• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Kompetensi dalam Pkn Paradigma Baru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "3. Kompetensi dalam Pkn Paradigma Baru"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Kompetensi dalam Pkn Paradigma baru

BAB I PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) meliputi aspek-aspek sebagai

berikut:

1.

Persatuan dan kesatuan bangsa

, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan,

kebanggaan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan

Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

2.

Norma, hukum dan peraturan

, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tertib di sekolah,

norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan

peradilan internasional.

3.

Hak asasi manusia

meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota

masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan

perlindungan HAM.

4.

Kebutuhan warganegara

meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga

masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai

keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warganegara.

5.

Konstitusi negara

meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,

Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan

kostitusi.

6.

Kekuasaan dan Politik

meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah

dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya

demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat

demokarasi.

7.

Pancasila

meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses

perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan

sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka. (Kurikulum KTSP 2006).

A.

PENGERTIAN MAPEL PKN (KISI-KISI 20.3.1)

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

B.

TUJUAN MAPEL PKN (KISI-KISI 20.3.1)

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak

langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

C.

CIVICS KNOWLEDGE, CIVIVS DISPOSITION, CIVIVS SKILL (KISI-KISI 20.2.1 – 20.2.3)

CCE ( Center for Civic Education ) pada tahun 1994 dalam National Standards for Civics and Government. Ketiga komponen pokok tersebut, yaitu civic knowledge, civic skills, dan civic dispositions ( Branson, dkk., 1999 : 8 – 25).

a. Pengetahuan Kewarganegaraan

(2)

sebagaimana terdokumentasi dalam Pancasila dan UUD 1945, maupun yang telah menjadi konvensi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta nilai-nilai universal dalam masyarakat demokratis serta cara – cara kerjasama untuk mewjudkan kemajuan bersama dan hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat internasional.

Center for Civic Education (CEE) maupun Standardt and Civics Framwork for the 1998 National Assesment of Education (NAEP) mengajukan 5 pertanyaan yang jawabannya akan mengarah pada substansi pengetahuan kewarganegaraan dan standar isi (content standard) yang berupa ketrampilan kewarganegaraan (civic skills) dan karakter kewarganegaraan (civic dispotisions). Kelima pertanyaan tersebut yaitu :

1) Apa kehidupan kewarganegaraan, politik, dan pemerintahan ? 2) Apa fondasi – fondasi sistem politik ?

3) Bagaimana pemerintahan dibentuk oleh konstitusi mengejawantahkan tujuan-tujuan, nilai – nilai dan prinsip – prinsip demokrasi ?

4) Bagaimana hubungan negara dengan negara lain dan posisinya mengenai masalah – masalah internasional ?

5) Apa peran warga negara dalam demokrasi ?

Dengan memperhatikan aspek – aspek civic knowledge seperti dikemukan dari

berbagai pandangan di atas, maka dapat dinyatakan aspek – aspek tersebut pada

dasarnya merupakan pengetahuan yang berkaitan dengan peran warga negara dalam

hidup berbangsa dan bernegara yang demokratis

.

b. Ketrampilan Kewarganegaraan

Ketrampilan kewarganegaraan (civic skills), merupakan ketrampilan yang dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, agar pengetahuan yang diperoleh menjadi

sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Civic skills mencakup intelectual skills (ketrampilan intelektual) dan participation skills (ketrampilan partisipasi). Ketrampilan intelektual yang terpenting bagi terbentuknya warga negara yang berwawasan luas, efektif dan bertanggung jawab antara lain adalah ketrampilan berpikir kritis. Ketrampilan berpikir kritis meliputi mengidentifikasi, menggambarkan / mendeskripsikan, menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi, menentukan dan mempertahankan pendapat yang berkenaan dengan masalah – masalah publik. Ketrampilan intelektual tampak ada upaya diakomodasi KBK Kewarganegaraan (2004) yang secara ksplisit dinyatakan dalam Praktek Pembelajaran Kewarganegaraan diharuskan adanya pengembangan dan penerapan cara berpikir kritis, rasional, dan kreatif untuk mendukung kompetensi dasar. Juga dapat ditemui pada indikator, meskipun belum memadai bahkan masih ada kemampuan “menyebutkan” sebagai sesuatu kemampuan yang sangat rendah dan tidak termasuk dalam kategori berpikir kritis masih digunakan.

Pentingya ketrampilan partisipasi dalam demokrasi telah digambarkan oleh Aristoteles dalam bukunya Politics (340) (dalam Branson, dkk., 1999 : 4). Aristoteles menyatkan , “Jika kebebasan dan kesamaan sebagaimana menurut sebagaian pendapat orang dapat diperoleh terutama dalam demokrasi, maka kebebasan dan kesamaan itu akan dapat dicapai apabila semua orang tanpa kecuali ikut ambil bagian sepenuhnya dalam pemerintahan”. Dengan kata lain cita – cita demokrasi dapat diwujudkan dengan sesungguhnya bila setiap warga negara dapat berpartisipasi dalam pemerintahannya. Sedangkan ketrampilan partisipasi meliputi :

berinteraksi, memantau, dan mempengaruhi.

Tabel 1. Ketrampilan Kewarganegaraan : Komponen Ketrampilan Intelektual

UNSUR KETRAMPILAN INTELEKTUAL WARGA NEGARA

1. Mengidentifikasi (menandai/menunjukkan) dibedakan menjadi ketrampilan : Membedakan;

Mengkelompokkan/mengklasifikasikan Menentukan bahwa sesuatu itu asli.

2. Menggambarkan (memberikan uraian / ilustrasi), misalnya tentang : Proses;

Lembaga; Fungsi; Alat; Tujuan; Kualitas;

(3)

Makna dan pentingnya peristiwa atau ide;  Alasan bertindak;

4. Menganalisis, misalnya tentang kemampuan menguraikan:

Unsur – unsur atau komponen-komponen ide (gagasan), proses politik, institusi-nstitusi; Konsekuensi dari ide, proses politik, institusi – institusi;

Memilah mana yang merupakan cara dengan tujuan, mana yang merupakan fakta dan pendapat; mana yang merupakan tanggungjawab pribadi dan mana yang merupakan tanggungjawab publik.

5. Mengevaluasi pendapat/posisi : menggunakan kriteria/standar untuk membuat keputusan tentang:

kekuatan dan kelemahan isue / pendapat;  menciptkan pendapat baru.

6. Mengambil pendapat/posisi :  dari hasil seleksi berbagai posisi;  membuat pilihan baru;

7. Mempertahankan pendapat/posisi:

mengemukakan argumentasi berdasarkan asumsi atas posisi yang dipertahankan /diambil / dibela;

merespons posisi yang tidak disepakati.

Sumber : Diolah dari Center for Civic Education (1994).

National Standard for Civics and

Government

, p. 1-5.

