• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBUTUHAN REMAJA DI ASRAMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN 2011 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KEBUTUHAN REMAJA DI ASRAMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN 2011 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

KEBUTUHAN REMAJA DI ASRAMA STELLA DUCE 2

YOGYAKARTA TAHUN 2011 DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

KELOMPOK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Fransiska Ayu Novianti

NIM: 031114031

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

KEBUTUHAN REMAJA DI ASRAMA STELLA DUCE 2

YOGYAKARTA TAHUN 2011 DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

KELOMPOK

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Fransiska Ayu Novianti

NIM: 031114031

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Kesabaran sering kali diabaikan dengan alas an percepatan dan sebagainya. Namun, harus di catat dengan baik bahwa kesabaran memegang peranan penting dalam kehidupan kita.

Firman Tuhan berkata, “Orang sabar melebihi seorang pahlawan dan orang yang menguasai diri melebihi orang yang merebut kota”. pahlawan bisa mengalahkan musuh, tapi belum tentu bisa mengalahkan diri sendiri karena musuh yang terbesar adalah diri kita sendiri.

Kuasailah diri dan jadilah sabar, maka kita akan melihat satu per satu rencana Tuhan digenapi dalam hidup kita.

Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Orang tuaku Bapak Ig. Soedardjo (Alm.) dan Ibu RDL. Siti Ngatmi

2. Kakak-kakakku Mas Rudy, Mas Hary, Mas jati, Mbak Aan, Mas Noel

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

KEBUTUHAN REMAJA DI ASRAMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN 2011 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN

TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK

Fransiska Ayu Novianti

Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kebutuhan remaja di asrama Stella Duce 2 Yogyakarta tahun 2011. Masalah pertama yang diteliti yaitu kebutuhan-kebutuhan remaja di asrama Stella Duce 2 Yogyakarta berdasarkan tugas-tugas prkembangan. Masalah yang kedua, berdasarkan hasil penelitian nomor satu, topik-topik bimbingan apakah yang sesuai dengan kebutuhan remaja di asrama Stella Duce 2 Yogyakarta.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengn menggunakan metode survei. Subjek penelitian ini adalah remaja kelas X dan kelas XI sebanyak 80 anak. Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner kebutuhan remaja berdasarkan aspek perkembangan remaja yang terdiri dari 55 item pernyataan yang bersifat favorable yang dikembangkan berdasarkan teknik penyusunan skala model Likert dengan empat alternatif jawaban yaitu sangat butuh, butuh, tidak butuh, sangat tidak butuh. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tabulasi skor dari masing-masing item, menghitung skor total masing-masing responden, kemudian mengkategorikan kebutuhan remaja ke dalam jenjang kontinum yang disusun berdasarkan Azwar (2007:108). Kategorisasi tersebut terdiri dari lima jenjang yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah.

(9)

ABSTRACT

THE NEEDS OF HIGH SCHOOL STUDENTS AT STELLA DUCE 2 DORMITORY YOGYAKARTA IN 2011 AND THE IMPLICATIONS

TOWARDS THE TOPICS FOR GUIDANCE Fransiska Ayu Novianti

Sanata Dharma University 2011

This research belongs to a descriptive study to obtain description about the needs of high school students at Stella Duce 2 dormitory Yogyakarta in 2011. The primary goal of this study is to gain information about the needs of high school students at Stella Duce 2 dormitory Yogyakarta based on the developmental tasks. From the results, the writer set up the second goal, i.e. to find out the most appropriate topics for guidance in accordance with the needs of high school students at Stella Duce 2 dormitory Yogyakarta.

This study belongs to a descriptive study using survey methodology. There were 80 students from the tenth and eleventh grade as the subject of this study. The writer used questionnaires as the instrument of her study, consisting of 55 favorable statements developed based on Likert scale model with four alternative responses, i.e. highly necessary, necessary, unnecessary, highly unnecessary. For the data analysis, the writer created tabulation of score for each item, calculated the total score for each respondent and categorized the needs of the students to the continuum level (Azwar 2007:108). The categories consist of five stages, i.e. very high, high, average, low, and very low.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha kasih, atas segala rahmat, dan

pendampingan-Nya sehingga skripsi ini dapat selesai. Berkat penyertaan dan

bimbingan-Nya, peneliti mendapatkan kekuatan dan semangat dalam penyusunan

skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling.

Disadari bahwa skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan, perhatian,

dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dra. M. J. Retno Priyani, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang dengan

penuh kesabaran, ketulusan hati, pengertian telah memberikan bimbingan,

petunjuk, masukan, pikiran, waktu, tenaga, dan dukungan kepada peneliti

sehingga tersusun skripsi ini.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah

memberikanijin untuk penulisan skripsi ini.

3. Suster Fidelis CB selaku Koordinator Asrama Stella Duce 2 Yogyakarta,

ibu Umi selaku pendamping anak asrama, mbak Maria Eminingsih selaku

Psikolog asrama Stella Duce 2 Yogyakarta, yang penuh keterbukaan

menerima dan memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan

penelitian.

4. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta, yang dengan kesabaran dan ketulusan membimbing

dan mendidik serta membagikan ilmunya.

5. Seluruh siswi kelas X dan XI yang sudah bersedia menjadi responden.

6. Bapak dan Ibu tercinta Ig. Soedardjo dan RDL. Siti Ngatmi atas doa,

dukungan, perhatian, cinta, biaya yang telah diberikan serta untuk

kakak-kakakku tercinta mas Rudy, mas Hary, paknuk, mbak Aan, catur atas doa,

(11)

7. Keponakan-keponakanku Gading, Tina, Dinda, Nitis, Bunga (terimakasih

atas keceriaannya selama ini).

8. Sahabat- sahabatku tercinta (Asih, Ayu, Angga “bogel”) terimakasih atas

waktu, doa, sharing, dan kebersamaannya selama ini.

9. Teman-teman BK angkatan 2003 kelas A dan kelas B terimakasih atas

kebersamaan dan dukungannya.

10.Teman-teman seperjuangan selama menempuh skripsi seluruhnya: Ayu,

Monica weru, Sonya, Ria, Dwi, Kris “koemis”, Sigit “simbah”, Sepri,

Hana, Fenty, terimakasih sudah memberikan bantuan, semangat dan doa

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

11.Seseorang yang setia mendampingi, membantu, menyemangati,

mendukung penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan terimakasih untuk

cinta dan kesetiaan hingga saat ini.

12.Semua pihak yang telah membantu peneliti yang tidak dapat disebutkan

satu per satu namun telah banyak membantu.

Disadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu saran dan

kritik terhadap karya ini sangat disyukuri dan dihargai. Akhirnya semoga skripsi

ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Terima Kasih.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman  

HALAMAN JUDUL………..….… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………...… ii

HALAMAN PENGESAHAN……….…... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN………..….. iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….…….. v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………….…... vi

ABSTRAK……….……....vii

ABSTRACT………..viii

KATA PENGANTAR………... ix

DAFTAR ISI…….……….…… xi

DAFTAR TABEL……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN……….... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ………1

B. Rumusan Masalah ……….. 5

C. Tujuan Penelitian ……….………….. 5

D. Manfaat Penelitian ……….……….... 5

E. Definisi Operasional ……….. 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kebutuhan Remaja………..………... 7

B. Tugas Perkembangan Remaja………... 15

C. Asrama……….. 22

D. Bimbingan Kelompok….……….…. 24

(13)

C. Alat Pengumpul Data………35

1. Jenis alat ukur……….……….35

2. Format pernyataan ………..36

3. Penentuan skor ………...… 37

4. Kisi-kisi kuesioner ……….……….38

5. Persiapan penelitian dan pelaksanaan penelitian….………...… 46

6. Validitas dan reliabilitas a. Validitas ………..… 47

b. Reliabilitas………..49

D. Pengolahan Data……...………...………...50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian……….………..56

B. Pembahasan………58

C. Implikasi hasil penelitian bagi penyusunan topik bimbingan………61

BAB V USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK………69

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ………...………....79

B. Saran………...80

DAFTAR PUSTAKA………..….81

LAMPIRAN………..……83

(14)

DAFTAR TABEL

TABEL 1 : Skor Alternatif Jawaban………... 37

TABEL 2 : Kisi-kisi Kuesioner………. 38

TABEL 3 : Norma Kategorisasi Kebutuhan Remaja di Asrama

Stella Duce 2 Yogyakarta……….. 53

TABEL 4 : Norma Kategorisasi Skor Item Kebutuhan Remaja

di Asrama Stella Duce 2 Yogyakarta……… 55

TABEL 5 : Kategorisasi Kebutuhan Remaja di Asrama Stella Duce 2

Yogyakarta Tahun 2011 Berdasarkan Tugas-Tugas

Perkembangan……….………... 57

TABEL 6 : Kategorisasi Skor Item Kebutuhan Remaja

kelas X dan XI di Asrama Stella Duce 2 Yogyakarta………….….. 61

TABEL 7 : Item Pernyataan Yang Termasuk Kategori Sangat Tinggi…….…… 62

TABEL 8 : Item Pernyataan Yang Termasuk Kategori Tinggi……… 65

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kuesioner ………84

Lampiran 2 : Hasil Uji Reliabilita ………89

Lampiran 3 : Tabulasi Data ………..91

Lampiran 4 : Surat Keterangan ……….97

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dituliskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk individu memiliki kapasitas, potensi, dan kekurangan tertentu. Manusia sebagai makhluk sosial, merupakan makhluk yang berada dalam relasi dengan makhluk-makhluk lain (Supratiknya, 1996:24). Setiap individu memiliki keunikan yang menampakkan perbedaan bila individu berada bersama individu lain. Perbedaan-perbedaan tersebut, baik disadari maupun tidak disadari dapat menimbulkan masalah dalam hidup bersama.

