• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Hadist Berbakti Kepada Orang Tua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Hadist Berbakti Kepada Orang Tua"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2017 MAKALAH

BIRRUL WALIDAIN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hadist dan ilmu Hadist

Dosen Pengampu : Nano Nurdiansah, M.Pd.

Oleh :

Raka Iqbal Syamsuddin (1167050128) Sri Desi Mulyani (1167050155) Theo Vectra Riyadi(1167050157)

(2)

i

KATA PENGANTAR

Teriring puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena

berkat rahmat dan limpah-Nya jualah sehingga makalah yang berjudul “Birrul

Walidain” ini dapat diselesaikan.

Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik moril, materil, kontribusi ilmu. Terutama kepada Dosen mata kuliah Hadist dan Ilmu Hadist yang telah memberikan tugas demi tercapainya tujuan proses belajar mengajar yang telah digariskan. Di dalam makalah ini membahas tentang birrul walidain sebagai bahan pelajaran khusus juga untuk menambah pengetahuan bagi penyusun maupun bagi pembaca pada umumnya.

Terlepas dari hal di atas kami menyadari makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan. Untuk itu, kami meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk memperbaiki makalah selanjutnya. Kami menyadari bahwa bagaimanapun kami berusaha menyempurnakannya tidak akan tercapai karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata.

Bandung, 26 November 2017

(3)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Pembahasan ... 2

D. Manfaat ... 3

E. Metode Penelitian... 3

F. Sistematika Pembahasan ... 3

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Birrul Walidain ... 4

B. Pengertian Berbuat Baik dan Durhaka ... 5

C. Wajibnya berbakti dan Haramnya Durhaka ... 6

D. Kutamaan Berbakti Kepada Orang Tua dan Pahalanya ... 12

E. Bentuk-bentuk Berbakti Kepada Orang Tua ... 16

F. Bentuk-bentuk Durhaka Kepada Orang Tua ... 20

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ... 23

B. Saran ... 24

(4)

1 | P a g e BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Islam mengajarkan kita untuk berbakti terhadap orang tua, karena dengan perantara orang tualah kita dapat merasakan kenyamanan hidup yang sekarang ini. Selain itu mengingat betapa mulianya, betapa kerasnya dan betapa banyaknya pengorabanan yang telah mereka lakukan demi anaknya. Jasanya untuk menghidupi, memelihara dan mendidik kita dengan semua kasih sayang yang mereka miliki, bahkan marah merekapun merupakan suatu bentuk sayang yang terhadap kita. sehingga dapat tumbuh besarlah kita seperti sekarang ini. Semua karena kasih sayang yang meraka limpahkan untuk kita.

Mereka melakukan semuanya tanpa mengharap balasan dari kita, mereka melakukannya semata-mata untuk membuat kiat menjadi yang terbaik. Perhatian mereka terhadap kita tidak akan pernah luntur, meskipun nanti kita sudah bisa hidup mandiri. Bahkan dalam hadits ditegaskan bahwa keridhoan Allah tergantung pada keridhoan orang tuanya.

Allah SWT. sudah cukup menegaskan wacana ‘berbakti’ itu, dalam banyak firman-Nya, demikian juga Rasulullah SAW. dalam banyak sabdanya dengan memberikan bingkai-bingkai khusus bahwa Birrul Walidain (berbakti kepada kedua orang tua), lebih dari sekedar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya. Namun Birrul Walidain memiliki

(5)

2 | P a g e

untuk dapat mengimbangi kebaikan orang tua. Namun setidaknya, sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur.

Imam An-Nawawi menjelaskan, “Arti Birrul Walidain yaitu berbuat

baik terhadap kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat membuat mereka bergembira, serta berbuat baik

kepada teman-teman mereka”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar belakang di atas penulis akan merumuskan dasar masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian dari Birrul Walidain?

