• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH NILAI NILAI PANCASILA DALAM KERU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH NILAI NILAI PANCASILA DALAM KERU"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

NILAI NILAI PANCASILA DALAM KERUKUNAN

UMAT DALAM AGAMA LAIN

Diajukan untuk memperbaiki nilai UTS mata kuliah Pendidikan Pancasila yang di ampu oleh:

Drs. Muslimin Andi Makason Ms.Letkol

Disusun Oleh

NAMA : PRIMA NUGRAHA

NIM : 3411171131

JURUSAN INFORMATIKA

PAKULTAS MIPA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak dulu sampai sekarang seperti yang kita ketahui, kalau kepercayaan akan suatu zat yang diagungkan itu sudah ada sejak zaman nenek moyang kita. Dari mulai menyembah benda-benda yang dipercaya mempunyai kekuatan ghaib atau dengan kata lain nya animisme, dan penyembahan akan ruh nenek moyang atau dinamisme.

Agama Asli Nusantara adalah agama-agama tradisional yang telah ada sebelum agama Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu masuk ke Indonesia.

Mungkin banyak di kalangan masyarakat Indonesia sudah tidak lagi mengetahui bahwa sebelum agama-agama "resmi" (agama yang diakui); Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Buddha, kemudian kini Konghucu, masuk ke Nusantara atau Indonesia, di setiap daerah telah ada agama-agama atau kepercayaan asli, seperti:

Sunda Wiwitan yang dipeluk oleh masyarakat Sunda di Kanekes, Lebak, Banten

Sunda Wiwitan aliran Madrais, juga dikenal sebagai agama Cigugur (dan ada beberapa penamaan lain) di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat

Buhun di Jawa Barat

Kejawen di Jawa Tengah dan Jawa TimurParmalim, agama asli Batak

Kaharingan di Kalimantan

Tonaas Walian di Minahasa, Sulawesi UtaraTolottang di Sulawesi Selatan

Wetu Telu di Lombok

Naurus di Pulau Seram di Propinsi Maluku

Didalam Negara Republik Indonesia, agama-agama asli Nusantara tersebut didegradasi sebagai ajaran animisme, penyembah berhala / batu atau hanya sebagai aliran kepercayaan.

Hingga kini, tak satu pun agama-agama dan kepercayaan asli Nusantara yang diakui di Republik Indonesia sebagai agama dengan hak-hak untuk dicantumkan di KTP, Akta Kelahiran, pencatatan perkawinan di Kantor Catatan Sipil, dsb.

(3)

hanya di akui di Indonesia saja yaitu agama resmi seperti Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu.

Pada saat Piagam Jakarta di tetapkan dalam sidang BPUPKI, butiran yang pertama menyatakan tentang “…… dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluknya” karena Negara Indonesia ini adalah Negara Beragama dan bukan Negara agama,sehingga butiran yang pertama dari piagam Jakarta itu di gantu menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa “.

Sebenarnya seberapa besarkah peranan Agama didalam pancasila itu..? dan bagaimanakah peranan agama dan pancasila itu didalam kehidupan sehari-hari…? Lalu bagaimana tentang teks UUD 1945 alenia ke tiga yang menyatakan bahwa “berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa….” Begitu pentingnya peranan ini didalam sebuah Negara yang terdiri dari beberapa agama, maka dari itu kami mengangkat “PERAN PANCASILA DALAM AGAMA” sebagai judul dari makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Seberapa besarkah peranan agama didalam pancasila itu...?

2. Bagaimanakah peranan agama dan pancasila dalam kehidupan sehari-hari..?

3. Bagaimana tentang isi dari alenia ke tiga dari UUD 1945 yang menyatakan ”Berkat Rahmat Allah yang Maha

Kuasa”..?

C. Tujuan dan Kegunaan pembuatan Makalah 1. Tujuan Penulisan Makalah

a. Untuk mengetahui seberapa pentingkah peranan agama didalam pancasila,

b. Untuk mengetahui bagaimana peranan agama dan pancasila dalam kehidupan sehari-hari,

c. Untuk mengetahui mengapa UUD 1945 itu tidak boleh diubah oleh siapapun.

2. Kegunaan Penulisan Makalah a. Bagi Penulis

Penulisan makalah ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas terstruktur dari mata kuliah Pancasila. b. Bagi pihak lain

Makalah ini diharapkan dapat menambah referensi pustaka yang berhubungan dengan Peran Pancasila Dalam Agama.

