• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKIRAAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERKIRAAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PERKIRAAN TINGGI BADAN BERDASARKAN PANJANG

TULANG ULNA

W. Gilang Pratama, Dedi Afandi*, Laode Burhanuddin**

ABSTRACT

Stature, the natural height of a human in an upright position, is a very important parameter in the identification of an unknown person. Estimating the stature could be done using a long bone measurement of the human body. The long bones have linear and positive correlation to the stature. One of the long bones in the human body is a ulna. A regression formula correlating stature to ulna had been frequently reported such as Telkka formula (1950), Trotter – Glesser (1952 and 1958), Antropology Ragawi UGM (1971), and Amri Amir’s Formula (1989). However, in order to obtain the more accurate stature estimation, the examiner should use a formula originating from the same population, because the stature estimation using such formulas was determined by such factors as sex, race, generation, age and geographic location. Thus, in order to obtain more accurate formulas, formulas originating from each group of population and a generation as well as their own sex group should be applied. Various stature estimations based on skeletons had been done, but the most accurate estimation was the linear regression method. The present research involved 315 respondents consisting of 162 males and 153 females at Medical and Engineering Faculties of the University of Riau. The respondents belong to 23.50% of Malay Tribes and 76.50% of non Malay tribes. The stature and ulna estimation was done in order to obtain regression formula which was used to find out the correlation between stature and ulna. The present research was analytic cross-sectional using statistical test of Pearson correlation. It was found out that there was strong positive correlation between stature and ulna (r = 0.81 for left ulna and r = 0.81 for right ulna).

Key words: stature, ulna, regression formula and identification

Pendahuluan

Ilmu kedokteran forensik adalah salah satu cabang spesialistik dari ilmu kedokteran yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakkan hukum serta keadilan, juga dikenal dengan nama legal medicine. Salah satu bidang penting dalam ilmu kedokteran forensik adalah identifikasi.1

(2)

menentukan identitas seseorang.1,2 Peran dari ilmu kedokteran forensik dalam mengidentifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah dengan keadaan hangus terbakar, bencana alam, dan potongan tubuh manusia atau kerangka. Identifikasi juga dapat menentukan apakah potongan berasal dari manusia atau binatang, jika berasal dari manusia maka ditentukan apakah potongan-potongan tersebut berasal dari satu tubuh.1,3,4 Pada penjelasan kasus diatas maka untuk melakukan identifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya yaitu dengan menentukan tinggi badan.

Tinggi badan merupakan salah satu parameter penting dan vital dalam identifikasi personal pada ilmu antropologi forensik maupun praktek medikolegal.5 Tinggi badan dapat diperkirakan berdasarkan tulang panjang seseorang serta vertebraenya.1-3 Perlu diketahui bahwa ukuran tulang panjang laki-laki lebih panjang dan lebih masif dibandingkan dengan tulang wanita dan perbandingannya adalah 100 : 90.1,2 Tulang panjang yang sangat mempengaruhi tinggi badan adalah tulang ulna.6

(3)

Perubahan pola hidup, nutrisi, ras, jenis kelamin, usia, aktifitas dapat berpengaruh terhadap pola petumbuhan tulang manusia.1,3,9 Usia ideal dalam melakukan pengukuran adalah usia 21 sampai 25 tahun karena pada usia dibawah 21 tahun masih mengalami pertumbuhan tulang dan pada usia diatas 25 tahun mengalami pengurangan tulang sekitar 1 mm pertahunnya.3

Mengingat permasalahan yang telah dijelaskan diatas, penulis ingin meneliti tentang perkiraan tinggi badan berdasarkan panjang tulang ulna dengan sampel di Universitas Riau dan membandingkan apakah terdapat perbedaan atau persamaan dengan rumus untuk memperkirakan tinggi badan yang telah ada sebelumnya.

Metode

Penelitian ini dilakukan kepada 315 responden yang terdiri atas 162 responden laki-laki dan153 responden perempuan yang berusia dewasa muda dengan rentang usia 21-25 tahun, populasi terjangkau pada penelitian ini adalah mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Riau danmahasiswa/i Fakultas Tekhnik Universitas Riau.

