• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYAKIT BUSUK BUAH YANG DISEBABKAN OLEH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENYAKIT BUSUK BUAH YANG DISEBABKAN OLEH"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Phytophthora palmivora Butl. PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

PAPER OLEH:

RAMADHIANTIE KARNAIN 160301199

AGROEKOTEKNOLOGI – IVB

LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB PENYAKIT PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITASI SUMATERA UTARA

(2)

Phytophthora palmivora Butl. PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

PAPER OLEH:

RAMADHIANTIE KARNAIN 160301199

AGROEKOTEKNOLOGI – IVB

Paper Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub Penyakit Program Studi

Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

LABORATORIUM DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN SUB PENYAKIT PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITASI SUMATERA UTARA

2017 Diketahui Oleh,

Asisten Koordinator

(Toni Ariya Dharma) NIM: 130301115

Diperiksa Oleh, Asisten Korektor

(3)

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta kemudahan sehingga paper ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Adapaun judul dari paper ini adalah “Penyakit Busuk Buah Yang Disebabkan Oleh Patogen Phytophthora palmivora Butl. Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)” Paper ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman Sub Penyakit Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Dasar Pelrindungan Tanaman Sub Penyakit Ir. Lahmuddin Lubis, M.P., dan kepada abang dan/atau kakak asisten yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini.

Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah penulis harapkan demi perbaikan yang lebih baik di masa mendatang. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga paper ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Medan, Maret 2017

Penulis

(4)

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

PENDAHULUAN Latar Belakang 1

Tujuan Penulisan 2

Kegunaan Penulisan 2

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman 3

Syarat Tumbuh 4

Iklim 4

Tanah 5

PENYAKIT BUSUK BUAH YANG DISEBABKAN OLEH PATOGEN Phytophthora palmivora Butl. PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) Ciri-Ciri Patogen 6

Biologi Patogen Phytophthora palmivora Butl. 7

Gejala Serangan Patogen Patogen Phytophthora palmivora Butl. Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) 8

Penularan Patogen Phytophthora palmivora Butl. Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) ……… 9

Teknik Pengendalian Penyakit Busuk buah Patogen Phytophthora palmivora Butl. Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) 9

KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

(5)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masalah penyakit tumbuhan akan selalu muncul sepanjang manusia mengusahakan tanaman atau tumbuhan tersebut sebagai tanaman budidaya. Di bidang kehutanan khususnya di Indonesia hal ini mulai menjadi bahan pemikiran di saat mulai diusahakannya jenis-jenis tanaman hutan secara monokultur. Kondisi semakin menjadi persoalan jika kerusakan0kerusakan yang terjadi menimbulkan kerugian ekonomi (Adinugroho, 2008).

Penyakit tanaman adalah gangguan pada tanaman yang disebabkan oleh mikroorganisme (virus, bakteri, protozoa, jamur, cacing nematode). Penyebaran penyakit pada tanaman biasanya melalui angin, air, serangga dan faktor lingkungan (suhu dan udara) (Tridianto, 2016).

Penyakit tanaman dapat dibedakan menjadi duatipe. Pertama sebagai penyakit local dimana penyakit ini hanya terdapat di suatu tempat atau bagian tanaman tertentu misalnya pada buah,bunga, daun atau cabang. Kedua sebagai penyakit sistemik, penyakit ini menyebar ke seluruh bagian tanaman sehingga tanaman akan menjadi sakit (Darwis, 2011).

(6)

Bila ditinjau pada segi ekonomi, Bakteri pada jenis tanaman merupakan hal yang sangat penting, Karena bakteri dapat menyebar dan menyebabkan kerusakan pada tanaman komersial yang menyebabkan penurunan produksi, seperti tanaman hortikultura, tanaman pangan, dan tanaman keras/pohon di hutan. Diperkirakan kerugian kerusakan tanaman di seluruh dunia karena penyakit bakteri pada tanaman mencapai 6 juta dolar per tahunnya. Tidak seperti bakteri pada mamalia atau pada bakteri dimana bakteri tersebut menyerang sel, bakteri pada tanaman belum diketahui reseptor pada sel yang spesifik (Darmono, 2014).

Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk dapat mengetahui gejala serangan dan teknik pengendalian penyakit busuk buah oleh patogen Phytophthora palmivora Butl. Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)

Kegunaan Penulisan

(7)

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)

Tanaman kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dikembangkan dalam rangka peningkatan sumber devisa negara dari sektor nonmigas. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan, yang secara sistematika mempunyai urutan taksa sebagai berikut: Divisio: Spermatophyta,Subdivisio:Angiospermae,Kelas:Dicotyledoneae,Ordo:Malvales,Fa milia:Sterculiacea Genus: Theobroma, Spesies : Theobroma cacao L. (Dwidjoseputro,2008).

Tinggi tanaman kakao jika dibudidayakan di kebun maka tinggi tanaman kakao umur 3 tahun mencapai 1,8 – 3 meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,5 – 7 meter. Tinggi tanaman tersebut beragam , dipengaruhi oleh intensitas naungan dan faktor-faktor tumbuh yang tersedia (Levinson,2008).

Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air (wiwilan atau chupon), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas atau fan) (Machmud,2001).

Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfisme. Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya (Rusdi,2015).

(8)

Syarat Tumbuh Iklim

Lingkungan yang alami bagi tanaman kakao adalah hutan tropis, dengan demikian curah hujan, suhu, kelembaban udara, intensitas cahaya dan angin merupakan faktor pembatas penyebaran tanaman kakao. Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian 0 – 600 meter diatas permukaan laut, dengan penyebaran meliputi 20˚ LU dan 20˚ LS. Daerah yang ideal untuk pertumbuhannya berkisar antara 10˚ LU dan 10˚ LS (Nasrun et al., 2007).

Tanaman kakao dalam pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan persediaan air yang cukup. Air ini diperoleh dari dalam tanah yang berasal dari air hujan atau air siraman. Curah hujan yang optimal untuk pertumbuhan tanaman kakao berkisar antara 1.500 – 2.000 mm setiap tahun, dengan penyebaran yang merata sepanjang tahun. Curah hujan 1.354 mm/tahun dianggap cukup jika hujan merata sepanjang tahun dengan musim kering tidak lebih dari 3 bulan (Huang dan Allen,2000).

Suhu yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kakao adalah sekitar 25 - 27˚ C dengan fluktuasi suhu yang tidak terlalu besar. Rata-rata suhu minimum adalah 13 - 21˚ C dan rata-rata suhu maksimum adalah 30 - 32˚ C. Berdasarkan kesesuaian terhadap suhu tersebut maka tanaman kakao secara komersial sangat baik dikembangkan di daerah tropis (Case dan Johnson,2007).

(9)

Tanah merupakan komponen hidup dari tanaman yang sangat penting. Dalam kehidupan tanaman fungsi tanah yang utama adalah memberikan unsur hara, baik sebagai medium pertukaran maupun sebagai tempat memberikan air, juga sebagai tempat berpegang dan bertopang untuk tumbuh tegak bagi tanaman (Rukmana,2002).

Tanaman kakao untuk tumbuhnya memerlukan kondisi tanah yang mempunyai kandungan bahan organ yang cukup, lapisan olah yang dalam untuk membantu pertumbuhan akar, sifat fisik yang baik seperti struktur tanah yang gembur juga sistem drainase yang baik. PH tanah yang ideal berkisar antara 6 – 7 (Fardiaz,2002).

Tanah mempunyai hubungan erat dengan sistem perakaran tanaman kakao, karena perakaran tanaman kakao sangat dangkal dan hampir 80% dari akar tanaman kakao berada disekitar 15 cm dari permukaan tanah, sehingga untuk mendapatkan pertumbuhan yang baik tanaman kakao menghendaki struktur tanah yang gembur agar perkembangan akar tidak terhambat (Rich,2000).

PENYAKIT BUSUK BUAH YANG DISEBABKAN PATOGEN Phytophthora palmivora Butl. PADA TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.)