Menurut Hurlock (1994:206) masa remaja berlangsung kira-kira 13-18 tahun, yaitu usia matang secara seksual. Hurlock juga berpendapat bahwa masa remaja sebagai usia bermasalah. Masalah yang mungkin timbul dapat berhubungan antara lain dengan pelaksanaan tugas perkembangan. Tugas perkembangan yang baru, bagi individu tertentu menimbulkan masalah tertentu dalam dirinya, namun bagi individu yang lain kemungkinan tidak menimbulkan masalah.

(17)

dididik untuk dapat menangani masalahnya sendiri tanpa bergantung pada orang dewasa, karena dalam kelompok itu remaja dapat menuntaskan tugas perkembangannya, yaitu mencapai hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya, baik pria maupun wanita; dan mencapai peran sosial sebagai pria maupun wanita.

Pada periode perkembangan ke arah otonomi atau mandiri remaja harus dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya seperti, menerima keadaan fisiknya dan memanfaatkannya secara efektif, mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau orang dewasa lainnya, mencapai jaminan kemandirian ekonomi, memilih dan mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga, dan mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang perlu bagi kompetensi kewarganegaraan.

Sepanjang rentang kehidupan, individu berkembang melalui fase-fase dalam hidupnya. Setiap fase individu memiliki tugas perkembangan tertentu. Masa remaja memiliki tugas perkembangan yang berbeda dengan masa sebelumnya. Untuk mencapai tugas perkembangan itu, remaja belajar melaksanakan peran-peran individu dan sosial yang sesuai dengan harapan masyarakat.

(18)

merupakan dasar tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena adanya dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan kebutuhan ini sifatnya mendasar bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri. Maslow (Yusuf, 2010:203) mengemukakan bahwa motivasi manusia diorganisasikan ke dalam sebuah hirarki kebutuhan (needs), yaitu suatu susunan kebutuhan yang sistematik, dalam nama kebutuhan dasar (basic needs) harus dipenuhi sebelum kebutuhan dasar lainnya muncul. Kebutuhan-kebutuhan ini bersifat instingtif yang mengaktifkan atau mengarahkan tingkah laku manusia.

Setiap remaja mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi. Kebutuhan tiap remaja berbeda satu sama lain. Dalam memenuhi kebutuhan tersebut remaja memiliki sikap dan perilaku yang berbeda. Sebaliknya, apabila ada suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi, akan berdampak pada perubahan sikap dan perilakunya. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan tingkah laku anak. Tingkah laku anak di asrama timbul karena adanya suatu kebutuhan, dan tingkah laku tersebut mengarah pada pencapaian tujuan yang dapat memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan seseorang muncul karena adanya ketidakseimbangan dalam diri orang tersebut yang dapat mengganggu ketenangannya atau kesejahteraannya.

(19)

belakang keluarga dan budaya yang berbeda-beda. Perbedaan latar belakang tersebut memungkinkan remaja memiliki penyelesaian yang berbeda dalam tugas perkembangannya. Tugas perkembangan yang belum mereka selesaikan dan kebutuhan yang belum terpenuhi dengan memuaskan dapat menimbulkan suatu masalah bagi dirinya.

Pencapaian tugas perkembangan remaja yang utuh dan optimal dibutuhkan tenaga bimbingan yang profesional di asrama untuk membantu remaja dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh pembimbing adalah dengan mengadakan bimbingan kelompok dengan topik-topik yang sesuai dengan kebutuhan remaja di asrama. Agar pelaksanaan pelayanan bimbingan di asrama tepat pada sasarannya, pembimbing harus memahami tugas-tugas perkembangan remaja, mengenal ciri-ciri remaja, mengenal kebutuhan remaja dan memahami jenis-jenis bimbingan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan remaja. Untuk itu perlu disadari bahwa dalam mendampingi remaja di asrama dalam menjalankan tugas-tugas perkembangannya dan memenuhi kebutuhannya, dibutuhkan adanya pelayanan bimbingan di asrama.

(20)

yang tepat guna dan tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan remaja di asrama tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kebutuhan-kebutuhan remaja berdasarkan tugas perkembangannya?

2. Topik-topik bimbingan manakah yang sesuai dengan kebutuhan remaja di asrama Stella Duce 2 Yogyakarta tahun 2011?

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kebutuhan-kebutuhan remaja di asrama Stella Duce 2 Yogyakarta berdasarkan tugas perkembangannya yang tinggi tingkat keperluannya.

2. Mengusulkan topik-topik bimbingan kelompok yang sesuai dengan kebutuhan remaja di asrama Stella Duce 2 Yogyakarta tahun 2011.

D. Manfaat penelitian

1. Secara praktis:

(21)

b. Pendamping asrama: mengetahui dan semakin memahami akan kebutuhan-kebutuhan penghuni asrama yang banyak dirasakan perlu dibantu dalam pemenuhannya, dapat menyusun topik-topik bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan remaja asrama, membantu remaja untuk memenuhi kebutuhannya agar remaja dapat berkembang dengan optimal dengan memberikan bimbingan pada remaja, dan semakin menyadari bahwa bimbingan di asrama sangat penting untuk perkembangan remaja.

c. Anak asrama: setelah mengisi kuesioner kebutuhan, anak semakin menyadari bahwa pemenuhan kebutuhan sangat penting untuk perkembangannya.

2. Secara Teoritis:

Manfaat penelitian ini bertujuan untuk menambah wacana yang sebelumnya sudah ada.

E. Definisi operasional

1. Kebutuhan adalah hal-hal yang dirasa kurang dan harus dipenuhi oleh seorang remaja untuk kesejahteraannya.

2. Tugas perkembangan menurut Havighurst adalah tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa hidup tertentu sesuai dengan norma masyarakat dan norma kebudayaan (Monks, 2004:22)

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dituliskan mengenai kebutuhan remaja, tugas-tugas perkembangan, asrama, dan bimbingan kelompok.

A. Kebutuhan Remaja

Remaja mengalami proses yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangannya, yakni proses guna memenuhi kebutuhannya.

Dalam tugas perkembangannya, remaja memiliki suatu kebutuhan khusus yakni kebutuhan yang dibutuhkan selama remaja mengalami tugas perkembangan. Tugas perkembangan dan kebutuhan sangat berhubungan. Misalnya, kebutuhan fisilogis (makan, minum, temapat tinggal, istirahat, dll) remaja yang telah terpenuhi dengan baik akan mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan remaja menjadi optimal. Namun jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi dengan baik, maka pertumbuhan dan perkembangan remaja tersebut tidak optimal. Pertumbuhan dan perkembangan yang optimal dapat dilihat dari perilaku remaja.

(23)

Tingkah laku remaja tampak di kehidupan sehari-hari baik di rumah, di sekolah atau asrama, maupun di dalam masyarakat. Terlebih lagi pada masa perkembangannya tampak dalam tingkah laku remaja terutama dalam memenuhi kebutuhannya.

Kebutuhan adalah kecenderungan-kecenderungan permanen dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan kelakuan untuk mencapai tujuan tertentu. Kebutuhan ini timbul berkat pengaruh rangsangan atau kejadian dari lingkungan organisme. Jadi munculnya kebutuhan akan menimbulkan dorongan atau motivasi yang mendasari tingkah laku tertentu atau mencapai tujuan tertentu pula (Hamalik, 1990:93). Menurut Chaplin dalam kamus lengkap Psikologi (1989:320) mengartikan kebutuhan sebagai hal-hal yang dianggap kurang dan harus dimiliki individu agar dapat menjalankan kehidupannya dengan baik dan lancar.

Kebutuhan remaja adalah hal-hal yang dirasakan kurang dan harus dipenuhi agar remaja dapat melaksanakan tugas perkembangannya dengan baik yang dalam melaksanakannya menimbulkan motivasi yang mendasari tingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu.