2. Apa pengertian berbuat baik dan durhaka?

3. Apa yang dimaksud wajibnya berbakti dan haramnya durhaka?

4. Apa keutamaan berbakti kepada kedua orang tua dan pahalanya?

5. Bagaimana contoh bentuk-bentuk berbakti kepada kedua orang tua?

6. Bagaimana contoh bentuk-bentuk durhaka kepada orang tua?

C. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Menjelaskan dan memahami pengertian dari Birrul Walidain

2. Menjelaskan dan memahami pengertian berbuat baik dan durhaka

3. Menjelaskan dan memahami wajibnya berbakti dan haramnya durhaka

4. Menjelaskan dan memahami keutamaan berbakti kepada kedua orang

tua dan pahalanya

5. Menjelaskan dan memahami bentuk-bentuk berbakti kepada kedua

orang tua

(6)

3 | P a g e D. Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini merupakan sumber kajian bagi penulis dalam rangka turut serta meningkatkan kualitas penulis serta pengaplikasian pembaca sebagai sumber pembacanya.

E. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode qualitative research. Pada pengumpulan data-data dalam penenlitian ini penyusun menggunakan study kepustakaan (library research).

F. Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini secara garis besar memuat hal-hal yang bersangkutan dengan gambaran umum mengenai Birrul Walidain.

BAB II PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pengertian Birrul Walidain, contoh terbaik berbakti kepada orang tua, balasan berbakti kepada orang tua, cara berbakti kepada orang tua, pengertian dan contoh durhaka kepada orang tua.

BAB III PENUTUP

(7)

4 | P a g e BAB II

PEMBAHASAN A. Pengertian Birrul Walidain

Birrul Walidain ditinjau secara bahasa Abu Faaris berkata: Huruf

“baa” dan “raa” yang ditasydidkan, memiliki empat arti dasar:

Kejujuran , ungkapan suara , lawan dari kata bahr dan jenis tanaman

(gandum). Adapun kejujuran, diambil dari perkataan mereka: “Fulan telah berlaku jujur”. Ia telah jujur dalam sumpahnya, yaitu

melakukannya dan menunaikannnya dengan kejujuran. Adapun

ungkapan suara, orang-orang arab mengatakan: “Tidak bisa dibedakan

antara hirr dan birr. Hirr adalah suara untuk memanggil kambing dan

birr adalah suara ketika mengiringnya”. Makna ketiga, yaitu lawan dari kata bahr (lautan), dikatakan: “Seorang lelaki terdampar didaratan dan

seorang pelaut berada dilautan”. Adapun nama jenis tanaman,

diantaranya adalah burr yaitu gandum, bentuk tunggalnya adalah

burrah1. Sedangkan Birrul Walidain ditinjau secara Syar’I yaitu berbuat

baik kepada orang tua, menunjukan kasih saying dan kelemah lembutan terhadap keduanya, memperhatikan keadaan mereka berdua dan tidak melakukan perbuatan buruk terhadap keduanya. Memulaikan

teman-teman keduanya sesudah keduanya wafat2.

1

Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Kitab Birrul Walidain edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua, (Jakarta: Darul Qolam), hlm. 5

2 Yazid,

(8)

5 | P a g e B. Pengertian Berbuat Baik Dan Durhaka

Menurut lughoh (bahasa), Al-Ihsan berasal dari kata

ahsana-yuhsinu-ihsanan. Sedangkan yang dimaksud dengan ihsan dalam pembahasan ini adalah berbakti kepada kedua orang tua yaitu menyampaikan setiap kebaikan kepada keduanya semampu kita dan bila memungkinkan mencegah gangguan terhadap keduanya. Menurut Ibnu Athiyah, kita wajib juga menaati keduanya dalam hal-hal yang mubah, harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan keduanya dan

menjauhi apa-apa yang dilarang3.

Sedangkan ‘uquq artinya memotong (seperti halnya aqiqah yaitu

memotong kambing). ‘Uququl Walidain adalah gangguan yang

ditimbulkan seorang anak terhadap kedua orang tuanya baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contoh gangguan dariseorang anak kepada kedua orang tuanya yang berupa perkataan yaitu dengan

mengatakan ‘ah’ atau ‘cis’, berkata dengan kalimat yang keras atau menyakitkan hati, menggertak, mencuri dan yang lainnya. Sedangkan yang berupa perbuatan adalah berlaku kasar seperti memukul dengan tangan atau kaki bila orang tua menginginkan sesuatu atau menyuruh untuk memenuhi keinginannya, membenci, tidak memperdulikan, tidak bersilaturahmi atau tidak memberikan nafkah kepada kedua orang

tuanya yang miskin4.

