• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENANGKARAN BERBAGAI JENIS BURUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "UPAYA PENANGKARAN BERBAGAI JENIS BURUNG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENANGKARAN BERBAGAI JENIS BURUNG

OLEH MASYARAKAT DI KOTA BANDUNG DAN SEKITARNYA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Keanekaragaman Hayati

Dosen :

Prof. Johan Iskandar, M.Sc., Ph.D.

Program Studi Magister Ilmu Lingkungan

Oleh :

ZUMRODI NPM. : 250120150017

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PADJADJARAN

(2)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Terdapat sekitar sepuluh ribu spesies burung yang telah diketahui di seluruh dunia. Diantara berbagai jenis hewan, burung merupakan jenis hewan yang paling mudah dijumpai, mulai dari gurun pasir sampai dengan pesisir, mulai dari panasnya katulistiwa sampai dengan dinginnya kutub utara. Burung juga dengan mudah ditemui di kawasan pedesaan, pegunungan sampai dengan padatnya perkotaan. Dari berbagai jenis hewan yang dikenal manusia, burung merupakan salah satu spesies yang secara turun temurun telah diketahui dengan baik karena terkait dengan beragam manfaat yang diberikan. Burung berperan sebagai sumber bahan pangan, sarana komunikasi, penyerbukan tanaman dan juga hewan peliharaan yang mempercantik suasana sebuah hunian. Selain itu burung juga merupakan agen biologi penting sebagai pengontrol berbagai hama, seperti misalnya tikus dan ulat.

Secara umum burung berperan penting dalam siklus ekologi, khususnya rantai makanan. Akan tetapi dalam beberapa abad terakhir, kegiatan industri dan berbagai kegiatan manusia (antropogenik) telah merusak hampir seluruh habitat berbagai jenis burung dan menyebabkan terjadinya gangguan kesimbangan alam. Diketahui bahwa berbagai jenis burung telah punah serta ratusan jenis lainnya dalam kondisi terancam dan terdampak secara langsung atau tidak langsung dari kegiatan manusia.

Ornitologi (ilmu tentang burung) telah memiliki peran yang penting dalam perkembangan berbagai aspek ilmu pengetahuan. Burung telah memberikan ketertarikan yang luar biasa, melebihi ketertarikan pada berbagai jenis hewan yang lain. Burung telah menarik minat tidak hanya bagi akademisi akan tetapi juga paraktisi yang secara amatir mengamati perubahan dan perkembangan dan turut berperan terhadap ornitologi itu sendiri. Melihat arti penting burung dalam perencanaan konservasi dan kajian lingkungan, diperlukan pemahaman ekologis yang lebih baik tentang peran komunitas peminat burung bagi pembuatan kebijakan konservasi secara umum. Secara luas dipahami bahwa upaya konservasidan kecenderungan tekanan populasi terhadap lahan merupakan salah satu indikator dari kualitas hidup. Lebih dari itu, berbagai jenis burung secara khusus telah diajukan sebagai salah satu indikator potensial terhadap perubahan lingkungan yang erat kaitannya dengan penggunaan lahan. Lebih jauh, burung telah menjadi objek kajian yang luas dalam studi konservasi dan keanekaragaman hayati.

(3)

keseluruhan, kedua faktor tersebut menjadi penyebab utama terancamnya berbagai spesies burung (Owens & Bennet dalam Ali Tabur, 2004).

Burung memiliki peran yang dangat krusial dalam penyebaran berbagai jenis tumbuhan. Mereka mencari pakan dengan memakan berbagai jenis buah buahan dan secara tidak langsung biji buah buahan tersebut akan tersebar dimana burung itu berada. Bersama dengan kotoran burung tersebut, biji buah buahan seperti mendapat pupuk alami yang berperan dalam perkecambahan biji diawal pertumbuhan. Berbagai jenis burung telah diketahui memiliki keterkaitan erat dengan spesies tumbuhan tertentu. Sebagai contoh, tumbuhan hutan dan semak memiliki buah yang menarik bagi burung. Selain itu beberapa jenis burung pemakan madu juga dikenal berperan dalam proses penyerbukan tanaman.

