• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PERADILAN PIDANA DI BIDANG PERLIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "SISTEM PERADILAN PIDANA DI BIDANG PERLIN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PERADILAN PIDANA DI BIDANG PERLINDUNGAN DAN

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

IIN GERALDINA JALISNA PARHUSIP

iinparhusip@students.unnes.ac.id

DATA BUKU

Judul Buku : Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Penulis : Masrudi Muchtar, S.H., M.H.

Penerbit : Prestasi Pustakaraya

Tahun Terbit : 2015

Kota Penerbit : Jakarta

Bahasa Buku : Bahasa Indonesia Jumlah Halaman : 204 Halaman

ISBN Buku : 978-602-256-020-3

DISKUSI/PEMBAHASAN REVIEW

Bencana alam, kerusakan, percemaran dan hilangnya sumber daya alam yang begitu cepat serta kemudian berganti menjadi petaka, membuat suatu perubahan besar dalam strategi perubahan dalam memandang lingkungan hidup di Indonesia. Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan hidup adalah suatu kesatuan fisik yang mencakup sumber daya alam yang mendukung pemenuhan keperluan hidup manusia. Sedangkan menurut UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Pada dasarnya dalam kehidupannya manusia bergantung pada keadaan

(2)

dengan kualitas yang baik, dan semua itu dapat didapat jika lingkungan dalam kondisi yang baik. Lingkungan yang sehat akan terwujud apabila manusia dan lingkungannya dalam kondisi yang baik.

Buku ini menjelaskan bahwa permasalahan hukum lingkungan hidup yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat memerlukan pengaturan dalam bentuk hukum demi menjamin kepastian hukum. Di sisi lain, perkembangan lingkungan global serta aspirasi internasional akan mempengaruhi usaha pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia. Dalam mencermati perkembangan tersebut, maka perlu suatu upaya untuk menyempurnakan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tersebut, sehingga lahirlah UUPLH yang baru, yaitu UU Nomor 23 Tahun 1997 agar tujuan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dapat tercapai. Dengan melihat gejala pelanggaran hukum yang dapat dilakukan oleh suatu badan hukum yang merugikan masyarakat, maka kedudukan badan hukum mulai diperhatikan tidak saja menjadi subjek hukum perdata, tetapi juga menjadi subjek dalam hukum pidana, sehingga dapat dituntut dan dijatuhi hukuman atau sanksi pidana.

Secara umum untuk menanggulangi masalah pencemaran/perusakan lingkungan sendiri hidup harus ada kerjasama yang terpadu antara pihak eksekutif (melalui departemen yang terkait) dengan pihak yudikatif (pihak peradilan) untuk menegakkan UUPLH sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing. Disamping itu harus ada kerjasama antara dua lembaga tinggi negara lainnya, yaitu Presiden dan DPR (dalam hal ini bertujuan untuk mengatur tentang pengelolaan lingkungan hidup Indonesia). Agar suatu undang-undang (UUPLH) dipatuhi oleh masyarakat sebagai individu maupun kelompok masyarakat, perusahaan dan sebagainya, maka dalam UUPLH ini ditetapkan adanya suatu sanksi, yaitu sanksi administrasi, sanksi perdata, sanksi pidana, serta adanya tindakan tata tertib. Keempat sanksi ini harus ditegakkan dan diterapkan oleh lembaga yang terkait baik lembaga eksekutif maupun lembaga yudikatif sesuai dengan kewenangan dari lembaga itu masing-masing.

Berdasarkan ketentuan Pasal 45-46 UUPLH, maka badan hukum termasuk dalam

subjek hukum yang dapat dijatuhi pidana, apabila melakukan suatu tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pasal tersebut. Oleh karenanya, diharapkan para pengusaha, pengurus, serta karyawannya berhati-hati dalam menjalankan perusahaannya, jangan sampai mengakibatkan pencemaran dan /atau perusakan lingkungan hidup, karena dapat dipidana, selain harus membayar denda atau pun tindakan lainnya sebagai bentuk pertanggungjawabannya.

(3)

kelompok biotik, kelompok abiotik, dan kelompok kultur. Peningkatan kesadaran dan wujud kepedulian lingkungan pada masyarakat dewasa ini terus berkembang hingga sekarang. Manusia semakin menyadari pentingnya pelestarian bagi kelangsungan hidupnya, baik untuk masa sekarang maupun untuk generasi yang akan datang. Permasalahan lingkungan hidup pada dasarnya merupakan masalah serius, baik bagi individu maupun masyarakat bagi umumnya. Tidak dapat disangkal bahwa berbagai kasus lingkungan hidup sekarang ini terjadi, baik pada lingkup global maupun di dalam lingkup nasional. Sebagian besar masalah tersebut bersumber pada perilaku manusia. Pencemaran dan perusakan dapat terjadi karena perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak memperdulikan yang lain, dan mencari keuntungan untuk dirinya sendiri.

