1
Mahasiswa, Kampus
dan Politik
Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam
Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED
Purwokerto
Survei ini disusun dalam rangka memenuhi tugas akhir pada Jurusan Sosiologi FISIP UNSOED Purwokerto untuk meraih gelar Strata 1 (S1). Pada tanggal 31 Agustus hasil survei sudah diuji di depan pembimbing dan outsider dan kemudian disahkan pada tanggal 14 September 2009. Populasi survei ini adalah mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) dengan cluster sampling pada empat fakultas: FISIP, FE, Faperta dan Fapet. Sampel fakultas didistribusikan secara proporsional dan responden dirandom berdasar interval 10. Hasil survei ini dapat digeneralisasi pada level populasi.
“Berkaryalah, sekecil apapun itu”
3
Firdos Putra Aditama
4 PERNYATAAN
Dengan ini saya,
Nama : Firdos Putra Aditama NIM : F1A 003074
Alamat : Ds. Surobayan 005/002 Kec. Wonopringgro Kab. Pekalongan
Judul : “Mahasiswa, Kampus dan Politik: Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto”
Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sejauh pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Purwokerto, 14 September 2009
Firdos Putra A. F1A 003074
5 LEMBAR PENGESAHAN
MAHASISWA, KAMPUS DAN POLITIK
(Survei tentang Partisipasi Mahasiswa dalam Pemira BEM tingkat Fakultas di UNSOED Purwokerto)
Oleh: Firdos Putra A.
F1A 003074
Diterima dan disahkan pada tanggal 14 September 2009
Tim Penguji
1. Pembimbing I
Drs. Dalhar Shodiq, M.Si. tanda tangan
NIP.19551023 198403 1 001
2. Pembimbing II
Haryadi, S.Sos., M.A. tanda tangan
NIP.19751005 200212 1 002
3. Outsider
Nanang Martono, S.Sos., M.Si. tanda tangan
NIP.19810330 200501 1 002
Mengetahui Dekan FISIP UNSOED
tanda tangan dan stempel
6 KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih, Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini. Tujuan penelitian ini adalah guna memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada Universitas Jenderal Soedirman.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya pembuatan skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimaksih kepada:
1. Bapak Dalhar Shodiq, M.Si., sebagai pembimbing pertama yang secara detail mengoreksi dari awal hingga akhir.
2. Bapak Haryadi, MA., sebagai pembimbing kedua yang dengan sabar mau meluluskan perubahan judul dari pertama hingga ketiga.
3. Bapak Nanang Martono, M.Si., sebagai outsider dan juga yang membantu penulis menggunakan SPSS dan melayani berbagai pertanyaan kuantitatif. 4. Bapak Masrukin, M.Si., dan Bapak Joko Santoso, M.Si., selaku Kajur dan
Mantan Kajur sebelumnya, atas dukungan akademiknya.
5. Ibu Mintarti, M.Si., dan Bapak Haryadi, MA., selaku Sekjur dan Mantan Sekjur sebelumnya, atas dukungan akademiknya.
6. Seluruh staf pengajar jurusan Sosiologi FISIP UNSOED. 7. Seluruh staf Bagian Pendidikan (Bapendik) FISIP UNSOED. 8. Seluruh staf perpustakan FISIP UNSOED.
9. Jajaran Dekanat, mulai dari Dekan sampai Pembantu Dekan, terimakasih atas berbagai dukungan dalam bidang akademik atau non-akademik.
10.Enumerator di FISIP Dwi Prayitno, Fak. Ekonomi, seperti Affan, Zainul, Master, dan awak LPM MEMI lainnya. Di Fak. Pertanian ada Hanang, Feri dan lainnya. Di Fak. Peternakan ada Wahyuningsih yang dibantu teman Fak. Peternakan juga.
11.Kepada Jajang Yanuar sebagai informan. Juga pada Auriza, Aulia el Hakim, Suherdiyanto, Susana Agustin, Chaerudin Affan, Devi Ratnasari, Ias Pramesti, Iqbal Khudafi, Candra Silfina dan Rangga Fak. Pertanian yang sudah share
panjang-lebar terkait kepolitikan Fak. Pertanian dengan adanya partai mahasiswa.
12.Kepada Faturi, Acep, Mas Dadan dan khususnya Mas Nanang yang telah mengajarkan secara intensif metode survei dan juga penggunaan program SPSS.
13.Komunitas Sisoka (Si Anak, Solidaritas dan KMPA), yang meskipun penulis bukan anggota mereka, penulis merasa dekat dan at home di tengah-tengah mereka.
7 15.Kepada teman-teman aktivis ekstra kampus, mulai FMN, IMM, HMI MPO, HMI DIPO, PMII, PMKRI, GMNI, LMND, KAMMI dan Gema Pembebasandi Purwokerto yang selama ini berproses bersama dengan warna-warni
agreement and disagreement.
16.Kepada teman-teman kos “Shopos Ashram” yang pernah penulis provokasi untuk membangun “Gerakan Anak Kos Ramah Lingkungan” melalui daur ulang sampah plastik, yang meski gagal, terimakasih atas kebersamaan, kekeluargaan dan kepercayaanya.
17.Kepada KOPKUN yang bolak-balik penulis repoti. Juga kepada Kang Suroto terimakasih atas dukungannya.
18.Kepada para dosen kritis-progresif terimakasih atas diskusi dan partisipasinya—di beberapa forum yang penulis gelar—sebagai pembicara/ fasilitator yang tidak dibayar.
19.Kepada Taqi, Gery, Bagus, Diaz, Tito, Nyaman, Yogi, Dimas, Didik, Fadli, Anto, Bambang, Edi, Lastri, Ambar, Efi, Tino, Alvin, Iko, Andi, Yahya, Syamsudin, Sandra, Sari, Uwin, Dimas Alit, Hanang, Andi, Tyo, Feri, Putra dan lainnya, sebagai teman bermain dan juga teman diskusi.
Tidak lupa kepada perseorangan atau lembaga yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, kepada mereka penulis haturkan terimakasih yang mendalam. Kepada sidang pembaca, selamat menikmati hasil penelitian ini!