(4)

di samping badan dalam keadaan bebas, pita stature meter ditarik perlahan hingga mencapai puncak kepala. Cara pengukuran tulang ulna, yaitu dengan mengukur antara titik siku (processus olecranii) dan titik tengah yang menonjol pada permukaan medial pergelangan tangan (processus styloideus).

(5)

Hasil Penelitian

Karakteristik responden

Berdasarkan rumus analitik korelatif untuk sampel tunggal minimal untuk uji hipotesis pada penelitian ini adalah 306 responden. Pada penelitian ini didapatkan total responden adalah 315 responden yang terdiri atas 162 responden laki-laki (51,40%) dan 153 responden perempuan (48,60%). Pada table 4.1 dapat dilihat suku Non-Melayu Riau pada penelitian ini merupakan suku terbanyak yaitu 241 responden (76,50%) dan suku Melayu Riau sebanyak 74 orang (23,50%). Dan usia minimum dan maksimum antara 21 dan 15 didapatkan median dengan usia 22 tahun.

Nilai tinggi badan dan panjang tulang ulna responden

Tinggi badan pada total responden didapatkan nilai median 161,00 cm dengan nilai minimum 142,00 cm dan nilai maksimum 188,50 cm. Berdasarkan jenis kelamin laki-laki dan perempuan didapatkan nilai median 166,55 dan 154,50 dengan nilai minimum 149,00 dan nilai maksimum 188,500 pada laki-laki, dan nilai minimum 142,00 dan nilai maksimum 175,00 pada perempuan.

(6)

19,90 dan nilai maksimum 31,55. Pada table 4.2 dijelaskan berdasarkan jenis kelamin, pada laki-laki panjang tulang ulna kiri didapatkan nilai mean 26,59 dengan stand. Deviation 1,59 dan ulna kanan didapatkan nilai median 26.90 dengan nilai minimum 22,40 dan nilai maksimum 31,55. Pada perempuan panjang tulang ulna kiri didapatkan nilai mean 23,61 dengan stand. Deviation 1,57 dan ulna kanan didapatkan nilai mean 23,86 dengan stand. Deviation 1,49.

Tabel 4.2 Tinggi badan dan panjang tulang ulna responden

variabel Laki-laki

Ulna kiri, cm 26,59(1,59) 23,61(1.57) 25.14(2.17)

Ulna kanan, cm 26,9 23,86(1,49) 25.25

Hubungan panjang tulang ulna kiri dan kanan terhadap tinggi badan

Berdasarkan table 4.3 menunjukkan korelasi antara tinggi badan, panjang tulang ulna kiri dan kanan adalah bermakna karena diperoleh nilai p < 0,001. Nilai korelasi (r) pada ulna kiri dan kanan pada total responden adalah 0,81 dan 0,81 menunjukkan adanya korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sangat kuat. Nilai r pada tulang ulna kiri dan kanan pada laki-laki adalah 0,61 dan 0,59 menunjukkan adanya korelasi positif dengan kekuatan korelasi kuat dan sedang. Dan nilai r pada tulang ulna kiri dan kanan pada perempuan adalah 0,58 dan 0,56 menunjukkan adanya korelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang.

Tabel 4.3 Korelasi antara panjang ulna dengan tinggi badan.

(7)

Formula memperkirakan tinggi badan berdasarkan panjang tulang ulna kiri dan kanan

Berdasarkan hasil regresi linear dari data yang didapat, diperoleh suatu rumus untuk memperkirakan tinggi badan berdasarkan panjang ulna kiri dan kanan.

Rumus untuk memperkirakan tinggi badan berdasarkan panjang tulang ulna kiri dan kanan pada laki-laki.

TB = 108,28 + 2,21 UKi

TB = 107,71 + 2,22 UKa

Rumus untuk memperkirakan tinggi badan berdasarkan panjang tulang ulna kiri dan kanan pada perempuan.

TB = 105,73 + 2,09 UKi

TB = 105,61 + 2,07 UKa

Rumus untuk memperkirakan tinggi badan berdasarkan panjang tulang ulna kiri dan kanan pada total responden.

