• Tidak ada hasil yang ditemukan

Silabus Real Estate di burse

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Silabus Real Estate di burse "

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 1

PENDAHULUAN

Penyediaan perumahan dalam skala besar seperti skala nasional memerlukan peran serta tidak hanya pemerintah tetapi juga pihak-pihak swasta seperti real estate dan juga pihak masyarakat maupun pihak instansi terkait dan juga pendidikan. Pada penjabaran bahan ajar MK Real Estate ini akan dijabarkan mengenai pengertian dasar real estate, sejarah real estate, masalah-masalahnya, hingga rumusan teoritik kuantitatif maupun kualitatif mengenai real estate.

Rumah sebagai produk real estate merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, rumah berfungsi sebagai tempat aktivitas utama manusia. Rumah berfungsi sebagai tempat tinggal, pelindung dari cuaca, gangguan binatang buas, dan area privat bagi manusia (keluarga). Seiring dengan berkembangnya teknologi, manusia tidak hanya bergantung pada bahan yang tersedia pada alam tetapi mampu mengembangkan bahan-bahan untuk bangunan yang baru sehingga bentuk rumah pun tidak hanya beratap pelana, joglo dan sebagainya tetapi bisa berbentuk rumah susun, flat dan apartemen.

A. PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Mengingat posisi rumah sebagai kebutuhan manusia, pemerintah telah mengeluarkan peraturan perundang-undangan tentang perumahan dan permukiman yang dimaksudkan untuk memberikan arahan (guide line) bagi pembangunan dalam sector perumahan dan permukiman. Peraturan perundang-undangan tersebut antara lain tertuang dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1992 dan Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992

B. PENGEMBANGAN KONSEP PEMBANGUNAN

Dalam rangka memberi arahan, dan bimbingan pembangunan. Pemerintah bertugas mengembangkan konsep-konsep untuk menciptakan perumahan yang sehat, teratur, dan aman. Pada tahap awal Repelita I sampai Repelita V dikembangkan konsep Rumah Sangat Sederhana sehingga keluarga dengan penghasilan rendah bisa memiliki rumah yang layak, selanjutnya dikembangn pengadaan sarana dan prasarana perkotaan dan mulai tahun 1987 dikenalkan Ketentuan sempadan bangunan, dan ketentuan bangunan sebagai perwujudan fisik bangunan dan lingkungan. Mengenai sejarah real estate akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

C. SEJARAH REAL ESTATE (RE) DI INDONESIA

Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) didirikan pada hari Jumat bersejarah 11 Februari 1972 di Jakarta sebagai tunas dari perkembangan dari real estate di Indonesia. Saat itu, REI belum punya pengurus, dan baru sepekan kemudain - 18 Februari 1972 - dibentuk Pengurus Sementra yang terdiri dari 33 perusahaan yang dipimpin Ir. Ciputra dari PT. Pembangunan Jaya. Bahu membahu dengan Drs. JP Darussalam (Yayasan Perumahan Pulo Mas) sebagai Wakil Ketua, Eric FH Samola, SH. (Otorita Pembangunan Proyek Senen) dan Ir. Shafrin Manti (Badan Pelaksana Otorita Pluit) sebagai Sekretaris dan Wakil Bendahara David Solaiman, SH. (PT. Multi Land), ditambah para anggota: Abubakar Bahfen (Fa Harco), Ir. Aditomo (Proyek Cempaka Putih), Soekardjo Hardjosoewirjo, SH (Proyek Ancol), dan T. Sudjati (PT Jakarta Housing.

Pada 25 Februari 1972 pengurus REI mengajukan permohonan pengukuhan kepada Gubernur DKI Jakarta Letjen. TNI. Ali Sadikin. Surat permohonan No. 02/SK/REI/72 itu dikabulkan. Tanggal 18 Maret 1972 Gubernur Ali Sadikin mengeluarkan Surat Keputusan No. 638/A/K/BKD/72 yang isinya mengukuhkan pendirian REI yang berkedudukan di Jakarta. Sejak didirikan seperempat abad lalu, REI melewati babak demi babak dalam perjalanan sejarahnya menjadi asosiai yang cukup kuat. Padu dan tumbah senafas dengan geliat perkembangan zaman.

(2)

berhalangan hadir. Akhirnya, pengukuhan - dihadapan seluruh anggota REI yang hadir saat itu - dilakukan tanpa Menteri Sutami.

Terus dipacu oleh waktu, pada tanggal 27 Maret 1972 pengurus mengadakan Rapat Anggota. Di dalam forum itu disetujui penambahan 2 orang pengurus, yaitu Sjamsir Iskandar, SH. (Manajer Perusahaan Tanah & Pembangunan Pemda DKI Jakarta) dan Drs. Widodo Sukarno (Direktur Utama PT. Mahkota Real Estate and Development) sebagai Wakil Ketua II dan Anggota.

Pada hari bersejarah itu pulalah para anggota REI membuat pernyataan - berupa memorandum - yang isinya, antara lain bahwa pengusaha dalam bidang real estate di Indonesia sepakat untuk membentuk suatu wadah dengan nama "Persatuan Pengusaha Real Estate Indonesia".

Sikap 33 perusahaan penandatanganan memorandum itu tentu merupakan langkah maju. Sebab, hanya dalam waktu singkat, 11 Februari hingga 27 Maret 1972, para pengurus dan anggota REI secara resmi berhasil membuat

keputusan ‘penting dan strategis’ untuk menapak perjalanan jauh ke depan. Sebab, selain menyatakan ke-33 perusahaan tersebut sebagai pendiri REI (seperti dicatat dalam risalah Laporan Sekretariat REI tertanggal 22 Nopember 1974 yang disampaikan pada Musyawarah Nasional REI ke - 1 di Jakarta, 22-23 November 1974), memorandum ini juga memuat beberapa hal penting lainnya.

Dalam diktum kedua dinyatakan, “Untuk pertama kali di Jakarta dibentuk Pengurus Sementara oleh Para Pendiri

dengan status Pengurus Pusat”, dengan susunan Menteri PUTLIr. Sutami dan Gubernur KDKI Jakarta Letjen. TNI Ali Sadikin sebagai Pelindung, dan Penasehat dijabat oleh Dirjen Cipta Karya Departemen PUTL Ir. Rachmat Wiradisuria.

Isi memorandum pertama dan ketiga pun penting sebagai landasan berpijak bagi para pengurus dan anggota REI untuk melangkah. Isi memorandum pertama berintikan kesepakatan menerima Anggaran Dasar Sementara yang telah dibuat, disetujui bisa digunakan sampai pada Musyawarah Nasional yang akan datang. Sedangkan

memorandum ketiga menegaskan, “Dalam melaksanakan kepememinpinan organisasi ini, maka Pengurus Sementara akan berpedoman pada Anggaran Dasar Sementara Organisasi, dan untuk pertama kali anggota-anggoata pendiri berstatus masing-masing sebagai cabang-cabang organisasi”.

Memorandum yang diakhiri tanda tangan ke-33 pendiri REI ini juga menyiratkan mekanisme kehidupan berorganisasi. Yakni soal kewenangan dan pertanggungjawaban pengurus kepada pada pendiri. Pernyataan ini bisa dipandang sebagai landasan penting bagi REI untuk jauh melangkah ke depan secara organisatoris. Isi memorandum keempat juga tak kalah penting dan strategis, terutama sebagai upaya REI dalam menjelajahi pergaulan internasional. Sebab, memorandum ini berisi persetujuan untuk mengirim delegasi yang akan mewakili REI dalam Inaugural Congress APREF (Asia Pacific Real Estate Federation) yang akan diselenggarakan di Tokyo, 10-12 April 1972. Memandang perlu untuk memperjelas dukungannya terhadap REI, Menteri Sutami juga mengeluarkan Surat Rekomendasi No. 02/KTR/M/72 tertanggal 29 Maret 1972 yang isinya selain menjelaskan

kedudukan REI, juga menerangkan bahwa, “Organisasi ini dianggap cukup mewakili pengusaha-pengusaha real estate Indonesia di forum internasional, antara lain Asia Pacific Real Estate Federation (APREF)”.

Rekomendasi Menteri Sutami ini mengisyaratkan, bahwa REI memang didukung sebagai asosiasi yang peranannya tidak sebatas di Indonesia saja, tapi juga dipandang cukup mewakili para pengusaha realestat Indonesia di forum internasional. Kedudukan REI kian kuat setelah pada tanggal 18 Juni 1972 Gubernur Ali Sadikin mengeluarkan Surat Keputusan tertanggal No. D. VI-a.II/5/4/73. Isinya, memutuskan bahwa REI diakui sebagai satu-satunya organisasi pengusaha realestat yang bergerak di dalam wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Bagi para pengusaha dari luar Jakarta yang melakukan kegiatan usaha di Jakarta, diwajibkan bergabung dan menjadi anggota REI. Keharusan ini merupakan salah satu persyaratan bagi para pengusaha tersebut untuk dapat dipertimbangkan memperoleh fasilitas tanah dan fasilitas-fasilitas lainnya dari Pemda DKI Jakarta.

(3)

mewajibkan REI untuk meneliti perusahaan realestat yang berhasrat menjadi anggota REI apakah betul berusaha di bidang realestat dan apakah dapat dipertanggungjawabkan bonafiditas usahanya.

Hal lain - yang berintikan tentang penataan - mencakup sedikitnya lima hal pokok. Pertama, mengenai kewenangan REI memberi tanda keanggotakan kepada anggotanya. Kedua, mewajibkan REI mengirimkan daftar anggotanya kepada Gubernur DKI Jakarta tiap triwulan sekali yang dimulai Desember 1974. Ketiga, mensyaratkan kepada para pengusaha yang ingin memperoleh ijin pembebasan tanah dan ijin penunjukan penggunaan tanah, agar melampirkan copy tanda keanggotaan REI yang masih berlaku. Keempat, terhadap perusahaan yang tidak memenuhi persyaratan, permohonan untuk mendapatkan perijinan pembebasan tanah dan penunjukkan penggunaan tanah akan ditoal. Selain itu, juga akan dikenakan sanksi. Kelima, menugaskan kepada semua instansi dalam lingkungan Pemda DKI Jakarta untuk mengamankan dan melaksanakan keputusan ini.

Surat keputusan ini perlu dikeluarkan, karena pda saat itu menurut Ali Sadikin, banyak terjadi tindakan tak etis di kalangan perusahaan realestat yang berusaha di Jakarta. Melihat kondisi semacam ini, maka ketika memberi sambutan pada Munas REI I di Hall A Flores Room Hotel Borobudur, Jakarta, 22-23 Nopember 1974, Ali Sadikin

menegaskan, “Ini suatu perlindungan yang kami berikan kepada REI”. Selama seperempat abad, dari 1972 sampai 1997, sejak pertama kali dipimpin Ir. Ciputra, kemudian secara berurutan diteruskan dalam estafe kepemimpinan oleh Eric F.H. Samola, SH., Soekardjo Hardjosoewirjo, SH., Ir. Siswono Yudohusodo, Drs. Ferry Sonneville, Moh. S. Hidayat, Drs. Enggartiasto Lukita dan kini dinakhodai Ir. A. Edwin Kawilarang, REI seperti pohon rindang yang akarnya kian menghunjam bumi.

Tampil sebagi asosiasi yang kuat dan solid, lengkap dengan segala prestasi dan kekurangannya, apa yang telah

dan akan dilakukan REI merupakan ‘mata rantai proses perwujudan cita-cita’ yang jauh ke depan. Menuju muara, yang entah sampai kapan. Namun, satu hal yang jelas, ucap Ketua Umum DPP REI 1995-1998 Ir. A. Edwin Kawilarang, “REI akan berjalan terus senafas dengan perkembangan zaman untuk mengisi pembangunan Indonesia, terutama di bidang perumahan yang menjadi cermin kesejahteraan bangsa Indonesia”.

Ucapan Edwin saat rehat pada acara presentasi Home Mortgage Financing and Asset Securitisation di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, 25 Februari 1997 - yang dihadiri Menteri Negara Perumahan Rakyat Ir. Akbar Tandjung - ini kian memberi kejelasan, bahwa perjalanan REI belum berhenti pada seperempat abad pertama. Tapi, akan terus dilanjutkan dari seperempat abad ke seperempat abad berikutnya. Hal ini merupakan tantangan bagi REI yang telah menjadi 'potensi dan asset bangsa' untuk membuktikan integritas dan jatidirinya secara profesional. Namun hal ini berimplikasi bahwa peran pengembang real estate yang kuatlah yang akan bertahan karena, pada tingkat persaingan tinggi di kota besar bisa jadi pilihannya hanya 2 “hidup” atau “mati”.

D. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Untuk memahami pengertian real estate dan teori-teori selanjutnya yang akan dijabarkan, perlu difahami tantangan pengadaan dan pembangunan perumahan dan permukiman. Real estate adalah suatu upaya untuk membantu pemerintah juga untuk menyelesaikan solusi mengenai permasalahan perumahan. Adapun tantangan masalah perumahan yang ada adalah :

 Pengadaan perumahan dan permukiman bagi keluarga berpenghasilan rendah.

 Mengurangi kesenjangan pelayanan sarana dan prasarana antar tingkat golongan masyarakat.  Meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha

 Penyediaan perumahan dan permukiman yang serasi dan berkelanjutan.

 Pengelolaan pembangunan dan permukiman secara efektif dan efisien. Real Estate apabila difahami dalam pengertian yang luas dimana diartikan suatu kegiatan pengadaan properti yang dapat menyediakan sarana prasarana lebih banyak, sebenarnya memiliki wacana yang luas yakni untuk penyediaan lapangan kerja karena dengan demikian penyediaan sarana prasarana dapat menyerap tenaga kerja dan memberikan kontribusi peningkatan ekonomi bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Adapun kendala pembangunan perumahan dan permukiman :

(4)

 Rendahnya kondisi sosial masyarakat.

 Terbatasnya informasi tentang perumahan yang layak terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

 Terbatasnya kemampuan pemerintah daerah.

Sementara peluang pembangunan perumahan dan permukiman :

 Meningkatnya pendapatan masyarakat, yang secara langsung berpengaruh terhadap pendanaan pembangunan perumahan dan permukiman.

 Telah terdapatnya Rencana Tata Ruang dan Wilayah pada tiap-tiap provinsi dan kabupaten/kota sehingga memudahkan proses pembangunan.

(5)

BAB 2

PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN

REAL ESTATE

DI INDONESIA

A. Pengertian Dasar

Real estate maupun properti memiliki pengertian yaitu hak kepemilikan atas tanah dan bangunan yang didirikan diatasnya. Jika melihat pada definisi dari beberapa literatur real estate, berasal dari Bahasa Inggris, yang asal katanya berasal dari bahasa Spanyol. REAL = ROYAL= kerajaan. Dari pengertian awalnya real estate adalah sebagai suatu kawasan tanah yang dikuasai oleh raja, bangsawan dan landlord (tuan tanah pada jaman feodal diabad pertengahan), atau singkatnya properti milik kerajaan. (lihat: “The Cash Flow Quadrant” by Robert T Kiyosaki halaman 146). Sementara properti (property) berasal dari kata aslinya dalam bahasa Inggris, yang arti sebenarnya adalah hak dan kepemilikan atas suatu tanah dan bangunan diatasnya. (lihat: “Kamus InggrisIndonesia” karangan John M. Echols atau lainnya).

Sementara itu menurut Kamus Merriam Webmester, real estate memiliki 2 pengertian yakni :

Property consisting buildings and land

The bussiness of selling land and buildings

Yang dapat diartikan sebagaimana definisi berikut ini

Definisi 1 : Suatu benda yang terdiri dari bangunan dan tanah,

Definisi 2 : Suatu usaha (bisnis) dalam penjualan tanah dan bangunan

Real Estate merupakan salah satu bentuk aset. Perwujudan real estate tidak hanya berupa kepemilikan hunian mewah. Pada esensinya real estate adalah hak untuk memiliki sebidang tanah dan mengelola atau memanfaatkan apa saja yang ada didalamnya. Sebagai salah satu bentuk aset, real estate telah mengalami perkembangan seiring dengan munculnya berbagai teknologi dan informasi yang terjadi di seluruh penjuru dunia. Di Indonesia real estate banyak terdapat di kota-kota besar seperti kota Megapolitan, Metropolitan atau kota-kota besar lainnya. Misalnya di :Jakarta, Surabaya, Bandung, Bogor, Solo, Balikpapan, dan lainnya.

B. Perkembangan Real Estate

Perkembangan sektor real estate di Indonesia belakangan menunjukkan tanda-tanda positif. Titik nadir property crash yang terjadi di Indonesia telah berakhir. Sektor property Indonesia telah bangkit kembali setelah sekian lama terpuruk karena kondisi ekonomi yang mengalami krisis sejak tahun 1997. Seiring dengan terbitnya harapan terhadap perbaikan pemerintah yang baru, dapat dilihat beberapa pemain besar telah melakukan start yang

baik, khususnya investor di bidang real estate.

Kembalinya arus investasi di bidang real estate ini dapat dilihat terutama di ibukota Indonesia yaitu Jakarta. Pengembang Agung Podomoro Group misalnya dengan membangun apartemen, kondominium, dan rental office di beberapa lokasi segitiga emas di Jakarta. Ciputra Group memulai ekspansinya dengan investasi pada bangunan komersial seperti pusat perbelanjaan atau mall, juga ke daerah urban dengan membangun hunian kelas menengah serta kota-kota satelit baru. Demikian halnya dengan beberapa raksasa lain seperti Sumarecon, Sinar Mas Group, juga telah menunjukan tanda-tanda akan segera melakukan serangan balik.

C. TREN ISSUE REAL ESTATE TERKINI DI INDONESIA

Perlunya Program Perumahan yang Ideal untuk Rakyat di Era Presiden RI yang baru (2014)

(6)

Utama Margahayu Land, sekaligus Sekjen DPP REI, Hari Raharta Sudrajat mengatakan menurutnya, siapa pun presidennya, yang penting tidak ada hal-hal yang mengkhawatirkan. Menurutnya siapapun presiden, yang penting tidak ada apa-apa. Jadi, yang mau beli rumah, yang mau jual rumah, semuanya tenang. Seperti hasil debat tim sukses calon presiden yang diadakan REI, keduanya sudah punya kepedulian terhadap rumah rakyat. Siapapun pemerintahnya, tinggal dipertajam saja, kalau benih kepedulian sudah ada. Wakil yang duduk di kabinet bisa membuat program bagus. Tidak hanya untuk pengusaha, namun juga untuk pemerintah sendiri, dan masyarakat.

Sinkronisasi Peraturan Real estate dengan mempertimbangkan MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah)

Real Estate Indonesia (REI) menginginkan pemerintah baru hasil Pemilu 2014 dapat menyinkronkan aturan perumahan antara kebijakan pemerintah pusat dan daerah untuk memudahkan pihak pengembang. Harapan REI terhadap pemerintah baru adalah bagaimana menyatukan kebijakan pusat dengan daerah atau satu daerah dengan daerah lainnya guna bisa sinkron agar sektor properti ke depan bisa menjadi semakin baik.Demikian menurut Ketua Umum DPP REI Eddy Hussy dalam acara buka puasa bersama antara REI dan wartawan di Jakarta, Senin.

(7)

BAB 3

KEBIJAKSANAAN DAN TEKNIK DALAM

PEMBANGUNAN PERUMAHAN

A. KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KOTA.

Perumahan dan permukiman tidak dapat terlepas dari aspek regulasi, maka konsep-konsep yang akan diuatamakan adalah yang berasal dari kebijaksanaan yang telah ada, termasuk di dalamnya adalah penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan penulis.

Adapun program pokok pembangunan perumahan dan permukiman salah satu yang dimaksud di atas, menurut GBHN 1993 juga menurut Sastra dan Marlina (2006) meliputi hal-hal di bawah ini,:

1. Program penyediaan perumahan dan permukiman. 2. Program perbaikan perumahan dan permukiman. 3. Program penyehatan lingkungan permukiman.

4. Program penyediaan dan pengelolaan sarana air bersih. 5. Program penataan kota.

Hal lainnya yang juga penting, adalah rincian strategis program pembangunan perumahan kota. 1. Program pengadaan perumahan baru.

2. Program perbaikan kampung meliputi: perbaikan klasikal yakni tidak total maupun perbaikan yang total yakni menyangkut lahan: land sharing, land adjustment.

3. Program peremajaan kota. 4. Program rumah sewa.

5. Program rehabilitasi perumahan.

B. LANGKAH-LANGKAH PEMBANGUNAN REAL ESTATE :

Adapun proses membangun real estate sama dengan membangun bangunan arsitektural secara umum terdiri dari tahapan-tahapan berikut :

6. Tender (lelang) : tahapan ini biasa ada pada skala proyek yang besar. Pada proyek rencana kecil seringkali tidak melalui tahapan ini.

7. Pelaksanaan pembangunan. 8. Operasional.

C. RUMUS-RUMUS PERHITUNGAN KUANTITATIF MENGENAI KEBUTUHAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Selain rincian teori-teori kualitatif yang bersifat abstrak, berikut di bawah ini disertakan pula mengenai rumus-rumus kebutuhan rumah. Hal ini penting untuk mengkaji proses transformasi dan kemungkinan pengembangannya di masa mendatang. Harapannya memiliki manfaat positif bagi pengembang kebijakan, swasta, institusi pendidikan maupun untuk masyarakat.

Untuk menghitung kekurangan rumah dengan model perhitungan kebutuhan rumah (housing need) dapat digunakan rumus sebagai berikut :

(8)

KRo = Io – I = Ro

Io = Angka rata-rata jumlah anggota keluarga atau penghunii sebenarnya pada tahun hitungan.

I = Angka rata-rata jumlah anggota keluarga atau penghuni (occupation rate) yang diharapkan ideal.

Selain angka kekurangan rumah, perlu waktu juga diperhitungkan angka kebutuhan rumah tambahan. Untuk menghitung kebutuhan rumah tambahan tersebut perlu dipertimbangkan beberapa faktor yakni : angka kelahiran, kepentingan restorasi, faktor relokasi migrasi, dan faktor bencana alam.

Berikut ini adalah uraian rumus-rumusnya :

Kebutuhan rumah karena faktor jumlah penduduk karena kelahiran.

Rtp = Pn

Kebutuhan rumah karena keperluan restorasi rumah-rumah yang sudah ada :

Rtd = Po/ Io

Vm

Keterangan :

Rtd = Jumlah rumah yang membutuhkan perbaikan. Vm = Umur rumah tinggal secara rata-rata.

Po = Jumlah penduduk pada tahun hitungan.

Io = Angka rata-rata jumlah anggota keluarga atau penghuni sebenarnya pada tahun hitungan.

Kebutuhan rumah karena Relokasi Migrasi.

(9)

Nm = Jumlah migrasi.

Pu = Jumlah penduduk kota/daerah pada saat tertentu.

Tc = Indeks (ratio) pertambahan penduduk (total kelahiran) dalam jangka waktu satu tahun.

RNm = Kebutuhan rumah karena faktor migrasi.

Kebutuhan rumah karena bencana alam.

Kebutuhan rumah karena faktor ini biasanya dihitung menurut kerusakan yang terjadi akibat bencana alam secara time series.

(10)

BAB 4

MASALAH PERTANAHAN DALAM REAL ESTATE

Pengaturan bidang pertanahan oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria (UUPA) meliputi hal-hal yang bersifat pokok, sehingga dengan perjalanan waktu,

berbagai hal yang belum diantisipasi perlu dilengkapi sesuai dengan perkembangan di bidang ilmu,

teknologi, sosial-ekonomi, dan budaya, untuk dapat menampung perkembangan kebutuhan masyarakat

yang semakin kompleks. Di samping itu, satu dasawarsa setelah terbitnya UUPA, kebijakan ekonomi

makro yang diarahkan untuk mencapai pertumbuhan ikut mewarnai pembentukan peraturan

perundang-undangan pertanahan sebagai peraturan pelaksanaan UUPA.

Berbagai kebijakan yang terbit pada masa itu tidak jarang telah menyimpang dari falsafah dan

prinsip-prinsip yang dianut UUPA. Dampak dari penyimpangan tersebut dapat juga dilihat pada ketidak

konsistenan antara undang-undang sumber daya alam dengan UUPA terkait bidang pertanahan. Akibat

lebih lanjut dari ketidakkonsistenan ini antara lain timbulnya berbagai konflik dan sengketa terkait akses

untuk memperoleh dan memanfaatkan sumber daya alam, disamping semakin mundurnya kualitas dan

kuantitas

sumber

daya

alam.

Berdasarkan hal tersebut di atas, dianggap perlu untuk menyusun Undang-Undang tentang Pertanahan

dalam rangka melengkapi dan menjabarkan pengaturan bidang pertanahan, mempertegas penafsiran, dan

menjadi “jembatan antara” untuk meminimalkan ketidaksinkronan antara U

UPA dengan peraturan

perundang-undangan

sumber

daya

alam

terkait

bidang

pertanahan.

Dengan pernyataan tersebut maka jelas bahwa RUU Pertanahan bukan merupakan pengganti dari UUPA

melainkan sebagai peraturan pelengkap dan juga sebagai peraturan yang menjabarkan lebih lanjut

ketentuan yang terdapat di dalam UUPA.

Secara umum ada 9 masalah pertanahan di Indonesia saat ini yaitu :

1. Tumpang tindih kepemilikan lahan.

Potensi menimbulkan konflik vertikal dan hotizontal

2. Tanah terlantar.

Data 2010 tanah terlantar 7,3 juta Ha dan potensi kerugian akibat itu adalah Rp. 54,5 T pertahun

3. Kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan lahan.

Kebijakan tanah untuk mengatasi kemiskinan dan instrumen kesejahteraan rakyat. Saatnya moratorium

terhadap perpanjangan HGU dan HGU baru bagi swasta perkebunan kecuali yang menjalankan program

kemitraan dengan masyarakat, 60 % untuk rakyat dan 40 % untuk swasta.

4. Data base tentang pemanfaatan lahan dan tata ruang.

Tidak akuratnya data menyebabkan berbenturnya kepentingan sektoral dan lambatnya pelayanan kepada

masyarakat

5. Sulitnya pengurusan sertifikat tanah.

Baru 49% tanah milik rakyat yang telah besertifikat. Jika kebijakan tidak berubah butuh 18 tahun kedepan

baru bisa menyelesaikan.

6. Sumberdaya, sarana dan prasarana.

(11)

7. Pengakuan atas tanah adat/ulayat.

Masyarakat hukum adat yang diakui oleh negara berpotensi terasing dari tanah mereka sendiri, perlu ada

penguatan,revitalisasi dan regulasi yang jelas.

8. Ganti rugi tanah.

Setuju dengan rencana NJOP di hapus, namun harus diatur didalam UU Pertanahan agar memberi

kepastian hukum. NJOP berpotsrr’ensi menimbulkan kerugian kepada negara.

9. Pembagian kewenangan pusat dan daerah dan kesesuaian dengan UU sektoral Mengembalikan

kewenangan pertanahan menjadi urusan daerah dengan rambu-rambu yang ketat dari UU pertanahan.

Dalam rangka mengatur hubungan hukum antara orang dengan tanah maka di dalam UUPA telah

ditetapkan mengenai hak-hak atas tanah yang dapat dimiliki seseorang atas tanah yang meliputi Hak Milik,

Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai, Hak Usaha Bagi Hasil, Hak Gadai, Hak Sewa

Tanah untuk bangunan dan Hak Menumpang. Oleh karena bersifat sementara maka beberapa hak atas

tanah yang disebut dalam UUPA tidak diatur lebih lanjut di dalam RUU Pertanahan, yaitu Hak Usaha Bagi

Hasil, Hak Gadai dan hak menumpang, sehingga hak-hak atas tanah yang diatur didalam RUU

Pertanahan adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai dan Sewa Tanah

Untuk Bangunan. Dari hak-hak atas tanah tersebut sesuai fungsinya maka yang disediakan untuk

keperluan bisnis maupun investasi, khususnya investasi dan bisnis di bidang pembangunan perumahan

adalah Hak Guna Bangunan (HGB).

Diagram 1

Peningkatan Harga Tanah di sekitar kota Jakarta

(12)

mereka untuk menjalankan bisnis atau investasinya, dengan menjamin terlaksananya pembaharuan di

bidang agraria.

Menyoroti para investor maupun pelaku kegiatan bisnis dibidang pembangunan perumahan khususnya

dalam Kajian akademis RUU Pertanahan disebutkan seyogyanya adalah para pelaku usaha yang cakap

menghaki hak atas tanah yang dimilikinya (Naskah Akademis RUU Pertanahan halaman 9), sehingga

dalam hal ini kegiatan bisnis dan investasi tentunya dilakukan oleh para pengusaha yang professional,

bertanggungjawab, tidak melakukan spekulasi, dan hasil kegiatan bisnis dan investasi tersebut akan

dinikmati negara dalam bentuk pemasukan export, pajak-pajak dan nilai tambah serta terbangunnya

berbagai fasilitas kebutuhan masyarakat, bagi masyarakat terpenuhinya berbagai kebutuhan untuk tempat

tinggal,

tempat

usaha

dan

lainnya

serta

profit

yang

wajar

bagi

pengusaha.

Di dalam RUU Pertanahan ketentuan yang sangat berpengaruh bagi dunia bisnis maupun bagi para

investor untuk melakukan investasinya dalam kegiatan yang berkaitan dengan pertanahan adalah masalah

jangka waktu hak atas tanah serta luas maksimum tanah yang dapat diberikan kepada badan hukum.

Berkaitan dengan hal tersebut apakah mungkin di dalam RUU Pertanahan sekaligus dilakukan perubahan

perihal jangka waktu hak atas tanah yang ada. Misalnya untuk HGB dari maksimum 30 (tiga puluh) tahun

diubah menjadi maksimum 50 tahun dan kemudian dapat diperpanjang maksiumum 20 (dua puluh) tahun.

Jika memang perubahan jangka waktu tersebut belum memungkinkan sehingga jangka waktu HGB tetap

seperti yang diatur didalam UUPA maka perlu dipikirkan untuk membuat ketentuan mengenai tatacara

perpanjangan dan pembaharuan hak yang lebih memberikan kemudahan dan memberikan jaminan

kepastian hukum bagi dunia usaha dan investor, misalnya dengan mencantumkan rumusan yang ada di

dalam PP No. 40 tahun 1996 di dalam RUU Pertanahan, yang memungkinkan diajukannya permohonan

perpanjangan dan pembaharuan hak pada saat pertama kali mengajukan permohonan hak dengan

memenuhi persyaratan tertentu, yang disertai juga kontrol penggunaan tanah sehingga bilamana terjadi

penyimpangan maka hak tanah dicabut.

Berkaitan dengan masalah luas tanah yang perlu menjadi perhatian adalah luas tanah untuk keperluan

bisnis atau usaha di bidang perumahan. Memang secara prinsip pemilikan tanah harus dibatasi agar tidak

menimbulkan ekses-ekses monopoli di bidang penguasaan tanah dan terjadinya pelanggaran Hak azasi

manusia, namun demikian dalam rangka menunjang Program Pemerintah untuk menyediakan perumahan

yang cukup bagi masyarakat penting diklarifikasikan perihal pelaku Pembangunan, norma pelaksanaan

proses pengembangan (land and building development), skala ekonomis pengembangan dan benefit bagi

Pemerintah dan Masyarakat:

1. Pada semua pengembangan,baik berpola perumahan maupun kota, sebanyak 40% lahan berisi

prasarana terbangun dan tanah matang akan diserahkan dan menjadi milik Pemerintah Daerah. Pemda

memiliki tambahan asset.

(13)
(14)

BAB 5

STRATEGI PEMASARAN

REAL ESTATE

Laporan susulan Kementerian Perumahan Rakyat atas 100 pengembang yang menyelewengkan aturan hunian berimbang. Laporan tersebut menindaklanjuti laporan 191 pengembang yang dilayangkan pada pertengahan Juni lalu. Ketua Umum DPP REI Eddy Hussy mengatakan tidak ada tembusan yang masuk ke REI mengenai laporan tersebut. Dia juga belum mengetahui siapa pihak pengembang yang namanya dikantongi oleh Kejaksaan dan Kapolri.

Kemenpera menginginkan batasan harga sebagai paramater, tetapi REI menginginkan batasan luas yang menjadi patokan. persepsi Inilah yang akan kami samakan terlebih dahulu dengan pihak kemenpera untuk menjawab segala laporan dan tuntutan. Jika sudah menemui titik temu, para pengembang akan lebih mudah untuk mengeksekusi rumah murah hunian berimbang.

Faktor yang menentukan nilai sebuah lokasi antara lain :  Kedekatan dengan pusat/ magnet aktivitas kota.  Ketersediaan utilitas kota seperti air, listrik, dan telepon.  Kemudahan aksesibilitas (pencapaian).

 Aktivitas penunjang yang ada di sekitar lokasi, seperti layanan perbankan, rumah sakit dan tempat rekreasi.

 Lingkungan di sekitar lokasi, menyangkut di dalamnya bidang keamanan, kebersihan lingkungan dan estetika lingkungan.

Lokasi merupakan faktor terpenting untuk berinvestasi pada real estate. Location,Location,Location adalah slogan yang selalu didengungkan oleh seorang investor berkelas dalam melakukan investasi di bidang real estate. Dalam memilih sebuah lokasi, diperlukan adanya analisis tapak terlebih dahulu,

Strategi Pemasaran

Real Estate

(RE)

Arsitek ataupun profesi lain yang berperan sebagai agen real estate, hampir dapat dipastikan akan mengalami tantangan umum seperti persaingan yang ketat dan pasar yang menurun. Salah satu cara untuk membantu meningkatkan bisnis dan menonjol dari kebanyakan agen real estate adalah menggunakan berbagai strategi pemasaran terlebih di kota-kota besar yang memiliki banyak kompetitor dari dalam kota maupun dari luar kota (urbanisme). Hal ini memerlukan strategi pemasaran yang khusus untuk menjaga keberlagsungan usaha real estate. Selain itu bila biaya pemasaran dapat ditekan ecara minimal pada sisi lain pula sehingga dengan cara ini akan dapat meningkatkan kualitas fisik karya arsitektur suatu perumahan real estate. Strategi pemasaran sendiri terdiri dari berbagai jenis, mulai dari strategi sederhana seperti brosur, dengan media surat kabar hingga pameran yang dengan cara memiliki stand khusus di gedung pameran atau di mall. Selengkapnya strategi pemasaran RE terdapat 5 jenis yakni :

1. Bentuk Aliansi

Yang dimaksud dengan membentuk aliansi adalah membentuk ikatan kerjasama dengan profesional real estate lainnya di daerah Anda seperti pengurus hipotek, penilai properti. Dengan merujuk klien kepada orang lain, mereka, pada gilirannya, akan mengirim cara bisnis Anda. Bentuk pemasaran gratis dapat membantu mengurangi biaya pemasaran keseluruhan serta menghemat jumlah waktu yang dibutuhkan untuk dmencari calon pelanggan. 2. Tetap Berhubungan Dengan Klien

(15)

mereka juga akan merekomendasikan ke pada teman-temannya jika kemampuan sosial seorang petarung di real estate baik.

3. Gunakan Internet

Gunakan Internet untuk meningkatkan upaya pemasaran Anda dengan cara web site khusus atau melalui web site internal khusus atau melalui web site yang telah tersedia secara umum seperti obeo.com atau tokobagus.com memungkinkan Anda untuk menggunakan virtual tours untuk menyediakan cara tambahan untuk klien potensial untuk melihat rumah dijual. Hal ini dapat lebih efektif daripada posting foto, karena menawarkan fitur pembeli seperti mampu untuk melihat apa rumah akan terlihat seperti jika itu dicat warna yang berbeda.

