• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISKRIPSI AKTUALISASI DIRI SISWI REMAJA ASRAMA STELLA DUCE SAMIRONO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20132014 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK PRIBADI-SOSIAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DISKRIPSI AKTUALISASI DIRI SISWI REMAJA ASRAMA STELLA DUCE SAMIRONO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20132014 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK PRIBADI-SOSIAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidi"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

i  

TAHUN AJARAN 2013/2014 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK PRIBADI-SOSIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Susanna Stella Wulandari

NIM: 101114036

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv  

“Apa saja yang kamu minta dalam doa dengan

penuh kepercayaan , kamu akan menerimanya”

Matius 21:22

(ThomaMs Alva Edison)

Everyday may not be good, but there is something good

Skripsi ini saya

persembahkan

kepada:

Tuhan Yesus Kristus

Orangtuaku tercinta

Program Studi Bimbingan dan Konseling USD

(5)
(6)
(7)

vii  

DISKRIPSI AKTUALISASI DIRI SISWI REMAJA ASRAMA STELLA DUCE SAMIRONO YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK PRIBADI-SOSIAL

Susanna Stella Wulandari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2014

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat aktualisasi diri siswi asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Serta implikasinya terhadap topik-topik bimbingan kelompok pribadi sosial.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah siswi asrama kelas X tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 55 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap tingkat aktualisasi diri yang terbagi dalam 15 aspek, yaitu mengamati realitas secara efisien, penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain dan diri sendiri, spontanitas, kesederhanaan, kewajaran, fokus pada masalah-masalah di luar diri mereka, kebutuhan akan privasi dan independensi, berfungsi secara otonom, apresiasi yang senantiasa segar, pengalaman-pengalaman mistik atau “puncak”, minat sosial, hubungan antar pribadi, struktur watak demokratis, perbedaan antara sarana dan tujuan, antara baik dan buruk, perasaan humor yang tidak menimbulkan permusuhan, kreativitas, resistensi terhadap inkulturasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah pengkategorisasian tingkat aktualisasi diri siswi asrama Stella Duce Samirono angkatan 2013/2014 berdasarkan kriteria Azwar. Terdapat lima tingkat aktualisasi diri siswi yaitu sangat rendah/minimal, rendah/kurang optimal, sedang/cukup optimal, tinggi/optimal, dan sangat tinggi/sangat optimal.

(8)

viii  

DESCRIPTION OF SELF-ACTUALIZATION

STELLA DUCE SAMIRONO YOGYAKARTA DORMITORIES TEEN STUDENT 2013 / 2014 SCHOOL YEAR AND IMPLICATIONS

TOWARDS THE TOPICS OF COUNSELING GROUP PERSONAL-SOCIAL

Susanna Stella Wulandari Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2014

This research is aimed to obtain an overview of self-actualization level of Stella Duce Samirono Dormitories Yogyakarta Students School Year 2013/2014 and their implications on the guidance topics of personal-social groups.

This study includes a descriptive study using survey method. Subjects were student of class X school year 2013/2014 with total 55 peoples. The research instrument was a questionnaire that reveal the level of self-actualization which is divided into 15 aspects, that is the observed reality in an efficient, general acceptance of the nature other people and self, spontaneity, simplicity, fairness, focus on problems outside themselves, the need for privacy and independence, functioning autonomously, appreciation that always fresh, mystical experiences or "peak", interest in social, interpersonal relations, democratic character structure, the difference between means and ends, between good and bad, the feeling of humor that not lead to hostility, creativity, resistance to enculturation. The data analysis technique that has been used is categorization of self-actualization level of student dormitories Stella Duce Samirono school year 2013/2014 based on Azwar criteria. There are five levels of students’ self-actualization that is a very low / minimal, low / less optimal, average / optimal enough, high / optimal, and very high / very optimal.

(9)

ix  

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan, hikmat, dan penyertaanNya dalam persiapan, pelaksanaan serta penyelesaian laporan penelitian dalam bentuk skripsi ini.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan dari program studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa terselesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma dan selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak pembelajaran berharga kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan yang berguna bagi penulis.

3. Para Siswi Asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014, atas kesediaannya mengisi kuesioner.

(10)
(11)

xi  

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii

HALAMAN PENGESAHAN ………. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ….. vi

ABSTRAK ………... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ………. ix

DAFTAR ISI ………... xi

DAFTAR TABEL ………... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Perumusan Masalah ……… 5

C. Tujuan Penelitian ……… 5

D. Manfaat Penelitian ……….. 6

E. Definisi Operasional ………... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……… 8

A. Hakikat Aktualisasi Diri ………. 8

1. Pengertian Aktualisasi Diri ……… 8

2. Ciri-ciri Orang Mengaktualisasikan Diri ……… 9

3. Aspek-aspek Aktualisasi Diri ……….. 9

B. Hakikat Remaja ………... 17

1. Pengertian Remaja………... 17

2. Ciri-ciri Remaja ……….. 18

3. Tugas Perkembangan Remaja ……… 20

4. Kehidupan Remaja Asrama ……….. 21

(12)

xii  

2. Bentuk-bentuk Bimbingan ………... 24

3. Ragam-ragam Bimbingan ……… 24

BAB III METODE PENELITIAN ……… 27

A. Jenis Penelitian ……….. 27

B. Subjek Penelitian ………... 27

C. Instrumen Penelitian ……….. 27

D. Prosedur Pengumpulan Data ……….. 31

1. Tahap Persiapan ……… 31

2. Uji Coba Alat ………... 31

3. Reliabilitas ………... 31

E. Teknik Analisis Data ………. 35

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN KELOMPOK PRIBADI-SOSIAL 39 A. Hasil Penelitian ……….. 39

B. Pembahasan ………... 42

C. Usulan Topik-topik Bimbingan Kelompok Pribadi-Sosial yang Sesuai Bagi Siswi Kelas X Asrama Stella Duce Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 ………. 44 BAB V PENUTUP ………. 47

A. Kesimpulan ……… 47

B. Saran-saran ……… 47

DAFTAR PUSTAKA ……….... 50

(13)

xiii  

Tabel 1. Penentuan Skor Setiap Alternatif Jawaban ……….. 28 Tabel 2. Aspek-aspek Aktualisasi Diri dan Indikator Item ………

28 Tabel 3. Rincian Item Valid dan Gugur ………. 33

Tabel 4. Kriteria Guilford ………. 34 Tabel 5. Norma Kategorisasi Aktualisasi Diri ……….. 36 Tabel 6. Norma Kategorisasi Tingkat Aktualisasi Diri Siswi Kelas

X Asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta …………. 37 Tabel 7. Norma Kategorisasi Skor Butir Instrumen Aktualisasi Diri 38 Tabel 8. Aktualisasi Diri Siswi Kelas X Asrama Stella Duce

Samirono Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 ………. 39 Tabel 9. Penggolongan Skor Item Aktualisasi Diri Siswi Kelas X

Asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta Tahun Ajaran

2013/2014 ………. 41

Tabel 10. Identifikasi Bentuk-bentuk Aktualisasi Diri ……… 42 Tabel 11. Item-item yang Mempunyai Skor Sedang ……….... 44 Tabel 12. Usulan Topik-topik Bimbingan Kelompok Pribadi-Sosial

(14)

xiv  

Lampiran 1. Kuesioner... 52

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian ……… 60

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas ………. 61

Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas ………. 74

Lampiran 5. Tabulasi Data Penelitian... 75

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini dipaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Setiap manusia akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan dalam dirinya. Kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan, dan menggunakan kemampuannya disebut aktualisasi diri. Aktualisasi diri merupakan kebutuhan puncak yang ingin dicapai oleh setiap individu sesuai dengan kemampuannya. Kebutuhan aktualisasi diri muncul jika kebutuhan-kebutuhan di bawahnya telah tercapai. Dalam hirarki kebutuhan-kebutuhan menurut Maslow kebutuhan-kebutuhan di bawah kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan cinta dan memiliki, dan kebutuhan penghargaan.

Proses aktualisasi merupakan perkembangan atau penemuan potensi yang sudah ada maupun yang terpendam. Pribadi yang teraktualisasi akan menggunakan potensi, bakat, dan kemampuannya sepenuhnya. Pribadi yang teraktualisasi memiliki kadar konflik yang rendah dan menggunakan kemampuannya untuk tujuan yang produktif.

Hal utama yang menyebabkan kadar konflik rendah dalam proses aktualisasi diri yaitu kegagalan individu untuk menyalurkan kemampuannya. Individu sadar akan potensi, kemampuan, dan bakat yang dimilikinya, namun individu kehilangan arah untuk menyalurkan dan menggunakan kemampuan yang dimilikinya. Sehingga kebutuhan untuk menjadi kreatif tidak dapat diwujudkan secara memadai.

