ASUHAN KEPERAWATAN Tn. M
DENGAN MASALAH UTAMA
MENARIK DIRI
DI
RUMAH SAKIT JIWA PUSAT JAKARTA
oleh: Kelompok IX
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Klien Tn. M. Dengan Masalah Utama Menarik Diri”.
Dalam penyelesaian masalah ini kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepeda :
1. Ibu Netty Herawaty, Skp, M..App.Sc. selaku Koordinator Mata Ajaran Keperawatan Jiwa
2. Ibu. Budi Anna Keliat, Skp. M.App.Sc, selaku Pembimbing dan Tim Mata Ajaran Keperawatan Jiwa.
3. Kapala Ruangan dan Staf Ruang Elang II Rumah Sakit Jiwa Pusat, Jakarta.
4. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang mengikuti Mata Ajaran Keperawatan Jiwa.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, makalah ini tentu masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran sehingga dapat lebih menyempurnakannya.
BAB l
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menarik diri (withdrawal) adalah suatu tindakan melepaskan diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri). Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain.
Pada klien dengan menarik diri diperlukan rangsangan/stimulus yang adequat untuk memulihkan keadaan yang stabil. Stimulus yang positip dan terus menerus dapat dilakukan oleh perawat. Apabila stimulus tidak dilakukan/diberikan klien tetap dengan menarik diri yang akhirnya mengalami halusinasi, kebersihan diri kurang dan Kegiatan hidup sehari-hari (ADL) tidak adequat.
Penyaji/kelompok mengangkat permasalahan gangguan hubungan sosial : menarik diri sebagai topik pembahasan yang akan diseminarkan . Hal ini karena selama kelompok praktek di rumah sakit Jiwa Pusat Grogol Jakarta di ruang Elang II terdapat 22 klien dari 26 klien adalah menarik diri (90%).
Melihat kondisi tersebut diatas kami kelompok terdorong mengambil topik “ Asuhan Keperawatan klien Tn. M dengan masalah utaman menarik diri” dengan harapan dapat bersama tim keperawatan ruang elang II untuk mem berikan asuhan keperawatan.
B. TUJUAN
Tujuan kelompok lX mengambil kasus Tn. M dengan masalah utama menarik diri adalah
1. Mempelajari kasus menarik diri disesuaikan dengan teori dan konsep yang telah diterima.
2. Memberikan asuhan keperawatan pada klien menarik diri dengan pendekatan proses keperawatan.
3. Mendesiminasikan asuhan keperawatan klien menarik diri.
C. PROSES PENULISAN MAKALAH.
BAB ll
GAMBARAN KASUS
Tn.M, 33 tahun, agama Islam, belum kawin, SMP (tidak lulus), Alamat : Slipi Petamburan. Jakarta Barat.Klien pindahan dari ruang Elang I ke elang II tiga bulan lalu. Pertama kali masuk rumah sakit akhir tahun 1978 selama tiga bulan, kemudian pulang. Masuk rumah sakit kedua tahun 1990, sempat cuti sampai tahun 1995. Sejak tahun 1995 tersebut sampai saat ini belum pernah pulang. Penampilan tampak kurus, BB: 42,5 Kg, TB : 176 cm, tidur telanjang posisi fetus. Rambut acak-acakan, ikal, kotor, pandangan mata kosong terarah pada satu arah, mata banyak kotoran. Gigi kuning, mulut kotor dan bau. Tubuh tampak kotor dan berbau dikerumuni lalat. Kuku tangan panjang, kotor kehitaman disela-sela kuku, disela-sela jari tangan terdapat luka bekas garukan, klien selalu melakukan gerakan stereotipe dengan menggesek-gesekkan jari-jari tangan kanan dan kiri bergantian. Kedua kaki bersisik dan terdapat luka-luka kecil bekas garukan. Klien sering menyendiri di pojok ruangan, kadang bicara sendiri (mulut komat-kamit), tidak berespon terhadap sapaan perawat, tidak pernah berinteraksi dengan klien lain maupun perawat, beranjak dari tempatnya hanya pada waktu makan, tidak peduli dengan lingkungan dan aktivitas di ruangan. Suka merebut makanan dari klien lain saat makan. Menururt ibu klien ketika berumur 13 tahun pernah terserempet truk hingga mengalami gegar otak dan dirawat di rumah sakit selama sembilan hari. Sejak itu klien tampak lebih pendiam, menyendiri dan jarang bicara dengan keluarganya. Tahun berikutnya klien mengalami kejang karena tetanus dan hanya berobat ke mantri. Pada umur 16 tahun klien mengalami stress karena takut tidak lulus sekolah dan mengeluh pelajaran sulit, sulit konsentrasi dan bahkan pernah berkeliling kota tanpa tujuan sejak pulang sekolah sampai petang hari. Klien tampak seperti orang bingung, suka bicara sendiri, sering marah tanpa sebab,, dijauhi temannya, marah tak terkendali, memecah kaca jendela lalu memukul ibu dan kemudian dibawah ke RSJP Jakarta.
Dari data-data tersebut diatas muncul masalah keperawatan : menarik diri, harga diri rendah, ADL berkurang, kebersihan diri kurang,potensial halusinasi.dan ideal diri tinggi.
MASALAH KEPERAWATAN
D.S : Ibu mengatakan sejak mengalami gegar otak klien lebih pendiam dan sering menyendiri dikamar.
D.O : Klien sering menyendiri dipojok ruangan, tidur telanjang dengan posisi fetus, tidak berespon sapaan perawat, tidak berinteraksi dengan klien lain dan perawat, beranjak dari tempatnya hanya saat pembagian makan.
2. Harga diri rendah
D.S : Ibu mengatakan sejak gegar otak klien mengeluh sulit konsentrasi, mengatakan pelajaran di sekolah sulit dan takut tidak lulus sekolah, klien tidak lulus SMP, menjadi pengangguran dan mengatakan malu dan sering diejek temannya.