Sedangkan ketrampilan kewarganegaraan komponen ketrampilan partisipasi warga negara dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Ketrampilan Kewarganegaraan : Komponen Ketrampilan Partisipasi

UNSUR KETRAMPILAN PARTISIPASI WARGA NEGARA

11.Berinteraksi (termasuk berkomunikasi tentunya) terhadap obyek yang berkaitan dengan masalah – masalah publik, yang termasuk dalam ketrampilan ini, al.:

bertanya, menjawab, berdiskusi dengan sopan santun; menjelaskan artikulasi kepentingan;

membangun koalisi, negoisasi, kompromi mengelola konflik secara damai;

mencari konsensus.

2.Memantau/memonitor masalah politik dan pemerintahan terutama dalam penanganan persoalan-persoalan publik ,yang termasuk ketrampilan ini al. :

Menggunakan berbagai sumber informasi seperti perpustakaan, surat kabar, TV, dll untuk mengetahui persoalan-persoalan publik;

Upaya mendapatkan informasi tentang persoalan publik dari kelompok – kelompok kepentingan, pejabat pemerintah, lembaga-lembaga pemerintah. Misalnya dengan cara menghadiri berbagai pertemuan publik seperti : pertemuan organisasi siswa, komite sekolah, dewan sekolah, pertemuan desa/BPD, pertemuan wali kota, LSM, dan organisasi kemasyarakatan lainnya.

3.Mempengaruhi proses politik, pemerintah baik secara formal maupun informal, yang termasuk ketrampilan ini al.:

Melakukan simulasi tentang kegiatan : kampanye, pemilu, dengar pendapat di DPR/DPRD, pertemuan wali kota, lobby, peradilan;

Memberikan suara dalam suatu pemilihan; Membuat petisi;

Melakukan pembicaraan/memberi kesaksian di hadapan lembaga publik;

Bergabung atau bekerja dalam lembaga advokasi untuk memperjuangkan tujuan bersama atau pihak lain;

Meminta atau menyediakan diri untuk menduduki jabatan tertentu.

Sumber : Diolah dari Center for Civic Education (1994).

National Standard for Civics and

Government

, p. 127-135.

c. Karakter Kewarganegaraan

(4)

nasional; mengapresiasi dinamika politik Indonesia ) namun karakter publik yang kritis terhadap undang – undang maupun terhadap sistem politik maupun rejim tampak kurang diperhatikan padahal hal ini sangat penting dalam masyarakat demokratis. Supaya segala produk undang – undang sejalan dengan aspirasi dan di bawah kontrol masyarakat. Sehingga misalnya dalam praktek pembelajaran kewarganegaraan perlu dimasukkan karakter publik yang berupa “Mengembangkan fungsi demokrasi konstitusional yang sehat “.

Sedangkan untuk karakter privat dalam KBK juga nasibnya sama dengan karakter publik. Misalnya, karakter privat ini dapat dipahami dengan rumusan “membiasakan diri

mengemukakan pendapat secara benar dan bertanggung jawab”, “membiasakan diri melaksanakan budaya demokrasi di lingkungan masyarakat”. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kondisi transisional dan sangat dinamis, dimana antara fakta dan isu; benar dan salah cenderung berkembang menjadi kabur (absurd)atau “dikaburkan”maka karakter Oleh karena itu ciri-ciri watak/karakter privat (pribadi) dan karakter publik (kemasyarakatan) yang utama meliputi :

1) Menjadi anggota masyarakat yang independen (mandiri).

Karakter ini merupakan kepatuhan secara suka rela terhadap peraturan yang berlaku dan bertanggungjawab atas segala konsekuensi yang timbul dari perbuatannya serta menerima kewajiban moral dan legal dalam masyarakat demokratis.

2) Memenuhi tanggungjawab personal kewarganegaraan di bidang ekonomi dan politik.

Yang termasuk karakter ini, al. :

 Mengurus diri sendiri;

 Memberi nafkah /menopang keluarga;  Merawat , mengurus dan mendidik anak;  Mengikuti informasi tentang isue-isue publik;  Memberikan suara (voting);

 Membayar pajak;

 Menjadi saksi di pengadilan;

 Meberikan pelayanan kepada masyarakat;

 Melakukan tugas kepemimpinan sesuai dengan bakat dan kemampuang sendiri/masing-masing.

3) Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu.

Yang termasuk karakter ini, al. :

 mendengarkan pendapat orang lain;  berperilaku santun (bersikap sopan);

 menghargai hak dan kepentingan sesama warganegara;

 mematuhi prinsip aturan mayoritas, namun tetap menghargai hak minoritas untuk berbeda pendapat.

4) Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara bijaksana dan efektif.

Karakter ini menghendaki pemilikan informasi yang luas sebelum memberikan suara (voting) atau berpartisipasi dalam debat publik, keterlibatan dalam diskusi yang santun dan serius, dan memegang kendali kepemimpinan yang sesuai. Juga menghendaki kemampuan membuat evaluasi kapan saatnya kepentingan pribadi sebagai warga negara dikesampingkan demi kepentingan umum dan kapan seseorang karena kewajibannya atau prinsip-prinsip konstitusional untuk menolak tuntutan-tuntutan kewarganegaraan tertentu. Sifat – sifat warganegara yang dapat menunjang karakter berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan (publik) diantaranya:

a) Keberadaban (civility), yang termasuk sifat ini al. :  menghormati orang lain;

 menghormati pendapat orang lain meskipun tidak sepaham;  mendengarkan pandangan orang lain;

 menghindari argumentasi yang bermusuhan, sewenang- wenang, emosional dan tidak masuk akal;

b) Menghormati hak – hak orang lain, yang termasuk sifat ini al. :

 menghormati hak orang lain bahwa mereka memiliki suara yang sama dalam pemerintahan dan sama di mata hukum;

 menghormati hak orang lain untuk memegang dan menganjurkan gagasan yang bermacam dan bekerjasama dalam suatu asosiasi untuk memajukan pandangan-pandangan mereka.

c) Menghormati hukum, yang termasuk sifat ini al.:

 berkemauan mematuhi hukum, bahkan ketika ia tidak menyepakatinya;

 berkemauan melakukan tindakan dengan cara-cara damai dan legal untuk mengubah hukum yang tidak arif dan adil;

d) Jujur : berkemauan untuk memelihara dan mengekspresikan kebenaran. e) Berpikiran terbuka : yaitu mempertimbangkan pandangan orang lain.

f) Berpikir kritis : yaitu kehendak hati untuk mempertanyakan keabsahan/kebenaran berbagai macam posisi termasuk posisi dirinya.

(5)

h) Ulet / tidak mudah putus asa : yaitu kemauan untuk mencoba berulang-ulang untuk meraih suatu tujuan.

i) Berpikiran kewarganegaraan : yaitu memiliki perhatian dan kepedulian terhadap urusan – urusan publik/kemasyarakatan.

j) Keharuan/memiliki perasaan kasihan : yaitu mempunyai kepedulian agar orang lain hidupnya lebih baik, khususnya terhadap mereka yang tidak beruntung.

k) Patriotisme : memiliki loyalitas terhadap nilai – nilai demokrasi konstitusional. l) Keteguhanhati: kuat untuk tetap pada pendiriannya, ketika kata hati menuntutnya.

m) Toleran terhadap ketidak pastian: yaitu kemampuan untuk menerima ketidak pastian yang muncul, karena ketidak cukupan pengetahuan atau pemahaman tentang isu-isu yang komplek atau tentang ketegangan antara nilai-nilai fondamental dengan prinsip-prinsip.

