• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan KetinggianTempat, Kemiring Lereng Terhadap Produksi Kopi Arabika Sigarar Utang Pada Bebagai Jenis Tanah di Kecamatan Lintong Nihuta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan KetinggianTempat, Kemiring Lereng Terhadap Produksi Kopi Arabika Sigarar Utang Pada Bebagai Jenis Tanah di Kecamatan Lintong Nihuta"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA Kopi Arabika

Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak di kembangkan di

dunia maupun di Indonesia khususnya. Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang

memiliki iklim kering sekitar 1350-1850 m dari permukaan laut. Sedangkan di

Indonesia sendiri kopi ini dapat tumbuh dan berproduksi pada ketinggian 1000 –

1750 m dari permukaan laut. Jenis kopi cenderung tidak tahan Hemilia Vastatrix.

Namun kopi ini memiliki tingkat aroma dan rasa yang kuat. Berikut sistematika

kopi arabika :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdo m : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Famili :

Genus :

Spesies : Coffea arabica L. Aak (1980).

Sifat-Sifat Penting Tanaman Kopi Arabika Sigarar Utang Akar

Kopi arabika mempunyai sistem perakaran tunggang dengan

(2)

memiliki 2-3 akar tunggang semu. Bibit kopi yang berasal dari kultur jaringan

dengan teknik emrio genesis juga memiliki akar tunggang seperti pada biji. Kopi

Arabika tergolong memiliki sifat perakaran dangkal, sebagian besar akarnya

terletak di dekat permukaan tanah (0-30 cm).

Tajuk (Cabang dan Daun)

Kopi Arabika mempunyai dua macam cabang yaitu : cabang ortotrof

(tumbuh ke atas, vertical) yang dapat menghasilkan cabang plagiotrof, dan cabang

plagiotrof (tumbuh ke samping, horizontal). Cabang plagiotrof primer (tumbuh

pada batang pokok) hanya tumbuh sekali, jadi kalau sudah mati tidak pernah

tumbuh cabang primer baru di tempat yang sama, Cabang plagiotrof primer dapat

menghasilkan cabang plagiotrof sekunder. Di ketiak daun terdapat seri mata

tunas, satu seri biasanya terdiri atas 3-5 mata tunas, dan tiap mata tunas dapat

menghasilkan 3-5 primordia bunga. Mata tunas dapat berkembang menjadi bunga

atau menjadi cabang tergantung kondisi lingkungan. Daun-daun baru kopi

Arabika terbentuk dalam waktu antara 3-4 minggu sekali.

Bunga

Bunga kopi tumbuh dari tunas mata seri yang terdapat di ketiak daun. Dalam

perkembangannya bunga kopi mengalami fase dormansi (berupa lilin hijau) dan

fase aktif (berupa lilin putih, pemekaran bunga, dan terjadinya penyerbukan serta

pembuahan). Fase dormansi biasanya terjadi pada saat tanaman mengalami

cekaman (stress) air, dan fase ini akan segera berakhir setelah turun hujan atau ada

pengairan. Kopi Arabika bersifat menyerbuk sendiri, penyerbukan terjadi mulai

dini (waktu fajar) hari sampai sekitar jam 10.00 pagi yang dapat dibantu oleh

(3)

dan serangga.

Buah

Pada kopi Arabika mulai terjadi penyerbukan sampai dengan buah masak

memerlukan waktu antara 6-9 bulan, tergantung faktor genetik dan lingkungan

tumbuh tanaman.

Kopi Arabika memiliki daging buah (pulp) yang lebih tebal dan berair serta

kulit tanduknya juga lebih tebal jika dibanding dengan kopi Robusta. Dalam

keadaan normal satu buah kopi Arabika akan menghasilkan dua biji normal.

Biji

Kopi Arabika memiliki biji normal dan biji yang tidak normal. Biji tidak

normal pada kopi Arabika ada beberapa macam, yaitu : biji bulat (round bean),

biji gajah (elephant bean), biji segitiga (triangle bean), dan biji kosong (empty bean).