TB = 84,70 + 3,04 UKi

TB = 82,12 + 3,12 UKa

Tinggi badan sebenarnya pada responden dilakukan perbandingan dengan tinggi badan berdasarkan rumus untuk mendapatkan selisihnya yaitu ditentukan dari rata-rata dan simpangan bakunya.

1. Panjang tulang ulna kiri pada laki-laki TB = 108,28 + 2,21 UKi ± 2,68

(8)

3. Panjang tulang ulna kiri pada perempuan TB = 105,73 + 2,09 UKi ± 2,72

4. Panjang tulang ulna kanan pada perempuan TB = 105,61 + 2,07 UKa ± 2,92

5. Panjang tulang ulna kiri pada total responden TB = 84,70 + 3,04 UKi ± 2,93

6. Panjang tulang ulna kanan pada total responden TB = 82,12 + 3,12 UKa ± 3,09

Keterangan : TB = Tinggi badan

UKi = panjang tulang ulna kiri UKa = Panjang tulang ulna kanan

Pembahasan

Total data responden yang didapatkan pada penelitian ini sejumlah 315 responden yang terdiri dari 162 responden berjenis kelamin laki-laki (51,40%) dan 153 responden berjenis kelamin perempuan (48,60%). Uji hipotesis korelasi menggunakan uji korelasi Spearman bukan uji korelasi Pearson, dikarenakan distribusi data penelitian didapatkan data tidak normal. Usia didapatkan nilai median 22 tahun dengan data berdistribusi tidak normal karena uji normalitas

(9)

maksimum pada penelitian ini adalah 25 tahun disebabkan terjadinya pengurangan 1 mm pertahun pada seseorang yang berusia diatas 25 tahun.

Nilai rata-rata tinggi badan untuk laki-laki didapatkan 166,50 cm dan pada perempuan didapatkan 154,50 cm dengan data keduanya berdistribusi tidak normal (Tabel 4.2). Hal ini sesuai dengan teori bahwa tulang manusia dewasa menunjukkan demorfisme seksual, dimana laki-laki dan perempuan dapat dibedakan berdasarkan morfologinya Hasil ini menyatakan terdapat kesesuaian dari teori bahwa perbandingan tinggi badan laki-laki dan perempuan 100 : 90. Data penelitian ini menemukan bahwa responden-responden dengan tinggi badan yang sama memiliki panjang ulna yang berbeda-beda, demikian juga sebaliknya responden dengan panjang ulna yang sama memiliki tinggi badan yang berbeda-beda.

Data penelitian didapatkan responden yang berasal dari Non-Melayu lebih banyak yaitu 76,50% dibandingkan responden yang berasal dari Melayu yaitu 23,50% (Tabel 4.1). Hasil data tersebut telah menunjukkan bahwa responden yang Non-Melayu lebih berdominasi dibandingkan responden yang Melayu. Penelitian sebelumnya yaitu Reinhard mendapatkan hasil penelitian bahwa tidak ditemukannya pengaruh suku terhadap tinggi badan.

(10)

Rumus perkiraan tinggi badan berdasarkan panjang tulang ulna telah ada sebelumnya yaitu rumus Trotter-Glesser merupakan rumus yang paling sering digunakan yang penelitiannya dilakukan terhadap orang Amerika kulit putih dan kulit hitam. Penelitian di Indonesia sendiri yaitu rumus Antropologi Ragawi UGM, penelitian dilakukan dengan sampel yang sedikit dan kebanyakan dari tuna wisma yang berusia tua. Perhitungan tinggi badan yang lebih akurat sebaiknya menggunakan rumus yang berasal dari populasi yang bersangkutan. Selain itu saat ini diketahui bahwa rumus-rumus memperkirakan tinggi badan berdasarkan panjang tulang panjang ini dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, ras dan generasi.

