• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik morfometrik rusa Sambar Ru (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Karakteristik morfometrik rusa Sambar Ru (1)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Karakteristik Morfometrik Rusa Sambar (

Rusa unicolor

)

Sebagai Dasar Kriteria Seleksi Sifat Pertumbuhan

(MORPHOMETRIC CHARACTERISTICS OF SAMBAR DEER

(RUSA UNICOLOR) AS A BASELINE IN SELECTION OF GROWTH TRAIT) Wirdateti1, Bram Brahmantiyo2, Andi Reksodiharjo,

Gono Semiadi1, Hadi Dahruddin1

1Bidang Zoologi, Puslit. Biologi-LIPI

Jl. Raya Jakarta-Bogor KM 46, Cibinong 16911, Telpon: 021-8765056 email : teti_mzb@yahoo.com

2Balai Penelitian Ternak, Puslitbangnak-Departemen Pertanian

ABSTRACT

Study on the morphometric characteristic of sambar deer (Rusa unicolor) which will be used as a baseline of growth trait selection had been conducted. The aim of this study is to set up criteria for better selection of sambar deer progeny. Morphometric characteristic observed in this study including : body weight, body length, chest width, chest girth, head length, head width, ear width, and ear length respectively. Result indicated that chest girth correlates significantly with the body weight (y=-108.004+1.875x). In conclusion chest girth can be used as a criteria for selection of growth trait of sambar deer.

Key words: morphometric, sambar deer, chest girth, growth trait.

PENDAHULUAN

Indonesia dikenal sebagai negara asal rusa timor (Rusa timorensis), dan rusa sambar (Rusa unicolor) yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai ternak produksi. Rusa dikenal sebagai satwa yang dapat dimanfaatkan daging (venison) dan ranggahnya. Masyarakat Indonesia walau dalam skala pemeliharan yang kecil baik di pedesaan maupun di perkotaan telah banyak memelihara rusa dengan tujuan sebagai hewan kesayangan (Semiadi dan Nugraha, 2004). Menurut Garsetiasih (2007) rusa dapat dimanfaatkan dengan keunggulan, yaitu rusa mempunyai adaptasi yang tinggi dengan lingkungannya sehingga mudah untuk ditangkarkan. Secara ekonomi penangkaran rusa mempunyai prospek yang bagus, karena rusa dapat menghasilkan daging, kulit, dan ranggah dan pasar bagi produk tersebut tersedia. Rusa termasuk satwa yang produktif karena dapat bereproduksi setiap tahun dan mempunyai tingkat produksi yang tinggi dengan persentase karkas yang lebih tinggi dibanding satwa lain. Penangkaran rusa skala besar dapat

skala kecil menggunakan sistem kandang, dan dalam mengawali penangkaran rusa selain diperlukan sarana dan prasarana juga perlu penanganan khusus dalam hal penangkapan dan pengangkutan ke tempat penangkaran. Sehingga pengembangan rusa sebagai hewan ternak bukanlah suatu angan-angan.

(2)

dapat didayagunakan secara lestari dan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Semiadi dan Nugraha, 2004).

Pemanfaatan pada generasi ke dua (F2 atau G2) membutuhkan pencatatan yang mampu menerangkan silsilah, struktur dalam populasi dan jumlahnya serta asal muasal ternak rusa di suatu penangkaran. Data-data seperti bobot badan, ukuran dimensi tubuh dan reproduksi sangat dibutuhkan untuk memprediksi potensi produksi dan peluang peningkatan produktivitas melalui teknologi pemuliabiakan. Melalui penomoran dan pencatatan yang teratur yang dilakukan pada setiap rusa, dapat diperoleh proyeksi produksi ternak dari suatu populasi dan dapat mengatur ketersediaan rusa bagi pemenuhan produksi daging, ranggah, dan kulit. Untuk mendukung upaya pengembangan rusa di penangkaran, penelitian eksplorasi dilakukan untuk mencari karakteristik morfometrik yang memiliki hubungan yang erat dengan laju pertumbuhan khususnya bobot badan. Karakteristik morfometrik pada rusa telah banyak diamati sebagai dasar evaluasi penyebaran rusa, dengan melakukan pengu-kuran pada tulang tengkorak (Petelis dan Brazaitis, 2003) yang menjelaskan bahwa rusa Roe yang hidup di lahan terbuka berbeda dengan rusa yang hidup di hutan, dan pada jantan tulang cranium terus tumbuh selama hidupnya. Pada penelitian tersebut karakteristik bobot badan dan ukuran dimensi tubuh diamati untuk menduga bobot badan mengingat bobot badan merupakan sifat yang memiliki nilai heritabilitas dari sedang sampai tinggi. Menurut Martojo (1992) nilai pendugaan heritabilitas berturut-turut sebesar 0,35-0,90 pada sapi po-tong, 0,35-0,50 pada sapi perah, 0,40-0,70 pada kerbau dan 0,30-0,60 pada domba. Nilai dugaan heritabilitas bobot lahir dan bobot badan dewasa umur 1,5 tahun pada rusa ekor putih ( white-tailed deer) dilaporkan oleh Williams et al., (1994), yaitu berturut-turut sebesar 0,00-0,17 dan 0,58-0,64.