(16)

yang sebaik mungkin, realisasi keunikan, keadaan pentingnya pribadi, dan potensi-potensi yang dimiliki. Tingkat pertumbuhan pribadi dengan sangat baik diterangkan dalam “hirarki kebutuhan” Abraham Maslow yang terdapat lima tingkat dalam hirarki kebutuhan, dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat yang paling tinggi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut antara lain seperti yang ada pada piramid berikut ini :

Gambar 1. Hirarki Kebutuhan Menurut Abraham Maslow

Prasyarat untuk mencapai aktualisasi diri ialah terpenuhi empat kebutuhan yang berbeda dalam tingkat yang lebih rendah yaitu :

1. Kebutuhan fisiologis adalah udara, air, makanan, tempat berteduh, tidur, dan seks.

2. Kebutuhan rasa aman adalah mampu mengembangkan kemampuan individu untuk menghadapi rasa takut.

3. Kebutuhan cinta dan rasa memiliki adalah suatu hubungan yang bermakna, mempunyai kemampuan bawaan yang berkembang kepada suatu hubungan cinta.

AKTUALISASI 

DIRI

HARGA DIRI 

PENGHARGAAN DARI 

ORANGLAIN

CINTA DAN RASA MEMILIKI‐DIMILIKI

PERLINDUNGAN DAN RASA AMAN

(17)

4. Kebutuhan harga diri adalah mampu menghargai penghargaan diri sendiri maupun penghargaan terhadap orang lain.

Keempat kebutuhan di atas jika sudah terpenuhi maka manusia dapat mencapai kebutuhan aktualisasi diri atau kebutuhan puncak. Setiap manusia dapat mencapai kebutuhan aktualisasi diri karena kebutuhan-kebutuhan lainnya telah terpenuhi. Walaupun sejak masa balita sudah terpenuhi beberapa kebutuhan yang diperlukan untuk mencapai kebutuhan puncak, baik secara fisik mapun psikologis, setiap manusia dapat mencapai kebutuhan aktualisasi diri yang berbeda-beda tergantung dari potensi dan kemampuan yang dimiliki individu. Sebagai bagian dari individu pada umumnya, remaja juga dapat mencapai kebutuhan aktualisasi diri sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

Setiap orang ingin mencapai aktualisasi diri termasuk pada diri remaja. Dalam pandangan Gunarsa (1987 :16-17) masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Sedangkan menurut Hurlock (Gunarsa, 1981 : 18) masa remaja dapat dilihat dari patokan batas umur yakni terlihat tanda-tanda fisik yang menunjukkan kematangan seksual dengan timbulnya gejala-gejala biologis. Erikson (Gunarsa 1981 : 18) mengatakan masa remaja merupakan masa dimana dibentuk suatu perasaan baru mengenai identitas. Identitas mencakup cara hidup pribadi yang dialami sendiri dan sulit dikenal oleh orang lain.

Masa remaja berbeda dengan masa sebelumnya maupun dengan masa sesudahnya. Masa remaja terlihat dari perubahan bentuk fisik dan terjadinya kematangan seksual. Selain perubahan fisik, pada remaja juga terjadi perubahan psikis. Remaja cenderung ingin melepaskan diri dari ikatan orang tuanya dan mulai belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya.

(18)

masa remaja berbeda dengan masa anak-anak tentunya kebutuhan remaja juga berbeda dengan kebutuhan anak, sehingga remaja perlu mendapatkan bimbingan agar remaja dapat menjadi pribadi yang sehat dan tidak hanya sehat secara fisik namun juga sehat secara psikologis. Selain itu tujuan orang dewasa membimbing remaja agar remaja mampu berkembang menjadi pribadi yang optimal dengan menggunakan dan memanfaatkan semua bakat, potensi, dan kemampuan yang dimilikinya.

(19)

B. Perumusan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang aktualisasi diri siswi remaja Asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014, dan melihat implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan kelompok dalam bidang aktualisasi diri. Secara khusus, pertanyaan yang ingin dijawab adalah :

1. Seberapa optimalkah tingkat aktualisasi diri dalam tugas perkembangan remaja secara umum pada siswi Asrama Stella Duce Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014?

2. Bentuk-bentuk aktualisasi diri apakah yang belum optimal dilakukan siswi Asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014?

3. Berdasarkan bentuk aktualisasi diri yang belum optimal tersebut, topik bimbingan apakah yang sesuai diusulkan bagi siswi Asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan :

1. Mengetahui tingkat optimalisasi aktualisasi diri secara umum pada siswi Asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta.

2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk aktualisasi diri yang belum optimal dilakukan siswi Asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

(20)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak : 1. Manfaat Teoritik

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian teoritik dibidang bimbingan dan konseling, khusunya mengenai aktualisasi diri yang dimiliki oleh para siswi dan dapat merangsang penelitian selanjutnya yang hendak mengkaji topik yang berkaitan dengan aktualisasi diri.

2. Manfaat Praktis a. Para siswi

Dapat memperoleh gambaran mengenai aktualisasi diri sehingga mereka dapat mengenal potensi dan kemampuannya untuk berani mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan kemampuannya.

b. Pendamping Asrama

Dapat menggunakan hasil peneliti ini sebagai bahan acuan untuk memberikan bimbingan yang sesuai bagi para siswi sehingga mereka mampu untuk mengaktualisasikan dirinya dan tumbuh menjadi pribadi yang sehat.

c. Peneliti

Peneliti memperoleh pengalaman dalam membantu dan membimbing para siswi untuk mengenal potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh para siswi, serta peneliti dapat membantu para siswi untuk berani mengaktualisasikan dirinya sesuai dengan kemampuannya.

d. Peneliti lain

(21)

E. Definisi Operasional.

1. Deskripsi merupakan penggambaran atas penjelasan mengenai suatu hal dengan menggunakan kalimat yang jelas dan dapat dimengerti. 2. Aktualisasi diri merupakan proses menjadi diri sendiri dan

mengembangkan sifat-sifat serta potensi-potensi yang dimiliki.

3. Bentuk-bentuk aktualisasi diri merupakan suatu wujud perihal mengaktualkan diri individu itu sediri.

4. Siswi Asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta adalah siswi yang tinggal dan bertempat tinggal di Asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta.

5. Remaja merupakan masa setelah masa anak-anak dan mengalami perubahan baik secara fisik maupun psikis.

(22)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisikan uraian tentang hakikat aktualisasi diri, hakikat remaja, kehidupan remaja di asrama, faktor-faktor yang menghambat aktuaisasi diri remaja, dan hakikat bimbingan.

A. Hakikat Aktualisasi Diri

1. Pengertian Aktualisasi Diri

Maslow (Paduska, 1997 : 126) mengatakan bahwa aktualisasi diri adalah suatu perluasan atau lanjutan dari aliran eksistensialis. Jika aliran eksistensialis menyerukan kebebasan memilih, maka aliran aktualisasi diri menyerukan kebebasan memilih dengan pengarahan. Secara eksistensialis , manusia dapat memilih neorotik, namun dalam aktualisasi diri, pengarahan sudah disediakan sebagai suatu dorongan untuk tidak memilih alternatif-alternatif seperti itu, tapi supaya memilih suatu tingkat yang lebih tinggi dari pertumbuhan diri. Aktualisasi diri lebih mempersoalkan pertumbuhan pribadi individu. Aktualisasi diri menekankan proses pertumbuhan dan perkembangan pribadi kepada tingkat yang sebaik mungkin terhadap realisasi keunikan, keadaan penting, dan potensi-potensi yang dimiliki. Berbeda dengan psikoanalisa, yang mengutamakan sebab-sebab kemacetan atau terhalangnya realisasi potensi dan tingkat perkembangan, dalam aliran aktualisasi diri, pengutamaan terbesar ialah mengenai pertumbuhan diri terhadap perkembangan dan pemenuhan potensi diri.

(23)

Hal yang kedua tentang aktualisasi diri adalah suatu proses yang sukar dan kadang-kadang menyakitkan. Hal ini berarti meluncurkan diri sendiri sepenuhnya ke dalam arus kehidupan. Hal yang ketiga tentang orang-orang yang mengaktualisasikan diri yakni mereka yang benar-benar diri mereka sendiri. Diri adalah tuan dari kepribadian dan beroprasi terlepas dari norma-norma yang ditentukan orang lain. Akan tetapi orang-orang yang mengaktualisasikan diri tidak agresif, memberontak secara terus-terang atau dengan sengaja tidak konvensional dalam mencemooh aturan-aturan dari orangtua atau masyarakat. Mereka mengetahui bahwa mereka dapat berfungsi sebagai individu-individu dalam sanksi-sanksi dan garis-garis pedoman yang jelas dari masyarakat.

