• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Makalah Bimbingan Konseling untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Contoh Makalah Bimbingan Konseling untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

i

BIMBINGAN KONSELING UNTUK OPTIMALISASI

PERKEMBANGAN MORAL REMAJA

Disusun Guna memenuhi Tugas Mata Kuliah : Konseling Remaja

Dosen Pengampu : Nindya Ayu Pristanti, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh : Nama : Zuraidah Harahap Nim : 1151151042

Keas : BK Reguer A 2015

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada Saya, sehingga Saya dapat menyelesaikan Makalah Saya yang berjudul “Bimbingan Konseling Untuk Optimalisasi Perkembangan Moral Remaja

Makalah ini telah Saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu Saya menyampaikan banyak terima kasih kepada Ibu Nindya Ayu Pristanti, S.Pd, M.Pd sebagai dosen pengampu dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan laporan makalah ini.Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka Saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar Saya dapat memperbaiki laporan makalah ini.

Akhir kata Saya berharap semoga makalah ini ada manfaatnya untuk masyarakan dan dapat memberikan informasi dan inpirasi terhadap pembaca.

Medan, 19 April 2018

Zuraidah Harahap

(3)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 1

1.3 Tujuan Penulisan ... 1

BAB II PEMBAHASAN ... 2

2.1 Pengertian Moral ... 2

2.2 Kekhasan Perkembangan Moral Remaja ... 3

2.3 Immoril Pada Perkembangan Remaja... 5

2.4 Pengaruh Orangtua Terhadap Perkembangan Moral Remaja... 8

BAB III PENUTUP... 10

3.1 Kesimpulan ...10

3.2 Saran ...10

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Salah satu tugas perkembangan remaja adalah perkembangan moral. Moral merupakan penanda kepribadian seseorang. Apabila seseorang memiliki moral yang baik maka ia akan memiliki kepribadian yang baik. Tapi, jika individu memiliki moral yang buruk maka ia memiliki kepribadian yang buruk pula. Sebagai orang tua dan guru harus mengeta hui bagaimana perkembangan moral remaja seharusnya. Orang tua dan guru harus tahu bagaimana menghadapi dan mengembangkan moral remaja ke arah yang lebih baik.

Hal itu disebabkan karena pada masa remaja terjadi keadaan yang labil, sehing ga remaja harus mampu menentukan mana hal yang baik dan buruk sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku berdasarkan suara hati. Jika remaja tidak mampu mengendalikan diri maka remaja akan terjerumus kea rah yang salah atau tindakan immoril. Pada masa remaja sering terjadi seks bebas yang akan menghancurkan masa depan remaja. Hal tersebut terjadi karena kurangnya bimbingan dan pengetahuan remaja tentang seks. Oleh sebab itu, guru dan orang tua sangat berperan penting dalam membimbing remaja berhubungan dengan teman lawan jenis.

1.2Rumusan Masalah

Pada makalah ini akan dibahas tentang : 1. Apakah pengertian dari moral ?

2. Apakah kekhasan perkembangan moral remaja?

3. Apakah bentuk salah satu tindakan immoral pada remaja ?

4. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja? 5. Apakah usaha guru dan orang tua dalam mengembangkan moral remaja?

1.3Tujuan

(5)

v

BAB II PEMBAHASAN 2.1Pengertian Moral

Elizabeth B. Hurlock (1999:74) mendefinisikan moral sebagai bentuk tingah laku yang sesuai dengan aturan-aturan kelompok social. “Moral” berasal dari kata “mores” yang berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Sikap yang bermoral dikendalikan atau didasari oleh konsep-konsep atau pengetahuan-pengetahuan tentang moral yang telah menjadi pegangan atau panutan bagi kelompok sosial di mana individu tersebut berada.

Moral adalah kebiasaan atau aturan yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Moral merupakan seperangkat aturan yag menyangkut baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, benar atau salah, dan tidak bertetangan dengan hati nurani dalam menjalani kehidupan sosial.

