• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIEW PERSPEKTIF TEMATIK DAN ANALITIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REVIEW PERSPEKTIF TEMATIK DAN ANALITIK "

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Neola Hestu Prayogo

University of Brawijaya, Faculty of Social and Political Sciences Oktober 2014

REVIEW PERSPEKTIF TEMATIK DAN

ANALITIS PADA KEBIJAKAN LUAR NEGERI

AMERIKA SERIKAT

Abstrak

Dalam tulisan ini dibahas mengenai tematik dan perspektif analitis pada kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Tulisan ini dibagi menjadi dua bagian, dengan bagian pertama membahas mengenai tematik dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang terdiri dari dan bagian yang kedua memberikan perspektif analitis dari kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Pada tematik kebijakan luar negeri AS, dibahas mengenai American Centuries yakni peran AS dyang semakin terlihat pada abad 20an. Kemudian dilanjutkan dengan Grand Stratetegy AS dalam Second American Centurie, strategi ini digunakan untuk menjaga stabilitas dan keamanan AS pasca perang dunia, perang dingin dan terutama pasca serangan 9/11. Serangan 9/11 inilah yang membuat banyak perubahan pada arah kebijakan luar negeri AS.

Kemudian Lanjut pada bagian perspektif analitis ini digunakan untuk menjelasn sumber-sumber dari kebijakan luar negeri AS. Dalam pembuatan kebijakan AS berasl dari banyak sumber yang ada. Sumber-sumber tersebut antara lain societal Sources, Governmental Sources, Role Sources, dan Individual Source. Selain itu terdapat juga berbagai macam sumber dari kebijakan luar negeri Amerika Serikat.

Sebagai sebuah negara besar yang paling berpengaruh dalam dunia politik internasional, Amerika Serikat tentu akan berusaha untuk mengejar dan menjaga kepentingan nasional (national interest) negaranya. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kepentingan - kepentingan nasional negaranya tersebut, AS akan selalu mengejar kepentingan - kepentingan tersebut, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. Situasi politik di dalam maupun di luar negeri jelas akan berpengaruh terhadap kondisi dan situasi suatu pemerintahan, tidak terkecuali pemerintah AS.

Kata Kunci: Amerika Serikat, terorisme, perang, kepentingan nasional, kebijakan luar negeri, tematic, analitis, counter factual reasoning, societal Sources, Governmental Sources, Role Sources, dan Individual Source

(2)

Politik Luar Negeri suatu negara dipastikan mengarah kepada promosi kepentingan nasionalsuatu negara termasuk juga negara Amerika Serikat. Tindakan-tindakan Amerika Serikat initercermin dari serangkaian kebijakan luar negeri Amerika Serikat terkait kompetisiekonomi,memperkuat pertahanan di perbatasan negara-negara, mewujudkan perdamaian ,kebebasan, dan upaya perluasan ideologi demokrasi. Namun pada dasarnya politik luar negeritidak pernah pernah bersifat tetap, politik luar negeri harus merespon dan merumuskankebijakan sesuai dengan kepentingan nasional dan peluang dalam hubungan internasional

Menurut James N Rosenau, kebijakan luar negeri digunakan untuk menganalisa dan mengevakuasi kekuatan-kekuatan internal dan eksternal yang mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara terhadap negara lain. Sedangkan menurut K. J. Holsti, kebijakan luar negeri adalah tindakan atau gagasan yang dirancang oleh pembuat kebijakan untuk memecahkan masalah atau mempromosikan suatu perubahan dalam lingkungan, yaitu dalam kebijakan sikap atau tindakan dari negara lain. Gagasan kebijakan luar negeri, dapat dibagi menjaadi empat komponen dari yang umum hingga kearah yang lebih spesifik yaitu orientasi kebijakan luar negeri, peran nasional, tujuan, dan tindakan.