2. Ciri-ciri Orang Mengaktualisasikan Diri

Menurut Maslow (Paduska, 1997 : 127) pribadi yang mengaktualisasikan diri adalah pribadi yang sudah memenuhi tingkat-tingkat keinginan yang diharapkan. Ciri-ciri orang yang khas beraktualisasi-diri adalah sebagai berikut :

a. Persepsi yang efektif, orang melihat dunia dan dirinya sendiri sebagaimana dunia dan dirinya itu sebenarnya.

b. Jujur menjadi diri sendiri dan merasa serta mengekspresikan pikiran dan emosi-emosinya yang sebenarnya.

c. Mencari dan menghadapi emosi dari pada menghindarinya.

3. Aspek-aspek Aktualiasi Diri Maslow (Schultz, 1991 : 99-116) mengemukakan beberapa aspek atau sifat dari mengaktualisasikan diri sebagai berikut :

a. Mengamati realitas secara efisien.

(24)

objektif ini, pengaktualisasi diri merupakan hakim-hakim yang teliti terhadap orang lain, mampu menemukan dengan cepat penipuan dan ketidak jujuran. Kepribadian yang tidak sehat mengamati dunia menurut ukuran-ukuran subjektif mereka sendiri, memaksa dunia untuk mencocokkannya dengan bentuk-bentuk ketakutan-ketakutan, kebutuhan-kebutuhan , dan nilai-nilai mereka sendiri. Seseorang tidak dapat berinteraksi dengan dunia, orang-orang disekitarnya, dan menanggulanginya apabila hanya memiliki gambaran subjektif. Semakin objektif orang mampu menggambarkan kenyataan, maka semakin baik kemampuan untuk berpikir secara logis, mencapai kesimpulan-kesimpulan yang tepat, dan pada umumnya untuk menjadi efisien secara intelektual.

b. Penerimaan Umum atas Kodrat, Orang-orang Lain dan Diri Sendiri.

(25)

c. Spontanitas, Kesederhanaan, Kewajaran

Dalam segi kehidupan, para pengaktualisasi diri bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Mereka tidak harus menyembunyikan emosi mereka, tetapi dapat memperlihatkan emosi-emosi tersebut dengan jujur. Dalam istilah yang sederhana orang-orang ini bertingkah laku secara kodrati yakni sesuai dengan kodrat mereka. Akan tetapi para pengaktualisasi diri juga bijaksana dan penuh perhatian terhadap orang-orang lain. Dalam situasi-situasi di mana ungkapan perasaan-perasaan yang wajar dan jujur dapat menyakitkan orang-orang lain, atau di mana hal tersebut penting, maka untuk sementara mereka akan mengekang perasaan-perasaan itu. Orang-orang yang tidak sehat tidak akan berfungsi secara spontan, mereka harus mengubah segi-segi diri mereka yang menyebabkan mereka merasa malu atau merasa salah.

d. Fokus pada Masalah-masalah di Luar Diri Mereka

(26)

ini dan dari kepuasan yang hebat yang ditimbulkannya, maka kepribadian-kepribadian yang sehat ini bekerja dengan keras lebih daripada orang-orang yang memiliki kesehatan jiwa yang biasa. e. Kebutuhan akan Privasi dan Independensi

Orang-orang yang mengaktualisasikan-diri memiliki suatu kebutuhan yang kuat untuk pemisahan dan kesunyian. Meskipun mereka tidak menjauhkan diri dari kontak dengan manusia, mereka tidak membutuhkan orang-orang lain. Mereka tidak tergantung pada orang-orang lain untuk kepuasan-kepuasan mereka dan dengan demikian mungkin mereka menjauhkan diri dan tidak ramah. Tingkah laku dan perasaan mereka sangat egosentris dan terarah kepada diri mereka sendiri. Mereka memiliki kemampuan untuk membentuk pikiran, mencapai keputusan, dan melaksanakan dorongan disiplin mereka sendiri. Sebaliknya, orang-orang yang tidak sehat biasanya secara sangat emosional tergantung pada orang-orang lain untuk kepuasan di mana mereka tidak mampu menghasilkannya untuk diri mereka, karena mereka tidak memiliki suatu perasaan diri yang kuat maka mereka bersandar pada orang-orang lain untuk bantuan, ide-ide, nilai-nilai, dan tingkah laku. Mereka berpikir dan bertindak sesuai dengan kebiasaan orang-orang lain. Perasaan diri mereka hanya merupakan suatu pemantulan dari orang-orang lain dan bukan suatu hasil dari perkembangan mereka sendiri yang otonom, karena pengaktualisasian-diri tidak tergantung pada orang lain dan lebih suka akan privasi dan kesunyian, maka mereka kadang-kadang megalami kesulitan sosial.

f. Berfungsi Secara Otonom

(27)

motif-motif kekurangan, maka mereka tidak tergantung pada dunia nyata untuk kepuasan mereka karena pemuasan dari motif-motif pertumbuhan datang dari dalam. Kepribadian yang sehat dapat berdiri sendiri dan tingkat otonomi mereka yang tinggi menaklukkan mereka, agak tidak mempan terhadap krisis-krisis atau kerugian-kerugian. Sebaliknya orang-orang yang kurang sehat sangat tergantung pada dunia yang nyata untuk pemuasan motif-motif kekurangan.

g. Apresiasi yang Senantiasa Segar

Pengaktualisasi diri senantiasa menghargai pengalaman-pengalaman tertentu. Pengaktualisasian-diri memiliki kemampuan untuk menghargai pengalaman-pengalaman baru. Mereka tidak menjadi puas atau bosan terhadap pengalaman-pengalaman hidup. Sebagai akibatnya, mereka merasa kurang pasti tetapi senantiasa berterima kasih terhadap apa yang mereka miliki dan dapat mereka alami. Kerapkali pengalaman-pengalaman mereka yang menggembirakan adalah kegiatan-kegiatan setiap hari yang kurang penting, peristiwa-peristiwa yang mungkin malahan tidak diperhatikan oleh orang-orang yang kurang sehat.

h. Pengalaman-pengalaman Mistik atau “Puncak”.

(28)

puncak tidak mesti berhubungan dengan agama. Setiap orang bisa mengalaminya, dalam intensitas dan kata yang berbeda-beda. Pengalaman puncak dapat didapat ketika bekerja, mendengarkan musik, memenangkan perlombaan, membaca cerita bahkan ketika melihat matahari terbenam. Dengan timbulnya agama, pengalaman puncak biasanya hadir berupa pengalaman mistik atau ekstanse. Orang-orang yang sembahyang khusuk dapat juga mengalami pengalaman puncak.

i. Minat Sosial

Pengaktualisasi diri memiliki perasaan empati, afeksi yang kuat terhadap semua manusia, juga suatu keinginan untuk membantu kemanusiaan. Pengaktualisasi diri mencintai kemanusiaan, mereka kerap merasa tertekan karena tingkah laku orang lain namun mereka cepat memahami dan memaafkannya. Pengaktualisasian-diri merupakan suatu pertalian keluarga dengan semua orang, karena mereka berbeda secara mencolok dari orang-orang biasa, mereka menyadari bahwa mereka berfungsi pada suatu tingkat yang lebih tinggi. Orang-orang yang sehat mengetahui bahwa mereka dapat mencapai hal-hal dengan lebih baik daripada orang-orang lain dan bahwa mereka melihat dan memahami hal-hal itu dengan lebih jelas.

j. Hubungan Antar Pribadi

(29)

suatu tingkat dependensi yang tinggi pada orang yang dicintai, mereka tidak memiliki ketakutan atau iri hati. Cinta mereka bukan cinta egosentris, di mana memberi cinta sekurang-kurangnya sama pentingnya dengan menerimanya dan di mana perhatian seseorang terhadap pertumbuhan dan perkembangan orang lain adalah sebanyak perhatian terhadap pertumbuhan diri sendiri.

k. Struktur Watak Demokratis

Orang-orang yang sehat membiarkan dan menerima semua orang tanpa memperhatiakan kelas sosial, tingkat pendidikan, golongan politik atau agama, ras, dan warna kulit. Perbedaan-perbedaan serupa itu tidak menjadi masalah bagi pengaktualisasian-diri. Tingkah laku mereka lebih dalam daripada toleransi. Mereka sangat siap untuk mendengarkan atau belajar dari siapa saja yang dapat mengajarkan sesuatu kepada mereka.

