• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. - Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pendapatan Petani Gula Aren Dan Pengembangannya Pada Lahan Marginal Di Kabupaten Tapanuli Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. - Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pendapatan Petani Gula Aren Dan Pengembangannya Pada Lahan Marginal Di Kabupaten Tapanuli Selatan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian dengan segala kebijakannya di Indonesia pada

hakekatnya bertujuan untuk (1) Meningkatkan produksi dan pendapatan petani,

(2) Menambah lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran yang diharapkan

dapat menekan kemiskinan, (3) Menjaga kelestarian sumber daya alam, dan (4)

Meningkatkan devisa negara. Subsektor perkebunan merupakan salah dari satu

subsektor pertanian yang secara tradisional telah mampu menghasilkan devisa

bagi negara melalui ekspor hasil perkebunan. Hasil-hasil perkebunan yang selama

ini merupakan komoditi ekspor antara lain karet, kelapa sawit, teh, kopi dan

tembakau. Sebagian besar tanaman perkebunan tersebut merupakan usaha

perkebunan rakyat, sedangkan sisanya diusahakan oleh perkebunan besar baik

milik pemerintah maupun milik swasta. Oleh karena itu, pertanian yang terdiri

dari berbagai subsektor merupakan sektor yang penting dalam perekonomian

Indonesia. Untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian, dapat dilakukan

dengan agroindustri, salah satunya adalah dengan melihat potensi gula aren di

wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan (Pulungan,2013).

Salah satu daerah yang potensial untuk usaha gula aren di Provinsi

Sumatera Utara adalah daerah Tapanuli Bagian Selatan. Pada masa ini , sekitar

25% produksi gula aren yang beredar di Provinsi Sumatera Utara berasal dari

Tapanuli Bagian Selatan. Dua Kabupaten di Tapanuli Bagian Selatan yang

sangat potensial sebagai lumbung gula aren dari dulu adalah Kabupaten Tapanuli

(2)

Sumatera Utara telah mencanangkan dua Kabupaten tersebut sebagai sentra

pengembangan gula aren menjadi gula semut (brown sugar).

Agroindustri dapat diandalkan menjadi leading sektor atau sektor yang

memimpin dalam perekonomian Indonesia, karena agroindustri (1) Memiliki

pangsa pasar yang besar dalam perekonomian secara keseluruhan sehingga

kemajuan yang dicapai dapat menarik pertumbuhan perekonomian secara total,

(2) Memiliki pertumbuhan dan nilai tambah yang relatif tinggi, (3) Memilik

keterkaitan ke depan dan ke belakang yang cukup besar sehingga mampu menarik

pertumbuhan banyak sektor lain, (4) Keragaman dan performannya berbasis

sumber daya domestik sehingga efektif dalam membangun daerah serta kuat dan

fleksibel terhadap guncangan eksternal.

Agroindustri merupakan salah satu subsistem agribisnis yang strategis,

dimana dari pengembangannya diharapkan terjadi peningkatan nilai tambah hasil

pertanian melalui pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan teknologi

pengolahan oleh petani tradisional. Aren memiliki potensi ekonomi yang tinggi

karena hampir semua bagiannyadapatmemberikan keuntungan finansial. Buahnya

dapat dibuat kolang-kaling yang digemari olehmasyarakat Indonesia pada

umumnya. Daunnya dapat digunakan sebagai bahan kerajinan tangandan bisa juga

sebagai atap, sedangkan akarnya dapat dijadikan bahan obat-obatan. Dari

batangnyadapat diperoleh ijuk dan lidi yang memiliki nilai ekonomis. Selain itu,

batang usia muda dapatdiambil sagunya, sedangkan pada usia tua dapat dipakai

sebagai bahan perabot. Namun darisemua produkaren,nira yang berasal dari

lengan bunga jantan sebagai bahan untuk produksigula aren dan atau gula semut

(3)

Dengan produk utamanya gula aren (sugar palm) , tanaman aren memiliki

prospek ekonomi yang sangat baik karena sampai saat ini permintaan gula di

Indonesia belum dapat dicukupi dengan produksi nasional. Menurut data dari

Ditjend Perkebunan (2004), produksi gula dalam negeri Indonesia rata-rata

adalah 2,1 juta ton pertahun , sementara tingkat konsumsi mencapai 2,7 juta ton.

