SAMBUTAN
KETUA PENGADILAN TINGGI AGAMA KENDARI
PADA RAKERDA PTA TAHUN 2012
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu Alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Yang Saya hormati Bapak Dirjen Badilag, Mahkamah
Agung RI.
Yang Saya hormati Para Hakim Tinggi Pengadilan Timggi
Agama Kendari
Yang Saya hormati Panitera Sekretaris PTA Kendari
Yang Saya hormati Para Ketua PA Sewilayah PTA Kendari
Hadirin, Peserta Rakerda yang saya cintai dan
banggakan.
tengah-tengah kesibukan, beliau telah berkenan meluangkan
waktu untuk hadir di tengah Kita yang tentunya merupakan
motivasi, kebanggaan dan kehormatan bagi Kami, untuk itu atas
perkenan beliau, atas nama Keluarga Besar Pengadilan Tinggi
Agama Kendari, menghaturkan selamat datang dan terima kasih
kepada bapak Dirjen.
Bapak bapak,ibu ibu yang Saya hormati.
Selanjutnya pada kesempatan yang baik ini, Saya ingin
mengajak Bapak-bapak dan Ibu-Ibu untuk merefresh ingatan
Kita kembali pada suatu komitmen, yaitu komitmen yang telah
Kita letakkan bersama bahwa “Dengan semangat perubahan,
memperkokoh landasan menuju lembaga peradilan yang agung”.
Dan untuk mewujudkan komitmen Kita, minimal diperlukan dua
prasyarat utama yaitu adanya kemauan dan semangat. Karena
sebagus apapun komitmen Kita tanpa didukung oleh kemauan
dan semangat, maka komitmen Kita hanya akan sebatas wacana
saja serta gerbong yang paling mempercepat terwujudnya suatu
komitmen adalah perubahan serta kendaraan yang paling cepat
untuk mengangkut gerbong perubahan adalah bekerja keras
untuk menunjukkan kinerja yang terukur sesuai standar.
menyebarnya berbagai inisiatif perubahan ke seluruh tingkat
peradilan, dari tingkat Mahkamah Agung, tingkat banding, hingga
tingkat pertama yang menjadi agen-agen perubahan
(Agents of
change)
yang sangat memberikan dampak positif terhadap
pengadilan secara kelembagaan.
Bapak bapak,ibu ibu yang Saya mulyakan
Sebagai salah satu tujuan penting program reformasi
birokrasi, lembaga peradilan, khusus untuk peradilan agama,
upaya pemberdayaan hakim tinggi yang digiatkan oleh Ditjen
Badilag dan Bapak Dirjen sebagai motor penggeraknya adalah
bukti nyata ke arah perubahan. Selama ini image yang melekat
pada jabatan hakim tinggi yaitu “sebagai tempat parkir
menjelang usia pensiun” yang sedikit menggoyangkan wibawa
peradilan tentunya dapat ditepis. Oleh karena itu, dengan adanya
program pemberdayaan ini, diharapkan agar para hakim tinggi
dapat menata diri dengan memperkuat Sumber Daya Manusia
masing-masing dan di tingkat pertama harus menyesuaikan
dengan program tersebut. Namun yang terpenting adalah bahwa
dalam konteks penanganan perkara penting kiranya bagi seluruh
para aparatur peradilan yang dimulai dari pimpinan, hakim,
panitera hingga staf pendukung lainnya untuk memiliki standar
kerja yang jelas, mempunyai kode etik dan perilaku yang akan
mengatur dan mengawal kinerja pengadilan.
Bapak-Bapak, Ibu-Ibu yang Saya hormati
Reformasi birokrasi lembaga peradilan dilakukan pada
sembilan fokus program yang sesuai dengan panduan
pelaksanaan reformasi birokrasi yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara yaitu :
1. Penataan dan penguatan organisasi
2. Penataan tata laksana
5. Penguatan akuntabilitas kinerja
6. Peningkatan kualitas pelayanan publik
7. Mekanisme monitoring
8. Evaluasi dan pelaporan
9. Manajemen perubahan serta penataan
Perundang-undangan.
Kesemuanya itu mencakup aspek administrasi dan
penanganan perkara maupun aspek organisasi secara umum.
Oleh karena itu dalam upaya reformasi birokrasi dan
peningkatan profesionalisme tersebut, penting bagi Kita semua
untuk untuk terus menerus melakukan optimalisasi peran
aparatur dan birokrasi lembaga peradilan dalam memberikan
keadilan bagi masyarakat luas dengan menkoneksikan dengan
anggaran yang tersedia sesuai alokasi penggunaan maupun
pertanggungjawabannya.