1.2 Kepunahan burung dalam habitat

Ekosistem terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Terdapat interaksi yanga intensif diantara kedua komponen tersebut. Akan tetapi, keberadaan dan intervensi manusia telah mempengaruhi hubungan dan interaksi tersebut. Kecenderungan yang terjadi, intervensi manusia memberikan dampak negatif yang lebih besar terhadap kesimbangan eksosistem. Sebagai contoh, secara tidak langsung, kerusakan habitat merupakan faktor utama yang menyebabkan penururnan kekayaan keanekaragaman hayati. Tekait dengan kompleksitas pengukurannnya, kecenderungan perubahan keanekaragaman hayati terkadang diamati melalui pengawasan laju dan besaran kepunahan spesies dalam habitat. Selanjutnya, respon spesies terhadap terjadinya kerusakan habitat merupakan isu sentral dalam upaya konservasi biologi dan keanekaragaman hayati (Mikusinki & Angestam, dalam Ali Tabur, 2004).

Ambang kritis kerusakan habitat telah menjadi kajian dalam berbagai pemodelan teoritis. Dua jenis batas ambang telah menjadi perhatian dalam kajian tersebut. Pertama,

fragmentasi ambang, dimana fragmentasi habitat mungkin berpengaruh terhadap kelangsungan populasi. Kedua, ambang kepunahan, dimana habitat dalam jumlah minimum menjadi pemicu kepunahan populasi (Mikusinki & Angestam, dalam Ali Tabur, 2004). II. PERMASALAHAN DAN TUJUAN

2.1 Permasalahan

(4)

perusakan hutan, erosi dan banjir. Selain itu eliminasi atau propagasi/peningkatan suatu spesises hewan dan tumbuhan tertentu dapat menjadi penyebab perubahan ekosistem alam.

Pertanian membawa dampak terhadap keanekaragaman hayati dalam dua cara. Pertama melalui alih fungsi dan pembersihan lahan yang memicu terjadinya frgamentasi dari habitat yang tersisa, polusi dan beberapa jenis gangguan lainnya. Kedua adalah penurunan keanekaragaman hayati akibat kegiatan intensifikasi sistem pertanian, yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan produktifitas. Burung dalam hal ini merupakan spesies yang paling terancam akibat kedua hal tersebut. Burung secara perilaku, penyebaran, dan perhitungan jejak populasi terkait erat secara temporal dan spasial dengan perubahan sitem pertanian. Aktivitas mereka dalam mencari makan, mencari pasangan dan membuat sarang sangat dipengarui oleh perubahan habitat pertanian. Burung secara luas telah digunakan sebagai indikator bagi perubahan lingkungan, dan peningkatan intensitas pertanian sangat berkaitan dengan terjadinya penurunan populasi berbagai jenis burung di Eropa, Amerika Utara, Afrika dan Asia (Donald & Evans, dalam Ali Tabur, 2004).

Ketika sebuah ekosistem alami seperti misalnya hutan dan rawa mengalami kerusakan, peran ekologis burung dengan serta merta menghilang. Dalam banyak kasus, ternyata penurunan populasi burung di alam tidak terkait langsung dengan kehilangan habitat alaminya. Kegiatan seperti eksploitasi (perburuan), introduksi spesies baru, penyakit, dan beberapa faktor lainnya menjadi penyebab lain menurunnya populasi. Selanjutnya, penurunan populasi ini disertai dengan kehilangan peran burung dalam menyediakan jasa ekosistem. Dalam beberapa dekade mendatang diperkirakan laju penurunan populasi dan kepunahan burung akan meningkat, seiring dengan semakin intensnya perubahan iklim di sisi lain.