Data diatas menunjukkan bahwa usaha budidaya aren untuk produksi gula

merupakan sebuah usaha yang secara ekonomis masih sangat potensial untuk

dikembangkan sebagai komoditas untuk menciptakan lapangan pekerjaan,

mengurangi angka kemiskinan diwilayah pedesaan sekaligus sebagai upaya

konservasi dan pemanfaatan lahan-lahan marginal yang selama ini kurang

mendapat perhatian yang serius (Indriyanto, 2012). Berdasarkan tempat tumbuh

tanaman aren akan tumbuh dengan baik pada ketinggian antara 9 – 2000 m dpl

dengan curah hujan lebih dari min 1200 mm/tahun . Tanaman ini tidak

membutuhkan kondisi tanah yang khusus dan tidak memerlukan pemeliharaan

yang intensif , dapat tumbuh pada tanaman liat, berlumpur dan berpasir,

( Balai Penelitian Tanaman Palma, 2010).

Data perkiraan luas tanaman aren saat ini kurang tepat jika

menggunakannya hanya luas areal, sebab antar petani disetiap daerah tidak sama

kepadatannya perhektar. Di Sumatera kepadatan tanaman 5-164 pohon/ha, di

Sulawesi Utara 3-120 pohon/ha sedang di Papua 7-75 pohon/ha (Akuba, 2004).

Kepadatan populasi tanaman aren sebaiknya dilakukan berdasarkan jumlah

populasi aren. Umumnya tanaman aren banyak yang tumbuh di kawasan hutan

sehingga populasi aren dapat dilakukan dengan menghitung luas kawasan hutan

(4)

Kabupaten Tapanuli Selatan, yang termasuk dalam wilayah administrasi

Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 2010 memiliki tanaman aren seluas 388.00

ha , dan di tahun 2012 mengalami peningkatan yang tinggi di akibatkan adanya

program pemerintah di tahun 2012 diadakan penanaman besar-besaran melalui

kelompok tani maupun lingkup akademisi pendidikan, seperti Universitas Graha

Nusanta (UGN). Beberapa komoditi perkebunan yang diusahakan petani di

Kabupaten Tapanuli Selatan sebagaimana terlihat pada Tabel 1 berikut :

Tabel1.1. Luas Pertanaman Beberapa Komoditi Perkebunan Rakyat di Tapanuli Selatan

No Komoditi Luas Pertanaman (ha)

2009 2010 2012

1 K a r e t 20.167,50 20.336,50 24.218,95

2 S a w i t 4.942,25 4.950,25 5.104,50

3 K a k a o 3.518,25 3.569,50 3.629,25

4 Kopi Robusta 2.818,00 2.913,75 3.123,75

5 Kemiri 501,00 503,00 500,50

6 Kelapa 414,00 415,50 348,50

7 A r e n 390,50 388,00 676,25

8 Pinang 310,50 311,75 305,50

9 Kulit Manis 362,75 281,75 281,25

10 Cengkeh 30,00 40,75 69,50

11 Kapulaga 8,50 8,50 8,50

12 K a p u k 5,36 5,26 5,00

13 P a l a 1,00 1,00 1,00

(5)

Data yang sederhana itu, juga menggambarkan bahwa komoditas aren

masih mempunyai peluang untuk dikembangkan di Tapanuli Selatan. Dalam

rangka pengembangan komoditi aren, upaya yang telah dilakukan oleh

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, antara lain memberangkatkan

rombongan petani aren, pengusaha gula merah dan pegawai dari Dinas terkait

yang mewakili unsur perguruan tinggi yang ada di Kota Padangsidimpuan, untuk

melakukan studi banding ke Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa Selatan,

Provinsi Sulawesi Utara dari tanggal 22 September– Oktober 2011, sebagai tindak

lanjut studi banding diberikan pelatihan budidaya aren kepada petani peserta studi

banding dan mahasiswa Fakultas Pertanian dari beberapa perguruan tinggi yang

ada, yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian bibit aren kepada peserta

pelatihan.

Berdasarkan pengamatan, aren di Tapanuli Selatan masih tumbuh secara

alami, belum ada perlakuan dari petani terhadap tanaman aren yang memang

tumbuh secara alami. Begitu juga dengan usaha pembuatan gula aren, masih

sangat tradisional dengan mempergunakan teknologi yang sangat minim ataupun

sederhana, bahkan cenderung merupakan usaha sampingan karena penyadapan

aren dilakukan biasanya dua kali sehari pagi dan sore, sehingga di luar itu, petani

masih bisa melakukan kegiatan usahatani lainnya. Penyadapan aren dilakukan

secara perseorangan oleh masing-masing petani kemudian proses pemasakan gula

aren dilakukan pada sore hari di sekitar lahan aren yang disadap.

