• Tidak ada hasil yang ditemukan

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arsip Statis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arsip Statis"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Arsip Statis

Dalam paradigma daur hidup arsip, arsip berfungsi sebagai records dan akan

beralih menjadi archives (arsip yang menurut penilaian teknik dan hukum yang

berlaku harus disimpan dan dikelola oleh Lembaga Kearsipan karena memiliki nilai

guna pertanggungjawaban nasional). Lembaga Kearsipan memiliki kewajiban

melestarikan dan mengaktualisasikan arsip statis sebagai bahan pertanggungjawaban

nasional atau warisan budaya bangsa dalam rangka pembentukan jati diri bangsa.

Menurut Walne (1988: 128) “Arsip sebagai informasi terekam (recorded

information) merupakan endapan informasi kegiatan administrasi/bukti transaksi

pelaksanaan fungsi unit-unit kerja yang terekam dalam berbagai media”.

Arsip dapat dilihat sebagai informasi terekam tentang pelaksanaan kegiatan

sesuai fungsi-fungsi dan tugas unit kerja suatu instansi. Walne mengatakan

sebenarnya membuktikan bahwa arsip merupakan bagian dari memori kolektif

bangsa yang berfawal dari memori organisasi (corporate memory) tentang bagaimana

organisasi itu dibangun, dijalankan, dan dikembangkan.

Umumnya arsip statis yang disimpan berupa arsip kertas. Tetapi tidak semua

arsip statis yang disimpan terbatas pada arsip kertas saja karena arsip yang

mencerminkan perkembangan historis sebuah badan korporasi terdiri atas berbagai

jenis arsip. Walt Disney Production menyimpan tiga jenis arsip yang dibagi menjadi

arsip bisnis, kreatif, dan produk.

Arsip statis disimpan, dilestarikan, diolah, dan didayagunakan dalam

memenuhi fungsi kultural dalam rangka kehidupan kebangsaan dan tidak melepaskan

(2)

2.1.1 Pengertian Arsip Statis

Arsip statis adalah arsip yang tidak dipergunakan secara langsung untuk

perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya

maupun untuk penyelenggaraan sehari-hari administrasi negara.

Menurut Martono (1994: 28) “Arsip statis adalah arsip yang tidak berlaku lagi

bagi suatu organisasi atau lembaga yang dipelihara karena nilai yang berkelanjutan”.

Selanjutnya menurut Rusidi (2010: 1) “Arsip statis merupakan arsip yang sudah tidak dipergunakan secara langsung dalam kegiatan perencanaan kehidupan bangsa pada umumnya maupun untuk penyelenggaraan sehari-hari administrasi negara, namun tetap harus dikelola/disimpan berdasarkan pada pertimbangan nilai guna yang terkandung di dalamnya.”

Sedangkan berdasarkan Undang – Undang Nomor 43 Tahun 2009 Tentang

Kearsipan, Arsip Statis adalah arsip yang dihasilkan oleh pencipta arsip karena

memiliki nilai guna kesejarahan, telah habis retensinya, dan berketerangan

dipermanenkan yang telah diverifikasi baik secara langsung maupun tidak langsung

oleh Arsip Nasional Republik Indonesia dan/atau lembaga kearsipan.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat dikemukakan bahwa arsip statis

merupakan arsip yang tidak digunakan secara langsung namun masih memiliki nilai

(3)

2.1.2 Fungsi Arsip Statis

Arsip statis dapat dijadikan sebagai bukti otentik dan bukti sejarah yang

terpercaya dari suatu kegiatan serta berfungsi sebagai memori kolektif yang menjadi

simpul-simpul pemersatu bangsa seiring dengan melemahnya nilai-nilai nasionalisme

dan batas-batas wilayah bangsa pada era reformasi dan globalisasi.

Pelestarian dan penyempurnaan pemerintahan, institusi, dan organisasi,

perhimpunan dan peradaban tergantung pada pelestarian dan pemanfaatan yang

efisien akan arsip statis.

Fungsi arsip statis adalah:

1. Sebagai memori perusahaan atau perorangan

Arsip statis merupakan memori badan korporasi maupun perorangan.

Badan korporasi tidak dapat mengandalkan pada ingatan karyawannya

karena ingatan manusia tidak sama. Arsip statis digunakan untuk merekam

kegiatan badan dalam proses pearsip dinarnis itu sehingga instansi atau

perusahaan dapat menggugah kembali “ingatannya”.

Misalnya dapat mengetahui kapan restruktur organisasi perpustakaan

dikeluarkan, distribusi produk tertentu, tindakan untuk melakukan sesuatu,

serta dapat menyajikan dokumentasi tentang fakta yang diperlukan.

Melalui arsip statis, orang dapat menggali kembali peristiwa masa lampau.

2. Untuk pembuktian

Bagian hukum seringkali memerlukan arsip dinamis historis untuk

mendudukkan posisi mereka. Dalam proses pengadilan yang mengadili

perkara pidana maupun perkara perdata, semua pihak memerlukan arsip

(4)

Sebagai contoh dalam perkara gugatan tanah, masing-masing pihak

yang bersengketa berlomba-lomba mencari arsip, bila mungkin arsip yang

tertua, sehingga dapat membantu litigasi. Bukti otentik ini dicari dari arsip

terutama arsip statis.

3. Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

Berdasarkan ketentuan hukum, perusahaan harus menyimpan arsipnya

selama waktu tertentu. Untuk Indonesia menurut ketentuan KUH Dagang

pasal 6, arsip dinamis keuangan harus disimpan selama 30 tahun. Untuk

lembaga instansi pemerintah, arsip dinamis personalia harus disimpan

sampai personalia tersebut pensiun, sampai yang bersangkutan meninggal

dunia.

4. Sebagai Sumber Penelitian, khususnya penelitian sejarah

Arsip statis digunakan untuk kepentingan penelitian, tuntutan, maupun

kegiatan yang merujuk pada masa lampau. Hal ini terutama berlaku untuk

arsip statis artinya arsip yang disimpan permanen. Peneliti memerlukan

sumber informasi terekam dan kadang-kadang tidak terekam, mislanya

sumber lisan yang digunakan dalam sejarah lisan.

Sumber informasi yang paling utama bagi sejarahwan adalah arsip

asli, peneliti mengandalkan pada desas desus, tradisi, ingatan, dan

dokumentasi ringkasan. Arsip statis menyediakan informasi yang tepat

yang dapat diakses oleh pemakai dan dilestarikan sehingga informasi yang

terekam tersedia bagi pemakai.

5. Untuk keselamatan manusia

Arsip dapat digunakan untyuk keselamatan fisik maupun rohani

(5)

6. Untuk kepentingan masyarakat

Para peneliti kedokteran dengan menggunakan rekam medis dan arsip

kedokteran dapat melacak simpton (gejala) dan pola penyakit dalam upaya

mencari penyembuhan dan pencegahan. Peneliti cuaca menggunakan arsip

dinamis cuaca guna membuat ramalan cuaca.

