• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Karet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Karet"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Karet

Tanaman karet memiliki akar tunggang, akar lateral menempel pada akar tunggang. Akar lateral berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dari tanah. Pada tanah yang subur akar serabut masih dijumpai sampai kedalaman 45 cm. Akar serabut akan mencapai jumlah yang maksimum pada musim semi dan pada musim gugur mencapai jumlah minimum (Basuki dan Tjasadihardja, 1995).

Daun karet berselang-seling, tangkai daunnya panjang dan terdiri dari 3 anak daun yang licin berkilat. Petiola tipis, hijau, berpanjang 3,5-30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong oblong atau oblong-obovate, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5-35 cm dan lebar 2,5-12,5 cm (Sianturi, 2001).

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanaman agak miring kearah utara. Batang

tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Tim Penulis PS, 2004).

(2)

buah benang sari yang tersusun menjadi satu tiang. Kepala sari terbagi dalam dua rangkaian, tersusun satu lebih tinggi dari yang lain. Paling ujung adalah suatu bakal buah yang tidak tumbuh sempurna. Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas, masing-masing ruang membentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai dengan enam. Garis tengah buah 3-5 cm. bila buah sudah masak, maka akan pecah dengan sendirinya. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut ruang-ruangnya. Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembangbiakan tanaman karet secara alami. Biji-biji yang terlontar,

kadang-kadang sampai jauh akan tumbuh dalam lingkungan yang mendukung (Tim Penulis PS, 1993).

Dalam satu kapsul buah biasanya terdapat tiga butir biji muda terhadap bertambah besar selang 4 minggu pertama dari sejak penyerbukan dan buah mencapai ukuran maksimum pada umur 3 bulan setelah penyerbukan bunga (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009).

Syarat Tumbuh Iklim

Daerah yang cocok untuk persyaratan tumbuh tanaman karet adalah zona antara 15° LS dan 15° LU dengan suhu harian 25-30° C. Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2000-2500 mm/tahun dengan hari hujan berkisar 100-150 hari/tahun. Lebih baik lagi jika curah hujan merata disepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet sinar matahari sepanjang hari, minimum 5-7 jam perhari ( Damanik, et al., 2010).

(3)

Agar diperoleh pertumbuhan dan produksi yang baik, tanaman karet memerlukan persyaratan tumbuh seperti garis lintang 15° LU dan 10° LS, curah hujan antara 1500 sampai dengan 3000 mm/tahun, bulan kering kurang dari 3 bulan dan kecepatan angin maksimum kurang atau sama dengan 30 km/jam (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2009).

Sesuai dengan habitatnya di Amerika Selatan terutama Brazil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok untuk ditanam di daerah-daerah tropis lainnya. Daerah topis yang baik untuk ditanami karet mencakup luasan antara 15° LU dan 10° LS. Walaupun daerah itu panas, sebaiknya tetap menyimpan kelembaban yang cukup. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 25-30° C. apabila dalam jangka waktu panjang suhu harian rata-rata kurang dari 20° C maka tanaman karet tidak cocok untuk ditanam didaerah tersebut. Walaupun demikian, didaerah yang suhunya terlalu tinggi tanaman karet juga malas hidup (Tim Penulis PS, 1993).

Tanaman karet dapat tumbuh baik dan berproduksi yang tinggi pada kondisi iklim sebagai berikut: (1) Pada dataran rendah dengan suhu optimalnya adalah 28°C. (2) Curah hujan antara 2000-4000 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 100-150 hari dan (3) Sinar matahari panjang minimal 5-7 jam per hari (Hanum, 2008).

Tanah

(4)

tinggi antara 2000-2500 mm setahun disukai tanaman karet. Akan lebih baik lagi jika curah hujan itu merata disepanjang tahun (Tim Penulis PS, 1993).

Tanaman dapat tumbuh dari berbagai jenis tanah berpasir hingga laterit merah dan podsolik kuning. Tanah abu atau gunung, tanah berliat serta tanah yang mengandung peat. Tampaknya tanaman karet tidak memerlukan kesuburan yang khusus ataupun topografi tertentu. Dimalaysia barat, perkebunan karet diklasifikasikan berdasarkan tanah, angin kencang, serangan penyakit dan topografi. dengan demikian, sifat kimia tanah yang merupakan hal yang mutlak utuk pertumbuhannya (Syamsulbahri, 1996).

