• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PENCEMARAN MIKROBA PADA SAUS CAB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISA PENCEMARAN MIKROBA PADA SAUS CAB"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PENCEMARAN MIKROBA PADA SAUS CABAI ISI ULANG

YANG DIGUNAKAN DI KANTIN LINGKUNGAN UNIVERSITAS TEUKU

UMAR

Rahayu Utami,S.KM1, Citra Ovalisa Rahmi Siregar,S.KM1, Kiswanto,M.Si3,Ir. Abdul malik Ali, M.Si3, Hasan Mashuri2

1

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh Aceh 3

Fakultas Sosial Politik, Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh Provinsi Aceh Indonesia Fakultas Teknik , Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh Aceh

E-mail : rahayuutami930@gmail.com

ABSTRAK

Saus cabai adalah saus yang diperoleh dari pengolahan bahan utama cabai (Capsicumannum) yang matang dan baik dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan digunakan sebagai penyedap makanan atau bahan makanan yang sering digunakan setiap hari oleh baik di kantin, warung, rumah tangga, rumah makan dan lain sebagainya. Perhatian terhadap hygiene dari saus cabai kadang terabaikan, hal ini merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan menurunnya kesehatan masyarakat apabila mengkonsumsi saus cabai yang telah terkontaminasi dengan berbagai jenis mikroba.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada tidaknya kandungan mikroba pada saus cabai yang digunakan di tujuh (7) kantin dari total populasi 21 kantin yang ada di lingkungan Universitas Teuku Umar. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian bersifat experiment ialah dengan cara uji laboratorium menggunakan media MPN (Most Porbable Number) untuk melihat ada tidaknya mikroba serta jenisnya pada saus cabai isi ulang.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga (3) kantin diantaranya saus cabai isi ulang yang digunakan positif telah tercemar mikroba jenis Coliform. Bagi pihak pengelola kantin diharapkan agar selalu menjaga sanitasi dan higienitas lingkungan kantin, wadah penyimpanan saus cabai isi ulang, air yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, serta kebersihan diri dari pihak pengelola dan pekerja kantin di lingkungan Universitas Teuku Umar agar dapat sesuai dengan standar kesehatan.

Kata Kunci : Pencemaran, Mikroba, Saus Cabai, Kantin

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Makanan sehat yang layak untuk dikonsumsi oleh setiap manusia adalah bahan makanan yang kondisinya berada dalam keadaan baik dan segar, tidak rusak serta mengandung protein, vitamin, dan mineral. Pada makanan yang melalui proses pengolahan haruslah tidak berubah bentuk, warna, dan rasa, serta bahan tambahannya harus memenuhi persyaratan minimal makanan sehat yang berlaku [9].

(2)

yang berwawasan lingkungan Menyajikan pengembangan sistem mutu dan keamanan pangan nasional, yang menekankan pada penerapan sistem jaminan mutu untuk setiap mata rantai dalam pengolahan pangan yaitu GAP/GFP (Good Agriculture/Farming Practices), GHP (Good Handling Practices), GMP (Good Manufacturing Practices), GDP (Good Distribution Practices), GRP (Good Retailing Practices) dan GCP (Good Cathering Practices) [3].

Adapun pengawasan makanan bertujuan untuk melindungi masyarakat konsumen terhadap kemungkinan peredaran makanan yang tidak memenuhi standar dan persyaratan kesehatan yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan [1]. Peredaran makanan yang dapat membahayakan kesehatan ini disebabkan makanan telah tercemar oleh pencemaran kimia dan pencemaran biologi. Hal yang paling lumrah terjadi dalam keracunan makanan adalah pencemaran yang disebabkan oleh pencemaran biologi. Pencemaran biologi disebabkan oleh berbagai bakteri seperti bakteri anaerob, Coliform, E. Coli, Salmonella, Shigella, Staphylococcus aureus, Streptococcus faecalis, Vibrio, dan lain sebagainya [7].