BAB II

KEBERADAAN PANCASILA DI DALAM AGAMA DAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

A. HISTORISITAS PANCASILA DALAM PERGULATAN AGAMA-AGAMA

(4)

agama-agama dalam meningkatkan moral bangsa yang plural ini. Gagasan kebersamaan, kebangsaan, keadilan dan kesejahteraan menjadi idaman rakyat dan tujuan negara ini. Kontroversi bukan saja antar-umat beragama yang berbeda, tetapi juga inter-umat beragama dan interes politik. Sesuai dengan nurani bangsa ini, maka Pancasila adalah jalan keluar dari konflik yang muncul. Di dalam Pancasila segala perbedaan sosial dilebur secara akomodasi bahkan dapat dikompromikan. Di sinilah letak keunggulan Pancasila sebagai landasan ideal bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, bahkan bermasyarakat. Namun beberapa orang tidak puas dan mencoba menggantikan, apakah itu dari pihak ateis maupun dari pihak agama. Sepanjang sejarah Indonesia berdiri, banyak usaha yang dilandasi ketidakpuasan ideologi dan ingin memajukan kelompoknya sendiri di atas kepentingan bangsa dan negara. Jadi sejak proses kelahiran Negara ini, ada banyak usaha dan cara tertentu untuk menggantikan Pancasila sebagai landasan ideal bangsa ini.

Sejak awal pembentukan negara ini, tahun 1945, banyak terjadi kontroversi tentang bentuk negara, “Apakah negara agama atau negara sekular?” Saya kira ini sebagai suatu pergolakan wajar, di mana banyak interes golongan berusaha dimasukkan sesuai keinginan diri sendiri. Setidaknya ada dua golongan besar yang berkontroversi antara kekuatan agamais dan kekuatan nasionalis. Namun pada waktu itu, konflik sangat tajam dengan masalah-masalah yang njlimet (rumit), sampai Soekarno berpidato tentang Pancasila sebagai weltanschauung bangsa. Dari pidatonya “kelahiran Pancasila” tanggal 1 Juni 1945, terkesan begitu rumitnya BPUPKI berembuk untuk menentukan filsafat dasar dari negara yang akan dibentuk tersebut, yaitu “satu negara kebangsaan Indonesia,” “nationale state” di atas lima pilar negara hingga disebut “Negara Pancasila” atau lebih lugas lagi “negara gotong royong!” dan “semua

buat semua!”serta “tiada egoisme agama. Indonesia yang merdeka adalah ‘bukan Negara Islam dan bukan Negara sekular,’ tetapi negara Pancasila. Kesimpulan tersebut sangat tepat, karena sesuai konteks pergumulan Islam pada waktu itu, meskipun Soekarno juga menyebutkan agama lain dalam pidatonya. Sebenarnya nilai-nilai luhur Pancasila sudah digali sebelum pidatonya Sukarno.

B. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

Sebagai negara yang bermayoritas penduduk agama islam, Pancasila sendiri yang sebagai dasar negara Indonesia tidak bisa lepas dari pengaruh agama yang tertuang dalam sila pertama yang berbunyi sila “Ketuhanan yang Maha Esa”. yang pada awalnya berbunyi “… dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluknya” yang sejak saat itu dikenal sebagai Piagam Jakarta.

(5)

Indonesia sebagai negara Islam dan secara “fair” hal tersebut dapat memojokkan umat beragama lain. Yang lebih buruk lagi adalah dapat memicu disintegrasi bangsa terutama bagi provinsi yang mayoritas beragama nonislam. Karena itulah sampai detik ini bunyi sila pertama adalah “ketuhanan yang maha esa” yang berarti bahwa Pancasila mengakui dan menyakralkan keberadaan Agama, tidak hanya Islam namun termasuk juga Kristen, Katolik, Budha dan Hindu sebagai agama resmi negara pada saat itu.

C. BUTIR-BUTIR PANCASILA SILA PERTAMA

Atas perubahan bunyi sila pertama menjadi Ketuhanan yang Maha Esa membuat para pemeluk agama lain di luar islam merasa puas dan merasa dihargai.

Searah dengan perkembangan, sila Ketuhanan yang Maha Esa dapat dijabarkan dalam beberapa point penting atau biasa disebut dengan butir-butir Pancasila. Diantaranya:

- Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.

- Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

- Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antra pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

- Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

- Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

- Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing

- Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

Dari butir-butir tersebut dapat dipahami bahwa setiap rakyat Indonesia wajib memeluk satu agama yang diyakini. Tidak ada pemaksaan dan saling toleransi antara agama yang satu dengan agama yang lain.

BAB III

PERANAN PANCASILA DALAM AGAMA DAN UUD 1945 A. PANCASILA DIDALAM AGAMA

Keberagaman agama dan pemeluk agama di Indonesia menjadi sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Kenyataan ini menuntut adanya kesadaran dari setiap pemeluk agama untuk menjaga keharmonisan hubungan di antara mereka.