Purwokerto, 14 September 2009
8
DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM 10
DAFTAR ISTILAH 12
2.2. Partisipasi Politik 27
2.3. Persepsi Mahasiswa 29
2.4. Ekspektasi Mahasiswa 31
2.5. Penelitian Terdahulu 32
2.6. Hipotesis Penelitian 37
III. METODE DAN ANALISA DATA
3.1. Lokasi, Populasi dan Sasaran Penelitian 38 3.2. Metode, Jenis dan Variabel Penelitian 39
3.3. Teknik Pengambilan Sampel 39
3.4. Metode Pengumpulan dan Jenis Data 42
3.5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 43 3.6. Definisi Konsep dan Operasional Variabel 45
3.7. Analisis Kuantitatif 47
3.8. Analisis Kualitatif 48
9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Wilayah 49
4.2. Deskripi Umum tentang Organisasi Kampus 51 4.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 54
4.4. Karakteristik Responden 55
4.5. Karakteristik Informan 58
4.6. Analisis Distribusi Frekuensi 60
4.7. Analisis Tabulasi Silang 79
4.8. Analisis Korelasi Tau Kendall 98
4.9. Analisis Kualitatif 100
4.10. Penerimaan Hipotesis 102
V. REFLEKSI
5.1. Publik yang Gamang 103
5.2. Pemira Setengah Hati 108
5.3. BEM Nyaris Tanpa Tangan-Kaki 116
5.4. Tipologi-tipologi 119
5.5. Revitalisasi Sistem Politik Kampus 127 VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan 133
6.2. Saran 135
DAFTAR PUSTAKA 136
10 DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM
Halaman Tabel 1 Tingkat partisipasi mahasiswa dalam Pemira BEM 10
Tabel 2 Distribusi sampel fakultas 27
Tabel 3 Hasil uji validitas instrumen 40
Tabel 4 Deskripsi paska uji validitas 40
Diagram 5 Karakteristik responden berdasar fakultas 41 Diagram 6 Karakteristik responden berdasar organisasi 42 Tabel 7 Karakteristik responden berdasar angkatan 43 Tabel 8 Karakteristik responden berdasar jenis kelamin 43
Tabel 9 Karakteristik informan 44
Tabel 10 Pengetahuan responden terhadap fungsi BEM 46 Tabel 11 Persepsi responden terhadap kinerja BEM 48 Tabel 12 Pengetahuan responden tentang pengurus BEM 49 Tabel 13 Persepsi responden tentang manfaat BEM 50 Tabel 14 Persepsi responden tentang keterserapan
aspirasi mahasiswa
50 Tabel 15 Persepsi responden terhadap pelaksanaan Pemira 51 Tabel 16 Persepsi responden terhadap Pemira dan kuliah 52 Tabel 17 Persepsi responden terhadap materi kampanye calon 53 Tabel 18 Persepsi responden terhadap media kampanye calon 53 Tabel 19 Persepsi responden terhadap visi-misi calon 55 Tabel 20 Persepsi responden terhadap efektivitas sosialisasi KPR 56
Tabel 21 Penggunaan hak pilih responden 57
Tabel 22 Persepsi responden terhadap tentang perlunya menggunakan hak pilih
57 Tabel 23 Asal motivasi responden saat memilih 58 Tabel 24 Efikasi politik responden tentang penggunaan hak pilih
dan perubahan keadaan kampus
60 Tabel 25 Efikasi politik responden terhadap BEM
dan perubahan kampus
60 Diagram 26 Macam-macam perubahan di kampus yang
diharapkan responden
61
Tabel 27 Ekspektasi responden terhadap BEM 62
Diagram 28 Macam-macam harapan responden terhadap BEM 62 Tabel 29 Rasa memiliki responden terhadap BEM 63 Tabel 30 TS. Persepsi responden terhadap kinerja
BEM berdasar fakultas
65 Tabel 31 TS. Persepsi responden tentang keterserapan aspirasi
mahasiswa berdasar fakultas
11 kampanye calon berdasar fakultas
Tabel 34 TS. Persepsi responden terhadap media kampanye calon berdasar fakultas
70 Tabel 35 TS. Persepsi responden terhadap visi-misi
calon berdasar fakultas
71 Tabel 36 TS. Persepsi responden tentang Pemira
dan kuliah berdasar fakultas
72 Tabel 37 TS. Persepsi responden tentang perlunya
menggunakan hak pilih berdasar fakultas
73 Tabel 38 TS. Efikasi politik responden terhadap BEM
dan perubahan di kampus berdasar fakultas
74 Tabel 39 TS. Ekspektasi responden terhadap BEM berdasar fakultas 75 Tabel 40 TS. Efikasi politik responden tentang penggunaan hak
pilih dan perubahan di kampus berdasar fakultas
76 Tabel 41 TS. Persepsi responden tentang kinerja
BEM berdasar organisasi
77 Tabel 42 TS. Persepsi responden tentang keterserapan aspirasi
mahasiswa berdasar organisasi
78 Tabel 43 TS. Penggunaan hak pilih responden berdasar organisasi 79 Tabel 44 TS. Persepsi responden tentang perlunya
penggunaan hak pilih berdasar organisasi
79 Tabel 45 TS. Efikasi politik responden tentang penggunaan hak
pilih dan perubahan di kampus berdasar organisasi
80 Tabel 46 TS. Ekspektasi responden terhadap
BEM berdasar organisasi
81 Tabel 47 TS. Efikasi politik responden terhadap BEM
dan perubahan di kampus
81
Tabel 48 Analisis korelasi Kendall Tau 84
Diagram 49 Tipe pemilih 108
12 DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
BEM : Badan Eksekutif Mahasiswa BKK : Badan Koordinasi Kemahasiswaan
Depolitisasi : Proses politik dimana masyarakat tidak dilibatkan secara aktif. Masyarakat hanya menjadi massa mengambang.
DLM : Dewan Legislatif Mahasiswa
Efikasi Politik : Dampak yang diharapkan dari aktivitas politik Ekspektasi : Harapan terhadap suatu obyek
FE : Fakultas Ekonomi
FISIP : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Faperta : Fakultas Pertanian
Fapet : Fakultas Peternakan
HMJ : Himpunan Mahasiswa Jurusan HMPS : Himpunan Mahasiswa Program Studi
KBM/KM : Keluarga Besar Mahasiswa/ Keluarga Mahasiswa KPR : Komisi Pemilihan Raya
LPM : Lembaga Pers Mahasiswa MUSMA : Musyawarah Mahasiswa Musang : Musyawarah Anggota
Motivasi : Dorongan termasuk didalamnya adalah harapan NKK : Normalisasi Kehidupan Kampus
13 RINGKASAN
Mahasiswa, kampus dan politik merupakan tiga entitas yang dapat saling berkelindan. Di kampus, mahasiswa tidak hanya mengisi aktivitas dengan belajar. Mahasiswa dengan berbagai peran sosialnya dapat melakukan aktivitas-aktivitas sosial-politik. Aktivitas ini sekurang-kurangnya dapat dilihat pada fenomena pemerintahan mahasiswa sebagai wujud dari politik kampus.
Secara historis, pemerintahan mahasiswa bermula dari sejarah Senat Mahasiswa, Dewan Mahasiswa dan kemudian wujud yang paling terkini adalah Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM). BEM merupakan lembaga mahasiswa yang mempunyai fungsi pemberdayaan, kontrol dan advokasi bagi mahasiswa. DLM adalah lembaga mahasiswa yang mempunyai fungsi legislasi dan kontrol terhadap BEM.
BEM dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih satu tahun sekali melalui Pemilihan Raya (Pemira). Fungsi Pemira selain untuk memilih ketua BEM juga berfungsi sebagai media partisipasi mahasiswa pada sistem politik kampus. Tinggi-rendahnya partisipasi mahasiswa dalam Pemira dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian ini menyelidiki faktor persepsi dan ekspektasi mahasiswa yang diduga berpengaruh pada partisipasi mereka dalam Pemira.
Penelitian ini dilaksanakan di empat fakultas di UNSOED Purwokerto dengan menggunakan metode survei. Teknik sampel yang digunakan adalah teknik kelompok yang membagi delapan fakultas di UNSOED menjadi dua: fakultas eksakta dan sosial. Pada setiap kelompok diambil dua fakultas. Kemudian sampel diacak dan disebarkan ke fakultas secara proporsional. Survei dilakukan kepada 261 responden yang nama-namanya sudah ditentukan melalui kerangka sampel dengan interval 10.
Hasil survei memperlihatkan bahwa persepsi dan ekspektasi mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam Pemira. Artinya hipotesis kerja (Hk) penelitian ini diterima. Meski demikian, hasil penelitian ini menemukan bahwa korelasi persepsi dan ekspektasi dengan partisipasi rendah. Hal ini disebabkan pengaruh beberapa variabel komponen terhadap variabel partisipasi mahasiswa. Diterimanya hipotesis kerja berarti bahwa hasil penelitian ini dapat digeneralisasi pada tingkat populasi.
Di bagian akhir, peneliti menyarankan revitalisasi sistem politik kampus dengan menyempurnakan Pemira dengan sistem partai. Selain itu, peneliti juga menyarankan untuk membatasi pemilih dalam Pemira hanya pada empat angkatan terakhir. Dua rekomendasi itu dapat meningkatkan partisipasi baik secara kuantitatif dan kualitatif. Pada akhirnya, politik kampus akan dinamis dan demokratis.
14 SUMMARY
Politic, campus and student are three correlated entities. At campus, student is not only taking their time by study. Student with their varied social roles can do political and social activities. The activity, at least, can be seen in the phenomenon of student government as form the campus politic.
Historically, the student government has started from the Student Senate, Student Board and than the recent form are Student Executive Institution (BEM) and Student Legislative Board (DLM). BEM is the organisation with the empowerement, advocacy and control function for student. And DLM is the organisation with the control and legislation function of BEM.
BEM is led by president who is elected yearly by the General Election (Pemira). Beside to elect the BEM president candidate, Pemira is a medium for student participation at political campus system. The up and down of student participation at Pemira is influenced by many factors. This research investigates the influence of expectation and perception for their participation at Pemira.
This research conducted at four faculties of UNSOED Purwokerto with survey method. The research used cluster sampling technique by grouping eight faculties into two: social and natural sciences. In each gorup researcher chose two faculties. And than sample be randomized and distribute to faculty proportionally. Survey has been conducted to 261 respondent determined by with sampling frame with ten intervals.
The result shows that expectation and perception have influenced over student participation at Pemira. That means that the working hypothesis of research are acceptable. Although, the correlation is low. It was caused by influence of some component variables to student participation variable. The acceptable of working hypothesis means that the result could be generalized on population level.
In the end, researcher suggesting the revitalization of campus politic system to complete Pemira with party system. Beside of it, researcher is suggesting also to limit of Pemira voter of only four late generations. Both of suggestions can increase student participation at quantitative and qualitative dimension. Lastly, campus politic will democratic and dynamic.
