BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kepatuhan
2.1.1. Definisi Kepatuhan
Kamus Umum Bahasa Indonesia mendeksripsikan bahwa patuh adalah
suka menurut perintah, taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku
sesuai aturan dan berdisiplin.
Sedangkan menurut Ali (1999) dalam Slamet (2007), kepatuhan berasal
dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan taat. Patuh adalah suka menurut
perintah, taat pada perintah atau aturan. Sedangkan kepatuhan adalah perilaku
sesuai aturan dan berdisiplin.
Kepatuhan petugas profesional (petugas kesehatan) adalah sejauh mana
perilaku seorang petugas kesehatan sesuai dengan ketentuan yang telah diberikan
pimpinan petugas kesehatan ataupun pihak rumah sakit (Niven, 2002).
2.2. Konsep Cuci Tangan
2.2.1. Definisi Cuci Tangan
Menurut Depkes (2007) mencuci tangan adalah proses yang secara
mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan
sabun biasa dan air. Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu
(Tietjen, dkk., 2004). Sementara itu menurut Larson seperti yang dikutip dalam
Potter & Perry (2005) mengatakan bahwa mencuci tangan adalah menggosok
dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan
ringkas yang kemudian dibilas di bawah air.
Mencuci tangan adalah membasahi tangan dengan air mengalir untuk
menghindari penyakit, agar kuman yang menempel pada tangan benar-benar
hilang. Mencuci tangan juga mengurangi pemindahan mikroba ke pasien dan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang berada pada kuku, tangan dan
lengan (Schaffer, dkk, 2000). Teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan
dan pengontrolan penularan infeksi adalah mencuci tangan (Potter & Perry, 2005).
Mencuci tangan adalah prosedur kesehatan yang paling penting yang dapat
dilakukan oleh semua orang untuk mencegah penyebaran kuman. Mencuci tangan
adalah tindakan aktif dan singkat menggosok tangan dengan sabun dibawah air
hangat yang mengalir (Depkes, 2003).
Jadi, cuci tangan adalah tindakan membersihkan kedua tangan dari
mikoorganisme, debu, dan kotoran dengan cara menggosok kedua tangan dengan
menggunakan air dan sabun secara bersamaan kemudian dibilas dengan air
mengalir.
2.2.2 Tujuan Cuci Tangan
Menurut Tietjen (2004) tujuan cuci tangan adalah menghilangkan kotoran
dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi mikroorganisme
sementara. Sedangkan menurut Gould (2003) mengatakan bahwa tujuan dari cuci
ke pasien yang rentan. Infeksi silang dapat terjadi sewaktu perawat berpindah dari
satu pasien ke pasien yang lain atau memegang bagian yang berbeda pada satu
pasien (Gould & Brooker, 2003).
Tujuan mencuci tangan adalah untuk membuang kotoran dan organisme
yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi jumlah mikroba total pada saat
itu. Tangan yang terkontaminasi merupakan penyebab utama perpindahan infeksi
(Potter & Perry, 2005).
2.2.3. Indikasi Cuci Tangan
Menurut Tietjien (2004) cuci tangan sebaiknya dilakukan sebelum :
a. Memeriksa (kontak langsung) dengan pasien; dan
b. Memakai sarung tangan bedah steril atau DTT sebelum pembedahan atau
sarung tangan pemerikasaan untuk tindakan rutin .
Cuci tangan sebaiknya dilakukan setelah :
a. Situasi tertentu dimana kedua tangan dapat terkontaminasi, seperti:
memegang instrument yang kotor dan alat-alat lainnya; menyentuh selaput
lendir, darah, atau duh tubuh lainnya (sekresi atau eksresi); kontak yang
lama dan intensif dengan pasien
WHO (2009) mengindikasikan cuci tangan sebagai berikut :
a. Cuci tangan dengan air dan sabun ketika terlihat kotor atau terpapar
dengan darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah menggunakan toilet.