Ciri-Ciri Patogen

Penyakit busuk buah yang disebabkan oleh patogen Phytophthora palmivora adalah salah satu penyakit penting pada tanaman kakao. Busuk buah merupakan penyakit paling penting karena menyebabkan kerugian berkisar antara 10 dan 30% di seluruh dunia (Shekawat at al., 2003)

(10)

memiliki spektrum target yang luas, baik tumbuhan monokotil maupun dikotil. Tanaman budidaya yang biasa diserangnya adalah berbagai palma seperti kelapa dan enau, kakao, serta beberapa tanaman buah-buahan. Gejalanya adalah batang mengeluarkan getah beku terus menerus sehingga tumbuhan kehabisan energi dan menurunkan hasil. Akibat gejalanya ini orang menyebutnya penyakit blendok atau kanker (Agrios,2009).

Phytophthora palmivora Butl. merupakan salah satu patogen tumbuhan yang menyerang berbagai tumbuhan budidaya. Anggota Oomycetes ini

memiliki spektrum target yang luas, baik tumbuhan monokotil maupun dikotil.Buah kakao yang terserang berbercak coklat kehitaman, biasanya dimulai dari ujung, tengah atau pangkal buah. Lama – kelamaan bercak meluas ke seluruh badan buah (Singh,2001).

Patogen penyebab penyakit busuk buah kakao tersebut masih merupakan masalah krusial yang belum bisa dituntaskan. Jamur P. palmivora merupakan jamurkelas Oomycetes yang memiliki ciri-ciri morfologi miselium panjang dan berwarna putih dengan spora berbentuk seperti buah pir(Atanasova et al., 2013).

Biologi Patogen Phytophthora palmivora Butl.

Patogen Phytophthora palmivora Butl. Diklasifikasikan sebagai berikut; Kingdom:Stramenophiles, Kelas:Oomycetes, Ordo: Peronosporales,Famili: Pythiaceae, Genus: Phytophthora, Spesies: Phytophtora palmivora Butl. (Oka,2003).

(11)

family. Untuk dapat berkembang biak, cendawan ini memerlukan temperatur dan kelembaban udara tertentu. Perkembangan penyakit makin tinggi pada temperatur optimum 31oC (Shama,2002).

Phytophthora merupakan marga yang memiliki sporangium yang jelas berbentuk seperti buah jeruk nipis dengan tonjolan di ujungnya. Sporangium ini tidak tahan kering, jika ada air maka sporangium ini akan melepaskan zoospora-nya. Zoospora berenang-renang kemudian membentuk kista pada permukaan tanaman dan akhirnya berkecambah dengan menghasilkan hifa yang pipih yang masuk ke dalam jaringan inang (Semangun,2006).

Cendawan P. Palmivora merupakan cendawan yang mempunyai miselium yang menghasilkan oospora dan zoosporangium. Zoospora mempunyai bulu cambuk. Spora seksual (oospora) dihasilkan oleh penyatu gamet yang berbeda secara morfologi (Barnett,2000).

Gejala Serangan Patogen Phytophthora palmivora Butl. Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)

Penyakit busuk buah yang disebabkan oleh P.palmivora menunjukkan gejala serangan berupa adanya bercak hitam kecoklatan yang dimulai dari pangkal buah kemudian menyebar hampir menutupi seluruh permukaan buah dengan warna abu-abu keputih-putihan (Abadi,2005).

Gejala busuk biasanya lebih banyak pada buah yang dewasa. Apabila buah dibuka maka akan terlihat daging buah telah membusuk dan berwarna hitam serta biji menjadi rusak. Jamur ini mempunyai miselium dan hifa yang tidak bersepta, mempunyai cabang yang banyak dan kaku (Samanbudi,2000).

(12)

warna coklat serta bagian dalam yang sudah membusuk. Biasanya penyakit ini menyerang tanaman kakao pada stadium pembungaan sampai pembentukkan buah. Pada saat tidak ada buah, jamur dapat bertahan di dalam tanah.

Bercak mengandung air yang kemudian berkembang sehingga menunjukkan warna hitam. Bagian buah menjadi busuk dan biji pun turut membusuk. Pembentukan spora terlihat dengan adanya warna putih di atas bercak hitam yang telah meluas. Pada temperatur 27,5 sampai 30o C pertumbuhan spora ini sangat cepat. Infeksi P. palmivora dicirikan dengan adanya bercak berwarna coklat yang mulai dari bagian mana saja. Jaringan yang tidak terinfeksi tampak jelas dan dibatasi oleh permukaan kasar, tetapi bercak dapat berkembang dengan cepat dan seringkali menampakkan pembusukan yang menyeluruh dan berwarna hitam (Setiadi dan Fitria,2003).