Pelaksanaan praktis dilapangan, diguna-kan ukuran dimensi tubuh sebagai penduga bobot badan dikarenakan ketersediaan perleng-kapan seperti jalur penanganan (gang way), kandang jepit, dan timbangan yang sukar dite-mui. Penelitian ini bertujuan untuk mendapat-kan karakteristik morfometrik yang dapat digunakan sebagai bahan kriteria seleksi.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan mulai bulan Maret hingga Juli 2008, di penangkaran rusa sambar (R unicolor) milik Pemda Kalimantan Timur di Desa Api-Api, Kecamatan Petung, Kabupaten Penajam Paser Utara. Fasilitas yang telah terse-dia saat ini adalah delapan buah pedok (padang rumput kecil) yang mencapai luasan 9,5 hektar dan kandang kerja (yard) yang dilengkapi penjepit rusa (deer crush). Enam hektar dari pedok telah ditanami rumput unggul dan sisanya masih dalam taraf persiapan.

Kegiatan penelitian berupa kajian terhadap karakteristik bobot badan dan ukuran linier tubuh rusa sambar. Pada pencatatan tahap awal, jumlah ternak, jenis kelamin dan kelom-pok umur rusa yang diamati ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi umur dan jenis kelamin rusa yang diamati

Dewasa 14 20 34

Rusa yang terdata diberikan penomoran (ear-tag) sebagai identitas bagi pengamatan selanjutnya. Peubah yang diamati adalah bobot badan, panjang badan, lebar dan lingkar dada, panjang dan lebar kepala serta panjang dan lebar telinga. Rusa betina dewasa sejumlah 10 ekor dan seekor jantan ditempatkan pada pedok tersendiri, begitu pula dengan 10 ekor betina dara dengan seekor pejantan. Pejantan dipilih dari kelompok jantan dewasa yang memiliki bobot badan tertinggi. Sedang jantan dara dan anak (jantan dan betina) dikembalikan pada kelompok besar. Pengamatan terhadap se-mua rusa yang telah dinomori (ear-tag) dilaku-kan pengulangan setiap tanggal 18-20 pada bulan Maret, Mei, dan Juli 2008.

(3)

meng-gunakan timbangan FX1 electronic weighing system merk Iconix kapasitas 2000 kg dengan skala terkecil 0,1 kg dan ukuran dimensi tubuh menggunakan pita ukur panjang 1500 cm dengan skala terkecil 0,1 cm. Pengaruh umur (muda, dara dan dewasa), jenis kelamin (jantan dan betina) pada peubah yang diamati dianalisis menggunakan Proc GLM, dan Proc Corr dengan bantuan paket program SAS 6.12 (SAS, 1985).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ditampilkan rataan bobot badan dan ukuran linier tubuh rusa sambar di lokasi penelitian. Bobot badan rusa sambar jantan pada umur dara dan dewasa lebih tinggi dibandingkan betina, kecuali pada rusa muda. Hal ini diduga terjadi karena pengaruh hormonal, sehingga rusa jantan lebih berat mulai umur dara. Menurut Lincoln (1985) dalam Semiadi (2006), bahwa sekresi hormon luteinizing (LH) erat hubungannya dengan pertumbuhan dan siklus reproduksi pada kelompok jantan dan Betina. Hormon lain yang mempengaruhi pertumbuhan juga hormon progesteron, dan testoteron (Semiadi, 2006). Bobot badan rusa sambar dewasa ini masih lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Semiadi

et al., (2005) yang menerangkan bobot rusa sambar dewasa jantan antara 136-320 kg dan pada betina antara 135-225 kg. Rendahnya bobot badan ini dapat disebabkan oleh ketersediaan pakan yang tidak memadai, yaitu populasi rusa di lapang melebihi kapasitas tampungnya. Menurut Semiadi (2008, komunikasi pribadi) bahwa daya tampung rusa sambar di lapang adalah 20 ekor/ha dan pada saat penelitian berlangsung terdapat sejumlah 235 ekor rusa pada lahan seluas 9,5 ha. Dapat pula

diakibatkan faktor genetik, yaitu adanya silang dalam akibat pencampuran tetua dan anak pada areal yang sama sehingga perkawinan tidak terkontrol.