Reaksi tanah yang umum untuk ditanamai karet mempunyai pH antara 3.0-8.0, pH tanah dibawah 3.0 dan diatas 8.0 dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk ditanami tanaman karet adalah sebagai berikut (1) Solum cukup dalam sampai 100 cm atau lebih dan tidak terdapat bebatuan (2) Aerasi dan drainase baik (3) Remah, porus dan dapat menahan air (4) Tekstur terdiri atas 35% liat dan 30% pasir (5) Tidak bergambut, jika ada atau tidak lebih dari 20 cm (6) Kandungan unsure hara N,P dan K cukup dan tidak kekurangan unsure hara mikro (7) pH antara 4,5-6,5 (8) Kemiringan tidak lebih dari 16% (9) Permukaan air tanah tidak kurang dari 10 cm (Setyamidjaja, 1993).

(5)

kematangan batang sadap dapat terlambat hingga 6 bulan (Direktorat Jendral Planologi Kementerian Kehutanan, 2012).

Konservasi Tanah dan Air

Konservasi tanah merupakan penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Upaya konservasi tanah ditujukan untuk (1) Mencegah erosi (2) Memperbaiki tanah yang rusak dan (3) Memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar tanah dapat digunakan secara berkelanjutan. Konservasi air adalah penggunaan air hujan yang jatuh ke tanah dan mengatur waktu aliran air agar tidak terjadi banjir yang merusak dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau (Arsyad, 2006 dalam Simangunsong, 2011).

Konservasi air merupakan tindakan pemanfaatan air seefisien mungkin agar tetap tersedia di musim kemarau dan tidak terbuang di musim hujan. Pada dasarnya tindakan konservasi tanah merupakan bagian dari tindakan konservasi air (Atmaja, 2007).

(6)

memperlambat aliran permukaan, menampung dan menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang tidak merusak, memperbaiki atau memperbesar infiltrasi air ke dalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah dan penyediaan air bagi tanaman (Muslim, 2008).

Alternatif pengolahan tanah dengan prinsip konservasi yang lebih menekankan aspek perbaikan kesuburan tanah dan penyimpanan air adalah pemanfaatan mulsa. Pemulsaan (mulching) bertujuan menghambat perambatan panas secara konduksi yang dapat mengakibatkan kerak pada permukaan tanah, menghambat penguapan air dari permukaan tanah (evaporasi) dan meningkatkan daya infiltrasi tanah serta dampak biologis tanah (Arianti, 2011).

Tujuan dari konservasi tanah dan air adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan tanah, memperbaiki tanah-tanah yang sudah rusak, menetapkan kelas kemampuan lahan dan tindakan-tindakan yang diperlukan agar lahan tersebut dapat digunakan dalam waktu yang tidak terbatas. Selain itu, Sinukaban (1989) menyatakan bahwa pada umumnya, pengelolaan tanah dan penanaman mengikuti kontur dapat mengurangi aliran permukaan dan erosi (Muslim, 2008).

Rorak

Rorak adalah lubang atau penampang yang dibuat memotong lereng yang berfungsi untuk menampung dan meresapkan air aliran permukaan sehingga memungkinkan air masuk ke dalam tanah dan mengurangi erosi dari lahan. Rorak merupakan lubang yang digali ke dalam tanah dengan ukuran

(7)

Penelitian yang dilakukan oleh Noeralam, et al,. (2003) menyatakan bahwa teknik pengendalian aliran permukaan dengan rorak paling efektif mengurangi aliran permukaan yaitu 88 % dari aliran permukaan pada lahan terbuka tanpa teknik pengendalian aliran permukaan dan tanpa tumbuhan. Adanya rorak menyebabkan aliran permukaan tertampung di dalam rorak kemudian terinfiltrasi secara perlahan dan dapat dimanfaatkan oleh vegetasi sehingga tidak semua aliran permukaan sampai ke titik pembuangan (outlet).

