• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 BAB I PENDAHULUAN - Potensi Modal Sosial Buruh Bangunan (Studi Deskriptif Pada Buruh Bangunan di Lingkungan 12 Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1 BAB I PENDAHULUAN - Potensi Modal Sosial Buruh Bangunan (Studi Deskriptif Pada Buruh Bangunan di Lingkungan 12 Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai salah satu provinsi yang besar, Sumatera Utara dengan ibukota Medan sedang bergiat dalam melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan dilakukan di bidang perkantoran, plaza, jalan-jalan, jalan fly over maupun perumahan dan bidang lainnya. Salah

satu bidang yang banyak menyerap tenaga kerja informal adalah bidang konstruksi bangunan. Hal ini disebabkan tenaga kerja adalah salah satu komponen penting dalam industri jasa

pelaksanaan konstruksi bangunan. Hampir semua bagian dan detail pekerjaan konstruksi masih memerlukan tenaga kerja manusia. Secara umum terdapat lima macam tenaga kerja dalam bidang konstruksi yaitu konsultan, arsitektur, pengawas, mandor dan tukang (kenek).

Pada suatu bidang konstruksi bangunan, umumnya yang bekerja disuatu bangunan tersebut lebih sering disebut buruh bangunan. Buruh bangunan memiliki status pekerjaan

yang tidak tetap dan berpindah-pindah sesuai dengan panggilan proyek kepada buruh bangunan tersebut. Dimana para pekerja buruh bangunan setiap kali mendapatkan proyek pekerjaan atau lahan baru untuk dikerjakan, harus melakukan negosiasi kesepakatan kerja,

waktu dan gaji terlebih dahulu dengan pihak yang telah memanggil buruh bangunan tersebut. Agar proyek bangunan yang dikerjakan baik membangun ataupun memperbaiki suatu

bangunan dapat berjalan sesuai dengan sistem negoisasi dan kesepakatan bersama kedua belah pihak. Pembangunan proyek bangunan seperti gedung kantor, rumah pribadi, sampai jalan dan jembatan, tak lepas dari peran buruh bangunan.

(2)

proyek bangunan akan dikenal berbagai macam profesi yang salah satunya adalah buruh

bangunan. Seringkali keberadaan buruh bangunan ini diabaikan sehingga hanya menganggapnya sebagai robot yang siap bekerja dengan upah yang telah disediakan, hal ini tentu akan sangat berbeda hasilnya jika manajemen proyek dapat memperlakukan seorang

buruh bangunan sebagai manusia yang sesungguhnya. Secara umum pengelompokan buruh bangunan dapat dibedakan berdasarkan keahliannya menjadi yaitu tukang batu, tukang besi,

tukang cor, tukang bekisting, tukang kayu, tukang las, tukang listrik, tukang plumbing, tukang mekanikal & elektrikal dan lain-lain.

Buruh bangunan adalah sebuah profesi jasa yang sangat dibutuhkan oleh berbagai

pihak. Buruh bangunan atau ada juga yang menyebut sebagai kuli bangunan dapat dibedakan menjadi dua tingkat yaitu yang pertama tukang dan yang kedua adalah pembantu tukang atau

kenek. Tukang bertugas mengerjakan proses berdirinya suatu bangunan, sedangkan pembantu tukang atau kenek bertugas melayani apa saja kebutuhan tukang dalam bekerja. Tentu saja tukang tingkatnya lebih tinggi dibanding pembantu tukang atau kenek, karena tingkat

kemahiran yang dimiliki dan upah/gaji yang diterima saja sudah tentu berbeda.

