• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Discovery Learning terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SD Negeri 2 Genuksuran Kecamatan Purwodadi Semester 2 Tahun Ajaran 20

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Penggunaan Metode Pembelajaran Discovery Learning terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3 SD Negeri 2 Genuksuran Kecamatan Purwodadi Semester 2 Tahun Ajaran 20"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

8 2.1.1 Metode Pembelajaran

Nasution (Jamal Ma’mur Asmani,2010:19) menyatakan bahwa “kata metode berasal dari bahasa yunani “Methodos” yang berarti cara atau jalan yang ditempuh”. Sehubungan dengan proses pembelajaran maka metode menyangkut

masalah cara penyampaian pembelajaran untuk dapat dipahami oleh siswa. Fungsi

metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Menurut Nana Sudjana (2008:76) “metode pembelajaran adalah cara yang

dipergunakan guru dalam menjalin hubungan dengan siswa pada saat

berlangsungnya pengajaran”. Menurut Hamzah B Uno (2008:2) menyatakan

bahwa “metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru

dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran”.

Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan oleh para ahli maka dapat

disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk

mencapai tujuan pembelajaran agar dapat dipahami oleh siswa sehingga

mendapatkan hasil yang optimal.

2.1.1.1 Pengertian Metode Pembelajaran Discovery Learning

Menurut Mohammad Hosnan (2014) “pembelajaran discovery learning

adalah suatu metode untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan

menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan tahan lama di ingatan dan tidak akan mudah dilupakan siswa”.

Bell (Mohammad Hosnan,2014: 281) menyimpulkan sebagai berikut:

(2)

Menurut Masarudin Siregar (Mohammad Takdir Ilahi,2012:30) “discovery

by learning adalah proses pembelajaran untuk menemukan sesuatu yang baru

dalam kegiatan belajar mengajar. Menurut Jerome Brunner (Mohammad

Hosnan,2014:281) “discovery learning adalah metode belajar yang mendorong

siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman”.

Dari pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa metode discovery

learning adalah metode belajar yang proses pembelajarannya untuk menemukan

sendiri informasi baru sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran.

2.1.1.2 Kelebihan Metode Pembelajaran Discovery Learning

Kelebihan metode pembelajaran discovery learning menurut Marzano

(Mohammad Hosnan,2014:288) antara lain:

1. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan. 2. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry

(mencari-temukan).

3. Belajar menghargai diri sendiri.

4. Siswa belajar bagaimana belajar (learn how to learn). 5. Memotivasi diri dan lebih mudah untuk mentransfer. 6. Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat.

7. Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berfikir bebas. 8. Melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk

menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

2.1.1.3 Kekurangan Metode Pembelajaran Discovery Learning antara lain: Menurut Mohammad Hosnan (2014:288) kekurangan metode discovery

learning antara lain:

1. Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalahpahaman antara guru dan siswa.

2. Menyita waktu banyak. 3. Menyita pekerjaan guru.

(3)

2.1.1.4 Langkah-langkah Metode Pembelajaran Discovery Learning

Langkah-langkah metode pembelajaran discovery learning menurut

Mohammad Hosnan (2014:289) sebagai berikut:

a. Persiapan

1. Menentukan tujuan pembelajaran.

2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya).

3. Memilih materi pelajaran.

4. Menentukan topik‐topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif.

5. Mengembangkan bahan‐bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa. 6. Mengatur topik‐topik pelajaran dari yang sederhana ke

kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.

7. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

b. Pelaksanaan

1. Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)

Pertama‐tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.

2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda‐agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).

3. Data collection (Pengumpulan Data).

(4)

demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

4. Data Processing (Pengolahan Data)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing.

5. Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing. Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh‐contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip‐prinsip yang mendasari generalisasi.

2.1.2 Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mujiono (2013) “hasil belajar merupakan hal yang

dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan guru. Dari sisi siswa, hasil

belajar adalah tingkat perkembangan mental yang lebih baik dibandingkan pada

saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut meliputi ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Menurut Nana Sudjana (2008:22) “hasil

belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya”.

(5)

motorik, dan sikap”. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses

pembelajaran, karena akan memberikan sebuah informasi kepada guru tentang

kemajuan peserta didik dalam upaya mencapai tujuan belajarnya melalui proses

kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya setelah mendapat informasi tersebut

guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegaiatan peserta didik.

Dari pendapat yang dijelaskan oleh para ahli maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa dari aspek

kognitif, afektif dan psikomotorik melalui pengalaman belajarnya.

2.1.3 Pengertian Pembelajaran IPA 2.1.3.1Hakikat Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan dengan

kurikulum KTSP 2006 (Depdiknas,2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsipnya juga

merupakan suatu proses penemuan. Selain itu IPA juga merupakan ilmu bersifat

empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam.

Secara umum kegiatan dalam IPA berhubungan dengan eksperimen.

Namun dalam hal-hal tertentu, konsep IPA adalah tanggapan pikiran manusia atau

gejala yang terjadi di alam. Seorang ahli IPA dapat memberikan sumbangan besar

kepada IPA tanpa harus melakukan sendiri suatu percobaan, tanpa melakukan

observasi.

IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi,dan sikap. Produk

dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur

pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi pengamatan,

penyusunan, hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan,

pengujian hipotesis, melalui ekperimentasi, evaluasi, pengukuran, dan penarikan

(6)

2.1.3.2Karakteristik IPA

Karakteristik belajar IPA meliputi:

1. Hampir semua indera, seluruh proses berfikir dan berbagai gerakan otot.

2. Berbagai teknik (cara) seperti observasi, eksplorasi, dan eksperimental.

3. Alat bantu pengamatan untuk memperoleh data yang obyektif, yang sesuai

dengan sifat IPA yang menggunakan obyektifitas.

4. Kegiatan temu ilmiah, mengunjungi objek, studi pustaka, dan penyusunan

hipotesis untuk memperoleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar

obyektif.

5. Proses aktif, artinya belajar IPA merupakan suatu yang harus dilakukan

siswa, bukan suatu yang dilakukan untuk siswa.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajaridiri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut

dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. IPA diperlukan dalam

kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan

masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi beberapa aspek yaitu faktual,

keseimbangan antara proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan,

berfikir induktif dan deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah.

2.1.3.3Tujuan IPA

Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan daklam kehidupan sehari-hari.

3. Mengemabngkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadarn tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

(7)

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga,

dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.3.4Ruang Lingkup IPA

Ruang lingkup bahan pengajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek berikut

ini:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan

interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.

3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya, dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

2.1.3.5Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan

lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu

mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Sehingga

pembelajaran yang terjadi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan

guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk

meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran

IPA. Tujuan ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses, sikap

(8)

2.2 Kajian Penelitian yang relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lisa Saputri (292008140) pada tahun 2012 yang berjudul “ Pengaruh Penggunaan Metode Discovery Pada Pelajaran IPA Pokok Bahasan Bunyi Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Kristen

Satya Wacana Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Program S1 FKIP

PGSD UKSW menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas

eksperimen yang menggunakan metode discovery dengan kelas kontrol yang

menggunakan metode konvensional. Hal ini terbukti dari hasil penelitian,

dilakukan analisis data hasil dari uji t-test diketahui 4,532 dengan signifikasi

0,000 < 0,05, Perbedaan rata-ratanya 15,616. Dilihat dari skor rata-rata hitung

hasil belajar, siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery

mempunyai skor rata-rata 77,76 sedangkan kelas kontrol yang menggunakan

metode konvensional mempunyai skor rata-rata 62,14. Dari hasil uji t-test

disimpulkan bahwa penggunaan metode discovery berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa kelas IV SD Kristen Satya Wacana Salatiga.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muntiana (292008003) pada tahun 2012 yang berjudul “Perbedaan pengaruh pendekatan Inquiry dengan menggunakan metode discovery dan metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD gugus Muhammad Syafi’i kecamatan Randublatung Kabupaten Blora Tahun pelajaran 2011/2012. Program S1 FKIP PGSD UKSW

menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan untuk pembelajaran

dengan menggunakan metode discovery dengan pembelajaran menggunakan

metode eksperimen. Hal ini terbukti dari hasil penelitian, dilakukan analisis data

hasil dari uji t-tes diketahui 3,731 dengan probabilitas signifikasi 0,001 < 0,05,