Hubungan tinggi badan dan panjang tulang ulna mempunyai korelasi positif, hal ini karenakan didapatkan nilai p < 0,001 (p < 0,05) yang menunjukkan terdapat korelasi bermakna antara tinggi badan dan panjang tulang ulna, dan menunjukkan arah korelasi yang searah yaitu semakin tinggi badan seseorang maka semakin panjang pula tulang ulna seseorang. Rumus perkiraan tinggi badan berdasarkan panjang tulang ulna didapat dengan metode regresi linear. Rumus tersebut dibandingkan dengan tinggi badan sebenarnya dan didapatkan selisih pada keseluruhan responden, jenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan standar deviasi (SD), sehingga didapatkan rumus akhir :

Laki-laki

Ulna kiri : TB = 108,28 + 2,21 UKi ± 2,68

Ulna kanan : TB = 107,71 + 2,22 UKa ± 2,80

Perempuan

Ulna kiri : TB = 105,73 + 2,09 UKi ± 2,72

(11)

Total responden

Ulna kiri : TB = 84,70 + 3,04 UKi ± 2,93

Ulna kanan : TB = 82,12 + 3,12 UKa ± 3,09

Selisih tinggi badan sebenarnya dengan tinggi badan berdasarkan rumus yang berbeda-beda dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol pada penelitian ini. Faktor-faktor tersebut seperti keterbatasan ruangan pengukuran, kondisi titik-titik pengukuran tulang ulna dan faktor keterbatasan pemeriksaan kelainan tulang ulna, sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut yang dapat mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi hasil perkiraan tinggi

badan berdasarkan panjang tulang ulna pada orang Indonesia dewasa muda.

(12)

Rumus regresi yang dibandingkan : 1. Formula regresi peneliti

Laki-laki

Ulna kiri : TB = 108,28 + 2,21 UKi ± 2,68

Ulna kanan : TB = 107,71 + 2,22 UKa ± 2,80

Perempuan

Ulna kiri : TB = 105,73 + 2,09 UKi ± 2,72

Ulna kanan : TB = 105,61 + 2,07 UKa ± 2,92

Total responden

Ulna kiri : TB = 84,70 + 3,04 UKi ± 2,93

Ulna kanan : TB = 82,12 + 3,12 UKa ± 3,09

2. Telkka (1950)

TB laki-laki = 169,4 + 3,2 (Ulna – 23,1)

TB perempuan = 156,8 + 3,3 (Ulna – 21,3)

3. Trotter_Glesser (1958)

TB = 3,48 Ulna + 77,45 ± 4,66

4. Antropologi Ragawi UGM (1971) TB = 81,9 + 3,15 y (ulna kanan)

TB = 84,7 + 3,06 y (ulna kiri)

5. Amri Amir (1989)

TB laki-laki = 2,88 x U + 91,27

(13)

Pada hasil analisa tabel diatas didapatkan bahwa rumus regresi peneliti, Trotter-Glesser, Antropologi Ragawi UGM, dan Amri Amir memliki kedekatan atau mendekati dari tinggi badan responden sebenarnya, berbeda dengan rumus regresi Telkka yang menunjukkan perbedaan yang jauh dari tinggi badan sebenarnya responden. Rumus Telkka diteliti pada populasi Finishia dan hasil nilai dari rumus menghasilkan tinggi badan yang lebih tinggi dalam memperkirakan tinggi badan seseorang. Hal ini diduga karena sampel penelitian dilakukan pada ras Kaukasoid berbeda dengan ras pada penelitian peneliti yaitu ras Mongoloid dan penelitian Telkka berasal dari generasi yang lalu.

Responden Ulna Peneliti Peneliti (gabungan) Tabel 5.1 Perbandingan rumus peneliti, Telkka, Trotter-Glesser,

(14)

Rumus regresi linear memperkirakan tinggi badan berdasarkan panjang

tulang ulna yang dibuat peneliti dapat menambah perbendaharaan baru dalam

proses identifikasi tinggi badan pada Forensik Indonesia terutama pada orang

(15)

Kesimpulan

1. Usia rerata responden adalah 22 tahun dengan usia minimum dan maksimum berturut-turut 21 dan 25 tahun. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 315 responden yang terdiri dari 162 responden berjenis kelamin laki-laki (51.40%) dan 153 responden berjenis kelamin perempuan (48.60%). Suku pada penelitian ini dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu suku melayu riau (23.50%) dan bukan melayu riau (76.50%).