5) Mengembangkan fungsi demokrasi konstitusional yang sehat.

Karakter ini mengarahkan warganegara agar bekerja dengan cara-cara damai dan legal dalam rangka mengubah undang-undang yang dianggap tidak adil dan bijaksana. Yang termasuk dalam karakter ini, al. :

 Sadar informasi dan kepekaan terhadap urusan-urusan publik;

 Melakukan penelaahan terhadap nilai-nilai dan prinsip – prinsip konstitusional;

 Memonitor keputusan para pemimpin politik dan lembaga-lembaga publik dalam penerapan nilai-nilai dan prinsip-prinsip konstitusional dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan apabila terdapat kekurangannya.

D.

PERENCANAAN PROSES PEMBELAJARAN Permendiknas No:41/2007 (Kisi-kisi

4.1-4.6)

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.

A. Silabus

Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi lulusan (SK l), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya,

pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pen didikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.

B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.

Komponen RPP adalah : 1. Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.

2. Standar kompetensi

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.

3. Kompetensi dasar

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. 4. Indikator pencapaian kompetensi

(6)

5. Tujuan pembelajaran

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

6. Materi ajar

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.

7. Alokasi waktu

Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar. 8. Metode pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI.

9. Kegiatan pembelajaran a. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

b. Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

c. Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

10. Penilaian hasil belajar

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

11. Sumber belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.

C. Prinsip-prinsip Penyusunan RPP

1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik

RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik

Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.

3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis

Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut

RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

5. Keterkaitan dan keterpaduan

RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

III. PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN

A. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran 1. Rombongan belajar

Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah: a. SD/MI : 28 peserta didik

(7)

c. SMA/MA : 32 peserta didik d. SMK/MAK : 32 peserta didik 2. Beban kerja minimal guru

a. beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan;

b. beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas adalah sekurang kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.

2. Buku teks pelajaran

a. buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/madrasah dipilih melalui rapat guru dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari buku- buku teks pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri;

b. rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1 : 1 per mata pelajaran;

c. selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya;

d. guru membiasakan peserta didik menggunakan bukubuku dan sumber belajar lain yang ada di perpustakaan sekolah/madrasah.

3. Pengelolaan kelas

a. guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, serta aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan;

b. volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik;

c. tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik;

d. guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik; e. guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan kepatuhan pada

peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran;

f. guru memberikan penguatan dan umpan balik ter hadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung;

g. guru menghargai peserta didik tanpa memandang latar belakang agama, suku, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi;

h. guru menghargai pendapat peserta didik;

i. guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;

j. pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya; dan k. guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.

B. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

1. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;

b. mengajukan pertanyaanpertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

2. Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan sec ara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;

2) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;

3) memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;

4) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan

5) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan. b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugastugas tertentu yang bermakna;

2) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;

3) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;

(8)

5) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; 6) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun

tertulis, secara individual maupun kelompok;

7) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok;

8) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;

9) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,

2) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,

3) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,

4) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:

a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;

b) membantu menyelesaikan masalah;

c) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi; d) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;

e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. 3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

a. bersama sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran;

b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;

e. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

IV. PENILAIAN HASIL PEMBELAJARAN

Penilaian dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.

Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematik, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, dan penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.

V. PENGAWASAN PROSES PEMBELAJARAN A. Pemantauan

1. Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.

2. Pemantauan dilakukan dengan cara diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi.

3. Kegiatan pemantauan dilaksanakan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.

B. Supervisi

1 Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran.

2. Supervisi pembelajaran diselenggarakan dengan cara pemberian contoh, diskusi, pelatihan, dan konsultasi.

3. Kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala dan pengawas satuan pendidikan.

C. Evaluasi

1. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk menentukan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.

2. Evaluasi proses pembelajaran diselenggarakan dengan cara:

a. membandingkan proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dengan standar proses, b. mengidentifikasi kinerja guru dalam proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru. 3. Evaluasi proses pembelajaran memusatkan pada keseluruhan kinerja guru dalam proses

(9)

Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran dilaporkan kepada pemangku kepentingan.

E. Tindak lanjut

1. Penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar. 2. Teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar. 3. Guru diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut.

E.

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK (Kisi-kisi 1.1. atau 1.1.1 sd 1.1.6)

Peserta didik adalah manusia dengan segala fitrahnya. Mereka mempunyai perasaan dan pikiran serta keinginan atau aspirasi. Mereka mempunyai kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi (pangan, sandang, papan), kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasi dirinya (menjadi dirinya sendiri sesuai dengan potensinya).

Dalam tahap perkembangannya, siswa SMP berada pada tahap periode perkembangan yang sangat pesat, dari segala aspek. Berikut ini disajikan perkembangan yang sangat erat kaitannya dengan pembelajaran, yaitu perkembangan aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.

1. Perkembangan Aspek Kognitif

Menurut Piaget (1970), periode yang dimulai pada usia 12 tahun, yaitu yang lebih kurang sama dengan usia siswa SMP, merupakan ‘period of formal operation’. Pada usia ini, yang berkembang pada siswa adalah kemampuan berfikir secara simbolis dan bisa memahami sesuatu secara bermakna (meaningfully) tanpa memerlukan objek yang kongkrit atau bahkan objek yang visual. Siswa telah memahami hal-hal yang bersifat imajinatif.

Pada tahap perkembangan ini juga berkembang ketujuh kecerdasan dalam Multiple

Intelligences yang dikemukakan oleh Gardner (1993), yaitu: (1) kecerdasan linguistik

(kemampuan berbahasa yang fungsional), (2) kecerdasan logis-matematis (kemampuan

berfikir runtut), (3) kecerdasan musikal (kemampuan menangkap dan menciptakan pola nada

dan irama), (4) kecerdasan spasial (kemampuan membentuk imaji mental tentang realitas), (5)

kecerdasan kinestetik-ragawi (kemampuan menghasilkan gerakan motorik yang halus), (6)

kecerdasan intra-pribadi (kemampuan untuk mengenal diri sendiri dan mengembangkan rasa

jati diri), kecerdasan antar pribadi (kemampuan memahami orang lain).

2. Perkembangan Aspek Psikomotor

Aspek psikomotor merupakan salah satu aspek yang penting untuk diketahui oleh guru.