Perburuan liar burung di alam tejadi karena tingginya permintaan akan burung sebagai bagian dari hobi dan aktivitas. Menjadi penting upaya penangkaran burung sebagai langkah lain dari penyediaan burung bagi komunitas pecinta burung (kicau mania). Sampai saat ini posisi penangkar burung masih belum memiliki peran yang nyata dalam sirkulasi dan distribusi burung oleh para kicau mania. Mereka masih tersisih oleh para importir dan juga pehobi yang sebatas memelihara burung. Berkaitan dengan hal itu maka, melalui kajian ini dilakukan penggalian informasi tentang upaya penangkaran berbagai jenis burung di Bota Bandung dan sekitarnya.

2.2 Tujuan

Kajian tentang upaya penangkaran berbagai jenis burung di kota bandung dan sekitarnya ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui permasalahan dan potensi penangkaran berbagai jenis burung di kota bandung dan sekitarnya.

(5)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Demi mengetahui permasalahan dan potensi penangkaran berbagai jenis burung dan untuk selanjutnya dapat memberikan masukan bagi pengelolaan penangkaran burung terkait dengan upaya konservasi keanekaragaman hayati, dilakukan penggalian data melalui wancara terstuktur kepada sejumlah responden di Kota Bandung dan sekitarnya.Wawancara terhadap penangkar dan pelaku kicau mania dilakukan dalam kegiatan Lomba Burung Berkicau Piala Rektor Unpad 2016 yang berlangsung di Kampus Unpad Jatinangor Jawa Barat pada tanggal 1 Mei 2016. Dalam kajian ini dilakukan wawancara terstruktur kepada 5 (lima) responden yang merupakan pemerhati burung sekaligus penangkar burung di wilayah Kota Bandung dan sekitarnya. Selain wawancara terhadap para peminat kicau mania, eksplorasi data juga dilakukan di kawasan Kelurahan Cipageran, Kota Cimahi, dalam rangka menggali data sistem penangkaran yang dilakukan responden.

Tabel 3.1 Data latar belakang responden penangkar burung

No Nama Umur (th) Pendidikan Pekerjaan Alamat

1 Bp. Panji 32 S1 Ekonomi

Unpad

Wiraswasta Babakan Ciparay Kota

Bandung

2 Bp. Dinar 37 D3 Wiraswasta Lembang, Kab.

Bandung Barat

3 Bp. Chrisviantono S 53 SMA Wiraswasta Komp. Manglayang

Sari Kota Bandung

4 Bp. Wandi 46 S1 Pengusaha Jl. Otista Kota

Bandung

5 Bp. Edy Subandi 58 D3 ITB PLN Serang, Banten

Secara latar belakang pendidikan responden, 4 orang telah menempuh pendidikan tinggi (D3 atau S1), dan 1 orang berpendidikan setingkat SMA. Pekerjaan responden sebanyak 3 orang wiraswasta, yang bergantung kepada kegaitan penangkaran burung. Satu orang responden merupakan pengusaha yang tidak memiliki ketergantungan pendapatan dari kegiatan penangkaran. Satu orang responden merupakan pegawa pada badan usaha milik negara. Dari pendidikan dan pekerjaan responden terlihat bahwa, penangkar burung memiliki latar belakang yang beragam, tidak spesifik pada satu bidang ataupun pendidikan. Dengan pendidikan yang relatif tinggi diperkirakan responden memiliki kemampuan problem solving

(6)

Tabel 3.2 Data aktivitas penangkaran responden

Murai batu Tangkapan alam Kurang dari

10 ekor

Tidak pasti Barter sesama hobi

burung

Menurut data aktivitas peangkaran, hasil wawancara menunjukan 4 responden menangkarkan burung jenis love bird, 1 responden menangkarkan burung jenis murai batu. Selain itu satu responden pernah menangkarkan beberapa jenis burung seperti cucak rowo, kenari dan anis merah. Alasan mereka yang menangkarkan love bird adalah harga yang semakin kompetitif dan semakin banyak peminat. Selain itu penangkaran love bird relatif lebih mudah dilakukan. Berseberangan dengan hal ini, penangkaran berbagai jenis burung yang lain seperti cucak rowo, kenari dan anis merah seakan ditinggalkan karena tingkat kesulitan dan resiko kegagalan yang tinggi. Meski demikian penangkaran berbagai jenis burung ini masih di lakukan oleh salah satu responden (Bp Edy Subandi), dengan alasan harga jual yang sangat menguntungkan.