(24)

Kehendak dapat disamakan dengan pendorong untuk bertingkah laku. Winkel & Hastuti (2004:155) mengartikan kebutuhan sebagai suatu kekosongan dalam kehidupan manusia atau tidak terdapatnya sesuatu pada seseorang yang diperlukan bagi kesejahteraannya. Bila kebutuhan akan sesuatu dihayati, maka akan timbul dorongan sebagai daya pengaruh untuk melakukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan itu.

Dari deskripsi di atas bisa diambil garis besar pengertian dari kebutuhan yaitu kekurangan atau kekosongan yang harus dipenuhi, yang mana dalam pemenuhan tersebut menimbulkan kehendak untuk bertingkah laku, dorongan, motif fisiologis dan psikologis untuk memenuhinya supaya bisa sehat sejahtera dan mampu melakukan fungsinya.

Maslow (Goble, 1987:70) menyatakan bahwa manusia di motivasi oleh sejumlah kebutuhan yang bersifat sama untuk seluruh individu, tidak berubah dan berasal dari sumber genetis atau naluri. Hal ini menunjukkan bahwa setiap tindakan manusia di motivasi untuk memenuhi kebutuhannya. Maslow mengelompokkan kebutuhan secara hirarki sebagai berikut:

1. Kebutuhan fisiologis. Kebutuhan paling dasar, paling kuat, dan paling jelas di antara kebutuhan-kebutuhan manusia adalah kebutuhan untuk mempertahankan hidup secara fisik, yaitu makan, minum, tempat tinggal, seks, tidur dan oksigen.

(25)

keamanan, kemantapan, ketergantungan, perlindungan, bebas dari rasa takut.

3. Kebutuhan akan rasa dimiliki-memiliki dan kasih sayang. Kebutuhan ini akan muncul jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpenuhi.

4. Kebutuhan akan penghargaan. Tiap individu memiliki dan mengharapkan penghargaan terhadap dirinya. Kebutuhan ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu: pertama, keinginan akan kekuatan, prestasi, kecukupan, akan keunggulan dan kemampuan, percaya diri dan kebebasan. Kedua, hasrat akan nama baik, prestise (penghormatan dan penghargaan dari orang lain), status, ketenaran, martabat.

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri. Dengan terpenuhinya kebutuhan ini maka individu mampu mengembangkan kemampuan dalam dirinya dengan baik.

Remaja diharapkan dapat memenuhi kebutuhannya agar tugas perkembangannya dapat berjalan dengan baik dan lancar. Winkel (1991:147) membagi kebutuhan remaja sebagai berikut:

1. Kebutuhan usia 12-15 tahun: a. Mendapat kasih sayang

b. Menerima pengakuan terhadap dorongan untuk semakin mandiri c. Memperoleh prestasi di berbagai bidang yang dihargai oleh orang

dewasa dan teman sebaya

(26)

2. Kebutuhan usia 16-19 tahun:

a.Mendapat perhatian dan dukungan

b.Menerima kebebasan yang wajar dalam mengatur kehidupannya sendiri tanpa dilepaskan sama sekali dari perlindungan keluarga c.Memperoleh prestasi-prestasi yang patut dibanggakan di bidang

akademik dan non akademik

d. Membina persahabatan dengan teman sejenis dan lawan jenis e. Memiliki cita-cita hidup yang pantas untuk dikejar

Remaja mempunyai berbagai kebutuhan yang menuntut untuk dipenuhi, dan merupakan sumber munculnya berbagai problema di dalam dirinya terutama dalam rangka penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Kebutuhan remaja menurut Willis (1981:32) yaitu:

1. Kebutuhan biologis, adalah motif yang berasal daripada dorongan-dorongan biologis. Motif ini sudah dibawa sejak lahir yang bersifat naluriah. Motif biologis ini dapat diperinci sebagai berikut:

a. Motif akan makan, minum, bernafas, dan istirahat.

(27)

2. Kebutuhan psikis, adalah segala dorongan yang menyebabkan orang bertindak mencapai tujuannya yang bersifat psikis (kejiwaan-kerohanian). Yang termasuk di dalam kebutuhan psikis misalnya: a. Kebutuhan akan agama. Kebutuhan beragama pada masa remaja

terlihat menonjol. Pendidikan agama diberikan sejak kecil. Jika sejak kecil tidak di didik agama maka di usia remaja mugkin akan menjauhkan diri dari agama atau menentang ajaran agama. Agama remaja tergantung pada lingkungan masyarakat. Jika lingkungan masyarakat taat agama, maka remaja secara otomatis akan taat agama pula. Begitu pula sebaliknya.

b. Kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan ini bersifat sosial karena berhubungan dengan orang lain. Rasa aman dibutuhkan sejak kecil hingga dewasa. Perasaan aman ini dapat dirasakan apabila orang tua memberikan pelayanan atau bimbingan pada anak terlebih remaja dengan penuh kasih sayang. Sebaliknya, jika orang tua memberikan pelayanan dengan cara kekerasan maka akan menimbulkan kenakalan pada remaja. Rasa aman merupakan sumber ketenangan mental dalam perkembangan selanjutnya.

3. Kebutuhan sosial, adalah kebutuhan yang berhubungan dengan orang lain atau ditimbulkan oleh orang lain/hal-hal diluar diri. Menurut Thomas (Willis, 1981:39) kebutuhan manusia ada empat:

a. Kebutuhan untuk dikenal

(28)

c. Kebutuhan untuk memiliki

d. Kebutuhan untuk memperoleh pengalaman yang baru e. Kebutuhan (motif) untuk dibutuhkan

f. Kebiasaan (habit)

g. Kebutuhan untuk berkelompok

h. Kebutuhan unuk memperoleh penghargaan

Kebutuhan sosial di atas dibutuhkan oleh masing-masing remaja. Kebutuhan-kebutuhan yang menonjol pada remaja (Willis, 1981:39):

1. Kebutuhan untuk dikenal.

Kebutuhan ini tampak adanya kecenderungan remaja untuk menarik perhatian orang-orang yang ada disekitarnya seperti, mengenakan pakaian yang sedang tren, berkendara dengan kencang, membentuk suatu kelompok, dll. Agar tidak terjadi penyelewengan atau hal-hal negatif, maka remaja harus di dukung untuk menyalurkan bakatnya dengan baik sesuai dengan minatnya. Kebutuhan untuk dikenal ini berhubungan dengan kebutuhan untuk mendapatkan respon dari orang lain dan mendapat penghargaan atau harga diri.

2. Kebutuhan berkelompok

(29)

3. Kebiasaan (habit)

Adalah dorongan untuk melakukan sesuatu pekerjaan karena pengaruh lingkungan. Kebiasaan remaja awal mula dari coba-coba dan meniru dari orang tua. Kebiasaan dibagi menjadi dua, yaitu kebiasaan positif seperti kebiasaan sembahyang, bangun pagi, belajar, berpakaian atau berpenampilan rapi. Kebiasaan negatif seperti, merokok, bicara kotor, malas, melanggar aturan, dll. Dalam hal ini remaja membutuhkan adanya penyadaran akan kebiasaan yang selama ini mereka lakukan.

Kebutuhan remaja adalah kekosongan atau hal yang dirasa kurang oleh seorang remaja dalam tugas perkembangannya yang harus dipenuhi oleh remaja untuk menuju kesejahteraannya sehingga remaja tersebut mampu melakukan fungsinya dengan optimal. Dimana dalam memenuhi kebutuhan tersebut menimbulkan suatu reaksi atau tingkah laku. Pemenuhan kebutuhan remaja dalam tugas perkembangan dibutuhkan selama remaja itu mengalami tugas perkembangannya. Tiap remaja memiliki kebutuhan yang berbeda-beda yang harus dipenuhi dalam tugas perkembangannya. Apabila kebutuhan terhadap tugas perkembangannya itu tidak terpenuhi, maka remaja akan memiliki perilaku menyimpang.

(30)

pada masa remaja karena kematangan organ-organ seksual, 2) tuntutan masyarakat secara kultural, misalnya belajar membaca, belajar menulis, belajar berhitung, belajar berorganisasi, 3) tuntutan dari dorongan dan cita-cita individu sendiri, misalnya memilih pekerjaan, memilih teman hidup.

B. Tugas Perkembangan Remaja

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin, adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan (Ali, 2005:9). Menurut Hurlock (1991:206) adolescence dalam perkembangan selanjutnya memiliki arti yang sangat luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Piaget (Ali, 2005:9) mengatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak merasa sejajar.

Remaja adalah suatu usia dimana individu tumbuh untuk mencapai kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik sehingga ia merasa sama, atau sejajar dengan orang yang lebih tua darinya.

(31)

sebelumnya. Salzman dan pikunas (Yusuf, 2010:71) masa remaja ditandai dengan berkembangnya sikap dependen kepada orang tua kearah independen, minat seksualitas, dan kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral.

Remaja sekolah menengah berada pada tingkat perkembangan yang disebut “masa remaja atau pubertas”. Pada masa ini remaja mengalami perubahan psikologis. Masa perubahan ini remaja mengalami berbagai kesulitan dan masalah di dalam melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan.