Untuk itu aparatur dan birokrasi peradilan perlu memastikan
optimalisasi anggaran tersebut dengan sasaran yang jelas,
capaian hasil yang nyata, sesuai ukuran standar baku kinerja
sehingga tidak overlopping atau tumpang tindih, akuntabel
dan jelas tata kelolanya. Ini yang sangat penting untuk dipahami
bersama utamanya bagi setiap pelaku-pelaku tata kelola
anggaran di dalam satuan kerja masing-masing agar lebih
terencana dan matang.
Bapak-bapak /Ibu-Ibu yang Saya hormati.
1. Program penyelesaian perkara
2. Program manajemen Sumber Daya Manusia
3. Program pengelolaan website
4. Program pelayanan publik dan meja informasi di pengadilan
5. Program implementasi SIADPA Plus
6. Program
justice for all
(prodeo, sidkel dan pos bakhum)
7. Pengawasan.
Sebagai aparat peradilan agama tentunya diharapkan agar
dapat mengantisipasi ke 7 program prioritas tersebut,
memahami dengan cerdas dan lagi-lagi dengan kerja keras.
Karena bukan lembaga yang dituntut tetapi person to person
aparat baik pimpinan, hakim, panitera dan seluruh pejabat dan
staf pengadilan agar mengetahui dan mampu bekerja secara
maksimal untuk mengawal program prioritas tersebut sesuai
kemampuan dan anggaran yang tersedia yang telah
dicanangkan masing-masing satuan kerja.
Bapak-bapak/ibu-ibu yang Saya mulyakan
Untuk itu, marilah Kita memannfaatkan pertemuan Rakerda
ini untuk saling asah, asuh dan asih dengan semangat
perubahan karena nasib suatu kaum akan berubah jika kaum itu
sendiri yang merubahnya. Pelaksanaan kinerja sebagai agen
perubahan senantiasa harus dibarengi pembinaan dan
pengawasan yang
suistenable
(berkelanjutan) dan tidak
bertendensi mencari kesalahan-kesalahan.
preventif (pencegahan) dari pada akuratif (penyembuhan)
sehingga disclaimer dapat diantisipasi dan dideteksi secara dini.
Upaya-upaya yang telah dilakukan saat ini telah berjalan dengan
efektif harusnya dilanjutkan dan ditingkatkan. Dan pada akhirnya
peran dari pengadilan tingkat banding sebagai kawal depan
menjadi sangat penting secara hiraki utamanya para hakim tinggi
sebagai ujung tombak dalam melakukan pengawasan kepada
pengadilan tingkat pertama.
Dan saya berharap dalam Rakerda ini Kita mampu
merumuskan sesuatu yang terbaik, ide-ide, bentuk-bentuk dan
langkah-langkah yang efektif dalam mengkonstruksi wajah
jajaran pengadilan agama sebagai icon perubahan Mahkamah
Agung dalam mewujudkan cita-cita “MEWUJUDKAN BADAN
PERADILAN YANG AGUNG”. Kepada para peserta Saya ucapkan
selamat mengikuti Rakerda ini dan kepada Bapak Dirjen Kami
mohon perkenannya untuk memberikan sambutan dan
arahan-arahan sekaligus membuka Rakerda ini secara resmi. Terima
kasih atas segala perhatian Mohon Maaf atas segala kekurangan,
Wassalamu Alaikum WR. WB.
Kendari, 22 Maret 2012
PEMBERDAYAAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SEBAGAI KAWAL DEPAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
Pemberdayaan Pengadilan Tinggi Agama sebagai kawal depan Mahkamah Agung Republik Indonesia pada hakekatnya adalah pemeberdayaan Potensi Personal dan aparatur Pengadilan Tinggi Agama sebagai pelaku/pelaksana bukan lembaganya, Olehnya itu seluruh potensi yang dimiliki diharapkan Pimpinan, Hakim Tinggi, Pejabat Kepaniteraan , Pejabat Kesekretariatan, Pejabat Struktural /Fungsional dan seluruh staff harus memahami dan mengetahui apa harus yang akan dikerjakan dan yang paling utama bagaimana Hakim Tinggi dapat diberdayakan sebagai kawal depan untuk menjembatani, mengontrol dari pelaksanaan kerja Pengadilan Tingkat Pertama, dan di samping itu menjadi pelaksana pembaharu reformasi (agen of Cange). Olehnya itu di dalam forum ini kami ingin memberikan pemahaman kembali dan mengingatkan “pelaksanaan program-program proritas reformasi birokrasi di lingkungan Pengadilan Agama” sebagai akibat dari pada birokrasi reformasi secara nasional di mana Hakim Tinggi diharapkan menjadi ujung tombak dan menjadikannya sebagai kultur kinerja di dalam langkah ke depan mewujudkan fisi dan misi Mahkamah Agung yang Agung sebaga berikut:
1. Program Penyelesaian Perkara.
Hambatan yang paling harus diperhatikan dalam upaya peningkatan penyelesaian jumlah perkara di Pengadilan adalah penataan kembali penempatan dan penyebaran aparat non Hakim di satker-satker yang lebih professional dan untuk memanfaatkan Tegnologi Informasi sekaligus dituntut bagi semua Hakim Tinggi, dan Kepaniteraan untuk menguasai penggunaan Teknologi Informasi..
2. Program Manajemen Sumber Daya Manusia
Berdasarkan data di Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama bahwa jumlah pegawai Peradilan Agama sebanyak 11.856 orang yang terdiri tenaga teknis 8.029 dan tenaga non teknis sebanyak 3.827 orang. Tenaga Teknis terdiri dari Hakim, 3.645, kepaniteraan 3.257 orang dan kejurusitaan 1.127 orang.
Dalam mengelola Sumber Daya Manusia tersebut yang tersebar di 372 satker dengan rincian sebagai berikut, Ketua terdiri dari 354 orang, wakil ketua 352 orang, Hakim 2.936 orang, Hakim yustisial 1 orang, pansek 366 orang, wapan 362 orang, panmud 949 orang, Panitera Pengganti 1.580 orang, jurusita 264 orang, jurusita pengganti 863 orang, wasek 333 orang, kasubag 905 orang, fungsional kesekretariatan 60 orang dan staf 2.529 orang jumlah seluruhnya 11.856 orang. Untuk mengelola hal ini, maka Dirjen Badilag telah membangun sebuah aplikasi berbasis tegnologi Informasi yaitu SIMPEG dan dikembangkan sebagai penganti dari system informasi kepegawaian manual dalam mewujudkan pelayanan prima di bidang Manajemen Sumber Daya Manusia. Dalam perkembangan selanjutnya Dirjen Badilag telah mengembangkan SIMPEG kearah yang lebih maju dengan membuat Aplikasi Sistim informasi Manajemen Kepegawaian SINGKEP berbasis Web pada tahun 2011 dengan alamat http://Simpeg. Badilag.Web/Singkep. Bahwa dengan aplikasi SINGKEP ini dengan mudah kita dapat mengakses data pribadi kita via internet di mana dan kapan saja selama terhubungan dengan koneksi internet.
Perkembangan webside yang pada mulanya hanya sebagai media informatif dengan alamat www.badilag.net. Kemudian menjadi media interaktif dan komunikatif. Sebagai contoh pemuatan jadwal sidang, pengaduan, publikasi putusan transparansi anggaran dan lain-lain yang semuanya bermuara kepada keterbukaan informasi peradilan sebagaimana yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2006 tentang Keterbukaan Infomasi Publik dan SK.KMA Nomor 1-144 Tahun 2011.
Melalui sosialisasi dan orientasi tentang system informasi selama ini (2088-2010) Ditjen Badilag telah menggalakkan Webside dan untuk Msy. Aceh/PTA dan Msy.Aceh/PA se Indonesia yang telah mencapai 100 % yang memiliki webside pada tahun 2010. Dirjen Badilag juga telah memberikan penghargaan / a word kepada 5 Msy/ PTA terbaik tingkat Nasional yaitu PTA Jogyakarta, PTA Surabaya, PTA Ambon, PTA Banjarmasin dan PTA Kendari dan kepada Msy/PA yaitu: PA Bantul, PA Jogyakarta, PA Sleman, PA Cianjur dan PA Wates. Kemudian Msy/PA yang terbaik ditingkat wilayah Msy Aceh/PTA dalam pengelolaan websidenya juga diberikan Webside a word sebanyak 29 PA termasuk di dalamnya PA Unaaha.
Kebutuhan publik akan informasi Peradilan Agama menuntut peningkatan kuantitas dan kualitas informasi yang disajikan, olehnya itu Ditjen Badilag telah menyikapi dengan langkah-langkah yang positif.