Ciri utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat (AS) sejak tahun 1940-an dibentuk oleh dua tradisi besar dalam ilmu hubungan internasional, yaitu realis dan liberalis. Tradisi realis berkembang selama era Perang Dingin, di mana tujuan utama tradisi ini dimaksudkan untuk melakukan politik pembendungan (containment policy) terhadap Uni Soviet yang dinilai membahayakan supremasi kekuasaan AS di dunia. Sementara itu, tradisi liberalis berkembang di era pasca-Perang Dingin, di mana tujuan utama kebijakan luar negeri AS diarahkan untuk melakukan ekspansi kebebasan/demokrasi ke seluruh penjuru dunia. Dalam penerapan kebijakan luar negerinya, Amerika

Dalam perkembangan kebijakan luar negeri AS, Amerika melewati yang namnaya Amerika Century. Amerika Century adalah karakterisasi abad ke-20 yang sebagian besar didominasi oleh Amerika Serikat dalam hal politik, ekonomi dan budaya. Pengaruh Amerika Serikat 'tumbuh sepanjang abad ke-20, tapi menjadi sangat dominan setelah berakhirnya Perang Dunia II, ketika hanya dua negara adidaya yang tersisa, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Setelah pembubaran Uni Soviet pada tahun 1991, Amerika Serikat tetap satunya negara adidaya di dunia, dan menjadi hegemon. Setelah berakhirnya peran dingin, Amerika kembali lagi mengeluarkan Second American Century yang merupakan buntut dari kejadian 9/11. Akibat kejadian tersebut, Amerika memfokuskan kebijakan luar negerinya untuk melawan teroris. Second American Cnetury itu menggunakan Grand Strategi sebagai modal untuk mencapai tujuannya.

Akibat dari tragedi 9/11 inilah yang merubah total pada orientasi kebijakan luar negeri Amerika dengan membentuk Second American Century dengan menggunakan Grand Strategi demi menjaga stabilitas dan keamanan dari Amerika Serikat itu sendiri. Dla mpembuatan kebijakan luar negeri Amerika berasala dari banyak sumber yang saling berkaitan. Sumber-sumber tersebut sangat mempengaruhi dapat terlaksananya atau tidaknya kebijakan luar negeri yang Amerika bentuk.

(3)

Yang disebut sebagai American Centuries adalah dimana peran Amerika yang semakin terlihat pada abad ke 20an. Dilihat dari kemerdekaan Amerika Serikat yaitu sejak tahun 1776, Amerika Serikat banyak sekali terlibat dalam fenomena global. Dimulai dari keterlibatan Amerika Serikat pada Perang Dunia I, dan Perang Dunia II hingga menjadi pemenang dalam Perang Dingin. American Centuries ini didukung pula dengan kecanggihan teknologi dan kekuatan ekonomi yang mencapai level global mendukung untuk menguatkan kekuatan militer Amerika Serikat. Sehingga Amerika Serikat muncul sebagai Negara superpower. Tidak hanya itu, Amerika Serikat semakin unjuk gigi dengan adanya Soft Power yang dikenalkan oleh Joseph S. Nye (2004) dimana soft power includes the attraction of America’s culture, values, and political beliefs and the ability of the United States to establish rules and institutions it favors[ CITATION Ueg08 \l 1033 ]. Sehingga soft power ini membuat Amerika Serikat menyelipkan nilai – nilai demokrasi dan kapitalisme tersebar ke seluruh dunia.

Dari fenomena – fenomena dunia yang terjadi, dengan segala konsekuensi yang ada, juga mempengaruhi tindakan Amerika Serikat tidak hanya di bidang politik saja, namun juga pada ekonomi dan militernya. Tentu saja, hal ini tidak luput dari nilai dasar yang Amerika Serikat pegang, yaitu liberalism dan idealism (pada awalnya). Dari nilai-nilai inilah yang membawa para presiden Amerika Serikat dalam menentukan tindakan yang di aplikasikan dalam berbagai kebijakan Hal ini dapat dilihat pada pemerintahan Woodrow Wilson, dimana pada tahun 1971 Amerika Serikat berperang melawan Jerman untuk menciptakan dunia yang aman dengan demokrasi sebagai jaminan politik independensi dan integritas territorial. Selanjutnya juga pada pemerintahan Franklin D. Roosevelt yang menunjukkan nilai dasar dari keterlibatan Amerika Serikat pada Perang Dunia II adalah sebagai upaya untuk menjamin 4 kebebasan, yaitu freedom of speech and expression, freedom of worship, freedom from want, and freedom from fear[ CITATION Ueg08 \l 1033 ]. Selain itu, runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989 di bawah pemerintahan George H. W Bush juga sebagai persaingan dalam kekuatan dan posisi Internasional, yaitu Perang Dingin.