4. Bersikap terbuka secara sosial

Yang dimaksud bersikap terbuka secara sosial maksudnya adalah bersikap ramah dan menyenangkan. Dengan sikap yang dingin atau tertutup, anda mungkin akan dianggap tidak membuat nyaman/ tidak menyenangkan atau bahkan mengganggu oleh klien potensial. Sebaliknya, berusaha untuk bersikap ramah, terbuka, friendly, bertemu orang-orang secara pribadi dengan menghadiri acara publik seperti pameran dan acara olahraga , dan bergabung dengan organisasi masyarakat seperti kamar dagang. Anda akan mendapatkan untuk bertemu orang-orang dalam pengaturan yang lebih santai, dan Anda bisa bertukar kartu bisnis. 5. Gunakan Media Sosial

(16)

BAB 6

BENTUK, JENIS DAN GARIS BANGUNAN

RUMAH TINGGAL

A. RUMAH BERDASARKAN BENTUK PENGGUNAANNYA :

a. Rumah tangga tunggal : rumah yang mempunyai satu pintu bebas dengan jalan masuk sendiri, misalnya rumah-rumah di kota, villa.

b. Rumah tangga majemuk : suatu rumah tinggal yang mempunyai beberapa pintu masuk.

c. Rumah berpindah tempat : rumah yang tidak menetap dalam satu lokasi misalnya trailer pada rumah mobile. d. Rumah bukan untuk tempat tinggal : misalnya rumah yang bersifat darurat atau non permanen karena

dibangun untuk penanggulangan akibat bencana alam, keadaan darurat perang dan sebagainya.

B. RUMAH BERDASARKAN JENISNYA :

a. Rumah tunggal (detached house) : rumah yang berdiri sendiri pada persil yang terpisah dengan rumah di sebelahnya.

b. Rumah kopel (semi detached house) : rumah yang umumnya berada satu persil terdiri dari 9 (dua unit) rumah tinggal dimana atapnya menjadi satu.

c. Rumah deret (row house) : suatu jenis hunian yang bangunan/unit rumahnya menempel satu sama lain, yang pada umumnya maksimal berderet sejumlah 6 unit.

d. Rumah tipe Maisonette : rumah tinggal yang terdiri dari dua lantai, bisa berupa 1 lantai satu untuk kegiatan umum (publik), seperti: ruang makan keluarga, dapur dan lantai dua khusus untuk ruang- ruang privat, seperti: ruang-ruang tidur.

c. Apartment : Sebuah bangunan besar yang umumnya bertingkat banyak dan terdiri dari unit-unit hunian; setiap unit dapat terdiri dari 1-3 lantai.

f. Rumah inti : rumah yang hanya terdiri dari ruang-ruang pokok (tidak lengkap) yaitu WC kamar tidur dapur dan 1 ruang serbaguna; yaitu yang perkembangannya di kemudian hari dapat dilakukan penghuni sendiri sesuai arahan dari pengelola. Luas minimum 12 m² dan dimungkinkan untuk dikembangkan menjadi rumah sederhana lengkap dengan luas minimum 36 m². Ada jenis lain yaitu rumah sub inti yang hanya terdiri dari KM/WC dan satu ruangan serbaguna.

g. Rumah tumbuh : yaitu rumah yang dibangun secara bertahap sesuai dengan kemampuan penghuni, tetapi denah keseluruhan telah dirancang.

h. Rumah berjenjang ('terrace house') : rumah yang mempunyai taman dan umumnya bertingkat dibangun pada tapak yang berlereng/miring.

i. Split-level-house : rumah yang memiliki mezzanin sebagai fungsi dari tiap aktivitas, misal : ruang keluarga dan ruang tamu terpisah lantainya tapi berbeda ketinggian (split).

(17)

Gambar 4

(18)

C. RUMAH BERDASARKAN LANGGAMNYA

Rumah berdasarkan gaya atau langgamnya terdiri dari : Rumah Tropis, Rumah Gaya Rennaisance, Rumah Gaya Mediterania/Spanyol, Rumah Gaya Modern dan Rumah Gaya Modern Minimalis. Dengan catatan rumah tersebut adalah rumah yang ada pada saat ini bukan rumah tradisional. Berikut di bawah ini adalah beberapa contoh ilustrasi :

Rumah Gaya Tropis

Rumah Gaya Rennaisance

Rumah Gaya Mediterania/ Gaya Spanyol

Rumah Gaya Modern Minimalis

Gambar 5

(19)

BAB. 7

PENERAPAN ANALISIS

REAL ESTATE

DALAM PROYEK PERUMAHAN

Analisis ekonomi adalah analisis yang mendasar dalam perumahan (real estate), selain daripada teori-teori yang sifatnya kualitatif sebagaimana telah diuraikan pada bab-bab senbelumnya. Pada bab 3 telah diuraikan hal-hal mendasar mengenai strategi ekonomi mengenai perumahan dan permukiman, adapun pada Bab 6 ini akan diuraikan mengenai analisis real estate dengan metoda ekonomi teknik. Hal ini penting untuk dipelajari karena teori-teori kualitatif perumahan, memerlukan analisis kuantitatif yang sangat memadai. Juga untuk perumahan menengah ke bawah, hanya untuk real estate memiliki perbedaan prosedural dan mekanisme yang berbeda, lebih rumit dan detail sifatnya.

Menurut Duhaime (2011), real estate intinya memiliki defiisi suatu nilai investasi terhadap lahan yang harus memiliki peningkatan (signifikan). Perumahan adalah hanya salah satu dari real estate, villa, hotel dan lain sebagainya yang pada intinya meningkatkan nilai lahan dan juga kawasan di sekitarnya termasuk dalam kategori real estate. Dalam sehari-hari real estate memiliki pergeseran fungsi yakni perumahan untuk kategori menengah ke atas, seringkali bisa jadi sebagai kawasan elit saja.

Real Estate adalah salah 1 jenis dari beberapa kategori perumahan Real Estate merupakan perumahan dengan karakter khusus yakni memiliki lokasi di lokasi yang strategis, memiliki kualitas desain yang lebih tinggi, dan memiliki material bangunan yang juga lebih baik. Pengertian secara mendasar mengenai real estate sendiri adalah : Tentunya dengan adanya permasalahan sosial yang berbeda pula. Biasanya masyarakat pada lingkungan real estate sifatnya lebih individualistis daripada di lingkungan perumahan BTN atau di lingkungan kampung kota (urban village).

Kota-kota di Indonesia sebenarnya telah berkembang cepat, hanya beberapa saja yang dapat dikatakan pesat, ada lebih banyak kota yang belum berkeadilan, kurang memiliki fasilitas publik dan memiliki permasalahan lingkungan hidup. Bandung adalah ketegori kota yang tengah berkembang pesat dengan walikotanya yakni Ridwan Kamil, Bandung terlihat lebih terencana secara makro, memperhatikan aspirasi masyarakat bawah dan juga memperhatikan perancangan ruang publik yang cukup signifikan. Hanya aspek infrastruktur yang memerlukan perbaikan. Maka real estate adalah suatu ilmu ekonomi dalam perumahan yang tidak terlepas dari ilmu-ilmu lainnya, seperti infrastruktur, lingkungan hidup dan lain-lain. Rumus-rumus teori strategi perumahan perlu didalami secara lebih lanjut dengan teori-teori kenaikan harga rumah, tingkat suku bunga dan juga rincian deskriptif fenomena inflasi dan faktor-faktor penyebabnya. Hal ini akan diuraikan lebih lanjut di bawah ini.