Berdasarkan pengertian di atas, terdapat empat hal pokok yang berkaitan dengan moral, yaitu : mempelajari apa yang diharapkan kelompok sosial dari anggotanya seperti aturan hokum, kebiasaan kelompok sosial; mengembangkan hati nurani; mempelajari untuk merasakan malu atau bersalah jika sikap individu tidak sesuai dengan aturan yang ada pada kelompok sosial; dan belajar berinteraksi sosial untuk mempelajari moral yang ada dalam kehidupan kelompok sosial.

Seorang remaja yang beranjak dari masa kanak-kanak harus mengganti konsep-konsep moral pada masa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku pada kehidupan sosial di mana ia berada seiring dengan perkembangan pola pikir remaja. Remaja harus ma mpu mengendalikan dirinya dan bertanggung jawab atas semua yang ia lakukan. Karena pada masa kanak-kanak, tanggung jawab tertumpu pada orang tua sebagai lingkungan terdekat. Sedangkan pada masa remaja segala yang remaja lakukan harus memikirkan baik dan buruk atas perbuatannya serta remaja harus mampu mempertanggung jawabkannya.

(6)

2.2Kekhasan Perkembangan Moral Remaja

Perkembangan moral remaja berbeda dengan perkembangna moral periode anak-anak. Elida Prayitno (2006:106) mengemukakan penyebab perbedaan tersebut, yaitu :

1) Meningkatnya kemampuan kognitif dari berpikir konkrit menjadi berpikir abstrak atau formal. Remaja mampu memahami permasalahan-permasalahan yang ia hadapi sesuai dengan moral-moral yang ia miliki. Remaja menganalisa setiap permasalahan yang ia hadapi, terutama permasalahan moral.

2) Remaja memperoleh kemampuan untuk memahami bahwa peraturan-peraturan itu dubuat manusia atas persetujuan semua orang adlah bersifat ideal untuk kesejahteraan hidup. Remaja berusaha untuk mematuhi peraturan-peraturan yang ada terutama aturan Tuhan. Remaja sangat mengharapkan aturan tersebut dipatuhi oleh setiap orang, remaja akan memberontak jika terjadi pelanggaran terhadap aturan-aturan yang ada.

Remaja berada pada taraf perkembangan moral otonom. Sebagaimana yang diojelaskna Piaget dalam Tim PPD (2006:114) bahwa remaja akan menjalami hokum berdasrakan kesepakatan bersama. Moral akan berjalan sesuai dengan kesadaran masyarakat. Moral dibentuk demi kebahgiaan dan kesejahteraan kehidupan. Remaja menyadari bahwa pelanggaran moral itu akan diberi sangsi sesuai denga kesalahan yang dilakukan. Sangsi moral dapat dilihat dengan kasat mata, namun ada juga secara abstrak seperti sangsi berupa dosa. Semakintinggi kemampuan kognitif remaja, semakin tinggi pemahamannya terhadap moral. Sehingga remaja akan menuntut kepuasan dan ketentraman hidup serta keadilan. Sedangkan menurut teori belajar sosial, moral terbentuk dari hasil interaksi individu dengan lingkungan. Moral akan tercipta baik jika individu berinteraksi dengan lingkungan yang baik juga.

Remaja akan meniru moral lingkungan sekitarnya, remaja akanj mudah meniru lingkungan terdekat yaitu lingkungan keluarga dan guru. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus memiliki moral yang baik dihadapan remaja. Beberapa kecenderungan moral yang terlihat pada usia remaja menurut Yudho Purwoko (2001:30) adalah :

1) Self- directive, taat beragama berdasarkan pertimbangan pribadi; 2) Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa kritik;

3) Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama; 4) Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral;

(7)

vii

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Remaja, Elida Prayitno (2006: 109-112), menjelasakan tentang faktor-faktor perkembangan remaja yaitu :

1) Orang Tua dan Guru Sebagai Model

Remaja pria maupun wanita meniru tingkah laku orang tua yang sama jenis kelaminnya karena remaja ingin seperti orang tua. Anak laki-laki ingin seperti ayah dan anak perempuan ingin seperti ibunya. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus memiliki nilai moral yang baik dan motivasi yang tinggi. Karena remaja akan menghubungkan dengan lingkungan aspek-aspek yang dilihatnya dari orang tua sehingga timbulah tingkah laku remaja. Teori psikoanalisa mengatakan bahwa perilaku muncul karena adanya rasa bersalah pada diri remaja. Untuk keluar dari kesalahan tersebut, remaja harus melakukan tingkah laku yang bermoral yang ditiru dari tingkah laku orang tua dan guru.

