• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Definisi Psikologi Kognitif (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "B. Definisi Psikologi Kognitif (1)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

B.

Definisi Psikologi Kognitif

Psikologi Kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum yang mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental atau psikis yang berkaitan dengan cara manusia berfikir, seperti dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan yang masuk melalui penginderaan, menghadapi masalah atau problem untuk mencari suatu penyelesaian, serta menggali dari ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam menghadapi tunututan hidup sehari-hari.

Cabang ilmu psikologi ini khusus mempelajari gejala-gejala mental yang bersifat kognitif dan terkait dengan proses belajar mengajar di sekolah, yang memiliki hubungan erat dengan psikologi belajar, psikologi pendidikan dan psikologi pengajaran. Pengetahuan dan pemahaman tentang proses belajar tidak hanya menerangkan mengapa siswa berhasil dalam proses balajar, tetapi juga membantu untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam prose situ dan sekali terjadi kesalahan selama periode belajar, untuk mengoreksinya.

Kehidupan mental atau psikis mencakup gejala-gejala kognitif, efektif, konatif sampai pada taraf psikomotis, baik dalam berhadapan dengan diri sendiri maupun dengan orang lain. Gejala-gejala mental-psikis ini dapat dibedakan dengan yang lain dan dijadikan objek studi ilmiah sendiri-sendiri, tetapi tidak pernah dapat dipisahkan secara total yang satu dari yang lainnya. Oleh karena itu, psikologi kognitif tidak hanya menggali dasar-dasar dari gejala yang khas kornitif, tetapi juga meninjau aspek kognitif dalam gejala mental yang lain, seperti apa penafsiran dan pertimbangan yang menyertai reaksi perasaan (afektif) dan keputusan kehendak (konatif). Siswa disekolah berperasaan sambil belajar dan berkehendak serta bermotivasi sambil belajar, dapat diselidiki dengan cara bagaimana berfikir dalam berbagai wujudnya ikut megnambil bagian dalam berperasaan dan berkehendak. Namun, dalam bagian ini tekanan diberikan pada analisis tentang cara berfikir itu sendiri karena perilaku internal inilah yang paling mendasar dalam belajar di sekolah.

(2)

Anderson & Krathwohl (dalam wowo 1999) merevisi taksonomi Bloom tentang aspek kognitif menjadi dua dimensi, yaitu: proses kognitif dan pengetahuan. Dimensi pengetahuan berisi empat kategori, yaitu Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif, Dimensi proses kognitif terdiri dari Mengingat, Pemahaman, Penerapan, Analisis, Evaluasi dan Membuat. Kesinambungan yang mendasari dimensi proses kognitif diasumsikan sebagai kompleksitas dalam kognitif, yaitu pemahaman dipercaya lebih kompleks lagi daripada mengingat, penerapan dipercaya lebih kompleks lagi daripada pemahaman, dan seterusnya.

C. Tori-teori Pembelajaran Psikologi Kognitif

Ada beberapa ahli yang belum merasa puas terhadap penemuan - penemuan para ahli sebelumnya mengenai belajar sebagai proses hubungan stimulus-response-reinforcement.

Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh reward dan tingkah laku tindakan mengenal tentang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau situasi di mana tingkah itu laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah. Jadi, kaum kognitifis berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan - hubungan yang ada di dalam suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih dari bagian -bagiannya. Mereka member tekanan pada organisasi pengamatan atas stimuli di dalam lingkungan serta pada faktor - faktor yang mempengaruhi pengamatan.

1. Awal Pertumbuhan Teori-Teori Belajar Psikologi Kognitif

(3)

Suatu konsep yang terpenting dalam psikologi Gestalt adalah tantang ”insight” yaitu pengamatan/pemahaman mendadak terhadap hubungan – hubungan antar bagian - bagian di dalam suatu permastuasi permasalah insight itu sendiri dihubungkan dengan pernyataan spontan “aha” atau”oh”, see-now”. Kohler (1927) menemukan tumbuhnya insight pada seekor simpan sedengan menghadapkan simpase pada masalah bagaimana memperoleh pisang yang terletak di luar kurungan atau tergantung di atas kurungan. Dalam eksperimen itu kohler mengamati bahwa kadang kala simpase dapat memecahkan masalah secara mendadak, kadang kala gagal meraih pisang, kadang kala duduk merenung masalah dan kemudian secara tiba – tiba mengemukan pemecahan masalah.

2. Teori Belajar Cognitive - Field dari Lewin

Bertolak dari penemuan Gestalt Psyhology. Kurt Lewin (1892-1947) mengembangkan suatu teori belajar cognitive dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologi sosial. Lewin memandang masing – masing individu beradadidalamsuatumedankekuatan, yang bersifatpsikologi.Life space mencakup perwuju dan lingkungan di mana individu bereaksi. Menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Lewin memberikan peranan yang lebih penting pada motivasi dari reward.

3. Teori Belajar Cognitive Develop mental dari Piaget.

Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak. Piaget adalah seorang psikologi develop mental karena penelitiannya mengenai tahap – tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Dia adalah salah seorang psikologi suatu teori komperhensif tentang perkembangan inteligensi. Piaget memakai istilah scheme secara interchangeablngy, Piaget memakaiistilah scheme secara interchangeably dengan istilah struktur.

Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang. Scheme berhubungan dengan dengan: - Refleksi- refleksi pembawaan: misalnya bernapas, makan minum.

- Scheme mental: misalnya scheme of class fication, scheme of operation (pola tingkah

laku yang masih suka diamati seperti sikap), dan scheme of operation (pola tingkah laku yang dapat diamati). Menurut Piaget, inteligensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek,

a) Struktur, disebutjuga scheme seperti yang dikemukakan di atas.

b) Isi, disebut juga content yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individual menghadapi sesuatu

(4)

c) Fungsi, disebut juga function yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan

intelektual. Fungsi itu sendiri. Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam fungsi invariant yaitu organisasi dana daptasi.

- Organisasi: berupa kecakapan seseoraang/organism dalam menyusun proses-proses fisik dan

psikis dalam bentuk sitem-sistem yang koheren.

- Adaptasi yaitu adaptasi individu terhadap lingkungannya.Adaptasi ini terdiri dari dua macam

proses komplementer yaitu: asimilasi dana komondasi.

Asimilasi: proses pengunaan struktur atau kemampuan individu untuk menghadapi masalah

dalam lingkungannya sedangkan,

 Akomondasi proses perubahan respons individu terhadap stimuli lingkungan. .

4. Jerome Bruner dengan Discovely Learning-nya

Yang menjadiakandasar ide J.Brunerialahpendapatdari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disenutnya discovery learning yaitu dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Banya kpendapat yang mendukung discovery learning itu, diantaranya J.Dewey (1933) dengan complete art of reflective activity. Atau terkenal dengan problem solving. Didalamnya buku itu ia melaporkan hasil dari suatu konferensi diantara para ahli science. Dalam hal ini ia mengemukakan pendapatnya, bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

The act of discovery dari Bruner:

1. Adanya suatu kenaikan di dalam potensi intelektual.

2. Ganjaran intristik lebih ditekankan dari pada ekstrinsik.

3. Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berate murid itu menguasai metode discovery learning.

4. Murid lebih senang mengingat-ingat informasi.

D.

Ruang lingkup psikologi kognitif.

(5)

Studi ini khusus mempelajari gejala-gejala mental yang bersifat kognitif terkait proses belajar mengajar di sekolah. Gejala-gejala mental/psikis dapat dibedakan satu dari yang lain dan dijadikan objek studi ilmiah sendiri-sendiri, tetapi tidak pernah dapat dipisahkan secara total yang satu dengan yang lain.

Kebanyakan psikologi Amerika berpegang pada suatu kerangka teoritis yang dikenal dengan nama “pemrosesan informasi” yang digambarkan pengolahan kejadian dalam otak, meliputi langkah pengolahan informasi. Yang dimaksudkan informasi adalah masukan bagi setiap satuan structural.

Penjelasannya sebagai berikut:

1) Lingkungan hidup mengeluarkan sejumlah rangsangan, misalnya benda yang kena cahaya

memantulkan gelombang sinar yang dapat dilihat, bunyi radio memantulkan gelombang suara yang bisa didengar. Menjadi informasi bagi satuan structural yang menangkapnya.

2) Informasi ini ditangkap oleh alat-alat indera yang peka terhadap bentuk energy fisik tertentu,

seperti mata untuk sinar dan kulit untuk sentuhan, diolah dan diubah menjadi pulsa-pulsa elektrokimia yang dikirm ke pusat-pusat tertentu dalam otak dan akhirnya masuk ke dalam sistem saraf pusat.

3) Informasi yang ditampung itu disimpan selama waktu yang amat singkat sekali. Sebagian kecil

diterukan ke ingatan jangka pendek untuk diolah lebih lanjut, sedangkan sisanya hilang dan tidak tersedia lagi untuk pengolahan. Jadi macam informasi dokurangi, atau terjadi seleksi dalam persepsi

4) Infomrasi yang telah diseleksi masuk ke dalam ingatan jangka pendek. Yang dimaksud dengan

ingatan adalah saat orang memyadari ada sesuatu yang dihadapi, misalnya menyadari sedang melihat satu nama dengan sebuah nomor telepon, dan buku telepon. Namun, lamanya saat kesadaran itu amat singkat, kira-kira 20 detik. Informasi yang masuk tadi kemudian menghilang, kecuali bila tertahan lebih lama kearena mulai iingat-ingta kembali atau diolah untuk diambil maknanya. Proses penangkapan informasi disebut “rebealsal”.

5) Hasil pengolahan menjadi masukan bagi ingatan jangka panjang. Namanya demikian karena

(6)

mengatakan “informasi hilang”, padahal tidak demikian, tetapi informasi tidak masuk atau terlupakan.

6) Informasi yang berasal dari ingatan jangla pendek atau ingatan jangka panjang ditampung dalam

pusat perencanaan yang mempersiapkan masukan ini untuk disalurkan ke unit alat pelaksana, yang akhirnya akan emberikan jawaban reaksi terhadap lingkngan. Jadi, dalam unit ini terjadi lagi suatu transformasi yang masuk, yaitu ditentukan bentuk dan wujud bagi jawaban reaksi dan bagaimana urutan pelaksanaannya.