Individu yang telah memasuki usia remaja memiliki tugas perkembangan. Setiap remaja memiliki tugas perkembangan sejak dari masa bayi melalui periode kanak-kanak, masa pubertas atau masa remaja berkembang ke arah manusia dewasa. Setiap tingkat perkembangan itu, remaja berusaha untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan terhadap tingkat perkembangan yang lebih tinggi.

(32)

muncul akibat dari kematangan fisik, tuntutan-tuntutan budaya masyarakat, dan nilai-nilai serta aspirasi-aspirasi individual. Willis (1981: 8) mengemukakan bahwa kegagalan dalam menyelesaikan tugas perkembangan di masa remaja merupakan penyebab utama timbulnya kelainan-kelainan tingkah laku, seperti salah suai, kenakalan remaja, dan bahkan kejahatan.

Jadi tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dari kehidupan individu akibat dari kematangan fisik, tuntutan-tuntutan budaya dari masyarakat, dan nilai-nilai serta aspirasi-aspirasi individual yang jika berhasil akan menimbulkan perasaan bahagia dan berhasil melaksanakan tugas-tugas berikutnya, dan apabila gagal maka akan menimbulkan kelainan-kelainan timgkah laku seperti salah suai, kenakalan remaja, dan kejahatan.

Tugas perkembangan setiap fase kehidupan manusia berbeda. Pada fase perkembangan remaja, individu memiliki tugas perkembangan yang khas. Tugas-tugas perkembangan masa remaja menurut Havighurst (Ali, 2005:165) dirumuskan sebagai berikut:

1. Mencapai hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita.

(33)

namun dalam kelompok bermain (geng) remaja cenderung membuat aturan yang bisa dikatakan sebagai ciri khas kelompok tersebut misal, cara berpakaian, gaya rambut, dll. Dalam hal ini remaja melakukan penyesuaian diri untuk masuk dalam kelompok maupun masuk di lingkungan yang baru dengan teman-teman yang baru pula.

Menurut Yusuf (2010:75) Kebudayaan dapat menentukan pola hubungan sosial remaja. Pergaulan remaja di Negara yang maju, relatif berbeda dengan remaja di Negara berkembang. Begitu juga dengan pola pergaulan remaja yang tinggal di perkotaan dengan yang tinggal di pedesaan.

Remaja yang berhasil menyelesaikan tugas perkembangan ini mengantarkannya ke dalam suatu kondisi penyesuaian sosial yang baik dalam keseluruhan hidupnya. Namun bila gagal, remaja akan mengalami ketidakbahagiaan atau kesulitan dalam hidupnya di masa dewasa, seperti kurang mampu bergaul dengan orang lain, kekanak-kanakan.

2. Mencapai peran sosial pria dan wanita.

(34)

laki-laki dan remaja wanita berperan sebagai wanita. Peran sosial pria dan wanita telah diajarkan sejak kecil oleh orang tua.

3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif. Remaja adalah masa dimana seseorang harus belajar memahami fisiknya (panjang-pendeknya, kurus-gemuknya, dan kuat-lemahnya). Remaja wania lebih cepat pertumbuhan fisiknya daripada remaja pria (Yusuf, 2010:78). Remaja menyadari akan adanya perubahan pada fisiknya dan mempergunakannya, menjaganya serta menerima apa adanya. Perubahan-perubahan ini ditandai dengan perkembangan biologis. Dengan begitu remaja secara otomatis mengalami perubahan sikap dan minat dalam dirinya. Maka dari itu remaja perlu dibimbing untuk diberikan pemahaman akan perubahan dirinya agar remaja mampu menerima perubahan dirinya. Contoh: mampu mengarahkan diri dalam memelihara kesehatan secara rutin, memiliki ketrampilan olahraga, merasa senang untuk menerima dan memanfaatkan fisknya, memiliki pengetahuan reproduksi, menerima penampilannya secara feminim.

4. Mencapai kebebasan emosional dari oang tua dan orang dewasa lainnya

(35)

dari orang tua. Pemberontakan itu dapat disebabkan oleh aturan yang sangat mengekang sehingga remaja sulit untuk mengekspresikan dirinya dengan bebas sesuai dengan keinginannya. Kebebasan remaja biasanya diekspresikan dengan adanya kebebasan untuk memilih teman, mengungkapkan perasaannya, berani bicara di muka umum, mengungkapkan pendapatnya dan mempertahankan pendapatnya sendiri, menerima konsekuensi dari kesalahannya tanpa mengeluh. 5. Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan.

Pada remaja sekolah menengah selalu dipersiapkan oleh orang tua untuk memahami dan menentukan pilhan masa depannya. Hal ini dapat dilihat dari minat remaja terhadap suatu kegiatan yang disenanginya atau bidang jurusan yang sedang diambilnya. Untuk itu remaja perlu dibimbing dan diberi informasi lebih dari para orang tua tentang lapangan pekerjaan. Hurlock (Yusuf, 2010:83) mengemukakan bahwa anak sekolah menengah atas mulai memikirkan masa depan mereka secara sungguh-sungguh.

6. Mencapai jaminan kebebasan ekonomi.

(36)

7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

Di usia remaja dorongan akan kematangan seksual menonjol. Hal ini terlihat dari mulai tertariknya remaja putri pada lawan jenisnya, sehingga terjalin suatu hubungan antar pria dan wanita yang serius, yang nantinya akan menjadi sebuah keluarga.

Pada tugas perkembangan ini remaja putri dilatih untuk mandiri, hidup bersosial, dan dilatih untuk lebih mampu mengurus keperluannya sendiri tanpa menggantungkan pada orang lain.

8. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep yang penting untuk kompetensi kewarganegaraan.

Remaja telah mampu berpikir secara kritis di kehidupannya baik dalam lingkungan asrama maupun lingkungan masyarakat. Dalam hal ini ketrampilan intelektual remaja dapat dilihat dari hasil belajarnya, cara berpikir yang baik, dan cara remaja memecahkan masalahnya. 9. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

Dalam hal ini remaja banyak mencontoh perilaku dari orang tua, yang mana remaja dapat dengan cepat berkembang menjadi dewasa dan bertanggung jawab. Sejak kecil remaja telah di didik dan dilatih perilaku yang baik seperti, jujur baik dalam tindakan maupun perkataan, tekun, berani untuk berdiri sendiri, suka menolong.

(37)

Remaja mampu menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku di lingkungan sekitarnya dan mematuhinya. Hal ini dapat melatih dan membatasi tingkah laku remaja agar tidak menjadi brutal. Di mana tingkah laku ini tidak jauh dari pendidikan agama yang dianutnya. Pencapaian tugas perkembangan ini membuat remaja mampu bersikap jujur, setia, bertanggung jawab, mampu mengendalikan diri, mau menerima dan melaksanakan tugas dan kewajibannya, mau bekerjasama, dapat membedakan yang benar dan salah.

Nilai-nilai dan sistem etika ini dapat digunakan remaja sebagai pegangan dalam berperilaku. Setiap remaja di asrama Stella Duce 2 Yogyakarta memiliki kebutuhan dalam tugas perkembangannya yang harus dipenuhi. Dalam pemenuhannya menimbulkan perilaku.

C. Asrama

Schunacher (1989) menjelaskan bahwa kata “Asrama” berasal dari bahasa Sansekerta, yakni “Asrama” atau “Ashram”. Kata ini mempunyai dua arti, yaitu pertama, sebagai sebuah pusat pendidikan agama dan meditasi; tempat ini bisa berupa rumah pribadi, sebuah vila, sebuah pertapaan, atau sebuah biara. Kedua, berarti nama tingkatan hidup seorang Hindu dari kasta Brahmana.

(38)

Poerwadarminta (1996:62) mengatakan bahwa asrama terbagi atas tiga arti, yang pertama adalah sebagai rumah pemondokan bagi para murid, mahasiswa, pegawai dan sebagainya. Kedua, diartikan sebagai rumah kediaman prajurit, misalnya rumah kediaman polisi, dan ketiga diartikan sebagai rumah kediaman para rahib atau pertapa.

Asrama adalah bangunan tempat tinggal bagi orang-orang yang bersifat homogen, misalnya asrama mahasiswa, asrama putra, asrama putri, asrama ABRI, dan lain-lain. Beberapa arti atau rumusan dari kata “Asrama” diatas dapat disimpulkan bahwa asrama adalah bangunan tempat tinggal berupa rumah pemondokan atau rumah kediaman yang berfungsi sebagai tempat tinggal bersama bagi orang-orang yang bersifat homogen, misalnya asrama khusus untuk putra atau putri, untuk para pelajar, mahasiswa, pegawai, rahib, prajurit dan sebagainya. Slameto (1990:540) mengartikan asrama sebagai rumah pemondokan atau disamakan dengan tempat kos. Tetapi asrama biasanya memiliki ciri khas yang berbeda dengan tempat kos. Biasanya yang disebut asrama adalah sebuah rumah pemondokan yang besar yang menerima banyak anak atau orang dan sering berhubungan dengan sekolah atau yayasan tertentu dan memiliki tujuan tertentu.