4. Program Pelayanan Publik dan Meja Informasi di Pengadilan
Peningkatan pelayanan publik dalam hal ini, pelayanan hukum (legal Service)
Ditjen Badan Peradilan Agama sebagai institusi di bawah Mahkamah Agung RI melakukan pembinaan terhadap Peradilan Agama, memiliki komitmen penuh untuk mengimplementasikan pelayanan publik dan transparansi peradilan dengan melakukan sosialisasi, bimbingan dan monitoring dan terakhir surat Dirjen Badilag nomor: 0017/03.A/SK/VII/2011 tentang Pedoman Pelayanan Meja Informasi di lingkungan Peradilan Agama dengan tujuan untuk memberi pelayanan yang terbaik terhadap para pencari keadilan, yang secara tidak langsung membatasi hubungan antara aparat dan pencari keadilan dan penghindaran terhadap hubungan yang tidak proporsional dan meminimalisir tindakan penyelewengan aparat Peradilan Agama. Dalam hal ini telah disosialisasikan keseluruh Peradilan Agama dan memonitor secara langsung bahkan Ditjen Badilag berencana mengadakan penilaian dan memberikan pengharagaan terhadap lembaga Peradilan Agama yang memberikan pelayanan terbaik kepada publik melalui program “Publik Sivice a Word”.
5. Program Implementasi SIADPA
Untuk pemanfaatan Tegnologi Infomarasi pada proses administrasi Peradilan di Pengadilan Agama, Ditjen Badilag telah membuat suatu aplikasi yang diberi nama aplikasi SIADPA (System Administrasi Perkara Pengadilan Agama) dan SIADPTA (Sistem Administrasi Pengadilan Tinggi Agama).
Aplikasi SIADPA sebagai suatu system manajemen perkara telah dirasakan manfaatnya di bidang administrasi peradilan. Pengolahan dokumen perkara dilakukan dengan lebih cepat, efektif dan efesien sehingga pelayanan kepada masyarakat pencari keadilan bisa lebih ditingkatkan dan pengembangan aplikasi SIADPA diarahkan untuk terciptanya tata kerja di bidang keperkaraan yang lebih modern dalam rangka memberikan pelayanan prima kepada masykarakat.
6. Program “Justice for All”
Yaitu perkara Prodeo, sidang keliling dan Pos Bantuan Hukum (POSBAKUM). Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman pada pasal 56 dan pasal 60 b. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama menyebutkan bahwa setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum dan Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu. Pasal 57 UU Nomor 48 Tahun 2008 dan pasal 60 c UU Nomor 50 tahun 2009 mengatur bahwa disetiap pengadilan di bentuk POSBAKUM untuk pencari keadilan yang tidak mampu dalam memperoleh bantuan hukum dan selanjutnya disebutkan bahwa bantuan hukum tersebut diberikan secara cuma-cuma pada semua tingkat peradilan sampai putusan tersebut Memperoleh Kekuatan Hukum Tetap.
Di Peradilan Agama Sidang Keliling dan perkara prodeo telah lama dilaksanakan akan tetapi Posbakum baru dilaksanakan pada tahun 2011 setelah keluarnya SEMA Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pedoman Bantuan Hukum walaupun masih banyak mengalami kendala terutama dalam pelaporan Gate Way Mahkamah Agung RI. Sistem ini digunakan untuk melakukan pelaporan penerimaan perkara dan penggunaan biayanya, dan selain itu juga untuk melaporkan besaran dan penyerapan anggaran Prodeo, Sidkel dan Posbakum.
disebabkan oleh in-put data yang dilakukan oleh masing-masing satker kemungkin tidak sesuai kenyataannya, oleh karena itu harus melakukan kross cek data aplikasi dengan manual ke Pengadilan Tingkat Banding dan memakan waktu yang lama.
7. Pengawasan
Tugas pengawasan adalah menjadi tugas pokok Badan Pengawasan MARI, pengawasan meliputi tugas-tugas pemeriksaan teknis peradilan, pemeriksaan administrasi peradilan dan pemeriksaan administrasi umum. Dalam melakukan pengawasan internal di lingkungan peradilan mencakup dua jenis, yaitu: pengawasan melekat dan rutin regular.