D.O : Klien tidak berani kontak mata, menghindar bila didekati, bila ditanya klien menunduk dan melakukan gerakan stereotipe dengan menggesek-gesekan jari tangan.
3. Gangguan ADL
D.S. Ibu mengatakan saat dirumah klien hanya menyendiri dan tiduran, tidak melakukan kegiatan apa-apa.
D.O : Klien tidak peduli dengan lingkungan dan aktivitas lingkungan, klien beranjak dari tempatnya hanya waktu makan
4. Kebersihan diri kurang D.S :
D.O : Badan kotor , berbau dan dikerumuni lalat, rambut acak-acakan dan kotor, mulut kotor dan berbau, gigi kuning, mata kotor, disela-sela jari tangan terdapat luka kecil bekas garukan, kuku tangan kotor dan panjang, kaki bersisik ada luka kecil bekas garukan kuku kaki panjang dan kotor.
5. Potensial Halusinasi
D.S: Ibu mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien pernah bicara sendiri, tidak jelas dan tidak dapat dimengerti.
D.O : Klien tampak komat-kamit, tertawa sendiri.
6. Ideal diri tinggi
D.s : Ketika dikenalkan dengan klien lain, klien sering mengatakan bahwa saya mahasiswa Pajajaran.
PROBLEM TREE
Efek
Potensial Halusinasi
Gangguan ADL Kebersihan diri kurang
MENARIK DIRI Core Problem
HARGA DIRI RENDAH
Causa
BAB III TINJAUAN TEORI
A. PROSES TERJADINYA MASALAH KEPERAWATAN
Gangguan hubungan sosial (GHS) adalah suatu gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang adaptif, mengganggu seseorang dalam hubungan sosial. Menarik diri merupakan salah satu dari gangguan hubungan sosial. Menarik diri merupakan usaha menghindari interaksi orang lain yang ditandai dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengalaman orang lain (Stuart & Sundeen 1991)
Pada klien kelolaan ditemukan perilaku memisahkan diri dari orang lain/tiduran dipojok, penurunan aktivitas, tidak perduli dengan lingkungan, dan kurangnya kemampuan perawatan diri (kebersihan diri).
Menarik diri terjadi karena perasaan tidak berharga, yang biasanya dialami klien dengan latar belakang lingkungan yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan (Depkes RI, 1988).
Pada klien kelolaan, menarik dirinya terjadi karena perasaan tidak berharga yang dialami pada masa yang lalu dimana klien mengalami kegagalan dalam studi dan dijauhi oleh teman-temannya.
Menarik diri jika dibiarkan dapat berkembang menjadi isolasi diri, gangguan aktivitas, penampilan diri yang kurang dan kemungkinan terjadi halusinasi. Pada klien kelolaan terjadi gangguan seperti diatas kecuali pada halusinasi belum terjadi.
B. I . TINDAKAN KEPERAWATAN : MENARIK DIRI 1. Psikoterapeutik.
1.1 Bina hubungan saling percaya
Buat kontrak dengan klien : memperkenalkan nama perawat dan waktu interaksi dan tujuan.
Ajak klien bercakap-cakap dengan memanggil nama klien, untuk menunjukkan penghargaan yang tulus.
Jelaskan kepada klien bahwa informasi tentang pribadi klien tidak akan diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan.
Selalu memperhatikan kebutuhan klien. 1.2 Berkomunikasi dengan klien secara jelas dan terbuka
Gunakan komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai, jelas dan teratur.
Bersama klien menilai manfaat dari pembicaraannya dengan perawat.
Tunjukkan sikap empati dan beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaanya
1.3 Kenal dan dukung kelebihan klien
Tunjukkan cara penyelesaian masalah (koping) yang bisa digunakan klien, cara menceritakan perasaanya kepada orang lain yang terdekat/dipercaya.
Bahas bersama klien tentang koping yang konstruktif
Dukung koping klien yang konstruktif
Anjurkan klien untuk menggunakan koping yang konstruktif. 1.4 Bantu klien mengurangi cemasnya ketika hubungan interpersonal
Batasi jumlah orang yang berhubungan dengan klien pada awal terapi.
Lakukan interaksi dengan klien sesering mungkin.
Temani klien beberapa saat dengan duduk disamping klien.
Libatkan klien dalam berinteraksi dengan orang lain secara bertahap, dimulai dari klien dengan perawat, kemudian dengan dua perawat, kemudian ditambah dengan satu klien dan seterusnya.
Libatkan klien dalam aktivitas kelompok. 2. Pendidikan kesehatan
Jelaskan kepada klien cara mengungkapkan perasaan selain dengan kata-kata seperti dengan menulis, menangis, menggambar, berolah-raga, bermain musik, cara berhubungan dengan orang lain : keuntungan berhubungan dengan orang lain.
Bicarakan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik diri.
Jelaskan dan anjurkan kepada keluarga untuk tetap mengadakan hubungan dengan klien.
Anjurkan pada keluarga agar mengikutsertakan klien dalam aktivitas dilingkungan masyarakat.
Bantu klien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat melaksanakannya sendiri.
Bimbing klien berpakaian yang rapi
Batasi kesempatan untuk tidur
Sediakan sarana informasi dan hiburan seperti : majalah, surat kabar, radio dan televisi.
Buat dan rencanakan jadwal kegiatan bersama-sama klien. 4. Terapi Somatik
Beri obat sesuai dengan prinsip lima benar (benar klien, obat,dosis, waktu dan cara)
Pantau reaksi obat
Catat pemberian obat antipsikotik yang telah dilaksanakan.
Pastikan apakah obat yang telah diminum, periksa tempat-tempat yang memungkinkan klien menyimpan obat.
5. Lingkungan Terapeutik
Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan klien maupun orang lain dari ruangan.
Cegah agar klien tidak berada didalam ruangan yang sendiri dalam jangka waktu yang lama.
Beri rangsangan sensori seperti : suara musik, gambar hiasan di ruangan.
