• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PEMBANGUNAN DAERAH IRIGASI LOBUTUA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DAMPAK PEMBANGUNAN DAERAH IRIGASI LOBUTUA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PEMBANGUNAN DAERAH IRIGASI LOBUTUA

TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KECAMATAN

LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Dimpu O.P Aritonang*,Robinson Tarigan**, dan Agus Purwoko**

*Alumnus Program Studi PWD USU ** Dosen PWD SPs USU

Abstract: The objective of the research was to find out the impact of the

development of Lobutua irrigation area in Lintong Nihuta Subdistrict, Humbang Hasundutan District on the improvement of the productivity of irrigated field rice and the improvement of irrigated farmers’ income.The research used compare means test method (t-test). The data consisted of primary data obtained from irrigated rice field farmers and secondary data from the Regional Infrastructure Service of Humbang Hasundutan District, from the Central Bureau of Statistics of Humbang Hasundutan District, and from the agencies concerned. The samples were 80 families that consisted of 40 families of irrigated farmers and 40 families of non-irrigated farmers. The result of the research showed that the development of Lobutua Irrigated Area had positive impact on the improvement irrigated field rice productivity and the irrigated farmers’ income. The productivity of irrigated field rice and the irrigated farmers’ income per hectare/year was higher and more significant than that of non-irrigated farmers in Lintong Nihuta Subdistrict, Humbang Hasundutan District.

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adala untuk mengetahui dampak dari perkembangan daerah irigasi Lobutua di Lintong Nihuta Kecamatan, Humbang Hasundutan pada peningkatan produktivitas padi sawah irigasi dan peningkatan penelitian income petani irigasi digunakan bandingkan berarti cara uji (t-test). Data ini terdiri dari data primer yang diperoleh dari petani sawah irigasi dan data sekunder dari Dinas Prasarana Wilayah Humbang Hasundutan, dari Badan Pusat Statistik Humbang Hasundutan, dan dari instansi terkait. Sampel adalah 80 keluarga yang terdiri dari 40 keluarga petani irigasidan 40 keluarga petani non-irigasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan Lobutua Irigasi di Area memiliki dampak positif pada produktivitas sawah irigasi peningkatan dan pendapatan petani irigasi. Produktivitas padi sawah irigasi dan pendapatan petani irigasi'per hektar / tahun lebih tinggi dan lebih signifikan dibandingkan dengan petani non-irigasi di Lintong Nihuta Kecamatan, Humbang Hasundutan

Kata kunci: irigasi, produktivitas, pembangunan daerah.

PENDAHULUAN

Dimensi pengembangan wilayah telah menjadi bagian terpadu dalam kebijaksanaan dan perencanaan pembangunan nasional selama ini.Namun demikian, kendala utama yang terus menghambat keberhasilan upaya-upaya pengembangan wilayah adalah kesenjangan wilayah. Dengan latar belakang keadaan demografis, geografis, infrastruktur dan kemajuan ekonomi yang tidak sama, serta kapasitas sumberdaya manusia dan alam yang berbeda, maka salah satu konsekuensi logis dari pelaksanaan otonomi daerah

adalah adanya perbedaan kinerja pembangunan antar daerah yang menyebabkan kesenjangan kemajuan dan tingkat kesejahteraan antar daerah.

(2)

masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Untuk menuju kemandirian sebagai daerah otonom tersebut, pemerintah daerah harus mampu menggali semua potensi yang dimilikinya.Pemerintah daerah harus mampu mengidentifikasi tiga pilar pengembangan wilayah yang dimilikinya yaitu sumber daya alam, sumber daya manusia dan teknologi. Ketiga pilar tersebut harus diramu sedemikian rupa sehingga sumber daya manusia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dengan teknologi yang dimilikinya.

Salah satu potensi sumber daya alam yang dapat mendukung pembangunan adalah sumber daya air.Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh manusia sepanjang masa dan menjadi bagian dari kebutuhan dasar manusiawi yang sangat penting (Kodoatie, 2002).Air juga sangat diperlukan dalam pembangunan hampir disemua sektor, dari sektor pertanian dan perikanan, sarana dan prasarana, lingkungan sampai dengan pariwisata. Air dapat berguna sebagai air baku untuk air minum, air untuk irigasi dan air untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan mencuci. Keberlanjutan sumber daya air ini perlu dijaga mengingat manfaatnya yang sangat penting dalam kehidupan dan pembangunan.

Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 20 Tahun 2006 disebutkan bahwa pengertian dari irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Sistem irigasi terdiri dari prasarana irigasi, air irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi, dan sumber daya manusia.Irigasi merupakan tindakan campur tangan manusia dalam pengelolaan salah satu sumber daya berupa air untuk menunjang kebutuhan manusia khususnya di sektor pertanian dalam arti luas.

Pembangunan saluran irigasi untuk menunjang penyediaan bahan pangan nasional sangat diperlukan, sehingga

ketersediaan air di lahan akan terpenuhi walaupun lahan tersebut jauh berada dari sumber air permukaan (sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik irigasi yaitu memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat waktu dengan cara yang efektif dan ekonomis (Sudjarwadi, 1990). Komoditi prasarana dan sarana irigasi terhadap ketahanan pangan selama ini cukup besar yaitu sebanyak 84 persen produksi beras nasional bersumber dari daerah irigasi (Hasan, 2005).

Perlunya alokasi sumber daya air (irigasi) pada lahan sawah terkait dengan kinerja pengelolaan air irigasi pada level usaha tani yang masih jauh dari optimal, bahkan cenderung masih boros, sementara itu kehilangan air yang terjadi di saluran irigasi juga sulit diatasi. Kondisi ini merupakan salah satu penyebab utama rendahnya realisasi areal tanam dan panen padi pada musim tanam pertama dan terlebih pada musim tanam kedua, yang bermuara pada rendahnya perolehan produksi (Fagi, 2002). Dari hasil penelitian Saptana dkk (2001) terungkap bahwa simpul kritis dalam pengelolaan air irigasi mencakup 8 (delapan) aspek, dimana salah satunya adalah sistem jaringan irigasi.

Secara jelas tujuan ekonomis yang ingin dicapai dari pembuatan irigasi adalah untuk memenuhi permintaan produksi pangan akibat kenaikan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan sosial telah dilakukan upaya peningkatan produktivitas melalui Program Intensifikasi Pertanian dan pengembangan luas tanam, yaitu dengan cara meningkatkan intensitas tanam dan atau program pencetakan sawah baru. Untuk menunjang dua pendekatan tersebut diperlukan penyediaan air irigasi yang mencukupi melalui proyek irigasi, baik proyek irigasi baru maupun proyek rehabilitasi. Dengan adanya proyek irigasi tersebut akan menaikkan areal tanam padi yang selanjutnya akan menaikkan jumlah produksi tanaman padi (Tobing, 1993).

(3)

pengairan itu dan kebutuhan air untuk pertanian. Air yang di salurkan ke sawah melalui sistem jaringan yang terdiri atas saluran-saluran air denganbangunan pengendali.Kapasitas irigasi dalam kaitanya dengan ketersediaan air untuk tanaman padi dapat dikaji melalui permasalahan irigasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap pengelolaan air irigasi. Ketersediaan air irigasi untuk tanaman padi sawah banyak di pengaruhi oleh beberapa faktor kondisi tanah, jenis tanaman, iklim, topografi, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.

Tanaman padi merupakan tanaman yang banyak membutuhkan air, khususnya pada saat tumbuh mereka harus selalu tergenangi air.Agar produktivitas padi dapat efektif dalam satu satuan luas lahan, maka dibutuhkan suplay air yang cukup melaui irigasi.Irigasi merupakan prasarana untuk meningkatkan produktifitas lahan dan meningkatkan intensitas panen pertahun.Tersedianya air irigasi yang cukup terkontrol merupakan input untuk meningkatkan produksi padi.

Pembangunan jaringan irigasi memerlukan danayang tidak sedikit, sehingga akan membebani anggaran/ budget pemerintah. Kegiatan investasi ini tidak akan sia-sia apabila mampu mendatangkan benefit bagi masyarakat secara keseluruhan. Benefit tersebut antara lain berupa terjadinya peningkatan produksi beras, sehingga akan menjamin ketersediaan pangan bagi rakyat Indonesia. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah terjadinya peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani idealnya.

Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan salah satu penyangga pangan di Wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan luas baku sawah 25.239 Ha. Keseluruhan daerah Irigasi yang ada berjumlah 151 buah, dengan luas total areal adalah 5.303 Ha. Di Kecamatan Lintong Nihuta sendiri terdapat 21 Daerah Irigasi dengan luas baku sawah 2.886 Ha. Dari dua puluh satu daerah irigasi di Kecamatan Lintong Nihuta, salah satunya adalah Daerah Irigasi Lobutua dengan luas 150 Ha (Dinas Prasarana Wilayah Kab. Humbang Hasundutan).

Pembangunan daerah irigasi merupakan upaya Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dalam meningkatkan

produksi padi. Produktivitas padi sawah di Kabupaten Humbang Hasundutan rata-rata sebesar 3-4,5 ton/ha/panen, masih lebih rendah dari potensi varietas unggul sebesar 6-8 ton/ha/panen. Daerah irigasi memungkinkan tersedianya air sepanjang tahun, sehingga pola tanam padi sawah dapat dilakukan 2 kali dalam setahun.Namun kenyataannya disebagian besar Daerah Irigasi di Kabupaten Humbang Hasundutan, termasuk di Kecamatan Lintong Nihuta, pola tanam padi sawah masih 1 kali dalam setahun. Dengan produktivitas padi yang masih rendah menunjukkan manfaat dari irigasi secara ekonomi masih rendah, hal ini selanjutnya akan mempengaruhi nilai investasi pemerintah.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dilakukan pengkajian secara ilmiah terhadap Dampak Pembangunan Daerah Irigasi Lobutua dalam Pengembangan Wilayah di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan.

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah:

1. Bagaimana dampak pembangunan daerah Irigasi Lobutua terhadap peningkatan produktivitas padi sawah di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan.

2. Bagaimana dampak pembangunan daerah Irigasi Lobutua terhadap peningkatan pendapatan masyarakat petani padi sawah di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Lobutua dan Desa Pargaulan Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan. Penelitian dilakukan mulai bulan Oktober 2013 sampai dengan bulan Desember 2013.

Populasi dan Sampel

(4)

dari 100 maka diambil semua. Namun jika populasi lebih besar dari 100 maka dapat diambil 10-15%, atau20-25% atau lebih. Sampel ditentukan sebanyak sebanyak 40KK dari petani irigasi anggota P3A Halian Lobutua dan petani non irigasi sebanyak 40 KK dari petani non irigasi Desa Pargaulan sehingga diperoleh 80 responden.

Metode Analisis Data

Metode ana1isis data yang digunakan untuk menjawab hipotesis yaitu untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pembangunandaerah irigasi Lobutua terhadap produktivitas padi sawah dan pendapatan petani padi sawah di Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan, dilakukan uji t (t-test) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

+

1

thitung = X1 - X2

)

S12

n

(

-1

( ) (n2-1)S22

1

n+n2 -2

1

1

n +n12

Apabila t hitung <t table, maka Ho diterima dan

apabila t hitung >t tabel , maka H1 diterima.

HASIL

Gambaran Umum Wilayah PenelitianKabupaten Humbang Hasundutan

Kabupaten Humbang Hasundutan dibentuk berdasarkan Undang-undang No.9 Tahun 2003 tentangPembentukan Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten HumbangHasundutan.

Kabupaten Humbang Hasundutan berada di bagian tengah wilayah Propinsi Sumatera Utara terletak pada garis 2o 1’- 2o 28’ Lintang Utara dan 980 10’ - 980 58’ Bujur Timur. Menurut Surat Edaran Bupati Humbang Hasundutan Nomor 130/1647/Pem/XI/2007 tanggal 12 November 2007 bahwa luas wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan adalah lebih kurang 251.765,93 Ha.

Luas daratan sebesar 250.271,02 Ha dan 1.494,91 Ha luas danau. Kemiringan tanah yang tergolong datar hanya 11% landai sebesar 20% dan miring/ terjal 69%, serta mempunyai ketinggian 330-2.075 meter di atas permukaan laut.

Secara administratif pada saat ini Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri

dari 1 Kelurahan dan 153 Desa yang tersebar di 10 kecamatan.

Tabel 1. Luas Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan

Sumber:Kabupaten Humbang Hasundutan Dalam Angka, 2012

Kecamatan Lintong Nihuta

Kecamatan Lintong Nihuta adalah salah satu dari 10 kecamatan di wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan. Secara geografis Kecamatan Lintong Nihuta terletak antara: 2013’ – 2020’ Lintang Utara dan 98047’ – 98057’ Bujur Timur.