Pada awalnya nilai dasar pada Pemerintahan Wilson adalah idealism, berubah menjadi political realism, yang fokus pada kekuatan, yang menghasilkan “Containtment Policy” dalam menghadapi Uni Soviet. Hingga pada periode dari berakhirnya Perang Dingin hingga Tragedi 9/11, Amerika Serikat menerapkan yang namanya Grand Strategy yang bertujuan untuk menggunakan instrumen militer untuk mencapai tujuan suatu Negara yang direalisasikan pada Kebijakan Luar Negeri (Art, 2003). Dalam menentukan grand strategy ini menurut Robert J. Art menyebutkan terdapat 6 kepentingan nasional Amerika Serikat yang akan dibahas lebih detail pada sub topik selanjutnya.

Semakin berjalannya waktu dan dengan adanya globalisasi yang turut berkontribusi dalam penyebaran demokrasi dan pasar ekonomi Amerika Serikat, yang menyebabkan homogenisasi social dan budaya di berbagai belahan dunia. Perkembangan teknologi yang sangat cepat, menyebabkan dunia ini seakan borderless dan seiringan juga dengan makin berkembangnya isu keamanan sebagai akibat dari globalisasi tersebut. Sehingga hal tersebut berdampak pada penerapan kebijakan luar negeri untuk menjaga kepentingan nasional Amerika Serikat itu sendiri. Sebagai dampak dari globalisasi juga, perkembangan teknologi yang semakin cangih, berdampak pada canggihnya persenjataan yang dapat menyerang keamandan dan pertahanan Negara lain. Pasca tragedi 9/11, Amerika Serikat semakin menggalakkan war against terrorism atau war on terrorism, dimana akan memerangi terorisme baik skala domestic maupun internasional. Berikut pula akan dijelaskan mengenai strategi dan adaptasi dari dampak globalisasi terhadap pengaplikasian kebijakan luar negeri Amerika Serikat.

(4)

Kebijakan pertahanan merupakan bagian dari kebijakan luar negeri dan keamanan nasional Amerika Serikat. Dasar strategi yang digunakan adalah politik realisme dan liberal internationalisme. Kebijakan luar negeri Amerika Serikat menenkankan pada kekuatan dan mempertahakankan stabilitas keamanan Amerika Serikat setalah Perang Dunia, Perang dingin dan peristiwa 9/11. Beberapa strategi akan dijelaskan lebih lebih lanjut dalam tulisan ini yang memiliki pengaruh dalam strategi yang dilakukan Amerika Serikat dalam kebijakan luar negerinya. Terdapat 5 strategi yang dianggap tepat diaplikasikan dalam kebijakan luar negeri dan keamanan nasional AS :

a. Selective engagement

Art menjelaskan bahwa strategi ini lebih disukai untuk mewujudkan kepentingan nasional dan tujuan. Strategi ini bertujuan untuk mempertahankan kunci aliansi amerika Serikat dan forward-based forces. Hal ini huga bertujuan untuk menjaga kekuatan militer Amerika Serikat.[ CITATION Eug03 \l 1033 ] Berdasarkan asumsi militer AS, strategi ini menekankan militer AS seharusnya bertindak secara multilateral dan bukan unilateral sehingga meskipun kemungkinan beban dan resiko yang ditimbulkan lebih besar namun strategi yang mengandalkan aliansi akan mempermudah pengaturan dan tindakan. Selective engagement mencari transparasi dalam hubungan militer, mengurangi penggunaan senjata, melakukan pengontrolan dalam penggunaan senjata nuklir, biolgis dan sejata kimiawi. Strategi ini menekankan pada kehati – hatian dalam menggunakan kekuatan militer. Selective engagement lebih tangguh, adaptable dan efektif. [ CITATION Rob13 \l 1033 ] b. Neo – isolationism

