• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai Penting Kawasan Hutan Tinjomoyo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Nilai Penting Kawasan Hutan Tinjomoyo"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

NILAI PENTING HERBA DI HUTAN WISATA TINJOMOYO

Disusun Oleh :

Gandhung Herda L 4411411041

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2015

A. Judul Praktikum

Indeks Nilai Penting Herba di Hutan Wisata Tinjomoyo B. Tujuan Praktikum

(2)

2. Menentukan nilai penting spesies penyusun komunitas tumbuhan herba di Hutan Wisata Tinjomoyo

3. Mengetahui fungsi penghitungan indeks nilai penting spesies penyusun komunitas tumbuhan herba di Hutan Wisata Tinjomoyo

C. Dasar Teori

Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman, terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup luas. P

o h on sendiri adalah tumbuhan cukup tinggi dengan masa hidup bertahun-tahun. Jadi, tentu berbeda dengan sayur-sayuran atau padi-padian yang hidup sem u s i m saja. Pohon juga berbeda karena secara mencolok memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan bentuk tajuk (mahkota daun) yang jelas. ( Ariyanto, tanpa tahun)

Hutan sebagai suatu ekosistem tidak hanya menyimpan sumberdaya alam berupa kayu, tetapi masih banyak potensi non kayu yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat melalui budidaya tanaman pertanian pada lahan hutan. Sebagai fungsi ekosistem hutan sangat berperan dalam berbagai hal seperti penyedia sumber air, penghasil oksigen, tempat hidup berjuta flora dan fauna, dan peran penyeimbang lingkungan, serta mencegah timbulnya pemanasan global. Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya berjuta tanaman. ( Ariyanto )

Tinjomoyo merupakan Hutan Wisata di Kota Semarang, yang berada didalam kota dan masih alami, bertopografi unik, serta sejuk dan rindang. ( Nugroho, 2005 ).

Keanekaragaman makhluk hidup merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam keragaman bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan makhluk hidup yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis, dan tingkatan genetik. Beberapa manfaat keanekaragaman hayati bagi kehidupan menurut Hariri (2010) antara lain:

1. Sebagai sumber pangan, perumahan, dan kesehatan. Makanan, tempat tinggal, dan

obat-obatan sangat tergantung pada ketersediaan tanaman danhewan.

(3)

plasma nutfah tersebut terdapat di dalam sel makhluk hidup. Manusia memanfaatkan plasma nutfah sebagai bahan baku untuk pemuliaan tanaman dan hewan.

3. Manfaat ekologik :Masing-masing jenis organisme memiliki peranan di dalam ekosistemnya. Kestabilan tatanan kehidupan di suatu daerah ditentukan oleh makin beranekaragamnya jenis makhluk hidup.

Dalam melakukan analisis terhadap sebuah vegetasi, ada tiga macam parameter kuantitatif vegetasi yang sangat penting. Parameter tersebut umumnya diukur dari suatu tipe komunitas tumbuhan, tiga macam parameter tersebut adalah:

1. Kerapatan (density)

Kerapatan adalah jumlah individu atau jenis dalam satu species didalam suatu unit area atau lokal. Tingkat kerapatan suatu jenis dalam komunitas menentukan struktur komunitas yang bersangkutan. Untuk menghitung indeks nilai penting (Important value) kerapatan ditentukan sebagai kerapatan nisbi, yaitu persentase jumlah individu dalam satu jenis dari seluruh individu satu jenis dalam suatu komunitas. Kerapatan (density) dapat dirumuskan yaitu sebagai berikut:

Kerapatan (Individu/ha) = jumlah individu/luas seluruh petak.

Kerapatan Relatif (KR) = kerapatan suatu jenis/kerapatan total x 100%

Kerapatan dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan jumlah atau banyaknya suatu jenis per satuan luas.

