjadi

media pemeliharaan, antara lain kimia air , suhu air, dan ketersediaan pakan

(Lukito dan Prayugo, 2007).

K. Landasan Teori

Lobster air tawar yang memiliki nama latin Cherax quadricarinatus

memiliki kenampakan yanng mirip dengan lobster air laut, dan juga lobster

memiliki beberapa ciri yang hampir mirip dengan golongan crustacea yang lain

seperti udang.

Pakan dalam budidaya digunakan untuk memberikan nutrisi bagi lobster

sehingga lobster dapat bertumbuh dan berkembang. Jumlah pakan dan jenis pakan

serta kualitas pakan sangat mempengaruhi lingkungan terutama dalam kualitas air

dan sedimen. Untuk membantu menjaga keseimbangan ekologi lingkungan dan

meningkatkan vitalitas serta pertumbuhan lobster maka digunakan probiotik yang

diaplikasikan pada pakan lobster.

Lobster merupakan hewan yang hidup dalam air, dan dengan adanya

penambahan probiotik (Lactobacillus sp.) di dalam habitat perairan yang

didapatkan secara tidak langsung dari pakan berprobiotik akan meningkatkan

populasi mikroorganisme dalam lingkungan perairan budidaya. Oleh karena itu

(51)

pada sampel air, dan dapat disimpulkan bahwa dengan adanya probiotik yang

mengandung Lactobacillus sp. dapat meningkatkan populasi mikroba dalam air.

Probiotik (Lactobacillus sp.) merupakan bakteri proteolitik, yang dapat

menghidrolisis protein menjadi bentuk sederhana yaitu rantai peptida dan asam

amino. Dengan adanya bakteri ini dalam sedimen, asam amino dan peptida akan

lebih terlarut dalam perairan dibandingkan protein, sehingga menyebabkan kadar

protein dalam sedimen yang didapatkan menurun bila dibadandingkan dengan

kelompok perlakuan. Kadar protein dalam sedimen hasil sisa pakan akan dideteksi

oleh spektrofotometri visible dengan menggunakan pengembangan metode

pewarnaan CBB R.

Penambahan probiotik (Latobacillus sp.) dalam pakan bertujuan untuk

dijadikan enzyme impact bagi pertumbuhan lobster dan menjaga imunitas dari

lobster, sehingga dengan adanya penambahan probiotik yang mengandung

Lactobacillus sp ke dalam pakan akan meningkatkan pertumbuhan lobster, yang

dapat diketahui dari meningkatnya berat dan panjang lobster.

L. Hipotesis

Bila dibandingkan dengan kelompok kontrol, terjadi peningkatan

populasi mikroba dalam air dan adanya pengaruh pemberian pakan berprobiotik

pada saat pemeliharaan lobster; terjadi penurunan kadar protein dalam sedimen

dan adanya pengaruh pemberian pakan berprobiotik pada saat pemeliharaan

lobster; terjadi peningkatan laju pertumbuhan lobster dan adanya pemberian

(52)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Penelitian berjudul “Pengaruh Pemberian Pakan Berprobiotik pada Populasi

Mikroba dalam Air, Kadar Protein dalam Sedimen yang Ditetapkan Berdasarkan

Hasil Pengembangan Metode Coomasie R, serta Pengaruhnya pada Pertumbuhan

Lobster Air Tawar (Cherax Quadricarinatus)” merupakan penelitian

eksperimental murni. Dapat dikatakan eksperimental murni karena terdapat subjek

uji yang medapat perlakuan.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel utama

1) Variabel bebas

Lama pemberian pakan berprobiotik.

2) Variabel tergantung

Jumlah protein dalam sedimen, jumlah koloni mikroba dalam

sedimen, berat dan panjang lobster.

b. Variabel pengacau

1) Variabel pengacau terkendali

Volume air, cahaya matahari, oksigen terlarut dalam air, pH

(53)

30

2) Variabel pengacau tak terkendali

lobster mengalami kematian saat perlakuan.