15 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah mencatat sampai hari ini peran mahasiswa masih diharapkan dalam rangka mengusung perubahan sosial. Posisi dan peran serta berbagai kelebihan lainnya membuat mahasiswa menjadi salah satu agen perubah (agent of change). Berbagai kelebihan itu seperti penguasaan basis intelektual yang memungkinkan mahasiswa melakukan berbagai terobosan pemikiran. Sebagian mahasiswa berasal dari status sosial-ekonomi menengah-atas. Posisi stratifikasi yang demikian secara tidak langsung merupakan fasilitas-fasilitas yang bisa dimanfaatkan untuk mendukung agenda perubahan. Selain itu, dengan berbagai penguasaan sarana teknologi, mahasiswa cukup mahir dalam mencari, mengembangkan dan mengelola jejaring dengan agen perubah lainnya.
Peran mahasiswa dalam panggung sejarah Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata. Pada tahun 1966, mahasiswa yang terorganisir mampu menggulingkan rezim Soekarno (Orde Lama). Otoritarianisme negara berupa pengangkatan Soekarno sebagai presiden seumur hidup dapat ditolak. Secara umum peran mahasiswa kala itu dapat dilihat pada film Gie, yang menggambarkan bagaimana mahasiswa selalu kritis terhadap kuasa (negara) 1.
16 Hal senada kembali terulang pada tahun 1998 dengan tumbangnya rezim Soeharto (Orde Baru), yang mengantarkan Indonesia pada Orde Reformasi. Mahasiswa memulai gerakan pada tahun 1997 dan klimaksnya pada bulan Mei 1998, berkat mahasiswa dan atas desakan tokoh-tokoh masyarakat Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden.
Reformasi bergulir, meski demikian tanpa menafikan berbagai silang sengketa keterkaitan militer, agen intelejen asing, dan berbagai teori konspirasi yang berkembang, mahasiswa tetap merupakan kelompok potensial dalam menggulirkan perubahan sosial-politik. Aksi-aksi strategis yang dilakukannya merupakan kelebihan yang tidak dimiliki oleh kelompok penekan lainnya. Suara mahasiswa, sekurang-kurangnya merupakan representasi dari suara masyarakat umum. Suara mahasiswa bukan perpanjangan tangan kepentingan kelompok tertentu, seperti: partai politik, organisasi massa atau negara. Suara mahasiswa berangkat dari basis moral-intelektual yang senantiasa berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan-kemasyarakatan.
17 Mahasiswa (UKM), Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Badan Eksekutif Mahasiwa (BEM), Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) dan berbagai organisasi lainnya, kemampuan analisis, kepemimpinan, pengorganisasian, manajerial dan kecakapannya lainnya terasah dan tertempa dengan optimal.
Fungsi kampus dalam konteks ini sebagai “wadah pembiakan” tidak bisa dilepaskan dari konteks posisi dan peran mahasiswa sebagai agen perubah. Dialektika dalam berbagai aktivitas kampus merupakan rahim yang sudah dan akan selalu melahirkan aktivis-aktivis—demikian label untuk mahasiswa organisatoris dan kritis—yang dengan berbagai basis nilainya masing-masing, melakukan usaha kritisisme serta resistensi terhadap jejaring kuasa yang ada. Kampus dengan berbagai dinamikanya menyediakan raw material bagi olah pikir dan olah aksi mahasiswa sebagai salah satu entitas terbesar di dalamnya.
18 kuliah. Namun juga berperan dalam berbagai aktivitas-aktivitas yang bernuansa sosial-politik.
Aktivitas-aktivitas sosial-politik ini merupakan turunan dari kesadaran hak-hak sebagai warga negara atau peserta didik dalam lingkup perguruan tinggi. Pada konteks ini, lahirlah terminologi politik kampus2. Secara umum politik kampus bisa didefiniskan melalui, politik (policy); yakni aktivitas-aktivitas dalam rangka mewujudkan kebijakan publik3, kampus; merupakan locus dimana aktivitas itu lahir dari, oleh, dan untuk semua masyarakat kampus. Politik kampus merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh mahasiswa dalam rangka mewujudkan kebijakan publik sesuai dengan nilai-nilai luhur demokrasi.
Pada konteks itu, politik kampus merupakan upaya atau keterlibatan mahasiswa dalam rangka merumuskan, menentukan dan mengontrol berbagai macam kebijakan yang ada di kampus. Politik kampus berkonotasi positif sebagai perjuangan untuk terpenuhinya hak-hak demokratik mahasiswa dalam konteks dirinya sebagai peserta didik dan warga negara.
Fokus politik kampus merupakan segala kebijakan yang digulirkan oleh lembaga mahasiswa itu sendiri (internal) atau oleh birokrasi kampus, seperti jurusan, fakultas atau universitas (eksternal). Politik kampus dalam konteks internal dapat dilihat pada entitas pemerintahan mahasiswa. Untuk lebih
!" ! ! !# $ $ " $ $ ! % !" !
! " & ' ! ! ! !
! ! !( # ( ! " $ !" !" ! !
! ! !
19 memamah lembut konsep politik kampus dan pemerintahan mahasiswa, perlu kiranya menengok sejarah lembaga mahasiswa.
Dalam sejarah lembaga mahasiswa mewujud pada konsep student goverment atau pemerintahan mahasiswa4. Konsep itu lahir dari dialektika panjang dengan berbagai konstelasi politik yang mengiringinya. Pemerintahan mahasiswa lahir dari kebutuhan mahasiswa untuk mengaspirasikan, menyalurkan dan menuntut hak-hak politik.
Basis keberadaan pemerintahan mahasiswa adalah mahasiswa secara keseluruhan, sehingga partisipasi mahasiswa dalam politik kampus menjadi niscaya. Partisipasi politik dalam konteks ini merupakan keikutsertaan atau keterlibatan mahasiswa dalam agenda-agenda politik, seperti Pemilihan Raya (Pemira), penandatanganan petisi, audiensi dengan birokrasi kampus, menghadiri kongres atau musyawarah mahasiswa (Musma), aksi massa dan lain sebagainya, yang bertujuan untuk merealisasikan hak-hak politik mahasiswa.
Partisipasi mahasiswa juga menandakan seberapa membasisnya pemerintahan mahasiswa yang ada. Selain itu, partisipasi mahasiswa merupakan proses aspirasi, agregasi, serta aktualisasi kepentingan-kepentingan mahasiswa yang kemudian menjadi input bagi sistem pemerintahan mahasiswa. Tujuan pemerintahan mahasiswa sejatinya merupakan penyerapan serta kristalisasi harapan, keinginan, kehendak basis konstituen. Partisipasi mahasiswa searah dengan bangun logika demokrasi, dari, oleh dan untuk kita (baca: mahasiswa).
,! !" + ! ! - $ !+ --- - #
20 Input berupa aspirasi, harapan dan sebagainya merupakan kehendak dari
konstituen. Input politik tersebut kemudian diolah secara bersama oleh
pemerintahan mahasiswa. Selanjutnya, realisasi visi, misi, tujuan serta program-program kerja merupakan hasil atau ouput yang dapat dipetik untuk kepentingan bersama, baik pemerintahan mahasiswa dan mahasiswa pada umumnya.
Pada mulanya, format pemerintahan mahasiswa berbentuk Dewan Mahasiwa. Bentuk organisasi ini berakhir pada tahun 1978-an ketika pemerintah memberangus aksi kritis para mahasiswa dan berujung pada pembekuan Dewan Mahasiswa. Kegiatan politik di dalam kampus juga secara resmi dilarang. Kebijakan pemberangusan hak-hak politik ini dikenal dengan istilah Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan dibentuklah Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK). Pembekuan ini terjadi pada masa Daoed Joesoef menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.5
Kemudian pada 1990-an, lahirlah Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT), selanjutnya disingkat menjadi Senat Mahasiswa di bawah kepemimpinan Fuad Hasan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Senat Mahasiswa merupakan kumpulan para ketua-ketua Lembaga Kemahasiswaan yang ada: Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas, Ketua Umum BPM dan Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa. Model seperti ini di beberapa perguruan tinggi
. / ! / 0* ! / ! / - ! 1.//0*//2 $ + !
! ! !" $ " ! - ! !" ! !"
-+ ! % !" ! / ! 3 ! ! ! / $ % ! .
21 kemudian ditolak, dan dipelopori oleh UGM, Senat Mahasiswa berubah menjadi pemerintahan mahasiswa (student government).6
Perubahan Senat Mahasiswa menjadi pemerintahan mahasiswa dapat dilihat dari adanya: Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang menjalankan fungsi-fungsi eksekutif. Di sisi lain, Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) yang menjalankan kerja-kerja legislasi dan kontrol. BEM dan DLM dipimpin oleh seorang presiden atau ketua. Presiden BEM dipilih melalui Pemilihan Raya (Pemira) setiap tahun sekali. Di akhir masa pemerintahan, DLM melaksanakan Musyawarah Mahasiswa (Musma) atau Konggres Mahasiswa yang fungsinya meminta pertanggungjawaban Presiden BEM serta membahas dan menetapkan berbagai permasalahan kelembagaan mahasiswa.