b. Sebelum dan sesudah menyentuh pasien
c. Sebelum melakukan prosedur invasif dengan atau tanpa menggunakan
sarung tangan
d. Setelah bersentuhan dengan kulit yang tidak intact , membrane mukosa,
atau balutan luka
e. Bila berpindah dari satu bagian tubuh yang terkontaminasi ke bagian tubuh
yang lainnya dalam satu perawatan pada pasien yang sama
f. Setelah kontak dengan peralatan medis
g. Setelah melepaskan sarung tangan steril dan non steril
h. Sebelum pemberian medikasi atau mempersiapakan makanan cuci tangan
menggunakan alcohol handrub atau cuci tangan dengan sabun anti
bacterial dengan air mengalir
2.2.4. Teknik dan Prosedur Mencuci Tangan
2.2.4.1. Teknik Mencuci Tangan
Tangan adalah vector utama infeksi di ruang rawat di rumah sakit, dimana
strain yang mengkoloni pasien sama dengan mengoloni tangan perawat. Maka di
perlukan teknik mencuci tangan yang benar bagi petugas kesehatan yang kontak
Gould & Brooker (2003) mengatakan teknik mencuci tangan yang efektif
mencakup hal berikut :
a. Menggunakan keran yang dikendalikan dengan siku atau kaki untuk
menghindari perpindahan organisme baik ke tangan yang bersih saat keran
dimatikan atau ke orang berikutnya
b. Meggunakan produk dari dispenser karena sabun batangan dapat tercemar
berat oleh batang gram negative. Dispenser jangan di topped-up karena hal
ini dapat menimbulkan resiko pencemaran
c. Melembabkan tangan sebelum bahan pembersih ditambahkan. Hal ini
dapat membantu mengurangi kontak dengan bahan kimia keras yang dapat
merusak kulit
d. Menggosok dengan kuat semua permukaan tangan punggung, telapak, dan
sela jari) dengan busa paling sedikit 10 detik.
e. Mengeringkan tangan dengan benar karena tangan yang lembab lebih
mudah memindahkan bakteri daripada yang kering
f. Pembuangan handuk kertas ke wadah tanpa menyentuhnya, untuk
menghindari rekontaminasi.
2.2.4.2. Prosedur Mencuci Tangan
Prosedur langkah-langkah mencuci tangan menurut Potter & Perry (2005)
adalah sebagai berikut:
1. Gunakan wastafel yang mudah digapai dengan air mengalir , sabun biasa
2. Lepaskan jam tangan dan gulung lengan panjang ke atas pergelangan
tangan. Hindari memakai cincin, lepaskan selama mencuci tangan.
3. Jaga supaya kuku tetap pendek dan datar
4. Inspeksi permukaan tangan dan jari akan adanya luka atau sayatan pada
kulit kutikula.
5. Berdiri di depan wastafel. Jaga agar tangan dan seragam tidak menyentuh
wastafel
6. Alirkan air. Tekan pedal dengan kaki untuk mengatur aliran air atau
dorong pedal lutut secara lateral
7. Hindari percikan air mengenai seragam
8. Atur aliran air
9. Basahi tangan dan lengan bawah dengan seksama. Pertahankan supaya
lengan bawah lebih rendah daripada siku selama mencuci tangan
10.Taruh sedikit sabun biasa atau sabun antimicrobial cair pada tangan,
sabuni dengan seksama. Dapat digunakan butran sabun siap pakai.
11.Gosok kedua tangan dengan cepat paling sedikit 10-15 detik. Jalin jari-jari
tangan dan gosok telapak dan bagian punggung tangan dengan gerakan
sirkulasi masing-masing 5 kali. Pertahankan supaya ujung jari berada di
bawah untuk memungkinkan pemusnahan mikroorganisme.
12.Jika daerah di bawah kuku kotor, bersihkan dengan kuku jari tangan yang
satunya dan tambahkan sabun
13.Bilas tangan dengan pergelangan tangan dengan seksama, pertahankan
14.Keringkan tangan dengan seksama dari jari tangan ke pergelangan tangan
dan lengan bawah dengan handuk kertas atau pengering.
15.Jika menggunakan handuk kertas, buang pada tempat yang tepat.
16.Tutup air dengan kaki dan pedal lutut. Untuk menutup keran yang
mengunakan tangan, pakai handuk kertas yang kering.
Tietjen, dkk., (2004) mengklasifikasikan prosedur atau langkah-langkah
mencuci tangan berdasarkan jenis cuci tangan, yaitu:
a. Cuci tangan rutin
Cuci tangan rutin adalah membersihkan tangan dari kotoran dan
mikroorganisme dengan cara menggosok menggunakan air dan sabun biasa.