7) Alat pelaksana meliputi semua otot dan kelenjar, yang mewujudkan jawaban reaksi/lingkungan

sesuai dengan tuntunan dan ketentuan yang doberikan oleh pusat perencanaan.

8) Aliran transformasi informasi sebagaimana berlangsung dalam satuan structural, (2) sampai (7)

secara ideal terorganisir dengan baik, sehingga mencapai suatu sasaran.

9) Sasaran apa yang akan dicapai dan apa makna sasaran itu, terungkapkan dalam harapan tentang

tujuan dalam motivasi yang rata. Ini semua merujuk pada apek kognitif falam berkehendak dan berkemauan.

 Perbedaan antara pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural

Pengetahuan deklaratif ialah, proses penambahan pengetahuan dengan informasi yang sedang dipelajari. Pengetahuan deklaratif menyediakan alternatif cara untuk pemanggilan agar aktivasi menyebar, kedua, menyediakan informasi tambahan yang berguna untuk mengontruksi jawaban yang tampak. Prinsip penyebaran aktivasi memberikan penjelasan tentang mengapa yang lebih tepat lebh baik untuk menghafal. Efeknya dalam menghafal sangat baik, karena memberi informasi baik berupa daftar kata-kata benda, cerita-cerita, teks pelajaran, maupun data menunjukkan banyak keuntungan. Pengetahuan procedural ialah, kemampuan untuk menganalisis dan mengklasifikasikan pola-pola stimulus internal dan eksternal. Prosedur unrutan-aksi mendasari kemampuan untuk melakukan urutan operasi terhadap symbol-simbol.

(7)

dituangkan dalam beberapa proposisi (pengetahuan deklaratif) untuk disimpan dalam ingtan jangka panjang. Namun, perbedaan antara kedua macam pengetahuanitu sebagai perbedaan antara “apa yang diketahui” dan “mengetahui bagaimana”, berdampak terhadap cara mendampingi siswa dalam memperoleh kedua macam pengetahuan itu, sebagaimana akan dijelaskan kemudian. Dengan perkataan lain, perbedaan psikologi mengenai sifat dan ciri has kedua macam pengetahuan ini membawa akibat terhadap perlakuan didaktis.

(8)

Tentu saja siswa disekolah, apalagi orang dewasa, tidak berbuat hanya berdasarkan beberapa produksi sederhan yang tersimpan dalam ingatan; tetapi lama kelamaan tercipta produksi yang banyak sekali, yang saling terkait dan mengarahkan dalam aktivitas berpikir yang mendasari kegiatan kompleks. Semua produksi dikait-kaitkan melalui apa yang disebut “arus kontrol” (flow of control), yaitu terdapat suatu rangkaian mata rantai dimana suatu kondisi-aksi yang pertama menjadi kondisi dalam satuan kondisi-aksi berikutnya, dan seterusya. Misalnya: “kalau lampu lalu linta sudah menyala hijau, lalu persnelling satu dipasang kembali; jika persnelling sudah terpasang, maka ditancap gas; jika tancapan gas terlah berhasil menggerakan kendaraan sampai kecepatan tertentu, maka diganti persnelling sampai yang kedua; dan seterusnya”. Maka berlangsunglah suatu arus control yang lancer, berjalan otomatis tanpa disertai taraf kesadaran yang tinggi tentang urutan semua gerakan itu. Dalam mengerjakan banyak tugas berlangsunglah proses seperti digambarkan diatas, misalnya mengalikan bilangan 11 dengan 99 atau menjumlahkan harga-harga dari sejumlah barang yang dibeli tanpa memakai kalkulator.

(9)

masuk terdapat di situ; kemungkinan sangat besar, dia akan membayangkan diri sendiri berdiri diterminal seperti ntadi dan melihat di sekelilingnya untuk menghitung jumlah jalan masuk. Demikia pula seorang siswa di sekolah dapat membayangkan suatu segitiga dalam dimensi ruang dan mengerjakan soal yang ditanyakan mengenai segitiga itu. Sampai berapa jauh informasi yang diolah dalam ingatan kerja untuk selanjutnya juga akan disimpan dalam bentuk taggapan di dalam ingatan panjang masih diperdebatkan, tetapi ada berbagai indikasi bahwa informasi (masukan) yang sangat konkret dan mudah terbayangkan, seperti informasi tentang pacuan kuda tersebut diatas, lebih mudah digali kembali daripada informasi (masukan) yang sulit terbayangkan, seperti isi suatu buku mengenai ilmu filsafat. Bagi tenaga pengajar hal ini berarti, bahwa penggunaan alat pengajaran yang dapat dilihat dan didengar serta anjuran kepasa siswa untuk membayangkan hal-hal yang sedang dipelajari, kerap membantu untuk nantinya menggali kembali semua itu dari ingtan jangka panjang.