Indonesia sebagai negara yang berkembang, yang saat ini sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang, juga harus berorientasi kepada pembangunan lingkungan. Pengertian pembangunan disini merupakan upaya sadar bangsa Indonesia untuk meningkatkan taraf kehidupannya dengan cara memanfaatkan segala sumber daya alam yang dimilikinya. Lingkungan hidup dalam pengertian ekosistem tidak mengenal batas wilayah, baik wilayah negara (nasional) maupun wilayah administratif dan daerah Provinsi, Kabupaten maupun Kota yang bersifat otonomi. Dalam penataan ruang daerah secara otonomi tetap tidak boleh mengabaikan adanya prinsip-prinsip tersebut karena mengikat secara undang-undang. Manusia dan lingkungan pada hakekatnya adalah satu bangunan yang seharusnya saling menguatkan karena manusia amat bergantung pada lingkungan sedang lingkungan juga bergantung pada aktivitas manusia.

Namun dilihat dari sisi manusia maka lingkungan adalah sesuatu yang pasif, sedang manusialah yang aktif, sehingga kualitas lingkungan amat bergantung pada kualitas manusia. u ini membahas mengenai mekanisme sistem peradilan pidana dalam konteks Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang peradilan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka mencegah dan menanggulangi tindak pidana yang diatur dalam undang-undang tersebut. Kejahatan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan kejahatan di bidang ekonomi dalam arti yang cukup luas, karena cakupan kriminalitas dan pelanggaran lingkungan lebih luas dari pada kejahatan konvensional lainnya juga, yang dampaknya mengakibatkan kerugian ekonomi negara yang luar biasa, selain juga berdampak pada rusaknya lingkungan hidup dan sumber daya alam yang lain.

Manusia sebagai khalifah di bumi ini yang sangat berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Namun, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup. Oleh sebab itu manusia mempunyai tanggung jawab yang besar dalam pelestarian lingkungan hidup demi kelangsungan kehidupan makhluk hidup di bumi. Setiap orang juga harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar yang sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang dilakukan sangat besar sekali manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak untuk huni bagi generasi anak cucu kelak.

(4)

dapat menambah informasi yang sangat konkret bagi usaha untuk pencegahan dan penanggulangan tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui sistem peradilan pidana.

Dari aspek praktis sendiri, buku ini memberikan masukan kepada lembaga-lembaga terkait baik itu eksekutif maupun legislatif sendiri untuk mengantisipasi dan mempersiapkan solusi pencegahan dan penanggulangan tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui mekanisme sistem peradilan pidana (criminal justice system). Lalu buku ini juga menyebutkan bahwa sistem peradilan pidana merupakan salah satu cara negara untuk mencegah dan menanggulangi kejahatan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, tentu memiliki peran yang sangat besar untuk mencegah menanggulangi kejahatan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dapat dikategorikan sebagai kejahatan yang luar biasa atau yang biasa disebut dengan extra ordinary crime.

Namun, secara faktual ternyata sistem peradilan pidana sendiri belum mampu bekerja secara optimal dalam rangka pencegahan dan penanggulangan tindak pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Indonesia. Berkaitan dengan kondisi itu, tentu sangatlah dibutuhkan pendekatan dan strategi baru yang progresif dalam rangka optimalisasi sistem peradilan pidana untuk mencegah dan menanggulangi kejahatan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia.

Bab dua pada buku ini mengemukakan bahwa sistem peradilan pidana

(Criminal justice system) dapat diartikan sebagai pemakaian pendekatan

sistem terhadap mekanisme administrasi peradilan pidana dan peradilan sebagai suatu sistem yang merupakan hasil dari interaksi antara aturan perundang-undangan, praktek administrasi dan sikap atau tingkah laku sosial. Pengertian sistem itu sendiri juga mengandung implikasi suatu proses interaksi yang dipersiapkan secara rasional dan dengan cara efisien untuk memberikan hasil tertentu dengan segala keterbatasannya. Dengan hal ini juga, mekanisme penyelenggaraan peradilan pidana di pandang sebagai suatu sistem. Penyelenggaraan peradilan pidana sebagai suatu sistem, tentu tidak lepas dari teori sistem hukum (three elements of legal system). Pengadilan mempunyai peran yang sangat krusial. Faktor lain yang sangat menentukan adalah sumber daya manusia yang mengisi berbagai institusi hukum di atas tanpa sumber daya manusia berkualitas, nisaya hukum hanya berada diatas kertas. Hendaknya perlu dikembangkan sumber daya manusia yang unggul, profesional dan mempunyai integritas tinggi guna menjadi pengawal hukum.

(5)

Perbedaan yang mendasar antara undang-undang nomor 23 tahun 1997 dengan undang-undang nomor 32 tahun 2009 adalah adanya penguatan yang terdapat dalam undang-undang nomor 32 tahun 2009 tentang prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelola pemerintahan yang baik karena dalam setiap proses perumusan dan penerapan instrumen pencegahan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup serta penanggulangan dan penegakan hukum mewajibkan pengintegrasian aspek transparasi, partisipasi, akuntabilitas dan keadilan. Semua undang-undang di atas hanya memuat asas-asas dan prinsip-prinsip pokok bagi pengelolaan lingkungan hidup, maka undang-undang tersebut berfungsi sebagai “payung” bagi penyusunan peraturan perundang-undangan lainnya. Dengan demikian, undang lingkungan hidup atau undang-undang pengelolaan lingkungan hidup atau undang-undang-undang-undang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup disebut sebagai “umbrella acf” atau “umbrella provision”.