Di sisi lain, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) secara struktural berada di bawah BEM. UKM dengan logika ini nampak sebagai “departemen-departemen negara” yang merealisasikan program-program BEM.7 Kemudian Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), merupakan lembaga-lembaga yang mendudukkan wakilnya di DLM.8 Berbeda dengan HMJ, yang ketuanya dipilih melalui Pemira Jurusan, ketua UKM dipilih dalam forum Musyawarah Anggota (Musang) oleh anggota UKM yang bersangkutan.
9 8 --- - # !" ! !# & ! - ' ! - !
/ ! $ . 40,0 55
4. ! !% !!% $ !" ! *: ! ,/ $ ! $ " % !" #
$ !
; . ! ! $ $ $ $ !% ,/ % !"
# $ $ - *: ! !% !!% + < +
22 Meskipun tidak ada petunjuk pelaksana atau petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh otoritas tertentu, format pemerintahan mahasiswa seperti di atas lazim digunakan di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Format pemerintahan itu juga menurun pada sistem suksesi kepemimpinan berupa Musma dan Pemira. Hal tersebut juga berlaku di Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) yang terletak di Purwokerto.
Baik di UNSOED atau perguruan tinggi lainnya, Pemira dilaksanakan setahun sekali sesuai dengan periode kerja atau masa bakti Presiden BEM. Pada umumnya, Pemira tidak berbeda jauh dengan Pemilu nasional. Untuk menyelenggarakan Pemira, DLM akan membentuk Komisi Pemilihan Raya (KPR) yang tak ubahnya Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Indonesia. Tahap-tahap pada Pemira nyaris sama dengan Pemilu nasional. Ada tahap penjaringan calon, masa kampanye, debat kandidat, masa tenang dan masa pencoblosan.
Di UNSOED, selain fakultas Pertanian (Faperta), fakultas lainnya tidak menggunakan sistem kepartaian (baca: partai mahasiswa) sebagai wadah resmi untuk mengajukan calon tertentu. AD/ART Keluarga Besar Mahasiswa (KBM) fakultas seperti ISIP, Hukum, Ekonomi, MIPA, Kesmas, dan sebagainya tidak menyaratkan adanya partai politik. Calon bisa perseorangan atau diajukan komunitas tertentu.
23 Dana dan perlengkapan lainnya mereka peroleh dari donasi individu yang lebih dikenal dengan istilah “bantingan”.
Pada tahap akhirnya, mahasiswa akan menyalurkan hak pilihnya di bilik-bilik pemungutan suara. Bilik suara ini biasanya terletak di beberapa tempat di kampus yang mudah dijangkau mahasiswa kebanyakan. Bilik suara dijaga oleh petugas KPR yang akan melayani mahasiswa mulai dari mendaftar dan mengecek nama, memberi kertas suara dan seterusnya. Berbagai perlengkapan untuk pemungutan suara dan lainnya tergantung pada kesiapan KPR. KPR sendiri memperoleh dana penyelenggaraan dari pihak fakultas berupa dana kegiatan kemahasiswaan.
24 Tabel 1 | Tingkat Partisipasi Mahasiswa dalam Pemira BEM
No Fakultas Mahasiswa Aktif
Pemira 2006/2007 Pemira 2007/2008
Suara % Suara %
1. ISIP 2000 700an 35 600an 30
2. Ekonomi 7000 1200an 17 1800an 25
3. Pertanian 2500 700an 28 800an 32
4. Peternakan 900 400an 44 470an 52
5. Hukum 2000 400an 20 450an 22
Data: diolah dari berbagai sumber9
Data di atas memperlihatkan perbedaan, baik kenaikan atau penurunan, tingkat partisipasi mahasiswa dalam Pemira di beberapa fakultas di UNSOED. Selain menunjukan kenaikan atau penurunan, secara tidak langsung data tersebut menunjukan seberapa banyak mahasiswa yang menggunakan hak pilih dan mahasiswa yang tidak menggunakannya. Artinya, data tersebut menunjukan bahwa kecenderungan mahasiswa dalam menggunakan hak pilih dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu sehingga tingkat partisipasi terlihat berubah-ubah.
Pada titik itu, berbagai faktor yang mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam menggunakan atau tidak menggunakan hak pilih perlu dikaji dan diteliti. Pengkajian dan penelitian tersebut pada gilirannya dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang secara signifikan mempengaruhi partisipasi mahasiswa pada Pemira BEM tingkat fakultas di UNSOED.
5 / /3 3 ! *: % !" $ !" ! / ! $ "
- $ $ !% $ + ! "
,. 7: * $ !" ! / ! =3> 6 ! / ! ! 3 !
/ ! $ " !% !" " ? ! ! $
25 B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang di atas, peneliti perlu merumuskan permasalahan agar penelitian ini berjalan dalam kerangka yang runtut dan logis, yakni “Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam Pemira tingkat fakultas di UNSOED?”
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini membatasi masalah partisipasi mahasiswa dalam Pemira BEM tingkat fakultas pada dua faktor yang mempengaruhinya;
1. Persepsi mahasiswa terhadap BEM dan Pemira. 2. Motivasi atau ekspektasi terhadap BEM dan Pemira.
D. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi mahasiswa dalam Pemira fakultas di lingkungan UNSOED.
2. Manfaat Penelitian
26 BAB II
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Struktural Fungsional
Pada kajian Sosiologi terdapat tiga paradigma, yakni paradigma fakta sosial, definisi sosial, dan perilaku sosial. Penelitian ini menggunakan paradigma fakta sosial. Fakta sosial (social facties) merupakan sesuatu (thing) yang berbeda dengan dunia ide. Fakta sosial menurut Durkheim mempunyai sifat eksternal, umum dan memaksa. Eksternal, umum dan memaksa artinya bahwa fakta tersebut berada di luar individu dan berlaku secara umum bagi kelompok individu (masyarakat) dan bersifat memaksa10.
Durkheim merinci fakta sosial menjadi dua macam: pertama fakta sosial yang berbentuk material, yaitu barang atau sesuatu yang dapat disimak, ditangkap dan diobservasi. Fakta sosial yang berbentuk material ini merupakan bagian dari dunia nyata (external world). Contoh fakta sosial material adalah arsitektur dan sebagainya. Kedua, fakta sosial nonmaterial, yaitu sesuatu yang dianggap nyata (external). Fakta sosial ini merupakan fenomena yang bersifat intersubyektif yang hanya dapat muncul dari dalam kesadaran manusia. Contoh fakta sosial nonmaterial seperti nilai, norma dan sebagainya11.
Pada konteks ini, partisipasi mahasiswa dalam politik kampus termasuk dalam fakta sosial yang bersifat nonmaterial. Fenomena tersebut (Pemira)
27 merupakan sesuatu yang berada di luar individu, yang bersifat umum (intersubyektif) dan memaksa (menuntut kelompok individu untuk berpartisipasi di dalamnya).
Di dalam paradigma fakta sosial sendiri terdapat empat macam teori; teori struktural fungsional, konflik, sosiologi makro, dan sistem. Penelitian ini akan menggunakan teori struktural fungsional. Teori ini menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Menurut teori ini, masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri dari bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan12. Perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa perubahan pada bagian yang lain. Asumsi dasarnya bahwa setiap struktur dalam sistem sosial bersifat fungsional terhadap yang lain. Bilamana tidak, maka dengan sendirinya sistem itu akan hancur.
B. Partisipasi Politik
Miriam Budiardjo13 mengemukakan bahwa partisipasi politik merupakan kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara, dan secara langsung atau tidak mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota partai atau kelompok
28 kepentingan, dan sebagainya. Lebih khusus Norman H. Nie dan Sidney Verba14, menyatakan bahwa partsisipasi politik merupakan kegiatan pribadi warga negara yang legal yang sedikit banyak langsung bertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat negara atau tindakan-tindakan yang diambil oleh mereka.
Partisipasi politik dibedakan menjadi dua, aktif dan pasif. Partisipasi aktif mencakup kegiatan warga negara mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umu, mengajukan alternatif kebijakan, mengkritik kebijakan, membayar pajak, ikut serta dalam pemilihan pimpinan pemerintahan dan sebagainya. Di sisi lain, partisipasi pasif antara lain berupa kegiatan menaati peraturan, menerima dan melaksanakan keputusan atau kebijakan pemerintah15.