Salah satu produk makanan yang sering digunakan oleh berbagai pihak adalah jenis produk makanan hasil olahan, seperti saus cabai. Beberapa kasus yang berhubungan dengan pencemaran makanan yang diakibatkan oleh saus yaitu kasus keracunan makanan pada menu makanan di Amerika Serikat (USA) yang terjadi pada pertengahan April 2008 dimana sekitar 145 orang terinfeksi penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella. Badan pengawas makanan setempat telah memberikan peringatan bahwa kemungkinan kasus keracunan yang terjadi berasal dari saus yang diduga mengandung bakteri Salmonella sebagai penyebab keracunan itu [9].

Selain contoh kasus diatas, di Indonesia, tepatnya di Cirebon, sebuah lembaga Penelitian Yayasan Perlindungan Konsumen, mempublikasikan bahwa saus dan kecap yang diproduksi di Cirebon diragukan kebersihannya. Dasar publikasi dari Penelitian tersebut adalah dengan didapatinya data bahwa sebanyak 80% perusahaan pembuat saus dan kecap tradisional atau home industri disinyalir tidak mentaati standar mutu sanitasi yang ditetapkan Departemen Kesehatan, sehingga dengan rendahnya mutu sanitasi, semakin memudahkan mikroba atau bakteri untuk mencemarkan produk saus yang diproduksi tersebut sehingga berakibat pada kesehatan masyarakat [7].

(3)

Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penulisan ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pencemaran mikroba pada saus cabai isi ulang yang digunakan di 7 kantin di lingkungan Universitas Teuku Umar.

2. Untuk mengetahui jenis mikroba yang dapat tumbuh pada saus cabai isi ulang yang disesuaikan dengan SNI No. 01-2976-1992 yaitu bakteri Coliform, E.coli, S.aureus, Salmonella dan Kapang.

3. Sebagai cara untuk menemukan solusi agar pencemaran mikroba dapat dihindari. 4. Untuk melihat Hygene Sanitasi di 7 kantin di lingkungan Universitas Teuku Umar. 5. Sebagai masukan informasi kepada pengelola kantin dan konsumen

Kajian Pustaka

Sejarah mikroba

Mikroba atau mikroorganisme adalah organisme hidup yang berukuran sangat kecil yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang sehingga untuk melihatnya diperlukan alat mikroskop cahaya. Berjuta-juta bakteri hidup di sekitar lingkungan manusia namun sebagian dari bakteri ini tidak berbahaya bagi manusia, bahkan beberapa bakteri hidup di dalam tubuh manusia yang berperan penting melindungi tubuh dari serangan organisme luar dan juga membantu dalam proses pencernaan, serta membuat vitamin yang diperlukan oleh tubuh. Namun ada sebagian bakteri lain yang bersifat patogen yang dapat menyebabkan rasa sakit dari pusat sistem saraf yang dapat menimbulkan penyakit infeksi bahkan penyebab infeksi yang serius pada manusia. Kelompok utama mikroorganisme ialah bakteri, fungi, protozoa, algae dan virus. Secara umum mikroba dapat berkembang dengan pembelahan sel, spora, konidia, potongan miselium, dsb. Pertumbuhannya ada yang sangat cepat dan ada juga yang sangat lambat tergantung dari jenisnya [11].

Pada abad 19 orang mulai memiliki pemahaman bahwa penyakit disebabkan oleh mikroorganisme. Pada tahun 1840, seorang ahli penyakit berkebangsaan Jerman yang bernama Jacob Henle menyatakan bahwa suatu penyakit tertentu disebabkan oleh suatu kelompok mikroorganisme. Pernyataan ini diperkuat oleh Robert Koch (1843-1910). Adapun postulat Koch adalah:

1. Mikroorganisme yang dicurigai haruslah segera diselidiki, agar segera diketahui bila penyakit sedang berjangkit;

2. Mikroorganisme itu dapat diambil (diisolasi) dan ditumbuhkan menjadi biakan murni (pure culture) di laboratorium.

3. Jika biakan murni itu disuntikkan kepada binatang yang sehat, maka akan menimbulkan penyakit yang sama.

4. Mikroorganisme yang disuntikkan pada binatang yang sehat tersebut dapat diperoleh kembali melalui penggunaan prosedur laboratorium [18].