 Cara memperoleh pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural

(10)
(11)

Sebagaiman diurikan diatas, proses peggalian ini dimulai dari munculnya suatu kunci atau perangsang (cue) yang masuk kedalam ingatan kerja; kunci ini dapat datang dri luar, misalnya pertanyaan pada lembar soal pada waktu ulangan, tetapi dapat juga datang dari subyek sendiri, misalnya bilamana siswa sambil mengerjakan soal matematiaka menanyakan kepada dirinya sendiri rumus yang harus diterapkan. Kemudian melalui aktivasi terjadi penyebaran sebagaimana digambarkan diatas, sampai informasi yang dibutuhkan berhasil ditemukan. Kalau informasi tidak berhasil ditemukan, orang akan menciptakan suatu reaksi/ jawaban yang paling masuk akal (construction) berdasarkan informasi yang dapat digali dan dipikiran logis. Dalam hal ini terjadi juga apa yang dimaksud “perluasan” (elaboration), yaitu gali pengetahuan deklaratif (proposisi) yang berkaitan dengan informasi yang dicari dan membantu untuk menciptakan sendiri suatu reaksi/jawaban. Misalnya, siswa di SMU, paket program matematiaka dan IPA, ditanyai apa alasan penumpang pesawat tidak boleh menghidupkan radio kecil yang dibawa dalam tas dan tidak dapat langsung menjawab pertanyaaan itu. Dia dapat mengingat bahwa pesawat selalu dilengkapi dengan peralatan radio yang canggih; jadi ada dua radio dalam pesawat, yaitu radio pesawat dan radio miliknya sendiri. Kemudian digali informasi bahwa suatu peralatan listrik yang sedang hidup menimbulkan medan elektromagnetik; dari situ akhirnya disimpulkan sendiri bahwa radio miliknya sendiri akan menimbulkan medan elekromagnetik, yang akan mengganggu opersi radio pesawat sehingga keselamatan pesawat terancam. Maka perluasan (elaboration) dapat membantu dalam menggali iformasi yang tersimpan dalam ingtan jangka panjang.

(12)

dibandingkan suhu udara yang mengelilinginya akan menyebabkan terlepasnya uap air dalam udara, yang kemudian mengembun dan melekat pada kulit jeruk. Contoh ini sekaligus mengilustrasika terjadinya perluasa (elaboration) dalam proses pengolahan di ingatan kerja;jadi kali ini perluasan membantu dalam memperoleh pengetahuan deklaratif baru. Dalam contoh tadi perluasan berisiskan suatu kesimpulan logis, tetapi perluasan juga dapat berisikan suatu contoh, pengisian suatu detail, atau suatu tambahan pada materi yang sedang diolah; pada dasarnya, perluasan menambahkan pengetahuan deklaratif baru pada informasi yang masuk keingatan kerja dari pusat penampung. Kunci keberhasilan pengolahan masukan melalui proses perluasan terletak dalam kebermaknaan, artinya perolehan pengetahuan deklaratif baru harus bermakna

karena mempunya kaitan dengan hal-hal yang sudah diketahui. Subyek sendirilah yang bertugas menciptakan kebermaknaan itu dalam berbagai bentuk, seperti menangkap hu bungan logis, membuat bagian-bagin atau satuan-satuan, menghubungkan dengan pengalamn hidup sehari-hari, mencari contoh-contoh, dan lain sebagainya.

(13)

dalam ingtan jangka panjang dan mempermudah serta mempertajam penggalian informasi yang tersimpan, meskipun belum seluruhnya jelas mengapa hal ini demikian.

Uraian tentang perluasan dan organisasi yang disajikan di tas mengundang beberapa implikasi bagi proses mengjar dan belajar di sekolah. Pertama, perlu diingat bahwa ingatan kerja terbatas baik dalam kuantitas bahan baru yang dapat dicernakan maupun dalam lama waktunya yang tersedia untuk pengolahan, sebelum terdesak keluar kedalam ingatan jangka panjang atau menghilang sama sekali. Bilaman guru mengadakan metode ceramah,banyaklah ide baru yang disampaikan kepada siswa untuk ditampung dalam sejumlah proposisi, belum tentulah bahwa semua informasi baru jadi diolah dengan baik karena terlalu banyak yang harus diolah sekaligus, atau karena siswa mengadakan perluasan spontan pada satu-dua ide dan sudah tidak memperhatikan ide lainya (jai tidak pernah diolah, jangankan masuk kedalam ingtan panjang; aka keluar dan menghilang!). maka disarankan supaya jumlah ide yang disajikan dibatasi, antara lain dengan mengadakan “clustering”, dan mengulang-ulang ide-ide pokok dengan berbagai cara. Kedua, pada umumnya siswa harus dibantu dalam hal perluasan dan organisasi serta dirangsang untuk melakukanya. Perluasan dapat ditingkatkan dengan menunjukan hubungan dengan materi lama yang relevan atau hubungan dengan sesuatu yang relevan di luar bidang studi, dengan minta siswa untuk membayangkan masukan/informasi baru, dengan menggunakan media pengajaran audiovisual, dengan mengadakan perbandingan dengan hal yang lain, dengan menanyakan koneksi yang dibuat oleh siswa sendiri, dengan menyuruh mencari contoh-contoh, dn lain sebagainya. Organisasi materi dapat ditingkatkan dengan memberikan suatu introduksi yang memuat garis-garis besar dari materi yang harus dipelajari, dengan menggolong-golongkan hal-hal tertentu sesuia dengan konsep baru yang harus dipelajari tau konsep lama yang sudah dimiliki, dengan membuat catatan tentang hal-hal pokok di papan tulis, dengan bertanya-tanya tentang kesimpulan yang dapat ditarik, dan lain sebagainya. Ketiga, mengingat tuntutan tentang perluasan, organisasi dan kebermaknaan materi pelajaran, guru harus menentukan apakah buku-buku pelajaran yang digunkan oleh siswa sesuai atau tidak. Belum tentulah bahwa buku-buku pegangan yang berjudul sebagai “buku pelajaran” memenuhi tuntutan itu.