7. Untuk kepentingan pendidikan dan hiburan

Arsip statis digunakan untuk memantau kemajuan anak didik mulai

dari awal sampai akhir pendidikan. Dengan melihat arsip anak dapat

kembali ke masa lampau serta menggunakannya sebagai inspirasi.

Di beberapa lembaga pendidikan yang menyimpan arsip statis

orangtua dapat menunjukkan prestasi orangtua dan nenek mereka

sehingga si anak terpacu untuk mengikutinya. Jadi arsip statis berfungsi

sebagai inspirator. Buku, program televisi, film menggunakan arsip untuk

memperoleh cerita yang otentik.

8. Memelihara aktivitas hubungan masyarakat

Adanya arsip statis yang lengkap akan bermanfaat bagi hubungan

masyarakat. Bukti arsip statis keberhasilan, kontinuitas operasional, dan

usia perusahaan membantu mengembangkan tugas kehubungan

masyarakatan. Arsip statis juga digunakan untuk kepentingan politik dan

keamanan arsip statis digunakan untuk mendukung kawan politik ataupun

menjatuhkan lawan politik.

9. Mempersiapkan sejarah peringatan lembaga atau perorangan

Untuk memperoleh gambaran tentang kejadian pada tahun-tahun

pertama perkembangan sebuah lembaga, maka diperlukan suatu arsip.

(6)

lembaga/instansi diperlukan kilas balik perjalanan sejarah sebuah

organisasi.

10.Perubahan status yang berada di tingkat unit kerja.

11.Arsip statis juga digunakan untuk kepentingan politik dan keamanan.

12.Usaha menelusur silsilah

Dengan menelusur silsilah, seseorang dapat mengklaim dirinya

keturunan bangsawan ataupun mengklaim gerlar. Mempersiapkan sejarah

peringatan lembaga atau perorangan perusahaan maupun lembaga

pemerintah seringkali menyelenggarakan upacara peringatan suatu

peristiwa.

Secara singkat, arsip statis menyediakan dasar untuk memahami umat

manusia, memberikan pengarahan tujuan, dan menyediakan bimbingan

bagi kemajuan manusia. Karena arsip statis penting bagi masyarakat,

arsiparis memiliki peranan penting dalam masyarakat. Dengan

melestarikan dan menyediakan arsip, arsiparis memberikan jasa penting

bagi keseluruhan arsip dinamis. Mempersiapkan sejarah peringatan

lembaga atau perorangan.

13.Arsip memberikan sumbangan dalam pembinaan kepribadian nasional

serta bermanfaat dalam melindungi warga, hak pribadi maupun hak

lainnya. Sulistyo-Basuki (2003: 10).

14.Arsip memberikan sumbangan dalam pembinaan kepribadian nasional

Arsip statis sebagai penyedia data dan juga sebagai penyedia dasar umat

manusia, memberikan pengarahan tujuan, menyediakan bimbingan bagi

kemajuan manusia, memberikan informasi yang bermanfaat bagi

(7)

2.1.3 Tujuan dan peranan arsip statis

Tujuan arsip

Tujuan kearsipan untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban

nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan

kebangsaan serta untuk menyediakan bahan pertanggungjawaban tersebut bagi

kegiatan pemerintah. Tujuan arsip statis pada umumnya sebgai arsip yang dirawat

dipelihara sehingga mudah untuk ditemukan kembali yang bermanfaat bagi organisasi

dan masyarakat, serta bagi peneliti dan pengguna arsip dalm upaya melaksanakan

suatu kegiatan penelitian.

Menurut Novyanti (2010: 2) Arsip statis bagi Pemerintah memiliki tujuan untuk menjamin keselamatan atas bahan pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan bangsa dan negara sesuai dengan kegiatan pemerintah.

Peran arsip

Peranan kearsipan sebenarnya sangatlah potensial dan tidak mungkin

dapat dihapus dalam menunjang kelancaran kegiatan administrasi sehari-hari disegala

bidang kegiatan. Kearsipan mempunyai peranan sebagai pusat kegiatan, sebagai

sumber informasi, dan sebagai alat pengawas yang sangat diperlukan dalam setiap

organisasi dalam melakukan kegiatan perencanaan, penganalisaan, pengembangan,

perumusan, kebijaksanaan, pengambilan keputusan, pembuatan laporan,

(8)

2.1.4 Strategi pengaturan Arsip Statis

Lembaga kearsipan sebagai institusi yang bertanggungjawab terhadap

penyelenggaraan kearsipan statis harus menyadari sejak awal, bahwa untuk memnuhi

fungsi kultural arsip statis, pengaturan arsip statis sangat dipengaruhi oleh kearsipan

lingkungan internal oleh lembaga kearsipan.

Schellenberg (1961:17) menyebutkan dua tujuan utama dari pengaturan arsip statis, yakni melestarikan arsip yang bernilai guna kebuktian (to preserve their evidential value) dan mendayagunakannya agar dapat diakses dan dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat/public (making them accessible for use).

Untuk mencapai tujuan pengaturan arsip statis, maka lembaga kearsipan perlu

memiliki konsep atau strategi pengaturan arsip statis. Alur pikir strategi pengaturan

arsip statis menurut Azmi (2010: 4) adalah:

1. Ilmu Kearsipan

2. Standar Deskripsi

3. Ruang Pengolahan

4. Peralatan

5. SDM yng profesional

(9)

2.1.4.1 Ilmu Kearsipan

Ilmu kearsipan berperan sebagai unsur kontrol pelaksanaan pengaturan arsip

statis. Pengaturan arsip statis tanpa didasari ilmu kearsipan akan menjadikan

informasi arsip statis sebagai informasi pada umumnya (pustaka/museum), bukan lagi

sebagai informasi yang unik. Pemahaman akan konsep, teori dan prinsip-prinsip

kearsipan statis dapat diolah.

Dari sisi kultural, arsip memiliki karakteristik yang berlainan dengan produk

pustaka. Schellenberg (1956:20) menyebutkan dua perbedaan mendasar, yaitu cara

keduanya tercipta dan cara bagaimana keduanya dikelola. Kekhasan arsip yang

tercipta atau terakumulasi sebagai akibat langsung dari kegiatan fungsional, sehingga

arti pentingnya terletak pada keterkaitan organisasi dalam hubungannya dengan

instansi pencipta (creating agency) dan naskah lainnya.

2.1.4.2 Standar Deskripsi

Arsip yang disimpan di lembaga kearsipan merupakan informasi yang tidak

begitu saja dapat diakses, tetapi harus diolah trlebih dahulu sehingga dapat

dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan oleh publik atau masyarakat. Pengaturan

arsip yang telah diserahkan oleh lembaga penciptanya ke lembaga kearsipan hingga

menjadi sumber informasi yang senantiasa dapat diakses dilakukan melalui kegiatan

penataan fisik dan informasi arsip statis.