3Yazid, op. cit., hlm 8

(9)

6 | P a g e C. Wajibnya Berbakti dan Haramnya Durhaka

Di dalam al-Qur’an, setelah memerintahkan kepada manusia

untuk bertauhid kepada-Nya, Allah SWT. memerintahkan untuk berbakti kepada orang tuanya. Mengenai wajibnya seorang anak

berbakti kepada orang tua diantaranya5

Dalam surat Al-Isra ayat 23-24, Allah berfirman:

ِبَو ُهاايِإ

ٓ الَِّإ ْآوُدُبۡعَت الََّأ َكُّبَر ٰ َضََقَو۞

“Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka

janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya”. [Al-Isra: 23] “Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap

keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai R abb-ku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiabb-ku di

waktu kecil”. [Al-Isra: 24]

(10)

7 | P a g e

Perintah Birrul Walidain juga tercantum dalam surat An-Nisa ayat 36, Allah SWT berfirman:

َو۞

“Dan sembahlah Allah dan jangnlah menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak, kepada kaum kerabat, kepada anak-anak yatim, kepada orang-orang miskin, kepada tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang

sombong dan membanggakan dirinya”. [An-Nisa: 36] Juga terdapat dalam surat Luqman ayat 14-15.

اَنۡي اصَوَو

“Dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang

(11)

8 | P a g e

bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku

lah kalian kembali”. [Luqman: 14] “Dan jika keduanya memaksamu

mempersekutukan sesuatu dengan Aku yang tidak ada pengetahuanmu tentang Aku maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik dan ikuti jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu

maka Aku kabarkan kepadamu apa yang kamu kerjakan”. [Luqman: 15]

Atau seperti yang tercantum dalam surat Al-Ankabut ayat 8, tidak boleh mematuhi orang tua yang kafir, apabila mengajak pada kekafiran.

اَنۡي اصَوَو

“Dan Kami wajibkan kepada manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua

orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu

kerjakan”. [Al-Ankabut: 8]

Serta surat Al-Ahqaaf ayat 15-16.

(12)

9 | P a g e

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada

dua orang ibu bapaknya, ibunyaa mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia

telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdo’a “Ya

Rabb-ku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku kedua orang tuaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memeberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku

termasuk orang-orang yang erserah diri”. [Al-Ahqaaf: 15] “Mereka

itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah

(13)

10 | P a g e

Sedangkan tentang anak durhaka kepada kedua orang tuanya dintaranya6

Terdapat di dalam surat Al-Ahqaaf ayat 17-20

َوٱ

“Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, ‘cis (ah)’

bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? Lalu kedua orang tua itu memohon

pertolongan kepada Allah seraya mengatakan, “Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar”.Lalu dia berkata,

“Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu”. [Al-Ahqaaf:

6

(14)

11 | P a g e

17]. “Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (adzab) atas

mereka, bersama-sama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang

merugi”. [Al-Ahqaaf: 18]. “Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan da agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) apa yang telah mereka kerjakan sedang mereka

tidak dirugikan”. [Al-Ahqaaf: 19]. “Dan (ingatlah) hari (ketika) orang

-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan), “Kamu

telah menghabiskan rizkimu dalam kehidupan duniawi dan kamu telah bersenang-senang dengannya maka pada hari ini kamu dibalas dengan adzab yang menghinakan. Karena kamu telah menyombongkan diri di

muka bumi tanpa hak, dan karena kamu telah berbuat fasik”. [Al

-Ahqaaf: 20]

Sedang dalam surat Al-Baqarah ayat 215

ۡسَي

“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, “Harta yang kamu nafkahkan hendaklah

diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang-orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah Maha

(15)

12 | P a g e

Didalam ayat-ayat Al-Quran disebutkan tentang bertauhid kepada Allah selalu diiringi dengan berbakti kepada kedua orang tua, ini menunjukan bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah masalah kedua setelah mentauhidkan Allah SWT. Tidak boleh terjadi bagi seorang yang bertauhid kepada Allah STW tetapi ia durhaka kepada

orang tuanya. Wajib baginya berbakti kepada kedua orang tuanya.7

Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang

wajibnya berbakti kepada kedua orang tua. Dalam surat Luqman, Allah menyebutkan wajibnya seorang anak berbakti kepada kedua orang tua dan bersyukur kepadanya serta disebutkan juga tentang larangan mengikuti orang tua jika orang tua tersebut mengajak kepada syirik.

D. Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua dan Pahalanya

Diantara fadhilah (keutamaan) berbakti kepada kedua orang tua, yaitu:

1. Merupakan Amal yang Paling Utama

Dengan dasar diantaranya yaitu hadist Nabi Muahmmad SAW yang disepakati oelh Bukhari dan Muslim,

ُتْلَأَس

dari sahabat Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud ra. Dari Abdullah bin Mas’ud berkata, “Aku bertanya kepada Nabi SAW

tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah? Nabi SAW menjawab, Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat

(16)

13 | P a g e

lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kepada

orang tua, ketiga jihad di jalan Allah”.8

2. Ridha Allah Bergantung Kepada Ridha Orang Tua

Dalam hadist yang diriwyatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu Hibban, Hakim dan Imam Tirmidzi dari sahabat.

اَضِر

ِ بَرلا

ى ف

اَضِر

ِ د لاَولا

و

ُطْخُس

ِ بَرلا

ى ف

ِ طْخُس

ِ د لاَولا

Abdilah bin Amr dikatakan: Dari Abdilah bin Amr bin Ash ra

dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ridha Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah

tergantung kepada kemurkaan orang tua”9

3. Berbakti Kepada Orang Tua dapat Menghilangkan Kesulitan

yang sedang dialami dengan cara bertawasul dengan amal shaleh tersebut. Dengan dasar hadist Nabi SAW dari Ibnu Umar.

Rasulullah SAW bersabda, “Pada sutu hari tiga orang berjalan,

lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua.

Sebagian mereka berkata kepada yang lain, ‘Ingatlah amal

terbaik yang pernah kamu lakukan’. Kemudian mereka

memohon kepada Allah dan bertawasul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut.

8HR. Bukhari I/134, Muslim No. 85, Fathul Baari 2/9

(17)

14 | P a g e Salah satu diantara mereka berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yang masih kecil. Aku mengembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari kau harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang telah larut malam dan aku dapati kedua orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu kau mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anaku merengek-rengek menagis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu kberikan kepada nak-anaku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik

karena Engkau ya Allah, bukakanlah. “Maka batu yang

menutupi pintu gua itupun bergeser”.10

4. Akan Diluaskan Rizki dan Dipanjangkan Umur

(18)

15 | P a g e

Sebagaimana dalam hadist yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Anas ra bahwa Nabi SAW bersabda:

ْنَم

َّبَحَأ

ِْنَأ

ْبُي

َطَس

ُِهَل

ى ف

، ه قْزِر

َأَسْنَيَو

ُهَل

ى ف

هِرَثَأ

ِْل صَيْلَف

ُِهَم حَر

“Barangsiapa yang suka diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”.

Dalam ayat-ayat Al-Qur’an atau hadist-hadist Nabi SAW

dianjurkan untuk menyambung silaturahmi. Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan silaturahmi kepada kedua orang tua sebelum kepada yang lain. Sesulit apapun harus tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kepada kedua orang tua. Karena dengan dekat kepada keduanaya insya Allah akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi bahwa dengan silaturahmi akan diakhirkannya ajal dan umur seseorang. Walaupun masih terdapat perbedaan dikalangan para ulama tentang masalah ini, namun pendapat yang lebih kuat berdasarkan nash dan zhahir hadist ini bahwa umumnya memang benar-benar akan

dipanjangkan.11

5. Akan Dimasukkan ke Jannah (surga) Oleh Allah SWT

Di dalam hadist Nabi SAW disebutkan bahwa anak yang durhaka tidak akan masuk surga. Maka kebalikan dari hadist

(19)

16 | P a g e

tersebut yaitu anak yang berbuat baik kepada orang tua akan dimasukkan oleh Allah SWT ke jannah (surga). Dan dosa-dosa yang Allah SWT segerakan adzabnya di dunia diantaranya berbuat zhalim, dan durhaak kepada orang tua. Dengan demikian jika seorang anak berbuat baik kepada kedua orang tuanya, Allah SWT akan menghilangkannya dari berbagai malapetaka dengan izin Allah.12.

E. Bentuk-bentuk Berbakti kepada Orang Tua

Bentuk-bentuk berbuat baik kepada kedua orang tua adalah:

1. Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik

Di dalam hadist Nabi SAW disebutkan bahwa memberikan

kegembiraan kepada seorang mu’min termasuk shadaqah, lebih

utama lagi kalau memberikan kegembiraan kepada kedua orang tua kita. Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa ketika seseorang meminta izin untuk berjihad (dalam hal ini fardhu kifayah

kecuali waktu diserang musuh maka fardhu ‘ain) dengan

meninggalkan orang tuanya dalam keadaan menangis, maka

Rasulullah SAW bekata, “Kembali dan buatlah keduanya

tertawa seperti engkau telah membuat keduanya menangis”.

Dalam riwayat lain dikatakan, “Berbaktilah kepada kedua orang tuamu”.

2. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut

(20)

17 | P a g e

Hendaknya dibedakan berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara dengan anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua, tidak

boleh mengucapkan ‘ah’, apalagi mencemooh dan mencaci maki

atau melaknat keduanya karena ini merupakan dosa besar dan bentuk kedurhakaan kepada orang tua.

Kita tidak boleh kasar kepada orang tua kita, meskipun keduanya berbuat jahat terhadap kita. Atau ada hak kita yang ditahan oleh orang tua atau oang tua memukul kita atau keduanya belum memenuhi apa yang kita minta walaupun mereka memiliki, kita tetap tidak boleh durhaka kepada keduanya.

3. Tawadhu (rendah diri) dan tidak sombong dihadapan orang tua

Tidak boleh kibir (sombong) apabila sudah meraih sukses atau mempunyai jabatan di dunia, karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan. Kedua orang tualah yang menolong dengan memberi makan, minum, pakaian dan semuanya.

(21)

18 | P a g e

orang tua kita sendiri. Hal itu merupakan kesempatan bagi kita untuk berbuat baik selagi keduanyamasih hidup.

4. Memberikan infaq (shadaqah) dan nafkah kepada kedua orang

tua

Semua harta kita adalah milik orang tua. Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 215.

“Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan.

Jawablah, “Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan

kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang-orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah maha mengetahui.

5. Mendo’akan kepada kedua orang tua

Sebagaimana dalam ayat “Robbirhamhuma kamaa rabbayaani shagiiro” (wahai Rabb-ku kasihinilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil). Seandainya orang tua belum mengikuti dakwah

yang haq dan masih berbuat syirik serta bid’ah, kita harus tetap

berlaku lemah lembut kepada keduanya. Dakwahkan kepada

keduanya dengan perkataan yang lemah lembut sambil berdo’a di malam hari, ketika sedang shaum, di hari jum’at dan di

tempat-tempat dikabulkannya do’a agar ditunjuki dan

(22)

19 | P a g e

Apabila kedua orang tua itu meninggal maka, yang pertama

kita lakukan adalah meminta ampun kepada Allah Ta’ala dengan

taubat yang nasuh (benar) bila kita pernah berbuat durhaka kepada kedua orang tua sewaktu mereka masih hidup. Yang

kedua adalah mendo’akan kedua orang tua kita.

Dalam sebuah hadist dha’if (lemah) yang diriwayatkan oleh

Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, seseorang pernah bertanya kepada

Rasulullah SAW, “Apakah ada suatu kebaikan yang harus aku

perbuat kepada kedua orang tuaku sesudah wafat keduanya?”

Nabi SAW menjawab, “Ya, kamu sholat atas keduanya, kamu

istighfar kepada keduanya, kamu memenuhi janji keduanya, kamu silaturahmi kepada orang yang pernah dia pernah

silaturahmi kepadanya dan memuliakan teman-temannya”.