Penularan Penyakit Busuk Buah Yang Disebabkan Oleh Patogen Phytophthora palmivora Butl. Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)

Dalam keadaan lembab, patogen ini dapat berkembang biak dengan cepat. Penyebaran spora dari sumber infeksi ke tempat lain dibantu oleh percikan air dari tanah ke buah bagian bawah, kemudian dari buah yang terinfeksi kebuah yang sehat dengan perantara serangga dan akibat gesekan antar buah yang sakit dengan buah yang sehat dalam kondisi yang baik(Acebo-Guerro et al., 2012)

(13)

Buah kakao yang terserang dan busuk akan menularkan penyakitnya pada buah lain yang letaknya berdekatan. Selain menyerang buahnya, jamur tersebut juga dapat menyerang bagian tanaman lain seperti tangkai buah, batang, maupun tunas muda (Yunasfi,2007)

Cendawan berada dalam tanah dapat juga terangkut oleh serangga, antara lain semut, sehingga dapat mencapai buah-buah yang tinggi. Dari buah-buah yang tinggi, sporangium dapat terbawa air ke buah-buah dibawahnya Cendawan ini dapat bertahan dalam berbulan-bulan di dalam tanah dalam bentuk siste (Khlamidospora) (Rubatzky dan Yamaguchi, 2005).

Teknik Pengendalian Penyakit Busuk Buah Yang Disebabkan Oleh Patogen Phytophthora palmivora Butl. Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.)

Penyakit P. palmivora ini dapat dikendalikan dengan memadukan berbagai teknik pengendalian seperti varietas tahan, kultur teknis, secara mekanis dan secara kimiawi (Campbell dan Mitchell, 2009).

Pengendalian penyakit busuk buah P. palmivora secara umum dilakukan dengan tiga cara, yaitu: sanitasi kebun, penanaman klon tahan, dan pengendalian secara kimiawi. Penyakit busuk buah P. palmivora sulit dikendalikan secara kuratif. Oleh karena itu, tindakan preventif sangat dianjurkan agar perkembangan penyakit tidak meluas. Salah satu tindakan preventif adalah dengan menggunakan fungisida (Soelarso,2007).

(14)

Patogen Phytophthora palmivora Butl. juga telah dapat dilakukan dengan memanfaatkan agensia hayati. Penelitian mengenai agens hayati semakin berkembang untuk menemukan alternatif pengendalian penyakit dengan mengurangi penggunaan bahan kimia. Beberapa jenis mikroba yang telah dilaporkan dapat digunakan sebagai agens hayati terhadap aktivitas jamur patogen adalah Pseudomonas fluorescens, Agrobacterium radiobacter, Bacillus subtilis, B. cereus, B. amyloliquefaciens, Trichoderma virens, Burkholderia cepacia, Saccharomyces sp, Gliocadium sp. Alternatif agens hayati lain yang dapat dikembangkan sebagai biofungisida pengendali P. palmivora adalah bakteri Pseudomonas fluorescence dan Bacillus (Sunoto,2008).

Pengendalian secara mekanis dapat dilakukan dengan cara buah-buah yang busuk di pohon diambil dan dikumpulkan, kemudian dipendam sedalam kurang lebih 30 cm dari permukaan tanah. Hal ini dapat menekan sumber infeksi serendah mungkin sehingga terhambat terjadinya infeksi baru (Wijayanto,2009).

Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan cara drainase kebun, diperbaiki agar perkembangan penyakit terhambat, Mengatur kelembaban kebun agar tidak terlalu tinggi, dengan cara mengatur naungan dan pemangkasan tanaman kakao. Pemangkasan bentuk dengan membatasi tinggi tajuk tanaman maksimum 4m sehingga memudahkan saat pengendalian dan panen, mengatur cara panen; yaitu dengan melakukan panen sesering mungkin (7 hari sekali), penyelubungan buah (kondomisasi); caranya dengan mengguna-kan kantong plastik dan cara ini dapat menekan serangan 95-100 %. Selain itu sistem ini dapat juga mencegah serangan hama helopeltis dan tikus (Supriadi et al., 2011).