2. Definisi Operasional

a. Pakan probiotik merupakan pakan lobster yang telah dimodifikasi dengan

menambahkan suatu probiotik ke dalam sediaan pakan.

b. Permodelan pembiakan merupakan metode budidaya lobster dengan

merekayasa pembiakan yaitu memberikan sedimen, aerasi, dan rong

susun sebagai tempat hidup lobster.

c. Lobster air tawar merupakan lobster jenis Red Claw yang hidup di

perairan tawar yang digunakan sebagai hewan uji dengan kriteria yang

sudah ditentukan.

d. Rumah lobster merupakan gabungan pipa yang disusun secara berjajar,

terikat menjadi satu dan digunakan sebagai tempat perlindungan lobster.

e. Aerasi merupakan sistem sirkulasi udara dari luar ke dalam air dengan

bantuan alat pompa elektrik.

f. Sedimen merupakan suatu masa padat yang berasal dari sisa pakan

maupun hasil ekskresi dari lobster yang mengendap di dasar akuarium.

g. Kelompok kontrol merupakan populasi lobster yang diberi perlakuan

pakan tanpa probiotik.

h. Kelompok perlakuan merupakan populasi lobster yang diberi perlakuan

pakan mengandung probiotik.

i. Populasi mikroba merupakan jumlah koloni mikroba yang berkembang

(54)

31

j. Panjang dan berat lobster merupakan parameter yang diukur terkait

pengaruh pemberian pakan terhadap pertumbuhan lobster.

k. Metode Coomasie Brilliant Blue (CBB) merupakan metode pewarnaan

protein sehingga dapat terdeteksi dengan spektrofotometri UV-Vis.

l. Spektrofotometri UV-Vis merupakan metode yang digunakan untuk

membaca absorbansi pada panjang gelombang tertentu.

m. Derivat merupakan hasil modifikasi pembacaan spektrum yang didapat

dari hasil turunan spektrum yang digunakan untuk mempermudah

pembacaan.

n. Optimasi merupakan proses penentuan metode yang paling optimal untuk

suatu analisis zat.

o. Ektraksi merupakan proses penarikan suatu zat dari matriks.

p. Validasi merupakan proses penjaminan suatu metode agar dihasilkan

(55)

C. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sedimen lobster air

tawar, pakan lobster merek Bintang®, probiotik untuk pakan udang merek

Gosyen®, lobster air tawar jenis Red Claw (Cherax quadricarinatus), air sumur,

reagen Coomasie Brilliant Blue R-250, PHospHate Buffer Saline (PBS) pH 7

(NaCl, KCl, Na2HPO4, dan K2HPO4), asam asetat glacial (kualitas p.a), metanol

(kualitas p.a), etanol (kualitas p.a), akuabides, CH3COONa, NaOH (kualitas p.a),

HCl (kualitas p.a), Bouvine Serum Albumine (BSA).

D. Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium (panjang 60

cm, lebar 30 cm dan tinggi 50 cm), kincir udara atau aerator merek Amara®, DO

meter (pengukur dissolve oxygen), rong susun, spuit, alat-alat gelas

(Pyrex-Germany), mistar merek Ziegel®, timbangan analitik, batang pengaduk, pipet

tetes, pipet volume, micropipette, macropipette, flakon, pompa vacuum, corong

Buchner, labu hisap, pH stick universal, cawan porselen, stamper, mortir, kertas

saring, oven, vortex, centrifuge, spectropHotometer UV-Visible SHIMADZU

(56)

E. Tata Cara Penelitian

1. Penyiapan Media Air

a. Derajat keasaman (pH). Derajat keasaman (pH) ditentukan dengan

meggunakan kertas pH universal. Air sumur dimasukkan ke dalam gelas,

kertas pH universal dicelupkan. Perubahan warna diamati. Perubahan

warna yang terjadi dibandingkan dengan warna standar yang tertera pada

kemasan kertas pH universal.

b. Penetapan kesadahan dengan titrasi kompleksometri. Menurut

Setyaningtyas, Andreas, dan Riyani (2008), penetapan kesadahan

dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Pembuatan larutan baku CaCO3 0,01 M

CaCO3 ditimbang sebanyak 100 mg, dimasukkan dalam labu takar

100 ml, ditambahkan 10 ml akuabides dan 1 ml HCl kemudian di

add akuabides hingga tanda batas.

2) Pembuatan larutan EDTA 0,01 M

Sebanyak 730 mg EDTA dimasukkan dalam labu takar 250 ml dan

di add akuabides hingga tanda batas.

3) Pembakuan larutan EDTA

Sebanyak 10 ml larutan baku CaCO3 dimasukkan dalam erlenmeyer,

ditambahkan 9 ml akuabides, ditambahkan 1 ml buffer fosfat.