Perkembangan ukuran dimensi tubuh sesuai dengan umur rusa. Pada rusa dewasa diperoleh ukuranyang lebih besar dalam hal : ukuran lebar dada, panjang badan, panjang dan lebar kepala serta panjang dan lebar telinga. Kecuali pada lingkar dada, rusa sambar jantan lebih tinggi dibanding betina, pada rusa sambar dewasa (107,64+5,67 cm pada jantan dan 99,37+3,52 pada betina), rusa sambar dara (92,47+5,63 cm pada jantan dan 83,45 + 7,80 cm pada betina) dan tidak berbeda pada rusa sambar muda. Lebih tingginya ukuran lingkar dada ini juga terjadi pada rusa timor (R timorensis) yang memperoleh nilai 74,3 cm pada jantan dan 65,2 cm pada betina (Garsetiasih dan Takandjandji, 2007).

Evaluasi terhadap keeratan masing-masing peubah yang diamati dapat dilihat pada Tabel 3. Lingkar dada memberikan nilai korelasi fenotipik yang tertinggi diikuti oleh panjang badan dan lebar dada, yaitu berturut-turut sebesar 0,94; 0,90; dan 0,84. Lingkar dada, panjang badan dan lebar dada ini selanjutnya dipergunakan untuk menduga persamaan regresi linier yang paling baik sebagai penduga bobot badan.

Pendugaan terhadap bobot badan banyak dilakukan untuk memudahkan pelaksanaan pengamatan di lapangan dengan melakukan pengukuran pada ukuran linier tubuh. Pendugaan bobot badan ini telah banyak dilakukan pada sapi potong, kambing/domba, dan ternak lain. Pada Tabel 4 ditampilkan konstanta regresi linier lingkar dada, lebar dada dan panjang badan terhadap bobot badan. Nilai

Tabel 2. Karakteristik morfometrik rusa sambar (rata-rata ± SD)

Muda Dara Dewasa Karakter

Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Bobot badan (kg) 35.30 + 8.30d 34.93 + 10.63d 60.46 + 10.83c 46.40 + 7.86d 97.23 + 15.47a 80.42 + 9.25b

Lingkar dada (cm) 76.00 + 5.43e 74.33 + 9.50e 92.47 + 5.63c 83.45 + 7.80d 107.64 + 5.67a 99.37 + 3.52b

Lebar dada (cm) 19.00 + 2.00d 19.33 + 1.53d 21.73 + 1.67bc 20.36 + 2.29cd 25.07 + 2.64a 23.47 + 2.25ab

Panjang badan (cm) 79.20 + 6.65d 75.33 + 8.02d 93.27 + 5.51b 85.27 + 6.12c 105.50 + 5.03a 99.68 + 5.75a

Panjang kepala (cm) 22.00 + 1.87c 21.67 + 3.05c 24.73 + 1.75b 24.91 + 2.91b 28.29 + 2.27a 29.11 + 2.38a

Lebar kepala (cm) 10.20 + 4.60c 11.67 + 0.58bc 12.53 + 0.74b 11.82 + 3.03bc 15.43 + 1.45a 13.68 + 1.25ab

Panjang telinga (cm) 13.80 + 0.84a 12.33 + 1.53b 14.40 + 1.12a 13.82 + 1.33a 15.43 + 1.09a 14.53 + 1.68a

(4)

ketepatan (derajat determinasi) untuk persamaan regresi dengan variabel bebas lingkar dada, lebar dada, dan panjang badan memberikan nilai yang cukup tinggi (0,89), kemudian lingkar dada dan panjang badan (0,88) dan lingkar dada (0,87).

Tampak bahwa semakin banyak variabel bebas yang dilibatkan untuk menduga bobot badan diperoleh derajat determinasi yang lebih tinggi. Persamaan linier penduga bobot badan dengan derajat determinasi (R2) tertinggi

berturut-turut

Y = -120,46+1,24X1+1,70X2+0,37X3 (R2 = 0,89),

Y = -116,24+1,44X1+0,52X3 (R2=0,88) dan Y=

-108.00+1.88X1 (R2=0,87). Rusa sambar yang

diamati merupakan rusa penangkaran dengan tingkah laku yang belum jinak. Sehingga untuk efektivitas pengukuran, dengan semakin sedikit peubah yang digunakan akan lebih mudah serta mengurangi resiko kecelakaan pada pengelola.

Pendugaan bobot badan dengan satu variabel bebas dengan derajat determinasi yang cukup baik yang dipilih, yaitu Y = -108,00+1,88 X1.