l. Perbedaan antara Sarana dan Tujuan, antara Baik dan Buruk

(30)

m. Perasaan Humor yang Tidak Menimbulkan Permusuhan

Orang-orang yang sehat sepenuhnya berbeda dari individu-individu biasa dalam apa yang mereka anggap humor yang menyebabkan mereka tertawa. Orang-orang yang kurang sehat menertawakan tiga macam humor yaitu humor permusuhan yang menyebabkan seseorang merasa sakit, humor superioritas yang mengambil keuntungan dari perasaan rendah diri orang lain, dan humor pemberontakan terhadap penguasa yang berhubungan dengan suatu situasi percakapan cabul. Humor pengaktualisasian-diri bersifat filosofis, humor yang menertawakan manusia pada umumnya tetapi bukan kepada seorang individu yang khusus. Humor ini bersifat instruktif, yang dipakai langsung kepada hal yang dituju dan juga menimbulkan tertawa, itu adalah semacam humor yang bijaksana yang mengakibatkan suatu senyuman dan anggukan tanda mengerti daripada gelak tawa yang keras. Humor semacam ini hanya dihargai oleh orang-orang yang sehat.

n. Kreativitas

Kreativitas merupakan suatu sifat yang akan diharapkan seseorang dari pengaktualisasian-diri serta sesuatu yang asli, inventif, dan inovatif meskipun tidak selalu dalam pengertian menghasilkan suatu karya seni. Kreatifitas lebih merupakan suatu sikap, suatu ungkapan kesehatan psikologis dan lebih mengenai cara bagaimana kita mengamati dan bereaksi terhadap dunia dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai dari suatu karya seni. Orang yang sehat dalam pekerjaan apa saja dapat memperlihatkan kreativitas.

o. Resistensi tehadap inkulturasi

(31)

kebudayaan mereka, dibimbing oleh diri mereka bukan oleh orang-orang lain. Akan tetapi tidak terus terang menentang kebudayaan dan tidak sengaja melanggar aturan-aturan sosial untuk memperlihatkan independensi.

Aspek-aspek atau sifat-sifat pengaktualisasian diri Maslow (Schultz, 1991 : 116) adalah sifat-sifat yang diinginkan dan diharapkan untuk dimiliki oleh seseorang yang sehat. Para pengaktualisasi diri ialah orang-orang yang baik hati, sopan, jujur, penuh perhatian, dan masyarakat dapat menjadi tempat kehidupan yang lebih cocok apabila lebih banyak diantara kita menampilkan sifat-sifat ini. Sebagai individu-individu mungkin menjadi lebih bahagia apabila berada disekitar orang-orang yang lebih mengaktualisasikan diri.

Orang-orang yang sehat tampaknya sempurna dalam segala hal, dalam memahami dan menerima diri mereka dan orang lain, dalam kewajaran dan spontanitas mereka, dalam perhatian dan perasaan belas kasihan terhadap manusia dan dalam tolerasi mereka terhadap orang-orang lain serta dalam kemampuan mereka untuk melawan pengaruh-pengaruh sosial. Sekalipun demikian, setiap orang jelas memiliki sifat-sifat manusia yang kurang sempurna. Mereka terganggu oleh cacat mereka dan cacat-cacat oranglain. Mereka ingin supaya setiap orang menjadi manusia yang beraktualisasi, memenuhi sepenuhnya dan tergangu bila orang-orang lain tidak demikian, sehingga mereka dapat seperti orang-orang yang kurang sehat.

B. Hakikat Remaja

1. Pengertian Remaja

(32)

lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Sedangkan masa remaja adalah masa peralihan diantara masa anak-anak dan masa dewasa, dimana anak-anak mengalami pertumbuhan tepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk badan, sikap, cara berpikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Masa ini mulai kira-kira 13 tahun dan berakhir kira-kira umur 21 tahun (Drajat, 1969 : 100).

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa, untuk menentukan batas-batas umur masa remaja di Indonesia terdapat beberapa kesulitan. Hal ini disebabkam sulitnya menentukan umur permulaan dewasa atau permulaan masa dewasa (Gunarsa, 1981:16-17)

2. Ciri-ciri Remaja

Gunarsa (1981:82-87) mengatakan remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa. Tubuhnya kelihatan sudah dewasa akan tetapi bila diperlakukan seperti orang dewasa akan gagal menunjukkan kedewasaannya. Pengalaman mengenai alam dewasa masih belum banyak karena itu sering terlihat pada mereka adanya : a. Kegelisahan

(33)

langsung dari sumber-sumbernya. Akhirnya mereka hanya dikuasai oleh perasaan gelisah karena keinginan-keinginan yang tidak tersalurkan.

b. Pertentangan

Pertentangan-pertentangan yang terjadi dalam diri remaja juga menimbulkan kebingungan baik bagi diri mereka sendiri maupun orang lain. Pada umumnya timbul perselisihan dan pertentangan pendapat dan pandangan antara remaja dan orangtua. Selanjutnya pertentangan ini menyebabkan timbulnya keinginan yang hebat untuk melepaskan diri dari orangtua, akan tetapi keinginan untuk melepaskan diri ini ditentang lagi oleh keinginan memperoleh rasa aman di rumah. Mereka tidak berani mengambil resiko dari tindakan meninggalkan lingkungan yang aman di antara keluarganya.Tambahan pula keinginan melepaskan diri secara mutlak belum disertai kesanggupan untuk berdiri sendiri, tanpa memperoleh lagi bantuan dari keluarga dalam hal keungan.

c. Berkeinginan besar mencoba hal baru.

Remaja ingin mengetahui macam-macam hal melalui usaha-usaha yang dilakukan dalam berbagai bidang. Mereka ingin mencoba apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Remaja pria mencoba merokok secara tersembunyi, seolah-olah ingin membuktikan apa yang dilakukan orang dewasa dapat pula dilakukan oleh remaja. Sedangkan remaja putri yang mulai bersolek menurut mode dan kosmetik terbaru. Walaupun sekolah-sekolah mengeluarkan larangan penggunaan kosmetik atau make up di lingkungan sekolah, masih saja terlihat siswi-siswi yang

melanggarnya. Keinginan mencoba pada remaja ini dapat berakibar negatif dan tidak ada manfaatnya.

(34)

kebutuhan. Akibatnya penjelajahan kebutuhan bisa menyebabkan pengalaman dengan akibat yang tidak selalu menyenangkan, misalnya terjadi kehamilan yang dapat menghentikan karier dan prestasi sekolah.

e. Keinginan menjelajah ke alam sekitar pada remaja lebih luas. Remaja bukan hanya lingkungan dekatnya saja yang ingin diselidiki, bahkan lingkungan yang lebih luas lagi. Keinginan menjelajah dan menyelidiki dapat disalurkan dengan baik ke penyelidikan yang bermanfaat. Keinginan mereka menyelidiki tidak selalu berarti membuang tenaga dengan percuma.

f. Mengkhayal dan berfantasi.

Khayalan dan fantasi pada remaja tidak selalu bersifat negatif karena dipihak lain dianggap sebagai suatu pelarian dari situasi dan suasana yang tidak memuaskan remaja. Khayalan dan fantasi dapat bersifat positif, sebagai suatu penghematan untuk daya kreatifitasnya, yang tidak memerlukan biaya. Sebagian besar kreatifitas dan eksperimen dilakukan dalam alam fantasinya, tanpa biaya, hanya perlu adanya perlengkapan daya kreatifitas yang positif.

g. Aktivitas berkelompok.

Kebanyakan remaja menemukan jalan ke luar dengan berkumpul-kumpul melakukan kegiatan bersama, mengadakan penjelajahan secara berkelompok. Keinginan berkelompok ini tumbuh sedemikian besarnya dan dapat dikatakan merupakan ciri umum masa remaja.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Havighurst (Monks, 1989:217) mengemukakan sejumlah tugas-tugas perkembangan, berasal dari data penelitian-penelitian lintas budaya. Bagi usia 12-18 tahun tugas perkembangannya adalah :

(35)

b. Menerima peranan dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan masyarakat sendiri.

c. Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain.

d. Mendapatkan pandangan hidup sendiri.

e. Realisasi suatu identitas sendiri dan dapat mengadakan partisipasi dalam kebudayaan remaja sendiri.

Meskipun antara masa kanak-kanak dan masa remaja tidak terdapat batas yang jelas, namun nampak adanya suatu gejala yang tiba-tiba dalam permulaan masa remaja yaitu gejala timbulnya seksualitas, hingga masa ini atau setidak-tidaknya permulaan masa tersebut juga disebut masa pubertas. Dalam perkembangan maka keadaan ini begitu memberikan pengaruh terhadap fisik seseorang hingga perlu kiranya untuk meninjau hal ini secara khusus serta meninjau hubungan dengan keseluruhan proses fisik dan fisiologik, maupun pengaruhnya terhadap perkembangan psiko-sosialnya.