2) Disiplin Yang Dilakukan Orang Tua

Apabila orang tua menerapkan sisem disiplain dengan memberikan alasan mengapa sesuatu boleh atau tidak boleh dilakukan maka tingkah laku aau moral remaja akan tercipa dengan baik. Namun, jika orang tua bersifat otoriter dalam menjalankan disiplin maka remaja akan memiliki moral yang lemah. Hal ini disebabkan seiring dengan perkembangan kognit if remaja.

Remaja pria yang tidak memiliki ayah cenderung lemah moralnya dibandingka n dengan remaja yamg tinggal dengan ayahnya karena ayah dapat memberikan arahan moral secara langsung dan peranan disiplin ayah akan terancam jika digantikan oleh ibu. Hubungan antara moral remaja denga disiplin orang ua adalah sebagai berikut :

 Orang tua yang menonjolkan disiplin dalam keluarga, dapat melema hk a n perkembangan moral remaja.

 Orang tua yang mengakkan disiplin penarikan cina akan menimbulkan moral yang buruk.

 Orang tua yang menerapkan disiplin induksi akan menciptakan moral remaja yang baik.  Disiplin yang dilakukan ayah jarang mempengaruhi perkembangan moral remaja.  Perasaan kasih sayang dan kelembutan akan menimb ulkan moral positif bagi siswa.

(8)

3) Interaksi Dengan Teman Sebaya

Interaksi dengan teman sebaya dan kemampuan bermain peran merupakan wujud dari penguasaan role taking. Remaja yang memiliki role taking baik akan merasakan perasaan temannya yang sedih karena mendapatkan nilai yang rendah. Perasaan tersebut akan mempengaruhi pola pikirnya, sehingga remaja tidak akan menyakitkan hati temannya tersebut. Dengan meningkatnya interaksi dengan teman sebaya, maka kemampuan role taking remaja akan meningkat dan perkembangan moral akan semakin baik.

2.3Tindakan Immoril Pada Remaja 1) Pengertian Immoril

Berdasarkan kenyataan yang kita lihat, tidak semua remaja mampu menghadap i peralihan moral dari masa kanak-kanak ke masa remaja untuk menuju kedewasaan. Ketidakmampuan remaja tersebut akan menimbulkan tindakan-tindakan moral yang menyimoang atau disebut juga tindakan immoral. Kartini Kartono (1990:235) dalam bukunya “Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan)” mendefinisikan immoral sebagai “ Tindakan yang asusila dan sangat mencolok mata, sehingga ditolak oleh masyarakat”. Beberapa ciri- cir i individu yang immoril adalah :

a) Kurang terkendalinya rem-rem psikis oleh hati nurani dan tidak berfungsi atau melemahnya sistem pengontrolan diri oleh rendahnya kemauan.

b) Kurang adanya pembentukan karakter pada individu. Tindakan immoral sangat merugikan diri sendiri dan orang lain. Remaja yang seharusnya dihargai oleh teman sebaya menjadi hina di mata teman sebaya. Remaja semestinya mengikuti pendidkan layaknya remaja yang lain menjadi pemalas dan melawan kepada orang tua dan guru. Remaja tidak mengindahkan peraturan-peraturan dan nilai-nilai yang ada dalam kehidupan.

2. Fenomena Seksualitas Pada Remaja

(9)

ix

Remaja perempuan ingin sekali mengetahui tentang keluarga berencana, pil anti hamil, aborsi, dan lain-lain. Remaja laki-laki ingin mengetahui tentang penyakit kelamin, onani, alat kontrasepsi, dan lain-lain. Remaja yang kurang mendapatkan bimbingan dari orang tua dan guru, baik bimbingan agama maupun bimbingan tentang perkembangna seks, maka remaja tidak akan mampu mengontrol nafsu seksualnya sehingga terjadi pergaulan bebas (free seks). Kematangan seksual pada remaja laki-laki maupun perempuan akan diekspresikan kepada lawan jenis yang bersifat romantis dan adanya keinginan yang kuat untuk memper ole h dukungan dari lawan jenis.

