• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh kasus pelanggaran hukum bidan keh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Contoh kasus pelanggaran hukum bidan keh"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah:

CONTOH KASUS PELANGGARAN HUKUM DI BIDANG KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN

“Teluk Kendari Tercemar, Dimana Tanggung Jawab Pemerintah?”

Oleh:

NAMA : BAHAR RUDIN

STAMBUK : M1A1 14 011

KELAS : KEHUTANAN. A

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN UNIVERSITAS HALU OLEO

(2)

BAB I PENDHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan industri dan teknologi saat ini dimanfaatkan oleh manusia untuk

meningkatkan kualitas hidupnya. Hal ini terbukti bahwa industri dan teknologi

yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi kemajuan

industri dan teknologi berdampak positif terhadap lingkungan hidup karena

meningkatkan kualitas hidup manusia. Namun di sisi lain manusia juga ketakutan

akan adanya pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh kemajuan industri

dan teknologi tersebut. Olehnya itu, hal ini di ibaratkan sebagai pisau bermata

dua. Satu sisi memberikan manfaat, sedangkan sisi yang lainnya dapat

menimbulkan kerugian. Hal inilah yang dapat kita saksikan di tepi-tepi jalan

sepanjang kota kendari, bahkan sungai-sungai dan teluk kota yang dibanjiri

dengan sampah-sampah anorganik sisa penggunaan manusia.

Berkaitan dengan tingkat pencemaran di wilayah perairan khususnya di

beberapa kawasan pesisir di Indonesia, sehingga dianggap perlu untuk melihat

keterkaitan faktor penyebab timbulnya dampak terhadap kawasan tersebut. Salah

satu kawasan pesisir di Indonesia adalah Teluk Kendari yang terletak di Provinsi

Sulawesi Tenggara.

Teluk Kendari merupakan salah satu kawasan yang berdekatan dengan

pusat kegiatan masyarakat. Kondisi seperti ini akan menyebabkan terjadinya

ancaman di sekitar teluk. Ancaman tersebut berupa pencemaran lingkungan yang

tersebut sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup manusia, dan sangat di

rasakan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar teluk kota Kendari. Lingkungan

(3)

setiap pengunjungnya, kini membuat kita miris akan kondisinya.Hal ini dapat kita

amati bahwa di sepanjang teluk kota Kendari telah dipenuhi oleh sampah-sampah

anorganik hasil pembuangan manusia, pendangkalan tepian laut oleh lumpur dan

pasir yang ikut terbawa oleh arus sungai pada saat musim hujan berlangsung,

belum lagi tanaman-tanaman manggrove yang digunakan untuk mengurangi

polusi terhadap pantai telah ditebangi oleh masyarakat-masyarakat yang belum

mengerti akan manfaat dari tanaman tersebut. Sehingga tidak heran

tanggul-tanggul yang dibuat dipinggiran teluk kota mengalami keretakkan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah:

1. Apa pengertian pencemaran lingkungan?

2. Bagaimana kondisi teluk kota Kendari saat ini?

3. Apa saja penyebab permasalahan yang muncul di teluk kota Kendari saat ini?

4. Bagaimana cara mengatasi permasalahan yang muncul di teluk kota Kendari saat

ini?

C. Tujuan

Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah: 1. Mengetahui pengertian pencemaran lingkungan

2. Mengetahui kondisi yang terjadi di teluk kota Kendari saat ini.

3. Mengetahui permasalahan yang muncul di teluk kota Kendari saat ini.

BAB II PEMBAHASAN

A. PengertianPencemaran Lingkungan

Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk

hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya

(4)

lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan

menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya

(Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982).

Peristiwa pencemaran lingkungan disebut polusi. Zat atau bahan yang

dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut

polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makhluk

hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara bermanfaat

bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat rnemberikan efek

merusak.

Suatu zat dapat disebut polutan apabila :

1. Jumlahnya melebihi jumlah normal.

2. Berada pada waktu yang tidak tepat

3. Berada pada tempat yang tidak tepa

B. Kondisi Teluk Kota Kendari

Teluk Kendari tak dapat dipisahkan dengan awal keberadaan Kota Kendari

yang menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara, saat ini. Letak geografis Kota

Kendari yakni di tengah-tengah kota kendari terdapat teluk, sementara di sisi

utara, barat, selatan terdapat ketinggian. Di sisi utara ada pegunungan Nipanipa,

sementara di sisi selatan ada pegunungan Nanga-nanga. Demikian pula di sebelah

barat, Mandonga dan Wua-wua adalah pemukiman yang posisinya lebih tinggi.

(5)

posisinya yang ketinggian maka dapat melihat ke bawah, teluk, dengan jelas.

Demikian pula dari sisi ketinggian di sebelah utara dan selatan teluk tentunya.

Karena posisi demikianlah sehingga erosi yang terjadi dari sisi utara,

barat dan selatan semuanya bermuara pada pusat teluk yang pada gilirannya

di sekitarnya. Dulu, waktu Teluk Kendari belum mengalami degradasi seperti

sekarang, keberadaan ditinjau dari sisi sosial ekonomi sangat bermanfaat bagi

masyarakat sekitar khususnya para nelayan yang bisa mencari ikan dan biota laut

lainnya. Banyak jenis kerang bakau dan kepiting yang selalu dicari masyarakat

untuk dikonsumsi. Sayangnya, kondisi itu telah berubah fungsi, dari tempat

mencari hasil laut oleh masyarakat menjadi tempat pembuangan sampah paling

besar dan fantastis, selain erosi yang terjadi secara alamiah. Hal ini sebagai

konsekwensi perkembangan penduduk dan kemajuan Kota Kendari.

Hasil penelitian Balai Penelitian Daerah Aliran Sungai (BP-DAS) Sampara

menyebutkan dalam kurun waktu 13 tahun terakhir terjadi pendangkalan di Teluk

Kendari seluas 101,8 hektar dan kedalaman laut berkisar 9 meter sampai 10 meter.

Luasan wilayah teluk ini menyusut dari semula 1.186,2 hektar menjadi 1.084,4

hektar pada tahun 2000.

Sungai Wanggu yang menguasai Daerah Aliran Sungai (DAS) seluas

152,08 hektar merupakan penyumbang sedimentasi terbesar mencapai 357.810,59

ton/ tahun. Selain itu, menurut dokumentasi institusi teknis Dinas Kehutanan

Provinsi Sultra, terdapat 10 hingga 18 sungai yang bermuara di Teluk Kendari.

Selain Sungai Wanggu, sungai lain juga ikut berkontribusi, misalnya Sungai

(6)

Mandonga (DAS) 18,00 Km2 Sungai Sodoha (DAS) 20,00 Km2, Sungai Tipulu

(DAS) 12,00 Km2 serta Sungai Wuawua, Kemaraya, Anggoeya, dan Sungai

Kampungsalo.

Sumbangsi sedimentasi juga datang dari aktivitas di dermaga yang ada

dalam kawasan teluk. Sedikitnya terdapat empat dermaga pelabuhan serta satu

galangan kapal pada teluk Kendari. yaitu, Pelabuhan Nusantara yang dikunjungi

kapal-kapal berskala besar setiap saat, termasuk persinggahan kapal Pelni, KM

Tilongkabila, yang melayanai kawasan timur Pulau Sulawesi. Selain itu, ada pula

Pelabuhan Ferry penyeberangan dari Kota Kendari-Pulau Wawonii, pelabuhan

Perikanan Samudera dan Pelabuhan Pendaratan kapal penangkap ikan serta

pangkalan kapal-kapal perikanan laut swasta. Dengan potensi sebanyak itu,

perekonomian seyogyanya bisa membaik, namun Teluk Kendari tak lepas dari

masalah.

Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Haluoleo telah

memprediksi sedimentasi itu sejak tahun 2003. Mereka menyebutkan Sungai

Wanggu, Kambu, dan Mandonga adalah tiga sungai menyumbang sedimentasi

sekitar 1.330.281 m3/tahun dengan laju pendangkalan 0,207 m/tahun. Hal itu

yang membuat kondisi Teluk Kendari semakin memprihatinkan. Lembaga ini juga

memperkirakan dalam 10 tahun mendatang kontur kedalaman 1,2 sampai 3 meter

berubah menjadi daratan seluas 923,4 hektar, sehingga perairan Teluk Kendari

tinggal 197,1 hektar. Lebih jauh lagi diprediksi sampai 24 tahun mendatang

kontur kedalaman 1, 2, 3, 4, sampai 10 meter berubah menjadi daratan seluas

(7)

Aktivitas di sekitar DAS yang bermuara ke Teluk Kendari secara langsung

maupun tidak langsung menjadi kontributor terbesar pendangkalan teluk.

Terutama aktivitas yang tidak ramah lingkungan seperti penebangan kayu maupun

anakan kayu di hutan, pertambangan pasir, serta konversi kawasan mangrove

menjadi tambak maupun industri dan pertokoan. Secara kasat mata dapat

disaksikan bagaimana areal mangrove yang dulu masih luas kini semakin sempit

oleh berbagai jenis usaha antara lain pembukaan tambak, pembangunan galangan

kapal, pembangunan SPBU dan pembangunan kawasan pertokoan.

C. Permasalahan di teluk kendari

Permasalahan-permasalahan yang muncul di teluk kota Kendari yaitu

sebagai berikut.

1. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya lingkungan

kebanyakan masyarakat-masyarakatyang hidup di sekitaran teluk kota

Kendari belum terlalu memahami akan bahaya dari pencemaran air laut, dan

kerusakan tanggul. Sehingga banyak dari mereka yang mengabaikan

permasalahan yang terkait dengan hal tersebut. Sebagai contoh adalah membuang

sampah di laut, serta penebangan tanaman-tanaman bakau yang ada di sekitaran

teluk kota kendari.

2. Kurangnya kesadaran masyarakat,

Disisi lain saat pemerintah mulai melakukan tindakan-tindakan untuk

penyelamatan teluk kota kendari, masalah yang muncul adalah kesadaran dari

masyarakat teluk kota sendiri yang kurang. Sebagai contoh, saat masyarakat

(8)

masyarakat lebih memilih untuk mengalihkan sampahnya ke sungai-sungai

bahkan di pinggir-pinggir jalan. Permasalahan inilah yang kemudian sangat

menghambat penyelesaian dan memunculkan permasalahan-permasalahan yang

mengancam teluk kota Kendari saat ini.

3. Usaha Pemerintah yang belum maksimal,

Telah banyak yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi

masalah-masalah yang muncul di teluk kota Kendari. Mulai dari pengadaan mesin

pengeruk, penanaman tanaman manggrove di sekitar teluk kota sampai

penyediaan tempat-tempat pembuangan sampah sementara. Namun, hal ini belum

maksimal pengelolaannya. DPRD Kota Kendari saat ini menemukan informasi

baru yang menarik terkait pengadaan dua unit mesin pengeruk Lumpur Teluk

Kendari. Kedua unit mesin penyedot lumpur Teluk Kendari yang diadakan Dinas

PU Kota Kendari ini, tidak maksimal beroperasi, bahkan lumpur di Teluk Kendari

ketinggiannya telah mencapai 9 meter. Sedangkan terkait dengan masalah

penanaman tanaman manggrove, pasca tanam tidak ada sosialisasi awal kepada

masyarakat yang tinggal di sekitar teluk kota Kendari. sehingga masyarakat

tersebut belum memahami manfaat dari tanaman tersebut. Jadi, tidaklah heran jika

di antara masyarakat tersebut ada yang belum memahaminya dan berusaha untuk

melenyapkannya. Permasalahan yang sangat menonjol juga adalah masalah

penertiban pembuangan sampah. Meskipun pemerintah telah menyediakan sarana

dan prasarana untuk mengatasi masalah sampah, namun masyarakat belum merasa

tersentuh untuk memahami hal tersebut. Banyak dari mereka yang belum mampu

(9)

mengadakan sosialisasi dan kontroling terhadap penertiban pembuangan sampah

ini.

D. Cara Mengatasi Masalah Pencemaran di Teluk Kendari

beberapa macam hal yang perlu di lakukan untuk mengatasi

masalah-masalah yang melanda teluk kota Kendari saat ini, yaitu:

1. Socialiszation,

Cara ini yaitu menuntut pemerintah untuk bekerja sama dengan

tokoh-tokoh masyarakat dan para mahasiswa se-kota Kendari, untuk mensosialisasikan

akan bahaya dari pencemaran laut, hilangnya tanaman manggrove di sekitar

teluk-teluk kota serta bahaya dari pendangkalan laut. Selain itu, hal yang perlu di

sosialisasikan juga adalah manfaat dari tanaman manggrove, kebersihan laut serta

strategi untuk mencapai hal tersebut. Jika hal ini bisa dilakukan dengan maksimal,

entah itu sosialisasi secara umum melalui forum-forum resmi maupun secara

individu, maka harapan untuk kebersihan dan keamanan teluk kota Kendari bisa

di raih.

2. Execution,

Setelah melakukan tahapan sosialisasi, maka selanjutnya yang perlu di

perhatikan adalah pelaksanaan dari strategi yang telah di sosialisasikan. Tahapan

ini menuntut setiap lapisan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam usaha

pencapaian teluk kota Kendari yang bersih. Hal ini dapat di lakukan karena setiap

masyarakat telah mengetahui hal-hal penting terkait dengan permasalahan di teluk

(10)

mendiami di sekitar teluk kota Kendari tersebut. Yang terpenting pula dilakukan

pada tahap ini adalah setiap masyarakat ditargetkan untuk upaya penanaman

tanaman manggrove di sekitar teluk kota.