C. Kehidupan Remaja di Asrama

(36)

Remaja yang tinggal di luar lingkungan keluarga dan tergabung dalam kelompok yang terorganisasi akan dibina oleh orang dewasa yang dibentuk oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja. Banyak remaja yang mengikuti kelompok seperti itu merasa diatur dan kurang minatnya ketika berusia enam belas atau tujuh belas tahun (Hurlock, 1990:215).

D. Faktor-faktor yang Menghambat Aktualisasi Diri Remaja

Perilaku menyimpang pada remaja disebabkan oleh kelalaian orang tua yang berakibat dapat menghambat aktualisasi diri pada remaja (Jahja, 2011:225) :

1. Pergaulan negatif dengan teman yang sikap dan perilakunya kurang memperhatikan nilai moral. Sesuai dengan keadaan di lapangan siswi yang bergaul atau bergabung dalam suatu kelompok siswi yang memiliki sering membuat masalah di asrama maupun di sekolah akan terpengaruh ke hal yang negatif.

2. Kurang dapat memanfaatkan waktu luang. Sesuai dengan kenyataan di lapangan, terdapat beberapa siswi yang tidak dapat menggunakan waktu luangnya dengan baik. Seperti pada saat mendapatkan jam kegiatan ekstrakulikuler terdapat beberapa siswi yang menggunakan waktu tersebut untuk main.

3. Tidak terlibat dalam kegiatan organisasi. Seperti pada kenyataan di lapangan, siswi yang mengikuti kegiatan organisasi akan terlihat aktif dan rajin dan sebaliknya siswi yang tidak mengikuti kegiatan organisasi cenderung bersikap tertutup dan pasif.

(37)

5. Perselisihan atau konflik orang tua. Seperti pada kenyataan di lapangan, siswi yang masuk asrama karena paksaan orang tua akan merasa tidak nyaman dan selalu menyalahkan orang tua.

E. Hakikat Bimbingan

1. Pengertian Bimbingan

Dalam buku (Winkel & Sri Hastuti, 2010 : 29) Mogiadi menjelaskan bahwa bimbingan berarti suatu usaha melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi tentang dirinya sendiri dan cara pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya. Sejenis pelayanan kepada individu-individu, agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan mereka hidup. Suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu kedalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan untuk memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan.

(38)

2. Bentuk-bentuk Bimbingan

Bentuk bimbingan menunjuk pada jumlah orang yang diberi pelayanan bimbingan, menurut (Winkel & Sri Hastuti, 2010:111) bimbingan terbagi atas bimbingan individual dan bimbingan kelompok

a. Bimbingan individual atau perseorangan merupakan pemberian layanan konseling, bila seseorang berhadapan dengan seorang konselor untuk membicarakan suatu masalah. Namun bimbingan individual juga dapat berlangsung diluar diluar wawancara konseling.

b. Bimbingan kelompok dapat terlaksana dengan berbagai cara, misalnya dibentuk kelompok kecil dalam rangka layanan konseling (konseling kelompok), dibentuk kelompok diskusi, diberikan bimbingan karier kepada siswa-siswi yang tergabung dalam satu kesatuan kelas di SMA. Maka bentuk bimbingan belum menyatakan apa-apa tentang apa yang menjadi tujuan dari pelayanan bimbingan dan apa yang dijadikan materi dalam pelayanan bimbinga. Dengan demikian terdapat dua bentuk bimbingan.

3. Ragam-ragam Bimbingan

Menurut (Winkel & Sri Hastuti, 2010 : 113-118) ragam bimbingan menunjuk pada bidang kehidupan tertentu atau aspek perkembangan tertentu yang menjadi fokus perhatian dalam pelayanan bimbingan. Dengan demikian terdapat tiga ragam bimbingan, yaitu bimbingan karier, bimbingan akademik, dan bimbingan pribadi sosial.

a. Bimbingan Karier.

(39)

diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan pekerjaan yang dimasuki.

b. Bimbingan Akademik.

Bimbingan akademik ialah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang terdapat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar disituasi institusi pendidikan. c. Bimbingan pribadi sosial

Bimbingan Pribadi Sosial berarti bimbingan dalam keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri. Dalam mengatur diri sendiri dibidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual, dan sebagainya. Serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan.

d. Bimbingan di komunitas

Bimbingan komunitas merupakan proses atau kegiatan dalam memanfaatkan potensi yang ada pada suatu komunitas. Dengan tujuan untuk membantu suatu kominitas dalam menyelesaikan masalah yang berkembang dalam lingkungan itu sendiri. Layanan bimbingan yang diberikan kepada komunitas melalui beberapa orang. Sehingga bimbingan ditujukan untuk merespon kebutuhan dan masalah yamg ada di komunitas. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan komunitas adalah masalah-masalah yang bersifat umum dan tidak rahasia.

4. Program Bimbingan Pribadi-Sosial

(40)
(41)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen

penelitian, dan teknik analisis data yang digunakan.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan metode

deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha

menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya

(dalam Sukardi, 2003: 157).

Penelitian deskriptif bertujuan mengambarkan secara sistematik

dan akurat fakta dan karateristik mengenai populasi atau situasi atau

kejadian. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara jelas situasi

atau kejadian sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan (dalam Azwar,

2012: 7). Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang

diskripsi aktualisasi diri siswi remaja asrama Stella Duce Samirono

Yogyakarta Tahun ajaran 2013/2014.

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah para siswi Asrama Stella Duce

Samirono Yogyakarta tahun angkatan 2013/2014 sejumlah 55 siswi kelas X.

C. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner

(42)

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawab secara tertulis juga. Kuesioner dalam

penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup. Siswi mengisi kuesioner ini dengan memberi tanda centang (√) pada alternatif jawaban. Alternatif jawaban yang digunakan adalah sangat setuju (SS), setuju

(S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) dengan bobot tiap

alternatif jawaban adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2011: 135).

Tabel 1

Penentuan Skor Setiap Alternatif Jawaban.

NO Pernyataan

Alternatif jawaban

2. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

kuesioner berisi peryataan-pernyataan untuk dijawab oleh subjek

penelitian, secara tertutup. Pernyataan-pernyataan dalam kuesioner ini

berdasarkan aspek-aspek aktualisasi diri dengan beberapa indikator.

Aspek-aspek tersebut disajikan dalam tabel 2.

Tabel 2

Aspek-aspek Aktualisasi Diri dan Indikator Item

No Aspek Indikator Pernyataan Jumlah

Positif Negatif + -

1. Mengamati

realita secara

a. Bersikap sesuai dengan

(43)

efisien b. Memandang secara objektif

c. Kemampuan untuk jujur

sesuai realitas

6,7 8 2 1 3

2. Penerimaan

umum atas

kodrat,

orang-orang lain dan

diri sendiri

a. Menerima keadaan diri dan

orang lain

b. Tidak malu akan kekurangan

diri

a. Bertingkah laku terbuka

b. Hidup sesuai kodrat

15,16

a. Tidak menghindari masalah

b. Menghargai kepentingan

orang lain

a. Tidak tergantung pada orang

lain

b. Mampu untuk mengambil

keputusan

6. Berfungsi secara

otonom

a. Tenang dalam menghadapi

masalah

b. Percaya diri terhadap

kemampuan yang dimiliki

36,37

b. Bersukur atas apa yang

dimiliki

b. Memiliki wawasan yang

jelas tentang diri dan dunia

47,48

9. Minat sosial a. Memiliki perasaan empati

pada sesama

(44)

b. Terlibat dalam organisasi

sosial

56 57,58 1 2 3

10. Hubungan antar

pribadi

a. Mampu menjalin

persahabatan dengan baik

b. Perhatian terhadap

pertumbuhan dan

perkembangan diri dan

orang lain

a. Menerima semua orang

tanpa membedakan

b. Mampu mengungkapkan

pendapat

c. Mampu menerima masukan

orang lain

antara baik dan

buruk

a. Mampu membedakan baik

dan buruk

b. Memiliki tujuan hidup atau

cita-cita

13. Perasaan humor

yang tidak

menimbulkan

permusuhan

a. Mampu menanggapi humor

dengan positif

b. Melakukan humor secara

sehat

14. Kreativitas a. Mampu mengembangkan

potensi yang dimiliki

b. Terlibat dalam berbagai

kegiatan positif

a. Tidak mudah terpengaruh

orang lain

(45)

D. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap persiapan

a. Peneliti menghubungi pihak Asrama Stella Duce Samirono

Yogyakarta untuk meminta ijin mengadakan uji coba alat dan

melakukan penelitian.Peneliti menyiapkan kuesioner untuk

mengali data-data yang dibutuhkan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Menjabarkan aspek-aspek aktualisasi diri kedalam

indikator-indikator.

