IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) PADA ANAK AUTIS DI SD MUHAMMADIYAH 9 MALANG
SKRIPSI
OLEH:
ELWI NAILUL MUNA 201210430311073
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) PADA ANAK AUTIS DI SD MUHAMMADIYAH 9 MALANG
SKRIPSI
diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana guru pendidikan sekolah dasar
OLEH:
ELWI NAILUL MUNA 201210430311073
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
LEMBAR PENGESAHAN
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILL) PADA ANAK AUTIS DI SD MUHAMMADIYAH 9 MALANG
Oleh : ELWI NAILUL MUNA (201210430311073)
Dipertahankan di depan dewan penguji Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang dan diterima
untuk memnuhi persyaratan meperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Mengesahkan:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang
Malang, 2 Mei 2016
Dekan FKIP,
Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes
Dewan Penguji: Tanda Tangan
1. Ari Dwi Haryono, M.Pd 1.
2. Frendy Aru F., M.Pd 2.
3. Dr. Hj. Daroe Iswatiningsih, M.Si 3.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan karena hanya berkat rahmat, hidayah-Nya skripsi dengan judul “Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) pada Anak Autis di SD Muhammadiyah 9 Malang” dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam tidak lupa selalu tercurahkan kepada junjungan kita , Nabiyullah Muhammad SAW.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat:
1. Drs. H. Fauzan, M.Pd selaku Rektor Univerfsitas Muhammadiyah Malang yang telah memfasilitasi selama berada di Universitas Muhammadiyah Malang
2. Dr. Poncojari Wahyono, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberi izin dalam proses penelitian.
3. Dr. Ichsan Anshori AM, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah membantu dalam proses penyelesaian segala urusan administrasi yang peneliti perlukan dalam menyusun skripsi.
4. Erna Yayuk, S.Pd, M.Pd selaku Dosen Wali yang telah memberikan arahan untuk cepat terselesaikannya tugas akhir ini.
5. Dr. Hj. Daroe Iswatiningsih, M.Si, selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan kesabaran dalam membimbing penulis. 6. Bustanol Arifin, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah sabar memberikan
arahan, masukan, dan bimbingan dalam membimbing penulis.
7. Bapak Sony Darmawan, M.Pd selaku Kepala Sekolah SD Muhammadiyah 9 Malang yang berkenan memberikan izin untuk melakukan penelitian.
8. Ibu Eka Susantin, S.S selaku Guru Pembimbing Khusus di SD Muhammadiyah 9 Malang yang telah membantu memberikan informasi demi terselesaikannya tugas akhir ini.
10. Ibu Diah Ayuningtyas, M.Pd selaku Guru Kelas 6 di SD Muhammadiyah 9 Malang yang telah memberikan informasi tentang anak autis.
11. Ayahanda Sukohadi, Ibunda Kustriwati, Adikku Elwinda tercinta, Yanuar Bobby dan para sahabat yang senantiasa mendoakan penulis dalam menuntut ilmu.
12. Mahasiswa PGSD angkatan 2012 yang selalu memberikan semangat dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
13. Teman-teman KKN 60 yang memberikan dukungan penuh terhadap penyelesaian skripsi ini.
14. Semua pihak yang terkait yang tidak mungkin dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga apa yang telah diberikan kepada peneliti, sennatiasa mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulias sadar bahqwa penelitian ini masih belum sempurna maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti lain maupun bagi oranglain yang membacanya saat ini ataupun di kemudian hari.