Secara administratif, Kecamatan Lintong Nihuta terdiri dari 22 desa dengan luas wilayah 18.126,03 Ha.Jumlah penduduk di Kecamatan Lintong Nihuta pada tahun 2011 adalah sebanyak 29.336 jiwa, yang terdiri dari 14.811 jiwa laki-laki dan 14.525 jiwa perempuan.

Kecamatan Lintong Nihuta merupakan daerah pedesaan, dengan sumber mata pencaharian utama masyarakatnya adalah pertanian. Pertanian yang dilakukan adalah pertanian lahan sawah dan lahan kering.

Karakteristik RespondenPetani

Petani padi sawah yang menjadi responden penelitian ini sebanyak 80 orang yang terdiri dari 40 orang petani irigasi dan 40 orang petani non irigasi.Sebanyak 70 % responden petani irigasi dan 77,50% petani non irigasi berumur 30–50 tahun, hal ini menunjukkan bahwa umur responden

No. Kecamatan Luas (Km2)

Rasio terhadapLuas

Kabupaten (%)

01. Pakkat 38.168,00 15,25

02. Onan Ganjang 22.256,27 8,89 03. Sijamapolang 14.018,07 5,60 04. Dolok Sanggul 20.929,53 8,36 05. Lintong Nihuta 18.126,03 7,24 06. Paranginan 4.778,06 1,91 07. Bakti Raja 2.231,91 0,89

08. Pollung 32.736,46 13,08

09. Parlilitan 72.774,71 29,08 10. Tarabintang 24.251,98 9,69

Jumlah 250.271,0

2 99,41

Danau 1.494,91 0,59

Jumlah 251.765,9

(5)

terdiri dari masyarakat yang cukup produktif dalam mengelola usaha tani padi. Selanjutnya 60,00 % responden petani irigasi dan 37,50% petani non irigasi berpendidikan SMA sederajat, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan responden terdiri dari masyarakat yang berpendidikan menengah atas dan cukup memiliki pengetahuan dalam mengelola usaha tani padi.

Sebanyak 62,50 % responden petani irigasi memiliki pengalaman bertani antara10–20 tahun. Petani non irigasi memiliki pengalaman bertani antara 10-20 tahunsebanyak 55.00% responden, hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani responden terdiri dari masyarakat yang telah memiliki kematangan dan pengalaman dalam mengelola usaha tani padi. Selanjutnya 75,00% % responden petani irigasi memiliki luas lahan antara 0,51 - 1,0 Ha dan 87,50% responden petani non irigasi memiliki luas lahan antara 0,51 - 1 Ha.

PEMBAHASAN

1. Rata-rata Penerimaan, Pengeluaran dan Pendapatan

Pada penelitian ini terdapat perbedaan sistim tanam antara petani irigasi dengan petani non irigasi. Sistim tanam petani irigasi adalah pengelolaan tanaman padi pada musim tanam I dan musim tanam II. Sedangkan untuk petani non irigasi memiliki sistim tanam yaitu tanaman padi pada musim tanam I dan pengelolaan tanaman palawija (tomat dan cabe) pada musim tanam II. Pada musim tanam II untuk petani non irigasi sebagian besar lahan tidak ditanami dan dibiarkan kosong sampai tiba waktunya untuk musim tanam I. Rata-rata penerimaan total yang mencakup penerimaan atas dasar produksi padi dan rata-rata pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran untuk biaya bibit, pupuk, pestisida, biaya tenaga kerja, PBB dan biaya iuran P3A dan pendapatan bersih per Ha petani irigasi dan petani non irigasi per musim tanam (MT).dapat dilihat pada Tabel 2. berikut ini.

Tabel 2 Rata-rata Pendapatan Total, Pengeluaran dan Pendapatan Bersih Petani Petani Irigasi dan Petani Non Irigasi per Ha/Musim Tanam Tanaman Padi (Rp)

Petani

Pendapatan Total

(Rp)

Pengeluaran/ Biaya Produksi

(Rp)

Pendapatan Bersih (Rp)

Irigasi 18.538.500 7.822.048 10.816,452 Non

Irigasi

17.592.250 7.665.518 9.926.732

Sumber : Data Primer diolah, 2013

Pada Tabel 2. menunjukkan bahwa petani irigasi memperoleh pendapatan bersih rata-rata Rp. 10.816.452,- per Ha/MT. Petani non irigasi memperoleh pendapatan bersih rata-rata Rp. 9.926.732,- per Ha/MT. Ini menunjukkan petani irigasi memperoleh pendapatan bersih rata-rata yang lebih besar dibandingkan petani non irigasi.