Rorak dibuat untuk menangkap air dan tanah tererosi, sehingga memungkinkan air masuk ke dalam tanah dan mengurangi erosi. Rorak merupakan lubang yang digali dengan ukuran dalam 60 cm, lebar 50 cm dengan panjang sekitar empat sampai lima meter. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak antar rorak tergantung kemiringan lahan, semakin curam suatu hamparan lahan, semakin banyak rorak yang diperlukan. Perbaikan air dengan cara pembuatan rorak yang diberi mulsa vertikal pada areal suatu usaha tani lahan kering berlereng dapat memperbaiki beberapa sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, serta menurunkan aliran permukaan dan meningkatkan kadar air tanah. Pemberian mulsa pada rorak dapat menampung aliran permukaan dan mulsa menahan partikel tanah pada dinding rorak. Pemberian mulsa dari sisa tanaman pada permukaan tanah dapat meningkatkan laju permeabilitas 3-4 kali terhadap permeabilitas pada tanah tanpa mulsa (Marni, 2009).

Menurut Firman (2005) menyatakan bahwa Pengamatan secara visual pada keragaan tanaman juga memperlihatkan adanya perbedaan antara tanaman

jambu mete tanpa rorak dengan yang diberi rorak. Perbedaan terlihat antara lain

(8)

tunas-tunas muda muncul serempak dan menyeluruh pada permukaan tajuk,

sedangkan pada tanaman jambu mete tanpa rorak, tunas-tunas muda muncul tidak

serempak terutama pada bagian atas. Pembuatan rorak pada pertanaman jambu

mete di daerah dengan musim hujan relatif singkat (3-4 bulan) memberikan

pengaruh positif terhadap pertumbuhan pada fase vegetatif maupun generatif.

Pembuatan rorak dilakukan pada akhir musim kemarau, yaitu pada bulan

September. Teknologi pembuatan rorak pada pertanaman jambu mete di lahan

kering dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas

tanaman.

Aplikasi guludan dan rorak yang dilengkapi dengan mulsa vertikal memberikan pengaruh yang positif terhadap jumlah pelepah daun, jumlah tandan, rataan berat tandan, dan produksi tandan buah segar kelapa sawit. Kedua konservasi tanah dan air tersebut dapat meningkatkan cadangan air tanah untuk pemenuhan kebutuhan air oleh tanaman saat musim kemarau sehingga produksi kelapa sawit tetap dapat dipertahankan (Murtilaksono, et al., 2007).

Mulsa Vertikal

Pemanfaatan sisa tanaman sebagai mulsa vertikal pertama kali diperkenalkan oleh Spain dan Mc Cune (1956) dalam Brata (1998). Mulsa vertikal adalah penggunaan sisa tanaman (mulsa) untuk tindakan konservasi tanah melalui penimbunan sisa tanaman pada rorak, teras gulud, parit-parit teras atau parit yang dirancang mengikuti kontur yang berfungsi untuk mengendalikan laju erosi dan aliran permukaan (Muslim, 2008).

(9)

dengan mulsa konvensional. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Brata (1995) didapat bahwa penggunaan mulsa vertikal mampu mengurangi aliran permukaan 67-82 % dibandingkan dengan mulsa konvensional. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lal et al. (1980 dalam Noeralam, et al., 2003) menyatakan bahwa pemberian mulsa dari sisa tanaman pada permukaan tanah dapat meningkatkan kapasitas infiltrasi 3-4 kali terhadap kapasitas infiltrasi pada tanah tanpa mulsa.

Beberapa keuntungan penggunaan mulsa sebagai salah satu teknik penerapan konservasi air diantaranya adalah : (1) Memberi perlindungan terhadap permukaan tanah dari hantaman air hujan sehingga tidak merusak struktur tanah., (2) Menghambat kecepatan dan volume aliran permukaan, (3) Mengurangi terjadinya erosi, karena air hujan yang jatuh tidak langsung mengenai butir-butir tanah, (4) Mengatur suhu dan temperatur tanah, (5) Meningkatkan kandungan bahan organik, dan (6) Mengendalikan tanaman pengganggu (Atmaja, 2007).