Malang, 2 Mei 2016
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Abstrak (dalam B.Indonesia) ...iii
Abstrak (dalam B.Inggris) ... iv
Surat Pernyataan ... v
Lembar Persetujuan ... vi
Lembar Pengesahan ... vii
Halaman Persembahan ... viii
Motto ... ix
Kata Pengantar ... x
Daftar Isi ... xii
Daftar Tabel ... xiv
Daftar Gambar ... xv
Daftar Lampiran ... xvi
BAB I Pendahuluan ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Batasan Masalah ... 7
1.3Rumusan Masalah ... 7
1.4Tujuan Penelitian ... 7
1.5Manfaat Penelitian ... 8
1.6Ruang Lingkup Penelitian ... 9
1.7Definisi Istilah ... 9
BAB II Landasan Teori ... 11
2.1 Kajian Teori ... 11
2.1.1 Tinjauan tentang Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ... 11
2.1.1.1 Pengertian Kecakapan Hidup (Life Skills) ... 11
2.1.1.2 Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ... 14
2.1.1.3 Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ... 16
2.1.1.4 Konsep Kecakapan Hidup (Life Skills) dan Sistem Pendidikan Nasional ... 18
2.1.1.4.1 Kecakapan Personal ... 19
2.1.1.4.2 Kecakapan Mengenal Diri dan Berfikir Rasional ... 20
2.1.1.4.3 Kecakapan Sosial ... 22
2.1.1.4.4 Kecakapan Akademik ... 22
2.1.1.4.5 Kecakapan Vokasional ... 23
2.1.1.5 Ciri-ciri Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ... 24
2.1.1.6 Proses Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ... 25
2.1.2 Tinjauan tentang Autis ... 28
2.1.2.1 Pengertian Autis ... 28
2.1.2.2 Ciri-ciri Anak Autis ... 31
2.1.2.3 Gambaran Unik Anak Autis ... 32
2.1.2.4 Perilaku Anak Autis ... 33
2.3 Kerangka Pikir ... 38
BAB III Metode Penelitian ... 40
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 40
3.2 Kehadiran dan Peran Peneliti ... 41
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41
3.4 Data dan Sumber Data ... 42
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.6 Prosedur Penelitian ... 45
3.7 Teknik Analisis Data ... 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50
4.1 Hasil Penelitian ... 50
4.1.1 Profil Sekolah ... 50
4.1.2 Karakteristik Anak Autis ... 51
4.1.3 Karakteristik Guru Anak Autis ... 55
4.1.4 Penerapan Pendidikan Kecakapan Hidup ... 61
4.1.4.1 Kecakapan Personal... 61
4.1.4.2 Kecakapan Sosial ... 67
4.1.4.3 Kecakapan Akademik ... 70
4.1.5 Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup ……….….. 75
4.1.5.1 Perencanaan Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup …..….. 75
4.1.5.2 Metode Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup ……… 78
4.1.5.3 Evaluasi Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup ……....….. 80
4.1.6 Faktor Penghambat dalam menanamkan Pendidikan Kecakapan Hidup ... 82
4.1.6.1 Faktor Internal ... 82
4.1.6.2 Faktor Eksternal ... 84
4.2 Pembahasan ... 86
4.2.1 Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) pada Anak Autis dari Aspek Kecakapan Personal ... 88
4.2.2 Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) pada Anak Autis dari Aspek Kecakapan Sosial ... 91
4.2.3 Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) pada Anak Autis dari Aspek Kecakapan Akademik... 93
4.2.4 Hambatan Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill) pada Anak Autis ... 95
BAB V PENUTUP ... 97
5.1 Kesimpulan ... 97
5.2 Saran ...97
DAFTAR PUSTAKA ... 99
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kecakapan Hidup Individu ... 12
Gambar 2.2 Skema Terinci Life Skilll ... 19
Gambar 2.3 Hubungan antara Kehidupan Nyata, Kecakapan Hidup dan Mata Pelajaran ... 26
Gambar 2.4 Tahapan dalam Internalisasi ... 27
Gambar 2.5 Kerangka Pikir ………..… 39
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Lampiran 2 Kisi-kisi Pengumpulan Data Lampiran 3 Pedoman Wawancara
Lampiran 4 Pedoman Pengumpulan Data Lampiran 5 Instrumen Observasi Pembelajaran Lampiran 6 Instrumen Karakteristik Anak Autis Lampiran 7 Bukti Catatan Lapang
Lampiran 8 Surat Melakukan Penelitian Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 10 Transkripsi Informan Lampiran 11 Korpus Data Penelitian Lampiran 12 Tabel Analisis Penelitian Lampiran 13 Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Amirin,Tatang M. 2002. Landasan Filosofis Pendidikan Berwawasan Kecakapan Hidup. (Dinamika Pendidikan, No.1/Th.IX) Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Anwar, 2006. Pendidikan Kecakapan Hidup, Konsep dan Aplikasi. Bandung:CV Alfa Beta.
Depdiknas, 2002. Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Dalam Pembelajaran, Madrasah Aliyah. Jakarta: Team Broad Based Education. Depdiknas, 2003. Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional: Permendiknas No.70 tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi peserta didik yang memiliki kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2004. Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup (Life Skills)Pendidikan Nonformal. Jakarta: Ditjen Diklusepa.
Hardhy, Lanny. 2002. Pendidikan Berbasis Luas Kecakapan Hidup. Bandung: Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.
Hidayanto. 2002. Belajar Keterampilan Berbasis Keterampilan Belajar, Dalam JurnalPendidikan dan Kebudayaan, No. 037. Jakarta: Balitbang Diknas. Maulana, Mirza, Anak Autis Mendidik Anak-anak Autis dan Gangguan Mental
lainnya Menuju Anak Cerdas dan Sehat (Ed.). Jogjakarta: Kata Hati.