2. Uji Produktivitas Petani Irigasi dan Petani Non Irigasi

Untuk menguji adanya perbedaan produktivitas petani irigasi dan petani non irigasi adalah dengan membandingkan tingkat produktivitas petani irigasi dan petani non irigasi per Ha tanaman padi. Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ada perbedaan produktivitas petani irigasi dengan produktivitas petani non irigasi per Ha tanaman padi.

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak SPSSdiperoleh hasil pengujian seperti pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Hasil Uji Beda Perhitungan Produktivitas Per Ha/ Musim Tanam (MT) Petani Irigasi dan Petani Non Irigasi

Uraian Nilai

(kg/Ha) t-hitung sign

Produktivitas Petani Irigasi Produktivitas Petani Non Irigasi Perbedaan

5.595 5.315

280

4,848 0,000

(6)

Berdasarkan hasil Tabel 3. terlihat bahwa produktivitas per Ha/MT tanaman padi petani irigasi dan petani non irigasi menunjukkan adanya perbedaan. Untuk membuktikan hipotesis tersebut di atas maka dengan menggunakan analisis uji dua sampel dan dari statistik uji dua sampel diketahui bahwa nilai rata-rata produktivitas per Ha tanaman padi petani irigasi adalah 5.595 kg/Ha/MT dan nilai rata-rata produktivitas per Ha tanaman padi petani non irigasi adalah 5.315 kg/Ha/MT. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan sebesar 280 kg/Ha/MT.

Kesimpulan dari hasil uji dua sampel menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak atau hipotesis altenaty diterima yaitu terdapat perbedaan uji signifikan rata-rata produktivitas per Ha/MT tanaman padi petani irigasi dengan petani non irigasi. Dapat pula diketahui dari hasil perhitungan SPSS bahwa rata-rata produktivitas per Ha/MT tanaman padi petani irigasi lebih tinggi daripada rata-rata produktivitas per Ha/MT tanaman padi petani non irigasi. Hasil ini memberi arti bahwa pengelolaan tanaman padi menggunakan irigasi memberikan hasil yang lebih baik daripada pengelolaan tanaman padi secara non irigasi dari sisi produktivitas per Ha/MT.

3. Uji Pendapatan Petani Irigasi dan Petani Non Irigasi Per Musim Tanam

Untuk menguji adanya perbedaan pendapatan petani irigasi dan petani non irigasi dalam pengelolaan tanaman padi adalah dengan membandingkan tingkat pendapatan petani irigasi per Ha/ MT dan pendapatan petani non irigasi per Ha/ MT. Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ada perbedaan pendapatan petani irigasi per Ha/ MT dengan pendapatan petani non irigasi per Ha/ MT. Uji lanjutan yang dilakukan menentukan apakah perbedaan ini signifikan atau tidak.

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil pengujian seperti pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Hasil Uji Beda Perhitungan Pendapatan Bersih per Ha/Musim Tanam (MT) Petani Irigasi dan Petani Non Irigasi

Uraian Nilai (Rp) t-hitung sign

Pendapatan Petani Irigasi Pendapatan

Petani Non Irigasi

Perbedaan

10.816.452 9.926.732

889.720

3,168 0,000

Sumber : Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan hasil Tabel 4. terlihat bahwa pendapatan bersih per Ha/MT padi petani irigasi dan petani non irigasi menunjukkan adanya perbedaan. Untuk membuktikan hipotesis tersebut di atas maka dengan menggunakan analisis uji dua sampel dan dari statistik uji dua sampel diketahui bahwa nilai rata-rata pendapatan bersih per Ha/ MT petani irigasi adalah Rp. 10.816.452,- dan nilai rata-rata pendapatan bersih per Ha/MT petani non irigasi adalah Rp. 9.926.732,-. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan sebesar Rp. 889.720,- per Ha/MT.