Di samping ada yang menguntungkan, ada juga mikroba yang merugikan, yaitu mikroba pembusuk dan patogen. Mikroba pembusuk adalah mikroba yang dapat menguraikan bahan sehingga menjadi busuk, misalnya busuknya bahan pangan. Mikroba patogen adalah mikroba yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia seperti bakteri tbc, tifus, disentri, kolera dan sebagainya. Bakteri-bakteri tertentu dapat juga menghasilkan racun yang jika termakan akan menimbulkan bahaya kesehatan bagi manusia. Di samping bakteri, kapang juga dapat menghasilkan racun seperti Aspergillus flavus yang menghasilkan racun aflatoksin. Kapang ini sering tumbuh pada biji-bijian seperti jagung, dan kacang- kacangan seperti kacang tanah, jika kondisi penyimpanannya buruk, yaitu hangat dan lembab [12].

(4)

sesuai sehingga memudahkan pertumbuhan mikroba, makanan yang diperoleh berasal dari sumber yang tidak bersih, alat-alat yang digunakan telah tercemar, kesehatan pribadi yang kurang baik, serta cara-cara pengawetan makanan yang kurang sempurna [18], dan penyakit asal makanan yang disebabkan oleh :

Coliform adalah bakteri yang bersifat anaerob, termasuk ke dalam bakteri gram negatif, tidak membentuk spora, dan dapat memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam dan gas pada suhu 35°C-37°C. Gangguan yang ditimbulkan pada manusia sehat adalah mual, nyeri perut, muntah, diare, berak darah, demam tinggi, bahkan pada beberapa kasus bisa terjadi kejang dan kekurangan cairan atau dehidrasi. Bakteri Coliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, dimana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Berdasarkan penelitian, bakteri Coliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti Indol dan Skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh. Coliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri ini dapat mendeteksi patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit. Selain itu, Coliform juga memiliki daya tahan yang lebih tinggi daripada patogen serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan. Penyakit yang ditularkan melalui air biasanya diakibatkan oleh bakteri Coliform. Mereka biasanya ditemukan di saluran sistem pengolahan air [8].

Saus Isi Ulang.

Saus isi ulang adalah saus dalam kemasan plastik yang diisi ulang ke dalam botol yang telah tersedia di kantin atau warung. Pengemasan atau isi ulang merupakan pembungkusan, pewadahan atau pengepakan yang merupakan salah satu cara pengawetan bahan hasil pertanian, karena pengemasan dapat memperpanjang umur simpan bahan dan dapat mencegah terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas atau di bungkus [9].

Saus Cabai.

Saus cabai adalah saus yang diperoleh dari pengolahan bahan utama cabai (Capsicum annum) yang matang dan baik dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan digunakan sebagai penyedap makanan. Dalam proses pemanasan, ada dua faktor yang harus diperhatikan yaitu jumlah panas yang diberikan harus cukup untuk mematikan mikroba patogen dan jumlah panas yang digunakan tidak boleh menyebabkan penurunan gizi dan cita rasa makanan [7].

Pengertian Hygiene Sanitasi

Sanitasi pada makanan mengarah pada usaha untuk menciptakan dan memperbaiki suatu kondisi yang dapat mencegah kontaminasi bahan makanan yang dapat menyebabkan keracunan makanan. Hygiene dapat didefenisikan sebagai tindakan yang diambil untuk memastikan bahwa suatu makanan terbebas dari zat-zat yang berbahaya, berbagaimacam zat atau substansi yang berbahaya ini bisa terdapat baik di dalam mau pun di luar dari makanan tersebut.

Aspek Hygiene Sanitasi Makanan

(5)

Prinsip Hygiene Sanitasi pada Makanan dan Minuman

prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah pengendalian terhadap empat faktor yaitu tempat atau bangunan, peralatan, orang danbahan makanan. Terdapat 6 (enam) prinsip hygiene sanitasi makanan dan minuman yaitu Pemilihan bahan makanan,

Penyimpanan bahan makanan, Pengolahan makanan, Penyimpanan makanan,

Pengangkutan makanan, Penyajian makanan [6].