Menurut Media Kompas, karir di dalam pekerjaan sebagai buruh bangunan sama seperti halnya pada kepegawaian dengan tingkatan pangkat, pada pekerja bangunan juga

mengenal tingkatan karir. Tingkatan terendah adalah kenek atau pembantu tukang. Tingkat selanjutnya yang lebih tinggi tentu saja tukang. Karir profesi pekerja bangunan rata-rata

hanya sampai pada tingkat tukang. Dimana pada tingkat ini biasanya sudah mempunyai spesifikasi atau keahlian tersendiri, misalnya spesifikasi pemasangan batu, pemasangan besi, pemasangan kayu, pemasangan keramik, finishing pengecatan, pemasangan kaca dan

lain-lain. Namun pada dasarnya mereka mempunyai keahlian yang sama dalam pembuatan sebuah

tembok bangunan

(3)

Lebih lanjut lagi Media Kompas tersebut menyebutkan sebenarnya karir profesi

sebagai tukang masih bisa berlanjut lagi, tetapi jarang terjadi. Urutan kenaikan karir setelah tukang adalah kepala tukang, mandor, dan tentu saja pemborong bangunan. Kepala tukang diambil dari tukang yang nantinya bertanggung jawab terhadap mandor atas apa saja yang

dikerjakan. Mengenai mandor sampai pemborong tidak masuk dalam paparan ini, karena tidak lagi terkategori pekerja bangunan dan penulisan ini hanya dibatasi pada buruh bangunan

yaitu tukang dan keneknya agar penulisan ini juga tidak meluas dan fokus.

Gaji atau upah buruh bangunan berdasarkan observasi awal yang saya lakukan cukup bervariasi, antara Rp 50.000–Rp 100.000 tergantung tingkat kemahiran yang dimilikinya.

Untuk pekerja bangunan di wilayah Kota Medan terbagi atas tukang dan pembantu tukang. Penghasilan pembantu tukang atau kenek saat ini berkisar Rp 50.000–Rp 60.000 perhari.

Penghasilan tukang lebih bervariasi lagi, yang mempunyai spesialis keahlian mempunyai gaji yang berbeda. Berkisar antara Rp 70.000 – Rp 100.000 perhari. Namun seperti pemasangan keramik biasanya dihitung meteran, misalnya lantai biasanya Rp 20.000 permeter sedangkan

dinding biasanya Rp 30.000 permeter. Penghasilan tersebut belum dikurangi biaya hidup di lokasi pekerjaan. Adakalanya untuk makan sudah ditanggung pemborong atau yang mempunyai pekerjaan.

Bila dihitung penghasilan tukang berkisar Rp 2.100.000–Rp 3.000.000 perbulan dan pembantu tukang atau kenek berkisar Rp 1.200.000–Rp 1.800.000. Bila dibandingkan dengan

pendapatan buruh pabrik Rp 1.200.000–Rp 2.000.000, pegawai swasta berkisar Rp 2.500.000–Rp 4.500.000 sedangkan wiraswasta tergantung omset mereka perhari dan tidak dapat dipastikan, dan menurut perkiraan yang ada di lapangan berkisar Rp 1.300.000 atau

bahkan ada yang lebih tergantung bidang usahanya dan tingkat pendidikan mereka berbeda-beda, untuk buruh itu hanya tamat smp dan paling tinggi sma sedangkan untuk pegawai

(4)

menunjukkan kalau sebenarnya pendapatan buruh bangunan khususnya tukang sudah lebih

tinggi dibandingkan buruh pabrik dan wiraswasta dan hampir menyetarai pendapatan pegawai swasta dan pendapatan kenek menyetarai pendapatan buruh pabrik dan wiraswasta.

Buruh bangunan disini menetap di Lingkungan 12 Desa Bandar Khalipah, ada yang

bekerja di sekitar Lingkungan 12 tetapi kebanyakan bekerja di Kota Medan atau yang biasa disebut penglaju. Buruh bangunan tersebut umumnya memiliki potensi modal sosial yang

terdapat pada masing-masing individu dan kelompok yang tercipta dan lahir sebagai sistem sosial dalam masyarakat desa. Modal sosial merupakan sumber daya yang dapat dipandang sebagai investasi untuk mendapatkan sumber daya baru yang terdiri dari pengetahuan dan

keterampilan individu.