B.2. TINDAKAN KEPERAWATAN ; HARGA DIRI RENDAH 1. Psikoterapeutik
1.1. Bina hubungan saling percaya
Kenalkan nama, tugas, waktu kerja perawat kepeda klien.
Jelaskan kepada klien bahwa perawat telah siap mendengarkan apa yang dikatakan.
Nyatakan kesediaan perawat membantu klien.
Anjurkan klien untuk mengungkapkan segala sesuatu yang dirasakan seperti : hubungannya dengan orang lain, pekerjaan dan hubungannnya dengan anggota keluarga yang lain tentang cita-citanya.
Tanyakan pada klien tentang kejadian yang berkaitan dengan pikiran, perasaan dan keyakinannya.
Luruskan kesalahan persepsi klien tanpa mendebat. 1.3. Bantu klien mengenal kekuatan dan kelemahannya
Anjurkan klien menyebutkan atau menuliskan minimal lima kelebihan yang dimiliki.
Dukung pernyataan klien tentang kelebihan yang telah dimiliki klien
Bicarakan dengan klien kekurangan yang dimilikinya serta jelaskan bahwa setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan.
1.4. Bantu klien mengevaluasi diri
Tanyakan pada klien keberhasilan yang pernah dicapai
Beri pengakuan pada aspek positif klien.
Bicarakan kegagalan yang pernah dialami klien : sebab-sebab kegagalan, cara mengatasinya serta respon terhadap kegagalan.
Jelaskan pada klien kegagalan yang dialami dapat menjadikan pelajaran untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi dimasa mendatang.
1.5. Bantu klien membuat rencana yang realistik
Tanyakan pada klien tujuan serta keberhasilan yang ingin dicapai.
Bantu klien memilih prioritas tujuan yang pasti dapat dicapai.
Bicarakan dengan klien konsekwensi dari tujuan yang telah dipilih dan memberi contoh, bermain peran dan mendemonstrasikan kembali.
1.6. Bantu klien membuat keputusan mencapai tujuan
Beri klien kesempatan untuk melakukan yang telah dipilih.
Tunjukkan keberhasilan yang telah dicapai dan memberi penghargaan yang sesuai.
Ikutkan klien dalam kelompok
Beri dukungan positip untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien.
2. Pendidikan kesehatan
Bimbing setiap anggota keluarga untuk mengenal dan menghargai kemampuan dari masing-masing anggota keluarganya.
Bimbing klien untuk menguraikan pola hubungannya dengan tiap anggota keluarga
Bimbing klien untuk mencoba cara-cara baru dalam berhubungan dengan anggota keluarga yang lain.
Beri informasi pada keluarga cara merawat klien dengan harga diri rendah: karakteristik harga diri rendah,cara merawat klien, sistem rujukan dan fasilitas
3. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL) 3.1 Pemenuhan nutrisi dan cairan
Jelaskan pada klien bahwa cara makan dan minum yang cukup penting untuk kesehatan.
Jelaskan bahwa kondisi fisik yang sehat akan meningkatkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah.
Sajikan makanan secara menarik
Pantau berat badan klien secara teratur
3.2. Bantu klien melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuannya
Arahkan kegiatan klien sesuai dengan kemampuan minimal yang dimiliki.
Beri penghargaan atas keberhasilan yang dicapai.
Beri kegiatan pada klien secara bertahap
Bimbing klien melakukan asuhan mandiri. 4. Lingkungan terapeutik
4.1.Lingkungan fisik
Siapkan ruangan yang aman dan nyaman, hindari alat yang dapat digunakan klien untuk mencederai diri sendiri dan orang lain.
Tata ruangan secara menarik seperti : tempelkan poster-poster yang cerah untuk meningkatkan gairah hidup, hadirkan musik yang ceria, acara televisi berupa film komidi yang lucu.
Beri kesempatan pada klien untuk merawat dan menyimpan barang-barang milik pribadinya pada lemari atau kamar khusus.
Beri penjelasan pada klien setiap akan melakukan tindakan keperawatan, terutama yang berkaitan dengan privacy (hak pribadi klien), misalnya : tindakan pengikatan, pemberian obat baik oral maupun parenteral.
Terima klien sebagaimana adanya dengan tidak mengejek dan merendahkan.
Sertakan keluarga dalam penyelesaian masalah klien.
Jelaskan pada keluarga bahwa setiap keluarga unik, mempunyai kelebihan dan kekurangan.
B.3. TINDAKAN KEPERAWATAN : POTENSIAL HALUSINASI. 1.Psikoterapeutik
1.1. Bina hubungan saling percaya
Bicara dengan klien secara jujur, singkat, sering, jelas, mudah dimengerti dan tentang topik yang nyata.
Dengarkan pernyataan tentang halusinasi klien tanpa menentang maupun menyetujui.
Perhatikan secara cermat ungkapan klien
Nyatakan kepada klien bahwa perawat mengerti perasaannya.
1.2 Bimbing klien mengungkapkan perasaannya.
Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan halusinasinya
Ajukan pertanyaan terbuka yang membutuhkan jawaban luas
Katakan kepada klien bahwa perawat tidak mengalami apa yang dialami oleh klien tanpa menyangkal/menyalahkan pernyataannya.
Ajak klien bicara hal-hal yang nyata ada di lingkungannya.
13. Bantu dan bimbing klien menemukan cara menyelesaikan masalah (koping) yang konstruktif.
Tanyakan kepada klien perasaanya bila terjadi halusinasi, apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaanya tersebut, serta manfaat dari cara yang telah digunakan.
Bicara dengan klien saat terjadi halusinasi (misal : saat berbicara dengan orang lain, saat melakukan kegiatan)
Bersama klien merencanaan kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi
Bimbing klien melakukan kegiatan yang tepat.
Bimbing klien untuk mencoba cara yang lain. 1.4. Beri penghargaan/pujian atas keberhasilan klien 2. Pendidikan kesehatan
2.1 Bimbing klien mengontrol halusinasinya.
Sarankan kepada klien agar segera memberitahukan perawat bila halusinasinya timbul.