Uji Mikrobiologi

Uji mikrobiologi yang dilakukan terhadap saus siap pakai biasanya terdiri dari penetapan mikroorganisme aerobic yaitu uji Coliform [9].

Kerangka Konsep

Gambar 1: Kerangka Konsep Penalitian

Metodelogi Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap saus cabai isi ulang yang diperoleh dari 7 (tujuh) kantin yang ada di sekitar lingkungan Universitas Teuku Umar (UTU). Pemeriksaan sampel dilakukan di Laboratorium Akademi Analisis Kesehatan Banda Aceh. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2012 dan pengumpulan sampel dan uji laboratorium dengan metode Most Probable Number (MPN) untuk mengetahui jenis-jenis mikroba yang dapat tumbuh pada saus isi ulang.

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat ekspriment yaitu dengan cara uji laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya mikroba serta jenisnya pada saus cabai isi ulang yang digunakan di 7 (tujuh) kantin di sekitar lingkungan Universitas Teuku Umar [10]. Analisis data yang diperoleh diolah secara manual kemudian dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia tentang persyaratan saus cabai (SNI) No.01-2976-1992 mikroba yang mencemari saus cabai isi ulang.

Hasil penelitian

Karakteristik Kantin

Gambaran umum untuk pengelola kantin di lingkungan Universitas Teuku Umar meliputi jenis kelamin dari pengelola kantin atau responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 2 orang (25%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 5 orang (75%). Responden dengan golongan umur 20 tahun berjumlah 1 orang (10%), responden dengan golongan umur 30-40 berjumlah 4 orang (65%), dan responden dengan golongan umur 50-65 tahun berjumlah 2 orang (25%). Untuk penggunaan saus 6 kantin (90%) diantaranya

Hygene

sanitasi

Hasil Uji Laboratoriu

Cemaran Mikroba Pada Saus

Isi Ulang

positif negatif

SNI No. 01- 2976- 1992 (coliform, E.coli, S.aureus, salmonella dan kapang) Jenis

(6)

menggunakan saus cabai dengan jenis dua ikan tradisional dan yang menggunakan saus cabai dengan jenis dena berjumlah 1 kantin (10%).

Hasil Uji Laboratorium

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saus cabai isi ulang, ada yang positif tercemar oleh mikroba jenis Coliform dan ada juga yang negatif atau tidak tercemar oleh mikroba. Hasil uji laboratorium Akademi Analisis Kesehatan Banda Aceh menunjukkan bahwa dari 7 sampel yang diteliti, 4 kode sampel yaitu Saus1, Saus2, Saus3, dan Saus4 negatif tercemar

oleh mikroba. Sedangkan 3 kode sampel lainnya yaitu Saus5, Saus6, dan Saus7 positif

tercemar oleh mikroba jenis Coliform. Diduga hal ini disebabkan oleh perlakuan pengelola kantin yang belum memenuhi standar kesehatan dalam penggunaan saus cabai isi ulang sehingga dapat tercemar oleh mikroba.

Hasil Kuesioner Pengelola Kantin

Berdasarkan hasil dari kunjungan terhadap 7 kantin sampel, diperoleh 10 pertanyaan yang menunjukkan bahwa 4 kantin memenuhi syarat dan standarisasi kesehatan dan 3 kantin tidak memenuhi syarat dan standarisasi kesehatan yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia [14].