Selain pengetahuan dan keterampilan terdapat juga kemampuan individu untuk

melakukan asosiasi (berhubungan) satu sama lain. Kemampuan ini akan menjadi modal penting bukan hanya bagi kehidupan ekonomi akan tetapi juga bagi setiap aspek eksistensi sosial yang lain. Modal yang demikian ini disebut dengan ‘modal sosial’ (social capital),

yaitu kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama demi mencapai tujuan bersama dalam suatu kelompok dan organisasi (Coleman, 1990). Penekanannya pada potensi kelompok dan pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok dengan ruang

perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai dan kepercayaan antar sesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok.

Kekuatan dasar berupa modal sosial sebenarnya sudah ada terbangun pada sebagian kelompok buruh bangunan tersebut, ini terlihat dari keseharian mereka yang saling mengajak dan memberikan informasi pekerjaan kepada buruh bangunan lainnya ketika ada pekerjaan

ataupun proyek yang mau dikerjakan sehingga hubungan-hubungan dan interaksi sosial mereka sampai sekarang tetap berjalan. Modal sosial pada kelompok buruh bangunan

(5)

dalam masyarakat dengan suatu energi/kekuatan yang ada dalam masyarakat, diantaranya

adalah kebersamaan dan kepercayaan.

Sejumlah buruh bangunan yang menetap di Lingkungan 12 Desa Bandar Khalipah tersebut memiliki jumlah kerja yaitu selama 6 hari dalam seminggu dari mulai pukul 08.00

pagi sampai pukul 17.00 sore setiap harinya. Setiap harinya mereka pulang bersama dari tempat mereka bekerja menuju ke rumah dan berkumpul dengan keluarganya masing-masing.

Tidak jarang juga antara buruh bangunan yang satu dengan buruh yang lainnya melakukan pertemuan atau perkumpulan dengan buruh-buruh bangunan yang lainnya baik di rumah ataupun di luar, pertemuan ini dimaksudkan untuk tetap saling menjaga ikatan, solidaritas dan

pola hubungan serta peluang pekerjaan mereka sesama buruh bangunan.

Masyarakat yang bekerja sebagai buruh bangunan di Lingkungan 12 Desa Bandar

Khalipah umumnya memiliki kehidupan yang sederhana, keadaan ini disebabkan tidak tetapnya proyek yang mereka kerjakan. Jika sudah habis mengerjakan suatu proyek bangunan baik perumahan ataupun suatu tempat bangunan lainnya, kebanyakan dari mereka akan

menganggur atau menunggu sampai adanya lagi panggilan dari proyek bangunan ataupun si pemberi pekerjaaan yang membutuhkan jasa mereka.

Tidak jarang juga diantara buruh bangunan selalu mencari-cari informasi pekerjaan,

oleh karena itu disela-sela waktu mereka yang kosong mereka juga mencari pekerjaan tambahan agar dapat menutupi kebutuhan sehari-hari. Namun tidak jarang juga buruh

bangunan memberitahukan proyek pekerjaan kepada buruh bangunan lainnya jika di tempat proyek pekerjaan mereka lagi membutuhkan buruh bangunan. Hal ini dilakukan agar teman mereka sesama buruh bangunan dapat kembali bekerja, disinilah letak fungsi jaringan sosial

dan sikap kepercayaan.

Semua ini memberi gambaran bahwa modal sosial buruh bangunan seharusnya

(6)

hierarkhi/stratifikasi lebih tinggi, yang artinya modal sosialnya mampu menciptakan

kepercayaan dan hubungan timbal-balik antara buruh bangunan yang strata sosialnya lebih rendah dengan pihak atau struktur yang lebih tinggi. Buruh bangunan ini juga masih menjaga norma-norma yang sudah ada di tengah-tengah masyarakat terutama sesama buruh bangunan,

ini karena norma tidak dapat dipisahkan dari jaringan dan kepercayaan serta inilah yang menjadi suatu kebanggaan bagi mereka yang dapat membuat hubungan sesama mereka lebih

erat dan saling menguntungkan dalam kelompok buruh bangunan tersebut.