Partisipasi politik berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi partisipasi yang bersifat sukarela (otonom) dan partisipasi atas desakan orang lain (dimobilisasi). Nelsom membedakannya dengan dua sifat, yaitu autonomous participation (partisipasi otonom) dan mobilized participation (partisipasi yang dimobilisasikan)16.
Pemberian suara dalam kegiatan pemilihan umum merupakan bentuk partisipasi politik yang terbiasa, yang seringkali lebih luas daripada bentuk partisipasi politik lainnya. Berbeda dengan itu, kegiatan seperti demonstrasi, penandatanganan petisi, konfrontasi, pemogokan dan serangkaian tindakan kekerasan merupakan bentuk partisipasi politik nonkonvensional17.
+ ! + 4
29 Sebagaimana dinyatakan Miriam Budiardjo, banyaknya partisipasi masyarakat umumnya dianggap lebih baik18. Pada titik ini, tingkat partisipasi menjadi indikator bahwa warga negara memahami, mengikuti, dan bahkan terlibat aktif dalam pengambilan kebijakan. Sebaliknya, tingkat partisipasi yang rendah pada umumnya dianggap sebagai tanda yang kurang baik, karena diartikan bahwa banyak warga negara tidak menaruh perhatian terhadap masalah negara. Selain itu, ada kekhawatiran dengan rendahnya tingkat partisipasi ini, pimpinan negara dianggap kurang tanggap atau tidak responsif terhadap aspirasi warganya.
C. Persepsi Mahasiswa
Persepsi merupakan akar dari opini. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Selain itu ada pula yang mengartikan persepsi sebagai proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra. Proses persepsi yang didahului proses pengindraan yang berlangsung ketika individu menerima stimulus dari alat indra19.
Persepsi lebih kompleks dan luas kalau dibandingkan dengan penginderaan. Proses persepsi meliputi suatu interaksi yang sulit dari kegiatan seleksi, penyusunan dan penafsiran. Walaupun persepsi sangat tergantung pada proses pengindraan, proses kognitif barangkali bisa menyaring,
; * + )
30 menyederhanakan atau mengubah secara sempurna data tersebut. Jika informasi berasal dari stimuli yang telah diketahui oleh seseorang maka informasi yang datang tersebut akan mempengaruhi seseorang mengorganisasikan persepsinya. Hasil pengorganisasian persepsinya mengenai suatu informasi berupa pengertian tentang sesuatu objek tersebut.
Persepsi dalam kajian politik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku politik seseorang. Persepsi termasuk faktor ketiga yaitu struktur kepribadian yang tercermin pada sikap individu. Salah satu hal untuk memahami struktur kepribadian dengan cara melihat penilaian seseorang terhadap suatu obyek yang didasarkan pada minat dan kebutuhan orang tersebut terhadap obyek itu20. Pada titik inilah persepsi individu menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi partisipasi politiknya.
Persepsi individu (baca: mahasiswa) terhadap: BEM, Pemira, pengurus dan sebagainya merupakan input berupa informasi atau data. Input tersebut akan disaring dan diseleksi oleh yang bersangkutan sesuai dengan latar belakang individu. Setelah individu melakukan seleksi atau penilaian, maka individu tersebut akan mendisposisi sikapnya sesuai dengan pengetahuan subyektif yang diyakininya untuk memilih atau tidak dalam Pemira.
31 D. Motivasi atau Ekspektasi Mahasiswa
Motivasi merupakan suatu aspek penting yang menyangkut sikap hidup manusia. Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan-kebutuhan atau motivasi yang ada dalam dirinya. Di dalam diri individu terdapat sesuatu yang menentukan perilaku, yang bekerja dengan cara-cara tertentu untuk mempengaruhi perilaku tersebut. Penentu perilaku ini yang disebut sebagai motivasi. Untuk dapat memhami tingkah laku manusia atau masyarakat maka langkah awal yang perlu dilakukan adalah mencoba mengerti tentang batasan-batasan atau pengertian motivasi.
Menurut Kartini Kartono21 motivasi berasal dari kata motivus yang berarti sebab, alasan dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seseorang untuk berbuat atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia. Masalah motivasi berkaitan dengan kebutuhan yang akan dicapai manusia. Gerungan mendefinisikan motivasi manusia sebagai dorongan, keinginan, hasrat dan tenaga penggerak lainnya yang bersal dari dalam diri manusia tersebut untuk melaksanakan sesuatu22. Motif-motif itu memberi arah dan tujuan kepada tindakan atau tingkah laku manusia. Motivasi merupakan sesuatu yang ada dalam diri manusia yang menggerakan dan membangkitkan individu untuk melakukan sesuatu.
Motivasi yang didasari oleh harapan-harapan tertentu terhadap suatu keadaan merupakan faktor yang akan mempengaruhi partisipasi mahasiswa.
/ ! / ! 4
32 Motivasi atau ekspektasi dalam kajian Politik lebih dikenal sebagai political efficacy yakni sebuah harapan akan dampak dari suatu aktivitas politik23.
Harapan individu (baca: mahasiswa) terhadap perubahan di kampus dengan berlangsungnya Pemira dan dengan keberadaan BEM akan mendorong individu tersebut untuk menggunakan hak pilihnya. Pada titik itu individu menganggap bahwa tindakannya berupa pemberian suara mempunyai dampak yang nyata bagi perubahan kampus melalui Pemira dan BEM.
E. Penelitian Terdahulu
Muhammad Bawono24 telah melakukan penelitian dalam rangka menyusun tesis dengan tema “Persepsi dan Perilaku Pemilih terhadap Partisipasi Politik dalam Pemilihan Umum Legislatif 2004 di Kabupaten Nganjuk”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pemilih terhadap Pemilu Legislatif 2004 adalah untuk memilih partai politik dan wakil rakyat secara langsung, yang dianggap mampu mewakili suara kebutuhan masyarakat yang telah memilihnya. Sikap pemilih secara umum menyatakan setuju dengan Pemilu Legislatif, sedangkan sebagian tidak setuju. Tanggapan masyarakat secara umum menyatakan penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2004 sudah berjalan baik dan lancar, meskipun sistemnya rumit dan membingungkan. Perilaku Pemilih dalam menggunakan hak pilih sesuai dengan hati nurani. Sebagian pemilih tidak menggunakan hak pilih karena tidak diberi tahu dan tidak mau tahu, tidak
) * + )
33 terdaftar sebagai pemilih, bersikap pasif, tidak memahami manfaat Pemilu. Pemilih mencoblos partai dan calon karena mengikuti karena pertimbangan ikatan emosional pribadi, organisasi keagamaan, daerah asal calon, kultur atau budaya. Sebagian masyarakat pemilih hanya memilih partai karena lebih mempercayai partai.
Partisipasi politik masyarakat pemilih pada penyelenggaraan Pemilu rendah. Sebagian pemilih terlibat karena ingin membantu kelancaran Pemilu. Kampanye hanya diikuti kelompok simpatisan, anggota, pengurus partai politik dan para calon. Masyarakat secara umum tidak terlibat dalam kampanye karena merasa tidak berkepentingan langsung. Masyarakat sebagian besar telah menggunakan hak pilih karena sebagai warga negara yang baik, ingin menyalurkan aspirasi politik, mengenal program partai dan calon.
Klasifikasi pemilih yang terdiri atas latar belakang jenis pekerjaan, pendidikan, dan usia berpengaruh langsung terhadap persepsi, perilaku pemilih dan partisipasi politik lebih dominan. Faktor terpenting adalah kesadaran perilaku pemilih dalam bersikap dan berpartisipasi politik. Hubungan persepsi, perilaku pemilih dan partisipasi politik saling terkait, semakin baik persepsi terhadap Pemilu maka perilaku pemilih semakin baik dalam partisipasi politiknya.
Selain itu, Himawan Indrajat25 telah melakukan penelitian dengan judul “Persepsi dan Partisipasi Politik Pemilih Pemula dalam Pilkada Langsung 2005 di
34 Kabupaten Purbalingga”. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa, pertama, persepsi pemilih pemula terhadap Pilkada Langsung cenderung positif, karena pemilih pemula berpendapat Pilkada Langsung telah berjalan lancar dan juga mencerminkan kebebasan menentukan pilihan, adapun persepsi pengetahuan calon bupati dan wabup mereka mengetahuinya dari kampanye, spanduk, selebaran, brosur dan stiker serta ada yang mengetahui dari keluarganya. Kedua, pada partisipasi politik pemula cenderung positif yaitu menggunakan hak pilihnya dan ada juga yang ikut kampanye, tetapi partisipasi yang dilakukan pemilih pemula bersifat semu karena dipengaruhi keluarga, pemuka agama, kelompok pergaulan atau teman dan dipengaruhi pemberian uang transportasi oleh calon tertentu.