Perkembangan aspek psikomotor juga melalui beberapa tahap. Tahap-tahap tersebut antara

lain:

a. Tahap kognitif

Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan-gerakan yang kaku dan lambat. Ini terjadi karena

siswa masih dalam taraf belajar untuk mengendalikan gerakan-gerakannya. Dia harus berpikir

sebelum melakukan suatu gerakan. Pada tahap ini siswa sering membuat kesalahan dan

kadang-kadang terjadi tingkat frustasi yang tinggi.

b. Tahap asosiatif

Pada tahap ini, seorang siswa membutuhkan waktu yang lebih pendek untuk memikirkan

tentang gerakan-gerakannya. Dia mulai dapat mengasosiasikan gerakan yang sedang

dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan

dalam perkembangan psikomotor. Oleh karena itu, gerakan-gerakan pada tahap ini belum

merupakan gerakan-gerakan yang sifatnya otomatis. Pada tahap ini, seorang siswa masih

menggunakan pikirannya untuk melakukan suatu gerakan tetapi waktu yang diperlukan untuk

berpikir lebih sedikit dibanding pada waktu dia berada pada tahap kognitif. Dan karena waktu

yang diperlukan untuk berpikir lebih pendek, gerakan-gerakannya sudah mulai tidak kaku.

c. Tahap otonomi

Pada tahap ini, seorang siswa telah mencapai tingkat otonomi yang tinggi. Proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia tetap dapat memperbaiki gerakan-gerakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap autonomi karena siswa sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan-gerakan. Pada tahap ini, gerakan-gerakan telah dilakukan secara spontan dan oleh karenanya gerakan-gerakan yang dilakukan juga tidak mengharuskan pembelajar untuk memikirkan tentang gerakannya.

3. Perkembangan Aspek Afektif

(10)

setiap peserta didik. Bloom (Brown, 2000) memberikan definisi tentang ranah afektif yang terbagi atas lima tataran afektif yang implikasinya dalam siswa SMP lebih kurang sebagai berikut: (1) sadar akan situasi, fenomena, masyarakat, dan objek di sekitar; (2) responsif terhadap stimulus-stimulus yang ada di lingkungan mereka; (3) bisa menilai; (4) sudah mulai bisa mengorganisir nilai dalam suatu sistem, dan menentukan hubungan di antara nilai-nilai yang ada; (5) sudah mulai memiliki karakteristik dan mengetahui karakteristik tersebut dalam bentuk sistem nilai.

Pemahaman terhadap apa yang dirasakan dan direspon, dan apa yang diyakini dan diapresiasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam teori pemerolehan bahasa kedua atau bahasa asing. Faktor pribadi yang lebih spesifik dalam tingkah laku siswa yang sangat penting dalam penguasaan berbagai materi pembelajaran, yang meliputi:

1. Self-esteem, yaitu penghargaan yang diberikan seseorang kepada dirinya sendiri.

2. Inhibition, yaitu sikap mempertahankan diri atau melindungi ego.

3. Anxiety (kecemasan), yang meliputi rasa frustrasi, khawatir, tegang, dsbnya. 4. Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan suatu kegiatan.

5. Risk-taking, yaitu keberanian mengambil risiko.

6. Empati, yaitu sifat yang berkaitan dengan pelibatan diri individu pada perasaan orang lain.

F.

PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN PKN (kisi-kisi 8.1.1 sd 8.1.2)

C. Prinsip Penilaian

Prinsip penilaian me ngacu pada standar penilaian pendidikan jenjang pendidikan dasar dan m e nengah. Prinsip tersebut m e ncakup:

1. Valid dan reliabel, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan perlu disusun melalui prosedur sebagaimana dijelaskan dalam panduan agar memiliki bukti kesahihan dan keandalan.

2. Objektif, berarti penilaian didasa rkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. Oleh karena itu, pendidik me nggunakan rubrik atau pedoman dalam memberikan skor terhadap jawaban peserta didik atas butir soal uraian dan tes praktik atau kinerja sehingga dapat meminimalkan subjektivitas pendidik.

3. Adil , berarti penilaian tidak m e nguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta pe rbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. Faktor-f aktor tersebut tidak relevan di dalam penilaia n, oleh karena itu perlu dihindari agar tidak berpengaruh terhadap hasil penilaian.

4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik me rupakan salah satu komponen kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini hasil penilaian benar-benar dijadikan dasar untuk me mper baiki proses pembelajaran. Jika hasil penilaian menunjukka n banyak peserta didik yang gagal, seme ntara instrumen yang digunakan sudah me me nuhi syarat, maka itu dapat berarti bahwa proses pembelajaran tidak berlangsung dengan baik. Dalam hal demikian, pendidik harus memperbaiki rencana dan/atau pelaksanaan pem belajarannya.

5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriter ia penilaian, dan dasar pengam bilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, pendidik menginformasikan prosedur dan kriteria penilaian kepada peserta didik. Selain itu, pihak yang berkepen tingan dapat me ngakses prosedur dan kriteria penilaian serta dasar penilaian yang digunakan. 6. Menyeluruh dan berkesinambungan , berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi

dengan me nggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk me ma ntau perkembangan kemam puan pe serta didik. Oleh karena itu, penilaian bukan semata-mata untuk menilai prestasi peserta didik me lainkan harus mencakup semua aspek hasil belajar untuk tujuan pembimbingan dan pembinaan.

7. Sistematis, berarti penilaian dilakukan seca ra berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. Oleh karena itu, penilaian dirancang dan dilakukan dengan mengikuti prosedur dan prinsip-prinsip yang ditetapkan. Dalam penilaian kelas, misalnya, guru mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan menyiapkan rencana penilaian bersamaan dengan menyusun silabus dan RPP.

8. Beracuan kriteria , berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kom petensi yang ditetapkan. Oleh karena itu, instrume n penilaian disusun dengan merujuk pada kompetensi (SKL, SK, dan KD). Selain itu, pengambilan keputusan didasarkan pada kriteria pencapaian yang telah ditetapkan.

9. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur,

maupun hasilnya. Oleh karena itu, penilaian dilakukan dengan me ngikuti prinsip-prinsip

keilm uan dalam penilaian dan keputusan yang diambil memiliki dasar yang objektif.

Menyambut bergulirnya era demokratisasi banyak orang berharap pada dunia pendidikan yang semakin baik dan bermutu pada setiap negara. Karena demokrasi tidak dapat terlaksana secara alamiah tanpa ditunjang oleh proses pendidikan untuk menyiapkan anak didik menjadi warga negara yang demokratis, untuk menegakkan dan mengembangkan demokrasi.

(11)

memahami dan mempraktikkan prinsip-prinsip demokrasi. (Bahmuller dan John Patrick : 1988 dalam …) Untuk itu pendidikan yang mendukung proses demokratisasi mutlak diperlukan.

International commision of yurist dalam konferensi di Bangkok tahun 1965 (Budiardjo : 1988 dalam …) mengemukakan syarat dasar terlaksananya pemerintahan demokratis berdasarkan rule of law sebagai berikut :

1) Perlindungan konstitusional

2) Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak 3) Pemilihan umum yang bebas

4) Kebebasan menyatakan pendapat

5) Kebebasan berserikat, berorganisasi, dan beroposisi 6) Pendidikan kewarganegaraan

Bila diperhatikan, indikator yang dikemukakan terakhir menunjukkan bahwa pendidikan

kewarganegaraan merupakan salah satu syarat sistem pemerintahan demokrasi. Pendapat ini sangat beralasan karena sebagaimana dikemukakan oleh Thomas Jefferson, penulis Declaration of

Independence dan presiden Amerika Serikat ketiga, bahwa pengetahuan, keterampilan, dan perilaku warga negara yang demokratis tidak muncul secara alamiah, tetapi harus diajarkan secara sadar melalui sekolah kepada setiap generasi.