Mawardi, Imam. 2012. Jurnal. Pendidikan Life Skill Berbasis Budaya Nilai-Nilai Islami. Surabaya. UIN Sunan Ampel.
Mawarti, Eka. 2006. Interaksi Sosial Anak Autisme di SLB Bina Anggita Yogyakarta: Laporan Penelitian.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa. 2009. Jakarta: Sekertariat Negara.
Prabowo, Sugeng Listyo. Faridah Nurmaliyah. 2010. Perencanaan Pembelajaran. Malang: UIN Maliki Press.
Prasetyono. D.S. 2008. Serba-serbi Anak Autis. Jogjakarta: DIVA Press.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hak asasi hidup setiap manusia. Oleh karena itu,
setiap manusia memiliki hak untuk memperoleh pendidikan yang layak dan
bermutu sesuai dengan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki tanpa
memandang status sosial, ras, etnis, agama maupun gender. Dalam dunia
pendidikan pemerintah mewajibkan setiap warga negaranya terutama anak-anak
untuk wajib belajar 12 tahun tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus. Pada
dasarnya anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak yang sama dengan anak
normal. Pendidikan juga dapat menjadi akses yang merata dan dilakukan
peningkatan mutu pendidikan, akan membuat manusia memiliki kecakapan hidup,
sehingga dapat mencapai pembangunan manusia seutuhnya. Implementasi dalam
kecakapan hidup perlu diprogramkan guna membantu tercapainya pendidikan
yang sesuai dengan subyek didik khususnya anak autis.
Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan juga harus menjamin bahwa peserta
didik yang terlayani adalah dari dan untuk semua peserta didik tanpa terkecuali,
2
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa.(Sisdiknas,2003)
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan menyatakan bahwa penerimaan peserta didik pada
setiap satuan pendidikan dilakukan tanpa diskriminasi. Bentuk diskriminasi yang
dimaksud antara lain pembedaan batas dasar gender, agama, etnis, status sosial,
kemampuan ekonomi, dan kondisi fisik atau mental anak. Guna menjamin
pelayanan pendidikan sebagaimana yang dimaksud, maka Pemerintah melalui
Menteri Pendidikan Nasional telah menerbitkan Peraturan Mendiknas nomor
70/2009 tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan
dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/ atau Bakat Istimew (Mendiknas, 2009).
Pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 2 juga disebutkan bahwa warga negara
yang memiliki fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak
mendapatkan pendidikan khusus (Sisdiknas,2003). Permendiknas Nomor 70
Tahun 2009 telah dijelaskan bahwa pendidikan inklusif adalah sistem
penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta
didik yang memiliki kelainan dan memiliki kecerdasan dan/atau bakat istimewa
untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan
secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Pendidikan Inklusif
sebagai filosofi pendidikan menempatkan prioritas tertinggi pada pemenuhan hak
untuk memperoleh pendidikan kepada semua anak, termasuk di dalamnya peserta
didik berkebutuhan khusus. Implementasi pendidikan Inklusif membawa
3
semua warga sekolah (guru, keplaa sekolah, pengurus yayasan, petugas
administrasi, penjaga sekolah, orang tua) dan masyarakat sadar serta memiliki
tanggung jawab bersama dalam mendidik semua peserta didik, sehingga mereka
dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang mereka miliki
(Permendiknas, 2009).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang
pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa menyebutkan bahwa pemerintah kabupaten/
kota perlu menyediakan paling sedikit 1 (satu) orang guru pembimbing khusus
(GPK) pada satuan yang ditunjuk untuk menyelenggarakan pendidikan inklusif
(Permendiknas,2009). Pentingnya guru pembimbing khusus (GPK) di sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif sesuai dengan Pasal 41 Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, bahwa: “Setiap
satuan pendidikan yang telah melaksanakan pendidikan inklusif harus memiliki
tenaga kependidikan yang mempunyai kompetensi menyelenggarakan
pembelajaran bagi peserta didik dengan kebutuhan khusus” (Peraturan
Pemerintah,2005).