Seperti yang dikatakan Suparman dalam membahas modal sosial nelayan, ada tiga tipe modal sosial yakni sebagai perekat/pengikat (bonding), penyambung/menjembatani

(bridging) dan menciptakan jaringan dan koneksi dan mengait (lingking). Inilah yang menjadi modal dasar bagi kaum buruh bangunan dalam menumbuhkan pilar-pilar kebersamaan

sebagaimana beberapa fakta yang disebutkan diatas. Bahkan fenomena modal sosial di kalangan nelayan dapat mengefektifkan modal lainnya seperti modal fisik/infrastruktur, modal ekonomi, modal manusia (Suparman, 2012).

Lebih lanjut lagi, kaitan dengan penelitian ini sesuai dengan proposal di atas bahwa modal sosial buruh bangunan dapat juga mengefektifkan dan mengoptimalkan modal manusia seperti pengalaman dan keterampilan serta kekuatan/kemampuan fisik yang dimiliki

oleh kaum buruh bangunan pada kegiatan yang produktif seperti bekerja pada sektor non buruh. Modal sosial yang dimiliki mampu menyalurkan dan memanfaatkan modal manusia

yang dimiliki oleh masing-masing masyarakat kepada yang produktif. Modal sosial kaum buruh juga mampu menumbuhkan modal ekonomi seperti informasi, biaya transaksi dan biaya produksi lainnya. Artinya dengan modal sosial yang ada akan mampu mengurangi

biaya bahkan mampu menciptakan sumber penghasilan tambahan bagi warga buruh bangunan seperti keterlibatan dalam aktivitas ekonomi dan pembangunan serta perbaikan

(7)

Buruh bangunan juga memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap sumber

daya di darat yaitu berupa bangunan fisik sebagai sumber daya milik umum. Potensi dan alternatif lain yang dimiliki oleh buruh bangunan yang membuat kelangsungan hidupnya tetap bertahan adalah modal sosial. Pemanfaatan modal sosial yang dimiliki dapat menjadi

peletak dasar dalam mengungkap dan mengembangkan potensi modal yang lain. Seperti potensi modal sosial dapat mengungkap potensi akses, mengefektifkan peran lembaga dan

institusi yang ada, dapat membangun kerjasama dengan pihak luar, dapat mendorong kepedulian dan solidaritas bahkan dapat menciptakan human capital dan potensi modal lainnya.

Modal sosial dapat menjadi modal pendorong yang dimiliki oleh buruh bangunan tersebut untuk terbukanya peluang dan potensi modal lainnya dalam bekerja dan

bermasyarakat dengan individu atau kelompok lainnya yang saling menguntungkan. Konsep modal sosial pada awalnya hanya dipahami sebagai suatu bentuk dimana masyarakat menaruh sikap kepercayaan terhadap individu dan kelompok sebagai bagian di dalamnya,

namun selanjutnya mereka juga membuat kesepakatan bersama sebagai suatu nilai di dalam kelompoknya.

Modal sosial digambarkan sebagai kepercayaan, jaringan dan norma-norma untuk

memudahkan kooperasi untuk manfaat timbal balik (Putnam, 1993:167). Modal sosial sebagai penentu dan dasar kehidupan masyarakat yang teratur dan sejahtera. Modal sosial ini

merupakan potensi yang dapat menjadi energi dalam menjembatani dan memperkuat bahkan mendorong potensi modal lainnya dalam suatu kelompok. Pada intinya modal sosial menjadi potensi yang dapat dioptimalkan oleh individu dalam suatu komunitas untuk keluar dari

permasalahan yang dihadapi.