2) Menyusun butir-butir pernyataan yang sesuai dengan

indikator-indikator

Aktualisasi diri.

Peneliti membagikan kuisioner pada siswi kelas X Asrama

Stella Duce Samirono Yogyakarta sejumlah 55 siswi. Peneliti

meminta bantuan kepada Suster Karina, CB selaku koordinator

Asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta.

2. Uji coba alat

Uji coba alat (kuesioner) dilakukan untuk mengetahui validitas

dan reliabilitas. Melalui uji coba alat ukur dapat diperoleh data tentang

reliabilitas dan validitas. Uji coba kuesioner dalam penelitian ini

merupakan uji coba terpakai. Hal ini dilakukan karena keterbatasan

waktu yang disediakan oleh pihak sekolah bagi peneliti. Uji coba

dilakukan pada tanggal 6 Juni 2014.

3. Validitas instrumen

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti

sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan

fungsi ukurnya. Instrumen yang valid berarti alat ukur dapat digunakan

(46)

untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, validitas alat ukur

penelitian ini menggunakan pengujian validitas isi (Content

Validity).Validitas isi merupakan validitas yang mengukur relevansi

item kuesioner dengan indikator keperilakuan dan dengan tujuan ukur

(Azwar, 2012:132).

Instrumen yang valid mempunyai tingkat validitas yang tinggi,

dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang

diteliti secara tepat. Menguji tingkat validitas dari kuesioner dengan taraf signifikan (α = 5%) dapat mengunakan rumus koefisien korelasi product moment (Sukmadinata, 2004: 65) sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑ ²

Ket:

= korelasi produk moment

= nilai setiap butir

= nilai dari jumlah butir

= jumlah responden

Untuk mengukur koefisien korelasi validitas item, digunakan

SPSS 15 agar perhitungan jadi lebih cepat dan mudah. Perhitungan validitas berdasarkan taraf signifikan (α = 5%) dengan jumlah subjek 55, maka kriteria koefisien korelasi yang digunakan adalah 0,3

(Sugiyono, 2011). Jadi, apabila koefisien korelasi butir instrumen

sama dengan 0,3 atau lebih dari 0,3 (paling kecil 0,3), maka butir

instrumen tersebut dinyatakan valid. Namun apabila koefisien butir

instrumen kurang dari 0,3, maka butir instrumen tersebut dinyatakan

tidak valid.

Proses perhitungan taraf validitas dilakukan dengan cara

memberi skor pada item dan mentabulasi data uji coba mengunakan

microsoft office excel 2007. Data yang telah ditabulasi, dimasukan ke

dalam SPSS 15 untuk menghitung validitas tiap butir instrumen. Hasil

(47)

atau gugur. Rincian rekapitulasi perhitungan taraf validitas uji coba

instrumen dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.

Rincian Item Valid dan Gugur

NO ASPEK VALID (Nomor Item) GUGUR

(Nomor

Item)

1. Mengamati realitas secara efisien 2, 5, 7, 8 1, 3, 4, 6

2. Penerimaan umum atas kodrat,

orang-orang lain dan diri sendiri

9, 12, 13, 14 10, 11

3. Spontanitas, kesederhanaan,

kewajaran

15, 16, 19, 21 17, 18, 20

4. Fokus pada masalah-masalah

diluar diri mereka

21, 22, 23, 24, 25, 26,

27

28

5. Kebutuhan akan privasi dan

independensi

30, 34 31, 32, 33,

35

6. Berfungsi secara otonom 36, 38, 39, 40 37

7. Apresiasi yang senantiasa segar 41, 42, 43, 44, 46 45

8. Pengalaman-pengalaman puncak 47, 48, 49, 50 51

9. Minat sosial 52, 53, 54, 55, 56, 57,

12. Perbedaan antara sarana dan

prasarana

74, 76, 77, 78, 80 75, 79

13. Perasaan humor yang tidak

menimbulkan permusuhan

81, 83, 86 82, 84, 85

(48)

15. Resistensi terhadap inkulturasi 93, 94, 95, 96, 97 92

Jumlah 69 28

4. Reliabilitas instrumen

Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran.

Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang mampu

memberikan hasil ukur yang terpercaya atau disebut sebagai

reliabel. Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat

berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of

measurement), sedangkan konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas

hasil ukur erat berkaitan dengan eror dalam pengambilan sampel

(sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur

apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang

berbeda (Azwar, 2012: 134).

Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan teknik

belah dua dari Spearman Brown (spilt half), dengan rumus berikut

ini.

ri =

Keterangan:

ri = reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua.

Jadi, hasil perhitungan reliabilitas instrumen uji coba adalah 0,90

dengan klasifikasi tinggi menurut kriteria Guilford (Masidjo, 1995: 209)

sebagaimana tertera pada tabel berikut ini.

Tabel 4

Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi

1 0,91 – 1,00 Sangat tinggi

(49)

3 0,41 – 0,70 Cukup

4 0,21 – 0,40 Rendah

5 negatif – 0,20 Sangat Rendah

E. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis data yang digunakan untuk mengetahui tingkat

aktualisasi diri siswi remaja Asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta

Tahun ajaran 2013/2014 adalah sebagai berikut:

1. Memberi skor pada setiap item yang sesuai dengan pilihan jawaban

yang sudah tersedia yaitu Sangat Setuju (SS) = diberi skor 4, Setuju (S)

= diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) = diberi skor 2, dan Sangat Tidak

Setuju (STS) diberi skor 1 untuk item Favorabel dan Sangat Setuju

(SS) = diberi skor 1, Setuju (S) = diberi skor 2, Tidak Setuju (TS) =

diberi skor 3, dan Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 4 untuk item

Unfavorabel.

2. Membuat tabulasi data dan menghitung skor total dari masing-masing

item kuesioner dan skor rata-rata butir dengan mengunakan microsoft

office excel.

3. Menghitung koefisien uji validitas instrumen aktualisasi diri siswi

remaja Asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta Tahun Ajaran

2013/2014 kelas X menggunakan rumus Product Moment dari Pearson

melalui program komputer SPSS 15.

4. Mengkategorisasi tingkat aktualisasi diri siswi remaja kelas X Asrama

Stella Duce Yogyakarta disusun berdasarkan model distribusi normal.

Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam

kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu

kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2009: 107 ).

Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah dari sangat rendah sampai

(50)

kategorisasi yang disusun oleh Azwar (2009:108) yang

mengelompokkan tingkat aktualisasi diri siswi kelas X Asrama Stella

Duce Samirono ke dalam lima kategori: sangat rendah, rendah, sedang,

tinggi, dan sangat tinggi dengan norma kategorisasi sebagai berikut:

Tabel 5

Norma Kategorisasi Aktualisasi Diri

Norma/Kriteria Skor Kategori

X≤ µ -1,5σ Sangat Rendah

µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ Rendah

µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ Sedang µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ Tinggi

µ +1,5 σ <X Sangat Tinggi

Keterangan:

Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subjek

penelitian berdasarkan perhitungan skala

Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek

penelitian menurut perhitungan skala

Standar deviasi (σ / sd) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran

µ (mean teoritik) : Rata-rata teoritis skor maksimum dan

minimum

Kategori di atas diterapkan sebagai patokan dalam

pengelompokan tinggi rendah tingkat aktualisasi diri siswi kelas X

Asrama Stella Duce Yogyakarta dengan jumlah item valid= 69,

diperoleh unsur perhitungan capaian skor subjek sebagai berikut:

Skor maksimum teoritik : 4 x 69 = 276

Skor minimum teoritik : 1 x 69 =69

(51)

Standar deviasi (σ / sd) : 207 : 6 =34,5 µ (mean teoritik) : (276+69) : 2 = 172,5

Hasil perhitungan analisis data skor subjek disajikan dalam

norma kategorisasi tingkat aktualisasi diri siswi kelas X Asrama Stella

Duce Samirono Yogyakarta sebagai berikut:

Tabel 6

Norma Kategorisasi Tingkat Aktualisasi Diri

Norma/Kriteria Skor Rentang Skor Kategori

X≤ µ -1,5σ ≤ 121 Sangat Rendah

µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ 121-155 Rendah

µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ 156-190 Sedang

µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ 191-224 Tinggi

µ +1,5 σ <X ≥ 225 Sangat Tinggi

Berdasarkan norma kategori pada tabel 4, ditetapkan

pengelompokan tinggi rendah skor butir aktualisasi diri pada siswi kelas

X Asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta dengan jumlah subjek =

55, diperoleh unsur perhitungan skor item sebagai berikut:

Skor maksimum teoritik : 4 x 55 = 220

Skor minimum teoritik : 1 x 55 = 55

Luas Jarak : 220 – 55 = 165

Standar deviasi (σ / sd) : 165 : 6 = 27,5

µ (mean teoritik) : (220+55) : 2 = 137,5

Hasil perhitungan analisis data skor butir/item aktualisasi diri

(52)

Tabel 7

Norma Kategorisasi Skor Butir Instrumen Aktualisasi Diri

Norma Skor Rentang Skor Kategori

X≤ µ -1,5σ ≤ 96 Sangat Rendah

µ - 1,5 σ <X≤ µ -0,5 σ 97-124 Rendah

µ -0,5 σ <X≤ µ +0,5 σ 125-151 Sedang

µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ 152-179 Tinggi

(53)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN, DAN USULAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN KELOMPOK PRIBADI-SOSIAL

Bab ini memuat hasil penelitian, pembahasan, dan usulan topik-topik

bimbingan kelompok pribadi-sosial.