Semua pemeluk agama memang harus mawas diri. Yang harus disadari adalah bahwa mereka hidup dalam sebuah masyarakat dengan keyakinan agama yang beragam. Dengan demikian, semestinya tak ada satu kelompok pemeluk agama yang mau menang sendiri.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa, adat istiadat hingga berbagai macam agama dan aliran kepercayaan. Dengan kondisi sosiokultur yang begitu heterogen dibutuhkan sebuah ideologi yang netral namun dapat mengayomi berbagai keragaman yang ada di Indonesia, Karena itu dipilihlah Pancasila sebagai dasar negara.

(6)

satu agama, tidak pula memperkenankan pemisahan negara dari agama, apalagi sampai mengakui tidak tunduk pada agama manapun. Negara Pancasila mendorong dan memfasilitasi semua penduduk untuk tunduk pada agamanya. Penerapan hukum-hukum agama secara utuh dalam negara Pancasila adalah dimungkinkan. Semangat pluralisme dan ketuhanan yang dikandung Pancasila telah siap mengadopsi kemungkinan itu. Tak perlu ada ketakutan ataupun kecemburuan apapun, karena hukum-hukum agama hanya berlaku pada pemeluknya. Penerapan konsep negara agama-agama akan menghapus superioritas satu agama atas agama lainnya. Tak ada lagi asumsi mayoritas – minoritas. Bahkan pemeluk agama dapat hidup berdampingan secara damai dan sederajat. Adopsi hukum-hukum agama dalam negara Pancasila akan menjamin kelestarian dasar negara Pancasila, prinsip Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.

B. Alenia ke tiga dari UUD 1945 ”Berkat Rahmat Allah yang Maha Kuasa”

Seperti pada piagam jakarta, pada butiran yang pertama yang berbunyi ”dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluk nya”, yang kemudian di ubah dalam sidang PPKI menjadi ”Kertuhanan yang Maha Esa”.

Terus bagaimana dengan UUD 1945 pada alenia yang ke tiga yang menyatakan ”Atas berkart Rahmat Allah yang Maha kuasa”, bukankah Negara ini adalah Negara yang terdiri dari berbagai macam agama yaitu Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu masuk ke Indonesia, tapi mengapa hingga saat ini alenia ke tiga pada UUD 1945 tidak dirubah menjadi “Atas berkat Rahmat TRuhan Yang Maha kuasa”…?. Mengapa UUD 1945 itu tidak bias diubah..? apakah yang melatr belakangi itu..?

“Sesuai dengan kesepakatan MPR yang kemudian menjadi lampiran dari ketetapan MPR No.IX/MPR/1999, Pembukaan UUD 1945 tidak akan diubah. Pembukaan UUD 1945 memuat cita-cita bersama sebagai puncak abstraksi yang mencerminkan kesamaan-kesamaan kepentingan diantara sesame warga masyarakat yang dalam pernyataan nya harus hidup ditengah pluralisme atau kemajemukan ( Pembukaan UUD 1945 juga membuat tujuan-tujuan atau cita-cita bersama yang biasa juga disebut sebagai falsafah kenegaraan atau staatside (cita negara) yang berfungsi sebagai filosofische grondslag dan common plat forms atau kalimatun sawa diantara sesama warga masyarakat dalam kontek kehidupan bernegara). Inilah oleh william G.Andrews disebut sebagai kesepakatan (concensus) pertama. Pancasila sebagai dasar-dasar filosofis terdapat dalam pembukaan UUD1945 yang merupakan kesepakatan pertama penyanggah konstitusionalisme. Dengan tidak diubahnya pembukaan UUD1945 maka tidak berubah pula kedudukan pancasila sebagai dasar-dasar filosofis bangunan Negara republic Indonesia. Yang berubah adalah system dan institusi untuk mewujudkan cita-cita berdasarkan nilai-nilai pancasila. Hal ini sesuai dengan makna pancasila sebagai ideology terbuka yang hanya dapat dijalankan dalam system yang demokratis dan bersentuhan dengan nilai-nilai dan perkembangan masyarakat.