Azmi (2010: 6) deskripsi arsip dimaksudkan agar dapat memberikan akses

informasi mengenai asal-usul, isi dan sumber dari berbagai kumpulan arsip, struktur

pemberkasannya, dengan arsip lain, cara bagaimana arsip tersebut dapat ditemukan

(10)

2.1.4.3 Ruang Pengolahan

Ruang pengolahan yang ada harus menjadi efisiensi, efektivitas, perlindungan

keamanan arsip, serta kenyamanan serta kreativitas bekerja Arsiparis. Selain itu ruang

pengolahan juga harus mempertimbangkan karakter atau jenis media arsip. Kegiatan

mengolah arsip merupakan proses kegiatan kinerja kearsipan yang sangat panjang,

mulai dari survei, identifikasi, deskripsi, labeling, hingga penyusunan finding aid.

Sehingga kegiatan mengolah arsip dibutuhkan suatu ruang yang khusus sebagai untur

pendukung dalam pelaksanaan pengaturan arsip statis.

Azmi (2010: 8) mengatakan beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan

berkaitan dengan perwujudan ruang pengolahan seperti: volume arsip, jenis arsip,

fasilitas, kualitas akuisisi, keamanan dan pelestarian arsip.

Dengan adanya studi kelayakan akan dapat diambil tepat apakah suatu

Lembaga Kearsipan sudah memerlukan ruang pengolahan arsip yang menyatu dengan

ruang penyimpanan/depo atau terpisah dengan depo tetapi dalam satu area.

Dari keterangan diatas maka dinyatakan bahwa ruang pengolahan sangatlah

penting dalam melakukan kegiatan pengaturan terhadap arsip agar dapat menciptakan

(11)

2.1.4.4 Peralatan

Umumnya pengaturan arsip statis memberikan peralatan kearsipan, seperti

lemari atau rak arsip (stacks), boks, map/folder, amplop, can, dan pembungkus

lainnya. Peralatan maupun sarana kearsipan secara umum harus memperhitungkan

dua hal, yakni bebas asam (acid free) dan sesuai dengan kebutuhan karakteristik fisik

arsipnya.

Menurut Azmi (2010: 8) ada empat jenis peralatan kearsipan, yakni peralatan untuk arsip berbasis kertas (paper based), berbasis audio-visual (film, video, foto, rekaman suara), berbas elektronik (magnetik, optik), dan arsip tanpa ukuran (nonstandard size).

Peralatan yang dipergunakan dalam bidang kearsipan pada dasarnya

sebahagian besar sama dengan alat-alat yang dipergunakan dalam bidang

ketatausahaan pada umumnya, Peralatan yang dipergunakan terutama untuk

penyimpanan arsip, minimal terdiri dari:

a. Map, yaitu berupa lipatan kertas atau karton manila yang dipergunakan

untuk menyimpan arsip. Jenisnya terdiri dari map biasa yang sering disebut stopmap

folio, Stopmap bertali (portapel), map jepitan (snelhechter), map tebal yang lebih

dikenal dengan sebutan ordner atau brieforner. Penyimpanan ordner lebih baik dirak

atau lemari, bukan di dalam filing cabinet dan posisi penempatannya bisa tegak.

Sedangkan Stopmap folio dan snelhechter penyimpanannya dalam posisi mendatar,

atau tergantung (bila yang dipakai snelhechter gantung) di dalam filing cabinet,

sedangkan portapel sebaiknya disimpan dalam almari karena dapat memuat banyak

lembaran arsip.

b. Folder, merupakan lipatan kertas tebal/karton manila berbentuk segi empat

panjang yang gunanya untuk menyimpan atau menempatkan arsip, atau satu

kelompok arsip di dalam filing cabinet. Bentuk folder mirip seperti stopmap folio,

tetapi tidak dilengkapi daun penutup, atau mirip seperti snelhechter tetapi tidak

(12)

menonjol dari folder yang berfungsi untuk menempatkan kode-kode, atau indeks

yang menunjukkan isi folder yang bersangkutan.

c. Guide, adalah lembaran kertas tebal tau karton manila yang dipergunakan

sebagai penunjuk dan atau sekat/pemisahdalam penyimpanan arsip. Guide terdiri dari

dua bagian, yaitu tab guide yang berguna untuk mencantumkan kodekode,

tanda-tanda atau indeks klasifikasi (pengelompokan) dan badan guide itu sendiri.

Jumlah guide yang diperlukan dalam sistem filing adalah sebanyak

pembagian pengelompokan arsip menurut subyeknya. Misalnya guide pertama untuk

menempatkan tajuk (heading) subyek utama (main subyek), guide kedua untuk

menempatkan sub-subyek, guide ketiga untuk yang lebih khusus lagi, demikian

seterusnya.

d. Filing Cabinet (file cabinet), adalah perabot kantor berbentuk persegi empat

panjang yang diletakkan secara vertikal (berdiri) dipergunakan untuk menyimpan

berkas-berkas atau arsip. Filing cabinet mempunyai sejumlah laci yang memiiki

gawang untuk tempat rnenyangkutkan folder gantung (bila arsip ditampung dalam

folder gantung). Filing cabinet terdiri berbagai jenis, ada yang berlaci tunggal, berlaci

ganda, horizontal plan file cabinet, drawer type filing cabinet, lateral filing cabinet,

dsb.

e. Almari Arsip, adalah almari yang khusus digunakan untuk menyimpan

arsip. Bentuk dan jenisnya bervariasi, namun berkas atau arsip yang disimpan dalam

almari arsip sebaiknya disusun/ditata secara vertical lateral (vertikal berderet

kesamping), sehingga susunan arsip di dalam almari arsip sama dengan susunan arsip

yang disusun ditata di dalam rak arsip.

f. Berkas Kotak (Box file), adalah kotak yang dipergunakan untuk menyimpan

berbagai arsip (warkat). Setiap berkas kotak sebaiknya dipergunakan untuk

(13)

berkas kotak ini akan ditempatkan pada rak arsip, disusun secara vertikal (vertikal

berderet ke samping).

g. Rak Arsip, adalah sejenis almari tak berpintu, yang merupakan tempat

untuk menyimpan berkas-berkas atau arsip. Arsip ditempatkan dirak susun secara

vertikal lateral yang dimulai selalu dari posisi kiri paling atas menuju kekanan, dan

seterusnya kebawah

h. Rotary Filling, adalah peralatan yang dapat berputar, dipergunakan untuk

menyimpan arsip-arsip (terutama berupa kartu).

i. Cardex (Card Index), adalah alat yang dipergunakan untuk menyimpan

arsip yang berupa kartu dengan mempergunakan laci-laci yang dapat ditarik keluar

memanjang. Kartu-kartu yang akan disimpan disebelah atas kartu diberi kode agar

lebih mudah dilihat.