A. Hasil Penelitian

1. Aktualisasi Diri Siswi Kelas X Asrama Stella Duce Samirono

Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014

Optimalisasi dalam arti tinggi rendahnya aktualisasi diri siswi

kelas X Asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta Tahun Ajaran

2013/2014 digolongkan berdasarkan norma kategorisasi yang

mengacu pada pendapat Azwar (2007:108). Hasil penelitian disajikan

dalam tabel 8.

Tabel 8

Aktualisasi Diri Siswi Kelas X Asrama Stella Duce Samirono

Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014

Rentangan Skor

Jumlah Subyek

Presentase Kategori

≤ 121 0 0% Sangat Rendah (Minimal)

122-155 0 0% Rendah

(Kurang

Optimal)

156-190 6 10,9% Sedang

(54)

Optimal)

191-224 32 58,2% Tinggi

(Optimal)

≥ 225 17 30,9% Sangat Tinggi (Sangat

Optimal)

Total 55 100%

Dari tabel 8 tampak bahwa diskripsi tingkat aktualisasi diri siswi

kelas X Asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta Tahun Ajaran

2013/2014 adalah :

a. 17 siswi (30,9%) memiliki tingkat aktualisasi diri sangat tinggi/

sangat optimal.

b. 32 siswi (58,2%) memiliki tingkat aktualisasi diri tinggi/

optimal.

c. 6 siswi (10,9%) memiliki tingkat aktualisasi diri sedang/ cukup

optimal.

d. 0 siswi (0%) memiliki tingkat aktualisasi diri rendah/ kurang

optimal

e. 0 siswi (0%) memiliki tingkat aktualisasi diri sangat rendah/

minimal.

2. Identifikasi Bentuk-bentuk Aktualisasi Diri yang Optimal dan

Cukup Optimal

Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diolah

menggunakan Azwar (2007:108) dapat diketahui penggolongan total

skor item yang termasuk dalam 5 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi,

cukup, rendah, dan sangat rendah. Untuk melihat item yang memiliki

(55)

Tabel 9

Penggolongan Skor Item Aktualisasi Diri Siswi Kelas X Asrama Stella Duce

Samirono Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014

Rentangan Skor

Jumlah Item

Presentase Kategori Item

≤ 96 0 0% Sangat Rendah

Dari tabel 9 tampak bahwa total skor item siswi remaja kelas

X Asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014

adalah 22 nomer item (31,9%) sangat optimal, 44 nomer item (63,8%)

optimal, 3 nomer item (4,3%) cukup optimal, 0 nomer item (0%)

kurang optimal, 0 nomer item (0%) minimal. Setelah mengetahui

tingkat aktualisasi diri maka dapat di lihat bentuk-bentuk aktualisasi

(56)

Tabel 10

Identifikasi Bentuk-bentuk Aktualisasi Diri

No Aspek Bentuk-bentuk Aktualisasi Diri Tingkat

Optimalisasi

1. Penerimaan

umum atas

kodrat,

orang-orang lain dan

diri sendiri

Siswi kurang dapat menerima kekurangan

yang ada pada diri

Siswi kurang dapat bertingkah laku terbuka

atau siswi cenderung menutup diri

Cukup

Optimal

3. Perbedaan

antara sarana

dan tujuan,

antara baik dan

buruk

Siswi kurang dapat menentukan tujuan

hidup atau cita-cita

Cukup

Optimal

B. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswi kelas X Asrama Stella

Duce Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 yang memiliki tingkat

aktualisasi diri “sangat optimal” ada 17 siswi (30,9%), yang memiliki

tingkat aktualisasi diri “optimal” ada 32 siswi (58,2%), yang memiliki

tingkat aktualisasi diri “cukup optimal” ada 6 siswi (10,9%), yang

memiliki tingkat aktualisasi diri “kurang optimal” ada 0 siswi (0%), dan

yang memiliki tingkat aktualisasi diri “minimal” ada 0 siswi (0%). Untuk

membatasi pembahasan agar tidak terjadi pengulangan, maka pembahasan

mengenai tingkat aktualisasi diri dibagi menjadi dua kategori yaitu

kategori optimal dan kategori sangat optimal. Para siswi yang

beraktualisasi diri optimal terdapat 49 siswi (89,1%) dan kategori cukup

(57)

Siswi kelas X Asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta Tahun

Ajaran 2013/2014 yang dapat mencapai kategori tinggi sebesar 89,1%

dalam aktualisasi diri dikarenakan siswi tersebut sudah termasuk ke dalam

kriteria orang yang mengaktualisasikan diri secara optimal. Menurut

Maslow (Carm, 2002:27) karakteristik orang yang kas beraktualisasi diri

sebagai berikut. Pertama, mereka memiliki sikap optimis terhadap

kehidupan. Optimisme akan mengantar individu untuk percaya pada

kemampuan dan kelebihan diri. Sesuai dengan kenyataan di lapangan siswi

dapat menyelesaikan masalah yang terjadi pada dirinya tanpa tergantung

bantuan orang lain.

Kedua, orang-orang yang mengaktualisasikan diri ini dapat menata

kehidupan, dengan cara menggunakan waktunya dengan baik. Sesuai

dengan kenyataan di lapangan siswi dapat memanfaatkan jam

ekstrakulikuler yang diberikan oleh pihak asrama untuk menyalurkan

bakat, potensi, dan kemampuan yang dimilikinya melalui kegiatan

ekstrakulikuler yang diadakan di sekolah.

Ketiga, orang-orang yang mengaktualisasikan diri mempunyai

kemauan untuk terus belajar. Belajar mencintai, belajar mendengarkan

suara hati, belajar memaknai kehidupan, dan belajar dari pengalaman

hidup. Sesuai dengan kenyataan di lapangan siswi berusaha menerima

teman-teman di asrama dan bersedia membantu jika teman sedang

mengalami kesulitan.

Keempat, orang-orang yang mengaktualisasikan diri mempunyai

kemauan untuk terus berjuang. Hal ini tercermin pada siswi yang tinggal di

asrama dapat hidup secara mandiri untuk terus berprestasi di sekolah dan

berusaha menerima keadaan di asrama sehingga siswi dapat tinggal di

asrama hingga tamat sekolah.

Namun masih ada beberapa siswi kelas X Asrama Stella Duce

Samirono Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 yang mencapai kategori

sedang sebesar 10,9% dalam aktualisasi diri dikarenakan siswi tersebut

(58)

kenyataan di lapangan, hambatan tersebut adalah siswi yang tinggal di

asrama karena perintah dari orang tua membuat siswi merasa tertekan dan

keinginan orang tua untuk menjadikan anaknya sebagai seorang yang ideal

seperti yang mereka inginkan tanpa disadari membuat siswi merasa berada

dalam lingkungan tempat tinggal yang tidak memberikan rasa aman.

Kondisi diatas dapat berdampak buruk pada siswi di asrama.

Sebagai contohnya siswi tersebut menjadi remaja yang kurang percaya

diri, malu untuk tampil didepan teman-temannya dan dengan keadaan

tersbut siswi mengalami hambatan dalam mengembangkan bakat dan

potensi yang dimilikinya, maka siswi tersebut akan mengalami hambatan

dalam mencapai aktualisasi diri.

C. Usulan Topik-topik Bimbingan Kelompok Pribadi-Sosial yang Sesuai

Bagi Siswi Kelas X Asrama Stella Duce Yogyakarta Tahun Ajaran

2013/2014

Pengusulan topik-topik bimbingan kelompok pribadi-sosial diambil

dari total skor item yang memiliki kategori cukup optimal. Terdapat 3

nomer item sedang. Nomer item tersebut adalah 12, 16, dan 80. Pada tabel

11 akan dibahas rekapitulasi total skor item yang masuk kedalam kategori

sedang atau cukup optimal.