Strategi berfokus pada penolakan terhadap keterlibatan pada area global. Neo – isolation merupakan strategi dimana diharapkan Amerika Serikat dijauhkan dari keterlibatan asing. neo – isolation sangat berbeda dengan kebijakan luar negeri dan keamanan nasional. Amerika Serikat dianggap sebagai Negara superpower. Setelah kejadian 9/11 neo – isolationist berpendapat bahwa AS sebaiknya mengurangi keterlibatan dalam area global karena semakin berkurang keterlibatan maka akan berkurang kemungkinan menjadi target. Namun pendukung neo – isolasionisme tidak sepenuhnya mengusulkan pengunduran diri total. Salah satu cara mengisolasikan diri adalah dengan menjauhkan diri dari organisasi dunia. Hal ini dapat diartikan sebagai pengurangan multilateralisme.

c. Neoconservatism

(5)

untuk menjadi unipollar dimana tidak akan oleh Negara lain. Democratic globalism didefinisikan sebagai kebijakan luar negeri yang menegaskan bahwa kepentingan nasional bukan sebagai kekuatan tetapi sebagai nilai dan identitas sebagai nilai tertinggi. Strategi ini dilihat sebagai mesin sejarah untuk mencapai kebebasan. d. Doktrin Bush

Secara garis besar Doktrin Bush merujuk pada serangkaian kebijakan luar negeri yang dijalankan oleh Presiden George W. Bush setelah peristiwa 9/11[ CITATION 12Ap \l 1057 ]. Kebijakan luar negeri ini terdiri dari 3 yaitu pertama, adalah strategi defensif melalui preemptive war atau dimana Amerika Serikat harus menyerang lebih dahulu sebelum serangan musuh mendekat. Serangan ini telah dibuktikan dengan keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Irak (2003); bagaimana Amerika Serikat menyerang Irak terutama Saddam Hussein yang diduga memiliki senjata pemusnah massal (WMD). Kebijakan pertama ini dianggap paling kontroversial karena hal ini membawa Amerika Serikat untuk ikut serta dalam menginvasi tiap negara yang memiliki ladang terorisme atau ancaman lainnya yang tidak hanya membahayakan Amerika Serikat melainkan juga seluruh dunia. Amerika Serikat memiliki justifikasi dimana hal ini merupakan self defense nya dari berbagai ancaman. Namun disamping memenuhi tujuan tersebut Amerika Serikat seakan setali tiga uang dimana dalam membasmi negara ladang terorisme seperti Afghanistan, Amerika Serikat juga sekaligus mempromosikan nilai demokrasi dan liberty di negara yang belum menganut paham tersebut. Ini juga bisa dilihat sebagai strategi Amerika Serikat dalam menghadapi ancaman terorisme terutama di kawasan Timur Tengah. Selain itu juga Amerika Serikat pun gencar untuk mengusahakan program nuclear proliferation dan pembendungan terhadap weapon mass destruction yang dirasa dapat

mengancam. Karena kebijakan preemtive war ini juga termasuk pada penyerangan terhadap ancaman terorisme maka hal ini seringkali dikaitkan dengan kebijakan war on terrorism yang juga dipopulerkan oleh George W. Bush.