Sedangkan menurut hadist-hadist yang shahih tentang amal-amal yang diperbuat untuk kedua orang tua yang sudah wafat, adalah:

a. Mendo’akannya

b. Menshalatkan ketika orang tua meninggal

c. Selalu memintakan ampunan untuk keduanya

d. Membayarkan hutang-hutangnya

e. Melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syari’at

f. Menyambung tali silaturahmi kepada orang yang keduanya

juga pernah menyambungnya.

Sebagaimana hadist Nabi SAW dari sahabat Abdullah bin

(23)

20 | P a g e “Sesungguhnya termasuk kebaikan seseorang adalah menyambung tali silaturahmi kepada teman-teman bapaknya

sesudah bapaknya meninggal”.

6. Menaati perintah orang tua selama tidak bertentangan dengan

syari’at dan aqidah. 13

F. Bentuk-bentuk Durhaka Kepada Orang Tua

Bentuk-bentuk durhaka kepada orang tua ialah:

1. Berbicara dengan kata-kata kasar

Tanda seseorang beradab adalah bertutur kata dengan kata-kata yang halus karena hal itu menunjukkan bahwa orangnya berbudi dan tahu kesopanan dan berjiwa halus. Terhadap orang yang

lebih tua, seorang anak harus menunjukkan, dari Ibnu ‘Amir,

dari Nabi SAW besabda: “Keridhaan Allah adalah keridhaan

ayah bunda dan kemurkaan-Nya ada dalam kemurkaan mereka”.

(HR. Thabrani)

Kata-kata kasar dan ucapan merendahkan terkadang berupa:

a. Bersuara tinggi atau keras ketika kita berbicara terhadap

orang yang lebih tua

b. Menyuruh orang yang lebih tua dengan kata-kata yang kasar.

Menyidir

c. Mengumpat

d. Mengata-ngatai seseorang yang lebih tua layaknya mengatai

seorang pembantu

e. Membentak

2. Membuang muka

Membuang muka ketika berbicara dengan orang lain merupakan perilaku yang merendahkan lawan bicara dan

(24)

21 | P a g e

cerminan dari sifat tinggi hati sang pendengar/ pembicara yang memalingkan muka.

3. Duduk mendahului orang tua

Mendahulukan orang tua mengambil tempat duduk adalah hak orang tua yang harus dijunjung tinggi oleh anak dimana pun orang tua dan anak berada.

4. Menghardik

Menghardik berarti membentak atau melontarkan kata-kata dengan nada suara keras. Menghardik dimaksudkan untuk menakut-nakuti atau meluruskan sebuah kesalahan bila yang bersalah lebih muda dalam umur dan statusnya.

5. Berkacak pinggang di depan orang tua

Orang beradab tinggi selalu bersikap rendah hati terhadap orang lain. Salah satu tanda dari sikap tinggi hati adalah berkacak pinggang di hadapan orang lain karena merasa dirinya lebih hebat daripada orang lain. Berpersaan orang lain lebih rendah derajatnya atau hina daripada dirinya adalah suatu perbuatan yang sangat tercela dan dimurkai oleh Allah. Contoh

merendahkan derajat orang lain adalah “Saudara ini lulusan SD,

apakah mungkin saudara mengerti benar dan salah dari perkara yang ada”.

6. Membelakangi

7. Merendahkan

(25)

22 | P a g e

berupa ucapan maupun perbuatan. Contoh kasus anak yang

merendahkan orang tua: “Kalau saya tidak bantu setiap bulan,

tentu ibu bapak tidak bisa hidup”.

Ucapan tersebut jelas-jelas merendahkan martabat orang tua karena memang sudah menjadi tanggung jawab seorang anak

untuk membantu kehidupan ibu bapaknya.14

(26)

23 | P a g e BAB III

PENUTUP A. Kesimpulan

Pada hakekatnya seorang anak harus berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Meski orang tua masih dalam keadaan musyrik mereka tetap mempunyai hak untuk mendapatkan perlakuan yang baik dari anak-anaknya.

Berbuat baik kepada orang tua harus didahulukan daripada fardhu kifayah dan amalan-amalan sunnah lainnya.. berbuat baik kepada kedua orang tua didahulukan daripada berjihad dan hijrah di jalan Allah. Berbuat baik kepada orang tua harus didahulukan daripada kepada istri dan anak-anak.