(Cogan : 1999)

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan kewarganegaraan (civic education) mempunyai peranan penting untuk mempersiapkan warga negara yang demokratis untuk mendukung dan mengembangkan sistem politik yang demokratis.

Munculnya gerakan reformasi yang bermuara pada proses demokratisasi di Indonesia memberi peluang untuk menyusun dan mengembangkan konsep dan kurikulum pendidikan kewarganegaraan yang berorientasi akademik ilmiah untuk mempersiapkan warganegara demokratis dalam

menghadapi era demokratisasi. Survey nasional yang diadakan Centre for Indonesian Civic

Education bekerjasama dengan USIS tahun 2000 merekomendasikan penyusunan dan pengembangan pendidikan kewarganegaraan sesuai dengan paradigma baru sebagai berikut:

1) Kurikulum pendidikan kewarganegaraan harus didasarkan pada pendekatan ilmiah.

2) Peranan pendidikan kewarganegaraan harus dapat memberdayakan rakyat dan membekali mereka dengan kemampuan dan karaktristik sebagai warganegara yang baik.

3) Metode pengajaran pendidikan kewarganegaraan harus mampu mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis, mengambil keputusan dan menciptakan suasana dialogis diantara siswa. 4) Kurikulum pendidikan kewarganegaraan harus mampu memperkuat nilai-nilai warganegara yang demokratis. Karena itu guru perlu diberikan training yang komplit dan komprehensif untuk mengatasi indoktrinasi.

5) Pendidikan kewarganegaraan harus memegang peranan penting dalam

mengembangkan Nation and Character Building dan mampu mewujudkan masyarakat yang demokratis (Civil Society).

Pusat kurikulum Balitbang Depdiknas dewasa ini telah menyusun dan mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan kewarganegaraan yang baru sebagai respon dalam menghadapi perubahan masyarakat Indonesia yang mengalami proses demokratisasi.

Adapun tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan itu antara lain :

1) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi isu kewarganegaraan.

2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggungjawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Menyimak tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di atas, maka Pendidikan

Kewarganegaraan memiliki dan sejalan dengan tiga fungsi pokok pendidikan kewarganegaraan

sebagai wahana pengembangan warganegara yang demokratis yakni 1. mengembangkan kecerdasan warganegara (civic intellegence), 2. membina tanggung jawab warganegara (civic responsibility) dan 3. mendorong partisipasi warganegara (civic participation).

Tiga kompetensi warganegara ini sejalan pula dengan tiga komponen pendidikan kewarganegaraan yang baik yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), ketrampilan kewarganegaraan (civic skills), dan karakter kewarganegaraan (civic dispositions) (Branson. 1998).

Untuk mengembangkan tiga komponen PKn diperlukan berbagai macam metode dan teknik pembelajaran dalam PKn. Kemampuan dalam menggunakan berbagai metode dan teknik

pembelajaran akan berpengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa, baik keberhasilan dalam ranah kognitif, psikomotor maupun afektif. Sehingga tujuan pembelajaran PKn juga dapat tercapai.

Komponen yang hendak dikembangkan dalam mata pelajaran PKn meliputi

pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill) dan

karakter kewarganegaraan (civic disposition) beserta metode pembelajaran Pkn inilah yang akan di makalah ini.

1. B. Rumusan Masalah

(12)

b. Apa saja metode yang digunakan dalam pembelajaran PKn?

1. C. Tujuan

a. Untuk menjelaskan kompetensi dalam PKn paradigma baru.

b. Untuk menjelaskan metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran PKn.

BAB II PEMBAHASAN 1. Kompetensi mata pelajaran PKn

a. Civic knowledge, civic skill dan civic disposition

1) Civic knowledge (Pengetahuan kewarganegaraan)

1. Pengertian civic knowledge

Civic knowledge adalah materi substansi atau pengetahuan yang berkaitan dengan kandungan atau nilai apa yang seharusnya diketahui oleh warga negara.

Komponen pengetahuan kewarganegaraan ini diwujudkan dalam bentuk lima pertanyaan penting yang secara terus menerus harus diajukan sebagai sumber belajar PKn (Branson, 1998:9).

Lima pertanyaan dimaksud adalah:

1) Apa kehidupan kewarganegaraan, politik, dan pemerintahan? 2) Apa dasar-dasar sistem politik?

3) Bagaimana pemerintahan yang dibentuk oleh konstitusi mengejawantahkan tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip demokrasi?

4) Bagaimana hubungan antara suatu negara dengan negara-negara lain dan posisinya dalam masalah-masalah internasional?

5) Apa peran warga negara dalam demokrasi? 1. Kompetensi civic knowledge

Kompetensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) mencakup bidang politik, hukum, dan moral.

Adapun unsur pengetahuan kewarganegaraan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.

Unsur pengetahuan warga negara UNSUR PENGETAHUAN WARGA NEGARA

1. Politik :

a. Manusia sebagai zoon politikon (makhluk sosial) b. Proses terbentuknya masyarakat politik

c. Proses terbentuknya bangsa d. Asal usul negara

e. Unsur-unsur negara, tujuan negara, dan bentuk-bentuk negara f. Kewarganegaraan

g. Lembaga politik

h. Model-model sistem politik i. Lembaga-lembaga Negara j. Demokrasi Pancasila k. Globalisasi

2. Hukum :

a. Rule of law (Negara Hukum) b. Konstitusi

c. Sistem hukum d. Sumber hukum

e. Subyek hukum, obyek hukum, peristiwa hukum, dan sanksi hukum f. Pembidangan hukum

g. Proses hukum h. Peradilan 3. Moral :

a. Pengertian nilai, norma, dan moral b. Hubungan antara nilai, norma dan moral c. Sumber-sumber ajaran moral

d. Norma-norma dalam masyarakat e. Implementasi nilai-nilai moral Pancasila

Dengan demikian, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian multidisipliner.

(13)

Pentingnya komponen pengetahuan kewarganegaraan yaitu untuk membekali peserta didik agar dapat menjadi warga negara yang demokratis dengan menguasai sejumlah

pengetahuan, antara lain :

a. Memahami tujuan pemerintahan dan prinsip-prinsip dasar konstitusi pemerintahan Republik Indonesia.

b. Mengetahui struktur, fungsi dan tugas pemerintahan daerah dan nasional serta bagaimana keterlibatan warganegara membentuk kebijakan publik.

c. Mengetahui hubungan negara dan bangsa Indonesia dengan negara-negara dan bangsa lain serta masalah-masalah dunia dan/atau internasional.