Perkembangan minat terhadap lawan jenis yang disebut heteroseksualitas mengik ut i pola tertentu. Minat pada lawan jenis juga sangan dipengaruhi pola minay di antara teman-teman remaja. Kalau mereka berminat dalam kegiatan yang melibatkan kedua jenis seks maka remaja juga harus dapat memlihara status dalam kelompok sebaya. Pada generasi lampau, kesempatan untuk berpacaran bagi remaja tidak ada. Remaja diatur oleh aturan dan tradisi yang sangat dijunjung oleh masyarakat. Pacaran merupakan bentuk tingkah laku menyimpang disaat itu. Remaja yang menyimpang tidak akan memperoleh dukungan dari kelompok sosialnya.

Berkencan pada zaman dahulu harus seizin orang tua dan di bawah pengawsan orang tua. Remaja menjujung tinggi nilai- nilai moral yang ada. Remaja laki-laki berpakaian rapid an bersopan santun dalam bertamu ke rumah perempuan. Bersentuhan saja mereka tidak berani, apalagi berciuman. Walaupun sudah bertunangan, remaja tidak diizinkan untuk berciuma n. Berbeda halnya dengan remaja sekarang, berpelukan dan berciuman di depan umum

merupakan hal yang biasa. Tindakan immoral tersebut sudah menjadi “khas” kaum remaja

sekarang. Tidak hanya terjadi pada remaja perkotaan yang hidup penuh dengan keglamo ura n tapi remaja pedesaan tidak terlepas dari tindakan immoral tersebut.

Hal tersebut terjadi karena kurangnya rasa tanggung jawab orang tua terhadap remaja. Remaja sendiri merasa telah mampu mengatur dirinya sendiri, sehingga tidak diherankan kalau remaja yang berusia tiga belas tahun sudah berani berkencan. Elizabeth B. Hurlock (1980:228) menjelaskan alasan-alasan remaja berkencan, yaitu :

1. Hiburan

Remaja menginginkan agar pasangannya mempunyai berbagai keterampilan social yang dianggap penting oleh kelompok sebaya, yaitu sikap baik dan menyenangka n. Remaja laki-laki diharapkan “tajir” oleh pasangannya.

(10)

2. Sosialisasi

Agar tetap terlibat dalam kegiatan sosial, maka remaja harus berkencan dalam melakukan kegiatan sosial.

3. Status

Pasangan tetap akan memiliki citra positif pada kelompok sosial. 4. Masa Depan

Remaja berkencan untuk memikirkan kehidupan masa depan. Remaja berkencan untuk memikirkan rencana pernikahan.

5. Pemilihan Teman Hidup

Remaja yang memilki minat pendidikan yang rendah, memilih untuk berkencan guna mencari pasangan yang akan menjadi pendamping hidupnya. Namun, remaja salah dalam cara memilih, remajamau berhubungan yang melewati batas dengan teman kencannya untuk mengenali pasangannya lebih jauh.

Dengan adanya pasangan tetap akan memberi peluang besar pada remaja untuk melakukan hubungan seksual secara bebas. Remaja akan mengenali pasangannya secara dini. Pendirian asrama atau kos-kosan yang tidak dtempati oleh pemiliknya akan memancing remaja untuk melampiaskan nafsu seksualnya. Remaja laki-laki diizinka n masuk ke rumah atau kamar pasangannya, begitu juga sebaliknya. Seks bebas akan terjadi jika kelompok sebaya mendukung untuk berkencan. Apalagi pendapat mengena i benar atau salah mengenai perilaku seksual menyertai perubahan sikap. Pengungkapa n cinta merupakan tindakan baik dan melakukan hubungan seksual sebagai bukti cinta menurut remaja tidak salah.