Biji normal adalah biji yang memiliki satu keping biji dan satu lembaga (calon

tunas). Biji gajah adalah biji yang memiliki beberapa keping biji yang dipisahkan

oleh kulit ari. Pada saat penggerbusan keping-keping biji tersebut biasanya lepas

dan seringkali pecah. Biji segitiga adalah biji yang bentuknya segitiga, dihasilkan

dari buah kopi yang memiliki tiga ruas biji. Biji segitiga memiliki satu keping biji

dan satu lembaga. Biji kosong adalah biji yang tidak memiliki keping biji. Jadi di

dalam kulit tanduk tidak ada isinya (Mawardi, dkk, 2008).

Deskripsi Morfologi Kopi Arabika Varietas Sigarar Utang

Kopi Arabika Varietas Sigarar Utang tidak diketahui secara pasti asal-usul

genetiknya. Pohon induk berasal dari pertanaman milik opung Sopan boru

(4)

Humbang Hasundutan. Berikut ciri-ciri Kopi Arabika Varietas Sigarar Utang

beserta kelebihan dan kelemahannya :

1. Tipe tajuk perdu semi katai (agak meninggi), kompak, daun rimbun

sampai ke dasar permukaan tanah, menutup batang pokok. Penanaman

pada ketinggian > 1000 m dpl saat berumur 2 tahun, tinggi tanaman ± 120

cm, diameter tajuk ± 170 cm (apabila dipangkas dengan sistem batang

tunggal).

2. Cabang primer tumbuh terkulai lentur teratur, terjuntai sampai permukaan

tanah, panjang antar ruas batang 4-6 cm, ruas cabang 3-4 cm. Daun tua

berwarna hijau gelap, daun muda berwarna coklat kemerahan. Bentuk

daun oval memanjang runcing, pangkal daun runcing, ujung meruncing,

tepi daun bergelombang tegas, apabila naungan kurang (tanpa penaung)

helai daun mengatup ke atas. Saat awal berbunga 1,0 tahun setelah

ditanam di lapangan. Berbunga beberapa kali mengikuti pola sebaran

hujan sepanjang tahun.

3. Buah muda oval memanjang berwarna hijau bersih, buah tua berbentuk

bulat memanjang berukuran besar, diskus kecil tanpa perhiasan buah, buah

masak tidak serempak, mengikuti pola pembungaan yang terus menerus,

buah masak berwarna merah tua cerah. Jumlah buah per ruas 10-16, berat

100 buah masak merah 148 gram, letak buah dalam pohon tersembunyi di

balik daun.

4. Bentuk biji oval agak memanjang, berat 100 butir biji 16,4 gram, nisbah

biji buah 14,9; biji normal 80%, biji gajah 2%, biji bulat 6%, biji triase 7%

(5)

penyakit karat daun, Hemileia vastatrix, rentan bubuk buah kopi (PBKo).

Produktivitas 2.000 kg/ha - 2.500 kg/ha untuk populasi 2.000 pohon/ha di

ketinggian tempat > 1.000 m dpl. Mutu fisik biji cukup baik, mutu

seduhan baik (good).

(Mawardi, dkk, 2008).

Klasifikasi Tanah

Klasifikasi tanah adalah pengelompokan tanah-tanah atas karakteristik

yang sama dan memberikan nama tertentu, tanpa referensi penggunaanya. Tujuan

klasifikasi tanah adalah: (1) membuat suatu kerangka hubungan antara tanah dan

lingkungan, (2) menetapkan kelompok-kelompok tanah yang berguna dan

interpretasi yang dapat dibuat, misal: potensi produksi, bahaya erosi. Soil

Taxonomy adalah sistem klasifikasi tanah yang dikembangkan oleh USA, dengan

lembaga USDA, didasarkan kepada pengamatan horizon dan sebagian sifat

penciri tanah. Proses pembentukan tanah tidak diperhatikan. Prinsip Klasifikasi

terdiri atas beberapa kategori (multi kategori) seperti taksonomi tumbuhan,

dimulai dari yang bersifat umum hingga yang khusus yaitu: Ordo, Sub Ordo,

Great Group, Sub Group, Famili dan Seri (Darmawijaya, 1975).