(7)

menyebutkan bahwa dalam beberapa tahun lampau, stok indukan beberapa jenis burung dapat dipenuhi dari seputaran Bandung Raya seperti dari Ciwidey, Cililin, Garut dan Sumedang.

Gambar 3.1 Salah satu responden penangkar Love bird (Bp Panji, kiri)

Hasil wawancara terhadap responden menunjukan bahwa penangkar mampu menghasilkan anakan layak jual dalam jumlah yang mencukupi. Dengan produksi per penangkar antara 10 sampai dengan 25 ekor per minggu, sebenarnya belum mampu mencukupi kebutuhan para kicau mania akan burung yang berkualitas. Akibat terbatasnya kegiatan penangkaran, ketergantungan suplai dari tangkapan alam dan burung impor masih sangat tinggi. Perhatian lebih harus diberikan kepada jenis burung yang diperoleh secara impor maupun sari daerah lain. Potensi terjadinya penyebaran penyakit, kompetisi dengan burung endemik, dan munculnya spesies invasif apabila terlepas di alam menjadi beberapa alasan.

Tabel 3.3 Data permasalahan penangkaran

No Nama Alasan

Tergantung jenis yang

ditangkarkan, saat ini

(8)

Dalam menjalankan kegiatan penangkaran, 4 responden menyebutkan penyaluran hobi sebagai alasan. Selanjutnya satu orang (Bp. Dinar) menyebutkan dengan tegas bahwa kegiatan penangkaran merupakan salah satu usaha menambah pendapatan keluarga. Sebagian besar responden memiliki pengalaman yang panjang (lebih dari 5 tahun) yang dangat mendukung kesuksesan dalam pengelolaan penangkaran. Akan tetapi, beberapa kendala menjadi ancaman yang terkadang sangat serius. Beberapa kendala pengelolaan penangkaran burung adalah keamanan (maling), perubahan cuaca yang tidak menentu, penyakit dan kesulitan bahan pakan dan obat. Kendala keamanan sebenarnya dalam satu sisi menggambarkan adanya kesenjangan supplay dan demand, dimana pemenuhan kebutuhan burung melalui penangkaran, tangkapan alam dan impor belum mampu mencukupi minat kicau mania. Akibatnya beberapa pihak tertentu menyalahgunakan kesempatan dengan melakukan kejahatan. Terkait dengan kendala cuaca, pakan dan obat-obatan, umumnya terjadi pada spesies burung impor seperti love bird dan parkit, yang notabene memiliki habitat asli yang jauh berbeda dengan kondisi di Bandung Raya sehingga memerlukan proses aklimatisasi dan adaptasi.

Menghadapi kendala cuaca, salah satu solusi dalam hal ini adalah memprioritaskan pengembangan penangkaran bagi berbagai spesies asli (endemik) Indonesia, sehingga kondisi alam bukan merupakan faktor pembatas. Saat ini penangkar terfokus pada beberapa spesies asing (impor) seperti Love bird (Agapornis spesies), Parkit (Canuropsis spesies) dan Kenari

(Serinus canarius). Spesies asli Indonesia seperti Murai batu (Copsychus malabaricus), Cucak rowo (Pycnonotus zeylanicus) dan Anis merah (Zoothera citrina) karena berbagai alasan seperti kurang mendapat perhatian. Selain itu ribuan spesies asli Indonesia lainnya juga menanti untuk dikembangkan melalui penangkaran sebagai salah satu usaha memenuhi kebutuhan kicau mania, yang secara tidak langsung merupakan upaya konservasi biologi dan keanekaragaman hayati dan tentunya akan mengurangi perburuan liar di alam.