(6)

internasional termasuk pada keputusannya untuk membatasi diri dari keterlibatan organisasi regional maupun internasional.

e. Wilsonian Liberalism

Mantan senator dari partai Demokrat yaitu Gary Hart ditahun 2004 menanggapi masalaah terorisme yang mengancam keamanan nasional Amerika Serikat dengan mengajukan gagasan yang berbeda dengan para neokonservatif lainnya dimana menurutnya paska peristiwa 9/11 memberikan kesempatan yang tepat bagi

terciptanya grand strategy Amerika Serikat yang baru. Untuk itu Hart mengajukan pemilihan soft power daripada military atau hard power. Hal ini disertai dengan premisnya dimana Amerika Serikat sebagai pemimpin didunia dimana kepemimpinan tersebut membutuhkan adanya revolutionary world. Hal ini sebagai prinsip yang mendasar sebagai bagian terpenting dari sumber dan kekuatannya yang harus diwujudkan hanya dengan terciptanya republik yang demokratis. Jadi secara garis besar sejatinya kepemimpinan Amerika Serikat didunia hanya dapat diwujudkan jika negara negara didunia sudah menjadi negara yang demokratis dan grand strategy baru seperti melalui soft power ini dapat dipakai dalam menanggapi ancaman terorisme dunia.

Toward Explanation

Dalam menghadapi situasi politik dan kondisi tertentu, maka suatu pemerintahan akan membuat kebijakan, dimana kebijakan-kebijakan yang dibuat guna menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh pemerintahan, kebijakan itu dapat berupa suatu tujuan untuk mencapai kepentingan nasional atau sebagai suatu respon atas situasi dan kondisi yang terjadi.[ CITATION Ira12 \l 1057 ] Contohnya: kebijakan yang diambil oleh Amerika Serikat terhadap aksi teroris dalam tragedi 9/11. [ CITATION Nol12 \l 1057 ]

Munculnya terorisme yang merajalela ini sejak berakhirnya perang dingin, dimana setelah perang dingin berakhir banyak sekali kekerasan dan praktik terorisme yang terajdi yang memberikan efek tersendiri bagi korban. Trauma yang sangat mendalam sebagai akibat aksi dari serangan-serangan terorisme tersebut membuat Amerika Serikat sangat reaksioner dalam sikapnya menghadapi isu terorisme yang berkembang saat ini. Amerika Serikat sangat cepat merespon terhadap setiap isu terorisme. Hal ini tercermin dari kebijakan-kebijakan politik luar negerinya yang berusaha mencari simpati dunia internasional dalam kampanye pemberantasan jaringan terorisme.

Semenjak berakhirnya perang dingin yang menghasilkan kekerasan dan terorisme berhasil mendapatkan respon dari pemerintah Amerika Serikat yang dipimpin oleh G.W.Bush. Strategi untuk menghadapi aksi kekerasan dan terorisme menjadi fokus utama kebijakan yang diciptakan oleh pemerintah Amerika Serikat.[ CITATION EUG08 \l 1057 ] Pemerintahan yang dipimpin oleh Bush ini menekankan bahwa strategi kebijakan luar negeri yang difokuskan untuk menghadapi terorisme ini agar selalu dijalankan oleh tiap presiden selanjutnya, hal ini menunjukan bahwa adanya keambisiusan tujuan dalam kebijakan ini. Kebijakan luar negeri Amerika Serikat pun dipercaya sebagai produk yang tidak hanya bermanfaat untuk kepentingan nasional mereka saja namun juga bermanfaat bagi pihak lain yang tentunya mendukung kebijakan yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat itu sendiri.

(7)

nasional negaranya tersebut, AS akan selalu mengejar kepentingan - kepentingan tersebut, baik yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. Situasi politik di dalam maupun di luar negeri jelas akan berpengaruh terhadap kondisi dan situasi suatu pemerintahan, tidak terkecuali pemerintah AS.