Entisol

Konsep pokok dari Entisol (recent, umur geologi Holosin) adalah

tanah-tanah mineral yang masih muda atau yang berumur muda (Holosin), tanah-tanah baru

diendapkan, atau belum/masih sedikit mengalami pelapukan atau berasal dari

tanah sisa hasil erosi dicirikan oleh profil A/C atau A/R

Tanah tidak memiliki banyak horizon hanya berupa lapisan-lapisan tanah,

(6)

lereng atau pada slope yang tererosi, menerima deposit (endapan) banjir, dan

sebagainya.

Menurut Taksonomi Tanah, Entisol didefenisikan sebagai tanah yang

memenuhi syarat bila regim suhu adalah mesik, isomesik atau lebih panas dari

waktu kering, ditemukan retakan – retakan selebar 1 cm pada kedalaman 50 cm

pada kadar liat < 39 %, di beberapa sub horison pada kedalaman < 50 cm dan

memenuhi salah satu syarat dari kriteria berikut ini yaitu : bahan sulfidik pada

kedalaman < 50 cm dari permukaan tanah mineral atau mempunyai horison

penciri epipedon okhrik, albik, anthropik, histik atau spodik pada kedalaman lebih

dari 2 meter (Munir, 1996).

Tanah Entisol terdiri dari 5 sub ordo dan 4 diantaranya termasuk dalam

tanah pertanian utama, yaitu Aquent adalah Entisol basah yang selalu jenuh air

sehingga drainase terhambat, Flavuent terbentuk dari bahan endapan di dataran

banjir sungai, Psamment adalah Entisol bertekstur pasir atau berlempung dan

Orthent adalah Entisol berpenampang dangkal atau tipis serta berbatu di lereng –

lereng curam (Subagyo, dkk, 2000).

Kesuburan tanahnya bervariasi tergantung pada bahan induk dan topografi

seperti reaksi tanah antara Aquent dan Fluvent atau Psamment. Reaksi tanah

Aquent biasanya masam sampai agak masam (pH 4,7 – 6,6), Fluvent

dan Orthent cenderung masam sampai agak masam (pH 5,0 – 6,5) sedangkan

Psamment sangat masam sampai masam (pH 4,0 – 4,8) dan lapisan bawahnya

umumnya lebih masam daripada lapisan atas. Kejenuhan basa bervariasi,

KTK bervariasi baik antara horison A maupun horizon C, kandungan P bervariasi

(7)

Entisol mempunyai kejenuhan basa bervariasi, pH dari asam, netral

sampai alkalin, KTK bervariasi baik pada horizon A maupun horizon C,

mempunyai nisbah C/N < 20% dimana tanah yang mempunyai tekstur kasar

berkadar bahan organik dan nitrogen lebih rendah dibandingkan tanah yang

bertekstur lebih halus. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang lebih rendah dan

kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertektur kasar juga

penambahan alamiah dari sisa bahan organik kurang dari pada tanah bertekstur

halus (Munir, 1996).

Menurut Darmawijaya (1990) tanah Entisol umumnya cukup mengandung

unsur P dan K yang masih segar dan belum siap untuk diserap tanaman tetapi

kekurangan unsur N.

Entisol mempunyai kadar lempung dan bahan organik rendah, sehingga

daya menahan airnya rendah, struktur remah sampai berbutir dan sangat sarang,

hal ini menyebabkan tanah tersebut mudah melewatkan air dan air mudah hilang

karena perkolasi (Mowidu, 2001).

Data analisis tanah Entisol dari berbagai wilayah menunjukkan bahwa

sifat tanahnya tergantung dari komposisi bahan endapan yang membentuknya.

Entisol memiliki kelas tekstur yang sangat beragam, dari berpasir, berliat, sampai

berlempung dengan kandungan debu tinggi. Reaksi tanah juga bervariasi mulai

masam hingga agak masam. Lapisan bawah lebih asam daripada lapisan atas.

