Power dan Kapabilitas Negara Pendahuluan
1. 1. Latar Belakang
Ilmu Hubungan Internasional merupakan salah satu bentuk ilmu sosial yang mempelajari tentang hubungan antar aktor internasional di dalam sistem internasional yang melampaui batas teritori atau kawasan suatu negara maupun benua. Ilmu Hubungan Internasional memiliki banyak kajian penting, diantaranya adalah power dan kapabilitas negara. Kajian power dan kapabilitas negara memiliki kaitan yang sangat erat, sehingga apabila membahas mengenai power
maka kapabilitas negara pun akan termasuk didalamnya.
Namun sebelum menganalisa lebih dalam hubungan antara power dan kapabilitas negara, tentunya harus diketahui terlebih dahulu definisi dari power
dan kapabilitas negara itu sendiri. Setelah mengetahui definisi dari power dan kapabilitas negara, maka akan dapat diketahui hubungan antara power dan kapabilitas negara, baik secara internal maupun secara eksternal.
1. 2. Rumusan Masalah
Para penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas di dalam makalah ini sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antara lain:
a. Apa definisi dari power dan kapabilitas negara?
b. Bagaimana hubungan dari power dan kapabilitas negara? 1. 3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:
a. Memahami definisi dari power dan kapabilitas negara.
Pembahasan
2. 1. Pengertian Power dan Kapabilitas Negara
Power merupakan salah satu kata kunci yang paling sering digunakan di dalam studi hubungan internasional. Power digunakan sebagai konsep yang dikenal dengan kekuasaan politik (power politics). Power berbagi peran dengan konsep ‘negara’ sejak lahirnya disiplin ilmu hubungan internasional dan dianggap sebagai konsep dasar dari hubungan internasional.1 Arnold Schwarzenberger melihat bahwa power merupakan salah satu faktor utama dalam hubungan internasional. Menurutnya negara-negara dalam suatu sistem internasional akan melakukan apa yang mereka ingin kuasai secara fisik daripada apa yang seharusnya mereka lakukan secara moral.2 Menurut Miriam Budiarjo di dalam bukunya yang berjudul Dasar-Dasar Ilmu Politik, kekuasaan (power) adalah kemampuan (kapabilitas) baik dalam hal mempengaruhi suatu pihak untuk pencapaian keinginan dan tujuan.3
Menurut Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe dalam bukunya
Pengantar Hubungan Internasional, pengertian power dijelaskan sebagai berikut: “Power as an umbrella concept that denotes anything that establishes and maintains the control of Actor A over Actor B. Power, in turn, can be seen as having three important ingredients. The first ingredient is force, which can be defined as the explicit threat or the use of military, economic, and other instruments of coercion by Actor A against Actor B in pursuit of A’s political objectives. The second ingredient is influence, which we defined as the use of instruments of persuasion—short of force—by Actor A in order to maintain or alter the behavior of Actor B in a fashion suitable to the preference of Actor A. The third ingredient of power
1 Scott Burchil dan Andrew Linklater, 1996, Teori-Teori Hubungan Internasional, Bandung: Nusa Media, hlm. 242.
2 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm. 13.
is authority, which we will define as Actor B’s voluntary compliance with directives (prescriptions, orders) issued by Actor A, nurtured by B’s perceptions regarding A—such as respect, solidarity, affection, affinity, leadership, knowledge, expertise.” (1999: 86-87).