Kesimpulan dari hasil uji dua sampel menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak atau hipotesis altenaty diterima yaitu terdapat perbedaan uji signifikan rata-rata pendapatan bersih per Ha/MT petani irigasi dengan petani non irigasi. Dapat pula diketahui dari hasil perhitungan SPSS bahwa rata-rata pendapatan bersih per Ha/MT petani irigasi lebih tinggi daripada rata-rata pendapatan bersih per Ha/MT petani non irigasi. Hal tersebut memberikan arti bahwa pengelolaan tanaman padi menggunakan irigasi memberikan hasil yang lebih baik daripada pengelolaan tanaman padi secara non irigasi dari sisi pendapatan bersih per Ha/MT.

4. Uji Pendapatan Petani Irigasi dan Petani Non Irigasi Per Tahun

(7)

Pendapatan petani non irigasi per tahun berasal dari pendapatan pengelolaan tanaman padi musim tanam I dan pengelolaan tanaman tomat dan cabai pada musim tanam II. Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ada perbedaan pendapatan petani irigasi per tahun dengan pendapatan petani non irigasi per tahun. Uji lanjutan yang dilakukan menentukan apakah perbedaan ini signifikan atau tidak.

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS, diperoleh hasil pengujian seperti pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Hasil Uji Beda Perhitungan Pendapatan Bersih per Ha/Tahun Petani Irigasi dan Petani Non Irigasi

Uraian Nilai (Rp)

t-hitung sign

Pendapatan Petani Irigasi Pendapatan Petani Non Irigasi

Perbedaan

21.485.155 17.356.374

4.128.781

2,346 0,024

Sumber : Data Primer diolah, 2013

Berdasarkan hasil Tabel 5. terlihat bahwa pendapatan bersih per Ha/tahun petani irigasi dan petani non irigasi menunjukkan adanya perbedaan. Untuk membuktikan hipotesis tersebut di atas maka dengan menggunakan analisis uji dua sampel dan dari statistik uji dua sampel diketahui bahwa nilai rata-rata pendapatan bersih per Ha petani irigasi adalah Rp. 21.485.155,- per tahun dan nilai rata-rata pendapatan bersih per Ha petani non irigasi adalah Rp. 17.356.374,- per tahun. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan sebesar Rp. 4.128.781,- per tahun.

Kesimpulan dari hasil uji dua sampel menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak atau hipotesis altenaty diterima yaitu terdapat perbedaan uji signifikan rata-rata pendapatan bersih per Ha/tahun petani irigasi dengan petani non irigasi. Dapat pula diketahui dari hasil perhitungan SPSS bahwa rata-rata pendapatan bersih per Ha/tahun petani irigasi lebih tinggi dari pada rata-rata pendapatan bersih per Ha/tahun petani non irigasi. Hal tersebut memberikan arti bahwa pengelolaan tanaman padi menggunakan irigasi memberikan hasil yang lebih baik daripada

pengelolaan tanaman secara non irigasi dari sisi pendapatan bersih per Ha/tahun.

5. Dampak Pembangunan Daerah

Irigasi Lobutua terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Lintong Nihuta

Prinsip pengembangan wilayah berupa berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, dengan tidak mengesampingkan pemberdayaan masyarakat setempat dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan serta teknologi yang dimiliki dan dikuasai (Alkadri, 2001). Tujuan pengembangan wilayah atau kawasan adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya yang tersebar di suatu wilayah atau kawasan guna mewujudkan pembangunan yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan sektoral dilakukan dengan saling memperkuat untuk meningkatkan pertumbuhan, pemerataan serta pembangunan berkelanjutan dan pengembangan wilayah diupayakan saling terkait sesuai dengan potensi wilayah.

Peranan Tanaman Padi Sawah Irigasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Nilai Tambah

Nilai tambah merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Pengembangan sektor pertanian akan mendorong kenaikan nilai tambah sektor non pertanian. Pengembangan sektor pertanian sebagai sektor unggulan akan berdampak luas terhadap masyarakat. Pengembangan wilayah merupakan adanya nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah tertentu dengan mengkombinasikan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan teknologi. Pengembangan pertanian tanaman padi sawah dengan adanya pembangunan daerah irigasi di Kecamatan Lintong Nihuta diharapkan dapat membuka akses yang lebih luas ke daerah sekitarnya, akses transportasi menuju pasar lancar. Pembangunan infrastruktur akan membuat pergerakan barang dan jasa lebih cepat.