(9)

Tabel 3.4 Data jenis burung tangkaran responden

No Jenis burung Status Asal Keterangan

1) Love bird

(Agapornis

spesies)

Melimpah Afrika Merupakan

burung bersifat

Melimpah Australia Sebagian sub

spesise parkit

(10)

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang dilakukan dalam kajian upaya penangkaran berbagai jenis burung di kota bandung dan sekitarnya, diperoleh kesimpulan :

1. Peran kegiatan penangkaran terhadap pemenuhan kebutuhan burung bagi para kicau mania masih sangat terbatas, akibat terbatasnya kegiatan penangkaran, ketergantungan suplai dari tangkapan alam dan burung impor masih sangat tinggi. 2. Masih maraknya suplai dari tangkapan alam berpotensi menggangu keseimbangan

ekosistem dengan semakin turunnya populasi dan kerentanan terhadap kepunahan berbagai jenis burung, akibatnya kita kehilangan fungsi burung dalam menyediakan berbagai bentuk jasa ekosistem seperti penyerbukan, penyebaran berbagai spesies tanaman dan juga pengendalian hama.

3. Diperlukan dukungan para pihak yang berkepetingan (pemerintah, akademisi, swasta misalnya perusahaan pakan) dalam kegiatan penangkaran melalui berbagai bentuk bantuan keilmuan, pendanaan, kemudahan berusaha, maupun sistem penjualan, sebagai salah satu langkah konservasi keanekaragaman hayati.

Referensi :

Ali Tabur, Mehmet & Avyvas, Yusuf, (2004). Ecological Importance of Birds,

Suleyman Demirel University, Science and Art Faculty, Biology Departement. Isparta, Turkey.

Clout, M.N & Hay, J.R. (1989). The importance of birds as browsers, pollinators and seed dispersers in new zealand forests, dalam New Zealand Journal of Ecology, Vol 12.Ecological Division, DSIR, New Zealand

Green, Andy J & Elmberg, Johan. (2008). Ecosystem services provided by waterbirds.

Departement of Wetlands Ecology. Sevilla, Spain

Niemi, Gerald, et al. (2000). Ecological Sustainability of Birds in Boreal Forest.

Natural Resources Research Institute and Department of Biology, University of Minesota, USA.

Gambar

Tabel 3.1 Data latar belakang responden penangkar burung
Tabel 3.2 Data aktivitas penangkaran responden
Tabel 3.3 Data permasalahan penangkaran
Tabel 3.4 Data jenis burung tangkaran responden

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil Uji t diatas dapat membuktikan bahwa terdapat pengaruh informasi akuntansi (Earning Per Share, Debt to Equity Rasio, dan Price to Book Value) secara

[r]

Dibanding kontrol, dengan tingkat kematian setelah 24iam hanya 7,5"/o telapi setelah 48 jam menjadi 15%' Dari pengamatan terhadap larvayang mati pada

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai tetap PemProv yang bekerja selama 5 (lima) tahun terakhir dan bekerja dari hari Senin sampai Jumat, yang berada pada

Sementara itu, Surengrana, salah seorang selir Panji yang menyaksikan kegelisahan Panji akan keselamatan Retna Sekar Taji segera menimpali : "Seandainya Paduka

Tujuan penelitian ini untuk menentukan faktor- faktor kunci keberhasilan sebagai strategi prioritas untuk pembangunan zona fasilitas umum penunjang pariwisata di Teluk

(3) Bagaimana Reklamasi pantai sebagai upaya pengembangan perekonomian pada Pantai Ria Kenjeran Surabaya dan Pantai Utara Lamongan persepektif Hukum positif dan

Ciri-ciri umum sembilan lokasi adalah garis pantai panjang dengan daerah intertidal yang cukup luas serta umumnya ditumbuhi lamun dengan kondisi daerah sekitar