Usaha gula aren di Kabupaten Tapanuli Selatan yang saat ini diusahakan

petani aren sebagian besar adalah warisan dari orang tua. Mereka mengelola

(6)

sebagian tempat, ada juga petani yang menjual nira untuk dijadikan minuman

tradisonal. Selain mengelola gula aren, petani juga mengelola komoditi lain

umumnya adalah karet, padi dan salak. Namun, petani tidak mempunyai

kemampuan untuk menghitung penghasilannya dari masing-masing usahataninya,

sehingga kesulitan dalam menentukan tanaman aren apakah sebagai penghasilan

utama atau sebagai penghasilan sampingan. Petani juga tidak mampu

menganalisis penerimaannya dari usahatani aren. Dari hasil penerimaan yang di

dapatkan, kebanyakan petani gula aren tidak mengetahui persis berapa pendapatan

yang semestinya di terima petani gula aren setelah dikurangi biaya lainnya, seperti

berapa besar bahan bakar yang digunakan untuk menghasilkan jumlah gula aren

yang dihasilkan dan penggunaan alat-alat yang diperlukan untuk memproduksi

gula aren tersebut , disamping berapa besar jumlah penyusutan peralatan yang

digunakan setiap harinya dalam memproduksi gula aren tersebut. Dalam

penelitian ini akan kita bahas apa-apa saja faktor yang mempengaruhi pendapatan

petani gula aren di yang mana pengolahannya sebahagian besar masih bersifat

tradisional dan turun temurun/warisan dari orang tua, serta apakah usaha produksi

gula aren ini menguntungkan dan layak untuk di kembangkan dalam

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani aren di Kabupaten Tapanuli

Selatan.

Hasil survei pendahuluan yang dilakukan menunjukan bahwa ada petani

yang sangat menikmati penghasilan dari gula aren karena mempunyai jumlah

batang aren yang produktif dalam jumlah yang banyak, sehingga cenderung

mengurangi kegiatan pada usahatani lainnya. Ada petani yang mempunyai

(7)

sedikit, dan produksi nira yang rendah. Beberapa waktu yang lewat, di beberapa

kecamatan seperti Kecamatan Marancar dan Kecamatan Angkola Barat, ada

beberapa petani yang sengaja menebang tanaman aren yang tumbuh secara alami,

supaya tidak mengganggu terhadap tanaman salak yang sedang diusahakan karena

harganya sedang naik. Sekarang, hal itu merupakan sesuatu yang sangat disesali

oleh petani, karena tanaman salak tidak memberikan hasil seperti yang

diharapkan, sementara aren yang terlanjur disingkirkan harus menunggu sekitar

7-12 tahun untuk bisa disadap kembali (Nasution, 2009).

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan, dalam menyusun kebijakan

pengembangan potensi tanaman aren, sangat membutuhkan informasi dan data

yang berkaitan dengan keadaan pertanaman aren, nira dan gula aren. Penelitian ini

diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi. Produk agribisnis, seperti

nira bisa dijadikan sebagai bahan baku industri gula disamping dicetak sebagai

gula aren sehingga agroindustri aren di pedesaan sebagai subsistem agribisnis hilir

akan lebih berkembang dan dapat meningkatkan pendapatan petani aren.

Agroindustri merupakan produk-produk primer yang mengambil komoditas

pertanian sebagai bahan baku, kemudian diolah sehingga memiliki nilai tambah

yang dapat meningkatkan pendapatan petani yang diharapkan dapat meningkatkan

kesejahteraannya, dan dapat pula menyerap kelebihan tenaga kerja di pedesaan

sehingga bisa mengurangi pengangguran terselubung, menekan angka urban dan

migrasi yang dapat menimbulkan masalah sosial di perkotaan. Pengembangan

agroindustri aren menghadapi kendala yang sama dengan pengembangan

agroindustri lainnya seperti, (1) Keterbatasan modal, karena akses petani yang

(8)

pengelola dalam hal penerapan teknologi, (3) Kelembagaan sosial dan ekonomi

yang mulai jauh dari kehidupan masyarakat, (4) Ke-tidakberpihak-an dari

pemerintah berupa kebijakan yang tidak pro poor, pembangunan sarana dan

prasarana yang tidak memadai, program yang tidak mengakar dari permasalahan

yang dihadapi masyarakat desa serta tidak berkelanjutan.

Aren (Arenga pinnata Merr) adalah salah satu keluarga palma yang

serbaguna, Sekalipun lebih dikenal sebagai tanaman hutan, aren telah mulai

dibudidayakan secara baik oleh suku Batak Toba sejak awal tahun 1900.