A. FUNGSI DAN PERAN ANALISIS REAL ESTATE MELALUI ILMU EKONOMI TEKNIK

(20)

panjang dalam pembangunan atau terlibatnya subyek-subyek yang tidak profesional hanya mengandalkan tingkat kedekatan (nepotism), dapat ditekan se optimal dan seobyektif mungkin.

Sebagaimana kita ketahui harga jual rumah di Indonesia seringkali memiliki kenaikan yang kurang rasional. Hal ini dapat menjadi salah 1 faktor yang membuat nilai inflasi saat ini menjadi tidak terkendali. Sebagai salah satu benda yang memiliki nilai ekonomi tinggi, sektor perumahan menuntut analisis ekonomi teknik yang memadai. Ekonomi teknik dapat ditafsirkan sebagai upaya pengambilan keputusan yang didasarkan atas perbandingan harga dari kegiatan-kegiatan dikaitkan dengan biaya yang dikeluarkan. Pengambilan keputusan tersebut merupakan pilihan dari kegiatan-kegiatan yang akan dijalankan oleh perusahaan seperti konstruksi, produksi, serta yang berupa pelayanan jasa. Realisasi dari keputusan-keputusan yang diambil oleh perusahaan antara lain dapat berupa investasi tenaga manusia (resource), peralatan (perangkat pendukung), dan budget (anggaran) yang akan digunakan pada seluruh bagian struktur organisasi perusahaan.

Adapun implikasi ekonomi teknik dalam proyek perumahan berupa pematangan lahan yang merupakan salah satu tahapan dalam proses pembangunan perumahan, kemudian pada proses perencanaan, konstruksi, pelaksanaan hingga pemasaran. Tahap pematangan lahan terdiri dari pembebasan tanah, prasarana kawasan (urug-pagar-jalan) dan sarana kawasan (infrastruktur- fasilitas umum). Perencanaan kegiatan yang baik dan pengendalian penggunaan biaya pada tahap pematangan lahan merupakan titik tolak keberhasilan pelaksanaan proyek perumahan maupun bidang konstruksi lainnya. Hal tersebut bisa terjadi karena di dalamnya terdapat salah satu tahapan yang cukup banyak membutuhkan dana sepanjang operasional pelaksanaan proyek konstruksi maupun proyek perumahan yaitu pembebasan tanah.

B. KONSEPSI TENTANG NILAI UANG

Sebuah perusahaan lazimnya menggunakan uang sebagai alat pembayaran yang utama dan juga dapat digunakan sebagai alat untuk menafsirkan nilai keputusan yang akan diambil dalam mempersiapkan investasi perusahaan tersebut. Uang dapat berupa: giro, bilyet ataupun berupa uang secara real. Namun saat ini perkembangan teknologi sudah begitu canggih, orang yang jauh di negeri di balik belahan bumipun dapat berinvestasi di negeri lain, sepanjang memiliki uang. Teknologi transfer sudah demikian berkembang pesat dan beragam. Di satu sisi hal ini sebenarnya sangat memberi kemudahan. Tetapi sebenarnya memiliki sisi negatif yakni tanpa pemantauan dari pemerintah secara ideah, maka akan membuat tingkat marginalisasi yang tajam. Dalam artian yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Uang juga memegang peranan yang sangat penting dalam operasional perusahaan. Segala sesuatu perlu diperhitungkan secara teliti guna merealisasikan perencanaan (konsep) dan perancangan (pembuatan desain) agar nilai ekonomis suatu proyek dapat dimaksimalkan setinggi mungkin. Untuk menjalankan usahanya, perusahaan properti biasanya menjalin hubungan dengan pihak pemberi pinjaman modal yang berfungsi sebagai rekanan yang akan membantu perusahaan dalam hal keuangan (pihak bank).

(21)

bila uang tersebut dipakai untuk keperluan lain, sedangkan pihak peminjam melihat hal tersebut sebagai beban yang akan selalu bertambah bila periodenya semakin panjang, sehingga peminjam harus dapat memanfaatkan pinjaman tersebut untuk suatu aktivitas atau usaha.

C. BUNGA DAN SUKU BUNGA

Adapun nilai bunga diartikan sebagai uang dengan jumlah yang harus dibayarkan karena perusahaan sudah menggunakan uang tersebut dengan nilai atau jumlah tertentu. Sementara suku bunga dapat diartikan sebagai bunga dengan nilai tertentu setiap satu satuan waktu dibandingkan dengan uang yang harus dibayarkan kepada pemberi pinjaman. Bunga dan suku bunga biasanya digunakan sebuah perusahaan dalam pengelolaan keuangan termasuk dalam perumahan atau real estate lazimnya melalui jasa bank atau langsung ke developer untuk beberapa perusahaan developer kontemporer apartemen saat ini. Beberapa macam ragam pengembalian pinjaman terhadap pemberi pinjaman yang sering digunakan dalam kredit perumahan, diantaranya :

1. Pembayaran bunga setiap bulan, dengan membayar bunga dan pinjaman pokok pada tahun terakhir (pada saat jatuh tempo).

2. Setiap tahun harus membayar bunga dan mengangsur pembayaran sebagian utangnya.

3. Pembayaran tiap tahun atau setiap bulan merata. Jumlah total pembayaran tiap angsuran sama. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling sering digunakan dalam kredit perumahan, yang disebabkan oleh : a. Jumlah nilai kredit perumahan cukup besar

b. Kemampuan setiap orang untuk menabung tidak sama dan biasanya terbatas

c. Jangka waktu kredit biasanya sangat panjang (bisa sampai puluhan tahun). Untuk saat ini ada perubahan, jika dahulu bisa hingga 25 tahun, saat ini mayoritas maksimum adalah 10 atau 15 tahun. Bahkan untuk apartemen banyak ditawarkan secara cash bertahap atau cash.

4. Pengembalian bunga maupun pokoknya dilakukan pada saat terakhir pembayaran.

D. PENGGUNAAN MATEMATIKA UANG

Perhitungan pada pelayanan para pengguna jasa perbankan menggunakan perhitungan beberapa rumus dengan penggunaan istilah-istilah berikut.

Diagram 2 . Faktor-faktor penghubung antara P, F, dan A

Sumber : Sastra (2005), dkk dalam “Perencanaan dan Pengemabangan Perumahan”

(22)

Keterangan :

I = tingkat suku bunga

n = jangka waktu

P = Present Value (nilai sekarang)

F = Future Value (nilai yang akan datang)

;;;;A = Annuity (pembagian seri merata dari suatu pembayaran)

Adapun jenis-jenis perhitungan yang sering digunakan sebagai dasar analisis ekonomi teknik dalam proyek perumahan adalah sebagai berikut :

1.

Future Value (F), diketahui P, i %, n

Rumus digunakan untuk mengetahui nilai uang pada jangka waktu n yang akan datang apabila diketahui besarnya uang pada saat ini.

(1 + i)n = faktor jumlah berganda

2.

Present Value (P), diketahui F, i%, n

Digunakan untuk mengetahui nilai uang pada saat sekarang, dari jumlah uang yang akan datang.

3.

Annuity (A), diketahui F, i %,n

Untuk mengetahui besarnya annuity (A) dari suatu nilai yang akan datang.

4.

Annuity (A), diketahui P, i %,n

Digunakan untuk mengetahui A, diketahui P, i%, n.