Hal ini dilakukan pada kondisi pasien yang tidak terlalu rentan.
Langkah-langkah untuk cuci tangan rutin adalah:
1. Basahi kedua belah tangan
2. Gunakan sabun biasa (bahan antiseptic tidak perlu)
3. Gosok dengan keras seluruh bidang permukaan tangan dan jari-jari
bersama sekurang-kurangnya selama 10 hingga 15 detik, dengan
memperhatikan bidang di bawah kuku tangan dan diantara jari
4. Bilas kedua tangan selurunya dengan air bersih
5. Keringkan tangan dengan lap kertas atau pengering dan gunakan lap
b. Penggosok Cuci tangan bedah
Tujuan cuci tangan bedah adalah untuk menghilangkan kotoran, debu, dan
organism sementara mekanikal dan mengurangi flora tetap selama pembedahan
yang bertujuan untuk mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme dari
kedua tangan dan lengan dokter bedah dan asistennya.
Langkah-langkah untuk cuci tangan bedah adalah sebagai berikut:
1. Lepaskan cincin, jam tangan, dan gelang.
2. Basahi kedua belah tangan dan lengan bawah hingga sikut dengan
sabun dan air bersih
3. Bersihkan kuku dengan pembersih kuku dengan pembersih kuku
4. Bilaslah tangan dan lengan bawah dengan air
5. Gunakan bahan antiseptic pada seluruh tangan dan lengan sampai
bawah siku dan gosok tangan dan lengan bawah dengan kuat
sekurang-kurangnya 2 menit.
6. Angkat tangan lebih tinggi dari siku, bilas tangan dan lengan bawah
seluruhnya dengan air bersih.
7. Tegakkan kedua tangan ke atas dan jauhkan dari badan, jangan sentuh
permukaaan atau benda apapun dan keringkan kedua tangan dengan
lap bersih dan kering atau keringkan dengan diangin-anginkan.
2.2.5. Prinsip Cuci Tangan
Cuci tangan menjadi salah satu langkah yang efektif untuk memutuskan
rantai transmisi infeksi, sehingga insidensi nosokomial dapat berkurang.
Pencegahan dan pengendalian infeksi mutlak harus dilakukan oleh perawat,
dokter dan seluruh orang yang terlibat dalam perawatan pasien. Salah satu
komponen standar kewaspadaan dan usaha menurunkan infeksi nosokomial
adalah menggunakan panduan kebersihan tangan yang benar dan
mengimplementasikan secara efektif.
Hand hygiene adalah istilah yang digunakan untuk membersihkan tangan
dari mikroorganisme dengan cara menggosok kedua tangan menggunakan air dan
sabun antiseptic ataupun menggunakan alcohol handrub. WHO (2009)
mencetuskan promosi global patient safety challenge dengan clean care is
safecare, yang artinya adalah perawatan yang bersih maupun higienis adalah
perawatan yang aman untuk keselamatan pasien (patient safety) dengan
merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene atau kebersihan tangan
untuk petugas kesehatan dengan five moments for hand hygiene atau 5 momen
mencuci tangan, yaitu mencuci tangan di 5 momen krusial.
2.2.5.1. 5 Momen Cuci Tangan
Menurut WHO (2006) 5 momen mencuci tangan adalah sebagai berikut:
1. Sebelum kontak dengan pasien
Mencuci tangan sebelum menyentuh pasien ketika mendekati pasien dalam situasi
seperti berjabat tangan, membantu pasien bergeser ataupun berpindah posisi, dan
2. Sebelum melakukan tindakan aseptik
Mencuci tangan segera sebelum tindakan aseptik dalam situasi seperti perawatan
gigi dan mulut, aspirasi sekresi, pembalutan dan perawatan luka, insersi kateter,
mempersiapkan makanan, dan pemberian obat.
3. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien risiko tinggi
Mencuci tangan segera setelah terpapar dengan cairan tubuh pasien yang
beresiko tinggi atau setelah melepaskan sarung tangan dalam situasi seperti
perawatan gigi dan mulut, aspirasi sekresi, pengambilan dan memeriksa darah,
membersihkan urin, feses, dan penanganan limbah.