Berbuat baik kepada orang tua tidak berarti harus meninggalkan kewajiban terhadap istri dn anak-anaknya. Kewajiban memberikan nafkah kepada itri dan anak-anak tetap dipenuhi walaupun kepada kedua orang tuanya harus didahulukan.

Imam Qurthubi secara umum mengatakan bahwa dalam berbakti kepada kedua orang tua hendaknya seorang anak menyetujui apa yang dikehendaki, diinginkan dan dimaui oleh kedua orang tua. Fudlail bin

Iyadl berkata, “Janganlah enngkau melayani kedua orang tuamu dalam keadaan malas”.

(27)

24 | P a g e “Janganlah engkau memberikan nama seperti namanya, janganlah

engkau berjalan dihadapannya, dan janganlah engkau duduk sebelum ia

duduk”.

Tidak boleh berbuat baik kepada kedua orang tua dalam bermaksiat kepada Allah. Apabila orang tua menyuruh melakukan sesuatu yang haram atau mencegah dari perbuatan yang wajib, maka tidak boleh ditaati. Bahwa orang yang paling baik untuk kita jadikan teman dan sahabat karib selama-lamanyaadalah orang tua sendiri.

Harta yang dimiliki seorang anak pada hakekatnya adalah milik orang tua. Berikan kepada orang tua apa yang ada pada kita yang pada hakekatnya adalah milik orang tua.karena kita tidak bisa berusaha,

bekerja dan endapat gaji, mendapatkan ma’isyah (mata pencaharian),

karena sebab orang tua yang melahirkan dan mendidik kita.

Kalau keduanya sudah meninggal, tetap berbuat baik dengan

mendo’akan, menyambung tali silaturahmi kepada teman-teman orang tua yang disambungoleh keduanya.

B. Saran

(28)

xxv

DAFTAR PUSTAKA

- HR. Bukhari I/134, Muslim No. 85, Fathul Baari 2/9

- HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid),

Tirmidzi (1900), Hakim (4/151-152)

- HR. Bukhari (Fathul Baari 4/449 No. 2272), Muslim (2473) Bab Qishshah

Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah Wat-Tawasul bi Shalihil A’mal

- HR. Bukhari 7/72, Muslim 2557, Abu Dawud 1693

- Syaikh Salim Bin 'Ied Al-Hilali, Imam An Nawawi. (2014). Riyadhus

Shalihin (Terjemahan Bahasa Indonesia). Jakarta: Pustaka Imam Asy Syafii

- Tafsir Ibnu Katsir, Juz III, Cet.I. Maktabah Daarus Salam, 1413 H.

- Yazid bin Abdul Qadir Jawas. (2006). Bingkisan Istimewa Menuju

keluarga Sakinah. Bogor: Pustaka A-Taqwa.

- Yazid bin Abdul Qadir Jawas. (2003). Kitab Birrul Walidain edisi

Referensi

Dokumen terkait

ii. Pemeriksaan pendahuluan tersebut merupakan tugas kepolisian yang meliputi kegiatan penyelidikan dan penyidikan serta kewenangan untuk melakukan kegiatan yang

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) hingga akhir Desember 2013 masih memiliki dana hasil Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offring/IPO) sebesar Rp171,28 miliar.. Adapun

Dr. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah di SMP Negeri 1 Suwawa Kabupaten Bone Bolango. Program Studi Manajemen Ilmu Pendidikan Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas

Lestari, Nia Rahayu, “Analisis Proses Penalaran Matematis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari Adversity Quotient (AQ)”, Skripsi; Fakultas

Menurut penelitian di laboratorium untuk pemasangan satu deret paku keling yang menahan gaya normal ( tarik / tekan ) dimana deretan paku keling berada pada

1. ber beriku ikut ini mer t ini merupak upakan fung an fungsi dar si dari ban, kec i ban, kecual uali.. peredam kejutan yang ditimbulkan dari permukaan jalan. peredam kejutan

Pemula Pengaruh Ekstrak Tamarindus indica Terhadap Berat Badan dan Kadar Gula Darah Pada Tikus Rattus novergius Yang Di Induksi Agar Mengalami Sindroma