Menurut Lesser (2000), modal sosial sangat penting bagi kelompok karena (1) dapat

(8)

“power sharing” atau pembagian kekuasaan dalam kelompok, (3) mengembangkan

solidaritas, (4) memungkinkan pencapaian bersama, (5) memungkinkan mobilitas sumber daya kelompok, (6) membentuk perilaku kebersamaan dan berorganisasi kelompok. Modal sosial merupakan suatu komitmen dari setiap individu untuk saling terbuka, saling percaya

dan memberi kewenangan bagi setiap orang yang dipilihnya untuk berperan sesuai dengan tanggung jawabnya.

Putnam (2000) memberikan proposisi bahwa suatu entitas masyarakat yang memiliki kebajikan sosial yang tinggi, tetapi hidup secara sosial terisolasi akan dipandang sebagai masyarakat yang memiliki tingkat modal sosial yang rendah. Selanjutnya dikatakan bahwa

peran individual dan keterikatan sosial yang terorganisir dalam memprediksi kemajuan individu dan tindakan tindakan kolektif mereka, ide asosiasi dan aktifitas masyarakat sipil

sebagai basis bagi terciptanya integrasi sosial dan kesejahteraan. Nilai, norma, jaringan sosial, kepercayaan yang terpola dalam suatu masyarakat adalah sebagai bentuk modal sosial yang merupakan kekuatan dan energi dalam mencapai kemajuan bersama. Potensi modal

sosial yang dimiliki oleh kelompok buruh bangunan dapat menumbuhkan kepedulian, kerjasama, saling membantu, solidaritas sosial, kejujuran termasuk keberpihakan dan keadilan. Penciptaan kondisi dan harmoni sebagai wujud dari kekuatan modal sosial dalam

suatu kelompok merupakan modal dasar.

Masalah yang dapat di pertanyakan adalah mengapa kelompok-kelompok dan asosiasi

yang ada kurang berfungsi sebagai lokomotif energi sosial dan sebagai pembebas masyarakat, ini disebabkan karena kurang/tidak berkembangnya kepercayaan (trust) serta tidak berkembangnya nilai-nilai positif seperti kerjasama, saling membantu dan sejenisnya sebagai

konsekuensi dari konfigurasi nilai dalam sistem sosial masyarakat setempat yang intinya modal sosialnya melemah dan hilang. Situasi yang lain diperpuruk oleh renggangnya jarak

(9)

para elit yang menguasai kelompok-kelompok sosial yang ada. Sejalan dengan hal tersebut,

Fukuyama mengatakan bahwa masyarakat mengalami kebangkrutan karena melemahnya modal sosial di dalam masyarakat (Fukuyama. 1995. Trust : The Social Virtues and the Creation of Prosperity NY : Free Press). Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk

membahasnya, sehingga mengangkat judul skripsi yaitu Potensi Modal Sosial Buruh Bangunan (Studi Deskriptif Pada Buruh Bangunan di Lingkungan 12 Desa Bandar

Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang) ”

1.2. Perumusan Masalah

Dalam suatu penelitian, yang sangat signifikan untuk dapat memulai penelitian adalah

adanya masalah yang akan diteliti. Menurut Arikunto, agar dapat dilaksanakan penelitian dengan sebaik-baiknya maka peneliti haruslah merumuskan masalah dengan jelas, sehingga

akan jelas dimana harus dimulai, kemana harus pergi dan dengan apa (Arikunto, 1996:19). Berdasarkan uraian tersebut dan berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Buruh

Bangunan di Lingkungan 12 Desa Bandar Khalipah Menumbuhkembangkan Modal Sosial untuk Menjamin Kelangsungan Pekerjaan Mereka sebagai Buruh Bangunan?.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui potensi modal sosial yang ada pada buruh bangunan dan apakah modal sosial tersebut menjamin kelangsungan pekerjaan mereka sebagai buruh

bangunan.