Kandungan bahan organik beragam dari sedang sampai tinggi, bahkan ada yang

sangat rendah sampai rendah. Nilai ratio C/N tergolong sedang sampai tinggi,

kandungan P potensial bervariasi, sebagian sangat rendah sampai rendah dan

(8)

tukar, KB dan KTK juga bervariasi dari rendah sampai tinggi. Potensi kesuburan

Entisol sangat bervariasi tergantung komposisi bahan dari sedang sampai tinggi.

Troporthents adalah Orthents utama daerah intertropis yang memiliki

rezim kelembaban udic. Sebagian besar troporthents berada pada kelerengan

sedang hingga curam yang berasal dari bentukan geologi alami yang masih baru.

Troporthents memiliki beberapa reaksi, tergantung sifat dari bahan induk, tetapi

sebagian besar bereaksi masam. Troporthents biasanya ditumbuhi vegetasi hutan

hujan, savana antropis, atau tanaman budidaya. Kebanyakan tanah ini dimasukkan

kedalam Litosol dan Regosol.

Troporthents adalah Orthents (1) yang memiliki rezim suhu isomesik atau

iso yang hangat ; (2) tidak kering di beberapa atau semua bagian dengan

kelembaban sebanyak 90 hari kumulatif hampir sepanjang tahun dan (3) memiliki

salinitas < 2 mmhos per sentimeter pada suhu 250 C di semua sub horizon atas

dimana kedalaman berikutnya setidaknya: terdapat kontak litik atau paralitik,

pada kedalaman 1,25 m jika ukuran kelas partikel berpasir; 90 cm jika

berlempung dan 75 cm jika berliat.

Inceptisol

Inceptisol adalah tanah yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih lemah dibanding dengan tanah matang, dan

masih banyak menyerupai sifat bahn induknya. Penggunaan Inceptisol untuk

pertanian atau non pertanian beraneka ragam. Daerah-daerah yang berlereng

curam atau hutan, yang berdrainase buruk hanya dapat dipergunakan untuk

(9)

Inceptisol dapat berkembang dari bahan induk batuan beku, sedimen dan

metamorf. Karena Inceptisol merupakan tanah yang baru berkembang, biasanya

mempunyai tekstur yang beragam dari kasar hingga halus, Dalam hal ini dapat

tergantung dari tingkat kelapukan bahan induknya. Bentuk wilayah beragam dari

berombak hingga bergunung. Kesuburan tanahnya rendah, jeluk efektifnya

beragam dari dangkal hingga dalam. Di dataran rendah pada umumnya solumnya

tebal, sedangkan pada daerah berlereng curam solummya tipis. Pada

tanah berlereng cocok bagi tanaman tahunan atau tanaman permanen untuk

menjaga kelestarian tanah (Munir, 1996).

Sebagian besar Inceptisol menunjukkan kelas tekstur berliat dengan

kandungan liat cukup tinggi (35 – 78%), tetapi sebagian termasuk berlempung

halus dengan kandungan liat lebih rendah (18 – 35%). Reaksi tanah masam

sampai agak masam (pH 4,6 – 5,5) dan agak masam sampai netral (pH 5,6 – 6,8).

Kandungan bahan organik sebagian rendah sampai sedang dan sebagian lagi

sedang sampai tinggi. Kandungan bahan organik lapisan atas selalu

lebih tinggi daripada lapisan bawah dengan ratio C/N tergolong

rendah (5 – 10) sampai sedang (10 – 18). Kandungan P Potensial rendah sampai

tinggi dan K potensial sangat rendah sampai sedang. Kandungan P

potensial umumnya lebih tinggi daripada K potensial, baik lapisan atas maupun

lapisan bawah.

Jumlah basa – basa dapat tukar di seluruh lapisan tergolong sedang sampai

tinggi. Kompleks absorbsi didominasi ion Mg dan Ca, dengan kandungan

ion K relatif lebih rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) sedang sampai tinggi di

(10)

disimpulkan kesuburan alami Inceptisol bervariasi dari rendah sampai tinggi

(Damanik, dkk, 2010).

Humitropepts adalah Tropepts (sub ordo Inceptisol) yang kaya akan humus yang relatif dingin dan terdapat pada daerah dataran tinggi yang lembab.