Bersama klien membuat rencana kegiatan yangsesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya.
Bimbing klien melaksanakan rencana kegiatan yang telah dibuat.
Beri informasi kepada klien tempat dia minta bantuan apabila sulit mengendalikan diri saat halusinasinya timbul.
2.2 Jelaskan kepada klien dan keluarga manfaat obat terhadap kesehatan, efek samping yang mungkin timbul serta cara-cara mengatasinya.
2.3. Jelaskan kepada keluarga tanda-tanda halusinasi, cara mengatasi serta fasilitas kesehatan yang dapat digunakan.
3. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
3.1. Bimbing klien memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan
Jelaskan kepada klien bahwa makan, minum yang cukup perlu untuk kesehatannya
Ajak klien ke ruang makan
Bujuk klien untuk makan bila klien menolak
Ajak klien makan bersama klien lain
Ijinkan klien mengganti makanan apabila dia mempunyai persepsi salah terhadap makanan terrentu.
3.2 Bimbing klien melaksanakan kebersihan diri 3.3 Bimbing klien melakukan kegiatan
4. Terapi Somatik
Sediakan dan beri klien obat dengan memperhatikan lima benar
Tanyakan alasan klien tidak minum obat
Bicarakan dengan dokter jika klien menolak minum obat
Ajak klien untuk meyakinkan bahwa obatnya sudah betul-betul diminum.
Beri pujian atas kerja sama klien. 5. Lingkungan terapeutik.
Sediakan alat petunjuk waktu
Beri tanda/nama pada setiap tempat di ruangan
Kenalkan secara bertahap tentang waktu dan tempat 5.2. Siapkan lingkungan sosial
Panggil klien sesuai dengan nama panggilan yang disukainya.
Sediakan dan pakai papan nama petugas
Kenalkan nama setiap interaksi dengan klien
Sertakan klien dalam kegiatan kelompok
BAB IV
PELAKSANAAN PROSES KEPERAWATAN
Pelaksanaan proses keperawatan dalam bab ini disajikan dalam bentuk umum dan yang telah dilakukan pada klien. Untuk lebih rincinya dapat dilihat pada lampiran.
1. Diagnosa keperawatan : Potensial halusinasi sehubungan dengan perilaku menarik diri.
Tujuan : Klien mampu meningkatkan dan memperluas hubungan saling percaya dengan orang lain.
Tindakan :
Membina hubungan saling percaya, melakukan interaksi singkat dan sering, membantu mengenal perasaan yang menyebabkan menarik diri, membantu klien untuk berinteraksi dengan perawat dan klien lain, mendorong klien untuk melibatkan diri dalam kegiatan ruangan.
Evaluasi :
Klien mau berkomunikasi dan mau berinteraksi dengan perawat, klien lain, mau ikut kegiatan ruangan ; membersihkan ruangan.
Tindak lanjut :
Pertahankan hubungan saling percaya, tingkatkan stimulus secara terus menerus, ingatkan setiap ada kegiatan.
2. Diagnosa Keperawatan : Penampilan diri kurang adequat (kebersihan diri kurang) sehubungan dengan kurangnya minat merawat diri.
Tujuan : Klien mau meningkatkan kebersihan diri dan menerima stimulus eksternal
Tindakan :
Menjelaskan pentingnya kebersihan diri, membantu klien dalam upaya kebersihan diri, menyediakan sarana untuk kebersihan diri ; sabun mandi, sikat gigi, odol, handuk, pakaian, sandal, mendorong klien untuk melaksanakan kebersihan diri secara mandiri, memotivasi klien untuk mempertahankan kebersihan secara teratur dan terus menerus, memberi dorongan pada keluarga untuk memberikan dukungan terhadap pemeliharaan kebersihan diri klien.
Evaluasi :
fasilitas dan alat kebersihan; sabun mandi, pasta gigi, serta memberikan dorongan pada saat kunjungan.
Tindak lanjut :
Ingatkan setiap ada kegiatan kebersihan diri dan kolaborasi dengan staf ruangan untuk penyediaan fasilitas dan alat kebersihan diri dan pemberian stimulus secara kontinyu
3. Diagnosa Keperawatan : Potensial kambuh sehubungan dengan tidak terprogramnya kegiatan hidup sehari-hari.
Tujuan : Klien tidak kambuh dan mampu meningkatkan ADL.
Tindakan :
Membantu : klien mengidentifikasi pentingnya kegiatan sehari-hari, memilih kegiatan yang disenangi , mendorong klien untuk berperan dalam kegiatan ruangan, membuat program aktivitas harian, mengikutsertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok (TAK) yaitu terapi gerak dan nyanyi, membantu keluarga untuk mengidentifikasi kegiatan klien selama di rumah, membantu keluarga untuk memberi dukungan tentang persiapan kegiatan selama di rumah.
Evaluasi :
Klien mau mengungkapkan beberapa kegiatan yang senang dilakukan : menyanyi bersama diiringi musik, mau ikut serta kegiatan diruangan: membuang sampah pada tempatnya, menyapu, mengepel , mau ikut TAK : gerak dan lagu yang diprogramkan oleh perawat.
Tindak Lanjut :
BAB V PEMBAHASAN
Dalam bab pembahasan ini akan dijelaskan sejauh mana keberhasilan tindakan keperawatan secara teoritis yang telah diaplikasikan pada kasus Tn. M, dimana proses terjadinya menarik diri pada klien hampir sama dengan teori yang ada yakni disebabkan oleh harga diri yang rendah. Harga diri rendah disebabkan beberapa kegagalan dan kekecewaan yang pernah dialami pada masa lalu hingga menyebabkan klien mengisolasi diri dari lingkungan, tidak mau bergaul sesamanya, tidak peduli segala aktivitas dan tidak memperhatikan penampilannya.
