EJAAN DAN TANDA BACA
BAHASA INDONESIA
Disusun Oleh:
DESI ZULVINA
(1302121519)
UNIVERSITAS RIAU
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
▸ Baca selengkapnya: tanda-tanda mengenai dampak dari hidup beriman dan berpengharapan adalah
(2)KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang “Ejaan dan Tanda Baca”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami dalam rangka pengembangan dasar ilmu bahasa indonesia yang berkaitan dengan kalimat efektif. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan Bahasa secara meluas. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
Akhirnya kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih. Semoga laporan ini memberi manfaat bagi banyak pihak. Amiin.
Wassalamu’alikum Wr. Wb.
Pekanbaru, November 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... 1
DAFTAR ISI...2
BAB I PENDAHULUAN...3
Latar Belakang...3
Rumusan Masalah...3
Tujuan Pembahasan...4
Manfaat Pembahasan...4
BAB II PEMBAHASAN...5
Tahapan Ejaan...5
Ruang Lingkup EYD...6
Teori Tanda Baca...7
BAB III PENUTUP...23
Kesimpulan...24
Saran...25
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambang bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisanya dalam suatu bahas. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalakan huruf, suku kata, atau kata, sedangakan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman hidup, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan dalam bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu itu, terciptalah lalu lintas yang tertib, teratur, dan tidak semrawut. Seperti itulah kira – kira bentuk hubungan antara pemakai dengan ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD yang resmi mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972 ini memang upaya penyempurnaan ejaan yang sudah dipakai selam dua puluh lima tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada tahun itu diresmikan pada tahun 1947). Sebelum Ejaan Soewandi telah ada ejaan yang merupakan ejaan pertama Bahasa Indonesia yaitu Ejaan Van Ophuysen (nama seorang guru besar Belanda yang juga pemerhati bahasa) yang diberlakukan pada tahun 1901 oleh pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia pada masa itu. Ejaan Van Ophuysen tidak berlaku lagi pada tahun 1947.
1.2 Masalah
Pada masalah ini, kami akan menjelaskan bagaimana cara penggunaan tanda baca yang baik dan benar. Di sini kami menuliskan macam macam tanda baca beserta aturan letak penggunaan dan fungsi dari macam-macam tanda baca tersebut, sehingga kita bisa memahami bagaimana cara penggunaan tanda baca yang baik dan benar, karena dalam aturan penggunaan tanda baca, banyak sekali masalah masalah penulisan tanda baca yang kurang tepat sehingga terkadang sulit untuk memahami isi tentang tulisan yang ditulis dalam sebuah karya tulis.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin kami capai dari penulisan karya tulis ini adalah: 1. Dapat memahami fungsi dari macam-macam tanda baca yang ada
2. Dapat memahami tata cara dan letak dalam penggunaan tanda baca
3. Dapat membuat sebuah karya tulis dengan tanda baca yang baik dan benar
1.4 Manfaat
Dengan diselesaikanya makalah ini, kami dapat memberikan manfaat antara lain 1. Dapat menulis karya ilmiah dengan Ejaan tanda baca yang benar
2. Dapat menggunakan tanda baca yang sesuai dengan konteks kalimat yang ada
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tahapan-tahapan Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia
1. Ejaan van Ophuijsen
Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut Ejaan van Ophuilsen. Van Ophuijsen merancang ejaan itu dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma‟moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan ini adalahsebagai berikut :
a. Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata seperti; jang, pajung, sajang, pajah.
b. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata seperti; goeroe, itoe,oemoer.
c. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, dipakaiuntuk menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’
2. Ejaan Soewandi
Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan untuk menggantikan Ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru ini oleh masyarakat diberi julukan Ejaan Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut :
a. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada; guru, itu, umur.
b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata; tak, pak, maklum.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka-2, seperti anak2,berjalan2, ke-barat2-an
d. Awalan di- dan kata depan di- kedua-dunya ditulis serangakaidengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di- pada dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dibuang.
3. Ejaan Melindo
Pada akhir tahun 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu(Slametmulyana-Nasir bin
Ismail, Ketua) menghasilkan konsep
ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan Melindo (Melayu-Indonesia). Perkembangan politik tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan ini.
4. Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden meresmikan pemakaianEjaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan PutusanPresiden No. 57, Tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan itu. Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia PengembanganBahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannyatanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972, menyusun buku
Kebudayaan dengan sura putusannya No. 0196/1975 memberlakukan
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahum 1987 pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987. Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut:
a. Perubahan Huruf
Dj, dari djika menjadi jika Tj, dari tjacap menjadi cakap Nj, dari njata menjadi nyata Ch, dari achir menjadi akhir
b. Huruf f, v dan z merupakan unsur serapan dari bahasa asing yang telah diresmikan pemakaiannya. Misal:
Khilaf
Fisik
Zakat
Universitas
c. Huruf q dan x yang lazim digunakan dalam bidangilmu pengetahuan tetap digunakan, misalnya pada kata furqan dan xenon.
d. Penulisan di- sebagai awalan dibedakan dengan diyang merupakan kata depan. Sebagai awalan, di- ditulis serangkai dengan unsur yang menyertainya,sedangkan di sebagai kata depan ditulis terpisah darikata yang mengikutinya.
e. Kata Ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya angka dua tidak digunakan sebagai penanda perulangan. Misal:
Anak-anak, bukan anak2
Bersalam-salaman, bukan bersalam2an
Bermain-main, bukan bermain2
2.2Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ruang lingkup EYD mencangkup lima aspek, yaitu: 1. Pemakaian Huruf
2. Penulisan Huruf 3. Penulisan Kata
5. Pemakaian Tanda Baca
1). Pemakaian huruf membicarakan bagian-bagian dasar dari suatu bahasa, yaitu 1. Abjad
2. Vokal 3. Konsonan
4. Pemenggalan 5. Nama diri
2). Penulisan huruf membicarakan beberapa perubahan huruf dari ejaan sebelumnya yang meliputi
1. Huruf Kapital 2. Huruf Miring
3). Penulisan kata membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya berupa Kata Dasar
Kata Turunan Kata Ulang Gabungan Kata
Kata Ganti kau, ku, mu,dan nya
Kata Depan di, ke, dan dari
Kata Sandang si dan sang
Partikel
Singkatan dan Akronim Angka dan Lambang Bilangan
4). Penulisan unsur serapan membicarakan kaidah cara penulisan unsur serapan, terutama kosa kata yang berasal dari bahasa asing.
5) Pemakaian tanda baca (pungtuasi) membicarakan teknik penerapan kelima belas tanda baca dalam penulisan dengan kaidanya masing-masing
Di dalam hal ini, kita akan mempelajari ejaan yang nomor lima yaitu penggunaan tanda baca
2.3 Teori Tanda Baca
Dalam pemakaian tanda baca mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya: Nenekku tinggal di Jawa Tengah.
2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,ihtisar atau daftar. Misalnya:
I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan
3. tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam,menit,dan detik yang menunjukan waktu. Misalnya: Tsunami di Mentawai terjadi pada hari Senin tanggal 25 Oktober 2010 pukul 22.10 WIB.
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka,jam,menit dan detik yang menunjukan jangka waktu. Misalnya:
Aku menunggu di stasiun kereta api selama 1.45.26 jam.
5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya:
Waridah, Ernawati.2008.EYD Seputar Kebahasa-Indonesiaan.Bandung:KawanPustaka.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya:
Desa ini berpenduduk 25.300 orang.
7. Tanada titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatan yang tidak menunjukan jumlah. Misalnya:
Kakakku lahir pada tahun 1987 di Pringsewu.
8. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan,ilustrasi,tabel, dan sebagainya. Misalnya:
Acara Kunjungan Presiden SBY
Jalan Ahmad Yani 64
Pringsewu (tanpa titik)
2 November 2010 (tanp a titik)
b. Tanda koma (,)
1. Dipakai di antara unsure-unsur dalam suatu perincian. Misalnya:
Adik membeli tas,buku, pensil, dan penghapus untuk keperluan sekolah.
2. Dipakai untuk memisahkan suatu kalimat setara dengan kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata hubung seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan. Misanya:
Saya ingin pergi, tetapi dia tidak kunjung datang.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat jika anak itu mendahulai induk kalimatnya. Misalnya:
Kalau hari hujan, dia tidak akan pergi.
4. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat jika anak kalimat mengiringi induk kalimat. Misalnya:
Dia tidak akan pergi kalau hari hujan.
5. dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
Kendaraan di jalan semakin padat. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
6. Dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari dari bagian laindalam kalimat. Misalnya:
Kata Ayah,”Nenek akan datang.”
7. dipakai diantara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya. Misalnya:
Ibu Dra. Lisdwiana Kurniati, M.P.d. adalah dosen Mata Kuliah Penyuluhan Bahasa Indonesia.
8. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya:
9. Dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, dari kata lain yang terdapat dalam kalimat. Misalnya:
Aduh, Kartu Peserta Ujianku tertinggal di rumah!
10. Dipakai diantara nama dan alamat,bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal, serta nama tempat dan wilayah yang ditulis berurutan. Misalnya: Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Ketua Jurusan Bahasa dan Seni, STKIP Muhammadiyah, Jalan Makam, Pringsewu.
11. Dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir.1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.Djakarta:PT Pustaka Rakyat.
12. Dipakai diantara bagian-bagian dalam catatan kaki. Misalnya:
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang(Yogyakarta; UP Indonesia, 19670,hlm.4.
13. Dipakai di muka anka persepuluhan atau diantara rupiahyang dinyatakan dengan angka. Misalnya:
Kedalaman sungai itu hanya 12,5 m.
14. Dipakai untuk menghindari salah salah bacadi belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
Atas bantuan Fara, Intan mengucapkan terima kasih.
15. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsungdari bagian lain yang mengiringinya jika petikan itu berakhir dengan tanda tanya atau seru. Misalnya:
Ke mana Saudara akan pergi?” Tanya Anto.
c. Tanda titik koma (;)
1. Dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Misalnya:
2. Dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan yang setara di dalam kalimat majemuk. Misalnya:
Saya mengerjakan tugas kuliah; kakak asyik menonton televisi.
d. Tanda titik dua (: )
1. Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti pemberian.
Ibu memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja,dan lemari.
2. Dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya: Acara akan di laksanakan pada:
Hari :
Tempat :
Waktu :
3. Dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku dalam percakapan. Misalnya:
Amir : “ Baik, Bu,” (mengangkat kompor dan masuk)
4. Dipakai di antara jilid atau nomor dan halaman, diantara bab dan ayat dalam kitab suci,diantara judul dan anak judul suatu karangan,serta nama kota dan penerbit buku. Misalnya:
Guru agama Islam membacakan surat Al Imron:156.
e. Tanda hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung unsure-unsur kata ulang.
Misalnya: Ani memakai baju kemerah-merahan.
2. Tanda hubung boleh digunakan untuk memperjelas hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan penghilang bagian kelompok kata. Misalnya: Sesama teman harus memiliki rasa kesetiakawanan-sosial.
3. Dipakai untuk merangkaikan se dengan kata berikutnya, ke dengan angka, angka dengan an. Misalnya:
4. Untuk merangkaikan unsure bahasa Indonesia dengan unsure bahasa asing.Misalnya:
Taufik Hidayat unggul dalam pertandingan bulu tangkis setelah men-smash lawannya.
5. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris, Misalnya:
Di sampina cara-cara lama itu ada juga ca-Ra yang baru.
6. Menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian katadi depannya pada pergantian baris. Misalnya:
Senjata ini merupakan alat pertahan-an yang canggih.
7. Menyambung huruf kata yang di eja satu-satu dan bagian-bagian tanggal. Misalnya: p-a-n-i-t-i-a
f. Tanda pisah (– )
1. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang member penjelasan di luar bangun kalimat. Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2. Dipakai diantara dua bilangan,tanggal atau tempat dengan arti’ sampai ke’ atau ‘sama dengan’. Misalnya:
Pertandingan sepak bola itu berlangsung dari tanggal 2–8 November 2010.
g. Tanda ellipsis (…)
1. Dipakai dalam kalimat terputus-putus. Misalnya:
Kalau begitu… ya,kita harus semangat.
2. Menunjukan ahwa dalam suatu kalimatada bagian yang di hilangkan. Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan… akan diteliti lebih lanjut.
Dipakai pada akhir kalimat tanya. Kapan kamu akan pulang?
Dipakai di dalam tanda kurunguntuk menyatakan bagian kalimatyang kurang dapat dibuktikan kebenaranya.
Uangnya sebanyak 20 juta rupiah(?) hilang.
i. Tanda seru (!)
Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan.
Alangkah seramnnya peristiwa itu!
j. Tanda kurung ( (…) )
Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Bagian perencanaan sudah selesai menyusun DIK ( Daftar Isian Kegiatan) kantor itu. Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan
k. Tanda kurung siku ( […] )
l. Tanda petik (”…”)
m. Tanda petik tunggal (‘…’)
n. Tanda garis miring ( / )
o. Tanda penyingkat atau apostrop ( )
p. Angka dan Lambang Bilangan
Angka lambang bilangan yaitu angka yang dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor.
Misalnya:
Angka : 0, 1, 2, 3, 4, 5 dsb.
Angka romawi : I, II, III, IV, V dsb.
Pemakaian Tanda Baca A. Tanda Titik (.)
Misalnya :
Ayahku tinggal di solo. Hari ini tanggal 6 April 1990.
2. Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan , ikhtisar atau daftar. Misalnya:
a. III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa B. Direktorat Jendral Agraria jika angka itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.(1.2.3 Grafik bukan 1.2.3. grafik)
3.Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
Misalnya :
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik )
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)
5. Tanda titik di pakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari, 1920, Azab dan Sengsara. Weltervreden:Balai Poestaka. 6a. Tanda titik dipakai untuk m emisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya:
Desa itu berpenduduk 25.474 orang.
6b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menyatakan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung. Lihat halaman 6537
7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kapala ilustrasi, tabel dan lain sebagainya.
Misalnya:
Acara Kunjungan Adam Malik Salah Asuhan
8. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Dipenogoro 82 Jakarta (tanpa titik) 1 April 1985 (Tanpa titik)
Yth. Sdr . Moh . Hasan (tanpa titik) Palembang(tanpa titik) berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya: terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi, pula, meskipun, begitu, akan, tetapi.
Misalnya:
5.Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o,ya, wah,aduh,kasihandari kata yab]ng lain yang terdapat dalam kalimat.
Misalnya: O,begitu
6.Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L, dan M.)
Misalnya:
Kata Ibu,”Saya gembira sekali.”
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat , (ii) bagian bagian alamat , (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat –surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta . Sdr. Abdullah , Jalan Pisang Batu 1, Bogor Surabaya ,10 Mei 1960 dan 2. Djakarta : PT Pustaka Rakjat.
9. Tanda Koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki. Misalnya:
W.J.S. Poerwadarmita, Bahasa Indonesia untuk karang –mengarang (Yogyakarta:UP Indonesia, 1967), hlm.4.
10. Tanda koma dipakai diantara nama orang dan gelar akademik yang mengikuti untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga atau marga.
Misalnya: B.Ratulangi,S.E
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dalam angka.
Misalnya: 12,5 m Rp12,50
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.( lihat juga pemakaian tanda pisah , Bab V , Pasal F.)
Misalnya:
Guru saya, Pak Ahmad , pandai sekali.
13. Tanda koma dapat dapat dipakai untuk menghindari kesalahan baca di belakang keterangan yang terdapat dalam awal kalimat.
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh – sungguh.
Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih. Bandingkan dengan :
Kita memerlukan sikap yang bersungguh –sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
Karyadi mengucapkan terima kasih atas banyuan agus.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian yang lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru . Misalnya: kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
4. Tanda titik dua dapat dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan , serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya: dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Misalnya:
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a 8-4-1987
5.Tanda hubungboleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian –bagian kata atau ungkapan ,dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya :
Ber-evolusi , dua puluh lima –ribuan (20 x 5000) tanggung jawabdan kesetiakawanan sosial
6. Tanda hubungdipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka , (iii) angka dengan -an ,(iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kaata, dan(v) nama jabatan rangkap .
Misalnya :
Se-Indonesia , se -jawa barat , hadiah ke- 2, tahun 50-an, mem-PHK-kan , hari-H, Sinar-X, Menteri- Sekretaris Negara.
otonom telah mengubah konsepsi tentang alam semesta.
Kalau begitu....ya, marilah kita bergerak. buah titik ; tiga buah untuk menandai penghilangan kalimat dan satu titik lagi untuk menandai akhir kalimat.
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan keseriusan , kesungguhan , ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud”( nama tempat yang terkenal di Bali ) ditulis pada tahun 1962.
3. Tanda Kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan .
Misanlnya:
4.Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan karangan. Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam,(b) tenaga kerja ,(c) modal. K. Tanda Kurung Siku([. . .])
1 Tanda kurung siku mengapit huruf , kata , atau kelompok kata sebagai korekksi atau tambahan pada kalimat yang ditukis orang lain . Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat pada naskah asli.
Misalnya : yang menhgapit kata aatau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat
Misalnya:
Karena warna kulitnya , Budi mendapat julukan “Si Hitam” Catatan
Feed-back ‘balikkan’ N. Tanda Garis Miring
1.Tanda Garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam satu tahun takwim.
Misalnya :
No.7/PK/ 1973 Jalan Kramat 111/10
2. .Tanda Garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau dan tiap.
Misalnya :
Dikirimkan lewat darat /laut . ‘dikirimkan lewat darat atau laut. Harganya Rp.25.000/ lembar.’ Harganya Rp.25.000 tiap lembar. 3.Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
.Tanda Penyingkat atau Apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Ali’kan kusurati (‘kan = akan) Malam ‘lah tiba (‘lah= telah)
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa).
EYD adalah rangkaian aturan yang wajib digunakan dan ditaati dalam tulisan bahasa indonesia resmi
Ruang lingkup dalam EYD secara garis besar terbagi ke dalam tiga bagian yaitu pemakaian huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.
Ruang lingkup pembentukan istilah terbagi ke dalam beberapa kategori yaitu (1). Konsep dasar yang meliputi: definisi istilah, tata istilah dan tata nama, istilah khusus dan istilah umum, kata dasar peristilahan, imbuhan peristilahan, kata ulang peristilahan, gabungan kata peristilahan, dan perangkat kata peristilahan. (2). Sumber istilah yang mencakup: kosa kata bahasa indonesia, kosa kata bahasa serumpun, kosa kata bahasa asing, penerjemahan istilah asing, penyerapan istilah asing, penyerapan dan penerjemahan sekaligus, macam dan bentuk sumber serapan, istilah asing yang bersifat internasional, dan bagan prosedur pembentukan istilah.
Kata baku adalah kata yang cara pengucpan atau penulisannya sesuai dengan kaidah-kaidah standar atau kaidah yang telah dibakukan. Sedangkan kata tidak baku adalah kata yang cara pengucapan atau penulisannya tidak memenuhi kaidah-kaidah umum tersebut.
Fungsi bahasa baku adalah sebagai pemersatu, pemberi kekhasan, pembawa kewibawaan, dan kerangka acuan.
Ciri-ciri bahasa baku adalah tidak dipengaruhi bahasa daerah, tidak dipengaruhi bahasa asing, bukan merupakan bahasa percakapan, pemakaian imbuhan secara eksplisit, pemakaian yang sesuai dengan konteks kalimat, tidak terkontaminasi, tidak rancu, tidak mengandung arti pleonasme, dan tidak mengandung hiperkorek.
Perbedaan antara singkatan dan akronim terletak pada bentuk singkatan dilafalkan huruf per huruf. Sedangkan akronim dilafalkan sebagai kata atau suku kata.
Makna kata berkaitan dengan hubungan antara satu lambang bahasa denagan lambang lainnya atau hubungannya denagan suatu benda. Makna kata terdiri atas beberapaa jenis, yaitu makna leksikal, makna gramatikal, makna denotatif, dan makna konotatif.
Jenis-jenis kata dalam bahasa indonesia terbagi menjadi: kata benda, kata ganti, kata kerja, kata sifat kata sapaan, kata penunjuk, kata bilangan, kata penyangkal, kata depan, kata penghubung, kata keterangan, kata Tanya, kata seru, kata sandang dan kata partikel.
3.1 Simpulan
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
2. Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan , ikhtisar atau daftar 3.Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu
5. Tanda titik di pakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
6a. Tanda titik dipakai untuk m emisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
6b. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menyatakan jumlah
7. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kapala ilustrasi, tabel dan lain sebagainya.
8. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat penerima surat
B.Tanda Koma(,)
1. Tanda koma di pakai di anntara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. 2. Tanda koma di pakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
3a.Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului ibu kaimatnya
3b. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat bila anak kalimat mengiringi induk kalimat.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kal;imat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi, pula, meskipun, begitu, akan, tetapi.
5.Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o,ya, wah,aduh,kasihan dari kata yab]ng lain yang terdapat dalam kalimat
6.Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. (Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L, dan M.)
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat , (ii) bagian bagian alamat , (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan
8. .Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang di balik susunannya dalam daftar pustaka
10. Tanda koma dipakai diantara nama orang dan gelar akademik yang mengikuti untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga atau marga
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dalam angka
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.( lihat juga pemakaian tanda pisah , Bab V , Pasal F.)
13. Tanda koma dapat dapat dipakai untuk menghindari kesalahan baca di belakang keterangan yang terdapat dalam awal kalimat
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian yang lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Sarwoko Tri, Adi. 2003. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Waridah, Ernawati. 2008. EYD dan Seputar Kebahasaan Indonesia. Jakarta: Kawan pustaka.
Arifin A, Zaenal dan Tasai S, Amran. 2008. Cermat Berbahsa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Pustaka Setia.
Www. Ymci. Web. Id.
Tim Mendikbud. 1987.PedomanEjaan Yang Disempurnakan.Yogyakarta: PT Pustaka Widya Tarigan.2003.Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia.Bandung:Penerbit ANGKASA Bandung.