Kecakapan hidup merupakan satu unsur penting dalam pendidikan yang
harus dikuasai oleh peserta didik dalam jenjang pendidikan apapun. Secara
definisi kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk
berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa
tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi
sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Tujuan pendidikan kecakapan hidup
4
mengembangkan potensi manusiawi peserta didik untuk menghadapi perannya di
masa yang akan datang. Jika menilik dari definisi dan tujuan dari adanya
pendidikan kecakapan hidup tersebut sangat nampak jelas bahwa pendidikan
kecakapan hidup berusaha untuk lebih mendekatkan pendidikan dengan
kehidupan sehari-hari seorang anak, dan mempersiapkannya menjadi orang yang
dewasa yang dapat hidup dengan baik dimanapun serta dengan kondisi apapun dia
berada.
Autis berasal dari kata “auto” yang berarti sendiri, penyandang autis
seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah autis baru diperkenalkan sejak
tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad
lampau (Handojo,2003). Autis adalah suatu keadaan seseorang sejak lahir atau
usia balita yang mengalami cacat pada perkembangan psikis dan syarafnya. Anak
autis merupakan salah satu anak yang memerlukan penanganan khusus
mengalami gangguan perkembangan dalam perilaku, bahasa, serta interaksi sosial
dan dapat dideteksi sebelum usia 3 tahun sehingga memerlukan layanan khusus.
Seorang anak autis tidak bisa membentuk hubungan sosial dan komunikasi yang
normal dengan lingkungannya.
Sama seperti anak normal pada umumnya, anak autis juga memiliki hak
untuk mendapatkan pendidikan yang layak baginya. Sebaiknya jangan
membedakan antara anak autis dengan anak pada normalnya. Karena jika anak
autis diberikan pendidikan yang baik serta layak, anak autis akan dapat
berkembang dengan normal. Cara yang paling efektif dalam membantu anak autis
adalah dengan menyediakan bentuk layanan pendidikan yang memadai dan
5
pendidikan bagi penyandang anak autis yang dapat membantu mereka dalam hal
pendidikan serta berinteraksi dengan orang lain. Seperti pendidikan kecakapan
hidup sangat diperlukan bagi anak autis karena anak autis tergolong anak yang
kurang dapat berinteraksi sehingga dengan adanya pendidikan kecakapan hidup
anak penyandang autis dapat lebih bisa mandiri terhadap dirinya sendiri.
Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran kecakapan
hidup yang diberikan oleh guru pembimbing khusus masih melaksanakan
pendidikan kecakapan hidup sehari-hari sesuai dengan bina dirinya, seperti
memakai sepatu sendiri, makan, minum, mengancingkan baju, dan sebagainya.
Padahal kawasan pendidikan kecakapan hidup sehari-hari sangat luas. Apabila
hanya dilaksanakan berdasarkan bina dirinya masih belum seutuhnya tercakup
sehingga implementasinya dalam memberikan pendidikan kecakapan hidup masih
belum tercapai maksimal. Dengan implementasinya pendidikan kecakapan hidup
yang dilakukan guru pembimbing khusus, diharapkan guru mampu melaksanakan
pendidikan kegiatan hidup sehari-hari yang merupakan salah satu dari kecakapan
hidup yang hendaknya dikuasai oleh anak autis supaya mampu menolong dirinya
sendiri, dan “mandiri”.
Guru pembimbing khusus masih mengalami kesulitan dalam
mengimplementasikan kecakapan hidup dari segi pemahamannya. Karena pada
dasarnya anak autis ini memiliki kekurangan tidak hanya dari segi autisnya tapi
juga pelafalan pada saat berbicara. Anak autis tersebut terkadang masih
menunjukkan sikap yang sangat aktif dan kurang bisa memahami apa yang sedang
diinstruksikan. Tidak hanya kurang tercapainya pelaksanaan pendidikan
6
terbatasnya waktu dalam melaksanakan pelayanan, terbatasnya tempat yang masih
berpindah-pindah dan tidak memiliki ruang khusus untuk melaksanakan proses
pembelajaran maupun pendidikan kecakapan hidup serta minimnya tenaga
pendidik khusus sehingga Guru Pembimbing Khusus yang ada di SD
Muhammadiyah 9 Malang bekerja sama dengan guru kelas ataupun guru
pendamping kelas untuk membantu memberikan pelayanan pada saat proses
dilakukan di kelas regular dan tidak mendapatkan pendampingan dari Guru
Pembimbing Khusus. Anak autis yang peneliti tangani saat ini ada dua anak autis
yang telah duduk di kelas I dan di kelas VI. Untuk anak yang kelas I dia memiliki
sikap yang hiperaktif sehingga untuk mengondusifkan dirinya sangat dibutuhkan
pendampingan khusus, terlebih dia sekarang masih dalam proses adaptasi di
lingkungan baru. Anak autis yang saat ini duduk di kelas VI telah mampu menulis
dengan lancar, tetapi disaat membaca dia masih kurang dapat jelas dalam
menyampaikan apa yang ia ingin sampaikan. Terkadang apa yang peneliti dan
Guru tanyakan padanya terespon jauh dari pembicaraannya, seakan apa yang
pernah dia lakukan itu yang dia sampaikan.