Perbedaan rata-ratanya adalah 9,029. Dilihat dari skor rata-rata hitung hasil

belajar, siswa yang pembelajarannya menggunakan metode discovery mempunyai

skor rata-rata 70,50 Sedangkan siswa yang pembelajarannya menggunakan

metode eksperimen mempunyai skor rata-rata hitung 61,47. Dari hasil uji t-test

disimpulkan bahwa metode discovery lebih berpengaruh positif dan signifikan

terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD N Sambongwangan 01 Kecamatan

(9)

2.3 Kerangka Pikir

Kondisi awal kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam kondisi seimbang

hasil belajarnya. Kelas eksperimen diberi pretest kemudian diberi pembelajaran

dengan menggunakan metode discovery learning selanjutnya diberikan posttest.

Kelas kontrol diberi pre test kemudian melakukan pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran konvensional dan diberi post test. Membandingkan

hasil belajar siswa antara yang menggunakan metode pembelajaran discovery

learning dan yang menggunakan metode konvensional adalah untuk mengetahui

pengaruh antara penggunaan metode pembelajaran discovery learning dengan

metode konvensional pada pelajaran IPA.

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Pikir Kelas

Eksperimen Pretest

Kelas Kontrol

Pretest Hasil pretest tidak ada

perbedaan yang signifikan

(kelas homogen)

Kelas eksperimen dengan metode discovery learning

1. Stimulus.

2. Identifikasi Masalah

3. Pengumpulan Data.

4. Pengolahan Data.

5. Verifikasi.

6. Generalisasi.

Kelas kontrol dengan metode

konvensional

Posttest Hasil

(10)

Bagan pada gambar 2.1 merupakan gambaran mengenai kondisi awal siswa

kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai kondisi hasil belajar yang sama.

Kelas eksperimen menggunakan metode pembelajaran discovery learning

sedangkan kelas kontrol menggunakan metode konvensional, kemudian diadakan

pottest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil post test dapat

mengetahui adanya perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

2.4 Hipotesis Penelitian

Diduga pengaruh signifikan penggunaan metode pembelajaran discovery

learning terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 3 SD Negeri 2 Genuksuran maka

hipotesis dalam penelitian ini adalah:

a. H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode

pembelajaran discovery learning dengan metode konvensional terhadap hasil

belajar IPA siswa kelas 3 SD Negeri 2 Genuksuran Kecamatan Purwodadi

Semester 2 Tahun Ajaran 2014/2015.

b. H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan metode

pembelajaran discovery learning dengan metode konvensional terhadap hasil

belajar IPA siswa kelas 3 SD Negeri 2 Genuksuran Kecamatan Purwodadi

Gambar

Gambar  2.1. Bagan Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

The Embassy of people's Democratic Republic of Algeria avails itself of this cpportunity to iehew to the Mirirsrry of Foreign Affairs of the Republic o[

Hasil dari eksperimen yang telah dilakukan adalah robot dapat dikenali dengan menggunakan metode tersebut dengan baik walaupun terkadang di beberapa daerah, robot

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Apakah sikap (attitude) Banking Staff sebagai

Mandiri Tunas Finance, involving five variables, namely variable Brand Image, Brand Trust, Economic Benefits and Brand Attitude as independent variables and

Dengan dukungan kuat dan aliansi strategis antara PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dengan PT Tunas Ridean Tbk serta hadirnya brand baru &#34;Mandiri Tunas

Debt to Equity Ratio dapat dikatakan mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kebijakan dividen karena perusahaan tidak bisa mengelola ekuitas yang dimiliki

Input pelatihan deteksi tipe warna kulit wajah diperoleh dari hasil pengolahan citra dengan metode transformasi warna YCbCr.. Hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kedua varietas kedelai mengeksudasi gula netral seperti glukosa (Glc) dan galaktosa (Gal) dalam jumlah yang berbeda seiring dengan