Dalam menyikapi dinamika politik yang berkembang baik di kancah domestik maupun dari dunia internasional, tidak hanya AS akan tetapi semua negara di dunia akan selalu berusaha mempertahankan kedaulatan negaranya. Peristiwa 9/11 yang menyerang wilayah Amerika Serikat yaitu serangan ke gedung World Trade Center (WTC) dan Pentagon memaksa pemerintah Amerika Serikat mengambil sikap tegas untuk merespon serangan terhadap wilayah dan warga Amerika Serikat dari para teroris.[ CITATION Nol12 \l 1057 ] Pasca serangan tersebut pemerintah Amerika Serikat kemudian mengeluarkan beberapa strategi. Dalam strategi tersebut terdapat satu kebijakan Amerika Serikat untuk memerangi terorisme baik dalam skala domestik maupun internasional. Berselang beberapa bulan Amerika Serikat kemudian secara khusus mebuat kebijakan untuk menangani terorisme. Kebijakan tersebut yang kemudian lebih dikenal dengan War On Terror yang dijadikan landasan Amerika Serikat dalam memerangi terorisme internasional.

II. Perspektif Analitis Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat

Sumber dari Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat

(8)

kolektif membentuk apa yang dilakukan Amerika Serikat di luar negeri. Gambar tersebut menjelaskan input dalam pengambilan kebijakan luar negeri yakni eksternal, sosial, pemerintah, peran dan individu yang membentuk sebuah kerangka analisis. Dalam proses pembuatan kebijakan luar negeri sangatlah komplex, karena banyaknya parstisipan yang ikut terlibat.

Berikut adalah sumber-sumber dalam pembuatan kebijakan luar negeri Amerika Serikat :  Sumber Eksternal

Kategori sumber internasional ini mengacu pada atribut dari sistem internasional dan karakteristik serta perilaku dari negara dan aktor non negara dalam mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika. Aktor non negara ini dapat berupa I-NGO maupun MNC. Sumber ekternal ini dapat berupa permasalahan yang terjadi di dunia internsional atau tindakan dari aktor-aktor internasional yang mempengaruhi proses pembuatan kebijakan Amerika, contohnya adalah seperti yang saat ini terjadi di Semenanjung Korea, dimana saat ini Kore Utara sedang bersiaga dan siap meluncurkan nuklirnya ini ke Amerika dan Korsel, hal ini tentu sangat mempengaruhi kebijakan luar negeri Amerika. Dimana Amerika langsung bergerak cepat dengan mengirimkan pasukan militernya di Korsel dan menjadikan Korea Utara sebagai coomon enemy bagi Amerika dan sekutunya.

 Societal Source

Kategori societal source terdiri dari karakteristik social domestic dan system politik yang membentuk orientasi menuju dunia. Hal ini menjadi penting jika mengingat kembali bahwa politik luar negeri merupakan perpanjangan tangan dari kepentingan nasional yang ingin dicapai oleh suatu negara. Sedikitnya, terdapat dua variabel domestik yang mempengaruhi pembuatan kebijakan luar negeri suatu negara, yakni opini publik dan politik dalam negeri negara itu sendiri. Di mana kedua variabel ini dijelaskan oleh Robinson yang lebih banyak mengangakat opini publik dan peran media serta artikel Fearon yang membahas mengenai politik domestik. Sebagai contoh dimana opini masyarakat Amerika Serikat dapat mempengaruhi kebijakan AS dalam keterkaitannya dengan Perang Vietnam dan Perang Iraq. Kedua perang ini menimbulkan kritik dari masyarakat AS sendiri yang kemudian kritik ini membawa pemerintah AS untuk mengakhiri perang tersebut.

 Governmental Sources

Sumber-sumber dari pemerintahan merupakan aspek-aspek dari struktur pemerintah yang membatasi atau menambah suara-suara dalam pembuatan kebijakan luar negeri Amerika

 Role Sources

Sumber-sumber peran merupakan hal yang penting karena pembuat keputusan dipengaruhi oleh tingkah laku social dan norma-norma yang legal dalam peran yang dipegang oleh seseorang. Posisi pembuat keputusan memegang tingkah laku mereka dan masukan bagi kebijakan luar negeri.

 Individual Sources

Sumber-sumber individu merupakan karakteristik seseorang yang mempengaruhi tingkah laku dan pembuatan kebijakan luar negeri. Seperti karakteristik seorang presiden yang berpengaruh terhadap tingkah laku politik luar negerinya.