Brata (1995) menjelaskan bahwa sebelum sisa tanaman yang digunakan sebagai mulsa melapuk, maka sisa tanaman tersebut dapat berfungsi untuk melindungi dinding resapan saluran dari penyumbatan oleh partikel-partikel halus yang terbawa oleh aliran permukaan dan dapat mencegah runtuhnya dinding saluran oleh pukulan butir hujan. Mulsa yang ditempatkan di dalam saluran-saluran dapat berfungsi untuk menyimpan air dan memberikannya ke tanaman yang diusahakan.

Tandan Kosong Kelapa Sawit

(10)

Pemanfaatan secara langsung ialah dengan menjadikan TKKS sebagai mulsa sedangkan secara tidak langsung dengan mengomposkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai pupuk organik. Pengembalian bahan organik ke tanah akan menjaga pelestarian kandungan bahan organik lahan

kelapa sawit demikian pula hara tanah. Selain itu, pengembalian bahan organik ke tanah akan mempengaruhi populasi mikroba tanah yang secara

langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan dan kualitas tanah (Barea, dkk., 2005 dalam Ningtyas dan Astuti, 2010).

Keunggulan kompos TKKS yaitu mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman antara lain K, P, Ca, Mg, C dan N. Kompos TKKS dapat memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Selain itu kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman, bersifat homogen dan mengurangi resiko sebagai pembawa hama tanaman, merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan dapat diaplikasikan pada sembarang musim (Iwan, 2012 dalam Eleni, 2013).

Menurut Winarma, et al,. (2002), aplikasi kompos TKKS di pembibitan kelapa sawit memberikan pengaruh yang nyata lebih baik terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit dibanding dengan perlakuan standar (tanpa kompos TKKS). Disamping itu, pemanfaatan kompos TKKS untuk tanaman hortikultura juga

(11)

Pemberian bahan organik berupa kompos tandan kosong sawit mampu memberikan lingkungan yang paling baik bagi pertumbuhan tanaman yang kemudian berdampak pada hasil (berat segar tanaman). Sesuai dengan pendapat Sutanto (2002) bahwa pemberian bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pemberian bahan organik membuat tanah menjadi gembur dan lepas-lepas, sehingga aerasi dan sifat tanah menjadi lebih baik serta lebih mudah ditembus perakaran tanaman. Pada tanah yang bertekstur pasiran, bahan organik yang berupa kompos akan meningkatkan pengikatan antar partikel dan meningkatkan kapasitas mengikat air, kapasitas tukar kation dan ketersediaan unsur hara (Hastuti, 2009).

Berikut ini adalah analisis kandungan hara tandan kosong kelapa sawit (TKKS).

Tabel 1. Analisis Kandungan Hara Kompos TKKS

No Parameter Satuan Kandungan SK Mentan Feb 2006

(12)

Gambar

Tabel 1. Analisis Kandungan Hara Kompos TKKS

Referensi

Dokumen terkait

Variabel penjelas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel kejadian anemia pada ibu hamil di Kabupaten Groobogan yaitu status gizi dengan kondisi kurang baik (X 1KEK ). Ibu

Museum berada pada posisi sebelah kiri dari kontinum berarti mengambil posisi yang lebih realis, maka pandangan yang menentukan adalah bahwa pengetahuan yang ada secara

Salah satu contoh sertifikat hak atas tanah yang dituntut hak kepemilikannya yang telah lebih dari 5 (lima) tahun seperti yang diatur dalam PP Nomor 24 Tahun 1997 Pasal

Adapun komponen-komponen yang menjadi kebijakan dalam pengelolaan sarana dan prasarana adalah sebagai berikut. Pengembangan sarana akademik dilakukan dengan perencanaan yang

Berdasarkan hasil mean komitmen organisasional yang sudah dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa nilai mean komitmen afektif memiliki nilai yang lebih besar yaitu 3,8183

melainkan para Kiai terpandang dan dinilai paham akan agama, para kiai bersih keras, bahwa apa yang telah disampaikan oleh Kiai Ahmad Dahlan mengenai arah

QORD PENDAPATAN OPERASIONAL LAINNYA PENDAPATAN BH LAIN-LAIN PENDAPATAN NON OPERASIONAL PENDAPATAN DARI UNIT. PENDAPATAN

Hasil pengembangan media audio pembelajaran materi pokok teks fiksi pada mata pelajaran tematik Bahasa Indonesia kelas IV Seekolah Dasar Negeri 1 Jemundo Sidoarjo