Ketiga, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik pemilih pada Pilkada Langsung, pertama, pengaruh faktor lingkungan sosial politik tak langsung (sistem politik, ekonomi, budaya dan media massa), kebanyakan pemilih pemula dipengaruhi oleh sistem politik dan ekonomi karena mereka percaya dengan Pilkada Langsung dapat mendorong kesejahteraan rakyat; kedua
35 terpilih agar lebih memajukan Purbalingga; keempat pengaruh faktor lingkungan sosial politik berupa situasi keadaan lingkungan pemilih pemula, kebanyakan pemilih pemula memilih tetap akan menggunakan hak pilihnya bila cuaca tidak mendukung dan terdapat ancaman karena merupakan kewajiban warga negara untuk menggunakan hak pilih mereka.
Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Kamsiyah26 dengan judul “Persepsi dan Perilaku Memilih Masyarkat dalam Pemilu Legislatif 2004 di Desa Wangon Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas”. Selain itu juga dilakukan oleh Elisa Sofiawati27 mahasiswa Ilmu Politik FISIP UNSOED juga dengan judul “Persepsi dan Partisipasi Anggota Organisasi Forum Betawi Rembug (FBR) terhadap Calon Walikota dan Wakil Walikota dalam Pilkada 2005 di Kota Depok”. Kamsiyah dan Elisa dalam penelitiannya sama-sama menemukan bahwa persepsi mempunyai pengaruh yang kuat terhadap partisipasi masyarakat dalam Pemilu Legislatif atau Pilkada di dua kota tersebut.
Dari empat penelitian baik tingkat skripsi atau tesis dengan masalah “persepsi dan partisipasi” berujung pada kesimpulan bahwa ketika persepsi masyarakat terhadap Pemilu atau Pilkada, maka berpengaruh terhadap partisipasi mereka dalam Pemilu atau Pilkada tersebut. Kesimpulan mereka berempat, meski tidak dinyatakan secara tegas dalam bentuk pengujian hipotesis, namun menyiratkan bahwa variabel persepsi berhubungan dengan variabel partisipasi politik masyarakat.
9 ! = 3 ,. 7: !
36 Selain itu, kesimpulan Himawan pada poin ketiga juga memberikan gambaran bahwa efikasi politik atau ekspektasi (motivasi) juga menyebabkan seseorang berpartisipasi dalam Pilkada Langsung 2005. Efikasi politik yang positif, seperti “tetapi harapan semua pemilih pemula sama terhadap Bupati terpilih agar lebih memajukan Kabupaten Purbalingga” telah mempengaruhi pemilih pemula untuk berpartisipasi pada Pilkada di Kabupaten Purbalingga.
Perbedaan penelitian-penelitian tersebut di atas dengan penelitian ini adalah pada dimensi metode, dimana penelitian di atas menggunakan metode kualitatif, sedangkan penelitian ini menggunakan survei. Selain itu pada dimensi obyek penelitian, dimana penelitian di atas berada pada level masyarakat yang lebih heterogen, sedangkan penelitian ini pada level mahasiswa yang relatif homogen.
Implikasi lebih jauh bahwa penelitian di atas memberikan kerangka yang lebih jelas bagaimana korelasi antara persepsi dan ekspektasi masyarakat dalam menggunakan hak pilihnya saat Pilpres atau Pileg. Kontekstualisasi dalam penelitian ini adalah korelasi antara persepsi dan ekspektasi mahasiswa dengan partisipasi mereka di Pemira BEM tingkat fakultas di UNSOED. Kemudian posisi penelitian ini bersifat mendukung kesimpulan penelitian-penelitian sebelumnya yang tersebut di atas bahwa persepsi dan ekspektasi mempengaruhi partisipasi seseorang dalam sebuah peristiwa politik tertentu.
37 F. Hipotesis Penelitian
a. Model Verbal - Hipotesis Kerja (Hk)
Hipotesis Kerja (Hk) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut;
o Terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi dengan partisipasi mahasiswa dalam Pemira tingkat fakultas di UNSOED.
o Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi/ekspektasi dengan partisipasi mahasiswa dalam Pemira tingkat fakultas di UNSOED.
b. Model Geometrikal
X1
X2
38 BAB III
METODE PENELITIAN DAN ANALISA DATA
A. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di empat fakultas: Ekonomi, ISIP, Pertanian dan Peternakan Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto.
2. Populasi
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa di tujuh fakultas di UNSOED: Ekonomi, Hukum, ISIP, Pertanian, Peternakan, Sains-Teknik dan Kedokteran. 3. Sasaran Penelitian
39 4. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survei. Penelitian survei yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok28.
5. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam kerangka penelitian eksplanatif
(explanatory research). Penelitian ini bermaksud menguji hubungan
antarvariabel yang dihipotesiskan29. Hipotesis itu sendiri menggambarkan hubungan antara dua atau lebih variabel. Hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah suatu variabel berasosiasi atau tidak dengan variabel yang lain.
6. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah: 1). Persepsi mahasiswa terhadap BEM dan Pemira sebagai variabel X1; 2). Motivasi/Ekspektasi mahasiswa terhadap BEM dan Pemira sebagai variabel X2; 3). Partisipasi mahasiswa dalam Pemira BEM sebagai variabel Y.
7. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yakni
cluster sampling. Teknik ini merupakan metode yang digunakan untuk memilih sampel berupa kelompok dari beberapa kelompok (groups atau cluster) yang pada setiap kelompoknya terdiri atas beberapa unit yang lebih kecil (elements).30
; !" $ ! ) 5
40 Pada halaman yang sama Sugiarto menjelaskan bahwa kelompok-kelompok tersebut dapat dipilih baik menggunakan metode acak sederhana atau acak sistematis dengan pengacakan pada kelompok pertamanya saja.
Berangkat dari cara berpikir itu, pada tahap awal peneliti melakukan pengacakan dengan cara membagi populasi (UNSOED) ke dalam dua kelompok besar, yakni fakultas eksakta dan noneksakta (sosial). Jumlah keseluruhan fakultas di UNSOED ada delepan.31 Kedelapan fakultas itu yakni Sainstek, Pertanian, Peternakan, FKIK, Biologi32, termasuk dalam fakultas eksakta, dan sisanya yakni Ekonomi, Hukum dan ISIP termasuk dalam fakultas noneksakta (sosial). Kemudian dari dua kelompok itu peneliti acak menggunakan cara tertentu,33 terpilihlah Fakultas Pertanian dan Peternakan dari kelompok fakultas eksakta sedang ISIP dan Ekonomi dari kelompok fakultas noneksakta (sosial).
Pada tahap selanjutnya, melalui pra-survei peneliti mendata nama, NIM, angkatan, dan jurusan pada fakultas yang telah ditentukan di atas. Nama-nama mahasiswa tersebut kemudian diacak menggunakan cara interval. Pengacakan menggunakan interval 10. Kemudian, sampel didistribusikan secara merata pada setiap angkatan. Cara ini dilakukan dengan alasan kemudahan dan nama-nama yang ada teracak secara sempurna. Cara ini juga mempunyai kelebihan karena
) --- ! #
) !" !" - * " !% $ " *: * " ! !" # !
)) 3 ! $ ! !" ! 1 !2 ! !" # !% ! !" !
+ ! ! ! * " ! !
41 peneliti hanya akan memperhatikan tahun angkatan sehingga kecenderungan partisipasi mahasiswa masing-masing tahun angkatan bisa terbaca dengan baik.
Penentuan sampel penelitian ini menggunakan rumus yang dikembangkan Isaac dan Michael34. Isaac dan Michael telah menghitung kisaran sampel dari populasi yang berbeda. Perhitungan mereka tertuang dalam tabel yang secara rinci menyajikan berbagai kemungkinan besaran sampel sesuai dengan pilihan tingkat kesalahan (sampling error). Penelitian ini menggunakan tingkat kesalahan 5% dengan populasi 6682 mahasiswa (dibulatkan menjadi 7000), sehingga sampel dalam penelitian ini sebesar 261 mahasiswa seperti yang tertera pada tabel olahan Isaac dan Michael35.