(39)

Dari beberapa pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa asrama Stella Duce 2 Yogyakarta adalah bangunan rumah pemondokan yang digunakan sebagai tempat tinggal yang bersifat homogen yaitu asrama putri yang dikelola oleh Yayasan dan didirikan oleh suster-suster Carrolus Borromeus dengan dasar pendidikan agama.

D. Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk pelayanan bimbingan dan konseling. Bimbingan kelompok adalah salah satu layanan yang diberikan kepada lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan (Winkel, 1991:465).

(40)

dilayani melalui keterlibatannya dalam kegiatan kelompok. Bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-mnasing anak, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri. Dapat dikatakan bahwa bimbingan kelompok dapat bersifat komplementer terhadap bimbingan perseorangan (Winkel&Hastuti, 2004:564).

Salah satu asas pelayanan bimbingan menyebutkan bahwa program bimbingan harus mencakup kegiatan bimbingan individual dan kegiatan bimbingan kelompok dalam jumlah yang wajar sehingga semua subyek bisa terjangkau.

Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari layanan bimbingan kelompok (Winkel, 1991:466):

1. Bagi guru pembimbing

a. Memiliki kesempatan untuk bertemu dengan banyak anak sekaligus. b. Menghemat waktu

c. Memperluas ruang gerak 2. Bagi para siswa

a. Menyadari tantangan yang dihadapinya, sehingga ia memutuskan untuk menghadap guru pembimbing secara pribadi

b. Menerima diri sendiri setelah mengetahui bahwa teman-temannya memiliki masalah yang sama dengannya.

(41)

d. Mendapat kesempatan untuk berlatih di dalam kelompok dalam membahas suatu masalah

e. Mempunyai kemampuan untuk mengatasi masalahnya yang dirasa sulit untuk dibicarakan secara langsung dengan guru pembimbing f. Mempunyai kemampuan menerima pandangan yang dikemukakan

oleh teman di dalam kelompok.

Winkel & Hastuti (2004:110) menyebutkan bahwa “Bimbingan dapat dibagi atas beberapa jenis berdasarkan sudut pandang tertentu”. Jenis bimbingan yang dimaksud adalah:

1. Bentuk bimbingan

Menunjukkan pada jumlah orang yang dibimbing. Bimbingan individual atau perorangan, bila jumlah yang dibimbing hanya satu atau dua orang, dan disebut bimbingan kelompok bila yang dibimbing lebih dari satu orang.

2. Sifat bimbingan

Menunjukkan pada tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan bimbingan. Atas dasar adanya sifat-sifat bimbingan, maka dikenal adanya:

(42)

b. Bimbingan preventif atau bimbingan pencegahan bertujuan untuk membekali siswa agar lebih siap dalam menghadapi tantangan-tantangan di masa mendatang dan mencegah timbulnya masalah yang serius. Misalnya: memberikan informasi mengenai pergaulan yang sehat, memberikan informasi mengenai sikap, minat terhadap sesuatu.

c. Bimbingan korektif atau bimbingan penyembuhan, bertujuan untuk membantu siswa atau remaja dalam mengoreksi perkembangan yang mengalami salah jalur. Misalnya: untuk menentukan pilihan terhadap alternatif dan tawaran yang ada, antara lain pilihan pacar, pilihan jenis pekerjaan, dan lain-lain.

3. Ragam bimbingan

Menunjukkan bidang kehidupan atau aspek tertentu yang menjadi fokus perhatian dalam pelayanan bimbingan atau berkaitan dengan isi bimbingan, antara lain:

a. Bimbingan belajar, isi pelayanan bimbingan mengenai hal-hal yang menyangkut pelajaran atau studi siswa (penghuni asrama).

b. Bimbingan jabatan atau bimbingan karir bila isi pelayanan bimbingan terutama hal-hal yang menyangkut jabatan atau karir. c. Bimbingan pribadi bila isi pelayanan bimbingan mengenai hal-hal

(43)

d. Bimbingan sosial bila isi pelayanan bimbingan mengenai hal-hal yang menyangkut hubungan dengan orang lain.

4. Program bimbingan

a. Pengertian program bimbingan

Pelaksanaan suatu kegiatan umumnya didasarkan pada suatu program yang telah disusun sebelumnya. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan merupakan perwujudan dari suatu program yang telah disusun dan telah disepakati dengan puhak-pihak yang terkait. Winkel & Hastuti (2004:91) mendefinisikan program bimbingan (guidance program) sebagai suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu, misalnya satu tahun ajaran. Program bimbingan memuat sejumlah kegiatan bimbingan yang dapat dijadikan pegangan bagi para pendamping asrama atau penyelenggara kegiatan pelayanan bimbingan di asrama. Program yang disusun dan dibuat dengan jelas dapat mempermudah para pendamping asrama sebagai pembimbing untuk mengadakan penelitian terhadap pencapaian tujuan pelayanan bimbingan di asrama.

b. Syarat-syarat program bimbingan

(44)

1) Berdasarkan kebutuhan individu yang dibimbing, sesuai dengan kondisi dan tugas-tugas perkembangannya.

2) Lengkap dan menyeluruh, memuat segenap fungsi bimbingan, meliputi semua jenis layanan dan kegiatan pendukung serta menjamin sepenuhnya prinsip-prinsip dan asas-asas bimbingan. 3) Sistematis, artinya program disusun menurut urutan logis,

tersinkronisasi dengan menghindari tumpang tindih yang tidak perlu.

4) Terbuka dan luwes, sehingga mudah menerima masukan untuk mengembangkan dan menyempurnakan program bimbingan tanpa harus merombak program tersebut secara menyeluruh. 5) Memungkinkan kerjasama dengan semua pihak yang terkait. 6) Memungkinkan diadakan penilaian lebih lanjut untuk

penyempurnaan program.

c. Langkah-langkah program bimbingan

(45)

berkaitan dengan lembaga yang akan mempergunakan program tersebut.

Aryatmi Siswohardjono (Imelda, 1992:50) langkah-langkah untuk menyusun sebuah program bimbingan, yakni:

1) Meneliti permasalahan yang banyak dialami oleh binimbing. 2) Menentukan prioritas dari kebutuhan yang perlu segera ditangani

dan dimasukkan dalam program bimbingan. 3) Menginventarisasi fasilitas yang ada.

4) Menyusun program bimbingan yang relevan dengan kebutuhan dan mengadakan pembagian tugas dan tanggung jawab di antara petugas bimbingan yang ada.

5) Memberikan bekal yang cukup kepada petugas-petugas bimbingan, seperti penataran yang diperlukan petugas bimbingan untuk melakukan tugasnya.

6) Memikirkan kemungkinan masalah-masalah yang dihadapi dalam melaksanakan program-program yang disusun.

d. Pentingnya penyusunan program bimbingan

(46)

Aryatmi Siswohardjono (Slameto, 1990) menyebutkan beberapa keuntungan yang dapat diperoleh jika tenaga bimbingan bekerja berdasarkan program yang jelas, antara lain:

1) Ruang lingkup bimbingan luas terutama melalui bimbingan kelompok yang terencana secara matang sesuai dengan kebutuhan binimbing.

2). Kerja sama dalam tim bimbingan dapat lebih optimal dengan pembagian tugas yang disepakati bersama.

3) Sifat bimbingan yang lebih menonjol ialah sifat preventif dan preservatif.

4) Lebih memungkinkan diadakan evaluasi oleh pihak-pihak yang terkait.

5) Lebih disadari oleh pihak lembaga bahwa untuk melakukan kegiatan bimbingan membutuhkan orang yang telah mendapatkan pendidikan prajabatan yang memadai.

e. Kekhasan program bimbingan di asrama

(47)

mengadakan kegiatan aksi social. Kegiatan aksi social merupakan salah satu bentuk realisasi dari penghayatan hidup rohaninya. Hal itu sejalan dengan visi dan misi para suster-suster Carrolus Borromeus (CB), yang mana sebagai pelindung asrama.

Kehidupan di asrama, lebih banyak dipengaruhi oleh gaya hidup dari penghuninya yang homogen, maka dalam kehidupan bersama di asrama perlu ada evaluasi bersama, sharing, ada peraturan yang disepakati dan ditaati bersama, rekreasi bersama. Untuk meningkatkan komunikasi dan relasi yang dapat menumbuhkan keakraban antar individu penghuni asrama, maka dalam program bimbingan perlu diadakan suatu kegiatan malam keakraban bagi penghuni asrama yang baru dengan penghuni asrama yang lama untuk setiap tahun ajaran baru.