Adapun tindakan keperawatan menarik diri yang paling utama dan pertama adalah membina hubungan saling percaya, meskipun tidak ada respon dari klien. Tindakan yang dilakukan perawat antara lain : kontak sering dan singkat, memberi dukungan, mendengarkan ungkapan klien. Kontak sering dan singkat pada klien hanya mampu 20 menit kemudian dilakukan modifikasi dengan melakukan kontak selama 10 menit dengan jangka waktu 30 menit. Klien mau menerima tindakan tersebut dan berhasil dengan baik.
Tindakan keperawatan tentang penampilan diri oleh karena kebersihan diri yang kurang adalah membantu upaya kebersihan diri. Peran perawat adalah memberikan stimulasi yang terus menerus dan menyiapkan fasilitas dan alat-alat kebersihan diri. Stimulasi yang kami lakukan adalah memberikan dorongan, mengingatkan klien untuk mandi, menggosok gigi, cuci rambut dan memotong kuku yang panjang. Modifikasi yang kami lakukan adalah kolaborasi dengan perawat ruangan dan keluarga untuk memfasilitasi alat kebersihan diri dan memberikan stimulasi terus menerus pada klien.
BAB VI PENUTUP
A.KESIMPULAN
Setelah membandingkan teori dan pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien Tn. M dengan menarik diri, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Membina hubungan saling percaya pada klien menarik diri merupakan tindakan utama yang harus dilakukan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan klien menarik diri.
2. Terapi aktivitas kelompok : gerak, nyanyi yang terprogram dapat membantu memberikan kegiatan pada klien menarik diri selama di Rumah Sakit.
3. Mengajarkan dan memberi stimulus yang terus menerus pada klien menarik diri diperlukan untuk memelihara kebersihan diri secara bertahap.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas kami menyarankan sebagai berikut :
1. Dalam memberikan asuhan keperawatan menarik diri hendaknya hubungan saling percaya dilakukan secara bertahap, mulai dari perawat kemudian perawat lain serta pada klien lainnya
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Fortinash, K.M. dan Worrest, H.A.P. (1991). Psychiatric Nursing Care Plans, St. Louis: Mosby Year Book.
Kumpulan Kuliah : Mata Ajaran Keperawatan Jiwa Dalam Konteks Keluarga. Disajikan di Fakultas Ilmu Keperawatan -Universitas Indonesia, Jakarta: tidak dipublikasikan, 1997.
Rawlins, R.P, dan Heacock, P.E. (1993). Clinical Mannual of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year Book.
Stuart, G.W, dan Sundeen, S.J. (1991). Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 4 th ed. St. Louis: Mosby Year Book.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1
B. Tujuan Penulisan... 1
C. Proses Penyusunan Makalah... 2
BAB II GAMBARAN KASUS A. Pengkajian... 3
B. Masalah Keperawatan... 4
C. Pohon Masalah (Problem Tree)... 6
BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Proses Terjadinya Halusinasi... 7
B. Masalah Keperawatan... 8
C. Tindakan Keperawatan Untuk Semua Masalah Pada Klien... 9
BAB V PEMBAHASAN... 27
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 29
DAFTAR KEPUSTAKAAN... 30
LAMPIRAN-LAMPIRAN... 31
Lampiran PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
I. Identitas Klien Nama klien Umur
Jenis kelamin Suku
Status Pekerjaan
: Tn. M . : 33 Tahun : Laki-laki : Jawa
Agama
: Slipi Petamburan III/25 RT 05 / 04 Kelurahan Slipi Jakarta Barat
: 10 Januari 1995
: Klien tampak kurus, TB: 176 cm, BB: 42,5 kg,
:Kulit kotor dan berbau dikurumuni lalat , gigi kuning, mulut kotor dan bau, rambut acak-acakan dan kotor, mata banyak kotoran, kuku panjang dan kotor kehitaman disela-sela kuku, disela-sela jari tangan terdapat luka bekas garukan , kedua kaki bersisik dan terdapat luka-luka kecil bekas garukan.
Sering menyendiri di tempat tidur dan kadang-kadang : tersenyum sendiri, mulut komat-kamit, melakukan gerakan stereotipe dengan menggesek-gesekkan jari-jari tangan kanan dan kiri, dan suka merebut makanan dari klien lain saat makan.
Klien, keluarga dan perawat ruangan serta status klien.
II. Persepsi dan harapan klien / keluarga
a. Persepsi klien tentang masalah
Klien mengatakan bahwa dia tidak tahu kenapa dibawa kerumah sakit.
b. Persepsi keluarga tentang masalah
Keluarga merasa kesulitan dalam menangani klien yang selalu telanjang , tidak mau
bicara , selalu menyendiri didalam kamar dan tidak mau keluar , tidak mau mandi, sehingga keluarga membawanya ke rumah sakit jiwa.
c. Harapan klien tentang pemecahan masalah
Klien menyatakan tidak tahu.
d. Harapan keluarga tentang pemecahan masalah
Keluarga menginginkan agar klien sembuh dan tidak kambuh lagi dan bisa kembali kerumah.
III. Pengkajian Psikologis
a. Status emosi
Ekspresi nampak datar pandangan mata kosong, menyendiri, selalu menghindar bila
b. Konsep diri
Harga dirinya tinggi dia menyatakan kuliah di Pajajaran.
Klien tidak dapat mengidentifikasi kekuatan sebagaimana kelemahannya. Klien tidak dapat melakukan kegiatan dengan baik tanpa bimbingan.
c. Gaya komunikasi
Klien tidak suka berbicara, kadang-kadang bicara sendiri, tidak jelas, bicara bila waktu makan untuk minta makanan.
d. Pola interaksi
Klien jarang berinteraksi dengan klien lain dan perawat. Klien lebih suka tiduran di tempat tidur serta melamun. Didalam berinteraksi klien lebih suka diam,
mendengarkan pembicaraan orang lain atau mengalihkan perhatian kearah lain. Klien lebih mengharapkan kedatangan keluarganya.
e. Pola pertahanan
Klien berespon pada perawat, bila ditanya, tidak mau berespon pada klien lain, apa yang dikatakan klien tidak sesuai dengan reaksi non verbal klien.