(10)

c. Untuk mempelajari karakteristik elemen modal sosial seperti jaringan sosial,

kepercayaan, nilai dan norma yang ada.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dan sumber

informasi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu sosiologi seperti kajian sosiologi ekonomi dan bagi peneliti serta semua pihak berkaitan dengan kajian modal sosial dalam buruh bangunan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi hasil

penelitian yang juga dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian bagi mahasiswa sosiologi selanjutnya, serta diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan

memperluas cakrawala pengetahuan.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan penulis mengenai

permasalahan yang diteliti dan kemampuan untuk membuat karya tulis ilmiah. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran terhadap pemerintah, mengenai informasi modal sosial buruh bangunan yang membantu dalam membuat

kebijakan-kebijakan yang berhubungan di dalamnya.

1.5. Definisi Konsep

Definisi Konsep disini adalah perumusan yang singkat, padat dan jelas tentang makna dan pengertian yang terkandung dalam penelitian ini. Sebagaimana definisi konsep di bawah

(11)

1. Potensi

Potensi diri merupakan kemampuan atau kekuatan baik yang belum terwujud maupun yang telah terwujud, yang dimiliki oleh seseorang buruh bangunan tetapi belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal.

2. Modal Sosial

Secara umum modal sosial adalah hubungan-hubungan yang tercipta berupa jaringan,

nilai dan norma, hubungan sosial, kepercayaan dan institusi yang membentuk kualitas dan kuantitas serta efisiensi masyarakat yang bekerja sebagai buruh bangunan dengan memfasilitasi tindakan-tindakan yang terkoordinasi serta sebagai perekat sosial (social glue)

yang menjaga kesatuan diantara anggota masyarakat luas secara bersama-sama.

3. Potensi Modal Sosial

Kemampuan masyarakat luas dalam suatu kelompok buruh bangunan untuk bekerja sama membangun modal sosial yang terdiri dari jaringan, nilai dan norma, hubungan sosial, kepercayaan dan institusi untuk mencapai tujuan bersama dalam menjamin kelangsungan

pekerjaan mereka.

4. Menumbuhkembangkan Modal Sosial

Yaitu upaya dari individu-individu yang bekerja sebagai buruh bangunan yang

terdapat di dalam masyarakat untuk bekerja sama membangun dan memperluas atau mengembangkan suatu jaringan, nilai dan norma, hubungan sosial, kepercayaan dan institusi

yang sudah lahir dan tercipta sebelumnya dari kelompok masyarakat buruh bangunan tersebut agar mencapai tujuan bersama untuk memperbaiki kualitas kehidupan mereka.

5. Desa

Desa adalah merupakan perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal

(12)

6. Buruh Bangunan

Undang-undang No.13 tahun 2003 (tentang ketenagakerjaan) mendefinisikan pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja pada si pemberi pekerjaan dan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Pekerja yang saya maksud disini adalah pekerja bangunan,

tukang atau kenek yang pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga dan fisik yang kuat, kemampuan dan keahliannya untuk mendapatkan balasan berupa pendapatan baik

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pada bagian News, dapat dimasukkan berita berita terkini mengenai dunia sepakbola pada khususnya agar seluruh penikmat sepakbola dapat terus mengikuti perkembangan yang

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan Model Pembelajaran ARCS ( Attention, Revance, Confidence,

dilihat pada gambar 3.1. Gambar 3.1 Struktur Organisasi Manajemen Coca-Cola Amatil Indonesia. 3.5.1 Job description Coca Cola Amatil Indonesia A.. 2) Menjalin hubungan baik

Permasalahan awal (pra tindakan) yang dihadapi dalam pembelajaran Matematika konsep operasi hitung perkalian dan pembagian adalah: (1) Kriteria Ketuntasan

Lampiran2 : Struktur Organisasi Departmen Quality Assurance... Lampiran4 :

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kesehatan yang diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyusun Laporan Praktek Kerja dan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan

Alasan informan bersalin di rumah karena kenyamanan dan kebiasaan keluarga yang sudah berlangsung, merasa kurang nyaman dan tidak praktis melahirkan di fasilitas

[r]