2.1.4.5 Sumber Daya Manusia

Dalam menjamin efisiensi dan efektivitas pengaturan arsip statis diperlukan

unsur pendukung kerja, yakni SDM kearsipan yang profesional. Dalam hal ini dapat

dimanfaatkan Arsiparis - Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung-jawab,

wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwewenang dalam

melaksanakan kegiatan kearsipan yang telah dipersiapkan sebagai tenaga profesional

untuk mengolah arsip sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Menteri Negara

Nomor 09/KEP/M.PAN/2/2002 tentang Jabatan Fungsional Arsiparis dan Angka

(14)

2.1.4.6 Koordinasi

Koordinasi merupakan suatu istilah singkat/pendek yang terkadang mudah

untuk diverbalkan tetapi sulit di implementasikan. Kegiatan pengolahan arsip dalam

lingkup archives management, arsip merupakan salah satu bagian dari sub sistem

pengelolaan arsip statis (akuisisi, pengolahan, pelestarian, akses dan layanan,

pemanfaatan dan pendayagunaan).

Selain itu kegiatan pelaksanaan pengolahan arsip tidak mungkin dapat

berjalan secara optimal tanpa adanya koordinasi kerja yang baik dari unit kerja yang

lain, misalnya seperti pada Kegiatan Unit Kerja Pelestarian (Penyimpanan dan

Reproduksi) serta Unit Kerja Layanan Informasi.

Handoko (2003: 195) menyatakan bahwa koordinasi (coordination) merupakan suatu proses kegiatan pengintegrasian, tujuan, serta fungsi pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisiensi.

Dari pertanyaan di atas maka dapat dikatakan bahwa koordinasi sangat

dibutuhkan dalam kegiatan pengolahan arsip pada suatu organisasi untuk mencapai

tujuan yang efisien.

2.1.5 Lingkup Arsip Statis

Arsip statis menyimpan warkat-warkat vital yang dapat disimpan sampai

batas waktu yang tidak ditentukan atau untuk selama-lamanya. Oleh karena itu arsip

ini justru mempunyai nilai informasi yang abadi. Dalam suatu penilitian di Australia

dan Amerika Serikat yang diadakan oleh Masyarakat Arsiparis , diperkirakan bahwa

arsip statis yang layak dipelihara dan dilestarikan tidak kurang dari 10%.

Betty Ricks (1992: 101-102) yang menggambarkan komposisi volume arsip

(15)

Dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa arsip statis merupakan arsip yang

memiliki nilai informasi yang tinggi dan dapat diabadikan, karena memiliki peran

yang sangat penting dalam tujuan kegiatan suatu organisasi.

2.2 Manajemen Arsip

2.2.1 Pengertian Manajemen Arsip

Secara umum manajemen arsip merupakan suatu proses kegiatan dimana

sebuah organisasi mengelola semua aspek arsip baik yang diciptakan maupun yang

diterimanya dalam berbagai format dan jenis media yang digunakan, mulai dari

penciptaan, penggunaan, penyimpanan sampai dengan penyusutan.

Menurut Wursanto (1991:216) “Kearsipan merupakan salah satu macam pekerjaan kantor atau pekerjaan tata usaha, baik badan usaha pemerintah maupun badan usaha swasta, kearsipan menyangkut pekerjaan yang berhubungan dengan penyimpanan warkat atau surat-surat atau dokumen-dokumen kantor lainnya.

Selanjutnya Menurut Ricks (1992: 14) “manajemen kearsipan merupakan

sistem tersendiri yang mencakup keseluruhan aktivitas dan daur hidup arsip (lifecyle

of a records)”.

Sedangkan Menurut Amsyah (1992: 4) “pekerjaan pengurusan arsip yang pencatatan, pengendalian dan pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan, pengawasan, pemindahan dan pemusnahan. Jadi pekerjaan tersebut meliputi suatu siklus “kehidupan”warkat sejak lahir sampai mati”.

Dari uraian di atas dapat dinyatakan bahwa manajemen arsip merupakan

pendekatan terhadap sistem penciptaan sampai kepada sistem pemusnahan arsip

dalam suatu organisasi yang dilakukan secara permanen dan dapat menjadi sumber

(16)

2.2.2 Manajemen Arsip Statis

Arsip statis umumnya bersifat terbuka dan dapat di baca oleh umumnya

(terbuka untuk umum). Karena arsip statis akan menjadi sumber informasi yang

memiliki nilai otentik sebagai bahan bukti maupun untuk bahan pertanggungjawaban

nasional.

Menurut Sedarmayanti (2003: 98) Arsip statis memiliki nilai yang sangat penting bagi generasi mendatang, karena itu keberadaan arsip statis harus senantiasa dilestarikan di lembaga kearsipan. Namun demikian, pengelolaan arsip statis bukanlah hal yang mudah dan murah, karena itu akuisis arsip statis sangat menentukan efisiensi dan efektivitas pengelolaan arsip statis pada lembaga-lembaga kerasipan.

Manajemen arsip statis mencakup beberapa kegiatan antara lain sebagai

berikut:

1. Akuisisi dan Penilaian Arsip (Acquisition and Records Appraisal)

Akuisisi merupakan suatu proses kegiatan yang telah dilakukan dalam

upaya pengembangan jumlah koleksi arsip yang telah dilakukan oleh

sebuah lembaga arsip. Awalnya akuisisi dapat dilakukan dengan melalui

donasi (sumbangan), transfer (pemindahan), atau pembelian (purchases)

(Reed, 1993: 137), Ketiga cara ini masing-masing berada pada isi dan

hubungan kerja yang berbeda. Penilaian arsip (record appraisal)

merupakan suatu pengujian terhadap sekelompok arsip melalui daftar

arsip dalam nilai guna setiap sejarah arsip.

2.Pengolahan Arsip

Pengolahan arsip merupakan kegiatan yang sangat penting dari seluruh bagian

kegiatan manajemen arsip statis. Kegiatan ini sering disebut sebagai tahap

(17)

sentralisasi, azas desentralisasi dan azas kombinasi antara sentralisasi dan

desentralisasi.

Azas Sentralisasi dalam pengelolaan arsip berarti penyimpanan arsip yang

dipusatkan di satu unit kerja khusus yang lazim disebut Sentral Arsip atau Pusat

Arsip. Dengan sentralisasi arsip maka semua surat-surat kantor yang sudah selesai

diproses akan disimpan di Sentral Arsip.

Azas kombinasi dalam pengelolaan berarti menggabungkan azas sentralisasi

dan desentralisasi sekaligus. Azas ini diterapkan dalam rangka mengatasi kelemahan

yang ada pada azas sentralisasi dan azas desentralisasi yang sering dijumpai dalam

pengelolaan arsip di perkantoran. Dalam penerapan azas kombinasi, pengelolaan

arsip aktif dilakukan secara desentralisasi, sedangkan aktif inaktif dikelola secara

sentralisasi.