2. Rerata panjang tulang ulna kanan median 25.25 cm, terpendek 19.90 cm dan terpanjang 31.55 cm, pada laki-laki 26.90 dengan terpendek 22.40 cm dan terpanjang 31.55 cm dan pada perempuan rerata 23.86(1,49). Rerata Panjang tulang ulna kiri 25.25 cm (2,17), pada laki-laki reratanya adalah 26.59 cm (1,59).dan pada perempuan reratanya adalah 23.61 cm (1,57). 3. Tinggi badan rerata pada total responden, pada jenis kelamin laki-laki dan

perempuan dalam penelitian ini masing-masing adalah 161,00 cm, 166,50 cm dan 154,50 cm, tinggi badan terendah masing-masing adalah 142,00 cm, 149,00 cm dan 142,00 cm, sedangankan tinggi badan tertinggi masing-masing adalah 188,50 cm, 175,00 cm dan 188,50 cm.

(16)

korelasi kuat dan sedang. Dan nilai r pada tulang ulna kiri dan kanan pada perempuan adalah 0,58 dan 0,56 menunjukkan adanya korelasi positif dengan kekuatan korelasi sedang.

5. Hasil penelitian diperolehnya rumus regresi antara tinggi badan dan panjang tulang ulna :

Laki-laki

Ulna kiri : TB = 108,28 + 2,21 UKi ± 2,68

Ulna kanan : TB = 107,71 + 2,22 UKa ± 2,80

Perempuan

Ulna kiri : TB = 105,73 + 2,09 UKi ± 2,72

Ulna kanan : TB = 105,61 + 2,07 UKa ± 2,92

Total responden

Ulna kiri : TB = 84,70 + 3,04 UKi ± 2,93

(17)

Ucapan Terimakasih

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu hingga terselesaikannya tugas akhir ini. Ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada: Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan para staf pengajar yang telah mendidik penulis. Dekan Fakultas Teknik Universitas Riau atas izin yang diberikan dalam proses penelitian kepada penulis. DR. dr. Dedi Afandi DFM, Sp.F dan dr. Laode Burhanuddin, M. Kes selaku pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu, pikiran, perhatian, bimbingan, ilmu, petunjuk, nasehat serta motivasi kepada penulis demi kesempurnaan tugas akhir ini, dr. Miftah Azrin, Sp.KO dan dr. Siti Mona Amelia, M. Biomed selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan sarannya demi kelancaran dan kesempurnaan skripsi ini, dr. Suri Dwi Lesmana M. Biomed selaku supervisi yang telah memberikan kritik dan masukannya, dr. Siti Mona Amelia, M. Biomed selaku Penasehat Akademis yang selama ini telah banyak memberikan bimbingan dan semangat kepada penulis.

Rasa hormat dan serta sembah sujud penulis hanturkan kepada orangtuaku Drs. H. Wan Suhelmi. B dan Hj. Sri Pahlawanti yang selalu mendukung dan selalu berdo’a kepada penulis atas kelancaran skripsi ini.

Adik-adikku tercinta, Wan Danny Hasfi dan Wan Deyana Trianisa yang telah memberi dukungan dan do’a yang tulus kepada penulis. Mbah, om, dan tante

terimakasih yang tulus penulis sampaikan atas luapan kasih sayang, perhatian serta do’a tiada henti kepada penulis.

(18)
(19)

Daftar Rujukan

1. Budiyanto, dkk. Ilmu kedokteran Forensik Fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Edisi Kedua. Binarupa Aksara. Jakarta.1997: 1, 197-202.

2. Dahlan. S. Ilmu kedokteran forensik: pedoman bagi dokter dan penegak hukum. Badan penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 2002.

3. Devison RJ. Penentuan tinggi badan berdasarkan panjang lengan bawah. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2009.

4. Agnihotri AK, Kachhwaha S, Jowaheer V, Singh AP. Estimating stature from percutaneous length of tibia and ulna in Indo-Mauritian population. Journal of Forensic Science International. 2009: 109.e1-109.e3.

5. Kishman K, Sharma A. Estimation of stature from dimensions of hand and feet in North Indian population. Journal of forensic and legal medicine. 2007.