Pembahasan

Hasil observasi terhadap 7 kantin yang berada di sekitar lingkungan Universitas Teuku Umar, 3 di antaranya yang tercemar mikroba dikarenakan saus cabai isi ulang yang digunakan telah terkontaminasi dengan zat asing yang tidak dikehendaki sehingga berakibat pada masyarakat yang mengkonsumsi saus cabai isi ulang tersebut. Kontaminasi tersebut dapat terjadi karena beberapa hal, seperti penggunaan air oleh pengelola kantin tidak higienis, wadah tempat penyimpanan saus cabai isi ulang tidak dibersihkan dan tidak tertutup sehingga memungkinkan pertumbuhan mikroba pada saus, sanitasi lingkungan tidak bagus sehingga sering dikunjungi oleh serangga yang menjadi sumber penyakit, saus cabai isi ulang tersebut telah dicampur dengan zat lainnya, serta pihak pengelola yang tidak higienis dalam menjaga kebersihan diri sehingga kontaminasi dapat terjadi.

Pengelola dengan kode Saus5, Saus6, dan Saus7 menggunakan air yang tidak higienis

sehingga pencemaran dapat terjadi. Hal ini merupakan proses kontaminasi yang paling mudah dan paling umum terjadi karena kontaminasi ini bersifat langsung. [7] menyatakan bahwa kontaminasi dapat terjadi melalui 2 (dua) cara, salah satunya adalah kontaminasi langsung dimana kontaminan dapat berupa bahan kimia dan biologi seperti bakteri dan jamur yang terkandung di udara, tanah, dan air. Didukung oleh pendapat [8] yang menegaskan bahwa penyakit yang ditularkan melalui air biasanya diakibatkan oleh bakteri Coliform. Pengelola dengan kode Saus5, Saus6, dan Saus7 menggunakan wadah tempat

menyimpan saus cabai isi ulang yang tidak dibersihkan sehingga menyebabkan saus cabai

tercemar oleh mikroba. Bahkan pada pengelola dengan kode Saus5, dan Saus6

menggunakan wadah tempat penyimpanan saus cabai yang tidak tertutup sehingga membuat saus cabai dicemari oleh mikroba. [18] menganjurkan, pencemaran makanan oleh mikroba dapat dikurangi apabila pencucian alat dilakukan dengan sanitasi yang baik. Mencuci alat haruslah menggunakan air yang higienis juga, jika menggunakan air yang tidak higienis maka alat yang dicuci dapat dicemari oleh mikroba. Penggunaan wadah yang tidak tertutup merupakan salah satu pelanggaran dari syarat kesehatan yang dikeluarkan oleh [6] yang menegaskan bahwa makanan yang disimpan harus ditutup agar terhindar dari serangga dan binatang lain.

Pengelola dengan kode Saus6 mencampur saus cabai dengan zat lain guna menambah

(7)

menambah atau mengganti bahan makanan yang disengaja untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya dapat berdampak buruk pada konsumen.

Faktor kontaminasi yang berasal dari kesehatan diri pihak pengelola dan pekerja yang tidak higienis, juga dilakukan oleh pengelola dengan kode Saus5, Saus6, dan Saus7. [17]

menerangkan bahwa kesehatan diri pribadi yang baik amatlah penting dalam melakukan pengendalian penyakit. Orang-orang yang menangani proses pembuatan makanan dapat menularkan mikroba patogenik baik dari pengidap penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme maupun bekas luka yang mengalami infeksi. Menurut [1], bakteri patogen yang berasal dari pencernaan mempunyai kesempatan yang baik untuk mengkontaminasi makanan bila terkena tangan yang terkontaminasi. Pekerja yang menangani pangan dapat memindahkan patogen ke bumbu-bumbu dan bahan pangan bila mereka tidak mencuci tangan setelah dari kamar kecil. Bakteri patogen penting dari alat pencernaan dapat menyebabkan kolera, Disentri basiller, demam tifus, dan hepatitis. Pengawasan makanan dilakukan dengan tujuan untuk melindungi masyarakat konsumen terhadap kemungkinan peredaran makanan yang tidak memenuhi standar dan persyaratan kesehatan yang dapat merugikan atau membahayakan kesehatan.

Pengelola kantin dengan Saus7 sanitasi lingkungannya yang tidak bagus sehingga sering

dikunjungi oleh serangga sehingga dapat terkontaminasi oleh mikroba. [6], menyatakan bahwasanya kontaminasi pada makanan dapat disebabkan oleh pencemaran fisik (rambut, debu, tanah, serangga, dll), pencemaran mikroba (bakteri, jamur, candawan), pencemaran kimia (pupuk, pestisida, mercury, arsen, dll), dan pencemaran radio aktif (radiasi, sinar alfa, sinar gamma,dll).