2. Frekuensi

Frekuensi menyatakan perbandingan jumlah titik yang diduga suatu jenis terhadap seluruh titik yang ditentukan sebagai contoh, biasanya dinyatakan dalam persen (%). Untuk menghitung nilai penting, frekuensi dinyatakan dalam frekuensi relatif (Fer), yaitu persentase suatu frekuensi satu jenis terhadap jumlah frekuensi seluruh jenis. Dalam menghitung suatu frekuensi vegetasi maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

Frekuensi = jumlah petak ditemukannya suatu jenis/ jumlah seluruh jenis. Sedangkan frekuensi relative dinyatakan dengan

F r= F spesies

∑ F seluruh spesies x100

(4)

3. Dominansi (Dominance)

Dominansi merupakan spesies di dalam suatu komunitas yang berpengaruh mengendalikan komunitas baik dari ukuran, jumlah dan aktivitasnya. Spesies dominan adalah spesies yang secara ekologik sangat berhasil dan mampu menentukan kondisi yang diperlukan untuk pertumbuhan. (Ngabeksti, 2006). Untuk menghitung indeks nilai penting, dominansi yang diukur adalah dominasni relatif, yang sebenarnya adalah luas bidang relative, yaitu persentase bidang dasar suatu jenis terhadapa jumlah bidang dasar seluruh jenis.

Dalam menghitung dominansi, dapat dirumuskan sebagai berikut: Dominansi (D) = jumlah bidang dasar/jumlah seluruh plot

Dor= Do spesies

∑ Do seluruh spesiesx100

Dominansi suatu jennis menunjukkan penguasaan suatu jenis terhadap jenis lain pada suatu komunitas. Makin besar nilai dominansi suatu jenis, semakin besar pngaruh penguasaan jenis tersebut terhadap jenis lain. (Kainde, 2011)

Nilai penting menggambarkan karakter fitososiologi dalam komunitas. Nilai penting menunjukkan seberapa kontribusi dari individu untuk komunitasnya. Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Densitas Relatif (Der), Frekuensi Relatif (Fer) dan Dominansi Relatif (Dor) atau dapat ditulis dengan rumus:

NP = Dor + Der + Fer

Keterangan :

NP : Nilai Penting Der : Densitas Relatif

Dor : Dominansi Relatif Fer : Frekuensi Relatif

(5)

tingginya keanekaragaman hayati pada suatu ekosistem dan perkembangan ekosistem yang baik untuk mencapai kestabilan pada tahap klimaks. (Kainde, 2011)

D. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum Indeks Nilai Penting, yaitu: - Tali raffia (1x1m2)

- Alat tulis - Label - Plastic - Worksheet

Bahan yang digunakan dalam praktikum Indeks Nilai Penting adalah - Tanaman herbayang ada di Hutan Wisata Tinjomoyo

E. Cara Kerja

Praktikum di lakukan di wilayah Hutan Wisata Tinjomoyo Zona C pada tanggal 11 April 2015 mulai pukul 06.30-15.00

Menyiapkan tali raffia berbentuk segi empat (persegi) dengan ukuran luas

1x1m2 yang digunakan untuk membuat plot

Menentukan area yang akan di plot untuk penghitungan nilai penting

Memilih pusat distribusi yang mewakili seluruh area Zona C Hutan Wisata Tinjomoyo

Mencatat seluruh spesies yang ada dan menentukan prosentase penutupan/dominansi tanaman herba

Menghitung jumlah spesies pada setiap plot

(6)

F. Hasil dan Analisis Hasil pengamatan

Nilai penting dari setiap spesies adalah sebagai berikut:

No

(7)

37 Elephantopus scaber 0,98 Jumlah Total Nilai Penting 300

*Tabel lengkap dan analisis data terlampir

G. PEMBAHASAN

Nilai penting dalam ilmu ekologi adalah angka yang menggambarkan posisi suatu jenis tumbuhan, dalam suatu komunitas (dalam kasus ini yang di hitung tumbuhan herba). Nilai penting diperoleh berdasarkan 3 parameter vegetasi yaitu Dominansi, Densitas, dan Frekuensi. Dominansi merupakan area penguasaan individu suatu tumbuhan yang menutupi suatu wilayah/area. Dominansi dihitung berdasarkan prosentase penutupan pada suatu plot yang nantinya di transfer pada skala Braun Branquet. Densitas merupakan cacah individu persatuan luas, sedangkan Frekuensi merupakan cacah ditemuinya spesies pada contoh yang diambil dibandingkan dengan seluruh contoh yang ada.