2. Deskripsi Arsip

Pendeskripsian arsip dapat dilakukan pada tingkat berkas (perberkas) bagi

arsip yang lengkap dan tertata baik atau bisa juga dilakukan pada tingkat lembaran

(perlembar) bagi arsip lepas dan tidak utuh (Ismiatun, 2001: 16).

Deskripsi pada kartu fitches minimal memuat unsur-unsur sebagai berikut:

a. Bentuk redaksi (surat laporan, notulen, dan sebagainya)

b. Isi berkas (memuat informasi apa, dari siapa, kapan, di mana)

c. Tingkat perkembangan (konsep, tembusan, asli, turunan, dan sebagainya)

d. Tanggal surat dibuat

e. Bentuk luar (lembar, berkas, sampul, yang menunjukkan volume arsip)

(18)

2.2.3 Daur Hidup Arsip Statis

Daur hidup arsip merupakan konsep yang penting untuk dipahami. banyak

bagian yang saling berhubungan yang harus bekerja sama untuk membentuk suatu

program manajemen kearsipan yang efektif, Sedarmayanti, 2003: 100). Dengan

memahami makna dan pentingnya tiap bagian dari seluruh daur hidup, seseorang

akan mampu memahami apa yang diperlukan untuk mengelola semua arsip yang di

atas kertas dan yang terekam pada media lain seperti mikrofilm atau media

magenetik.

Untuk dapat mengelola arsip dengan baik dibutuhkan pengetahuan tentang

daur hidup arsip statis agar dapat dipelajari pada setiap tahapan. Daur hidup

mencakup proses penciptaan. Pendistribusian, penggunaan, penyimpanan arsip aktif,

pemindahan arsip, pemindahan arsip inaktif, pemusnahan dan penyimpanan arsip

permanen

2.3 Nilai Guna Arsip

Penentuan nilai guna arsip dilakukan untuk menentukan jangka waktu

penyimpanan/retensi arsip yang didasarkan atas pengkajian terhadap isi arsip,

penataannya dan hubungannya dengan arsip-arsip lainnya. Menurut Sedarmayanti

(2003: 104) nilai guna arsip nilai arsip yang didasarkan pada kegunaannya bagi

kepentingan pengguna arsip. Maka dapat dikatakan bahwa nilai guna arsip itu

berdasarkan kepentingan pengguna arsip dalam membutuhkan suatu informasi.

Berdasarkan Surat Edaran kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor:

SE/02/1983 tentang pedoman umum untuk menetukan nilai guna arsip, bahwa arsip

dapat dibedakan menjadi dua atas dasar nilai kegunaan arsip bagi pengguna arsip,

(19)

1. Nilai Guna Primer

Nilai guna primer merupakan arsip yang didasarkan pada kegunaan

bagi kepentingan instansi pencipta, yaitu meliputi nilai guna ilmiah dan guna

teknologi.

Nilai guna primer meliputi:

a. Nilai guna administrasi, yaitu nilai guna arsip yang didasarkan pada kegunaan

untuk pelaksanaan tugas dan fungsi lembaga/instansi pencipta arsip.

b. Nilai guna hukum, yaitu arsip yang berisikan bukti-bukti yang mempunyai

kekuatan hukum atas hak dan kewajiban warga negara dan pemerintah.

c. Nilai guna keuangan, yaitu arsip yang berisikan segala hal yang menyangkut

transaksi dan pertanggungjawaban keuangan.

d. Nilai guna ilmiah dan teknologi, yaitu arsip yang mengandung data ilmiah dan

teknologi sebagai akibat/hasil penelitian murni atau penelitian terapan

2. Nilai Guna Sekunder

Nilai Guna Sekunder merupakan nilai arsip yang didasarkan pada

kegunaan arsip sebagai kepentingan lembaga/instansi lain, dan atau

kepentingan umum di luar instansi pencipta arsip, serta kegunaannya sebagai

bahan bukti pertanggungjawaban kepada masyarakat/pertanggungjawaban

nasional. Nilai guna sekunder meliputi nilai guna kebuktian dan nilai guna

informasional.

Nilai guna sekunder,meliputi:

a. Nilai guna pembuktian, yaitu arsip yang mengandung fakta dan keterangan

yang dapat digunakan untuk menjelaskan tentang bagaimana lembaga/instansi

tersebut diciptakan, dikembangkan, diatur fungsinya, dan apa

(20)

b. Nilai guna informasi, yaitu arsip yang mengandung informasi bagi kegunaan

berbagai kepentingan penelitian dan sejarah, tanpa dikaitkan dengan

lembaga/instansi penciptanya.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat dinyatakan bahwa nilai guna arsip

adalah nilai guna yang didasarkan pada kegunaan pengguna arsip yang berfungsi

sebgai penentu jangka waktu arsip serta nilai guna arsip dibagi menjadi dua bagian

yaitu nilai guna primer dan nilai guna sekunder.

2.4 Penyebab Kerusakan Arsip

Kerusakan yang terjadi pada arsip dapat mengurangi kualitas yang dimiliki

oleh suatu arsip, maka arsip yang tersedia tidak dapat digunakan secara maksimal,

dimana penyebab kerusakan arsip disebabkan oleh faktor eksternal dan internal.

Menurut Rusidi (2010: 1) penyebab kerusakan arsip sebelum mempersiapkan

rencana preservasi, seorang arsiparis harus dapat mengetahui dan memahami

penyebab kerusakan arsip. Adapun unsur penyebab kerusakan arsip secara eksternal

antara lain:

1. Faktor Biologis

Kategori penyebab kerusakan arsip menurut faktor biologis adalah:

mikroba, lumut, jamur dan serangga. Unsur-unsur biologis tersebut

umumnya dapat hidup subur dengan menumpang pada arsip dan peralatan

lain yang digunakan.

2. Faktor Fisika

Kategori penyebab kerusakan arsip terjadi karena adanya cahaya, panas

matahari dan air yang dapat menyebabkan perubahan, photochemical,

hydrolytic/oxidatic pada kertas. Di dalam ruang penyimpanan energi

menyebabkan arsip menjadi rapuh. Sinar ultraviolet dari cahaya lampu

(21)

3. Faktor Kimia zat kimia yang masuk di ruang penyimpanan dan mengenai

arsip menyebabkan kerusakan kertas, seperti gas asidik,

pencemaranatmosfer, debu dan tinta. Gas asidik menyebabkan kertas

luntur dan getah.

4. Faktor Lingkungan

Seperti banjir, kebakaran dan kerusakan lain akibat perbuatan manusia.

Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab kerusakan tersebut, arsiparis

menjadi tahu rencana atau langkah-langkah apa yang seharusnya

dilakukan untuk kegiatan preservasi.