(23)

E. COST AND BENEFIT ANALYSIS (CBA)

Cost and Benefit Analysis (CBA) atau analisis manfaat dan biaya dalam suatu proyek perumahan memiliki peranan penting sebagai bagian dari evaluasi proyek (project evaluation), yang dapat menentukan suatu proyek layak dilaksanakan atau tidak. Menurut Kuiper (1971) dalam Robert J. Kodoatie menjelaskan bahwa manfaat analisis ekonomi teknik pada suatu proyek pembangunan akan mengarahkan para perencana dalam menentukan pilihan terbaik dari beberapa alternatif hasil perencanaan yang dipilih.

(24)

BAB 8

ESTIMASI NILAI DAN HARGA DALAM REAL ESTATE

Harga dalam produk real estate adalah faktor yang sangat signifikan dalam menentukan keberhasilan penjualan produk real estate. Untuk menentukan harga ada pengetahuan khusus

P subject = P (comparable) ± D (differences)

P (comparable) = Harga subyek real estate yang sebanding

D (differences) = Faktor-faktor yang membedakan dari subyek yang dibandingkan (kekhususan tertentu).

Penentu Price (P) adalah :

1. Karakter penjual (“sales”)

2. Karakter harga (persepsi antara “sales” dan “subject property”) 3. Nilai dollar.

4. Rekonsiliasi “harga tetap”

Sementara faktor-faktor penentu nilai (value) berbeda dengan harga. Mengenai nilai (value), sifatnya lebih bersifat abstrak dengan kata lain terkait dengan faktor-faktor tidak langsung (eksternal).

Faktor-faktor yang menentukan nilai (value) adalah : 1. Perubahan kepemilikan.

2. Keuntungan dan Cicilan. 3. Perhitungan pajak.

4. Pembelian dan keuntungan. 5. Resiko properti.

Sementara itu terdapat 3 faktor yang dapat menentukan sistem marketing RE dan harga jualnya, yakni : 1. Skala Proyek.

2. Target

3. Tahapan Pembangunan Proyek RE

Diagram 3

Siklus dalam RE, kelaziman yang terjadi adalah Masalah Persaingan, dalam hal ini diperlukan analisis kuantitatif maupun kualitatif untuk keseimbangan atau target yang ingin dicapai.

ANTISIPASI

(25)

BAB 9

ANALISIS MANFAAT DAN BIAYA

DALAM PERUSAHAAN REAL ESTATE

Sebuah perusahaan dalam menjalankan proyeknya pasti akan mengkaji dan menggali berbagai manfaat, manfaat itu dapat ditafsirkan sebagai seluruh bentuk penerimaan yang dapat diperkirakan dan diperhitungkan akan diterima dari suatu proyek yang sedang dijalankan. Penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan dapat diukur dengan menggunakan uang secara langsung (tangible) maupun tidak dinilai secara langsung dengan uang (intangible). Adapun sistem penerimaannya secara langsung (direct) maupun tidak langsung (indirect).

Rumah merupakan salah satu jenis barang yang dapat dinilai langsung dengan uang karena rumah dan tanah yang diperjualbelikan di pasar properti memiliki nilai tertentu. Bentuk penerimaan dan pengeluaran yang dapat dinilai dengan uang yaitu segala barang dan jasa yang diperjualbelikan di pasar, tempat perbelanjaan, dan sebagainya. Sedangkan bentuk penerimaan dan pengeluaran yang intangible yaitu hal-hal yang bersifat kualitatif, seperti kebanggaan atas profesi, kemampuan teknologi, semangat patriotism, dan lain-lain.

Manfaat dari sebuah perusahaan properti yaitu manfaat langsung (direct benefit) dan manfaat tidak langsung (indirect benefit). Manfaat langsung seperti pembangunan perumahan yang menghasilkan rumah tinggal (hunian), pembangunan jembatan dan jalan tol yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya. Manfaat tidak langsung seperti dengan adanya pembangunan perumahan maka pembangunan sarana dan prasarana suatu wilayah dapat berkembang pula sehingga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat setempat.

(26)

Kemudian manfaat dari suatu proyek dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu :

Diagram 5. Empat Manfaat dalam Proyek

Sumber : Sastra (2005), dkk dalam “Perencanaan dan Pengemabangan Perumahan”

Tiga Parameter dalam melakukan Analisis Manfaat dan Biaya real estate menurut Kuiper (1971) dalam Robert J. Kodoatie, yaitu :

1. Manfaat Langsung (direct benefit), yaitu manfaat yang langsung dapat diperoleh dari suatu proyek. Misalnya pembangunan PLTA yang menghasilkan listrik, pembangunan jalan tol, dan lain-lain.

2. Manfaat tidak langsung (indirect benefit), seperti pembuatan suatu jembatan yang menjadikan suatu daerah berkembang industrinya; karena dibangun PLTA pada suatu daerah maka tingkat pendapatan pemerintah dari pajak jadi meningkat.

3. Manfaat nyata (tangible benefit), yaitu manfaat nyata yang dapat diukur dalam bentuk suatu nilai uang. 4. Manfaat tidak nyata (intangible benefit), misalnya perasaan aman terhadap banjir sesudah terdapatnya

proyek pengendalian banjir dan sebagainya.

Dasar-dasar ekonomi teknik untuk real estate di atas memiliki urgensi khususnya untuk mengalisis nilai ekonomi dan juga logika kesesuaian antara harga rumah dengan tingkat inflasi. Apabila dimasukkan pada rumus di atas, saat ini terjadi signigikansi ketidaksesuaian antara harga rumah dengan daya beli (affodability) masyarakat.

(27)

DAFTAR PUSTAKA

Henry, Sannoff (1977); Method of Architectural Programming, Dowden Hutchinson Ross Inc., London.

Poerbo, Hasan (1999); Lingkungan Binaan untuk Rakyat, PPLH ITB-Yayasan Akatiga, Bandung. ________,(1983): Pedoman Perencanaan Lingkungan Pemukiman Kota, Departemen PU, Cetakan ke-3, Jakarta.

Sastra, S & Marlina E, 2006, Perencanaan dan Pengembangan Perumahan, Penerbit ANDI, Yogyakarta.

Rascof Spenser, 2014, The New Rule of Real Estate

Surowiyono, Tutu, T.W. (1996); Dasar Perencanaan Rumah Tinggal, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Gambar

Gambar 4 Rumah berdasarkan Tipe atau Bentuknya
Gambar 5

Referensi

Dokumen terkait

Secara simultan kualitas sistem informasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas kerja pegawai Elhijab region Jawa Timur, dalam hal ini kualitas

[r]

Definisi lain dari multimedia, yaitu dengan menempatkannya dalam konteks, seperti yang dilakukan oleh Hofstetter (2001), multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk

[r]

Anak dapat melakukan gerakan tangan seperti kangguru sambil mengangguk- anggukan kepala Anak melakukan gerakan tangan seperti kangguru sambil mengangguk- anggukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data empiris yang diperoleh di lapangan melalui tes dan pengukuran yang terdiri atas: kekuatan tungkai, kelincahan, koordinasi mata kaki

Penunjukan tempat pelacuran ini berdasarkan campur tangan pemerintah daerah, dalam hal ini baik secara langsung ataupun tidak langsung memberikan izin kepada germo (mucikari

SD/SDLB Swasta Muhammadiyah 2