4. Setelah kontak dengan pasien
Mencuci tangan setelah menyentuh pasien dan lingkungan sekitarnya dan ketika
meninggalkan pasien dalam situasi seperti berjabat tangan, membantu pasien merubah
posisi dan pemeriksaan klinik.
5. Setelah bersentuhan dengan lingkungan sekitar pasien
Mencuci tangan setelah menyentuh benda atau peralatan pasien di lingkungan
sekitarnya dan ketika meninggalkan ruangan pasien bahkan bila tidak menyentuh
pasien dalam situasi mengganti linen tempat tidur pasien dan penyetelan
kecepatan perfusi.
2.2.5.2. Enam Langkah Mencuci Tangan (Protap RSUP HAM)
RSUP Haji Adam Malik membuat peraturan tetap enam langkah mencuci
tangan yang berlaku bagi seluruh petugas kesehatan yang bekerja di RSUP Haji
1. Langkah pertama, menggosok tangan dengan mempertemukan telapak tangan
dengan telapak tangan
2. Langkah kedua, menggosok telapak tangan ke punggung tangan
3. Langkah ketiga, kedua telapak tangan mengatup dan jari terjalin
4. Langkah keempat, letakkan bagian belakang jari ke telapak tangan dengan jari
terkunci
5. Langkah kelima, gosok dan putar ibu jari tangan kanan dan sebaliknya
6. Langkah keenam, letakkan kelima jari tangan kiri di atas telapak tangan kanan
putar maju dan mundur, dan lakukan sebaliknya
2.3. Petugas Kesehatan
2.3.1. Definisi Petugas Kesehatan
Dalam UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan yang dimaksud
tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan, memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di
bidang kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanan
kesehatan (Presiden RI, 1992).
Tenaga kesehatan adalah seseorang yang bertanggung jawab dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Tenaga kesehatan berdasarkan pekerjaannya adalah tenaga medis dan tenaga
paramedis seperti: tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga penunjang
2.3.2. Jenis Profesi Petugas Kesehatan
Tenaga kesehatan yang diatur dalam Pasal 2 ayat (2) sampai dengan ayat
(8) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan terdiri
dari :
1. Tenaga medis terdiri dari dokter dan dokter gigi;
2. Tenaga keperawatan terdiri dari perawat dan bidan;
3. Tenaga kefarmasian terdiri dari apoteker, analis farmasi dan asisten
apoteker;
4. Tenaga kesehatan masyarakat meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog
kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator
kesehatan dan sanitarian;
5. Tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien;
6. Tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasiterapis dan terapis
wicara;
7. Tenaga keteknisian medis meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi,
teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisien, othotik
prostetik, teknisi tranfusi dan perekam medis (Presiden RI, 1996).
Dalam UU Praktik Kedokteran yang dimaksud dengan ”Petugas” adalah
dokter, dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang memberikan pelayanan
langsung kepada pasien. Menurut PP No. 32 Tahun 1996, maka yang dimaksud
petugas dalam kaitannya dengan tenaga kesehatan adalah dokter, dokter gigi,
Tenaga kesehatan yang disebutkan diatas harus memenuhi syarat sebagai
pemberi layanan kesehatan seperti yang tercantum dalam PP Nomor 32 tahun
1996 tentang Tenaga Kesehatan pasal 3 sampai pasal 5, sebagai tenaga kesehatan
harus memenuhi syarat yaitu:
1. Tenaga kesehatan wajib memilki pengetahuan dan keterampilan di bidang
kesehatan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga pendidikan.
2. Tenaga kesehatan hanya dapat melakukan upaya kesehatan setelah tenega
kesehatan yang bersangkutan memperoleh ijin dari Menteri.
3. Dikecualikan dari kepemilikan ijin sebagaimana yang dimaksud, bagi tenaga
kesehatan masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai perijinan diatur oleh
Menteri.
4. Selain ijin sebagaimana yang dimaksud, tenaga medis dan tenaga kefarmasian
lulusan dari lembaga pendidikan luar negeri hanya dapat melakuakn upaaya
kesehatan setelah yang bersangkutan melakukan adaptasi. Ketentuan lebih