DASAR-DASAR PERPAJAKAN
DAN NPWP
Sistem Administrasi Perpajakan – CC
yang dibimbing oleh Bapak Akie Rusaktiva Rustam
DASAR-DASAR PERPAJAKAN
DAN NPWP
Sistem Administrasi Perpajakan – CC
yang dibimbing oleh Bapak Akie Rusaktiva Rustam
Try Zuliyanti 135020301111081
Dasar - Dasar
Perpajakan
1. DEFINISI DAN FUNGSI
PAJAK
Definisi Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak
mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar
Fungsi Pajak
Fungsi Pajak
a.
Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan
pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin
maupun pembangunan. Sehingga, pemerintah berupaya
memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas
negara.
b. Fungsi Regularend (Pengatur)
2. KEDUDUKAN DAN
PEMBAGIAN HUKUM PAJAK
2. KEDUDUKAN DAN
Kedudukan Hukum Pajak
Kedudukan Hukum Pajak
(Prof. DR. Rochmat Soemitro, S.H)
Hukum pajak mempunyai kedudukan diantara
hukum-hukum berikut ini :
a. Hukum Perdata yaitu Ketentuan yang mengatur hak-hak
dan kepentingan individu dalam masyarakat.
b. Hukum Publik yaitu hukum yang mengatur hubungan
pemerintah dengan rakyatnya. Hukum Publik terdiri dari:
•
Hukum Tata Negara
•
Hukum Tata Usaha
•
Hukum Pidana
Pembagian Hukum Pajak
Pembagian Hukum Pajak
a. Hukum Pajak Materiil
merupakan norma yang menjelaskan keadaan,
perbuatan, dan peristiwa hukum yang harus
dikenakan pajak, siapa yang harus dikenakan pajak,
dan berapa besar pajaknya.
b. Hukum Pajak Formil
3. TEORI YANG
MENDUKUNG
PEMUNGUTAN PAJAK
3. TEORI YANG
MENDUKUNG
• Teori Asuransi
menyatakan bahwa negara bertugas untuk melindungi orang dan segala kepentingannya, meliputi keselamatan dan
keamanan jiwa juga harta bendanya.
• Teori Kepentingan
Teori ini awalnya hanya memerhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut dari seluruh penduduk.
• Teori Gaya Pikul
menyatakan bahwa dasar keadilan pemungutan pajak
• Teori Kewajiban Pajak Mutlak (Teori Bakti)
Berlawanan dengan ketiga teori sebelumnya yang tidak mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan warganya, teori ini medasarkan pada paham Organische
Staatsleer. Paham ini mengajarkan bahwa karena sifat suatu negara, timbulah hak mutlak untuk memungut pajak.
• Teori Asas Gaya Beli
4. TATA CARA
PEMUNGUTAN PAJAK
4. TATA CARA
1. Stelsel Pajak
1. Stelsel Pajak
a. Stelsel Nyata
Pengenaan Pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), pemungutan dilakukan pada akhir tahun pajak setelah
penghasilan sesungguhnya diketahui. Pajak lebih realistis tapi baru dapat dikenakan di akhir periode
b. Stelsel Anggapan (Fictieve stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur Undang-Undang. Tanpa menunggu akhir tahun dan tidak
berdasarkan keadaan sesungguhnya. c. Stelsel Campuran
Merupakan kombinasi antara stelsel Nyata dan stelsel
2. Asas Pemungutan Pajak
2. Asas Pemungutan Pajak
a. Asas Domisili
• Negara berhak untuk mengenakan pajak atas seluruh
penghasilan wajib pajak diwilayahnya baik dari dalam negeri
maupun dari luar negeri. asas ini berlaku bagi wajib pajak dalam negeri.
b. Asas Sumber
• Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang
bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
c. Asas Kebangsaan
• Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
3. Sistem Pemungutan Pajak
3. Sistem Pemungutan Pajak
• a. Official Assesment system
suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (FISKUS) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
• b. Self Assessment System
suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
• c. With Holding System
suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
5. SAAT TIMBUL DAN
BERAKHIRNYA UTANG
PAJAK
5. SAAT TIMBUL DAN
BERAKHIRNYA UTANG
Timbulnya Utang Pajak
• Utang pajak dapat timbul apabila telah adanya peraturan yang mendasarmya dan telah terpenuhinya atau terjadi
suatu Taatbestand (sasaran perpajakan), yang terdiri dari : keadaan-keadaan tertentu, peristiwa, dan atau perbuatan tertentu.