Sedangkan menurut Susetyo (1993: 3) yang dimaksud dengan kerusakan arsip

oleh faktor internal adalah sebagai berikut:

1. Kertas

Arsip yang dsimipan dalam kertas sangat mudah sekali mengalami kerusakan,

beberapa penyebab kerusakan arsip dari kertas yaitu:

a. Sifat keasaman dari beberapa jenis kertas dan sifat dari lapisan

penghasil gambar halida perak dari suatu foto yng sensitif dengan

cahaya,

b. Kekuatan panas, kelembapan, cahaya, senyawa (substansi biologi (asa

renik/ mikroorganisme seperti jamur, serangga dan binatang pengerat),

c. Manusia dan polutan atmosfir,

d. Bencana

2. Optical Disc

Jenis dari Optical Disc adalah: videodisc, compact disc, disket, kelangsungan

opticaldisc belum dapat ditentukan. Pada tahun 1989 kelangsungan arsip dari

disk optik diperkirakan oleh pembuatnya setidak-tidaknya selama 10 tahun,

walaupun beberapa diantaranya disiapkan untuk menjamin disc mereka lebih

lama dari ini.

3. Sound Disc

Sound Disc atau sering kita katakan sebagai perekam suara juga mudah

(22)

Tekanan fisik:

a. Temperatur

b. Jamur

c. Debu

4. Magnetic Media

Jenis Magnetic Media adalah: diseket, reel-to reeltape, kaset penyebab dari

kerusakan magnetic media antara lain adalah:

a. Fluktuasi pada temperatur dan kelembapan relatif.

b. Debu

c. Goresan

d. Pengaruh magnet.

Dari penjelasan diatas maka dapat dilihat bahwa faktor-faktor penyebab

kerusakan arsip dapat mengurangi kualitas dari arsip tersebut, sehingga arsiparis

harus dapat melakukan kegiatan perawatan untuk mengurangi kerusakan arsip.

2.5 Jadwal Retensi Arsip (JRA)

Tujuan penyusutan arsip akan tercapai jika setiap organisasi memiliki program

dan rencana pengurangan arsip. Program meliputi penetapan jangka simpan arsip

(retensi arsip) beserta penetapan simpan permanen dan musnah. Program tersebut

perlu dituangkan pada apa yang dinamakan jadwal retensi arsip (recods retention

schedule).

Jadwal retensi arsip tersebut berupa suatu daftar yang berisi tentang kebijakan

jangka penyimpanan arsip dan penetapan simpan permanen dan musnah. Pada jadwal

retensi arsip akan terkandung unsur-unsur:

a. Judul subjek utama yang merupakan gambaran dari seluruh seri berkas yang

dimiliki organisasi.

(23)

Jadwal retensi arsip ini diperlukan sebagai pedoman untuk penyelenggaraan

penyusutan arsip, yang sekaligus sebagai sarana pengendalian arsip yang tercipta.

Untuk jadwal retensi arsip diperlukan data dan informasi tentang seluruh berkas yang

dimiliki organisasi. Data yang diperlukan bukan saja tentang isi keterangannya

(nonfisik) tetapi juga fisik arsipnya. Secara keseluruhan kegiatan yang dilakukan

untuk menyusun jadwal retensi arsip adalah inventarisasi, pengolahan hasil

inventarisasi dan penjadwalan.

A. Inventarisasi arsip

Inventarisasi arsip adalah upaya pendataan atau pencatatan arsip yang ada dalam

organisasi. Pendataan dilakukan baik yang berkaian dengan fisik arsip nonfisik. Data

fisik arsip berkaitan dengan jenis dan tipe fisik arsip, sedangkan nonfisik meliputi isi

keterangan seri berkas, kegunaan, kurun waktu, volume, sistem dan sebagainya.

Keberhasilan inventarisasi akan merupakan kunci dari keberhasilan dalam

menyusun jadwal retensi arsip.inventarisasi yang tidak lengkap mengakibatkan

jadwal retensi arsip tidak efektif. Agar inventarisasi dapat mencapai hasil yang

lengkap dan baik kiranya beberapa hal ini dapat membantu kelengkapan inventarisasi

tersebut.

1. Penyelenggaraan inventarisasi perlu mendapat dukungan semua kalangan

pimpinan.

2. Inventarisasi labih baik dilakukan langsung di lapangan daripada melalui

kuesioner. Melalui kuesioner kemungkinan responden tidak memberikan

data ytang akurat dengan semua detil yang diperlukan.

3. Tenaga yang melakukan inventarisasi disyaratkan memiliki pengetahuan

dan keterampilan tentang manajemen kearsipan. Termasuk pengetahuan

tentang fungsi organisasi dengan segala aspeknya.

Apabila semua bekal ini telah dimiliki akan dapat merupakan petunjuk

bagi eksistensi arsip dalam organisasi.

4. Inventarisasi dilakukan terhadap seluruh unit kerja yang ada dalam suatu

(24)

organisasi mempunyai cabang yang menunjukkan fungsi dasar yang sama,

serta menyimpan arsip serupa, inventarisasi dilakukan hanya pada satu

atau dua cabang yang sama . ini agar tidak menimbulkan pemborosan baik

waktu maupun tenaga dan biaya.

5. Pendataan tidak berarti mencatat setiap lembar arsip atau folder per folder.

Tetapi dilakukan atas rangkaian berkas (file series).

6. Inventarisasi tidak hanya dilakukan terhadap arsip yang berada pada

tempat peyimpanan seperti filling cabinet, rak, tetapi juga terhadap arsip

yang berada di meja kerja. Bagi arsip yang masih digunakan digunakan

untuk memproses pekerjaan tidak perlu, karena akan mengganggu

pekerjaan.

7. Perlu dibuatkan jadwal kegiatan dan urutan kerja penanggung jawab arsip

pada unit kerja harus senantiasa berada di tempat jika gilirannya untuk

didata.

8. Perlu memastikan perbedaan antara bahan arsip dan bukan arsip. Ini perlu

agar tidak banyak membuang waktu untuk mencatat hal-hal yang tidak

perlu, termasuk bahan arsip. Yang termasuk arsip ialah yang memiliki

ciri-ciri sebagai berikut:

- Bahan tercipta sebagai akibat pelaksanaan fungsi organisasi.

- Bahan telah diciptakan dan dihimpun guna penyelesaian suatu urusan.

- Untuk menjadi arsip bahan harus dipelihara sebagai sumber informasi

organisasi.

- Arti penting arsip tergantung dari hubungan organik dengan organisasi

yang bersangkutan.

Bahan yang tidak termasuk arsip di antaranya adalah:

(25)

- Film yang bukan merupakan hasil samping proses kegiatan (misalnya

yang diproduksi oleh perusahaan film).

- Kertas kerja

- Formulir kosong dan sejenisnya yang tidak digunakan.

- Bahan publikasi yang diterima dari organisasi lain yang tidak

memerlukan tindakan.