Beragam Sumber Dari Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat

(9)

berbagai macam masalah yang kemudian mempengaruhi pembentukkan kebijakan luar negeri. Maka kita dapat menganalisanya melalui multicausal perspective. Disini kita dapat melakukannya dengan menggunakan strategi counterfactual reasoning atau bisa dibilang sebagai strategi dimana kita menggunakan berbagai macam pertanyaan yang secara efektif dapat menemukan variabel utama yang kemudian mengantarkan kita untuk berspekulasi mengenai apa yang terjadi. Dengan strategi ini contohnya dapat menjawab dominasi kebijakan luar negeri Amerika Serikat di era perang dingin yaitu politik pembendungan terhadap Uni Soviet. Kenapa hal tersebut dapat berlangsung dalam kurun waktu yang lama? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita dapat menganalisanya melalui beberapa level analisis yaitu pertama adalah level sistem internasional dimana hadirnya senjata nuklir dan ketakutan akan serangan nuklir dari Uni Soviet membuat status quo dalam kebijakan Amerika Serikat yang dibentuk untuk mengatasi ketakutan tersebut. Pertanyaan yang muncul di level ini contohnya apakah tindakan Amerika Serikat di era perang dingin ini dapat berbeda jika keadaan dunia internasional pun berbeda?

Di level kedua yaitu level negara atau pemerintah, pertanyaan yang akan muncul dapat berupa akankah kebijakan luar negeri Amerika Serikat akan terus berganti secara cepat jika saja dalam pembentukkannya kebijakan luar negeri tidak didominasi presiden dan anggota legislatif jika sebaliknya adanya keseimbangan diantara eksekutif dan legislatif berdasarkan konstitusi 1960an. Level ketiga adalah individu, dimana individu disini memiliki power, entah itu presidennya, senator,atau menteri luar negerinya. Contoh pertanyaan yaitu akankah landasan kebijakan Amerika Serikat paska perang akan menjadi sangat anti komunis jika saja Franklin D. Roosevelt masih berkuasa dalam periode keempatnya? Atau jika kita relasikan dengan misalnya John Kerry memenangkan pemilihan presiden tahun 2004 dan menggantikan Bush, apakah beliau akan bisa merubah opini dunia terkait perang di Irak dengan meyakinkan aliansi Amerika Serikat untuk turut serta dalam perang di Irak?. Sejatinya counterfactual historiography ini berbasis pada premis “what if”. Sayangnya premis seperti ini biasanya jarang memberikan jawaban yang jelas. Namun premis ini tidak sepenuhnya salah karena hal ini justru memancing sikap aware kita dalam menemukan sebab-akibat dalam masalah sehingga kita dapat memikirkan beberapa kemungkinan dan pengaruhnya. Hal ini juga dapat menjawab mengapa Amerika Serikat dapat bertindak seperti itu dalam hubungannya dengan kebijakan luar negerinya.

Looking ahead

Kebijakan luar negeri Amerika Serikat mengalami banyak perubahan dan diselesaikan tantangan serta kesempatan baik didalam maupun diluar. Nilai kebebasan, demokrasi, perdamaian dan kemakmuran yang menghidupan kebijakan luar negeri Amerika Serikat tidak selalu dihasilkan dari tujuan dan taktik yang sama dalam menyelesaikan perubahan situasi. Namun komponen tersebut memiliki ketahanan dalam berkontribusi secara konsisten dalam waktu lama dala kebijakan luar negeri Amerika Serikat.

Multiple sources dari kebijakan luar negeri mendesak ruang gerak pembuat keputusan. Mereka memimpin explorasi dari kebijakan luar negeri secara tekun dan berkelanjuatan dalam menurunkan order “spatial magnitude” melalui bebrapa kategori yaitu external environment, menguji societal sources, mengatur pembuatan kebijakan kemudian kembali fokus pada peran sumberdaya dan yang terakhir adalah penjelasan hasi kebijakan luar negeri. Dimasa yang akan datang akan nada penyelidikan tentang interrelationships antara sumberdaya dan kebijakan luar negeri Amerika Serikat yang memberikan dampak dalam pada era yang baru.