Kondisi di lapangan dan melihat kenyataan implementasi kecakapan hidup
pada anak autis di SD Muhammadiyah 9 Malang yang masih dirasa kurang
terimplementasi, untuk itu peneliti berusaha untuk menganalisis implementasi
pendidikan kecakapan hidup yang diberikan kepada Guru Pembimbing Khusus
dan penelitian ini oleh peneliti diberi judul “Implementai Pendidikan Kecakapan
7
1.2Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah pada latar belakang, peneliti dapat
mengemukakan bahwa permasalahan dan pembahasan tersebut sangat luas dan
karena adanya keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan peneliti, sehingga
permasalahan dan pembahasan pada penelitian ini peneliti batasi mengenai
implementasi pendidikan kecakapan hidup pada anak autis di SD Muhammadiyah
9 Malang yang mencangkup pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup dan
hambatan dalam pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup pada anak autis. Pada
penelitian ini peneliti membatasi dengan meneliti anak autis yaitu satu anak autis
yang duduk di kelas I dan satu anak autis yang duduk di kelas VI di SD
Muhammadiyah 9 Malang.
1.3Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat
merumuskan permasalahan. Di antaranya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah implementasi pendidikan kecakapan hidup pada anak Autis
yang ada di SD Muhammadiyah 9 Malang?
2. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam pelaksanaan implementasi
pendidikan kecakapan hidup pada anak Autis yang ada di SD Muhammadiyah
9 Malang?
1.4Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, peneliti dapat menyimpukalan tujuan penelitian
8
1. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan implementasi kecakapan hidup pada
anak autis yang ada di SD Muhammadiyah 9 Malang
2. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan faktor penghambat pelaksanaan
implementasi kecakapan hidup pada anak autis di SD Muhammadiyah 9
Malang
1.5Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
1) Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah penelitian dibidang
pendidikan kecakapan hidup siswa autis, yang berkaitan dengan kemandirian
anak autis di SD Muhammadiyah 9 Malang. Bagi ilmu pengetahuan,
penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam memandirikan dirinya.
2) Untuk mengembangkan wawasan dan pengetahuan keilmuan penulis tentang
pendidikan kecakapan hidup anak autis untuk meningkatkan kemandirian
bagi siswa autis.
b. Secara Praktis
1) Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada
pembimbing yang dalam hal ini adalah Guru Pembimbing Khusus tentang
implementasi pendidikan kecakapan hidup anak autis.
2) Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan akademik dan
para peneliti berikutnya sebagai bahan kajian untuk melakukan penelitian
9
3) Sebagai evaluasi bagi di SD Muhammadiyah 9 Malang dalam
mengimplementasikan pendidikan kecakapan hidup anak autis untuk
meningkatkan kemandirian siswa autis.
1.6Ruang Lingkup Penelitian
Dalam ruang lingkup penelitian, penulis dan mengambil batasan yang
mengacu pada implementasi pendidikan kecakapan hidup yang diberikan kepada
anak autis di SD Muhammadiyah 9 Malang. Upaya-upaya yang dilakukan dalam
mempersiapkan kecakapan hidup anak berkebutuhan khusus:
- Meningkatkan Kualitas Kecakapan Hidup siswa khususnya Anak
Berkebutuhan Khusus
- Meningkatkan Kualitas Guru Pembimbing Khusus dalam memberikan
pendidikan kecakapan hidup
1.7Definisi Istilah
1) Kecakapan Hidup (Life Skill)
Kecakapan hidup ialah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani
menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar (Lanny Hardi,
2002:5). Kecakapan hidup yang dimaknai juga seseorang yang memiliki
pengetahuan (knowledge) dan kecakapan (skills) tertentu untuk dapat hidup layak secara normatif (Amirin, 2002:60).
2) Autis
Autis adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak
yang gejalanya telah timbul sebelum anak itu mencapai usia 3 tahun. Hal
10
berkomunikasi, keterlambatan berbicara atau sama sekali tidak dapat
berbicara, menggunakan bahasa yang aneh dan sulit memulai atau
mempertahankan percakapan dengan orang lain, dan kata-kata yang di