(14)
(15)

dibutuhkan. Dari kedua contoh itumenjadi jelas pula, bahwa pada pengenalan suatu pola sesudah kata “maka” atau “lalu” hanya terjadi satu kegiatan yaitu mengklasifikasikan, sedangkanpada perangkian langkahoperasional terjadi beberppa kegitan.

(16)

Bilamana siswa harus mempelajari pola yng baru, mereka sebaiknya dihadapkn pada sneak contoh yng mengandung ciri/atribut relevan yang sama, meskipun berbeda mengenai ciri/atribut yang tidak relevan;atau dia memilih buku pelajaran yang menyajikan contoh yang demikian. Conto uang digunkan harus bervariadi luas dlam ciri/atribut yang tidk relevan. Jangan sampai terbentuk konsep yang terlalu sempit dan pola yang dipelajari kurng luas. Misalnya bilaman diajarkan konsep “perawat” di sekolah dassr, janganlah hanya disajikan gambar perawat wanita atu disajikan cerita tetang wanita saja yang merawat orang sakit. Kalau demikian siswa akhirnya akan memperoleh suatu skema konseptual tentang perawat yang mesti berjenis kelamin perempuan; padahal jenis kelamin perempuan bukan ciri/atribut releva untuk seorang perawat. Disajikannya aneka contoh yang mengena menunjung diadakannya generalisasi, sehingga jajaran obyek yang tertampung dalam skema konseptual semakin luas. Sebaliknya, diskriminasi membatasi jajaran obyek itu yaitu mengecualian sejumlah obyek dari skema konseptual yang sedang dipellajari. Misalnya, bilamana siswa di sekolah menengah sedang mempelajari semua obyek dapat ditemukan di sebuah gua,dia harus menjaga diri terhadap kekacauan dalam pengertian dan mengadkan diskriminasi antara stalaktit dan stalagmite. Perlu disajikan contoh/gambit dari sebuah stalaktit, yang segera diikuti oleh contoh gambar stalagmite. Gambar yang terakhir adalah suatu noncontoh, artinya contoh yang tidak memiliki ciri/atribut yang khas bagi suatu stalaktit yaitu berdiri tegak.

J. R. Anderson, aeorang pakaar psikologi kognitif, membayangkan proses belajar menguasai suatu rangkaian langkah operasional sebagai berikut; uratan langkah yang harus diambil disajikan kepada dirinya dalam bentuk diskrimanitf, yaitu serangkaian proposisi, kemudian rangkaian langkah operasional mulai dilaksanakan pelan-pelan; akhirnya berbentuklah pergantian warna lampu lalu lintas dari merah ke hijau; pasanglah kembali persenelling satu; tancapkan gas pelan-pelan; gantikanlah persenelling satu ke persenelling dua; dan seterusnya. Dalam empat langkah ini terdapat empat proposisi yang masing-masing memiliki unsur relasi dan unsur topik/satuan, yang digali dari ingatan dan yang menyertai/menutnun rangkaian tindakan yang dilakukan. Komplikasi pengetahuan ini dibayangkan sebagai suatu proses tersendiri dengan dua unsur yaitu pembentukan prosedur dan komposisi. Dalam pembentukan prosedur diperoleh pengetahuan deklaratif mengenai urutan operasi yang harus dilakukan.

(17)

Kemudian produksi yang ketiga dihubungkan dengan produksi yang baru tadi (hasil produksi satu dan dua), dan seterusnya. Dalam suatu rangkaia operasi mental terhadap lambang melulu, seperti kata dan angka, terjadinya komposisi ini sulit dibayangkan, lebih mudah dibayangkan komposisi ini dalam rangkaian operasi mental yang menyertai fase latihan dalam belajar keterampilan motorik, di mana ingatan kerja juga sangat aktif. Namun, siswa di sekolah harus memperoleh sejumlah produksi (pengetahuan prosedual) yang menuntut kemampuan untuk merangkaikan sejumlah langkah operasional yang berlangsung, belajar menyusun kalimat bahasa asing menurut kaidah tertentu, dan memperoleh kemahiran dalam membaca.

Belajar pengetahuan prosedual ditunjang melalui latihan. Alasannya ialah pada waktu diadakan latihan dua mata rantai dari keseluruhan prosedurr atau dua produksi dalam keseluruhan operasi mental sedang berada dalam ingatan kerja, sehingga dapat diintegrasikan melalui komposisi sebagaimana dijelaskan di atas. Latihan harus disertai pemberian umpan balik informatif (feedbackI, yaitu pemberitahuan tentang hasil yang diperoleh sampai sekarang dan tentang kekurangan yang mungkin masih ada. Diperlukannya latihan dan umpan balik informatif selama proses penguasaan pengetahuan prosedual berlawanan dengan persyaratan yang berlaku pada proses belajar pengetahuan deklaratif, di mana latihan dan pemberian umpan balik tidak dibutuhakan bila tujuannya adalah memahami dengan melalui perluasan dan organisasi. Namun, latihan dalam memperoleh pengetahuan prosedual harus disertai pengenalan kembali pola-pola tertentu, supaya penerapan rangkaian langkah operasional tepat dan mengena.