Rezim kelembaban tanah sebagian besar udik, dan rezim suhu sebagian besar

isoterm atau isomesik. Kejenuhan basa biasanya rendah atau sangat rendah.

Tanah ini memiliki epipedon umbrik ataupun ochrik dan sebagian besar memiliki

horison bawah penciri kambik. Sub ordo ini merupakan sebagian besar

ditumbuhi hutan cemara berdaun lebar, tetapi banyak yang digunakan untuk

perladangan berpindah (Soil Survey Staff, 1975).

Humitropepts adalah Tropopepts yang (1) memiliki 12 kg atau lebih

karbon organik yang berasal dari serasah permukaan di tanah per meter persegi

hingga kedalaman 1 meter, (2) memiliki kejenuhan basa < 50 persen (NH4OAc)

pada beberapa subhorizon antara kedalaman 25 cm dan 1 meter dan (3) tidak

memiliki horison sombric (Soil Survey Staff, 1975).

Hubungan Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lereng dengan Produksi Kopi Arabika pada Berbagai Jenis Tanah

Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang lapisan atasnya

dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus, atau dengan kata lain tekstur

tanah harus baik. Tanah yang tekstur/strukturnya baik adalah tanah yang berasal

dari abu gubung berapi atau yang cukup mengandung pasir. Tanah yang

demikian pergiliran udara dan air di dalam tanah berjalan dengan baik. Tanah

tidak menghendaki air tanah yang dangkal, karena dapat membusukkan

perakaran, sekurangkurangnya kedalaman air tanah 3 meter dari permukaannya.

(11)

drainasenya kurang baik dan tanah liat berat adalah tidak cocok. Dalam

penelitian Asmac (2008) tanaman kopi dapat tumbuh baik pada pH 5,5 – 6,5. 2)

DHL yang umumnya rendah menunjukkan bahwa kebun kopi tersebut tidak

memiliki masalah terhadap kadar garam total, karena apabila kadar garam total

yang semakin tinggi justru dapat berbahaya bagi tanah (pemadatan tanah) dan

tanaman (plasmolisis). 3) Kadar kalium (K) yang tinggi, berarti tidak diperlukan

pemupukan dengan menggunakan pupuk yang mengandung unsur K (misalnya

pupuk KCl). 4) Faktor pembatas yang dapat membatasi pertumbuhan dan hasil

kopi adalah bahan oranik tanah, Nitrogen, dan Fosfor. Untuk mengatasi hal itu,

perlu dilakukan pemupukan seperti dengan pupuk kandang, urea, dan SP-36.

Ketinggian tempat akan mempengaruhi kondisi iklim sekitarnya. Tanaman

kopi akan tumbuh baik dengan ketinggian tempat 1250 s/d 1.850 m dpl, Suhu

udara ratarata 17-21 oC. Tempat yang semakin tinggi tentunya mempunyai suhu

yang lebih rendah atau lebih dingin. Pada kondisi dingin, suhu yang relatif tinggi

pada musim panas dan awal musim gugur tampaknya dapat merangsang inisiasi

bunga. Fungsi suhu di sini adalah mematahkan dormansi kuncup. Hal ini akan

mempengaruhi terhadap produksi akhir yang dihasilkan. Dengan banyaknya

jumlah bunga yang dihasilkan maka produksi kopi akan semakin banyak. Hasil

penelitian Karim (1993) menunjukkan, ketinggian tempat di atas permukaan laut

dan lereng berpengaruh sangat nyata, baik secara langsung maupun tidak

langsung terhadap produksi. Besarnya pengaruh langsung tersebut adalah

36,85% dan 40,45%, sedangkan besarnya pengaruh tidak langsung adalah 0,10%

(12)

Perbedaan kesesuaian lingkungan dan tipe pembungaan menyebabkan

tingkat permasalahan yang dihadapi. Pemberian naungan juga akan memberikan

pengaruh terhadap kualitas biji dimana penelitian Muschler (2001) menyatakan

bahwa terjadi perubahan bobot biji dari 49 dan 43% tanpa naungan menjadi 69

dan 72% bobot biji dengan adanya naungan.