Kemudian ditambahkan sedikit reagen Eriocrome Black T (EBT)

dan dititrasi dengan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari

(57)

4) Penetapan kesadahan

Sebanyak 10 ml sampel air dimasukkan dalam Erlenmeyer,

ditambahkan 1 ml buffer fosfat dan 9 ml akuabides. Kemudian

ditambahkan sedikit reagen EBT dan dititrasi dengan EDTA hingga

terjadi perubahan warna dari merah anggur ke biru (volume EDTA

yang digunakan dicatat).

c. Penetapan Dissolve Oxygen (DO). DO meter disiapkan dan dikalibrasi

sebelum digunakan. Kadar oksigen dalam air yang digunakan untuk

habitat lobster diukur dengan menggunakan DO meter. Air yang

digunakan didiamkan selama 1 malam kemudian diukur kadar

oksigennya. Setelah itu dilakukan pemberian aerasi dan didiamkan

selama 24 jam kemudian di cek kembali kadar oksigen di dalam air.

d. Suhu. Pengecekkan suhu dilakukan menggunakan alat DO meter. Air

yang digunakan didiamkan selama 1 malam kemudian diukur suhu.

Setelah itu dilakukan pemberian aerasi dan didiamkan selama 24 jam

kemudian di cek kembali suhu di dalam air.

e. Penetapan ion klor

1) Preparasi sampel air

Air yang digunakan (air sumur, air peternak lobster dan akuabides)

untuk habitat lobster disiapkan masing-masing 5 ml dan dimasukkan

dalam 3 tabung reaksi. Dilakukan replikasi sebanyak 2 kali.

(58)

Sedimen yang digunakan untuk habitat lobster ditimbang masing -

masing 1 gram dan dimasukkan dalam 3 tabung reaksi, masing -

masing tabung ditambahkan 3 varian air yang berbeda (air sumur, air

peternak lobster dan akuabides) sebanyak 10 ml. Dilakukan

penghomogenan. Dilakukan replikasi sebanyak 2 kali.

3) Analisis kualitatif ion klor

Larutan AgNO3 disiapkan, AgNO3 ditimbang sebanyak 0,5 gram dan

dilarutkan dalam akuabides hingga tanda batas pada labu takar 10

Pakan lobster berbentuk pellet dibeli dari pedagang lobster merek

Bintang® dengan kode 583. Kode ini merupakan kode ukuran pelet. Sedangkan

pakan berprobiotik dibuat secara manual oleh peneliti setiap 2 hari sekali dengan

dosis probiotik menurut produsen Probiotik Merek X.

a. Uji Lactobacillus sp. pada cairan probiotik Merek X. Cairan Probiotik

Merek X dalam keadaan tersegel diberikan pada Laboratorium

Mikrobiologi Balai Kesehatan Yogyakarta dan dilakukan uji keberadaan

Gambar

Gambar 15.Kurva adisi, hubungan konsentrasi BSA terhadap tinggi derivat .... 76
Gambar 1. Lobster  red claw (Cherax quadricarinatus)
Tabel I. Persentase pemberian pakan berdasarkan berat kultivan (Nur, 2011)
Gambar 2. Pengelolaan budidaya udang intensif dan interaksi kualitas air (Nur, 2011)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan dengan kandungan protein yang berbeda terhadap rasio konversi pakan (FCR), retensi energi (RE), dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan suplemen Viterna dengan dosis yamg berbeda terhadap laju pertumbuhan dan rasio konversi pakan (FCR) pada lobster air

[r]

Berdasarkan hasil pengukuran semua variabel yang dilakukan pada penelitian selama 42 hari, diperoleh data total konsumsi pakan (TKP), efisiensi pemanfaatan pakan (EPP),

Penambahan dilakukan menggunakan metode semprot (sprayer), yaitu dengan cara menyemprotkan ektrak yang sudah diencerkan pada pakan pellet 0,5 kg secara merata atas

quadricarinatus tidak dapat beraklimatisasi dengan baik, mengingat hewan uji yang digunakan untuk penelitian berasal dari hasil budidaya in door yang

Pengaruh pemberian air kelapa pada organisme dalam teknik pengarahan kelamin dapat dilihat dari beberapa parameter, yaitu jumlah persentase rasio jenis kelamin, derajat

Hasil pengamatan penelitian tentang pengaruh pemberian hormon natrium levotiroksin dalam pakan pelet terhadap pertambahan panjang lobster air tawar jenis