Tabel 11

Item-item yang Memiliki Skor Cukup Optimal

No Aspek-aspek Skor Total No Item dan Pernyataan

1. Penerimaan umum atas

kodrat, orang-orang lain

dan diri sendiri

136 12. Saya ingin mempunyai kelebihan

yang dimiliki oleh teman saya namun

tidak saya miliki

2. Spontanitas,

kesederhanaan,

kewajaran

148 16. Saya berani bercerita secara

terbuka terhadap suster/pembina

(59)

orangtua saya di asrama

3. Perbedaan antara sarana

dan tujuan, antara baik

dan buruk

147 80. Menentukan tujuan hidup adalah

hal yang paling berat bagi saya

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyusun usulan topik-topik

bimbingan meningkatkan aktualisasi diri sebagai implikasi yang dapat

digunakan dalam kegiatan bimbingan kelompok oleh suster pembimbing di

asrama. Usulan topik-topik pengembangan ini bersifat terbuka untuk

mengalami perubahan sesuai dengan kebutuhan siswi di Asrama Stella Duce

Samirono Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Usulan-usulan topik dilihat

dari tingkat aktualisasi diri siswi yang cukup optimal dan bentuk-bentuk

aktualisasi diri siswi yang belum optimal.

Usulan topik yang dipilih untuk meningkatkan aktualisasi diri pada

siswi adalah sebagai berikut:

a. Menentukan tujuan hidup

Topik tersebut dipilih agar siswi mampu mengetahui tujuan hidup dan

dapat mulai memikirkan usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai

tujuan hidup yang baik.

b. Kekurangan dan kelebihan

Topik tersebut dipilih agar siswi dapat mengerti dan memahami diri

sendiri dan orang lain, serta dapat menerima kekurangan dan kelebihan

diri sendiri dan orang lain.

c. Keterbukaan

Topik tersebut dipilih agar siswi berani bertingkah laku terbuka dan tidak

menutupi suatu masalah yang sedang dialaminya.

Dari usulan topik-topik di atas, peneliti menyajikan dalam bentuk tabel,

(60)

Tabel 12

Usulan Topik-topik Bimbingan Kelompok Pribadi-Sosial di Asrama Stella

Duce Samirono Yogyakarta

No Tujuan

ingan dan Konseling SM

A.

dan orang lain

Kekurangan

sharing, dan ceramah Robert

, Vall

kelompok Lunandi, A.

G

.

198

(61)

47 BAB V

PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran. Bagian kesimpulan memuat kesimpulan dan hasil penelitian. Bagian saran memuat saran-saran untuk pihak Asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta dan peneliti lain..

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti memperoleh gambaran tentang aktualisasi diri siswi remaja di asrama Stella Duce Samirono Yogyakarta dan melihat implikasinya terhadap usulan-usulan topik bimbingan kelompok dalam bidang aktualisasi diri diantaranya yaitu :

1. Sebagian besar siswi asrama memiliki tingkat aktualisasi tinggi atau optimal, namun masih terdapat beberapa siswi yang memiliki tingkat aktualisasi diri sedang atau cukup optimal. 2. Bentuk-bentuk aktualisasi diri pada siswi yang belum optimal

atau cukup optimal yaitu siswi kurang dapat menerima kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya, siswi kurang dapat bersikap terbuka, dan siswi masih bingung atau belum dapat memikirkan tentang cita-cita dimasa depan. Bentuk-bentuk aktualisasi diri tersebut peneliti peroleh dari data yang sudah peneliti terima dari siswi berupa kuesioner. Sehingga peneliti dapat melihat bentuk-bentuk aktualisasi diri pada siswi yang sudah optimal dan cukup optimal.

(62)

tentang kekurangan dan kelebihan, adaptasi dengan lingkungan sekitar, dan adaptasi. Topik-topik bimbingan tersebut peneliti berikan berdasarkan bentuk aktualisasi diri siswi yang cukup optimal, sehingga siswi dapat meningkatkan aktualisasi diri secara optimal.

B. Saran-saran

Berikut ini dikemukakan saran untuk pihak yang berkaitan :

1. Pihak Asrama

a. Segenap Suster di asrama ikut serta dalam pengembangan siswi, agar siswi lebih mengaktualisasikan diri dengan optimal.

b. Pihak asrama mendukung dan membantu proses berjalannya topik-topik bimbingan kelompok pribadi-sosial yang dapat mengarahkan siswi untuk mencapai aktualisasi diri yang optimal.

2. Suster Pembimbing Asrama

a. Suster pembimbing dapat mengadakan kegiatan-kegiatan bimbingan pribadi-sosial, yang sesuai dengan kebutuhan siswi, supaya siswi dapat lebih meningkatkan dan pengembangkan kemampuan yang dimiliki.

b. Suster pembimbing dapat melaksanakan topik-topik bimbingan kelompok pribadi-sosial yang telah peneliti usulkan dalam skripsi ini.

(63)

3. Peneliti lain

a. Peneliti lain jika ingin melakukan penelitian terkait dengan topik yang sama sebaiknya mencari responden yang sesuai dengan kriteria yang harus dicapai dalam penelitian ini.

(64)

50 Daftar Pustaka

Azwar. (2007). Skala Penyusunan Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar. (2009). Skala Penyusunan Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dadrajat, Zakiah. (1969). Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung. Gunarsa, Singgih. D., dan Yulia Singgih D. Gunarsa. (1981). Psikologi

Untuk Membimbing. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Gunarsa, Yulia Singgih. D. (1987). Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hurlock, Elisabeth.B. (1990). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Jahja, Yudrik. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Prenada Media

Group.

Lunandi, A.G. (1987). Komunikasi Mengena: Meningkatkan Efektifitas Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius

Masidjo, I. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

Marheni, K.I. (2005). Deskripsi Aktualisasi Diri Siswa-siswi Remaja Kelas XI SMA II Negeri Klaten Tahun Ajaran 2004/2005 dan

Implikasinya terhadap Topik-topik Bimbingan Klasikal. Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Moi Djono. O. Carm. (2003). Proses Aktualisasi Diri. Malang: Dioma. Monks, F.J., Knoers A.M.P., Haditono, Siti Rahayu. (1989). Psikologi

Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Mulyaningtyas, Renita. B & Yusup Purnomo. (2007). Bimbingan dan Konseling SMA. Jakarta : Erlangga.

Poduska. (1997). Empat Teori Kepribadian. Jakarta : Restu Agung.

(65)

Schultz, Duane. (1991). Psikologi Perkembangan : Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman, Uman., dan Dadang Sudrajat. (1998). Evaluasi dan Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

Bandung : Publikasi Jurusan Psikologi dan Bimbingan FIP UPI. Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan

Praktiknya). Jakarta: Bumi Aksara.

Supratiknya. (1987). Mazhab Ketiga : Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta : Kanisius.

(66)

Gambar

Gambar 1. Hirarki Kebutuhan Menurut Abraham Maslow
Tabel 2
Tabel 3.  Rincian Item Valid dan Gugur
Tabel 4 Kriteria Guilford
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setiap mahasiswa yang menjadi mekanik di Bengkel Prototype Honda dipastikan akan mendapatkan pengalaman sedang proses melakukan perbaikan/perawatan sepeda motor dan pada

Baiquni pada tahun 2007 dalam Sahputra (2009: 11) menyatakan dalam situasi belajar yang sifatnya kompleks dan menyeluruh serta membutuhkan dan melibatkan interaksi, sering

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus

1) Mendukung konsep materi dalam kegiatan belajar mengajar. 2) Mudah dan aman digunakan baik oleh siswa maupun guru. 3) Sesuai dengan tingkat perkembangan anak. 4) Mendukung

Apabila dalam Pasal 2 ayat (4) undang-undang a quo haruslah ditafsirkan sebagai berikut, “Dirjen Pajak tidak lagi berwenang untuk meneruskan proses pengukuhan PKP

Untuk meringankan atau membantu menyelesaikan pekerjaan yang ada di MIN Demangan Kota Madiun dengan dibuatnya perancangan sistem peminjaman buku, yang kedepannya

Peran perpustakaan universitas di era kemajuan Teknologi Informasi perlu dikembangkan menuju ke arah integrasi data. Pembentukan jaringan perpustakaan dapat menjadi sarana

Efek pertama yang akan kita mainkan adalah efek “Cut Out”, yang artinya teks tersebut tampak seolah-olah melesak ke dalam gambar latar belakang.. Teknik ini sangat gampang