Asrama merupakan tempat yang layak dan teratur bagi setiap penghuninya untuk mengembangkan diri dalam berbagai aspek kehidupan. Kehidupan di asrama mengharapkan penghuninya mampu menyesuaikan diri dengan banyak orang. Karena asrama merupakan tempat yang menampung banyak orang yang memenuhi syarat-syarat tertentu, terutama mereka yang memiliki kemauan untuk belajar demi mempersiapkan dirinya untuk memasuki kehidupan di masa depan.

(48)

pusat perhatian dalam merencanakan program bimbingan adalah kebutuhan secara keseluruhan bukan kebutuhan yang individual, maka sasaran layanan bimbingan di asrama adalah semua siswi penghuni asrama. Karena itu layanan bimbingan di asrama tidak membedakan kelas atau tingkat tertentu, terutama yang menjadi fokus perhatian dalam menyusun topik bimbingan adalah kebutuhan secara keseluruhan dalam kehidupan bersama di asrama.

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan dituliskan mengenai metodologi penelitian yang meliputi jenis penelitian, subjek penelitian, alat pengumpul data, validitas dan reliabilitas, dan analisis data penelitian.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian di bidang pendidikan khususnya bidang bimbingan dan konseling di luar sekolah. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Menurut Zuriah (2006:47) Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, menganai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Donald ary, dkk (Furchan, 1982:415) mengungkapkan bahwa penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan dan diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi pada waktu penelitian dilakukan.

(50)

bimbingan dari pendamping asrama berdasarkan topik-topik bimbingan yang telah dibuat sesuai dengan kebutuhan anak.

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah anak-anak asrama Stella Duce 2 Yogyakarta kelas X dan XI. Adapun jumlah anak asrama kelas X adalah 60 anak dan XI adalah 49 anak dengan total 109 anak. Anak asrama yang duduk di kelas XII tidak dijadikan subyek penelitian ini. Mengingat kelas XII difokuskan untuk menghadapi ujian nasional. Dengan demikian yang akan menjadi subyek penelitian adalah penghuni asrama yang duduk di kelas X dan kelas XI. Jumlah total yang menjadi sampel penelitian ini adalah penghuni asrama Stella Duce 2 Yogyakarta kelas adalah sebanyak 80 anak. Alasan penulis mengambil sampel penelitian hanya 80 anak karena sudah mewakili 75% dari jumlah total remaja kelas X dan kelas XI di asrama Stella Duce 2 Yogyakarta.

Pengambilan data direncanakan dengan menyebarkan kuesioner pada remaja di asrama Stella Duce 2 Yogyakarta kelas X dan XI. Pengambilan data tersebut menggunakan waktu jeda belajar pertama di asrama.

C. Alat Pengumpul Data 1. Jenis alat ukur

Alat ukur kebutuhan remaja ini menggunakan metode skala Likert.

(51)

metode “summated ratings scale”. Skala ini merupakan metode sederhana dan langsung untuk mengukur perilaku akan pemenuhan kebutuhan remaja di asrama.

Skala ini dirancang oleh peneliti dalam bentuk item tertutup, dengan alternatif jawaban empat pilihan (genap). Penyajian alternatif jawaban empat pilihan (genap) ditempuh untuk menghindari central tendency effect, yaitu kecenderungan responden untuk memilih pilihan tengah. Menurut Hadi (1990) penggunaan empat alternatif jawaban dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima tingkat, di mana alternatif jawaban yang netral (di tengah) mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau ragu-ragu.

Alat penelitian yang digunakan adalah kuesioner kebutuhan remaja SMA yang dikembangkan oleh peneliti yang terinspirasi pada “Survei Kebutuhan Siswi SMA” yang disusun oleh Sinurat dkk pada tahun 1987, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Kuesioner tersebut dimodifikasi oleh peneliti menjadi “Kuesioner Kebutuhan remaja di Asrama Stella Duce 2 Yogyakarta”. Kuesioner ini berisikan 55 item pernyataan tentang kebutuhan remaja di asrama Stella Duce 2 Yogyakarta.

2. Format pernyataan

(52)

menggambarkan penyesuaian diri yang ideal. Maka dalam pemberian skor, setiap respon positif terhadap item favorabel akan diberi bobot yang lebih tinggi (Azwar, 2007:27).

Alternatif jawaban yang disediakan peneliti dalam skala ini ada empat yaitu sangat butuh (SB), butuh (B), tidak butuh (TB), sangat tidak butuh (STB).

3. Penentuan skor

Pernyataan berisi tentang kebutuhan yang dibutuhkan oleh para siswi remaja kelas X dan XI terhadap pemenuhan kebutuhan akan tugas perkembangannya. Ada empat alternatif pilihan jawaban yaitu sangat butuh, butuh, tidak butuh, sangat tidak butuh. Skor tiap pilihan jawaban terbagi sebagai berikut:

Tabel 1. Skor Alternatif jawaban Alternatif jawaban Skor

Sangat Butuh 4

Butuh 3 Tidak Butuh 2

Sangat Tidak Butuh 1

(53)

setiap jawaban pernyataan akan diakumulasikan guna mengungkap kebutuhan mereka. Semakin tinggi skor total item favorabel semakin tinggi pula tingkat kebutuhan remaja kelas X dan XI.

4. Kisi-kisi Kuesioner

Table 2. Kisi-kisi Kuesioner

Aspek-Aspek Indikator Kebutuhan No. item

1. Mencapai hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria/wanita

• Remaja dapat bergaul secara dewasa dengan teman seusianya baik pria maupun wanita.

• Remaja belajar bekerja sama dengan teman seusianya untuk mencapai tujuan bersama.

a. Aku perlu memiliki teman laki-laki yang sebaya denganku.

b. Aku perlu memiliki teman wanita yang sebaya denganku. c. Aku memerlukan

informasi tentang cara bergaul yang baik dengan teman yang sebaya d. Aku butuh teman

curhat yang bisa membantuku untuk mengatasi

kesulitanku e. Kelompok bermain

untuk menambah teman dalam pergaulanku.

(54)

f. Aku perlu bekerja sama dengan teman wanita.

2. Mencapai peranan sosial pria/wanita

•Remaja dapat menerima tugas dan peranannya sebagai pria maupun wanita, dimana pria

(55)

menggunakannya secara efektif.

tubuhku. d. Saya perlu tampil

percaya diri

terhadap perubahan fisikku.

e. Saya perlu menjaga kesehatan tubuhku agar aktifitasku dapat berjalan dengan lancar. f. Saya mampu

membedakan antara yang bermanfaat dan berbahaya bagi kesehatan tubuhku. 4.Mencapai

• Remaja ingin bebas dalam bertindak diri pada orang lain.

a. Saya membutuhkan kebebasan untuk bertindak.

b. Saya membutuhkan informasi tentang bagaimana mengungkapkan perasaan dengan jujur pada orang lain.

(56)

bersikap jujur dan dapat dipercaya dalam tutur kata. d. Saya perlu sikap

tegas dalam mengambil keputusan. e. Saya perlu bisa

mandiri.

f. Saya butuh mampu mengambil

pekerjaan yang ada di masyarakat. b. Saya perlu

mengetahui macam-macam pekerjaan yang sesuai dengan minatku

(57)

cara-cara memperoleh

pekerjaan yang saya minati.

e. Saya membutuhkan informasi tentang bagaimana cara-cara menyalurkan bakatku dengan baik.

6.Mencapai jaminan kebebasan orang lain yang lebih dewasa.

a. Saya perlu belajar untuk bisa mengatur pengeluaran uang sakuku.

b. Saya perlu mampu menggunakan uang saku untuk

keperluan yang penting.

c. Saya perlu belajar menabung agar terbiasa hidup hemat.

(58)

e. saya perlu mampu mengontrol

keinginan jajan saya sendiri.

7.Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

•Remaja mengalami kematangan seksual yang kemudian remaja memiliki daya tarik pada lawan jenisnya.

•Remaja bersikap untuk cara memilih pacar yang tepat.

b. Saya perlu informasi tentang pacaran yang sehat. c. Saya perlu cinta dan sahabat terhadap lawan yang mungkin terjadi

a. Saya perlu belajar untuk dapat memecahkan masalah yang saya

(59)

penting untuk suatu masalah.

hadapi dengan

c. Saya mampu untuk berpikir nalar untuk memecahkan orang yang lebih tua maupun dengan teman sebaya. e. Saya informasi

tentang bagaimana secara dewasa dan bertanggung jawab

a. Aku perlu kesadaran untuk mentaati tata tertib asrama guna

(60)

terhadap lingkungan sosialnya dan tidak mementingkan dirinya sendiri.

suasana yang aman. b. Aku butuh

berorganisasi supaya tidak kaku dalam berelasi krama yang berlaku di masyarakat. e. Saya perlu

menghormati orang yang lebih tua. 10.Memperoleh

himpunan nilai-nilai dan sistem etika sebagai pedoman tingkah laku

•Remaja bertingkah laku sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat dan nilai-nilai diri yang sangat ia junjung tinggi dalam hidupnya.

a. Saya perlu

menjunjung tinggi nilai-kerukunan dalam hidupku. b. Aku butuh

menghayati ajaran agamaku.