IV. Pengkajian sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan :
Pendidikan terakhir SMP tidak lulus, tidak bekerja.
b. Hubungan sosial
Klien tidak berinteraksi dengan klien lain dan suka menyendiri di pojok ruangan.
c. Faktor sosial budaya
Klien tidak aktif dalam mengikuti kegiatan keagamaan, kurang mengikuti kegiatan kemasyarakatan, klien lebih dekat dengan kakak nomor satu.
d. Gaya hidup
Klien tinggal bersama keluarga, rumah permanen.
V. Pengkajian Keluarga
Genogram
VI. Pengkajian Kesehatan Fisik
A. Masalah kesehatan yang lalu dan sekarang
mantri. Kemudian pada umur 16 tahun klien mengalami stress karena takut tidak lulus sekolah dan mengeluh pelajran sulit, sulit konsentrasi dan bahkan pernah berkeliling kota tanpa tujuan. Klien tampak seperti orang bingung suka bicara sendiri sering marah tanpa sebab dijauhi temannya marah tak terkendali, memecahkan kaca jendela lalu memukul ibu dan kemudian dibawa ke Rumah Sakit jiwa Jakarta pada tahun 1978, kemudian klien cuti selama tiga bulan , Dan masuk lagi tahun 1990 dan sempat cuti lagi sampai tahun 1995.
1. Penyakit sekarang
Klien dirawat di Ruang Elang II mulai 10 Januari 1995 dengan masalah tidak suka berpakaian, ngomong sendiri, selalu mengurung diri di kamar, tidak mau berhubungan dengan orang lain.
2. Pengobatan sekarang
Clorpromazin 100 mg 3 x sehari Trifluoperazine 5 mg 3 x sehari 3. Alergi
Klien tidak ada riwayat alergi / gatal-gatal terhadap makanan atau obat-obatan.
B. Kebiasaan sekarang
1. Penampilan diri
Penampilan klien ; Badan kotor dan bau, rambut kotor dan tidak disisir, gigi kuning, tidak pernah pakai baju,mulut kotor dan bau, serta kuku panjang dan hitam / kotor.
Tidak pernah mandi, cuci rambut dan tidak sikat gigi.
2. Rokok
Klien tidak merokok 3. Minuman keras
Klien mengatakan tidak pernah meminum minuman keras, seperti yang mengandung alkohol.
4. Pola tidur
Klien cenderung tidur terus atau bila ada yang mendekati pura-pura tidur, tidur tida terpola.
5. Pola makan
Klien makan tiga kali sehari menghabiskan porsi yang diberikan, kadang-kadang merebut makanan klien lain. Klien makan bersama-sama temannya.
7. Tingkat aktifitas
Lebih banyak diam, menyendiri di sudut ruangan, tidak pernah mengikuti kegiatan ruangan.
8. Tingkat energi
Klien tampak malas, dan tiduran terus.
VIII Status atau Keadaan Mental
A. Kebenaran data:
Informasi yang diberikan oleh klien ada yang kurang sesuai dengan apa yang disampaikan oleh keluarganya saat melakukan kunjungan rumah.
B. Status sensorik:
Fungsinya baik. :
Fungsinya baik. :
Tak ada kelainan : Tak ada kelainan : Ada rasa gatal
C. Status persepsi
Klien berperilaku sesuai dengan stimulus yang diberikan D. Status motorik
Motorik kasar:
Klien berjalan, berpakaian, dan dapat makan minum, mandi dan lain-lain. Motorik halus :
Klien mampu menulis, menggenggam sesuatu, memasukan kancing ke dalam lubang kancing tanpa tremor.
E. Afek
Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang diungkapkan. Misalnya jika klien menceritakan hal-hal yang sedih, klien menangis.
F. Orientasi
Klien mengenal orang yang ada disekitarnya. Klien mengetahui berada di RSJ Klien tidak mengetahui waktu.
G. Ingatan
Klien tidak dapat mengingat kejadian yang pernah dialami. Contoh ketika ditanya kapan
H. Daya tilik diri (insigt)
Klien tidak mengetahui penyebab di rawat di rumah sakit (insigt negatif)
VIII. Diagnosa Medik
Szchizophrinea simplek
Program pengobatan medik:
Clorpromazine 2x 100 mg.
Trifluoperazine 3 x 5 mg
ANALISA DATA
DATA MASALAH
DS :
Ibu mengatakan sejak mengalami gegar otak klien lebih pendianm dan sering menyendiri dikamar. DO :
Klien sering menyendiri dipojok ruangan, tidur telanjang dengan posisi fetus, tidak berespon terhadap sapaan perawat, tidak berinteraksi dengan klien lain dan perawat, beranjak dari tempatnya hanya saat pembagian makanan.
DS :
Ibu menyatakan sejak gegar otak klien mengeluh sulit berkonsentrasi, mengatakan pelajaran disekolah sulit dan takut tidak lulus sekolah, klien tidak lulus SMP, menjadi pengangguran dan mengatakan malu dan sering diejek temannya. DO :
Klien tidak berani kontak mata, menghindar bila didekati, bila di tanya klien menunduk dan melakukan gerakan stereotipe dengan menggesek-gesekkan jari tangan.
DS :
Ibu mengatakan saat dirumah klien hanya menyendiri dan tiduran, tidak melakukan kegiatan apa-apa.
DO :
Menarik diri
Harga diri rendah
Klien tidak perduli dengan lingkungan dan aktivitas lingkungan, klien beranjak dari tempat duduknya hanya waktu makan.
DS : DO :
Badan kotor, berbau dan dikurumunin lalat, rambut acak-acakan dan kotor, mulut kotor dan berbau, gigi kuning, mata kotor, disela-sela jari tangan terdapat luka kecil bekas garukan, kuku tangan panjang dan kotor, kaki bersisik ada luka kecil bekas garukan, kuku kaki panjang dan kotor. DS :
Ibu mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien pernah bicara sendiri, tidak jelas dan tidak dapat dimengerti.