• Apabila melihat timbulnya utang pajak, ada 2 (dua) ajaran yang mengatur tentang timbulnya utang pajak tersebut, yaitu:
a.Ajaran Formil, yaitu hutang pajak timbul karena dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus. Ajaran ini diterapkan
pada Official Assessment System.
Berakhirnya Utang Pajak
1. Pembayaran
• Pembayaran pajak dilakukan dengan pemotongan/pemungutan oleh pajak lain, pengkreditan pajak luar negeri, maupun
pembayaran sendiri oleh Wajib Pajak ke kantor penerima pajak misalnya kantor pos dan bank-bank yang telah ditunjuk.
2. Kompensasi
• Kompensasi karena kerugian yang dapat menyebabkan berakhirnya utang pajak.
Berakhirnya Utang Pajak
3. Kedaluwarsa
• Kedaluwarsa berarti telah lewat batas waktu tertentu. Jika dalam jangka waktu tertentu suatu utang pajak tidak ditagih oleh
pemungutnya, utang pajak tersebut dianggap telah
lunas/dihapus/berakhir dan tidak dapat ditagih lagi. Utang pajak akan kedaluwarsa setelah melewati waku 10 tahun, terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak yang bersangkutan.
4. Pembebasan/Penghapusan
6. TARIF
PAJAK
Jenis-jenis tarif pajak yaitu:
Jenis-jenis tarif pajak yaitu:
• Tarif Tetap, adalah tarif berupa jumlah atau angka yang tetap, berapa pun besarnya dasar pengenaan pajak. Contoh: tarif bea materai.
• Tarif Proposional (sebanding), adalah tarif pajak berupa
persentase tertentu yang sifatnya tetap terhadap berapa pun dasar pengenaan pajaknya. Semakin besar dasar pengenaan pajak maka akan semakin besar pula jumlah pajak yang
Jenis-jenis tarif pajak yaitu:
Jenis-jenis tarif pajak yaitu:
• Tarif Progresif (meningkat), adalah berupa persentase tertentu yang semakin meningkat dengan semakin
meningkatnya dasar pengenaan pajak. Tarif proposional dibedakan menjadi 3 yaitu:
• Tarif progresif-proporsional • Tarif progresif-progresif • Tarif progresif-degresif
• Tarif degresif (menurun), adalah tarif berupa
NPWP
1. Terminologi dalam KUP
(Istilah Penting Dalam UU KUP-Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007)
1. Terminologi dalam KUP
2.
Definisi, Cara Pendaftaran,
Penghapusan NPWP
Definisi
Definisi
• Pengertian NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam
melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan.
• Setiap wajib pajak hanya diberikan satu NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). Selain itu NPWP juga dapat dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam
pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal ini
Pendaftaran NPWP
Pendaftaran NPWP
• Wajib pajak yang telah memenuhi syarat subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan berdasarkan sistem self assessment, wajib mendaftarkan diri pada kantor DJP untuk dicatat sebagai wajib pajak dan
sekaligus untuk mendapatkan NPWP.
• DJP menerbitkan NPWP secara jabatan apabila wajib pajak yang memenuhi persyaratan subjektif dan objektif tidak
mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP.
• Kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dibatasi
Pendaftaran NPWP
Pendaftaran NPWP
Jangka waktu pendaftaran NPWP adalah :
• Wajib pajak (orang pribadi) yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas dan wajib pajak badan, wajib mendaftarkan diri paling lambat 1 bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.
• Wajib pajak orang pribadi yang sedang tidak menjalankan suatu usaha atau tidak melakukan pekerjaan bebas apabila jumlah penghasilannya sampai dengan suatu bulan yang disetahunkan telah melebihi penghasilan tidak kena pajak, wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bukan berikutnya.
Penghapusan NPWP
Penghapusan NPWP
Dapat dilakukan oleh DJP apabila:
• Diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh wajib pajak dan/atau ahli warisnya apabila wajib pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
• Wajib pajak badan dilikuidasi (telah dilakukan pembubaran) karena penghentian atau penggabungan usaha.
• Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan dalam hal suami dari wanita tersebut telah terdaftar sebagai wajib pajak.
• Wajib pajak bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia.