• Tidak ada hasil yang ditemukan

Policy Brief RUMUSAN KEBIJAKAN DAN KELEM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Policy Brief RUMUSAN KEBIJAKAN DAN KELEM"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS POLICY BRIEF MK KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN LINGKUNGAN HIDUP

RUMUSAN KEBIJAKAN DAN KELEMBAGAAN MENUJU PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN DI DAS CILIWUNG

KHABIBI NURROFI’ PRATAMA

A155140071

khabibi.forester@gmail.com

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Ringkasan

Pembangunan merupakan perubahan yang terjadi akibat tindakan manusia untuk menciptakan suatu kondisi yang lebih baik dari sebelumnya dengan memanfaatkan sumberdaya alam (SDA). Tanah dan air merupakan SDA yang penting bagi manusia tetapi rentan terhadap kerusakan. Hal inilah yang mendorong konsep daerah aliran sungai (DAS) sebagai unit pembangunan. Tetapi hingga saat ini pengelolaan DAS belum sesuai harapan seperti yang terjadi di DAS Ciliwung. DAS Ciliwung ditetapkan sebagai DAS super prioritas untuk dipulihkan daya dukungnya sejak 1984 tetapi kerusakan terus terjadi hingga saat ini. Selain faktor alami, kerusakan DAS Ciliwung juga disebabkan oleh kondisi DAS Ciliwung yang strategis sebagai pusat pemerintahan dan perkonomian sehingga mendorong arus urbanisasi dan pembangunan yang mengabaikan kaidah KTA serta pergeseran kondisi sosial-budaya masyarakat yang berorientasi pada aspek ekonomi. Berbagai kebijakan dirancang dan diimplementasikan untuk mengurangi kerusakan DAS Ciliwung tetapi faktanya kerusakan terus terjadi. Forum DAS Ciliwung sebagai lembaga koordinasi juga belum mampu mengakomodir kepentingan seluruh stakeholder karena belum seluruh stakeholder terlibat serta belum ada AD/ART yang mengatur peran dan tanggung jawab anggotanya. Maka dari itu, perlu dilakukan reformasi dan restrukturalisasi Forum DAS dengan melakukan analisis aktor untuk menentukan siapa stakeholder terkait DAS Ciliwung serta menyusun AD/ART untuk memperjelas peran dan tanggung jawab anggota. Kebijakan yang juga perlu diimplementasikan di DAS Ciliwung diantarnya adanya insentif dan disinsentif, memperjelas hak kepemilikan lahan dan pemerataan pembangunan. Kata kunci: pembangunan, DAS Ciliwung, kebijakan, kelembagaan dan stakeholder

Pendahuluan

Pembangunan hakekatnya adalah suatu perubahan yang terjadi akibat tindakan manusia untuk menciptakan suatu kondisi yang lebih baik dari sebelumnya dengan memanfaatkan SDA yang ada (Lorenzo 2011). Seyogyanya pembangunan diselenggarakan dengan menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat generasi sekarang tanpa menimbulkan dampak yang dapat menghambat masyarakat generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya sebagaimana pembangunan berkelanjutan. Artinya dalam pembangunan berkelanjutan perlu memperhatikan batasan-batasan dalam pemanfaatan SDA berdasarkan kemampuannya sehingga manfaat dari SDA dapat dirasakan saat ini dan masa yang akan datang (Bruntland 1987). SDA yang penting bagi kehidupan manusia adalah tanah dan air. Tanah berfungsi sebagai matriks tempat perakaran dan sumber unsur hara bagi tumbuhan serta tempat penyimpanan air di daratan dalam bentuk air tanah, sedangkan air merupakan prasyarat bagi keberlangsungan suatu kehidupan. Akan tetapi, tanah dan air mudah mengalami kerusakan atau degradasi (Arsyad 2010). Perlunya pengelolaan sumberdaya tanah dan air dengan baik inilah yang pada akhirnya mendorong terciptanya konsep DAS sebagai unit pembangunan. Hal ini karena dampak hidrologis sebagai akibat intervensi manusia terhadap SDA di DAS lebih mudah diukur karena faktor masukan (curah hujan) dan faktor keluaran (limpasan dan erosi) dapat dipantau secara berkelanjutan (Sinukaban 2007).

(3)

jumlah DAS kritis yang masuk kategori super prioritas salah satunya yang terjadi di DAS Ciliwung.

Kondisi DAS Ciliwung

DAS (Daerah Aliran Sungai) Ciliwung merupakan DAS dengan luas mencapai 38 610 Ha yang berada di wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat dan Provinsi DKI Jakarta (BPDAS Citarum-Ciliwung 2014). DAS Ciliwung telah ditetapkan sebagai DAS super prioritas untuk dipulihkan daya dukungnya sejak tahun 1984 melaui surat keputusan bersama tiga menteri yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehutanan dan Menteri Pekerjaan Umum dengan Nomor 19 Tahun 1984, Nomor 059/Kpts-II/1984 dan Nomor 124/Kpts/1984 (Arsyad 2010). Hal ini ditetapkan atas dasar kerusakan fungsi hidrologi di DAS Ciliwung yang ditandai dengan terjadinya banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau serta muatan sedimen yang tinggi di Sungai Ciliwung. Penetapan DAS Ciliwing bertujuan untuk mengintensifkan KTA (konservasi tanah dan air) secara terpadu dan meningkatkan kemampuan petani dalam mengendalikan erosi, banjir dan kekeringan. Tetapi hasil kinerja keputusan bersama tiga menteri tidak pernah dilakukan evaluasi setelah lebih dari 20 tahun ditetapkan (Arsyad 2010). Bahkan kondisi DAS Ciliwung semakin rusak yang ditandai dengan meningkatnya koefisien regim aliran Sungai Ciliwung sebagaimana Gambar 1.

Gambar 1. Grafik tren peningkatan koefisien regim aliran Sungai Ciliwung

Kerusakan DAS Ciliwung disebabkan oleh beberapa hal yang saling berinteraksi yang meliputi 1) curah hujan dengan volume dan intensitas yang tinggi; 2) pembangunan yang mengabaikan kaidah KTA; dan 3) Rendahnya kesadaran masyarakat mengenai KTA; dan 4) kebijakan dan kelembagaan DAS yang belum mapan. Artinya, secara alami DAS Ciliwung menerima curah hujan tinggi (3849 mm/tahun) sehingga memiliki daya rusak dan daya angkut tanah besar (BPSDA Ciliwung-Cisadane 2012). Dengan kondisi demikian seyogyanya KTA diselengarakan dengan baik di DAS Ciliwung untuk meminimalkan kerusakan dan meningkatkan kemafaatan air. Akan tetapi kenyaataannya KTA cenderung diabaikan dalam implementasi pembangunan di DAS Ciliwung. Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian Indonesia serta Depok dan Bogor mendorong eksploitasi dan urbanisasi di kawasan ini. Kawasan Puncak yang diharapkan mampu menjadi kawasan untuk meresapkan air juga terancam rusak seiring berkembangnya pariwisata di kawasan tersebut. Pembangunan seperti ini disebabkan oleh pergeseran kondisi sosial dan budaya masyrakat yang saat ini lebih berorientasi pada aspek ekonomi untuk memenuhi kebutuhannya. Perubahan pengunaan lahan dari lahan bervegetasi menjadi kawasan permukiman merupakan buktinya karena dengan membangun kawasan

0 50 100 150 200 250 300

(4)

permukiman nilai lahan akan meningkat, walaupun kondisi demikian juga dipengaruhi oleh masyarakat di luar DAS Ciliwung.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah maupun swasta dalam mengelola DAS Ciliwung melalui berbagai kebijakan tentang pengelolaan sumberdaya air, penataan ruang, pengelolaan DAS hingga KTA. Kebijakan diimplementasikan melalui berbagai program penanaman pohon, pemberian bibit gratis, pembuatan kebun bibit rakyat hingga penertiban bangunan yang tidak memiliki izin mendirikan bangunan. Akan tetapi hal tersebut tidak serta-merta menambah luasan kawasan bervegetasi hutan di DAS Ciliwung. Bahkan beberapa bangunan yang ditertibkan dibangun kembali dengan bangunan yang lebih megah. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan yang dibuat oleh pemerintah belum mampu mengarahkan masyarakat untuk lebih berorientasi terhadap kelestarian lingkungan. Selain itu, belum sinergisnya kepentingan antar stakehokder juga turut menghambat implementasi kebijakan, walaupun pentingnya sinergitas program dalam pengelolaan DAS telah disadari dan diatur melalui PP no 37 tahun 2012 tentang pengelolaan DAS.

Analisis Kebijakan dan Kelembagaan DAS Ciliwung

Pembangunan DAS Ciliwung seyogyanya mengintegrasikan aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Akan tetapi, tantangan terbesarnya adalah menciptakan untuk selanjutnya mempertahankan keseimbangan antara pemenuhan hidup manusia dan ketersediaan SDA sehingga keberlanjutan pemanfaatannya dapat tercapai (Asdak 2010). Maka dari itu, kebijakan pembangunan DAS Ciliwung perlu mengakomodir berbagai kepentingan aktor lintas sektor, lintas administrasi, lintas disiplin ilmu dan masyarakat umum. Intrumen penting dalam mewujudkannya yaitu melalui suatu lembaga bersama yang secara resmi diberikan mandat dalam pengelolaan DAS dan memiliki wewenang untuk merencanakan, memantau, mengevaluasi pengelolaan DAS serta memberikan sanksi bagi yang melanggar kesepakatan. Saat ini, Forum DAS Ciliwung merupakan lembaga yang memiliki wewenang untuk hal tersebut. Tetapi posisinya masih lemah untuk mensinergiskan berbagai kepentingan para stakehoder terkait pengelolaan DAS. Hal ini karena anggota Forum DAS Ciliwung belum mencangkup seluruh aktor yang berkepentingan terhadap DAS Ciliwung. Selain itu, belum adanya aturan internal (AD/ART) Forum DAS juga berpengaruh terhadap kinerjanya karena peran dan tanggung jawab anggotanya belum jelas. Maka dari itu, perlu dilakukan reformasi dan restrukturalisasi Forum DAS dengan melakukan analisis aktor untuk menentukan siapa stakeholder terkait DAS Ciliwung serta menyusun AD/ART untuk memperjelas peran dan tanggung jawab anggota. Dengan terlibatnya seluruh stakeholder dan adanya AD/ART kinerja Forum DAS sebagai lembaga koordinasi, integrasi, sinergis dan sinkronisasi akan lebih efektif.

(5)

Kesimpulan

DAS Ciliwung merupakan DAS super prioritas untuk dipulihkan daya dukungnya karena telah mengalami kerusakan akibat pembangunan. Selain faktor alami, kerusakan DAS Ciliwung juga disebabkan oleh kondisi DAS Ciliwung yang strategis sebagai pusat pemerintahan dan perkonomian sehingga mendorong arus urbanisasi dan pembangunan yang mengabaikan kaidah KTA serta pergeseran kondisi sosial-budaya masyarakat yang berorientasi pada aspek ekonomi. Berbagai kebijakan diselenggarakan untuk mengurangi kerusakan DAS Ciliwung tetapi belum mampu mengarahkan masyarakat untuk lebih berorientasi terhadap kelestarian lingkungan. Forum DAS Ciliwung sebagai lembaga koordinasi juga belum mampu mengakomodir kepentingan seluruh stakeholder karena belum seluruh stakeholder terlibat dan belum ada AD/ART yang mengatur peran dan tanggung jawab anggotanya. Maka dari itu, perlu dilakukan reformasi dan restrukturalisasi Forum DAS dengan melakukan analisis aktor untuk menentukan siapa stakeholder terkait DAS Ciliwung serta menyusun AD/ART untuk memperjelas peran dan tanggung jawab anggota. Kebijakan yang juga perlu diimplementasikan di DAS Ciliwung diantarnya adanya insentif dan disinsentif, memperjelas hak kepemilikan lahan dan pemerataan pembangunan.

Daftar Pustaka

[RI] Republik Indonesia. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan DAS. Jakarta (ID): Sekretariat Negara

[BPDAS Citarum-Ciliwung] Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Citarum-Ciliwung. 2014. Slide Presentasi Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Wilayah DAS Ciliwung. BPDAS Citarum-Ciliwung, Kemenhut. Jakarta (ID). 20 mins

[BPSDA Ciliwung-Cisadane] Balai Pengelolaan Sunberdaya Air Ciliwung-Cisadane. 2012. Pemantauan Curah Hujan di Stasiun Gunung Mas, Gadog dan Katulampa Tahun 2007-2012. Bogor (ID): BPSDA Ciliwung-Cisadane, Kementrian Pekerjaan Umum [BPSDA Ciliwung-Cisadane] Balai Pengelolaan Sunberdaya Air Ciliwung-Cisadane. 2013.

Pemantauan Debit di Bendung Katulampa tahun 2001-2013. Bogor (ID): BPSDA Ciliwung-Cisadane, Kementrian Pekerjaan Umum

Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air.Edisi ke-2. Bogor (ID): IPB Pr.

Asdak C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta (ID): UGM Pr.

Bruntland. 1987. Our Common Future. World Commision on Environment and Development, United State (US): Oxford University Press.

Lorenzo G B. 2011. Development and Development Paradigms. A (Reasoned) Review of Prevailing Visions. Rome, Italy (IT): Food and Agriculture Organization.

Gambar

Gambar 1. Grafik tren peningkatan koefisien regim aliran Sungai Ciliwung

Referensi

Dokumen terkait

Aset keuangan dan liabilitas keuangan saling hapus dan nilai netonya disajikan dalam laporan posisi keuangan konsolidasian jika, dan hanya jika, terdapat hak yang berkekuatan

Berdasarkan pada pembahasan yang telah dilakukan dibagian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penyajian informasi kinerja keuangan dalam bentuk grafik mempengaruhi dan

Sehubungan dengan Dokumen Pra Kualifikasi yang saudara ajukan untuk Pengawasan Peningkatan Resiko Banjir Angke Hilir Tahun Anggaran 2014 , dengan ini kami mengundang

Sehubungan dengan Dokumen Pra Kualifikasi yang saudara ajukan untuk Pengawasan Pembangunan Jalan BSD – Ciater Raya (Segmen 1) Tahun Anggaran 2014 , dengan ini kami

Bagi calon penyedia yang diundang tidak hadir pada tahapan ini dengan alasan yang tidak dapat diterima/tanpa alasan yang jelsa, maka dianggap menggundurkan diri.. Demikian

Sementara penelitian yang dilakukan oleh Dwilita (2008) mengambil sampel auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) dikota medan. KAP merupakan auditor

Perlakuan dosis pada berat segar akar dan berat kering akar tidak berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap berat segar akar dan

PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 85 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH. KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN ANGGARAN