 Belajar Memecahkan problem

(18)

berpikir tentang menghadapi dan mengatasi persoalan, dan dari situ meunjukkan beberapa tindakan intruksional untuk disarankan kepada tenaga pengajar.

Menurut pandangan aliran pengolahan informasi (information processing) orang menghadapi problem bila ada tujuan yang ingin dicapai, tetapi belum ditemukan sarana untuk sampai pada tujuan itu. Melalui gambaran mental atau melalui proposisi problem direpresentasikan dalam igatan kerja subyek. Kalau bentuk dan isi representasi itu tepat, yaitu sungguh-sungguh mewakili problem yang dihadapi, pemecahannya dapat ditemuakan melalui simpanan informasi yang diaktifkan.

Dalam menghadapi suatu problem orang dapat menggunakan berbagai strategi atau siasat, yaitu urutan langkah operasional mental tertentu untuk menentukan penyelesaian, strategi atau siasat itu termasuk pengetahua prosedual dan sekali telah menjadi milik seseorang, dalam penerapannya tidak diseratai taraf kesadaran yang tinggi. Di antara strategi itu ada yang dapat dipergunakan secara luas karena tidak terikat pada bidang ilmu atau bidang studi tertentu, ada pula yang bersifat spesifik karena terikat pada bidang tertentu. Siasat yang bersifat umum ada yang bercirikan membatasi pencarian pemecehan bilamana kelihatannya terdapat banyak sarana untuk sampai pada penyelesaian soal, ada pula yang bercirikan memperluas pencarian pemecehan bila sarana yang telah dipertimbangkan tidak membawa hasil yang diharapkan. Strategi yang bersifat spesifik berkaitan erat dengan cara merepresentasikan problem dalam ingatan kerja dan dengan pengetahuan serta pemahaman terstruktur yang dimiliki oleh seseorang. Bilamana orang dihadapkan pada problem yang pemecahannya sudah diusahakan melalui berbagai jalan rutin dan belum ditemukan, disarankan, untuk memperluas pencarian pemecahan. Dua cara yang dapat digunakan ialah berpikir melalui analogi dan merencanakan secara spontan usul banyak mengenai jalan yang dapat ditempuh (brainstroming).

(19)

mencoba-coba saja. Namun, di sini pun disuga kuat bahwa kualitas usul-usul yang diajukan berkaitan dengan kuantitas pengetahuan deklaratif yang dimiliki seseorang.

E. Fungsi Kognitif Bagi Pribadi Siswa

Melalui fungsi kognitif manusia menghadapi objek dalam bentuk representif yang menghadirkansemua objek itu dalam kesadaran. Hal ini paling jelas nampak dalm aktivitas mental berpikir.

1. Tarif inteligemsi daya kreativitas. Istilah “intelegensi” dapat diartikan dengan dua cara, yaitu:

a. Arti luas: kemampuan untuk mencapai prestasi, yang di dalamnya berpikir memegang peranan.

Prestasi itu dapat diberikan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pergaulan sosial, teknis, perdagangan, pengatyran rumah tangga dan belajar di sekolah

b. Arti sempit: kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah, yang didalamnya berpikir

memegang peranan pokok. Intelegensi dalam arti ini, kerap disebut “kemampuan intelektual” atau “kemampuan akademik”.

Didalam intelegensi terdapat beberapa komponen, seperti intelegensi sosial, intelegensi praktis, intelegensi teoritis. Berbagai komponen itu tidak berperan sama besar dalam memberikan prestasi di berbagai kehidupan, misalnya dalam pergaulan sosial komponen intelegensi sosial berperan lebih banyak. Komponen atau unsur itu juga tidak sama-sama kuat dalam intelegensi yang dimiliki seseorang; pada orang A komponen intelegensi lebih kuat. Maka, mungkin aja bahwa siswa A berprestasi lebih tinggi dalam sebuah bidang studi yang menuntut banyak pemikiran teoritis, sedangkan siswa B berperstasi lebih tinggi dalam banyak bidang studi yang bersifat praktis (perbedaan inter-individual). Bahkan, siswa C mungkin lebih tinggi dalam banyak bidang studi yang kedua (perbedaan antar-individual).

Mengenai hakikat intelegensi, belum ada kesesuaian pendapat di antara para ahli. Variasi dalam pendapat nampak bila pandangan ahli yang satu dibandingkan dengan pendapat ahli yang lain, khususnya pendapat dari:

a) Terman: intelegensi adalah kemampuan untuk berpikir abstrak.

b) Thorndike: intelegensi adalah kemampuan untuk menghubungkan reaksi tertentu dengan

(20)

c) Spearman: intelegensi merupakan hasil perpaduan antara faktor umum dan sejumlah faktor

khusus. Faktor umum (faktor g) berperan dalam semua bentuk berprestasi, sedangkan faktor-faktor khusus berperan dalam suatu bentuk prestasi tertentu, seperti berkemampuan bahasa, bekemampuan matematis.

d) Thurstone: intelegensi merupakan kombinasi dari berbagai kemampuan dasar (primary abilities).