Pada praktikum ini menggunakan metode sampling menggunakan teknik plot. Plot yang digunakan dibuat dari tali raffia yang berbentuk persegi dengan ukuran luas 1x1m2 .

Pada kuliah lapangan ini dilakukan untuk mengetahui nilai penting spesies – spesies yang ditemukan di kawasan Hutan Wisata Tinjomoyo utamanya zona C. kegiatan kuliah lapangan ini dilakukan karena vegetasi di area Tinjomoyo ini yang beranekaragam dan banyak.

(8)

Luas zona C hutan wisata tinjomoyo ini kurang lebih sekitar 1 hektar. Yang meliputi wilayah jurang dan tanah – tanah yang terjal serta banyak yang berupa bukit dan ditengah – tengah ada bekas kandang buaya. Zona C ini berada di ujung wilayah yang diamati pada praktikum lapangan ini.

Berikut data tambahan yang diambil di zona C wilayah yang digunakan pada praktikum lapangandi hutan wisata tinjomoyo: suhunya terukur 33,5’C. kemudian kelembabannya 63 %. Lalu pH tanahnya terukur 6,5. Moisture nya terukur 3,5 lalu intensitas cahayanya 464x10 (skala 20000 lux).

KESIMPULAN

1. Setiap spesies penyusun komunitas tumbuhan herba pada Hutan Wisata Tinjomoyo memiliki dominansi yang berbada-bada. Tanaman yang paling mendominasi adalah tanaman paitan.

2. Nilai penting spesies yang paling dominan di Hutan Wisata Tinjomoyo adalah 82,05 % yaitu paitan.

3. Penghitungan indeks nilai penting spesies berfungsi untuk mengetahui penyusun

komunitas tumbuhan herba yang paling dominan di Hutan Wisata Tinjomoyo khususnya di zona C.

DAFTAR PUSTAKA

(9)

Bawah Kesatuan Pemangku Hutan (Kph) Telawa menggunakan Metode Point Center Quarter (PCQ). Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi. Surakarta: UNS.

Hariri.2010.Ecology.Mc.Graw.Hill International.

Hasanudin , Gina Arida, & Safmanelli. 2012 . Pengaruh Persaingan Gulma Synedrella

nodiflora L pada berbagai Densitas Pertumbuhan Hasil Kedelai. Jurnal Agrista.

(16)3: 146-152.

Kainde, R.P,dkk. 2011. Analisis Vegetasi Gunung Tumpa. Jurnal Ilmiah, Volume 17 Nomor 3, Fakultas Pertanian, UNSRAT, Manado.

Ngabekti, Sri. 2006. Buku Ajar Ekologi dengan Pendekatan Jelajah Alam Sekitar. Semarang: Laboratorium Ekologi, UNNES

Nugroho, TPA. 2005 . Pengembangan Hutan Wisata Tinjomoyo. Semarang : Undip

Lampiran

Analisis Data

Dominansi Relatif Spesies

Dor sp = Do seluruh spesiesDo spesies x 100%

1) Dor Euphathorium odoratum = 75

618 x 100%

= 12,14

2) Dor Tridax sp. = 4

618 x 100%

= 0,65

3) Dor sampar kijang = 61845 x 100%

= 7,28

4) Dor Vitis trifolia = 6189 x 100% = 1,46

5) Dor Desmodium pulchellum = 29

(10)