3. Controling,

Tahapan ini menuntut pemerintah dan warga yang berada di sekitar teluk

kota Kendari untuk mengawasi kebersihan dan keberlangsungan tanaman

manggrove di sekitar teluk kota Kendari. Baik itu terkait dengan kebersihan dari

laut terhadap sampah-sampah plastik (organik), maupun sampah-sampah yang

sifatnya bersifat cairan seperti air bekas bilasan pakaian yang mengandung unsure

detergen yang dialirkan ke teluk kota Kendari. Hal lain juga yang terpenting

adalah pengawasan terhadap orang-orang pendatang yang belum memahami

dampak kerusakan lingkungan teluk kota dan melakukan hal-hal yang dapat

mengotori teluk kota Kendari.

4. Sanction,

Tahapan terakhir yang perlu dilakukan adalah pemberian sanksi terhadap

warga yang melakukan pelanggaran ataupun upaya pengotoran teluk kota

Kendari. Sanksi ini bias berupa denda maupun hukuman fisik lainnya yang tidak

bertentangan dengan Hak Asasi Manusia. Tahap ini perlu dilakukan untuk

meminimalisir pelanggaran atau kekeliruan yang di lakukan oleh masyarakat

sekitar teluk Kendari. Sanksi ini harapannya dapat ditangani dan diawasi langsung

oleh aparat pemerintah dan tokoh masyarakat yang telah dipercayai dan tegas

dalam mengambil sikap untuk mengatasi permasalahan terkait dengan kebersihan

(11)

BAB III PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan latar belakang dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup,

zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan

lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas

lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan

menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

2. Hasil penelitian Balai Penelitian Daerah Aliran Sungai (BP-DAS) Sampara

(12)

Kendari seluas 101,8 hektar dan kedalaman laut berkisar 9 meter sampai 10 meter.

Luasan wilayah teluk ini menyusut dari semula 1.186,2 hektar menjadi 1.084,4

hektar pada tahun 2000.

3. Permasalahan-permasalahan yang muncul di teluk kota Kendari yaitu sebagai

berikut.

a. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya lingkungan,

b. Kurangnya kesadaran masyarakat,

c. Usaha Pemerintah yang belum maksimal,

4. beberapa macam hal yang perlu di lakukan untuk mengatasi masalah-masalah

yang melanda teluk kota Kendari saat ini.

a. Socialiszation,

b. Execution,

c. Controling

(13)

B. Saran

Saran yang dapat diajukan dalam makalah ini adalah sebaiknya pemerintah

perlu memperhatikan serta melakukan sosialisasi untuk memperkenalkan kondisi

dan cara melestarikan teluk khususnya yang terdapat di Kota Kendari

Referensi

Dokumen terkait

Usman dkk., (2016:187) dalam penelitiannya menyatakan bahwa proses pemberian motivasi kepada siswa dapat menentukan hasil belajar, untuk meningkatkan motivasi siswa dalam

Sebagai bagian dari sastra lisan yang berbentuk puisi (puisi lama), mantra merupakan sebuah bahan mentah yang berpotensi dan menarik untuk diolah menjadi bahan

Admin melakukan proses memasukkan username dan password kedalam form yang telah disediakan, lalu setelah user menekan tombol masuk, secara otomatis sistem akan

0,000 < 0,05 artinya bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pengetahuan mengenai KB terhadap partisipasi pasangan usia subur dalam program keluarga berencana di

• Sistem otomasi pada bagian pengaduk Dalam proses pengomposan perlu dilakukan pengadukan pada gundukan hasil cacahan sampah dengan maksud untuk menjaga suhu optimum pada

Dari diagram diatas, maka dapat disimpulkan bahwa alternatif jawaban yang paling banyak dipilih oleh responden adalah alternatif jawaban C (kadang- kadang) sebanyak 35%

Kegiatan bersama tersebut menjadi halalbihalal lintas agama karena dalam praktiknya, acara ini berisikan kegiatan silaturahmi yang dilakukan antara warga muslim dengan

Berapa besar pengaruh standar dan sasaran kebijakan, sumber-sumber kebijakan, komunikasi antar badan pelaksana, karakteristik badan pelaksana, kondisi sosial, ekonomi