(61)

nilai-di lingkungan mayarakat.

e. Saya mampu mengendalikan diri dalam bergaul. 

5. Persiapan penelitian dan pelaksanaan penelitian a. Persiapan

Persiapan yang dilakukan oleh penelitian untuk melaksanakan penelitian ini, meliputi: persiapan administrasi dan persiapan alat ukur (blue print). Persiapan admistrasi berupa permohonan izin diperoleh dari dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Setelah surat izin dari fakultas diperoleh, kemudian memintah izin ke asrama yang bersangkutan untuk permohonan izin pengambilan data (penelitian). Penyusunan alat ukur dimulai dengan pembuatan kisi-kisi. Butir item meliputi pernyataan positif (favorabel). Butir item dinyatakan layak sebagai alat ukur jika sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Maka untuk menentukan kelayakan alat ukur tersebut, item- item pernyataan dikenai uji validitas dan reliabilitas.

b. Pelaksanaan

(62)

pendamping asrama tentang maksud diadakan pengisian kuesioner (penelitian) yang mana peneliti telah memberikan penjelasan sebelumnya kepada pendamping asrama. Kemudian kuesioner dibagikan pada remaja di asrama pada wkatu sebelum jam belajar di asrama. Pengisian kuesioner ini dikumpulkan kembali pada saat remaja di asrama kumpul pada jam belajar akan dimulai.

6. Validitas dan Reliabilitas a. Validitas

(63)

rasional yang memerlukan pertimbangan atau pendapat para pakar

(professional judgment). Untuk itu peneliti meminta pertimbangan dari dosen pembimbing dalam proses penyusunan alat ukur. Adapun validitas isi terbagi menjadi dua yaitu face validity

(validitas muka) dan logical validity (validitas logik) (Azwar, 2009:46).

Validitas muka yaitu validitas yang signifikansinya hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan alat ukur. Apabila penampilaan alat ukur meyakinkan dan memberi kesan mampu mengungkap atribut yang hendak diukur maka dapat dikatakan bahwa validitas muka sudah dipenuhi (Azwar, 1999:53). Validitas logik disebut juga sebagai validitas sampling (sampling validity) yaitu validitas yang menunjuk pada sejauh mana isi alat ukur merupakan representasi dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur sebagaimana telah ditetapkan dalam domain (kawasan) ukurnya (Azwar, 2009:47).

(64)

yaitu ibu Setyandari, S.Pd., S.Psi., M.A., ibu Ag. Krisna Indah M. S.Pd., M.A., dan satu Psikolog asrama Stella Duce 2 yaitu ibu Maria Eminingsih.

b. Reliabilitas

Reliabilitas (keterpercayaan) suatu alat pengukuran menunjukkan konsisten bilamana alat tersebut mengukur apa yang seharusnya diukur (Furchan, 1982:281). Menurut Masidjo (1995:209) reliabilitas adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil.

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi diantara individu lebih ditentukan oleh faktor kesalahan daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya (Azwar, 2007: 83).

(65)

1999:87) dengan menggunakan jasa program SPSS (Statistical Package for Social Sciences for Windows).

Penghitungan reliabilitas kebutuhan remaja di asrama kelas X dan XI di Asrama Stella Duce 2 Yogyakarta dengan menggunakan teknik analisis alpha Cronbach (α) menghasilkan angka 0,954. Artinya bahwa instrument penelitian tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi. Hasil angka tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan remaja di asrama dapat terpenuhi. hasil uji reliabilitas dapat dilihat di lampiran.

D. Pengolahan Data

Analisis data adalah pengolahan hasil data hasil penelitian. Tujuan analisis data adalah untuk mendapatkan hasil penelitian. Langkah-langkah teknik analisis data yang digunakan dalam mengolah dan menganalisa data penelitian kebutuhan remaja di asrama Stella Duce 2 Yogyakarta tahun 2011 sebagai berikut:

1. Menentukan skor

(66)

2. Pengolahan data

Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan statistik diskriptif yang meliputi penyajian data melalui tabel, penghitungan mean, standard deviasi serta pengkategorisasian berdasarkan norma. Dimana perhitungan ini berdasarkan nilai norma yang telah ditentukan oleh peneliti.

a. Kategorisasi kebutuhan remaja di asrama secara umum.

Kategorisasi ini disusun berdasarkan model distribusi normal dengan kategori jenjang. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasar atribut yang diukur (Azwar, 2007:107).

Kontinum jenjang disusun dengan berpedoman pada Azwar (2007:108) yang mengelompokkan tingkat kebutuhan remaja dalam lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi. Norma kategorisasi sebagai berikut:

Penghitungan Skor Kategori

X ≤ µ - 1,5s Sangat rendah µ - 1,5s < X ≤ µ - 0,5s Rendah µ - 1,5s < X ≤ µ + 0,5s Sedang µ + 0,5s < X ≤ µ + 1,5s Tinggi

(67)

Keterangan:

Xmaksimum teoretik: skor tertinggi yang mungkin diperolehsubjek penelitian dalam skala.

Xminimum teoretik : skor terendah yang mungkin diperoleh subjek penelitian dalam skala.

S : standart deviasi, yaitu luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran. µ : mean teoretik, yaitu rata-rata teoretis dari skor

maksimum dan minimum.

Kemudian kategorisasi ini dijadikan sebagai norma atau patokan dalam mengelompokkan skor subjek penelitian berdasarkan tingkat kebutuhan remaja. Penggolongan tinggi rendah kebutuhan remaja di asrama Stella Duce 2 Yogyakarta tahun 2011 secara keseluruhan (55 item) diperoleh sebagai berikut:

Xmaksimum teoretik : 55 x 4 = 220 Xminimum teoretik : 55 x 1 = 55 Range : 220 – 55 = 165 S (teoretik) : 165 : 6 = 28 µ (mean teoretik) : (220 + 55) : 2 = 138

(68)

Tabel 3

Norma Kategorisasi Kebutuhan Remaja di Asrama Stella Duce 2 Yogyakarta

Perhitungan Skor Kategori

X = µ - 1,5s

X = 138 - 42 0 – 98 Sangat Rendah µ - 1,5s < x = µ - 0,5s

138 – 42 < x = 138 - 14 99 – 124 Rendah µ - 0,5s < x = µ + 0,5s

138 – 14 < x = 138 +14 125 – 152 Sedang µ + 0,5s < x = µ + 1,5s

138 + 14 < = 138 + 42 153 – 180 Tinggi X > µ + 1,5s

X > 138 + 42 181 – 220 Sangat Tinggi

Kemudian, data setiap subjek dikelompokkan berdasarkan item total yang mereka peroleh dalam kategori di atas, sehingga dapat dihitung jumlah dan persentase remaja kelas X dan XI akan kebutuhannya secara umum (sangat tinggi – sangat rendah).

b. Kategorisasi skor tiap item dalam skala.

(69)

Perhitungan Skor Kategori

Xitem = µ - 1,5s Sangat Rendah µ - 1,5s < Xitem = µ - 0,5s Rendah µ - 1,5s < Xitem = µ + 0,5s Sedang µ + 0,5s < Xitem = µ + 1,5s Tinggi

µ + 1,5s < Xitem Sangat Tinggi

Keterangan:

Xmaksimum teoretik : skor tertinggi yang mungkin diperoleh subjek penelitian dalam skala.

Xminimum teoretik : skor terendah yang mungkin diperoleh subjek penelitian dalam skala.

S : standart deviasi, yaitu luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran. µ : mean teoretik, yaitu rata-rata teoretis dari skor

maksimum dan minimum.

Kategori tersebut dijadikan sebagai norma atau patokan dalam pengelompokkan skor item. Pengelompokkan tinggi-rendah skor item secara keseluruhan pada penelitian ini (N=80) digolongkan melalui perhitungan sebagai berikut:

Xmaksimum teoritik: 80 x 4 = 320 Xminimum teoritik : 80 x 1 = 80 Range : 320 – 80 = 240 S (item teoritik) : 240 : 6 = 40 µ (mean teoritik) : (320 + 80) : 2 = 200

(70)

Tabel 4

Norma Kategorisasi Skor Item

Kebutuhan Remaja di Asrama Stella Duce 2 Yogyakarta

Perhitungan Skor Kategori

Xitem > µ + 1,5s

Xitem > 200 + 60 Xitem – 260 Sangat Tinggi µ + 0,5s < Xitem = µ + 1,5s

200 + 20 < Xitem = 200 + 60 221 – 260 Tinggi µ - 0,5s < Xitem = µ + 0,5s

200 – 20 < Xitem = 200 + 20 181 – 220 Sedang µ - 1,5s < Xitem = µ - 0,5s

200 – 60 < Xitem = 200 – 20 141 – 180 Tinggi Xitem = µ - 1,5s

Xitem = 200 – 60 0 – 140 Sangat Rendah

(71)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas hasil penelitian yang dilakukan terhadap 80 anak asrama Stella Duce 2 Yogyakarta kelas X dan XI guna mencari kebutuhan-kebutuhan remaja di asrama Stella Duce 2 Yogyakarta tahun 2011 berdasarkan tugas-tugas perkembangannya dan mencari topik-topik bimbingan kelompok yang sesuai dengan kebutuhan remaja di asrama Stella Duce 2 Yogyakarta.