(10)

Dalam menyikapi dinamika politik yang berkembang baik di kancah domestik maupun dari dunia internasional, tidak hanya AS akan tetapi semua negara di dunia akan selalu berusaha mempertahankan kedaulatan negaranya. Peristiwa 9/11 yang menyerang wilayah Amerika Serikat yaitu serangan ke gedung World Trade Center (WTC) dan Pentagon memaksa pemerintah Amerika Serikat mengambil sikap tegas untuk merespon serangan terhadap wilay ah dan warga Amerika Serikat dari para teroris.[ CITATION Nol12 \l 1057 ] Pasca serangan tersebut pemerintah Amerika Serikat kemudian mengeluarkan beberapa strategi. Dalam strategi tersebut terdapat satu kebijakan Amerika Serikat untuk memerangi terorisme baik dalam skala domestik maupun internasional. Berselang beberapa bulan Amerika Serikat kemudian secara khusus mebuat kebijakan untuk menangani terorisme. Kebijakan tersebut yang kemudian lebih dikenal dengan War On Terror yang dijadikan landasan Amerika Serikat dalam memerangi terorisme internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Art, R. J. (2003). http://books.google.co.id/books?

id=cJDJ0iL_da0C&pg=PA122&lpg=PA122&dq=selective+engagement+strategy+adalah&source= bl&ots=LfDTicoR2Q&sig=6KvZnqLHIBvOAilK8vgyGLix-o8&redir_esc=y. Dipetik April 30, 2013 David M. Malone, Y. F. (2003). Unilateralism and U.S. Foreign Policy: International Perspectives. Boulder: Lynne Rienner.

EUGENE R. WITTKOPF, C. M. (2008). American Foreign Policy Pattern and Process, Seventh Edition. Belmont: Michael Rosenberg.

Eugene R. Wittkopf; Christopher M. Jones;Charles W. Kegley, Jr.,. (2003). American Foreign Policy Pattern and Process. Belmont: Thomson Wadsworth.

Iran Indonesian Radio. (2012 , Oktober). Dipetik May 1, 2013, dari IRIB world service: http://indonesian.irib.ir/telisik/-/asset_publisher/k0Z8/content/id/5212182

Rachmat. (2012, April 5). Dipetik April 30, 2013, dari httprachmat.staff.ugm.ac.idkuliahPLNASbushdoctrine.pdf

Gambar

Gambar kerangka analisis diatas adalah untuk menjelaskan dan menganalisa sumber dari

Referensi

Dokumen terkait

Menanggulangi gangguan kesehatan pada hewan yang semakin berbahaya, maka sangat dibutuhkan fasilitas rumah sakit hewan yang baik dan sesuai dengan ketentuan syarat usaha rumah

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui aspek pertumbuhan (hubungan panjang bobot, faktor kondisi dan keofisien pertumbuhan) dan mengetahui reproduksi (nisbah kelamin,

Kebahagiaan pasangan berasal dari aspek religius dan hubungan yang baik serta kedekatan dengan kerabat dan teman-teman rumah tangga relatif stabil dan bertahan lebih lama;

?$ Guru memperlihatkan ' -ontoh gamar tentang tempat #isata menggunakan PP 8$ Guru meminta sis#a untuk memuat ' kelompok . C$ Setiap kelompok !ierikan * gamar tentang

Stasiun 1 (zona alami) kondisi lingkungannya masih alami dalam kondisi baik dan belum tercemar oleh aktivitas masyarakat maupun aktivitas wisata sehingga diduga lamun tumbuh

Ekosistem padang lamun di Perairan Bandengan Jepara penting bagi biota akuatik khususnya epifauna. Kerapatan lamunakan mempengaruhi bahan organik yang digunakan oleh

Berdasarkan hasil analisis pendahuluan dan diskusi dengan guru, peneliti dan guru merencanakan mengadakan dua kali pertemuan dan satu kali tes berpikir kritis untuk