Tanaman ini tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia pada berbagai kondisi

agroekosistem. Penyebaran dan pertumbuhan aren umumnya berlangsung secara

alamiah. Di beberapa tempat, terutama yang memiliki kebiasaan membuat gula

atau mengonsumsi minuman beralkohol, aren sudah sering ditanam secara

sengaja, meskipun umumnya sebagai tanaman pinggiran atau tanaman sela di

antara tanaman pepohonan yang sudah ada. Meskipun para petani penderes

mengakui bahwa gula yang dihasilkan dari nira aren sangat menolong ekonomi

mereka, perhatian pemerintah terhadap upaya pengembangan tanaman ini sangat

terbatas dan tidak konsisten. Hal yang sama dijumpai pada lembaga-lembaga

penelitian, penelitian tanaman aren umumnya dilakukan secara lebih mengarah

kepada budidaya dan produksi tanaman aren.

terbarukan. Di samping itu, aren memiliki kemampuan fungsi hidrologis

yang tinggi sehingga sangat sesuai untuk tanaman konservasi. Di pulau Jawa,

tanaman aren banyak ditebang untuk dipanen patinya sehingga mempercepat

penurunan populasi( Allorerung,2007). Hampir semua bagian tanaman aren

(9)

Luas dan jumlah kawasan lahan kritis di Indonesia meningkat dengan laju

yang makin tinggi, baik di dalam kawasan hutan maupun di kawasan pertanian

dan pemukiman. Hal ini antara lain disebabkan karena eksploitasi sumberdaya

alam, khususnya hutan, di masa lalu yang dilakukan secara tidak bijaksana.

Seiring dengan itu, peningkatan jumlah penduduk telah mendorong perluasan

areal pertanian ke kawasan hutan yang sudah dieksploitasi. Sebagian dari kawasan

tersebut berada pada topografi berlereng dan telah mengalami kebakaran berulang

sehingga terjadi peningkatan secara tajam areal lahan kritis, baik pada lahan yang

masih termasuk kawasan hutan maupun dalam kawasan hutan yang sudah berubah

menjadi kawasan pemukiman/pertanian. Kerusakan dan konversi hutan

menyebabkan degradasi sumberdaya lahan makin meluas sehingga kemampuan

kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) menyerap air hujan makin menurun,

cadangan air tanah makin menurun dan aliran permukaan makin meningkat.

Akibatnya, erosi makin berat serta bencana banjir dan kekeringan makin sering

terjadi. Sebagai gambaran, luas lahan kritis dalam kawasan pertanian/pemukiman

meningkat dari sekitar 15 juta hektar pada tahun 1980 menjadi sekitar 20 juta pada

tahun 2000 dan saat ini diperkirakan sudah mencapai 25 – 30 juta ha.

Selain degradasi lahan dan lingkungan yang bermula dari eksploitasi

hutan, juga terjadi kerusakan secara sistematis pada lahan pertanian di sepanjang

DAS (Daerah Aliran Sungai) atau dalam kawasan tangkapan air hujan, sebagai

akibat cara-cara bertani yang tidak mengindahkan prinsip pertanian berkelanjutan.

Akibatnya, produktivitas lahan makin merosot, kemampuan menyerap air hujan

makin berkurang, aliran permukaan makin meningkat dan erosi makin meningkat,

(10)

kondisinya tidak sesuai dan membutuhkan modal kembali untuk

mengusahakannya agar dapat di manfaatkan kembali secara maksimal.

Sumbangan kawasan pertanian dan pemukiman terhadap banjir dan penurunan

cadangan air tanah saat ini di beberapa daerah sudah lebih besar daripada

sumbangan kawasan hutan. Pada saat yang sama terjadi proses fragmentasi

kepemilikan lahan karena sistem pewarisan, sehingga petani makin sulit

memenuhi kebutuhannya dan makin tidak mampu menerapkan teknologi berbasis

prinsip konservasi lahan. Dengan demikian , akan terjadi proses degradasi lahan

pertanian yang makin parah dan proses peningkatan masalah banjir dan

kekurangan air, sehingga tanaman aren tersebut di upayakan untuk ditanami pada

lahan yang memiliki tingkat kemiringan yang tinggi, sehingga lahan tersebut

dapat di gunakan untuk ditanami tanaman aren selain untuk meningkatkan

pendapatan petani juga untuk menahan tingkat laju erositas tanah di lahan-lahan

miring dan meningkatkan lahan-lahan yang mutunya rendah (Pulungan,2013).