2) Civic skill (Keterampilan kewarganegaraan)

1. Pengertian civic skill

Civic skill merupakan keterampilan yang dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan agar pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2. Kompetensi civic skill

a. Keterampilan intelektual

Keterampilan intelektual penting bagi terbentuknya warga negara yang berwawasan luas, efektif, dan bertanggung jawab. Keterampilan itu antara lain mengidentifikasi dan mendeskripsikan, menjelaskan dan menganalis, mengevaluasi menentukan dan mempertahankan sikap atau pendapat berkenaan dengan persoalan-persoalan publik. Adapun unsur keterampilan intlektual kewarganegaraan dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2.

Unsur keterampilan intelektual warga negara UNSUR KETERAMPILAN INTELEKTUAL WARGA NEGARA

1. Mengidentifikasi (menandai/menunjukkan) dibedakan menjadi ketrampilan : a. Membedakan

b. Mengkelompokkan/mengklasifikasikan c. Menentukan bahwa sesuatu itu asli

2. Menggambarkan (memberikan uraian / ilustrasi), misalnya tentang : a. Proses

b. Lembaga c. Fungsi d. Alat e. Tujuan f. Kualitas

3. Menjelaskan (mengklarifikasi / menafsirkan), misalnya tentang: a. Sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa

b. Makna dan pentingnya peristiwa atau ide c. Alasan bertindak

4. Menganalisis, misalnya tentang kemampuan menguraikan:

a. Unsur – unsur atau komponen-komponen ide (gagasan), proses politik, institusi-institusi

b. Konsekuensi dari ide, proses politik, institusi – institusi

c. Memilah mana yang merupakan cara dengan tujuan, mana yang merupakan fakta dan pendapat; mana yang merupakan tanggungjawab pribadi dan mana yang merupakan tanggungjawab publik.

5. Menjelaskan (mengklarifikasi / menafsirkan), misalnya tentang: a. Sebab-sebab terjadinya suatu peristiwa

b. Makna dan pentingnya peristiwa atau ide c. Alasan bertindak

6. Menganalisis, misalnya tentang kemampuan menguraikan:

a. Unsur – unsur atau komponen-komponen ide (gagasan), proses politik, institusi-institusi

b. Konsekuensi dari ide, proses politik, institusi – institusi

c. Memilah mana yang merupakan cara dengan tujuan, mana yang merupakan fakta dan pendapat; mana yang merupakan tanggungjawab pribadi dan mana yang merupakan tanggungjawab publik

7. Mengevaluasi pendapat/posisi : menggunakan kriteria/standar untuk membuat keputusan tentang:

a. Kekuatan dan kelemahan isue / pendapat b. Menciptkan pendapat baru

8. Mengambil pendapat/posisi :

a. Dari hasil seleksi berbagai posisi b. Membuat pilihan baru

9. Mempertahankan pendapat/posisi:

a. Mengemukakan argumentasi berdasarkan asumsi atas posisi yang dipertahankan/diambil/dibela

(14)

b. Keterampilan partisipatif

Keterampilan partisipasif yaitu keterampilan-keterampilan yang diperlukan bagi partisipasi warganegara yang berwawasan luas, efektif dan bertanggungjawab dalam proses politik dan dalam masyarakat sipil seperti keterampilan berinteraksi, memantau, dan

mempengaruhi.

Adapun unsur pengetahuan kewarganegaraan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3.

Unsur keterampilan partisipasi warga negara UNSUR KETRAMPILAN PARTISIPASI WARGA NEGARA

1. Berinteraksi (termasuk berkomunikasi tentunya) terhadap obyek yang berkaitan dengan masalah-masalah publik, yang termasuk dalam ketrampilan ini, antara lain :

a. Bertanya, menjawab, berdiskusi dengan sopan santun b. Menjelaskan artikulasi kepentingan

c. Membangun koalisi, negoisasi, kompromi d. Mengelola konflik secara damai

e. Mencari konsensus

f. Memantau/memonitor masalah politik dan pemerintahan terutama dalam penanganan persoalan persoalan publik, yang termasuk ketrampilan ini, antara lain :

i. Menggunakan berbagai sumber informasi seperti perpustakaan, surat kabar, TV, dll untuk mengetahui persoalan-persoalan publik ii. Upaya mendapatkan informasi tentang persoalan publik dari

kelompok – kelompok kepentingan, pejabat pemerintah, lembaga-lembaga pemerintah. Misalnya dengan cara menghadiri berbagai pertemuan publik seperti : pertemuan organisasi siswa, komite sekolah, dewan sekolah, pertemuan desa/BPD, pertemuan wali kota, LSM, dan organisasi kemasyarakatan lainnya.

iii. Mempengaruhi proses politik, pemerintah baik secara formal maupun informal, yang termasuk ketrampilan ini antara lain:

i. Melakukan simulasi tentang kegiatan : kampanye, pemilu, dengar pendapat di DPR/DPRD, pertemuan wali kota, lobby, peradilan ii. Memberikan suara dalam suatu pemilihan

iii. Membuat petisi

iv. Melakukan pembicaraan/memberi kesaksian di hadapan lembaga publik

v. Bergabung atau bekerja dalam lembaga advokasi untuk memperjuangkan tujuan bersama atau pihak lain.

i. Pentingnya komponen civic skill

Pentingnya komponen keterampilan kewarganegaraan yaitu untuk membekali peserta didik agar dapat menjadi warga negara yang demokratis dengan menguasai sejumlah kemampuan, antara lain :

1. Mengambil atau menetapkan keputusan yang tepat melalui proses pemecahan masalah dan inkuiri.

2. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan suatu isu tertentu.

3. Menentukan atau mengambil sikap guna mencapai suatu posisi tertentu.

4. Membela atau mempertahankan posisi dengan mengemukakan argumen yang kritis, logis, dan rasional.

5. Memaparkan suatu informasi yang penting kepada khalayak umum. 6. Membangun koalisi, kompromi, negosiasi, dan konsensus.

3) Civic disposition (Karakter kewarganegaraan) 1. Pengertian civic disposition

Civic disposition merupakan karakter kewarganegaraan yang dikembangkan dari pengetahuan dan keterampilan kewarganegaraan. Karakter kewarganegaraan diperlukan untuk pemeliharaan dan perbaikan demokrasi konstitusional. menyangkut pada ciri-ciri watak pribadi dan watak kemasyarakatan yang diperlukan bagi pemeliharaan dan perbaikan demokrasi konstitusional.

1. Kompetensi civic disposition

Kompetensi ini meliputi ciri-ciri watak pribadi seperti tangggung jawab moral, disiplin diri, dan rasa hormat terhadap nilai dan martabat kemanusiaan dan ciri-ciri watak kemasyarakatan antara lain seperti semangat kemasyarakatan, sopan santun, rasa hormat terhadap peraturan hukum, berfikir kritis, hasrat untuk mendengarkan, bernegosiasi, dan berkompromi sangat diperlukan bagi

keberhasilan demokrasi.

Adapun unsur pengetahuan kewarganegaraan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4.