= 4,69

6) Dor Solanum nudum = 16

618 x 100% = 2,59

7) Dor Amorphophalus campanulatus = 61819 x 100%

=3,07

8) Dor Oxalis barrelieri = 15

618 x 100%

= 2,43

9) Dor spesies S = 1

618 x 100%

= 0,16

10) Dor spesies O = 2

618 x 100%

= 0,32

11) Dor spesies R = 6183 x 100%

= 0,49

12) Dor Stachytarpheta jamaicensis = 13

618 x 100%

= 2,10

13) Dor Ipomoea triloba = 19

618 x 100%

= 3,07

14) Dor Aesenomere indica = 6182 x 100%

= 0,32

15) Dor spesies A17 = 2

(11)

16) Dor Parea sp. = 6182 x 100% = 0,32

17) Dor Bombax ceiba = 6182 x 100%

= 0,32

18) Dor Leea rubra = 4

618 x 100%

= 0,65

19) Dor Lophatherum gracile = 6188 x 100%

= 1,29

20) Dor spesies A11 = 3

618 x 100%

= 0,49

21) Dor spesies X = 2

618 x 100%

= 0,32

22) Dor Phyllanthus niruri = 6183 x 100%

= 0,49

23) Dor Adiantum sp. = 3

618 x 100%

= 0,49

24) Dor Davalia sp. = 3

618 x 100%

= 0,49

25) Dor Panisetum purpureum = 9

618 x 100%

(12)

26) Dor Urtica grandidentata = 6185 x 100%

= 0,81

27) Dor Mimosa pudica = 8

618 x 100%

= 1,29

28) Dor Costus sp. = 11

618 x 100%

= 1,78

29) Dor Pachityzus sp. = 6184 x 100%

= 0,65

30) Dor Momordica balsamina = 61848 x 100%

= 7,77

31) Dor Sweitenia mahagoni = 9

618 x 100%

= 1,46

32) Dor Tithonia diversifolia = 130618 x 100%

= 21,04

33) Dor Glycin soja = 61834 x 100%

= 5,50

34) Dor Euphorbia prostate = 8

618 x 100%

= 1,29

35) Dor Alpinia galangal = 4

(13)

= 0,65

36) Dor Leucaena leucocephala = 2

618 x 100%

= 0,32

37) Dor Elephantopus scaber = 6183 x 100%

= 0,49

38) Dor Axonopus conference = 26

618 x 100%

= 4,21

39) Dor Spesies A14 = 2

618 x 100%

= 0,32

40) Dor Peperomea pilusifa = 6187 x 100%

= 1,13

41) Dor Solanum sp. = 5

618 x 100%

= 0,81

42) Dor Paederia foetida = 11

618 x 100%

= 1,78

43) Dor spesies C = 6183 x 100%

= 0,49

44) Dor Spesies D = 6182 x 100%

(14)

45) Dor Lantana camara = 6183 x 100%

= 0,49

Jumlah total Dominansi Relatif = 100

Densitas Relatif Spesies Der sp =

Der spesies

Der seluruh spesies x 100%

1) Der Euphathorium odoratum = 1746200 x 100%

= 11,45

2) Der Tridax sp = 17467 x 100%

= 0,40

3) Der sampar kijang = 47

1746 x 100%

= 2,69

4) Der Vitis trifolia = 11

1746 x 100%

= 0,63

5) Der Desmodium pulchellum = 174681 x 100%

= 4,64

6) Der Solanum nudum = 56

1746 x 100%

= 3,21

7) Der Amorphophalus campanulatus = 10

1746 x 100%

(15)

8) Der Oxalis barrelieri = 174612 x 100%

= 0,69

9) Der spesies S = 1

1746 x 100%

= 0,06

10) Der spesies O = 1

1746 x 100%

= 0,06

11) Der spesies R = 17463 x 100%

= 0,17

12) Der Stachytarpheta jamaicensis = 174636 x 100%

= 2,06

13) Der Ipomoea triloba = 15

1746 x 100%

= 0,86

14) Der Aesenomere indica = 17462 x 100%

= 0,11

15) Der spesies A17 = 17461 x 100%

= 0,06

16) Der Parea sp. = 1

1746 x 100%

= 0,06

17) Der Bombax ceiba = 1

(16)

= 0,06

18) Der Leea rubra = 3

1746 x 100%

= 0,17

19) Der Lophatherum gracile = 174623 x 100%

= 1,32

20) Der spesies A11 = 4

1746 x 100%

= 0,23

21) Der spesies X = 1

1746 x 100%

= 0,06

22) Der Phyllanthus niruri = 17464 x 100%

= 0,23

23) Der Adiantum sp. = 20

1746 x 100%

= 1,15

24) Der Davalia sp. = 13

1746 x 100%

= 0,74

25) Der Panisetum purpureum = 174627 x 100%

= 1,55

26) Der Urtica grandidentata = 17464 x 100%

(17)

27) Der Mimosa pudica = 174635 x 100%

= 2,00

28) Der Costus sp. = 27

1746 x 100%

= 1,55

29) Der Pachityzus sp. = 8

1746 x 100%

= 0,46

30) Der Momordica balsamina = 174678 x 100%

= 4,47

31) Der Sweitenia mahagoni = 17464 x 100%

= 0,23

32) Der Tithonia diversifolia = 771

1746 x 100%

= 44,16

33) Der Glycin soja = 174629 x 100%

= 1,66

34) Der Euphorbia prostata = 174636 x 100%

= 2,06

35) Der Alpinia galanga = 2

1746 x 100%

= 0,11

36) Der Leucaena leucocephala = 1

(18)

= 0,06

37) Der Elephantopus scaber = 2

1746 x 100%

= 0,11

38) Der Axonopus conferense = 1746141 x 100%

= 8,08

39) Der Spesies A14 = 1

1746 x 100%

= 0,06

40) Der Peperomea pilusifa = 3

1746 x 100%

= 0,17

41) Der Solanum sp. = 17462 x 100%

= 0,11

42) Der Paederia foetida = 15

1746 x 100%

= 0,86

43) Der spesies C = 1

1746 x 100%

= 0,06

44) Der Spesies D = 17463 x 100%

= 0,17

45) Der Lantana camara = 17463 x 100%

= 0,17

(19)

Frekuensi Relatif Spesies Fer sp =

Fer spesies

Fer seluruh spesies x 100%

1) Fer Euphathorium odoratum = 0,4857143,728571 x 100%

= 13,03

2) Fer Tridax sp = 0,028571

3,728571 x 100%

= 0,77

3) Fer sampar kijang = 0,3

3,728571 x 100%

= 8,05

4) Fer Vitis trifolia = 0,0714293,728571 x 100%

= 1,92

5) Fer Desmodium pulchellum = 0,1714293,728571 x 100%

= 4,60

6) Fer Solanum nudum = 0,085714

3,728571 x 100%

= 2,30

7) Fer Amorphophalus campanulatus = 3,7285710,114286 x 100%

= 3,07

8) Fer Oxalis barrelieri = 0,0428573,728571 x 100%

= 1,15

9) Fer spesies S = 0,014286

(20)

= 0,38

10) Fer spesies O = 0,014286

3,728571 x 100%

= 0,38

11) Fer spesies R = 3,7285710,028571 x 100%

= 0,77

12) Fer Stachytarpheta jamaicensis = 0,071429

3,728571 x 100%

= 1,92

13) Fer Ipomoea triloba = 0,128571

3,728571 x 100%

= 3,45

14) Fer Aesenomere indica = 0,0142863,728571 x 100%

= 0,38

15) Fer spesies A17 = 0,014286

3,728571 x 100%

= 0,38

16) Fer Parea sp. = 0,014286

3,728571 x 100%

= 0,38

17) Fer Bombax ceiba = 0,0142863,728571 x 100%

= 0,38

18) Fer Leea rubra = 3,7285710,028571 x 100%

(21)