DO :
Klien tampak komat-kamit, tertawa sendiri. DS :
Ketika dikenalkan dengan klien lain, klien sering menyatakan saya mahasiswa pajajaran.
Ibu menyatakan klien tidak lulus SMP DO :
Klien tidak lulus SMP
Kebersihan diri kurang
Potensial halusinasi
DS :
Ibu mengatakan sejak mengalami gegar otak klien lebih pendianm dan sering menyendiri dikamar.
DO :
Klien sering menyendiri dipojok ruangan, tidur telanjang dengan posisi fetus, tidak berespon terhadap sapaan perawat, tidak berinteraksi dengan klien lain dan perawat, beranjak dari tempatnya hanya saat pembagian makanan.
DS :
Ibu menyatakan sejak gegar otak klien mengeluh sulit berkonsentrasi, mengatakan pelajaran disekolah sulit dan takut tidak lulus sekolah, klien tidak lulus SMP, menjadi pengangguran dan mengatakan malu dan sering diejek temannya.
DO :
Klien tidak berani kontak mata, menghindar bila didekati, bila di tanya klien menunduk dan melakukan gerakan stereotipe dengan menggesek-gesekkan jari tangan.
DS :
Ibu mengatakan saat dirumah klien hanya menyendiri dan tiduran, tidak melakukan kegiatan apa-apa.
DO :
Klien tidak perduli dengan lingkungan dan aktivitas lingkungan, klien beranjak dari tempat duduknya hanya waktu makan.
DS :
DO :
Menarik diri
Harga diri rendah
Gangguan aktivitas sehari-hari (ADL)
Badan kotor, berbau dan dikurumunin lalat, rambut acak-acakan dan kotor, mulut kotor dan berbau, gigi kuning, mata kotor, disela-sela jari tangan terdapat luka kecil bekas garukan, kuku tangan panjang dan kotor, kaki bersisik ada luka kecil bekas garukan, kuku kaki panjang dan kotor.
DS :
Ibu mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien pernah bicara sendiri, tidak jelas dan tidak dapat dimengerti.
DO :
Klien tampak komat-kamit, tertawa sendiri. DS :
Ketika dikenalkan dengan klien lain, klien sering menyatakan saya mahasiswa pajajaran.
Ibu menyatakan klien tidak lulus SMP DO :
Klien tidak lulus SMP
Potensial halusinasi
RENCANA KEPERAWATAN JIWA
Nama Klien : Tn M
Bangsal/tempat : Elang II RSJP Jakarta.
-No Tgl. Dx. Keperawatan Perencanaan Rasional Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan
1. 17/4/9 klien menyendiri dipojok
tidur telanjang dengan posisi fetus tidak berespon terhadap sapan perawat
tidak berinteraksi dengan perawat dan
hubungan saling percaya.
1. Sesudah 2 kali pertemuan, klien dapat berinteraksi dengan perawat. verbal maupun non verbal,
Perkenalkan diri klien dengan menyebut nama nama secara jelas.
Jelaskan maksud dan tujuan pertemuan.
Buat kontrak dan tepati janji
Selalu kontak mata selama interaksi
beranjak dari tempatnya hanya waktu makan
Tunjukkan sikap empati dan penuh perhatian pada klien
Terima klien apa adanya.
Mulai interaksi dengan hal yang disukai klien
Data Subyektif: Ibu mengatakan, sejak mengalami gegar otak, klien lebih pendian dan sering menyendiri di kamar
2 .Kontrol penampilan perawat
- selalu siap bila dibutuhkan klien
- Jawab pertanyaan klien secara jujur
-perhatikan perilaku yang sesuai oleh semua tim kep. seperti;sama-sama
menggunakan komunikasi trapeutik dlm mendenkati klien.
- hindari pola komunikasi yang memaksa, bersikap rahasia di dekat klien, sikap tidak menghargai klien.
2. Klien dapat mengenal perasaan yang menyebabkan perilaku menarik diri dari lingkungan sosial.
1 Klien akan mengekspresikan perasaannya setelah pertemuan 2 kali.
1. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya 2.Gunakan tehnik komunikasi terapeutik
3. Bersama-sama klien mengidentifikasi kerugian jika klien tidak berhubungan dengan orang lain.
4. Beri reinforcement positif atas
kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
Dengan mengungkapkan perasaannya berarti klien dapat mengungkapkan masalahnya sehingga klien mau /termotivasi untuk mengidentifikasi kerugiannya jika tidak berhubungan dengan orang lain, dan akan meningkatkan harga perawat sesudah 2 kali pertemuan.
1.Dorong klien mengungkapkan perasaanya terhadap hubungan dengan perawat.
Perasaan puas terhadap hubungan /interaksi dengan perawat memotivasi kli en untuk melanjutkan tahap interaksi
3.Klien menunjukkan penurunan perilaku
1. Setelah 5 kali pertemuan klien dapat berhubungan dengan
1. Secara bertahap libatkan klien dalam kelompok, misalnya menghadirkan 1 - 2
Dengan mengikutsertakan satu
atau dua perawat,
menarik diri perawat dan klien lain yang ada di ruangan
2. Setelah 6-8 kali pertemuan klien dapat
orang dengan klien lain dalam berkomunikasi.
2. Usahakan pesan verbal dan non verbal secara singkat, jelas dan konsisten selama komunikasi
3. Lakukan percakapan dan interaksi secara singkat dan sering
4. Beri reinforcement positif atas apa yang telah dicapai klien
5. Gunakan tehnik bermain peran untuk membantu klien mengenal perasaan, pikiran, serta respon yang dialami dalam menghadapi situasi berhubungan dengan orang lain
berkomunikasi secara bertahap.
Memudahkan klien untuk memahami komunikasi yang disampaikan.
Menghindari kejenuhan klien
Meningkatkan harga diri klien.