SIMPULAN

Bobot badan rusa sambar dewasa relatif rendah dibanding rusa sambar dewasa di tempat lain. Lingkar dada betina lebih dari 99 cm dan jantan lebih dari 107 cm dapat digunakan untuk kriteria seleksi rusa sambar di Kalimantan Timur. Penelitian lanjut pada rusa diperlukan pada evaluasi karakteristik daging dan karkasnya untuk mengetahui nilai ekonomis rusa sebagai penghasil daging. Karakteristik ranggah menarik untuk diteliti karena memiliki nilai ekonomis tinggi dan dapat ditingkatkan melalui seleksi dengan dugaan heritabilitas yang tinggi.

Tabel 3. Korelasi (r2) fenotipik bobot badan dan peubah morfometrik rusa sambar di lokasi penelitian

Tabel 4. Konstanta regresi lingkar dada (X1), lebar dada (X2) dan panjang badan (X3) terhadap bobot badan

p

Bobot Badan

Lingkar dada

Lebar dada

Panjang badan

Panjang kepala

Lebar kepala

Panjang telinga

Lebar telinga

Bobot Badan

0.94 0.84 0.90 0.76 0.61 0.46 0.67

Lingkar dada

0.81 0.83 0.76 0.55 0.51 0.68

Lebar dada

0.79 0.68 0.51 0.37 0.55

Panjang badan

0.75 0.50 0.57 0.68

Panjang kepala

0.44 0.37 0.72

Lebar kepala

0.17 0.25

Panjang telinga

0.51

Lebar telinga

Kemiringan (slope)

X1 X2 X3 Derajat

determinasi (R2)

-108.00 1.88 0.87

-85.90 6.89 0.69

-120.68 2.00 0.81

-116.24 1.44 0.52 0.88

-126.31 2.67 1.43 0.85

(5)

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih disampaikan kepada Ketua Sub Program Domestikasi Keanekara-gaman Hayati Indonesia dan Tim, karena bantuan dana melalui penelitian Program Kompetitif LIPI, sehingga sebagian data dapat dipublikasikan dalam bentuk tulisan ilmiah. Terimakasih juga disampaikan kepada Kepala dan seluruh karyawan penangkaran rusa di UPTD Api-Api, Kabupaten Penajam - Kaltim atas kerjasamanya dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Garsetiasih R, Takandjanji M. 2007. Model penangkaran rusa. Prosiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian. Seminar Konservasi dan Rehabilitasi Hutan, Padang. Sumatera Barat.

Lincoln GA. 1985. Seasonal breeding in deer.

In: Biology of deer production (Eds. P.F. Fennessy & K.R. Drew). The Royal Society of New Zealand Bulletin 22:165-179. Martojo H. 1992. Peningkatan Mutu Genetik

Ternak. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Petelis K, Brazaitis G. 2003. Morphometric data on the field ecotype roe deer in southwest Lithuania. Acta Zoologica Lituanica 13 (1): 61-64

[SAS] Statistics Analytical System. 1985. SAS User’s Guide. SAS Inst., Inc., Cary. NC. Semiadi G, Nugraha RTP. 2004. Panduan

pemeliharaan rusa tropis. Bogor. Puslit Biologi LIPI.

Semiadi G, Adhi IGMJ, Trasodiharto A. 2005. Pola kelahiran rusa sambar (Cervus unicolor) di Penangkaran Kalimantan Timur. Biodiversitas 6(1): 59-62.

Semiadi G. 2006. Biologi rusa tropis. Pusat Penelitian Biologi. Cibinong. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Gambar

Tabel 1. Komposisi umur dan jenis kelaminrusa yang diamati
Tabel 2.  Karakteristik morfometrik rusa sambar (rata-rata ± SD)
Tabel 4. Konstanta regresi lingkar dada (X1), lebar dada (X2) dan panjang badan (X3) terhadapbobot badan

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, sistem monitoring yang dirancang dengan menggunakan perangkat lunak Processing dapat menampilkan data ketinggian air (bentuk grafik dan diagram

ini bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran yang bersifat mobile berbasis android untuk siswa homeschooling kelas X, serta mengetahui kualitas produk media

Absorbansi yang terbentuk akibat fosfotungstatbiru sebanding dengan jumlah senyawa fenolik yang terdapat dalam sampel,sehingga dapat diketahui seberapa besar jumlah

Sedangkan faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program yaitu : (1) Belum adanya binaan khusus dari instansi, (2) Sebagian masyarakat belum semuanya mengetahui

Kekuatan hubungan antara konsumsi makanan sumber lemak dengan status anemia pada ibu hamil dapat dilihat dari nilai OR yaitu 7,933 dengan 95% CI = 2,257 – 27,880 artinya ibu hamil

Keunggulan polifosfat sebagai inhibitor kerak kalsium karbonat (CaCO 3 ) antara lain karena kemampuannya untuk menyerap pada permukaan kristal yang mikroskopik, menghambat

Akan tetapi penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan yaitu: kedua penelitian tersebut lebih terfokus kepada kebijakan pemerintah