19) Fer Lophatherum gracile = 0,0571433,728571 x 100%

= 1,53

20) Fer spesies A11 = 0,028571

3,728571 x 100%

= 0,77

21) Fer spesies X = 0,014286

3,728571 x 100%

= 0,38

22) Fer Phyllanthus niruri = 3,7285710,028571 x 100%

= 0,77

23) Fer Adiantum sp. = 3,7285710,028571 x 100%

= 0,77

24) Fer Davalia sp. = 0,014286

3,728571 x 100%

= 0,38

25) Fer Panisetum purpureum = 0,0571433,728571 x 100%

= 1,53

26) Fer Urtica grandidentata = 0,0428573,728571 x 100%

= 1,15

27) Fer Mimosa pudica = 0,042857

3,728571 x 100%

= 1,15

28) Fer Costus sp. = 0,071429

(22)

= 1,92

29) Fer Pachityzus sp. = 0,028571

3,728571 x 100%

= 0,77

30) Fer Momordica balsamina = 0,2714293,728571 x 100%

= 7,28

31) Fer Sweitenia mahagoni = 0,057143

3,728571 x 100%

= 1,53

32) Fer Tithonia diversifolia = 0,628571

3,728571 x 100%

= 16,86

33) Fer Glycin soja = 0,2571433,728571 x 100%

= 6,90

34) Fer Euphorbia prostata = 0,057143

3,728571 x 100%

= 1,53

35) Fer Alpinia galanga = 0,028571

3,728571 x 100%

= 0,77

36) Fer Leucaena leucocephala = 0,0142863,728571 x 100%

= 0,38

37) Fer Elephantopus scaber = 0,0142863,728571 x 100%

(23)

38) Fer Axonopus conferense = 0,1428573,728571 x 100%

= 3,83

39) Fer Spesies A14 = 0,014286

3,728571 x 100%

= 0,38

40) Fer Peperomea pilusifa = 0,042857

3,728571 x 100%

= 1,15

41) Fer Solanum sp. = 3,7285710,028571 x 100%

= 0,77

42) Fer Paederia foetida = 0,0714293,728571 x 100%

= 1,92

43) Fer spesies C = 0,014286

3,728571 x 100%

= 0,38

44) Fer Spesies D = 0,0142863,728571 x 100%

= 0,38

45) Fer Lantana camara = 0,0142863,728571 x 100%

= 0,38

Jumlah total Frekuensi Relatif = 100 %

Nilai Penting Spesies

NPspesies = Dorspesies + Derspesies + Ferspesies

1) NP Euphathorium odoratum = 12,14 + 11,45 + 13,03

(24)

2) NP Tridax sp = 0,65 + 0,40 + 0,77

(25)

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan beratnya gejala dismenore adalah usia yang lebih muda saat terjadinya menarche, periode menstruasi yang lebih lama,

Google Sketch Up merupakan aplikasi berbasis desain gambar yang mudah dan cukup powerfull, dibalik tool yang sederhana ternyata software ini bisa dibandingkan dengan software

1 Pada anak yang menderita demam ≥6 hari dengan gejala ke arah demam tifoid, untuk pengobatan pasien segera dapat digunakan pemeriksaan serologis antibodi terhadap antibody

A KRAS mutáció prognosztikai és prediktív értékének, továbbá a távoli áttét helyével való kapcsolatának vizsgálata tüdő adenocarcinomában.. Az

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Wungu (Graptophyllum Pictum (L) Griff ) terhadap

Dalam hal ini, penulis menggunakan teori pendekatan semotika, konsep simbol dan konsep Religi untuk meneliti perayaan hari anak laki-laki (koinobori) yang

Proses transform pengetahuan dari ahli pakar/dokter pada penelitian ini dengan mengubah data rekam medis asli ke dalam data kasus setiap pasien dengan gejala yang dirasakan

Pencatatan aset barang menggunakan Excel memiliki keterbatasan-keterbatasan antara lain: (1) tiadanya record menyangkut detil aset seperti spesifikasi, tanggal pengadaan,