Kemampuan yang bersifat dasar itu disebut “faktor-faktor utama” dan berjumlah tujuh, yaitu faktor bilangan, ingatan, penggunaan bahasa, kelancaran kata-kata, pemecahan problem, kecepatan dan ketepatan dalam mengamati, pengamatan ruang, variasi dalam corak intelegensi pada orang-orang timbul karena variasi dalam perpaduan di antara semua faktor itu.

e) Guilford: intelegensi merupakan perpaduan dari banyak faktor khusus. Dibedakan antara

dimensi intelegensi: operasi intelektual, materi bagi operasi intelektual, produk yang diperoleh sebagai hasil dari operasi tertentu terhadapt materi tertentu.

f) Wechsler: intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak dengan mencapai suatu tinjauan,

untuk berpikir secara rasional dan untuk berhubungan dengan lingkungan secara efektif.

g) Binet: intelegensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan,

untuk mengadakan penyususnan dalam rangka mencapai tujuan itu dan untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri.

h) Gardner: mengembangkan pandangan bahwa terdapat beberapa macam intelegensi yang dapat

dibedakan yang satu dari yang lain. Dia mencatat bahwa kerusakan pada bagian otak tertentu mengakibatkan gangguan terhadap intelegensi yang satu, tetapi tidak terdapat intelegensi yang lain. Di samping itu, dikemukakannya bahwa orang kerap mencolok dalam satu intelegensi, tetapi tidak menunjukan kemmapuan tinngi dalam intelegensi yang lain. Jumlah intelegensi yang disebutkan adalah tujuh, yaitu kemampuan dlam berbahasa; kemampuan dalam berpikir secra logis atau matematika; kemampuan dalam pengamatan ruang; kemampuan dalam produksi dan ekspresi musik; kemampuan dalam mengontrol gerak jasmani; kemampuan dalam bergaul dengan orang lain; kemampuan dalam mengenal diri sendiri.

i) Sternberg: mengemukakan pandangan yang dikenal dengan nama: Teori triarkhis mengenai

(21)

memungkinkan akan berhasil, untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan itu dan untuk mengadakan perubahan terhadapt lingkungan itu bila perlu.

Torrance telah mengembangkan dua macam tes kreativitas, yang satu verbal dan yang lain grafis. Dalam tes yang pertama subjek dituntut mengerjakan berbagai soal dengan menggunakan bahasa, misalnya memikirkan dan menyebutkan sebanyak mungkin cara memanfaatkan sebuah kaleng bekas. Dalam tes yang kedua subjek disuruh untuk mengerjakan beberapa tugas tanpa menggunakan bahasa, misalnya membuat sejumlah gambar yang masing-masing membuat dua garis vertikal yang paralel. Semua soal/tugas itu diberi skor tiga komponen, yaitu orisinalitas (sangat sedikit orang menghasilkan pikirkan seperti itu), variasi (beberapa jumlah jawaban yang berbeda), dan fleksibilas (beberapa jumlah golongan jawaban yang berbeda).

Yang terakhir ini adalah kemampuan untuk berhasil di sekolah menengah umum. Semakin tinggi kemampuan belajar, samakin besar kemungkinan untuk berhasil di jenjang itu dengan taraf keberhasilan yang semakin tinggi pula.

Bakat khusus merupakan kemampuan yang menonjol disuatu bidang tertentu, misalnya dibidang studi matematika atau bahasa asing. Orang sering berpendapat, bahwa semua bakat khusus merupakan sesuatu yang langsung diturunkan oleh orang tua, misalnya bakat khusus dibidang matematika diperoleh oleh orang tua melalui proses generasi biologis.

Hanya dalam bakat khusus terdapat pengaruh keturunan yang lebih langsung, yaitu bakat dibidang musik, berbicara bahas asing dan disatu dua bidang olahraga. Namun, yang terakhir ini pun tak akan nampak jelas pada awal pada masa remaja, karena baru pada masa itu anak telah memperoleh cukup banyak pengalaman, sehingga terbentuk suatu bakat khusus.

Organisasi kognitif menunjuk pada materi yang sudah dipelajari, disimpan dalam ingatan; apakah tersimpan secara sistematis atau tidak. Hal ini sangat bergantung pada cara materi dipelajari dan di olah; makin mendalam dan makin sistematis pengolahan materi pelajaran, makin baiklah taraf organisasi dalam ingatan itu sendiri. Kalu semua itu tersimpan dalam ingatan secara terorganisasi, siswa berkemampuan belajar lebih besar dari pada siswa yang telah mempelajari banyak hal, tetapi tidak pernah menciptakan suatu bebtuk organisasi yang serasi dalam ingatan.

(22)

sekurang-kurangnya bahasa tertulis. Mengingat kaitan yang ada antara berpikir yang tepat dan berbahasa yang benar, maka tidak mengherankan bahwa siswa yang kurang mampu berbahasa, tertinggal dibelakang dibanding dengan siswa yang berbahasa baik.