Unsur karakter warga negara UNSUR KARAKTER WARGA NEGARA

(15)

Karakter ini merupakan kepatuhan secara suka rela terhadap peraturan yang berlaku dan bertanggungjawab atas segala konsekuensi yang timbul dari perbuatannya serta

menerima kewajiban moral dan legal dalam masyarakat demokratis.

1. Memenuhi tanggungjawab personal kewarganegaraan di bidang ekonomi dan politik.

Yang termasuk karakter ini, antara lain. : 1. Mengurus diri sendiri

2. Memberi nafkah /menopang keluarga 3. Merawat, mengurus dan mendidik anak 4. Mengikuti informasi tentang isu-isu publik 5. Memberikan suara (voting)

6. Membayar pajak

7. Menjadi saksi di pengadilan

8. Memberikan pelayanan kepada masyarakat

9. Melakukan tugas kepemimpinan sesuai dengan bakat dan kemampuan sendiri/masing-masing.

10. Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu Yang termasuk karakter ini, antara lain :

1. Mendengarkan pendapat orang lain 2. Berperilaku santun (bersikap sopan)

3. Menghargai hak dan kepentingan sesama warganegara

4. Mematuhi prinsip aturan mayoritas, namun tetap menghargai hak minoritas untuk berbeda pendapat.

5. Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara bijaksana dan efektif. Karakter ini menghendaki pemilikan informasi yang luas sebelum memberikan suara (voting) atau berpartisipasi dalam debat publik, keterlibatan dalam diskusi yang santun dan serius, dan memegang kendali kepemimpinan yang sesuai. Juga menghendaki

kemampuan membuat evaluasi kapan saatnya kepentingan pribadi sebagai warga negara dikesampingkan demi kepentingan umum dan kapan seseorang karena kewajibannya atau prinsip-prinsip konstitusional untuk menolak tuntutan-tuntutan kewarganegaraan tertentu. Sifat – sifat warganegara yang dapat menunjang karakter berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan (publik) diantaranya:

1. Keberadaban : menghormati orang lain, menghormati pendapat orang lain meskipun tidak sepaham, mendengarkan pandangan orang lain, menghindari argumentasi yang emosional dan tidak masuk akal.

2. Menghormati hak – hak orang lain : menghormati hak orang lain bahwa mereka memiliki suara yang sama dalam pemerintahan dan sama di mata hukum, menghormati hak orang lain untuk memegang dan menganjurkan gagasan yang bermacam dan bekerjasama dalam suatu asosiasi untuk memajukan pandangan-pandangan mereka.

3. Menghormati hukum : berkemauan mematuhi hukum, bahkan ketika ia tidak menyepakatinya, berkemauan melakukan tindakan dengan cara-cara damai dan legal untuk mengubah hukum yang tidak arif dan adil.

4. Jujur : berkemauan untuk memelihara dan mengekspresikan kebenaran. 5. Berpikiran terbuka : yaitu mempertimbangkan pandangan orang lain.

6. Berpikir kritis : yaitu kehendak hati untuk mempertanyakan keabsahan/kebenaran berbagai macam posisi termasuk posisi dirinya.

7. Mengembangkan fungsi demokrasi konstitusional yang sehat.

Karakter ini mengarahkan warganegara agar bekerja dengan cara-cara damai dan legal dalam rangka mengubah undang-undang yang dianggap tidak adil dan bijaksana. Yang termasuk dalam karakter ini, antara lain :

1. Sadar informasi dan kepekaan terhadap urusan-urusan publik

2. Melakukan penelaahan terhadap nilai-nilai dan prinsip – prinsip konstitusional 3. Memonitor keputusan para pemimpin politik dan lembaga-lembaga publik dalam

penerapan nilai-nilai dan prinsip-prinsip konstitusional dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan apabila terdapat kekurangannya.

1. Pentingnya komponen civic disposition

Pentingnya komponen karakter kewarganegaraan yaitu untuk membekali peserta didik agar dapat menjadi warga negara yang demokratis dengan menguasai sejumlah karakter, antara lain:

1. Memberdayakan dirinya sebagai warganegara yang independen, aktif, kritis, dan

bertanggungjawab untuk berpartisipasi secara efektif dan efisien dalam berbagai aktifitas masyarakat, politik dan pemerintahan pada semua tingkatan (daerah dan nasional). 2. Memahami bagaimana warganegara melaksanakan peranan, hak, dan tanggung jawab

personal untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat pada semua tingkatan (daerah dan nasional).

(16)

1. Hubungan antara civic knowledge, civic skills dan civic disposition

1. Hubungan antara civic knowledge dan civic skills

Warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) dan keterampilan kewarganegaraan (civic skills) akan menjadi yang memiliki kemampuan (competent).

2. Hubungan antara civic knowledge dan civic disposition

Warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) dan watak (civic disposition) akan menjadi warga negara yang memiliki rasa percaya diri (confident).

3. Hubungan antara civic skills dan civic disposition

Warga negara yang memiliki ketrampilan (civic skills) dan watak kewarganegaraan (civic disposition) akan menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat. (comitmen)

Sedangkan warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), memiliki keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan memiliki watak

kewarganegaraan (civic disposition) akan melahirkan warga negara yang cerdas (intelligence) yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan memiliki watak atau kepribadian.

Dengan demikian seorang warga negara pertama-tama perlu memiliki pengetahuan

kewarganegaraan yang baik, terutama pengetahuan di bidang politik, hukum, dan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selanjutnya seorang warga negara diharapkan memiliki keterampilan secara intelektual maupun secara partisipatif dalam kehidupan berbangsa dan negara. Pada akhirnya, pengetahuan dan keterampilannya itu akan membentuk suatu watak atau karakter yang mapan, sehingga menjadi sikap dan kebiasaan hidup sehari-hari. Watak, karakter, sikap atau kebiasaan hidup sehari-hari yang mencerminkan warga negara yang baik itu misalnya sikap religius, toleran, jujur, adil, demokratis, menghargai perbedaan, menghormati hukum, menghormati hak orang lain, memiliki semangat kebangsaan yang kuat, memiliki rasa kesetiakawanan sosial, dan lain-lain.

1. 2. Metode Pembelajaran PKn

2. Pengertian metode pembelajaran

Menurut Wiradi, Metode adalah seperangkat langkah (apa yang harus dikerjakan) yang tersusun secara sistematis (urutannya logis). “Pembelajaran merupakan proses interaksi yang dilakukan oleh guru dan siswa, baik di dalam maupun di luar kelas dengan menggunakan berbagai sumber belajar sebagai bahan kajian” (Anna Poedjiadi, 2005:75).

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (M Saikhul Arif, 2011). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan.

Macam-macam metode pembelajaran PKn

Berdasar Kurikulum 2004 pembelajaran dalam mata pelajaran Kewarganegaraan merupakan proses dan upaya dengan menggunakan pendekatan belajar kontekstual untuk

mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter warga negara Indonesia.