Hal itu dapat kita lihat pada remaja-remaja yang tinggal jauh dari orang tua dan belum mencapai usia yang pantas untuk meninggalkan pendidikan. Kartini Kartono (1990:235-236) menyatakan bahwa tindakan immoralitas pada remaja didorong oleh kebutuhan untuk memuaskan nafsu seksual. Pada remaja perempuan, tindakan immora l diransang oleh pemanjaan diri dan kompensasi terhadap kelabilan jiwanya. Remaja perempuan merasa tidak senang, kecewa, dan ingin berontak terhadap lingkungannya. Hal tersebut disebabkan oleh :

1. Kegagalan di sekolah, tidak mampu berprestasi, konflik dengan teman atau guru.\ 2. Konflik dengan orang tua dan keluarga.

(11)

xi

4. Disharmuni dan disintegrasi dalam konstitusi keribadian sehingga muncul konflik batin dan ketegangan emosional yang tak terbendung.

5. Remaja berada pada lingkungan broken home. Remaja kekurangan kasih sayang dari orang tua dan lingkugannya..

6. Remaja berontak dan ingin menuruti kemauan sendiri karena merasa telah dewasa dan mampu bertanggung jawab.

Berdasarkan keterangan di atas, remaja yang tidak mampu mengendalikan seksualitas kearah positif mudah dan akan terbiasa dengan immoral. Kebiasaan seks bebas (free seks) akan mengarahkan remaja ke dunia narkoba dan kumpul kebo. Karena remaja yang tergabung dalam kelomok free seks disebut kumpul kebo. Pada kesempatan itulah anggota kelompok berkenalan dengan narkoba. Remaja akan lupa dengan semua aturan-aturan yang mengikat sikap dan tingkah laku mereka. Pengkonsumsian narkoba akan menyebabkan remaja ketagihan dan akan menggunakannya berulang- ulang sehingga narkoba akan mengontrol sistem saraf pengkonsumsinya.

Pegkunsumsian narkoba yang berlebihan akan meningkatkan seksual remaja sehingga banyak terjangkit HIV/AIDS pada remaja. Menurut keterangan para ahli, virus HIV/AIDS akan menyerang keturunan. Sangat disayangkan, karena ulah orang tua di masa remaja akan menghancurkan masa depan anaknya. Begitu juga di mata Tuhan, betapa besar dosa yang telah dilakukan remaja dalam menikmati masa remajanya. Nafsu telah menguasai akal dan hati remaja sehingga remaja terjerumus ke jalan setan. Remaja tidak menyadari bahwa belum tentu pasangannya itu akan menjadi teman hidupnya nanti. Apalagi pada remaja perempuan yang telah dinoda oleh pasangannya yang tidak bertanggung jawab.

Remaja telah merusak nama baik keluarga di mata masyarakat dan menanam dosa di sisi Tuhan. Keluarga akan dicap masyarakat sebagai keluarga tak bermoral dan tidak bertanggung jawab terhadap moral anak. Bagi remaja itu sendiri, free seks telah menghancurkan masa depan mereka dan merusak citra diri di mata teman sebaya. Remaja akan menjadi pendiam dan menarik diri dari lingkungannya.

2.4Upaya Guru dan Orang Tua dalam Mengembangkan Moral Remaja 1. Memperkenalkan pengetahuan agama.

Moral tidak terlepas dari pengetahuan agama. Remaja harus diberi pengetahuan tentang nilai- nilai moral yang diatur dalam agama sehingga remaja memiliki pegangan hidup.

(12)

2. Memperkenalkan nilai moral yang berlaku.

Guru dan orang tua memperkenalkan kepada remaja tentang nilai-nilai yang berlaku 3. Menunjukkan sikap yang penuh kasih. buruk dapat dipercaya melalui kata hati.

5. Membina situasi sosial emosional yang bermoral.

Hubungan orang tua dan anak, anak dengan anak, ramah tamah, rasa kasih saying sangat mempengaruhi perkembangan moral remaja. Guru dan orang tua memberika n contoh yang baik dalam mendidik, dengan memberikan pujian dan teguran yang tidak menjatuhkan perasaan remaja.