Kedua proses degradasi lahan dan lingkungan tadi secara sistematis

makin meningkatkan jumlah keluarga tani miskin di kawasan tersebut, sehingga

mereka makin terdorong merambah hutan yang masih tersisa. Dengan demikian,

jelaslah bahwa tanpa intervensi yang memadai, proses kerusakan lingkungan dan

hutan akan terus berlanjut dan pada akhirnya menjadi bencana yang dahsyat bagi

umat manusia.

Mengingat kelestarian sumberdaya alam dan keberlanjutan sistem

pertanian erat kaitannya dengan penduduk atau masyarakat petani setempat, maka

pengembangan sistem pertanian berkelanjutan berbasis tanaman

(11)

tersebut, maka perlu dipilih jenis komoditas yang tepat agar di samping dapat

berkembang baik pada kondisi lahan marginal, juga dapat memberikan

pendapatan yang tinggi bagi petani serta pengembangan ekonomi secara regional

atau kawasan.(Allorerung, 2007). Secara ekologis aren memiliki keunggulan

sebagai tanaman konservasi. Tanaman aren bisa bertumbuh subur di tengah

pepohonan lain dan semak-semak, karenanya untuk penanaman aren tidak

diperlukan kegiatan land clearing , aren adalah jenis pohon yang ramah

lingkungan. Dengan akarnya sedalam 6-8 meter , pohon aren sangat efektif untuk

menarik dan menahan air. Aren bisa tumbuh di dataran, lereng bukit dan gunung.

Pohon aren dengan perakaran yang melebar sangat bermanfaat untuk mencegah

terjadinya tingkat erositas tanah, demikian juga dengan daun yang cukup lebat dan

batang yang tertutup dengan lapisan ijuk ,akan sangat efektif untuk menahan

turunnya air hujan yang langsung kepermukaan tanah (Duryat, 2012).

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang pemanfaatan usaha gula aren di Kabupaten Tapanuli

Selatan , maka timbul pertanyaan :

a. Apakah produksi, harga,rendeman dan jumlah batang sadapanberpengaruh

terhadap pendapatanpetani aren.

b. Apakah usaha pengolahan gula aren menguntungkan dan layak di

kembangkan di Kabupaten Tapanuli Selatan.

c. Bagaimana strategi pemanfaatan lahan marginal terhadap tanaman aren di

(12)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang diuraikan di atas,

maka penelitian ini bertujuan untuk :

a. Menganalisa Pendapatan Usahatani Aren di Kabupaten Tapanuli Selatan.

b. Menganalisa pembuatan gula aren apakah menguntungkan dan layak untuk

diusahakan guna meningkatkan pendapatan petani aren di Kabupaten Tapanuli

Selatan.

c. Mengupayakan Strategi pemanfaatan lahan marginal terhadap tanaman aren

di Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai aplikasi ilmu pengetahuan dalam pengembangan salah satu dari

Tri Dharma Perguruan Tinggi pada Program Magister Perencanaan

Pembangunan Wilayah Perdesaan (PWD) Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara.

b. Salah satu syarat untuk menempuh ujian Tesis di Program Magister

Perencanaan Pembangunan Wilayah Perdesaan (PWD) Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

c. Sumbangan pemikiran kepada pembuat kebijakan dalam usaha untuk

mengembangkan komoditi aren di Kabupaten Tapanuli Selatan, dan

Referensi

Dokumen terkait

Tim penegakan peraturan daerah menyangkut Penerimaan Asli Daerah yang salah satu obyeknya adalah penerimaan dari Pajak Tambang Galian C, dalam melaksanakan tugas pelaksanaan

Dalam hal ini, model pembelajaran memegang peranan penting yaitu sebagai alat bantu untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif. Salah satunya dengan menerapkan

Sedangkan secara sinkronik lebih menitikberatkan pada perubahan bahasa dan pemaknaannya dari sejak awal kata tersebut digunakan hingga kata tersebut menjadi sebuah

Dari hasil evaluasi program konservasi pendengaran didapatkan tes audiometri yang dilakukan belum tepat dimana karyawan tidak bebas bising selama 18 jam sebelum

umat beragama khususnya penganut Tri Dharma, yaitu di Vihara Avalokitesvara Gunung Kalong Ungaran, yang sarat dengan kegiatan keagamaan yang bernafaskan

Microsoft Excel atau Microsoft Office Excel adalah sebuah program aplikasi lembar kerja spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh Microsoft Corporation untuk

dirasakan masyarakat terutama kelompok tani dengan adanya pemberdayaan.. masyarakat tersebut dalam “Pemberdayaan Kelompok Tani

Veteran Republik Indonesia adalah warga negara Indonesia yang bergabung dalam kesatuan bersenjata resmi yang diakui oleh pemerintah yang berperan secara aktif dalam