Kemudian jumlah keseluruhan sampel itu akan didistribusikan ke tiap fakultas dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
ds : Distribusi sampel ns : Nominal sampel P : Populasi
Setelah dihitung dengan menggunakan dua rumus di atas, maka distribusi sampel per fakultas dapat dilihat seperti pada tabel di bawah:
Tabel 2 | Distribusi Sampel Fakultas
No. Fakultas Jumlah Populasi Distribusi Sampel
1. ISIP 965 mahasiswa 37.7 (38)
2. Ekonomi 3734 mahasiswa 145.8 (146)
3. Pertanian 1501 mahasiswa 58,6 (58)
4. Peternakan 482 mahasiswa 18,8 (19)
Total Populasi 6682 mahasiswa 261 responden Sumber: Bapendik FISIP, Ekonomi, Pertanian dan Peternakan
42 8. Metode Pengumpulan Data
a. Kuesioner
Kuesioner merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden atau memperoleh informasi yang sebenarnya berkenaan dengan pandangan, sikap, dan perasaan responden terhadap BEM dan Pemira.
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan atau mengadakan tanya-jawab dengan informan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Penelitian ini menggunakan wawancara informal guna mendapatkan data yang rinci, mendalam dan benar-benar digali dari kejujuran informan guna mendukung dan melengkapi data dalam penelitian ini. Peneliti dengan menggunakan wawancara berharap bisa mengungkap latar belakang yang sebenarnya terkait masalah partisipasi mahasiswa. c. Observasi
Observasi ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan pada lokasi penelitian untuk melengkapi data dan informasi yang menunjang bagi masalah penelitian. Observasi yang dilakukan bersifat participant observation, dimana peneliti tidak memberitahukan maksudnya pada kelompok yang diselidikinya36. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini
43 seperti mengamati praktek Pemira BEM, kepolitikan kampus, aktivitas BEM dan aktivitas UKM/ HMJ.
d. Dokumentasi
Pemanfaatan dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data atau memperkuat kesimpulan dalam penelitian. Dokumen dalam penelitian ini berupa dokumen dari KPR atau BEM fakultas, internet untuk mengakses masalah pemerintahan mahasiswa, karya-karya ilmiah berupa skripsi atau tesis dan buku-buku yang relevan dengan topik penelitian ini.
9. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1). Data primer, merupakan data yang diperoleh dari lapangan melalui alat bantu kuesioner dan/atau wawancara dan observasi. 2). Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari dokumen dari KPR atau BEM fakultas, internet untuk mengakses masalah pemerintahan mahasiswa, karya-karya ilmiah berupa skripsi atau tesis dan buku-buku yang relevan dengan topik penelitian ini.
10. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat ukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Penggunaan kuesioner dalam pengumpulan data harus mampu mengukur apa yang ingin diukur, dan belum tentu data yang terkumpul tersebut adalah data yang valid sehingga pengujian validitas sangat diperlukan37.
44 Validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstruk (construct validity). Validitas konstruk ini dapat diuji dengan cara:
1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang diukur.
2. Melakukan uji coba skala pengukuran tersebut kepada sejumlah responden.
3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban untuk sekedar ilustrasi.
4. Menghitung korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan rumus product moment, sebagai berikut38:
Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik tabel korelasi nilai r pada n-2, α =0,05. Dalam penelitian ini syarat minimum r = 0,138 adalah diambil dari nilai r product moment dengan taraf kesalahan 5% atau taraf signifikansi 95%.
Jika rhitung > rtabel, maka instrumen valid. Jika rhitung < rtabel, maka instrumen tidak valid.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk menguji reliabilitas data digunakan teknik Alpha Cronbach yaitu metode untuk mencari reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran, dengan rumus39:
Keterangan:
rhitung = Nilai reliabilitas
∑Si = Jumlah varian skor tiap-tiap item
St = Varian total
K = Jumlah item
); )4
)5 - !
r
hitung=
45 Hasil dari rhitung kemudian dikorelasikan dengan nilai tabel r product
moment dengan dk = n-1, level signifikansi 95% atau α = 0,05 maka apabila:
rhitung > rtabelberarti reliabel;
rhitung< rtabelberarti tidak reliabel.
Penghitungan validitas dan reliabilitas pada instrumen penelitian dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 10.
11. Definisi Konsep dan Operasional Variabel
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur variabel. Tiga variabel di atas akan didefinisikan sebagaimana di bawah:
1. Variabel Persepsi Mahasiswa (X1)
Persepsi mahasiswa diartikan sebagai pandangan serta penilaian mahasiswa terhadap BEM dan Pemira. Variabel ini dapat diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut;
a. Persepsi terhadap BEM
1. Pengetahuan terhadap BEM 2. Pandangan terhadap kinerja BEM b. Persepsi terhadap Pemira
1. Pengetahuan terhadap Pemira 2. Pandangan terhadap sistem Pemira
46 5. Pandangan terhadap pelaksanaan Pemira
6. Pandangan terhadap urgensi Pemira
2. Variabel Motivasi/ekspektasi Mahasiswa (X2)
Motivasi/ Ekpektasi diartikan sebagai faktor yang mendorong atau sesuatu yang diinginkan/ diharapkan terhadap adanya BEM dan Pemira. Variabel ini dapat diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut;
a. Motivasi/Ekspektasi terhadap Pemira
1.Ekspektasipolitik pada Pemira b. Motivasi/Ekspektasi terhadap BEM
1.Ekspektasipolitik terhadap BEM
3. Variabel Partisipasi Mahasiswa dalam Pemira (Y)
47 B. Metode Analisa Data
1. Analisis Kuantitatif
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis statistik. Alat analisis yang digunakan berupa distribusi frekuensi, analisis tabulasi silang, dan analisis korelasi (Kendall Tau).
a. Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi adalah suatu susunan data dimana data dibagi dalam beberapa kelompok yang sedemikian rupa sehingga setiap data dari obyek penelitian termasuk dalam salah satu kelompok atau kategori. Distribusi frekuensi bertujuan untuk mendapatkan deskripsi karakteristik reponden atas dasar analisa satu variabel tertentu. Kemudian untuk menentukan klasifikasi yang paling baik untuk tabulasi silang40.
b. Analisis Tabulasi Silang
Analisis tabulasi silang merupakan model analisis yang digunakan untuk melihat kecenderungan arah hubungan antarvariabel dan mempunyai kemampuan untuk mengungkapkan hubungan yang hendak diteliti41.
c. Analisis Korelasi Kendall Tau
Korelasi Kendall Tau digunakan untuk mencari hubungan dan menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih, bila datanya berbentuk ordinal atau
48 rangking. Teknik ini digunakan untuk menganalisis sampel yang jumlah anggotanya lebih dari 10. Rumus yang digunakan sebagai berikut42;
t : Koefisien korelasi Kendall Tau (-1<0<1) H : Jumlah rangking atas
L : Jumlah rangking bawah N : Jumlah anggota sampel
2. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif ini digunakan untuk melengkapi analisis kuantitatif dan mengungkapkan pemahaman peneliti tentang fenomena yang diteliti43. Dengan demikian diharapkan dapat menjelaskan dan mempertajam hasil analisis kuantitatif yang sederhana tersebut.
3. Kriteria Penerimaan Hipotesis dan Taraf Signifikansi
Kriteria untuk menerima atau menolak hipotesis formulasinya adalah jika koefisien signifikansi hitung < koefisien signifikansi tabel, maka Ho ditolak dan Hk diterima. Taraf signifikansi yang digunakan dalam pengujian hipotesis sebesar 5% dengan derajat kepercayaan sebesar 95%. Derajat kepercayaan itu artinya apabila peneliti menerima hipotesis berarti mengambil resiko salah dengan keputusan sebesar 5% dan benar sekurang-kurangnya 95%.
" % ! 4
) +
ΣΑ−ΣΒ
49 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Wilayah
Sekitar tahun 1960, lembaga pendidikan yang ada di daerah Banyumas baru sampai pada tingkat Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) umum atau kejuruan. Padahal hasrat dan minat masyarakat untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi semakin meningkat. Pada waktu itu, para lulusan SMTA yang akan melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi terpaksan harus mencari ke luar Banyumas. Hal tersebut tentunya hanya terjangkau bagi keluarga yang sanggup membiayai putra-putrinya.
Kondisi tersebut lantas menimbulkan usaha para pimpinan masyarakat, baik formal maupun informal, untuk mendirikan universitas di daerah Banyumas. Sejarah babad alas ini bisa disimak selengkap pada “Buku Pedoman UNSOED” yang dicetak dan dibagikan kepada setiap mahasiswa baru44.