Ada beberapa kegunaan Jadwal Retensi Arsip (JRA) adalah:

1. Untuk memisahkan antara arsip aktif dengan arsip in aktif.

2. Memudahkan penyimpanan dan penemuan kembali arsip aktif

3. Menghemat ruangan, perlengkapan, dan biaya.

4. Menjamin pemeliharaan arsip in-aktif yang bersifat permanen

5. Membutuhkan pemindahan arsip ke Arsip Nasioanl.

Petugas mampu menetapkan copy atau salinan yang bernilai arsip. Bentuk dan

jenis salinan yang bernilai arsip. Bentuk dan jenis selain bermacam-macam. Sebagian

memiliki nilai sebagai arsip, sebagian lagi tidak.

Sering dijumpai suatu arsip memilki beberapa copy. Dalam keadaan demikian tidak

semua copy bernilai arsip . untuk menetapkan apakah copy mempunyai nilai arsip

atau tidak, tidak ada patokan yang pasti. Namun kriteria di bawah ini membantu

penetapannya, yakni:

1. Jika dalam unit organisasi menyimpan aslinya copy tidak bernilai arsip.

2. Apabila aslinya tidak berada pada unit organisasi yang bersangkutan dan copy

diperlukan untuk memproses suatu pekerjaan atau urusan, copy tersebut

bernilai arsip.

(26)

4. Apabila kesulitan menentukan kelengkapannya, copy harus ditetapkan sebagai

bahan arsip. Hal ini untuk menghindari bahan-bahan yang sebenarnya yang

memiliki nilai arsip tidak hilang.

Pendataan non fisik

Pendataan non fisik meliputi hal-hal yang berkaitran dengan isi keterangan

seri berkas, kurun waktu, volume, kegunaan, frekuensi kegunaa, sistem penyimpanan

dan sebagainya meliputi hal-hal yang berkaitan dengan isi keterangan seri berkas,

kurun waktu, volume, kegunaan, frekuensi kegunaan, sistem penyimpanan dan

sebagainya.

1. Isi Keterangan Arsip

Sebagaimana telah dikemukakan bahwa pendataan tidak berarti mencatat

lembar perlembar atau folder per folder, tetapi dilakukan atas dasar seri berkas.

Seri berkas yang dimaksud adalah kelompok berkas yang diatur berdasarkan

suatu sistem pemberkasan yang sama dan diperlakukan sebagai satu unit tunggal

untuk tujuan penyusutan arsip.

Ciri-ciri berkas adalah:

1. Diatur berdasarkan atas suatu sistem pemberkasan yang sama atau tunggal.

2. Tercipta karena aktivitas yang sama.

3. Merupakan dokumentasi dari suatu jenis transaksi tertentu.

4. Berkaitan dengan subyek yang sama.

Dalam melaksanakan pendataan, yang dicatat adalah judul seri berkas secara

singkat. Adapun tata cara pembuatan judul dapat dilakukan sebagai berikut:

(27)

2. Dibuat sendiri dengan menyimpulkan seluruh titel berkas. Judul seri berkas

judul keseluruhan seri berkas, misalnya adopsi, berkas pasien dan sebagainya.

3. Dapat juga dibuat dari judul formulir yang dapat mewakili berkas secara

keseluruhan, misalnya: pendaftaran penduduk, distribusi barang dan

sebagainya.

4. Pembuatan judul seyogyanya tidak menggunakan nomor formulir, khususnya

jika digunakan untuk berkas-berkas transaksi, seperti berkas kasus (case file)

atau berkas proyek (project file), seperti penyidikan dan sebagainya.

5. Judul atau titel hendaknya menggambarkan fungsi seri berkas secara

keseluruhan

6. Apabila terdapat duplikat seri berkas yang disimpan pada lebih satu unit kerja,

perlu dipastikan agar judul yang sama digunakan secara tetap.

Masing-masing judul dibuatkan diskripsi atau rincian secara singkat. Ini

diperlukan untuk menjelaskan judul seri berkas. Dikripsi secara jelas dan benar akan

merupakan dasar keberhasilan inventarisasi, yang selanjutnya akan mempermudah

upaya penilaiannya.

2. Kurun Waktu

Pendataan kurun waktu penting artinya untuk mendapat gambaran tentang tingkat

pertumbuhan arsip. Tanggal pertama terciptanya arsip dan tanggal berakhir setiap

berkas merupakan aspek penting. Bagi seri berkas yang bersifat notulen atau

keputusan, dimana antara arsip yang satu dengan yang lainnya saling bersambungan,

tanggal secara tepat perlu dicantumkan. Tetapi untuk berkas transaksi dan kumpulan

arsip berupa surat-surat yang tidak saling berkaitan isinya yang dicatat hanya tahun.

(28)

Semakin besar arsip yang tercipta untuk setiap tahunnya, retensi arsipnya pendek. Ini

untuk menghindari penumpukan arsip pada setiap unit kerja.

3. Jumlah atau Volume Berkas

Volume lebih tepat jika dinyatakan dalam meter kubik. Meter kubik akan

menggambarkan tinggi, lebar, dan panjang, yang dapat menyajikan gambaran

geometris yang nyata dari ruangan yang sesungguhnya dipergunakan. Untuk

keperluan inventarisasi arsip, isi semua laci rak ataupun arsip yang dibungkus,

dikonversirkan menjadi meter kubik. Sebagai contoh :

- Satu laci filling cabinet ukuran surat jika penuh akan memuat sekitar

0,42 m3. Jika yang diguanakan filling cabinet berlaci empat, maka

seluruh isi satu filling cabinet = 0,42m3 x 4 = 1,68 m3.

- Adapun filling cabinet dengan tipe legal size setiap laci berisi 0,56 m3.

- Volume untuk setiap seri berkas tidak perlu dihitung dengan ketetapan

mutlak, cukup dengan ukuran rata-rata.

4. Kegunaan Berkas

Pendataan atas seri berkas berkaitan dengan tingkat kepentingan informasi bagi

keperluan pekerjaan. Untuk kegunaan apa berkas disimpan. Penetapan kegunaaan ini

dilakukan setelah proses kegiatan penciptaan selesai. Setelah

transaksinya/kegiatannya selesai untuk keperluan apa disimpan. Selama arsip masih

belum selesai pertumbuhan karena kegiatannya belum selesai, otomatis arsip akan

tetap disimpan (karena diperlukan dalam proses pelaksanaan pekerjaan).

Menentukan kegunaan arsip terkandung unsur analisis. Yakni unsur pengolahan

dan penyimpulan melalui suatu proses intelek secara logis. Setiap seri berkas

terkadang memilki lebih dari satu kegunaan. Nilai kegunaan meliputi nilai

(29)

pencatatannya harus secara rinci dan jelas disebutkan kegunaannya misalnya,

kegunaan untuk pengawasan, perencanaan, bahan pembuktian, dan sebagainya

5. Tingkat Akumulasi

Tingkat Akumulasi ditentukan untuk jangka waktu satu tahun, melalui penafsiran

yang diperhitungkan. Pada jenis arsip tertentu tingkat akumulasi dapat ditafsirkan

secara akurat. Misalnya tentang jenis arsip kontrak, tingkat akumulsinya akan

diketahui setelah kontrak ditutup. Akan sukar jika yang dihadapi arsip transaksi

karena tidak diketahui suatu transaksi selesai. Tingkat akumulasi arsip diperlukan

untuk membantu menetukan jangka simpan. Ini berkaitan dengan efisiensi dan

penghematan.