6. Meningkatkan pandangan moral

Remaja dilibatkan dalam kegiatan tertentu yang bersangkutan dengan masalah moral. Sehingga remaja dapat menghindari diri dari tindakan immoral karena remaja tahu apa akibat dari yang akan ia lakukan.

7. Memberikan informasi tentang bahaya seks bebas dan narkoba bagi diri sendiri dan orang lain.

8. Membina bergaul dalam kelompok dengan lawan jenis. Guru membentuk kelompok belajar atau diskusi pada remaja sehingga tercipta hubungan yang positif pada remaja yang berlawanan jenis.

9. Membimbing siswa yang menyukai lawan jenis agar tidak terjadi perzinaan.

10. Membantu remaja mengembangkan diri berupa bakat dan minatnya sehingga remaja bertindak positif untuk megekspresikan cintanya kepada lawan jenis. Misalnya remaja akan semangat latihan atau belajar karena ingin menunjukkan kepada teman lawan jenisnya bahwa ia mampu berprestasi.

11. Orang tua hendaknya menerima teman remaja dan membina mereka dalam bergaul di rumah serta selalu mendampingi meraka.

(13)

xiii

BAB III PENUTUP 3.1Kesimpulan

Sebagai seorang remaja harus memiliki pengetahuan tentang moral yang akan menjadi pegangan hidup dalam bersikap. Dengan kemampuan berpikir abstrak remaja mampu menentukan mana hal yang baik dan buruk, pantas atau tidak pantas, benar atau salah. Remaja yang tidak memiliki pengetahuan moral akan terlibat tindakan immoral yang akan meresahkan masyarakat umumnya dan akan menghancurkan masa depan remaj yang bersangkutan remaja tersebut khususnya.

3.2Saran

Orang tua hendaknya memberikan atau membimbing anak dari kecil dengan banyak ilmu pengetahuan tentang moral sehingga dalam menghadapi masa remaja yang labil, anak tidak canggung. Remaja akan bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya.Di samping itu, guru sebagai orang tua pengganti disekolah hendaknya membimbing remaja dalam menjalin hubungan dengan teman lawan jenis agar tidak terjadi penyimpangan moral yang akan merusak citra sekolah. Remaja harus diberi pengetahua n agama dan dibimbing dalam mengembangkan minat dan bakat sehingga remaja tidak memiliki waktu untuk bertindak immoral.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Desmita, 2007. Psikologi Perkembangan, Bandung : Rosda Karya

Referensi

Dokumen terkait

Adapun proses pelaksanaan bimbingan dan konseling Islam dengan Teknik Modelling untuk meningkatkan kepedulian remaja kepada orang tua yakni dengan langkah-langkah

dilakukan orang tua apabila anak-anaknya berbuat yang tidak sesuai dengan harapan dan aturan-aturan seperti kata-kata atau sikap anak menentang orang tua, mencuri atau perbuatan

IK Iya mbak terus saya bilang” itu anak kamu sendiri ngga seharusnya diperlakukan seperti itu, mariska itu masi mebutuhkan orang tua, saya mengizinkan mariska tinggal dengan

Orang tua menjadi tokoh identifikasi (idola) bagi anak-anaknya sehingga sering kali anak mengatakan saya ingin seperti ayah atau ibu. Hal ini menunjukkan bahwa

campuran adalah pola asuh yang diterapkan oleh orang tua remaja di SMK Bistek Palembang yang bercirikan orang tua tidak konsisten dalam mengasuh anak mereka dimana orang tua

hubungan pola komunikasi orang tua- anak dengan perkembangan emosi remaja awal kelas 2 Tsanawiyah Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta mempunyai pola komunikasi orang tua-

Peristiwa cyberbullying juga tidak mudah di identifikasikan orang lain, seperti orang tua atau guru karena tidak jarang anak-anak remaja ini, juga mempunyai kode-kode berupa

Ini terjadi karena orang tua merasa was-was pada pergaulan masa anak remaja awalnya, karena pada masa remaja awal adalah fase-fase dimana anak ingin mencoba berbagai macam hal yang