Bermain peran merupakan salah satu curahan atau ekspresi perasaan seseorang
4.Keluarga dapat berpar-tisipasi diri dalam perawatan klien
mengembangkan hubungan melalui; Keikutsertaan dalam aktifitas di ruangan Keikutsertaan dalam kelompok terapi
Inisiatip berinteraksi dengan orang lain
Keluarga dapat menyebutkan hal-hal yang harus dilakukan selama klien di rawat di rumah sakit Menjenguk
1. Motivasi klien untuk mengikuti aktivitas di ruangan; 2. membersihkan ruangan,
menyapu, mengepel,
membersihkan kamar mandi
3. Beri penjelasan tentang
tindakan dan beri
reinforcement positip atas keikutsertaan klien dalam kelompok
4. Beri penjelasan dari keikutsertaan klien dalam kelompok dan diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk mengisi waktu luang
5. Anjurkan klien
melalui pemenuhan kebutuhan berinteraksi dengan orang lain dan menurunkan kemungkinan menarik diri
Memperkembangkan hubungan dengan sesamanya dapat berlanjut
Menggali perasaan klien setelah berhubungan dengan orang lain
klien minmal satu kali seminggu
Ikut terlibat dalam
perawatan dan
pengobatan
mengevaluasi secara mandiri manfaat dari berhubungan dengan orang lain. klien yang menarik diri
merupakan bekal untuk berpartisipasi dalam perawatan klien
2 17/4/9 7
Penampilan diri yang tidak adequat
berpenampilan diri secara adequat menyebutkan kembali pengertian kebersihan diri;
badan bersih dan tidak berbau
rambut bersih dan rapi
Motivasi klien untuk mengemukakan penting nya kebersihan diri, meliputi arti bersih dan tanda-tanda bersih
Dorong anggota keluarga
Dengan pemahaman klien tentang kebersihan diri, diharapkan klien termotivasi untuk bekerja sama dengan
perawat dalam hal
mulut kotor dan panjang dan kotor
gigi bersih
kuku pendek dan tidak kotor
baju yang dipakai bersih dan rapi
2.Klien mampu
menyebutkan kembali pentingnya kebersihan diri yaitu;
mencegah penyakit kulit
menjaga kebersihan gigi dan mulut
mencegah masuknya kuman melalui kuku
berkomunikasi dengan klien lain
Motivasi klien untuk menyebutkan manfaat kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien yang berhubungan dengan kebersihan diri
jelaskan cara memelihara
Dukungan dari keluarga sangat membantu dalam meningkatkan komunikasi klien
Dengan adanya pengertian tentang manfaat kebersihan diri untuk meningkatkan kesehatan, maka akan timbul motivasi untuk memelihara kebersihan diri
Dengan mengingatkan kembali tentang cara memelihara kebersihan diri, klien akan
2.Klien mampu melakukan usaha mencapai
kebersihan diri dengan bantuan perawat setelah 3-4 sehari dengan pasta gigi mengganti pakaian 2
mendemonstrasikan c ara memelihara kebersihan diri yaitu; mandi pakai sabun, bilas sampai bersih,
kebersihan diri; mandi 2 kali sehari gosok gigi 2 kali sehari ganti pakaian 2 kali sehari cuci rambut 2 kali seminggu gunting kuku bila panjang
Ajarkan klien untuk mandi sesuai prosedur yang benar
Bimbing klien untuk menggosok gigi dengan benar
Beri kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara
melaksanakannya
membantu klien untuk dapat menerapkan cara menjaga kebersihan diri
menggosok gigi, ganti pakaian, mencuci rambut, memotong kuku
menggosok gigi
Ingatkan dan anjurkan klien untuk menggosok gigi
Ajarkan cara mencuci rambut secara benar
Beri kesempatan pada klien untuk mencuci rambut sendiri
Ingatkan untuk mencuci rambut dua kali seminggu
Amjurkan dan ingatkanklien mengganti baju setiap hari
Anjurkan untuk
mempertahankan penampilan diri setiap hari
Kolaborasi dengan staf ruangan tentang pengelolaan fasilitas dan alat kebersihan diri seperi : kebrsihan air mandi, sabun, odol, handuk dan
Mencuci rambut mencegah ketombe, kutu dan mencegah kebersihan rambut dan meningkatkan rasa nyaman.
Berpakaian bersih dan rapi memberikan rasa nyaman dan meningkatkan harga diri klien
Penyediaan fasilitas memungkinkan klien dapat melakukan kebersihan diri.
pakaian.
Bekerja sama dengan keluarga dalam meyediakan fasilitas dan alat kebersihan diri : sabun,odol, sikat gigi.
kebersihan diri sangan menunjang klien dalam melakukan kebersihan diri secara optimal
3.Klien dapat melaksanakan kebersihan diri secara mandiri melaksanakan kebersihan diri secara teratur
Beri dorongan dan ingatkan klien agar klien dapat melaksanakan kegiatan teratur.
Ajarkan dan ingatkan klien unuk melaksanakan kegiatan sebagai berikut : mandi, gsok gigi, dan ganti pakaian, mencuci rambut 2 kali seminggu, gunting kuku
4.Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara teratur dan terus menerus.
Klien selalu terlihat bersih dan rapi
Beri reinforcemen positip bila berhasil melakukan kegiatan dengan baik
Kolaborasi dengan staf perawat untuk peningkatan kebersihan diri klien
Penghargaan dapat
meningkatkan motivasi klien untuk melakukan kebersiahan diri
Memelihara kesinambungan asuhan keperawatan
5.Keluarga dapat memberikan
dorongan terhadap perkembangan kesehatan klien dalam hal menjaga
Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurangnya minat menjaga kebersihan diri
Diskusikan dengan keluarga tentang kegiatan klien di rumah sakit dlam menjaga kebersihan diri
Jelaskan pada keluarga tentang manfaat menjaga kebersihan diri klien
Keluarga diharapkan dapat melakukan usaha untuk mengatasi penyebab kurangnya minat menjaga
kebersihan diri
klien dalam menjaga kebersihan diri
Anjurkan pada keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri
Diskusikan dengan keluarga cara membantu klien menjaga kebersihan diri