Sebagian besar kampus UNSOED terletak di Kelurahan Karangwangkal dan Grendeng. Sebagian yang lain, berada di Sokaraja (Kampus Kedokteran), Kalibakal (Kampus Bahasa) dan perkembangan terkini, UNSOED memindahkan Kampus Teknik ke Kabupaten Purbalingga. Kampus-kampus yang terletak di kawasan Karangwangkal seperti Kampus D3 Bahasa Inggris, Pertanian,
50 Peternakan, Biologi, Saintek dan Kesmas, sedangkan kampus ISIP, Ekonomi dan Hukum terletak di kawasan Grendeng.
Pada sisi lain, sebagian besar mahasiswa lebih sering menyebut kampus-kampus yang berada di kawasan Karangwangkal dengan sebutan “Kampus Belakang”. Sebaliknya, kampus-kampus yang berada di kawasan Grendeng— seperti ISIP, Ekonomi dan Hukum—sebagai “Kampus Depan”. Nampaknya penyebutan “Depan-Belakang” mengandung bias, seperti yang terungkap pada tulisan Kun Indah Kumalasari45, seorang mahasiswi Fapet. Sebagai mahasiswa dari “kampus belakang” ia merasa tidak nyaman karena “belakang” berasosiasi dengan sesuatu yang jorok, kotor dan semacamnya. Asosiasi kata “belakang” seperti pada frasa, “mau ke belakang” atau “di belakang” yang berarti “kamar mandi” atau “dapur”.
Secara faktual, kampus-kampus yang berada di kawasan Karangwangkal sebagian besar adalah kampus eksak yang berada “di belakang” kantor administrasi UNSOED dan Rektorat. Di sisi lain, kampus-kampus sosial berada di depan atau sejajar dengan kantor administrasi UNSOED dan Rektorat. Penyebutan “depan-belakang” kemungkinan berasal dari letak kampus berbanding dengan letak kantor administrasi dan Rektor serta di depan jalan utama yakni Jl. HR. Boenyamin – Purwokerto.
51 2. Deskripsi Umum tentang Organisasi Kampus
Setiap fakultas di UNSOED mempunyai organisasi mahasiswa seperti: Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) merupakan lembaga yang bertujuan untuk menampung dan mengaktualisasikan bakat-minat mahasiswa. Variasi UKM terletak pada perbedaan pengembangan bakat-minat mahasiswa, misal: UKM Pers Mahasiswa, UKM Olahraga, UKM Kerohanian, UKM Teater, UKM Musik, UKM Pecinta Alam dan sebagainya. Variasi UKM di masing-masing fakultas bisa berbeda tergantung pada kebutuhan dan aspirasi bakat-minat mahasiswa fakultas bersangkutan.
Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan/atau Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) merupakan lembaga mahasiswa yang berbasis penalaran keilmuan pada bidangnya masing-masing. Selain itu, HMJ dan/atau HMPS juga bertujuan untuk menyatukan mahasiswa-mahasiswa jurusan dalam satu payung. HMJ dan/atau HMPS signifikan dalam proses penerimaan mahasiswa baru yang dengan kegiatan “Malam Keakraban” (Makrab) hubungan harmonis antara mahasiswa lama dengan yang baru diusahakan sedemikian rupa.
52 kebijakan dan kontrol terhadap BEM. Di UNSOED hanya ada satu fakultas yang tidak mempunyai BEM/DLM, yakni fakultas Biologi.
Secara struktural, sebagian besar UKM dan HMJ/HMPS fakultas berada di bawah BEM. UKM dan HMJ/HMPS berfungsi sebagai departemen-departemen BEM dalam rangka melaksanakan program kerjanya. Pada konteks itu, UMK dan HMJ/HMPS mengajukan dana ke BEM yang akan disetujui atau tidak oleh BEM.
Meski demikian, melalui observasi hubungan antara UKM dan HMJ/HMPS dengan BEM kurang harmonis46. Keharmonisan mereka seringkali hanya terjadi pada saat rapat anggaran saat UKM dan HMJ/HMPS mengajukan sejumlah proposal kegiatan. Selebihnya, koordinasi atau komunikasi intensif jarang dilakukan di luar tindakan insidental seperti rapat koordinasi penyikapan isu atau kebijakan tertentu.
Selain empat lembaga inti itu, di beberapa fakultas juga terdapat forum diskusi yang secara struktural berada di luar struktur BEM. Forum diskusi mahasiswa semacam ini biasanya lahir dari asosiasi sukarela individu yang menaruh minat atau perhatian yang sama pada masalah, isu atau bidang tertentu. Meski secara struktural berada di luar BEM, forum diskusi mahasiswa diketahui dan diakui adanya, misalnya mereka senantiasa diundang dalam kegiatan-kegiatan BEM.
Keempat lembaga di atas ditambah forum diskusi merupakan lembaga intrakampus dalam terminologi NKK/BKK. Di sisi lain, dinamika kehidupan
53 fakultas di UNSOED tidak bisa dilepaskan dari keberadaan lembaga ekstrakampus seperti: Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Front Mahasiswa Nasional (FMN), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Gerakan Nasional Mahasiswa Indonesia (GMNI), Gerakan Mahasiswa Pembebasan (Gema Pembebasan), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Liga Mahasiswa Nasional Demokratik (LMND) dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI). Selain lembaga ekstrakampus nasional itu, ada juga ruang-ruang kreatif lainnya yang membentang luas pada tema, isu atau bidang tertentu, misal komunitas film, kajian sosial-agama, kajian politik, kajian lingkungan hidup dan sebagainya.
54 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Tabel 3. Hasil uji validitas instrumen
No. Pertanyaan r hitung r tabel Keterangan
Tabel 4. Deskripsi paska uji validitas
Item
55
the variables is constant”. Variabel Y tidak dilakukan uji validitas karena terdiri hanya dari satu item pertanyaan, yakni pertanyaan nomor 9.
Uji reliabilitas dengan rumus Alpha Cronbach pada seluruh item pertanyaan menghasilkan rhitung sebesar 0,6643. Angka ini berarti reliabel karena
rhitung > rtabel (0,6643 > 0,138).
4. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian (survei) ini terkategorikan menjadi empat, yakni berdasar fakultas, angkatan, jenis kelamin dan afiliasi organisasi. Lebih jelasnya seperti pada diagram di bawah ini:
a. Berdasarkan Fakultas
Diagram 5. Karakteristik responden berdasar Fakultas
Sumber: olahan data primer, 2009
Karakteristik responden penelitian ini berdasarkan fakultas terbagi menjadi empat: FE dengan jumlah 146 responden (55,9%), FISIP dengan jumlah
isip ekonomi pertanian peternakan
Fakultas:
Percent 10.0
20.0 30.0 40.0 50.0
38 146 58 19
56 38 responden (14,6%), Faperta berjumlah 58 responden (22,2%) dan Fapet berjumlah 19 responden (7,3%). Persentase tersebut diambil secara proporsional berdasarkan jumlah mahasiswa fakultas masing-masing.
Pada sisi lain, karakteristik responden berdasarkan fakultas ini bisa digolongkan menjadi dua: fakultas eksakta yakni Faperta dan Fapet, serta fakultas noneksakta yakni FE dan FISIP. Penggolongan ini berfungsi untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara latar belakang keilmuan dengan persepsi, ekspektasi dan partisipasi mereka dalam Pemira BEM.
b. Berdasarkan Organisasi
Diagram 6. Karakteristik responden berdasar Organisasi
Sumber: olahan data primer, 2009
Karakteristik responden berdasarkan organisasi seperti yang terlihat pada diagram di samping yakni tidak adanya perbedaan jumlah yang tajam antara mahasiswa yang berorganisasi (intra dan/atau ekstra) dengan yang tidak berorganisasi. Jika hanya dibuat menjadi dua kategori besar, maka akan
intra ekstra non organisasi
Organisasi:
Percent 10.0
20.0 30.0 40.0 50.0
57 diperoleh persentase bahwa 49% (128 orang) responden adalah non-organisasi (tidak berorganisasi) dan sisanya 51% (133 orang) adalah berorganisasi pada tingkatan intra atau ekstrakampus.
Karakteristik semacam ini sangat membantu peneliti untuk membaca apakah ada perbedaan yang signifikan antara responden yang berorganisasi dengan yang tidak berorganisasi. Selain itu, peneliti juga bisa mengetahui perbedaan—jika ada—antara responden yang berorganisasi intrakampus (UKM, HMJ/HMPS, BEM atau DLM) dengan yang berorganisasi ekstrakampus (FMN, HMI, KAMMI, PMII, IMM, GMNI, PMKRI dan lainnya) pada masalah persepsi, motivasi dan partisipasi mereka.
c. Berdasar Angkatan dan Jenis Kelamin
Tabel 7. Karakteristik responden berdasar angkatan
Sumber: olahan data primer, 2009
Tabel 8. Karakteristik responden berdasar jenis kelamin
Sumber: olahan data primer, 2009
Pada tabel 7 dan 8 dapat dilihat bagaimana karakteristik responden berdasarkan angkatan dan jenis kelamin. Karakteristik responden berdasarkan