Beberapa pihak secara tegas menyatakan bahwa pembukaan UUD 1945 sudah menjadi harga mati, tidak dapat diubah ataupun di amandemen dengan mengemukaan alasan :

1. Akan membuka luka lama dalam perdebatan ideology Negara yang pada awalnya dulu ramai diperdebatkan.

2. Dapat membubarkan Negara

3. Dalam sejarah, pembukaan UUD 1945 tersebut tidak pernah diganti sehingga terkesan sacral.’

(7)

Dengan melihat Keppres RIS No 48, 31 Januari 1950, yang tercantum dalam Lembaran Negara 50-3 dan diumumkan 6 Februari 1950, dan UU No 7/1950 kita akan terkejut mendapati fakta sejarah bahwa Pembukaan UUD 1945 tidak digunakan dalam UUD RIS dan UUDS 1950. Sejarah juga menampilkan fakta yang menarik mengenai kalimat 'Atas berkat rahmat Allah' di alinea ketiga Pembukaan UUD 1945. Disebutkan dalam Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI yang diterbitkan Sekneg RI (cetakan pertama, edisi ketiga, 1995, hlm 419-420) bahwa I Gusti Ktut Pudja pada sidang pertama 18 Agustus 1945 berkata 'Ayat 3 atas berkat rahmat Allah diganti saja dengan 'Tuhan', Tuhan Yang Maha Kuasa'. Soekarno berkata 'Diusulkan supaya perkataan Allah Yang Maha Esa diganti dengan Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian Soekarno membaca teks Pembukaan dan pada awal alinea ketiga ia membaca 'Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa ... dst'. Selesai membaca, Soekarno berkata 'Setuju, tuan-tuan? (suara: setuju). Dengan ini sahlah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.'' Jadi, sebenarnya yang disahkan adalah kalimat 'Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa'. Ini berbeda dengan Pembukaan UUD 1945 yang

kita kenal selama ini.

Fakta sejarah perubahan Pembukaan UUD 1945 ini semakin kontroversial ketika buku Kembali Kepada Undang-Undang Dasar 1945 (Departemen Penerangan RI, cet III, tanpa tahun hal 11-29), mencantumkan alinea ketiga Pembukaan UUD 1945 berbunyi 'Atas berkat Rachmat Tuhan Yang Maha Kuasa'. Ini artinya sesuai dengan Berita Repoeblik Indonesia (BRI) 1946 dan berbeda dengan naskah lain yang beredar selama ini. Naskah manakah yang benar dan sejak kapan negara kita menjadi bubar karena perubahan ini? Perubahan kata Allah dan Tuhan secara teologis bisa diperdebatkan maknanya. Namun, dalam konteks hukum tata negara perubahan ini menunjukkan bahwa disadari atau tidak, Pembukaan UUD 1945 sudah mengalami perubahan dan ternyata negara kita belum juga bubar.

BAB IV

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN · KESIMPULAN

Berdasarkan latar belakang, pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Konsep negara Pancasila adalah konsep negara agama-agama. Konsep negara yang menjamin setiap pemeluk agama untuk menjalankan agamanya secara utuh, penuh dan sempurna. Negara Pancasila bukanlah negara agama, bukan pula negara sekuler apalagi negara atheis. Sebuah negara yang tidak tunduk pada salah satu agama, tidak pula memperkenankan pemisahan negara dari agama, apalagi sampai mengakui tidak tunduk pada agama manapun. Negara Pancasila mendorong dan memfasilitasi semua penduduk untuk tunduk pada agamanya.seperti yang telah di tekankan pada butiran pancasiala sila pertama yaitu ”Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Peranan agama dan pancasila di kehidupan sehari-hari saling singkron atau ketergantungan, dimana Negara Indinesia yang penduduknya memeluk berbagai macam agama dan mayoritas islam. Salah satu saja ada yang melenceng maka akan terjadi masalah yang besar karena berhubungan dengan kepercayaan seseorang.

Referensi

Dokumen terkait

Graha Agri Industri, Bogor dengan menggunakan model pemrogaman linier dengan mempertimbangkan permintaan pasar didapatkan kombinasi produksi tiap bulan untuk Tri Coco

4342 penelitian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan. Budaya organisasi menjadi hal yang sangat penting

Variabel bebas adalah faktor pasien mencakup usia dan jenis kelamin, intervensi yang diberikan meliputi tindakan pembedahan dan terapi obat, dan faktor pembedahan

Olahan cemilan ini dibuat tidaklah menguras modal yang banyak, maka dari itu juga cemilan ini sangat sesuai dengan kantong mahasiswa, kami berusaha membuat olahan

Pengunaan daun kubis (3-5 lembar) sebagai kemasan primer kurang dapat mengurangi susut berat karena tidak berbeda nyata dengan kubis tanpa kemasan primer atau menggunakan

Drive RAID 0 tidak ada Untuk pengujian yang kedua, penulis menguji RAID 1 dimana RAID 1 adalah RAID yang menyalin isi sebuah harddisk ke harddisk lain dengan

Bahkan, akibat rendahnya harga yang diterima petani, banyak perkebunan kopi yang dikonversi ke tanaman lain terjadi di Propinsi Lampung yang mengakibatkan