Hasil penelitian karim (1996) menunjukkan, selain suhu, bulan kering,

curah hujan, dan kelembaban udara berkorelasi dengan produksi kopi Arabika.

Meningkatnya persentase berat biji diikuti oleh penurunan persentase biji

terapung. Semakin rendahnya persentase buah terapung dengan meningkatnya

ketinggian tempat dapat dipahami karena serangan hama bubuk buah dan tidak

ditemukan tanaman terserang penyakit karat daun (Hemielia vastatrix).

Kemiringan lereng <15% akan mendukung pertumbuhan tanaman kopi

arabika. Kemiringan >15% akan menyebabkan erosi dan mempercepat aliran

permukaan, sehingga kekuatan aliran permukaan untuk mengangkut meningkat.

Lereng yang semakin panjang menyebabkan volume air yang mengalir menjadi

semakin besar. Apabila dalamnya air menjadi dua kali lipat, maka kecepatan

aliran menjadi empat kali lebih besar, akibatnya maka besar /berat benda yang

dapat diangkut juga berlipat ganda. Hal ini akan mengangkut bahan organik

maupun serasah yang ada di permukaan tanah yang diperlukan oleh tanaman kopi.

Sementara bahan organik turut serta dalam menyumbang unsur hara tanaman

kopi. Hal ini tentunya akan mengurangi produksi kopi (Kustantini, 2014).

Analisis Regresi

Analisis regresi merupakan analisis hubungan antara satu atau lebih

(13)

menjadi regresi linear dan non linear. Disebut regresi linear apabila antara

variabel bebas dan variabel respon berhubungan secara linear sedangkan pada

regresi non linear maka antara variabel bebas dengan variabel respon

berhubungan secara nonlinear. Untuk regresi linear secara garis besar terbagi

menjadi dua yaitu regresi sederhana dan berganda. Regresi sederhana terjadi

apabila dalam model regresi hanya memuat satu variabel bebas sedangkan pada

regresi berganda memuat paling sedikit dua variabel bebas (Pramesti, 2009).

Model regresi linear untuk analisis regresi linear berganda secara umum,

yaitu : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 dengan Y adalah variabel respon ke X, a, b1,

b2, b3 merupakan parameter regresi dan X merupakan variabel bebas (Pramesti,

2009).Koefisien determinasi digunakan untuk menghitung besarnya peranan atau

pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung. Besarnya R berkisar antara

0-1 yang berarti semakin kecil besarnya R, maka hubungan kedua variabel

semakin lemah. Sebaliknya jika R semakin mendekati 1, maka hubungan kedua

variabel semakin kuat (Sarwono, 2012).

Jika hasil tabel dari suatu data menunjukkan semua koefisien regresi

bernilai positif, maka pengaruh X1 dan X2 mempunyai kecendrungan positif

terhadap Y. Dapat diperhatikan pula bahwa ∝ = 0,05 > Sig.X1 maka pengaruh

koefisien X1 signifikan dalam persamaan model regresi linear berganda

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tentang Pola Bakteri Aerob Penyebab Diare Pada Anak di Instalasi Rawat Inap Anak RSU Robert Wolter Monginsidi Teling Periode November – Desember

[r]

Berdasarkan data dan analisis pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Hasil uji parsial menunjukan bahwa

Paparan di atas merupakan ilustrasi bagaimana Peserta didik belajar cara mengatasi masalah yang dihadapinya. Selain itu dapat pula meningkatkan rasa kepedulian

Pakai tabung sentrifus klinik yang lain, agar seimbang dan masukkan ke dalam alat..

Efektifitas dan efisiensi penggunaan elearning di Akuntabilitas: Kejelasan target Etika Publik: Cermat, tanggung jawab Komitmen Mutu: Anti Korupsi: Tanggung jawab

Upaya yang bisa dilakukan oleh Perpustakaan Perguruan Tinggi memang tidak bisa menjadi &#34;single fighter&#34; dalam upaya penegakan hukum hak cipta ini, namun Perpustakaan

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tokoh perempuan dalam iklan permen sukoka ini telah sengaja dikonstruksi oleh pihak pengiklan dan medianya kedalam kategori citra peraduan,