Pengawasan melekat meliputi kegiatan yang bersifat pengendalian yang terus menerus dilakukan oleh atasan langsung terhadap bawahannya secara prefentif dan refresif sedangkan pengawasan rutin dilakukan oleh Badan Pengawas Mahkamah Agung RI. Ketua tingkat pertama dan Ketua Pengadilan Banding sebagai pengawas tercantum Surat Keputusan MARI Nomor KMA/096/SK/K/2006 tentang tanggung jawab Ketua Pengadilan Tingkat Banding dan Ketua Pengadilan Tingkat Pertama dalam melaksanakan tugas pengawasan .
Dirjen Badilag, khusus Direktorat Pembinaan Tenaga Teknis Peradilan Agama sebagai Pembina Tenaga Teknis, ikut serta menerima pengaduan-pengaduan masyarakat, penanganan pengaduan adalah rangkaian proses penanganan atas pengaduan yang ditujukan terhadap instansi atas pelayanan publik, atau tingkah laku aparat peradilan. Dan yang menjadi kendala adalah kurangnya perhatian para pimpinan pengadilan untuk mendata pengaduan dan menindaklanjuti dan mempublikasikannya pada webside sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.
PEMBERDAYAAN HAKIM TINGGI
Hakim Tinggi yang mempunyai tugas utama menangani perkara Banding harus diikutsertakan dalam pembinaan Pengadilan Agama di Wilayah Pengadilan Tinggi Agama, olehnya itu para Hakim Tinggi harus menjadi (Think-Thank) pemikir-pemikir, di samping itu pula para Hakim Tinggi harus menjadi Pembina yang langsung memberikan bimbingan, arahan dan pengawasan berkaitan dengan jalannya pengadilan dan kualitas SDM di Pengadilan Agama.
Diharapkan kedepan para Hakim Tinggi sudah lebih menguasai hukum acara/ hukum materil, system penggunaan IT dan memudahkan untuk menangani permasalahan lebih cepat dan tepat. Di beberapa Pengadilan Tinggi Agama termasuk PTA Kendari jumlah Hakim Tinggi lebih banyak dari perkara banding yang masuk, untuk tahun 2011 perkara banding hanya 30 perkara dan jumlah Hakim Tinggi 15 orang ditambah 2 orang pimpinan (Ketua dan Wakil Ketua). Olehnya itu suatu kebijakan yang ditempuh oleh PTA Kendari, mengisi waktu yang banyak itu dengan menciptakan lapangan tugas dengan pembinaan-pembinaan yang terdiri dari: Diskusi Hukum Acara, Pelatihan Penggunaan IT, Diskusi Hukum Materil tentang isu-isu terkini yang timbul di masyarakat dalam masalah hukum dan mencari bentuk pola pengawasan yang lebih akurat dalam melaksanakan tugasnya.
penggajian dan pembinaan karir kini sudah jelas. Hakim Tinggi lebih Tinggi dari Ketua Pengadilan Agama dari segi jabatan dan hal tersebut sudah ada aturan main untuk itu.
Jadi untuk meningkatkan fungsi dan peran Hakim Tinggi dalam melakukan pembinaan dan pengawasan tidak selalu tergantung dengan anggaran dan kebijakan yang rutin saja tetapi dengan penggunaan teknologi informasi yang kini sudah terpasang di hadapan kita, dapat dimanfaatkan untuk peningkatan fungsi Hakim Tinggi dalam melakukan pembinaan ke bawah, pembinaan ke daerah tidak harus selalu bertemu secara fisik termasuk dalam pembinaan pengembangan webside SIADPA, SINPEG, penilaian terhadap materi putusan, transparansi, system pelaporan dan lain-lainnya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi informasi jarak jauh dunia maya. Hal lain yang perlu kita manfaatkan adalah waktu yang sangat banyak dipunyai Hakim Tinggi dengan melihat jumlah perkara banding yang masuk dengan perbandingan jumlah Hakim Tinggi itu sendiri, betapa para Hakim Tinggi banyak mempunyai waktu untuk melakukan hal-hal yang positif, seperti kajian, orientasi, sosialisasi dan pembinaan. Olehnya itu sangatlah tepat jika peran peningkatan Hakim Tinggi dalam melakukan pembinaan di Pengadilan Agama harus ditingkatkan dan semuanya dapat berhasil dengan baik kalau kita punya tekad (komitmen) dan inilah yang sangat mendukung apalagi kalau ini datangnya dari pimpinan sebagai Top Leader organisasi. Dan untuk terciptanya pola dan pengawasan yang baru akan disampaikan secara mendetail oleh Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Agama Kendari sebagai masukan dalam RAKERDA ini, lebih dan kurangnya diucapkan Terima Kasih.
Wassalam