Daya fantasi berupa aktifitas kognitif yang mengandung banyak pikiran dan sejumlah tanggapan. Yang bersama-sama menciptakan sesuatu dalam alam kesadaran. Dalam alam fantasi orang tidak hanya menghadirkan kembali hal-hal yang pernah diamati, tetapi menciptakan sesuatu yang serba baru. Misalnya, tanggapan “semut sebesar gajah” bukanlah sesuatu yang pernah diamati, meskipun materi untuk tanggapan itu, yaitu semuat dan gajah, berasal dari pengalam sensorik yang konkret. Dalam alam fantasi semuanya mungkin saja terjadi, karena subjek bebas dari keterikatan pada realitas fisik; dengan demikina terciptalah hal-hal yang imaginatif.

Dibedakan antara fantasi yang disadari dan yang tidak disadari. Misalnya, seorang sastrawan yang mengarang kisah roman, bergerak dalam alam fantasi secara sadar, sedangkan seorang anak kecil yang menceritakan sesutau yang sebenarnya tidak terjadi, bergerak dalam alam fantasi tanpa menyadari hal itu.

Daya fantasi mempunyai kegunaan kreatif, antipasif, rekreatif dan sosial. Fantasi dapat berguna dalam menciptakan sesuatu yang baru (kreasi), dalam membayangkan kejadian mendatang dan mempersiapkan diri menghadapi kejadian itu (antisipasi), dalam melepaskan diri dari ketengangan hidup sehari-hari (rekreasi) dan dalam menempatkan diri dalam situasi hidup orang lain (sosial). Dalam pendidikan sekolah, daya fantasi dapat membantu siswa pula, misalnya dalam rangka kegiatan ekspresi (kreasi) dan bidang studi ilmu sosial seperti geografi dan sejarah (sosial).

Gaya belajar merupakan cara belajar yang khas dari siswa. Gaya belajar mengandung beberapa komponen, antara lain gaya kognitif dan tipe belajar. Gaya belajar kognitif adalah cara khas yang digunakan seseorang dalam mengamati dan beraktivitas mental dibidang kognitif. Cara khas ini bersifat sangat individual yang kerap kali tidak disadari dan, sekali terbentuk, cenderung bertahan terus. Dewasa ini dibedakan empat gaya kognitif yaitu:

a. Kecenderungan untuk mengamati dan berpikir secara analitis. Sesuatu yang dipelajari ditinjau

(23)

b. Ketahanan terhadap kecenderungan untuk meninggalkan arah atau cara yang telah dipilih dalam

mempelajari sesuatu. Sekali dipilih suatu cara yang dinilai tepat, apakah cara itu mudah ditinggalkan untuk diganti dengan cara lain yang nampaknya lebih mudah, tetapi sebenarnya kurang tepat.

c. Luas sempitnya pembentukan pengertian (konseptualisasi); apakah seseorang cenderung untuk

mebentuk konsep-konsep yang luas atau yang lebih terbatas. Yang pertama mencakup banyak hal sekaligus, yang kedua mencakup beberapa hal saja.

d. Kecenderungan untuk sangat memperhatikan perbedaan antara objek atau kurang

memperhatikannya. Hal ini terutama menyangkut pengamatan yang dalam belajar dapat memegang peranan penting.

Kecenderungan ini mungkin dipengaruhi oleh gaya kognitif yang mendasarinya, yaitu bereaksi dengan sangat cepat, namun kurang tepat (implusif). Dengan meningkatkan umur anak pada umumnya menjadi lebih reflektif, namun anak yang sejak umur muda cenderung bereaksi dengann ceoat tidak akan berbalik menjadi orang yang bereaksi reflektif. Siswa yang cenderung untuk terlalu implusif dalam bersepsi dan mengerjakan sutau tugas belajar, harus dibantu untuk bekerja dengan lebih lambat, misalnya dengan menganjurkan supaya membaca soal dalam secara teliti dan menjawabnya secara terencana.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di nagari Sako Utara Pasia Talang Kecamatan Sungai Pagu, maka untuk menyangkut kesenian tradisional gandang sarunai

Hasil pemeriksaan pendahuluan isolat SA-DE-2 dengan melihat bercak berwarna ungu gelap dibawah sinar UV dan berubah menjadi kuning dengan uap amonia, serta adanya serapan

Gambar 4.6 Perbandingan kemampuan kinerja siswa pada self assessment, penilaian observer, dan peer assessment dalam tahapan persiapan praktikum .... 60 Gambar 4.7

Ada pengaruh yang positif dan signifikan variabel keragaman produk, dan kualitas pelayanan terhadap loyalitas konsumen pada minimarket Indomaret di wilayah Kecamatan Kota

Winlog Web Server memungkinkan pembuatan aplikasi SCADA yang dapat langsung diakses dari !nternet Client menggunakan web browser  yang sederhana, sehingga memberikan

sebab itu perlindungan hukum yang diberikan kepada kreditur adalah berupa perlindungan hukum preventif yang mana hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kredit

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa mata pelajaran PKn tentang sistem pemerintahan kelas IV MI Mambaul Ulum Karangpoloso

Terdapat 5 jurnal yang relevan dengan penelitian namun belum belum ada kajian yang spesifik mengenai sub spesies yang teridentifikasi dengan isolasi allopatrik yang