Kurangnya kesadaran pengelola kantin akan higienitas saus cabai isi ulang sangat memprihatinkan karena akan berdampak pada masyarakat yang mengkonsumsi saus cabai isi ulang tersebut. Mengkonsumsi makanan yang telah tercemar mikroba jenis Coliform akan berdampak pada proses pencernaan konsumen yang mana pada akhirnya akan mengalami masalah kesehatan lainnya seperti infeksi saluran pencernaan dan gangguan pada mekanisme pertahanan tubuh. [8] menyatakan bahwa bakteri Coliform menghasilkan zat ethionine yang menyebabkan kanker, memproduksi bermacam-macam racun seperti Indol dan Skatol yang dapat menyebabkan penyakit apabila berlebih di dalam tubuh, dan dapat menyebabkan penyakit gangguan pencernaan seperti diare.

[2] menambahkan bahwa bakteri dalam grup Coliform dapat menyebabkan infeksi dan keracunan bahan makanan yang dapat membahayakan manusia. Coliform mempunyai sifat yang penting dalam hubungannya dengan kerusakan pangan karena kemampuannya untuk hidup dengan baik pada substrat yang bervariasi dan memiliki kemampuan untuk menggunakan karbohidrat dan komponen organik lainnya sebagai energi dan dapat menggunakan komponen nitrogen sederhana sebagai sumber nitrogen.

Kehadiran bakteri Coliform pada saus cabai isi ulang terjadi akibat kontaminasi pada saat pengolahan. Sanitasi peralatan, tempat, dan pihak pengelola berperan penting dalam menyumbangkan pencemaran bakteri ini. Oleh karena itu, pengelola kantin wajib mengetahui syarat standarisasi kesehatan dalam pengelolaan saus cabai isi ulang agar tidak merugikan pihak konsumen.

Berdasarkan [14], saus cabai isi ulang tidak boleh mengandung mikroba atau tercemar mikroba jenis Coliform, E.coli, S.aureus, Salmonella dan kapang. Oleh karena itu, hasil penelitian ini membuktikan bahwasannya Saus5, Saus6, Saus7 tidak layak konsumsi karena

(8)

Kesimpulan

Dari hasil uji laboratorium di Akademi Analisis Kesehatan Banda Aceh, maka diperoleh kesimpulan bahwa : Saus cabai isi ulang pada kode sampel Saus1, Saus2, Saus3, dan Saus4

negatif tercemar oleh mikroba, Saus cabai isi ulang pada kode sampel Saus5, Saus6, dan

Saus7 positif tercemar oleh mikroba, Mikroba yang terdapat dalam saus cabai isi ulang dari

jenis Coliform, Pencemaran yang paling dominan terjadi pada saus dena dengan kode sampel Saus6, Pencemaran terjadi dikarenakan kelalaian dan kurangnya pengetahuan

pengelola kantin akan standarisasi kesehatan pada pengolahan saus cabai isi ulang.

Referensi

[1] Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2003.Syarat Personal Higiene Penjamah Makanan.

Bidang Pengujian Mikrobiologi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan. Diperoleh : www.pipimm.or.id [Diakses tanggal 7 Oktober 2012].

[2] Balia, RL., et al.2011. Deteksi Coliform Pada Daging Sapi Giling Spesial yang Dijual di Hipermarket Bandung. Diperoleh : pustaka.unpad.ac.id [Diakses tanggal 23 Oktober 2012]. [3] Cahyono, B. 2010. Keamanan Mutu Pangan Dan Penerapan Sistem Kualiti Kontrol.

Diperoleh : www.proseduralatpengujiansnikualitaskadar.com. [Diakses tanggal 7 Oktober].

[4] Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta.