(8)

pengembangan pertanian tanaman padi sawah irigasi. Pengembangan pertanian tanaman padi sawah irigasi dapat menciptakan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja yang potensial di Kecamatan Lintong Nihuta. Kesempatan berusaha dan kerja membutuhkan sumber daya manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan pertanian tanaman padi sawah irigasi dapat menyerap tenaga kerja, hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Peran Pengembangan Pertanian Tanaman Padi Sawah Irigasi dalam Penyerapan Tenaga Kerja

No Tenaga

Kerja (HOK)

Jumlah Responden

Penyerapan Tenaga Kerja Jumlah

(orang)

Persentase (%)

Jumlah (HOK)

Pesentase (%)

1 0-25 1 2.50 25 0.90 2 26-50 7 17.50 304 10.98 3 51-75 18 47.50 1143 41.29 4 76-100 11 25,00 976 35.26 5 > 100 3 7.50 320 11.56

Total 40 100,00 2768 100,00

Sumber : Data Primer Diolah, 2013

Pada Tabel 6. dapat dilihat bahwa peran pengembangan pertanian tanaman padi sawah dalam menyerap tenaga kerja cukup besar, hal ini dapat dilihat dari 40 responden petani sawah irigasi secara keseluruhan memiliki tenaga kerja. Tabel 6 juga menunjukkan bahwa peran pengembangan pertanian tanaman padi sawah irigasi di Desa Lobutua Kecamatan Lintong Nihuta dalam penelitian ini mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 2.768 HOK. Hasil ini menunjukkan bahwa rata-rata penyerapan tenaga kerja responden penelitian sebanyak 69 HOK (2768/40). Jumlah petani yang mengelola pertanian tanaman padi sawah irigasi di Desa Lobutua Kecamatan Lintong Nihuta sebanyak 179 rumah tangga (RT). Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja pertanian tanaman padi sawah di Desa Lobutua Kecamatan Lintong Nihuta sebanyak 12.351 HOK (179 x 69).

Peran pengembangan pertanian tanaman padi sawah dalam menyerap tenaga kerja secara langsung dan tidak

langsung mengurangi tingkat pengangguran. Secara langsung petani tanaman padi sawah berusaha untuk tidak menjadi pengangguran dan secara tidak langsung dapat mengurangi tingkat pengangguran dengan menyerap tenaga kerja. Kondisi ini memberikan dampak positif terhadap Pemerintah Kecamatan Lintong Nihuta khususnya dan Kabupaten Humbang Hasundutan umumnya, hal ini disebabkan dapat mengurangi tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran.

Pengembangan pertanian tanaman padi sawah juga dapat menyerap tenaga kerja dari sektor industri maupun dari sektor perdagangan, hal ini disebabkan pembangunan kilang padi sawah membutuhkan tenaga kerja untuk mengoperasionalkan kegiatan kilang padi. Hasil produksi kilang padi dapat memberikan masyarakat untuk melakukan kegiatan perdagangan. Kondisi ini menyebabkan masyarakat memperoleh kesempatan bekerja dan memperoleh pendapatan, dimana pendapatan tersebut digunakan untuk membiayai kehidupan keluarga, yang pada akhirnya masyarakat memperoleh kesejahteraan dari pengembangan tanaman padi sawah, karena dapat memberikan efek multiplier dalam perekonomian Kecamatan Lintong Nihuta.

KESIMPULAN

Sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan terhadap Pembangunan Daerah Irigasi Lobutua Kecamatan Lintong Nihuta diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pembangunan Daerah Irigasi Lobutua memberikan dampak positif terhadap peningkatan produktivitas padi. Produktivitas tanaman padi sawah per Ha/Tahun petani irigasi lebih besar dan signifikan dibanding petani non irigasi di Kecamatan Lintong Nihuta, Kabupaten Humbang Hasundutan.

(9)

SARAN

Sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan tanggapan responden terhadap Pembangunan Daerah Irigasi Lobutua Kecamatan Lintong Nihuta disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan perlu melakukan pembangunan daerah irigasi di desa lain di Kecamatan Lintong Nihuta pada khususnya dan Kabupaten Humbang Hasundutan pada umumnya karena memberikan dampak positif terhadap peningkatan produktivitas dan pendapatan petani.

2. Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan diharapkan dapat lebih memperbanyak melakukan penyuluhan kepada petani dalam menggalakkan usaha tani padi sawah irigasi.