A. Kebutuhan Remaja di Asrama Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun 2011 Berdasarkan Tugas-Tugas Perkembangannya

(72)

Tabel 5

Kategorisasi Kebutuhan Remaja di Asrama Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun 2011 Berdasarkan Tugas-Tugas Perkembangan

Skor Kategorisasi Jumlah Persentase

181 - 220 Sangat Tinggi 34 42.5% 153 - 180 Tinggi 46 57.5% 125 - 152 Sedang - -

99 – 124 Rendah - - 0 – 98 Sangat Rendah - -

N 80 100%

Hasil data penelitian mengenai kebutuhan remaja kelas X dan kelas XI di asrama Stella Duce 2 Yogyakarta menunjukkan bahwa 34 anak (42.5%) memiliki kebutuhan yang sangat tinggi, artinya remaja di asrama memiliki kebutuhan yang sangat tinggi yang harus dipenuhinya dengan tujuan agar remaja bisa berkembang dengan optimal. Diperoleh hasil 46 anak (57.5%) memiliki kebutuhan yang tinggi, artinya kebutuhan remaja di asrama tinggi yang harus dipenuhi dengan tujuan agar remaja bisa berkembang dengan optimal. Tidak ada anak (0%) yang memiliki kebutuhan sedang, rendah, dan sangat rendah.

(73)

B. Pembahasan

Penelitian ini mengambil sampel 80 anak remaja di asrama Stella Duce 2 Yogyakarta kelas X dan kelas XI guna mencari kebutuhan-kebutuhan remaja di asrama Stella Duce 2 Yogyakarta berdasarkan tugas perkembangannya yang kurang dalam pemenuhannya dan membuat topik-topik bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan remaja di asrama. Yang mana kebutuhan remaja di asrama saat ini sangat tinggi dan tinggi, bisa saja dapat berubah menjadi sedang, rendah atau sangat rendah apabila remaja tersebut mampu memenuhi kebutuhannya dengan baik.

Kategorisasi skor tiap item adalah berdasarkan distribusi normal dengan kontinum jenjang menurut Azwar (2007:108), yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.

1. Kategorisasi Sangat Tinggi

Dalam penelitian ini ada 34 anak remaja di asrama (42.5%) memiliki kebutuhan yang sangat tinggi. Kebutuhan remaja yang berada pada kategori ini dapat diartikan bahwa remaja sangat belum mampu

(74)

memenuhi kebutuhannya dengan baik dan optimal, maka ia mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya, mampu mengembangkan bakatnya dengan baik, mudah memahami dirinya dan mampu untuk mandiri atau hidup tanpa bergantung pada orang tua.

Erikson (Yusuf, 2010:71) berpendapat bahwa remaja merupakan masa berkembangnya identity. Identity merupakan vocal point dari pengalaman remaja, karena semua krisis normatif yang sebelumnya telah memberikan kontribusi pada perkembangan identitas. Apabila remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja akan kehilangan arah. Dampaknya, mereka mungkin akan mengembangkan perilaku yang menyimpang, melakukan tindak kriminal, atau menutup diri dari masyarakat.

Dari hasil penelitian mungkin ada beberapa faktor yang membuat remaja sangat belum mampu memenuhi kebutuhannya dengan baik. Kemungkinan faktor tersebut adalah pengaruh kelompok teman sebaya yang sangat kuat bagi remaja, pergaulan dengan kelompok teman sebaya.

2. Kategorisasi Tinggi

(75)

perkembangannya. Untuk itu kebutuhan akan tugas perkembangan remaja perlu dipenuhi untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya.

Havighurst (Yusuf, 2010:65) berpendapat bahwa periode yang beragam dalam kehidupan individu menuntut untuk menuntaskan tugas-tugas perkembangannya yang berkaitan dengan perubahan kematangan, persekolahan, pekerjaan, pengalaman beragama, dan hal lainnya sebagai persyaratan untuk pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tiap remaja memiliki cirri perilaku yang berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhannya. Dan juga dalam pemenuhan tiap aspek tugas perkembangan yang berbeda-beda pula. Remaja dikatakan matang apabila ia mampu memenuhi kebutuhannya dengan baik.

Remaja yang gagal dalam memenuhi kebutuhannya dengan baik dan optimal akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri remaja yang bersangkutan dan mengalami kesulitan dalam menuntaskan tugas perkembangan berikutnya.

3. Kategorisasi Sedang, Rendah, dan Sangat Rendah

(76)

bergaul dengan teman-teman sebayanya, remaja menjadi malu dengan adanya perubahan pada dirinya, remaja masih bergantung pada orang tua baik dalam hal pengaturan keuangan maupun dalam kehidupan bersosial.

C. Implikasi Hasil Penelitian Bagi Penyusunan Topik Bimbingan

Data hasil penelitian sebagai penyusunan implikasi penelitian berupa topik-topik bimbingan kelompok, yang diperoleh dengan cara mengelompokkan skor tiap item yang telah ditentukan oleh peneliti. Dari hasil skor tersebut didapat skor-skor item yang termasuk dalam kategori sangat tinggi dan tinggi. Item-item dengan skor yang tertinggi di kategori sangat butuh dan butuh adalah item-item yang akan dijadikan usulan topik-topik bimbingan kelompok. Dari hasil penelitian tidak terdapat item yang termasuk kategori sedang, rendah, sangat rendah melainkan kategori sangat tinggi dan tinggi.

Tabel 6

Kategorisasi Skor Item Kebutuhan Remaja Kelas X dan XI di Asrama Stella Duce 2 Yogyakarta

Skor Kategori Jumlah

X item > 260 Sangat Tinggi 32 221 – 260 Tinggi 23 181 – 220 Sedang -

141 – 18- Rendah - 0 – 140 Sangat Rendah -

(77)

Data di atas menunjukkan bahwa yang termasuk dalam kategori sangat tinggi sebanyak 32 item. Item dalam kategori tinggi sebanyak 23 item. Item-item tersebut mencerminkan bahwa tingkat pemenuhan kebutuhan remaja di asrama sangat tinggi dan tinggi. Kategori sangat tinggi dan tinggi dengan skor yang mencerminkan bahwa kebutuhan remaja di asrama perlu dipenuhi. Adapun hasil dari penelitian diatas dapat disimpulkan berdasarkan skor tertinggi diatas sebagai berikut:

Tabel 7

Item Pernyataan Yang Termasuk Kategori Sangat Tinggi

Kategori Aspek No item & Pernyataan Jumlah skor

Sangat Tinggi

1. Mencapai hubungan yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria/wanita.

1. Memiliki teman laki-laki yang sebaya denganku.

273

5. Informasi tentang cara bergaul yang baik dengan teman sebaya.

261

6. Membutuhkan teman curhat yang bisa membantuku untuk mengatasi kesulitanku.

261

33. Bekerja sama dengan

teman wanita. 271 2. Mencapai peranan

sosial pria/wanita

9. Perlu bisa menerima tugasku sebagai perempuan.

269

34. Perlu mengetahui tugasku sebagai anggota masyarakat.

Gambar

TABEL 3 : Norma Kategorisasi Kebutuhan Remaja di Asrama
Tabel 1. Skor Alternatif jawaban
Table 2. Kisi-kisi Kuesioner
Tabel 3 Norma Kategorisasi Kebutuhan Remaja
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI... PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

Berikan tanda cek ( √ ) pada kolom sesuai dengan nomor pernyataan, sesuai dengan pilihan jawaban anda. Kerjakan dengan teliti jangan sampai ada satupun pernyataan yang anda lewati

Hasil penelitian ini adalah: (1) konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 adalah: 60 siswa (58%) memiliki konsep diri positif dan 44

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan belajar yang banyak dialami para siswi kelas XI SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 adalah sebagai berikut: (1)

Pemikiran ini membuat siswa tidak mempunyai dorongan untuk belajar dengan giat karena tidak percaya akan kemampuannya sendiri, selalu melihat bahwa dirinya kurang

maka dari itu berikan jawaban yang sejujur-jujurnya.. Pernyataan Pilihan Jawaban Ya Tidak 1. Saya berbicara dengan cepat. Saya berbicara seperlunya. Saya mengeja dengan baik.

Hasil penelitian ini adalah: (1) konsep diri para siswa kelas XI SMA Stella Duce 1 Yogyakarta tahun ajaran 2008/2009 adalah: 60 siswa (58%) memiliki konsep diri positif dan 44