[5] Depkes RI , 2004. Bakteri Pencemar Terhadap Makanan. Kursus HygieneSanitasi Makanan dan Minuman. Direktorat Penyehatan Air danSanitasi Dirjen PPM & PL. Jakarta. Diperoleh : www.indonesian-publichealth.com/2012/06/pencemaran-makanan.html. [Diakses 7 Oktober 2012].

[6] Depkes RI , 2004.Kumpulan Modul Kursus Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman.

KursusHygiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Direktorat Penyehatan Airdan Sanitasi

Dirjen PPM & PL. Jakarta. Diperoleh :

www.scribd.com/doc/97280783/pengertian&sanitasimakanan&minuman. [Diakses tanggal 7 Oktober 2012].

[7] Depkes RI , 2006 .Bahan Pencemar Makanan Lainnya. Kursus HygieneSanitasi Makanan dan Minuman. Direktorat Penyehatan Air danSanitasi Dirjen PPM & PL. Jakarta. Perpustakaan. Diperoleh : www.depkes,co.id [Diakses tanggal 7 Oktober 2012].

[8] Dirgantara, P. 2010. Bakteri Koliform yang Bersifat Anaerob. Diperoleh :

www.1sthumanwinner.com/2010/12/16/bakteri-koliform-yang-bersifat-anaerob [Diakses

tanggal 23 Oktober 2012].

[9] Imelda, 2009. Hygiene Sanitasi dan Analisa Cemaran Mikroba yang terdapat pada Saus Tomat dan Saus Cabai Isi Ulang yang Digunakan di Lingkungan Kampus Universitas Sumatera Utara. Diperoleh : www.repositori.usu.ac.id/bitsrem/pdf. [Diakses 23 Maret 2012]. [10] Notoatmodjo. 2010.Metodelogi Penelitian. RinekaCipta. Jakarta

[11[ Pelczar, J.M., dan Chan S.C.E., 2005.Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Penerjemah: RatnaSiri H., dkk, Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta.

[12] Pelczar, J.M., dan Chan S.C.E., 2005.Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Penerjemah: RatnaSiri H., dkk, Penerbit Universitas Indonesia Press. Jakarta.

[13] Pitojo, S. 2003.Benih Cabai. Kanisius. Yogyakarta.

[14] Standart Nasional Indonesia, 1992. Saus Cabe. diperoleh : pphp.deptan.go.id (Horti).pdf.

[Diakses : 7 oktober 2012].

[15] Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Penerbit Papas Sinar Sinanti. Jakarta. [16] Suyanti. 2007. Membuat Aneka Olahan Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.

Gambar

Gambar 1: Kerangka Konsep Penalitian

Referensi

Dokumen terkait

Deden Irawan, SCV, MAPPI (Cert) Koordinator Personal Properti Amin, Nirwan, Alfiantori dan Rekan Graha Induk KUD Lantai 5, Jalan Warung Buncit Raya No 18- 20, Pejaten Barat,

To the extent permitted by law, Phillip Futures, or persons associated with or connected to Phillip Futures, including but not limited to its officers,

Kemudian karyawan koperasi mewawancarai calon peminjam apakah sudah menjadi anggota atau belum menjadi anggota koperasi, jika peminjam belum menjadi anggota koperasi

terancam secara global. Selama melakukan migrasi, burung air sangat bergantung pada rangkaian lahan basah yang sangat produktif untuk keperluan beristirahat dan makan,

Pada tabel 2 merupakan hasil dari pencatatan waktu untuk tiap jenis tempat penyimpanan data yang diuji menggunakan kabel USB tipe A-USB tipe C. Pada baris pertama

(2) Mengetahui kualitas LKS berbasis masalah yang berorientasikan kemampuan penalaran matematis siswa SMP kelas VII pada materi himpunan ditinjau dari aspek

Dari tiga kabupaten contoh, konsumsi kayu bakar tertinggi adalah konsumsi kayu bakar rumah tangga desa contoh Kabupaten Sukabumi (256 kg/bulan), kemudian disusul oleh desa

mengkomunikasikan nilai peubah global ke dalam prosedur, maka ada satu cara untuk melakukannya yaitu dengan menggunakan