DAFTAR RUJUKAN

Adisasmita, R, 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu.Yogyakarta. Arifin, B. 2001. Struktur Kebijakan

Pertanian Indonesia. Telaah Struktur, Kasus, dan Alternatif Strategi. Jakarta. Erlangga.

Hadisaroso. 1993. Konsep Dasar Pengembangan Wilayah di Indonesia, dalam Prisma No. 8 Agustus. Jakarta.

Kartasasmita, G, 1996, Pemberdayaan Masyarakat: Sebuah Tinjauan Administrasi. disampaikan pada pidato pengukuhan Jabatan Guru Besar FIA. Unibraw, Malang

Mardjuki, A. 1994. Pertanian dan Masalahnya. Yogyakarta. Andi Offset. Miraza, B.H. 2005b. Perencanaan dan

Pengembangan Wilayah. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Cabang Bandung-Koordinator Jawa Barat. Bandung.

Mulyanto. H.R. 2008. Prinsip-prinsip Pengembangan Wilayah. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Munandar, S. 2001. Pengembangan SDM Pertanian Masa Depan. Makalah Lokakarya Nasional Pengembangan SDM Pertanian. Jakarta.

Parr, J.B. 1999. Regional Economic Development. An Export Stages Framework.

Pasaribu, L. 2009. Dampak Pertanian Tanaman Nilam Terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat. TesisSekolah

PascasarjanaProgram Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah

dan Pedesaan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Richardson, H. W. 1999. Regional Economi. University of Illinois London Press.

Riyadi. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Jagung di Kecamatan Wirosari. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponogoro. Semarang.

Sandy. I.M. 1992. Pembangunan Wilayah. Monografi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Saragih, B. 2001. Agribisnis. Paradigma Baru Pembangtman Ekonomi Berbasis Pertanian. Loji Grafika Sarana. Jakarta.

Sirojuzilam. 2005. Regional Planning and Development. Wahana Hijau. Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Vol.1 Nomor 1 Agustus 2005.

--- dan Mahalli, K. 2010. Regional. Pembangunan, Perencanaan dan Ekonomi. USU Press. Medan.

Soegijiko, S. 1997. Bunga Rampai

Perencanaan Pembangunan Indonesia. Grasindo. Jakarta.

Soekartawi. 1993. Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi Cobb-Douglass. Rjagrafindo Persada. Jakarta.

--- 1996. Pembangunan Pertanian. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2003. Statistik Nonparametris Untuk Peneltian. Alfabeta. Bandung. Sukirno, S. 2005. Ekonomi Pembangunan:

Proses, Masalah dan Dasar Kebijaksanaan. LPFE UI. Jakarta.

Sumadiwangsa, E. S. 2004. Peningkatan Produksi dan Kualitas HHBK. UKP Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor.

Gambar

Tabel 1. Luas Kecamatan di Kabupaten Humbang Hasundutan
Tabel 2 Rata-rata Pendapatan Total,
Tabel 4. Hasil Uji Beda Perhitungan
Tabel 5. Hasil Uji Beda Perhitungan
+2

Referensi

Dokumen terkait

A commercial Polyvinyl alcohol (PVA) and Polyamide (nylon-6) membrane were used for pure and mixed gas permeation experiment and the interaction effects of

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun (sama sekali tidak mengetahui sesuatu apapun) dan Dia memberi kamu

Perkembangan teknologi, saat ini sangatlah pesat, untuk menjawab tuntutan zaman di ciptakanlah teknologi yang canggih, salah satunya game. Di era modern ini banyak

Buku ini menganut prinsip bahwa rumah sakit adalah organisasi lembaga pelayanan yang memberikan pelayanan jasa kesehatan untuk membuat orang menjadi sehat kembali, atau tetap

DISERTASI PERADILAN PAJAK DALAM SISTEM ..... DISERTASI PERADILAN PAJAK DALAM

Paparan di atas merupakan ilustrasi bagaimana Peserta didik belajar cara mengatasi masalah yang dihadapinya. Selain itu dapat pula meningkatkan rasa kepedulian

Pembuatan alat pengatur suhu dan kelembaban otomatis dilakukan untuk mengetahui suhu dan kelembaban pada ruangan budidaya jamur tiram untuk mengetahui kondisi saat itu yang

Fokus penelitian ini adalah melakukan simulasi untuk mengetahui aliran daya pada jaringan distribusi 20 KV untuk kondisi beban tak seimbang, hasil simulasi tersebut