6. Frekuensi Kegunaan

Frekuensi kegunaan agak sukar diperoleh denagn tepat. Namun dengan demikian

upaya ini harus tetap dilakukan. Karena ini penting untuk menetapkan lamanya arsip

sebagai arsip aktif dan inaktif. Di samping itu frekuensi kegunaan dapat dipakai

untuk mangungkapkan penting dan tidaknya berkas yang bersangkutan.

Apabila diperlukan angka-angka yang khusus untuk pendataan frekuensi

kegunaan harus meliputi:

- Jumlah permintaan terhadap berkas untuk periode tertentu.

- Periode ini tidak melebihi waktu tiga bulan.

- Untuk mendapatkan data dapat dilakukan dengan rasio antara jumlah

permintaan dan jumlah seri berkas secara keseluruhan. Rumusnya

adalah: Jumlah permintaan = Jumlah seri berkas x 100 %

- Apabila hasilnya kurang dari 20 % berarti arsip yang bersangkutan

jarang diguankan, dalam arti frekuensi kegunaannya sebagai berkas

(30)

7. Sistem Penataan Berkas

Sistem pemberkasan (filling systems) yang digunakan juga perlu dicatat. Untuk

mengetahui sistem pemberkasan yang berlaku.

8. Sarana Penemuan Kembali

Sarana penemuan kembali apapun bentuknya perlu didata. Karena di dalamnya

dapat menggambarkan isi berkas tertentu, sehingga akan memudahkan untuk

menemukan dokumen yang terpisah dari seri berkasnya. Sarana penemuan kembali

dapat berupa indeks, daftar berkas, relatif indeks dan sebagainya.

9. Persyaratan Hukum yang berlaku

Persyaratan Hukum atau peraturan perundangan diperlukan sebagai bahan untuk

menentukan jangka simpan. Ini dapat berupa peraturan internataupun undang-undang

seperti KUHP misalnya.

10.Pendataan Fisik Arsip

Data fisik arsip diperlukan untuk menunjang penetapan jangka simpan arsip.

Pendataan terhadap semua jenis fisik arsip seperti foto, film, rekaman, dan

sebagainya. Termasuk pula publikasi baik carbon atau dalam bentuk yang lain.

Bentuk dan jenis arsip bermacam-macam. Masing-masing memiliki daya tahan

yang berbeda. Sehingga untuk menetapkan jangka panjang penyimpanannya faktor

fisik juga perlu mendapatkan perhatian.

Syarat yang pelu diperhatikan dalam rangka menilai arsip adalah:

1. Penilaian dilakukan dengan memperhatikan hubungan antara seri berkas yang

satu dengan yang lainnya. Seringkali antara seri berkas yang satu dengan yang

(31)

berdasarkan bagian demi bagian. Dengan demikian seri berkas tidak dapat

dinilai secara terpisah dan dipisahkan dari konteks administrasinya.

3. Penilaian harus memperhatikan arti dari sumber arsip yang menciptakan, dan

memperhatikan kedudukan masing-masing unit organisasi, struktur

pemerintahan dan sifat kegiatannya.

4. Penilaian diselenggarakan atas dasar faktor biaya untuk pemeliharaannya.

Dalam arti perbandingan antara nilai pentingnya informasi yang terkandung

dalam arsip dengan biaya yang dikeluarkan.

Pada umumnya arsip memiliki dua nilai yakni nilai primer dan nilai sekunder.

Masing-masing nilai dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Nilai Primer

Nilai primer adalah nilai kegunaan arsip bagi organisasi yang bersangkutan,

dalam rangka pelaksanaan fungsinya. Dengan kata lain pengertian nilai primer

adalah kegunaan arsip yang paling utama untuk keperluan organisasi itu

sendiri, yakni sebagai alat dasar manajemen. Arsip disimpan dan dipelihara

selama diperlukan untuk penggunaan administratif, hukum, fiskal,

pengendalian, teknoloigi dan sebagainya.

2. Nilai Sekunder

Nilai Sekunder adalah nilai kegunaan arsip diluar kepentingan organisasi

(manajemen). Yaitu informasi yang terkandung di dalamnya diperlukan untuk

berbagai kepentingan masyarakat di luar kepentingan organisasi yang

menciptakannya.

Di antaranya diperlukan sebagai sumber penelitian, atau kepentingan lainnya

(32)

B. Penjadwalan

Penjadwalan, yang dimaksudkan adalah penetapan jangka simpan dan

penetapan jangka simpan permanen atau musnah terhadap seri berkas yang

merupakan khasanah organisasi. Untuk penetapan simpan permanen dan musnah

dengan berpedoman sebagaimana yang diutarakan sebelumnya.

Tindakan penetapan musnah harus dilakukan secara hati-hati untuk

menghindari resiko bahwa arsip yang telah dimusnahkan ternyata diperlukan di

masa depan. Meskipun demikian juga menghindari pula sikap terlampau hati-hati

sehingga sebagian besar arsip dinyatakan simpan permanen.

Jika hal ini dilakukan berarti tujuan penyusutan yakni efisiensi dan

penghematan tidak tercapai. Pada umumnya apabila penetapan musnah tersebut

melandaskan pada penafsiran yang realistis dan atas basis informasi yang tepat,

Referensi

Dokumen terkait

Perpaduan antara pendekatan pembelajaran cooperative learning dan blended learning tidak saja hanya membekali mahasiswa kemampuan memahami materi, namun lebih dari

Berdasarkan seluruh alasan-alasan permohonan seperti telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: kesatu, Pasal 93, Pasal 94 ayat (1) dan ayat (2), Pasal

File-file yang dibutuhkan untuk instalasi INLISLite permanen dapat diperoleh dari bundel instalasi INLISLite yang telah tersedia pada paket instalasi Windows 7, ditambah

Dari hasil running program dengan algoritma PLS yang ada pada gambar 4.2 masih terdapat nilai loading factor dari beberapa indikator yang terhubung dengan variabel laten masih

nonpegawai negeri sipil pada LNS diberikan dengan memperhatikan kemampuan keuangan negara, sehingga kebijakan besaran penghasilan ketiga belas diberikan secara

Penilaian resiko yang dilakukan belum efektif, manajemen perusahaan tidak pernah melakukan pengujian terhadap asset tetap begitu juga dengan aktivitas pengendalian terhadap asset

hal ini berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan yang ada di BEJ dimana perusahaan publik wajib melaporkan laporan keuangan mereka maksimal 120 hari setelah tanggal tutup buku

Tujuan penulisan jurnal ini yaitu untuk mengetahui tentang hubungan hukum para pihak dalam perjanjian reasuransi dan untuk mengetahui bentuk perlindungan