Pendekatan belajar kontekstual dapat diwujudkan antara lain dengan metode-metode: 1. Metode kooperatif dan interaktif: Metode kooperatif dan interaktif adalah pembelajaran

yang menerapkan prinsip bekerjasama. Bekerjasama antar siswa, kerjasama siswa dengan guru, siswa dengan tokoh masyarakat, dan siswa dengan lingkungan belajar lain. Dengan bekerjasama maka akan terjadi interaksi yang intens sekaligus menumbuhkan

pembelajaran yang partisipatorik.

2. Metode eksplorasi, penemuan, pemecahan masalah dan inkuiri: Metode ekplorasi, penemuan, pemecahan masalah dan inkuri pada hakeketnya merupakan metode belajar yang menerapkan pendekatan ilmiah (the application of the scientific methods ) dalam rangka mencari, menemukan dan mengatasi masalah. Metode mi sangat menunjang pembentukan sikap siswa untuk peka terhadap permasalahan di masyarakat.

Model pembelajaran PKn

Model pembelajaran lain yang sekarang dikembangkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan adalah Praktik Belajar Kewarganegaraan (PBK). Praktik Belajar Kewarganegaraan (PBK) adalah suatu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu peserta didik memahami teori kewarganegaraan melalui pengalaman belajar praktik-empirik. Dengan adanya praktik, siswa diberikan latihan untuk belajar secara kontekstual.

1. PBK untuk Kelas I, II, dan III dilakukan dengan penyelenggaraan permainan dan

simulasi yang menarik, merangsang proses berpikir, membiasakan untuk bersikap dan berbuat sesuatu yang baik, dan mengembangkan sikap positif terhadap

(17)

2. PBK untuk Kelas IV, V, dan VI dilakukan dengan membuat karangan, menganalisis suatu isu atau kasus yang dikutip oleh guru dari koran dan majalah, dan membuat laporan tertulis tentang suatu kegiatan atau peristiwa.

3. PBK unmk Kelas VII, VIII, dan IX dilakukan dengan: (1) mengidentifikasi masalah,

(2) mengumpulkan dan mengevaluasi informasi berkaitan dengan masalah, (3) menguji dan mengevaluasi pemecahan masalah,

(4) memllih atau mengembangkan alternatif pemecahan masalah yang direkomendasikan,

(5) mengembangkan rencana tindakan, dan (6) mengevaluasi pelaksanaan tmdakan.

4. PBK untuk Kelas X, XI, XII SMA dan MA dilakukan dengan mengaplikasikan metode-metode ilmiah (the application of the scientific methods) seperti metode pemecahan masalah (problem solving method) dan metode inkuiri (inquiry method).

Hasil akhir dari Praktik Belajar Kewarganegaraan adalah portofolio (portfolio) hasil belajar yang berupa rencana dan tindakan nyata yang ditayangkan oleh setiap individu atau kelompok dan dinilai secara periodik melalui suatu kompetisi interaktif-argumentarif pada tingkat kelas, sekolah, daerah setempat, dan nasional. Peserta didik kemudian diberikan sertifikat keberhasilan dalam mengikuti, kegiatan praktik tersebut. Dalam pelaksanaan

pembelajarannya, Praktik Belajar Kewarganegaraan ini secara komprehensif diwujudkan dalam Model Pembelajaran Berbasis Portofolio (MPB

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Pendidikan Kewarganegaraan memiliki dan sejalan dengan tiga fungsi pokok pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pengembangan warganegara yang demokratis yakni mengembangkan kecerdasan warganegara (civic intellegence), membina tanggung jawab warganegara (civic responsibility) dan mendorong partisipasi warganegara (civic participation). Tiga kompetensi warganegara ini sejalan pula dengan tiga komponen pendidikan kewarganegaraan yang baik yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), ketrampilan kewarganegaraan (civic skills), dan karakter kewarganegaraan (civic dispositions) (Branson. 1998).

Dengan demikian seorang warga negara pertama-tama perlu memiliki pengetahuan

kewarganegaraan yang baik, terutama pengetahuan di bidang politik, hukum, dan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selanjutnya seorang warga negara diharapkan memiliki keterampilan secara intelektual maupun secara partisipatif dalam kehidupan berbangsa dan negara. Pada akhirnya, pengetahuan dan keterampilannya itu akan membentuk suatu watak atau karakter yang mapan, sehingga menjadi sikap dan kebiasaan hidup sehari-hari. Watak, karakter, sikap atau kebiasaan hidup sehari-hari yang mencerminkan warga negara yang baik itu misalnya sikap religius, toleran, jujur, adil, demokratis, menghargai perbedaan, menghormati hukum, menghormati hak orang lain, memiliki semangat kebangsaan yang kuat, memiliki rasa kesetiakawanan sosial, dan lain-lain.

Saran

Sebagai bagian dari negara demokrasi kita harus menjadi warga negara yang demokratis. Untuk menjadi warga negara yang demokratis kita memerlukan sejumlah kompetensi. Kompetensi yang perlu kita kembangkan yaitu pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan kewarganegaraan, dan karakter kewarganegaraan.

Untuk itu kita harus sungguh-sungguh dalam belajar terutama materi Pendidikan Kewarganegaraan. Karena PKn sesungguhnya mengandung kompetesi yang kita perlukan untuk menjadi warga negara demokratis.

DAFTAR PUSTAKA http://andhikafrancisco.blogspot.com/2011/10/pkn.html

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/CIVIC%20SKILLS%20%20DAN%20CIVIC%20DISPOSITION %20PENERAPANNYA%20DALAM%20MATA%20KULIAH%20PRODI%20PKn.pdf

http://www.lpmpsulsel.net/v2/attachments/195_PARADIGMA%20MATERI%20PENDIDIKAN %20PANCASILA%20DAN%20KEWARGANEGARAAN.pdf

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PARADIGMA%20BARU%20PKN_0.pdf http://rufiismada.files.wordpress.com/2012/05/materi-pkn-sd.pdf

Gambar

Tabel 2. Ketrampilan Kewarganegaraan : Komponen Ketrampilan Partisipasi
tabel 1.
Tabel 2.Unsur keterampilan intelektual warga negara
Tabel 3.Unsur keterampilan partisipasi warga negara

Referensi

Dokumen terkait

(2012) raportoivat, että kun maidontuotannon elinkaariarvioinnissa (LCA, Life Cycle Assessment) huomioidaan sivutuotteena syntyvän naudanlihan

Sehubungan dengan rencana penyelesaian skripsi/ penelitian saya mengenai " Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Personal Computer dalam Menghasilkan Sistem

Sedangkan Payamta & Sholikah (2001) yang menganalisis pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perbankan di Indonesia menggunakan CAMEL dengan hasil penelitian tidak

[r]

Standardized mortality ratio (SMR) merupakan penduga sederhana resiko relatif pada pemetaan penyakit (Wakefield & Elliott 1999), yang selanjutnya disebut sebagai

Pada penelitian ini didapatkan hasil terdapat perbedaan yang bermakna pada jumlah tubulus yang rusak antara masing–masing kelompok perlakuan

 Asesmen awal medis dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat inap atau lebih dini/cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit..

Tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan atau daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang ingin disajikan dalam proses pembelajaran, dan tingkat pemahaman tentang