6. Smith SL. Stature estimation of 3–10-year-old children from long bone lengths. Journal of forensic science. 2007; Vol 52.

7. Krogman WM, Iscan MY. The human skeleton in forensic medicine, “2nd ed. Springfield: Charles C Thomas. 1986.

8. Ebite IE, Ozoko TC, Eweka AO, Otuaga PO, Oni AO, Om’Iniabohs FAE. Height: ulna ratio: a method of stature estimation in a rural community in Edo State, Nigeria. The internet journal of forensic science. 2008; Vol 3 no.1.

(20)

11-17.

10.Anggara A. History of forensic identification. Maulana azad medical college. New Delhi. 2003: Vol 1.

11.Parikh CK. Personal identity, identification in mass disaster. In: textbook of medical jurisprudence and toxicology. Medicolegal centre. Bombay. 1989: 29-82, 118-123.

12.Wahyono A. Korelasi tinggi badan dengan panjang tulang dada pada dokter muda di Departemen Kedokteran Forensik dan Medikolegal F.K. UI. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2005.

13.Glinka J. Antopometri dan antroskopi. Edisi 3. Fisip Universitas Airlangga. Surabaya. 1990: 1-77.

14.Maat GJR., Panhusyen RGAM., Mastwijk RW. Manual for the physical antropological report. Third edition. Berge’s antropologica leiden

University Medical Centre. Leiden. 2002: 1-29.

15.Bass WM. Human osteology: a laboratory and field manual. Missouri archaeological society. 1995: 170.

16.Putz R, Pabst R. Sobotta: Atlas anatomi manusia. EGC. 2008: 43, 46. Faiz O, Moffat D. At a glance anatomi. Penerbit erlangga. 2004: 60. Rasjad, Chairuddin. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Jakarta: Penerbit PT. Yarsif Watampone. 2007: 7-8, 118-124.

(21)

18.Iscan MY, Kennedy KAR. Skeletal markers of occupational stress. In: Reconstruction of Life from The Skeleton. Alan R.Liss,Inc; New York; 1989: 129-160.

19.Snell RS. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran edisi 6. EGC. 2006: 2, 464-465.

20.Gauld LM, Kappers J, Carlin JB, Robertson CF. Heigh prediction from ulna length. Developmental medicine and child neurology. 2004; Vol. 46, edisi 7; pg. 475.

21.Waghmer VKR, Gaikwad RB, Herekar NG. Estimation of the stature from the anthropometric measurement of hand length. The internet journal of biological anthropology. 2011; Vol 4.

22.Krishan, Kewal. Antropometry in forensic medicine and forensic science-‘forensic anthropometry’. The internet journal of forensic science. 2007:

2:1.

Gambar

Tabel 4.3 Korelasi antara panjang ulna dengan tinggi badan.
Tabel 5.1 Perbandingan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis data, aspek gramatikal yang paling sering muncul adalah data pengacuan dengan prosentase 75,7 %, sedangkan aspek leksikal yang dominan

Sehubungan dengan adanya bantuan publikasi ilmiah yang dikoordinasi oleh Pusat Pengembangan dan Publikasi Ilmiah Universitas Airlangga (PPJPI UA) tahun 2016, maka

&gt; Suatu organisasi terdiri dari berbagai entitas (tim) yang beragam namun terhubung satu sama lain, &gt; Entitas-entitas tersebut mempunyai kemampuan

perlokusi berbentuk manyatakan, 1 kalimat perlokusi asertif berbentuk menuntut dan 2 kalimat perlokusi berbentuk kalimat memberitahukan atau memberi

[r]

Pada tugas akhir ini, Sensor MPX5500D menjadi tujuan penelitian sebagai alat pembaca tekanan udara pada ban kendaraan, dengan membaca tekanan udara pada ban kendaraan yang

Tampilan ini berisi tentang data relasi yang akan dimasukkan ke dalam sistem, seperti terlihat pada Gambar 3. 0 Sistem Distribusi Obat Gudang Induk Kacab Relasi Obat + Nota

Pada perlakuan N4, daya lampu yang digunakan lebih besar dari perlakuan lain sehingga berat berangkasan yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan perlakuan lain di ruang