Makna hakiki secara filosofi, dan sosologis dengan terbitnya Undang-Undang No.32 Tahun 2009, pertama bahwa undang-undang telah menempatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai jaminan hak asasi warga Negara sebagaimana diatur dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar 1945. Kedua pembangunan ekonomi yang sedang dilakukan harus benar-benar berprinsip pada pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Ketiga cara pandang adanya kesadaran bersama terhadap lingkungan yang semakin menurut kualitasnya, jadi perlu dilakukan komitmen bersama seluruh pemangku terhadap lingkungan hidup.Kedepannya sendiri upaya penegakan hukum dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2009, berupa penegakan hukum adminitrasi, perdata dan pidana, akan memberi solusi dan efek jera bagi oknum pelaku tindak pidana dibidang lingkungan hidup. Yang kedua sosialisasi adanya undang-undang ini terhadap masyarakat, sebagai upaya dalam penyadaran untuk menuntut terhadap hak gugat masyarakat terhadap usaha pertambangan yang merugikan lingkungan hidup yang berada di sekitar.

Undang-undang nomor 32 tahun 2009 menggariskan bahwa pola pembangunan Indonesia dalam konteks pengelolaan lingkungan hidup adalah pembangunan yang berkelanjutan, yaitu upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Pembangunan yang berkelanjutan sendiri mempunya ciri-ciri sebagai berikut :

1. Memberikan kemungkinan kepada kelangsungan hidup dengan jalan melestarikan fungsi dan kemampuan ekosistem yang mendukungnya, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

2. Memanfaatkan sumber daya alam sebanyak alam atau teknologi pengelolaan mampu menghasilkannya secara lestari.

3. Memberikan kesempatan kepada sektor dan kegiatan lainnya untuk berkembang secara bersama-sama baik di daerah dan kurun waktu yang berbeda secara sambung menyambung.

(6)

5. Menggunakan prosedur dan tata cara yang memperhatikan kelestarian fungsi dan kemampuan ekosistem untuk mendukung perkehidupan baik di masa kini maupun di masa yang akan datang. Oleh karena itu, negara, pemerintah, dan seluruh pemegang kepentingan berkewajiban untuk melakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, lingkungan hidup Indonesia dapat tetap menjadi sumber penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lainnya. Yang dimaksud dengan seluruh pemegang kepentingan dalam hal ini adalah pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima adalah kelompok masyarakat yang ikut merasakan akibat dari turunnya fungsi lingkungan hidup. Tetapi pedagang kaki lima juga dapat menjadi sumber pencemar atau rusaknya lingkungan hidup, karena bila terjadi pencemaran di lingkungannya maka hak dan kewajiban mereka jugalah yang dirugikan.

Buku Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup ini mengkaji sistem peradilan pidana dalam bingkai politik hukum pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, berbagai persoalan penegakan hukum pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan dan realitas sistem peradilan pidana di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia. Buku ini juga secara khusus mengurai tindak pidana, pertanggungjawaban pidana, sanksi pidana atau sanksi tindakan dan teori pemidanaan dalm tindak pidana bidang lingkungan hidup, maka kajiannya hanya dibatasi pada hukum materiil, tidak meliputi hukum pidana formil apalagi hukum pidana eksekutoriil. Di samping itupun, meskipun buku ini menawarkan beberapa gagasan tentang sistem pemidanaan berbasis lingkungan hidup, namun buku ini tidak dapat ditemukannya hal-hal baru yang orisinil.

Referensi

Dokumen terkait

Mengubah Lampiran Romawi IV Harga Pengadaan Barang kolom kegiatan huruf N : Pengadaan Alat, Benih dan Obat Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perkebunan dan

Perkembangan dibidang ekonomi, mendorong munculnya perusahaan membuat banyak variasi produk yang telah dihasilkan. munculnya perusahaan-perusahaan ini menyebabkan persaingan

Segala puji hormat dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, yang sangat luar biasa ajaib yang tak pernah meninggalkan saya dalam situasi apapun, serta melancarkan proses penyelesaian

keterampilan tersebut tunanetra dapat mengaplikasikan.. keterampilannya pada masyarakat. Untuk menunjukannya, objek rancang dilengkapi ruang praktek keterampilan

Data penelitian berupa penggalan kalimat dan dialog yang mengandung konsep bushido pada tokoh Momotaro, Kintaro, dan Urashimataro dalam cerita rakyat Jepang

Syafar pada penelitiannya merancang sebuah alat sekuriti pada kendaraan motor dengan metode NFC (Near Filed Communication) [2]. Penelitian ini difokuskan pada sistem

atas Rahmat dan Karunia berupa kehidupan dan kesehatan luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH PEMANFAATAN VIDEO PEMBELAJARAN

Dari hasil pembahasan dan hasil penelitian yang sudah dilakukan dapat dilihat bahwa perilaku buang air besar pada Ibu rumah tangga di pengaruhi oleh beberapa hal seperti sikap ibu