(15)

1. Penyakit busuk buah yang disebabkan oleh patogen Phytophthora palmivora adalah salah satu penyakit penting pada tanaman kakao.

2. Phytophtora palmivora Butl. memiliki kisaran inang yang luas dapat menyerang 138 spesies tumbuhan yang termasuk ke dalam bermacam-macam family

3. Penyakit busuk buah yang disebabkan oleh P.palmivora menunjukkan gejala serangan berupa adanya bercak hitam kecoklatan yang dimulai dari pangkal buah

4. Penyakit busuk buah ini disebarkan melalui sporangium yang terbawa atau terpercik air hujan

5. Penyakit P. palmivora ini dapat dikendalikan dengan memadukan berbagai teknik pengendalian seperti varietas tahan, kultur teknis, secara mekanis dan secara kimiawi

(16)

Abadi. A., 2005. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Bayumedia. Jakarta.

Acebo-Guerrero Y, Hernandez-Rodriguez A, Heydrich-Perez M, El Jaziri M, HernandezLauzardo AN. 2012. Management of black pod rot in cacao (Theobroma cacao L.): a review. Fruits.

Adinugroho W.C. 2008. Konsep Timbulnya Penyakit Tanaman. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Agrios.G., 2009. Ilmu Penyakit Tumbuhan.Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Ashari, S. 2005. Meningkatkan Keunggulan Bebuahan Tropis Indonesia. Edisi. Pertama.

Asman, A., E.M. Adhi dan D. Sitepu, 2000. Penyakit layu, budok dan penyakit lainnya serta strategi pengendaliannya.

Atanasova L, Le Crom S, Gruber S, Coulpier F, Seidl-Seiboth V, Kubicek CP, Druzhinina IS. 2013. Comparative transcriptomics reveals different strategies of Trichoderma mycoparasitism. BMC Genomics.

Aziz AI, Rosmana A, Dewi VS. 2014. Pengendalian penyakit hawar daun phytophthora pada bibit kakao dengan Trichoderma asperellum. J Fitopatol Indones. 9:15–20.

Barnett.H., 2000. Imperfect Fungi. Burgess Publishing Company.Virginia.

Campbell, Reece and Mitchell L. (1999). Biologi. Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta. : Penerbit Erlangga.

Darwis AP. 2011. Jenis-Jenis Jamur Penyebab Penyakit Pada Cabai Kopay (Capsicum anuum L.) di Kelurahan Kota Panjang Lampasi, Kecamatan Payukombah Utama Sumatera Barat. Universitas Andalan: Padang.

Dwidjoseputro. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Huang, Q., and C. Allen. 2000. Polygalacturonaces are required for rapid colonization and

full virulence of Ralstonia solanacearum on tomato plants. Physiolology Molecular Plant Pathology. 57:77–83.

Case, C.L. & T. R. Johnson. 2007. Laboratory Experiment in Microbiology The Benjamin. Menlo Park California : Cummings Publishing Company, Inc.

Levinson W. 2008. Review of Medical Microbiology. Amerika

(17)

Nasrun, S. Christanti, T. Arwiyanto, dan I. Mariska. 2007. Karakteristik fisiologis Ralstonia solanacearum penyebab penyakit layu bakteri nilam. Jurnal Litri. 13(2):43–48.

Neji, J. 2010. Organic agriculture in the continents, Africa. In: Willer H and Yussefi M. (eds.) The world of organic agriculture statistics and emerging trends. p:55–68. Oka.I., 2003. Pengantar Epidemiologi Penyakit Tanaman. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Prabowo, 2007. Efektivitas beberapa mikroorganisme antagonis terhadap penyakit tular tanah pada kacang tanah. Laporan Teknis Hasil Penelitian Balitkabi. Malang. 15 hlm.

Raven and Johnson. 2010. Development of molecular diagnostic techniques for detection of Pseudomonas solanacearum and identification of subgroups within this species. Asian Centre for International Agricultural Res. (ACIAR) Proc. 45:97– 105.

Rich. 2000. Detection of Ralstonia solanacearum in seeds of wild Arachis spp imported from Brazil. Indian J. of Plant Protection 28:51–56.