Power adalah sebagai payung konsep yang menunjukkan segala sesuatu yang bisa menentukan dan memelihara kekuasaan aktor A terhadap aktor B. Sebaliknya power memiliki tiga unsur. Unsur pertama adalah kekuatan (force), yang didefinisikan sebagai ancaman eksplisit atau aktor A menggunakan alat-alat paksa seperti militer, ekonomi dan lain-lain terhadap aktor B untuk mencapai tujuan-tujuan politik A. Unsur kedua adalah pengaruh (influence), yang didefinisikan sebagai penggunaan alat-alat persuasi-jenis-kekuatan-oleh aktor A untuk menjaga atau mengubah perilaku aktor B dengan cara-cara yang sesuai dengan preferensi atau keinginan aktor A. Unsur power yang ketiga adalah kekuasaan (authority), yang didefinisikan sebagai kerelaan aktor B untuk memenuhi intruksi-intruksi (preskripsi, perintah) yang dikeluarkan oleh aktor A, yang dipelihara dalam persepsi B mengenai aktor A seperti sikap hormat, solidaritas, kasih sayang, afinitas atau pertalian keturunan, kepemimpinan, pengetahuan dan keahlian.4
Dari penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa power dapat mempengaruhi kekuasaan aktor A terhadap aktor B melalui tiga unsurnya, yaitu
force, influence, dan authority.
Di dalam ilmu hubungan internasional power dibagi menjadi dua, yaitu
hard power dan soft power. Hard power adalah tindakan suatu aktor untuk mempengaruhi aktor lainnya dengan menggunakan kekerasan. Contohnya dengan cara agresi militer. Sedangkan soft power merupakan kebalikan dari hard power
yaitu tindakan suatu aktor untuk mempengaruhi aktor lain tanpa menggunakan kekerasan, contohnya adalah diplomasi dan penyebaran kebudayaan.
Selanjutnya, kapabilitas berasal dari kata kapabel. Pengertian dari kapabilitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sanggup, mampu, cakap, dan pandai. Sehingga dapat dikatakan bahwa kapabilitas negara adalah tingkat kemampuan atau kesanggupan dari suatu negara secara politik, sosial, budaya, pertahanan, teknologi, dan keamanan serta di dalam hubungan internasional.
Seringkali para ilmuwan menganggap kapabilitas merupakan sinonim dari konsep power. Namun Couloumbis dan Wolfe membedakan konsep kapabilitas dan power tersebut, bahwa jika kapabilitas dikumpulkan atau digolongkan, maka kapabilitas akan menjadi alat pengaruh yang dapat memaksa suatu negara. Kemampuan didefinisikan sebagai atribut nyata (tangible) dan tidak nyata (intangible) yang dimiliki oleh aktor yang memungkinkan dirinya untuk menerapkan power dalam hubungannya dengan aktor lain.5 Yang dimaksud atribut nyata (tangible) power adalah seperti militer, sedangkan yang dimaksud atribut tidak nyata (intangible) power adalah seperti diplomasi.
2. 2. Hubungan Power dan Kapabilitas Negara
Semakin besar kekuatan (power) suatu negara, maka semakin besar kapabilitas negara tersebut, begitu juga sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan hubungan power dengan kapabilitas negara adalah berbanding lurus. Hal ini dapat dilihat dari pecahnya negara Uni Soviet akibat munculnya wilayah-wilayah yang memerdekakan diri. Kejadian ini menandakan bahwa melemahnya kedaulatan dan power internal Uni Soviet terhadap wilayah-wilayah yang memerdekakan diri akibat kekalahan perang.
Power dan kapabilitas negara secara internal pada dasarnya adalah sebagai pemenuhan segala kebutuhan masyarakat, serta menjamin keutuhan negara. Besarnya power suatu negara akan menjadikan negara tersebut tetap eksis dan bertahan. Selanjutnya power dan kapabilitas negara secara eksternal, yaitu kemampuan dan kekuatan suatu negara dalam suatu sistem internasional adalah
sebagai pembangun sistem itu sendiri, baik di bidang ekonomi, politik, maupun keamanan. Besarnya power di dalam lingkungan internasional adalah relatif.
Kesimpulan
Power dan kapabilitas negara memiliki keterkaitan yang sangat erat.
Daftar Pustaka
Budiardjo, Miriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Burchil, Scott dan Andrew Linklater. 1996. Teori-teori Hubungan Internasional. Bandung: Nusa Media.
Couloumbis, Theodore A. dan James H. Wolfe. 1999. Pengantar Hubungan Internasional: Keadilan dan Power. Bandung: CV Abardin.