Rubatzky and Yamaguchi. 2005. Transfer of two Bulkholderia and an Alcaligenes species to Ralstonia gen. nov.: Proposal of Ralstonia pickettii (Ralston, Palleroni, and Doudoroff 1973) comb. nov., Ralstonia solanacearum (Smith 1896) comb. nov. Microbiol. Immunology. 39:897–904.

Rukmana. 2002. Usaha Tani Jagung. Penerbit Kanisius.

Rusdi. 2015. Evaluasi ketahanan plasma nutfah tanaman pangan terhadap cekaman beberapa faktor biotic (hama dan penyakit). Prosiding seminar hasil penelitian rintisan dan bioteknologi tanaman. Hlm. 163– 174.

Samanhudi. 2000. Keragaman genetik strain Ralstonia solanacearum berda- sarkan karakterisasi menggunakan teknik berbasis asam nukleat. Bul. AgriBio 5(2):59–66. Semangun H. 2006. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University

Press: Yogyakarta.

Setiadi, H. dan N. Fitria. 2003. Efektivitas beberapa mikroorganisme antagonis terhadap penyakit tular tanah pada kacang tanah. Laporan Teknis Hasil Penelitian Balitkabi. Malang. 15 hlm.

Shama. 2002. Management of bacterial wilt in tomato with essential oils and systemic acquired resistance inducers. In: C Allen, P Priou, and AC Hayward (eds.) Bacterial wilt disease and the Ralstonia solanacearum species complex. APS Press, Minnesota. USA. p:113–138.

(18)

Siregar.H., 2001. Budidaya Tanaman Padi Di Indonesia. Suatra Hudaya. Jakarta.

Soelarso. 2007. Pendeteksian bakteri Ralstonia solana- cearum, Yabuuchi et al. 1995 menggunakan teknik reaksi polymerase berantai dan pembedaan strain menggunakan teknik hibridisasi DNA. Berita Biologi 5(1):1–12.

Sunoto. 2008. Kajian genetic ketahanan layu bakteri pada kacang tanah zuriat dari persilangan varietas Kelinci dan Gajah. Agrivet 4(2):94–102.

Supriadi, K. Mulya, and D. Sitepu. 2011. Bacterial wilt disease of woody trees caused by Ralstonia solanacearum: A review. J. Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20(3):106– 111.

Tridianto S. 2016. Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Tanaman Cabai Merah Dengan Metode Backward Chaming Berbasis Web. Universitas PGRI Yogyakarta: Yogyakarta.

Wijiyanto. 2009. Sertifikasi Benih Tanaman Hasil Kultur Jaringan dan Rekayasa Genetik. Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.

Yulianti, T., dan Supriadi. 2008. Biofumigan untuk pengendalian patogen tular tanah penyebab penyakit tanaman yang ramah lingkungan. Perspektif 7(1):20–34. Yunasfi. 2007. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit dan

(19)
(20)

Referensi

Dokumen terkait

14 Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari dokumen-dokumen yang berkenaan dengan akad-akad pembiayaan di lembaga keuangan syariah seperti buku-buku yang

Ibnu Katsīr dibesarkan di kota Damaskus, dan disana beliau banyak menimba ilmu dari para ulama di kota tersebut, salah satunya adalah Burhan dl- Din al-Fazari yang

Jika dikaitkan dengan sejarah dan latar belakang pantai pandawa yang merupakan sentra penghasil rumput laut dan juga desa nelayan sebelum menjadi daerah tujuan wisata,

Budidaya tanaman tanpa olah tanah (TOT) merupakan bagian dari teknologi olah tanah konservasi yang mengandalkan herbisida dalam pengendalian gulma awal sebelum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pemahaman wajib pajak, kualitas pelayanan perpajakan, sanksi perpajakan dan kondisi lingkungan

Pelaksanaan program kegiatan KKN-BBM Ke – 54 Universitas Airlangga di Desa Tambak berjalan dengan baik karena adanya dukungan dari berbagai pihak yaitu perangkat desa

di kelompok A TK Abdhu Sallam Banjarmasin diperoleh kesimpulan bahwa pemahaman konsep bilangan anak masih rendah, anak mengalami kesulitan dalam menunjukkan bilangan 1-10

Pada saat kejadian kapal membawa muatan 48 kotak-kotak anak ayam yang terbuat dari kardus yang diletakkan di buritan geladak atas dan 4 unit sepeda motor yang