i
DESKRIPSI GAYA BELAJAR PARA SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN
IMPLIKASINYA DALAM PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh :
YOHANA ELDA KRISSETYANINGRUM (061114025)
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya”
(Matius 21: 22)
“Betapa ringan langkah kita jika diawali doa dan senyuman karena itu menggambarkan ketulusan hati yang kuat dalam menghadapi banyak hal.”
( Mario Teguh )
“Yang paling sulit adalah bukan mendapatkan sesuatu, tetapi yang paling sulit adalah mempertahankannya.”
( Anonim )
Kupersembahkan Karyaku ini untuk :
Eyang Putri tercinta yang senantiasa mendoakanku dari surga
Eyang Kakung tercinta yang selalu mengingatkanku untuk segera menyelesaikan kuliahku.
Keluargaku terkasih yang senantiasa memberikan cinta dan kasih sayangnya, perhatiannya dan selalu memberiku doa, semangat, motivasi dan dukungan untukku.
Antonius Satria yang selalu mendampingiku dalam menyelesaikan skripsi.
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Desember 2012
Penulis
vi
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Yohana Elda Krissetyaningrum
Nomor Mahasiswa : 061114025
Dengan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya saya yang berjudul :
DESKRIPSI GAYA BELAJAR PARA SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN IMPLIKASINYA DALAM PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 18 Desember 2012
Yang menyatakan
vii ABSTRAK
DESKRIPSI GAYA BELAJAR PARA SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN IMPLIKASINYA DALAM PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
BELAJAR
Yohana Elda Krissetyaningrum, 2012
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan gaya belajar para siswakelas VIII SMP STELLA DUCE2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012, (2) menyusun topik-topik bimbingan yang relevan untuk mengoptimalkan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik bagi siswa kelas VIII SMP Stella Duce2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.
Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner Gaya Belajar dengan jumlah 49 item. Aspek gaya belajar dalam penelitian ini adalah visual, auditorial, dan kinestetik. Adapun indikator-indikator dari setiap aspek adalah pola bicara, pola mengingat, cara belajar, cara bekerja, cara berkomunikasi, dan kegiatan yang disukai. Reliabilitas instrumen diperiksa dengan menggunakan pendekatan teknik KR-20, dengan nilai r=0,898. Subyek penelitian adalah para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 sejumlah 88 siswa yang terdiri dari tiga kelas yaitu, VIII Kunthi 30 siswa, VIII Utari 29 siswa, dan VIII Sukesi 29 siswa.
viii ABSTRACT
DESCRIPTION OF STUDENTS’ LEARNING STYLE OF THE EIGHTH GRADE STUDENTS AT SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA IN
2011/2012 ACADEMIC YEAR AND ITS IMPLICATIONS TO THE SUGGESTED TOPICS OF STUDY GUIDANCE grade students at SMP Stella Duce 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic year, (2) formulate the relevant topics to optimize the visual, auditory, and kinesthetic learning styles for the eighth grade students at SMP Stella Duce 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic year. This research belongs to a descriptive study.
The instrument of the research used is questionnaire which consists of 49 items of Learning Styles. The aspect of learning styles in this research is visual, auditory, and kinesthetic style. The indicators of each aspect are speech pattern, recalling pattern, way of learning, way of working, way of communicating, and preferred activities. The reliability of the instrument is examined by using a KR-20 technique, with reliability coefficients r=0,898. The subject in this study is the eighth grade students at SMP Stella Duce 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic year. There are 88 students consisting of three paralel classes, namely, 30 students of VIII Kunthi, 29 students of VIII Utari, and 29 students of VIII Sukesi.
ix
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
kasih karuniaNya, serta bimbinganNya selama proses penyelesaian skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “deskripsi gaya belajar para siswa kelas VIII SMP
STELLA DUCE 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 dan implikasinya dakam
penyusunan topik-topik bimbingan belajar”. Penyusunan skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Penulis banyak mendapatkan pengalaman selama proses penyelesaian skripsi
ini. Baik pengalaman menyenangkan ataupun kurang menyenangkan, namun
semua pengalaman itu merupakan pelajaran yang berharga bagi perkembangan
diri penulis.
Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak
yang telah bersedia membimbing, membantu dan selalu memberikan dorongan
kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Dr. M.M. Sri Hastuti, M. Si. Dosen pembimbing yang telah banyak
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing serta memotivasi
penulis dalam proses penulisan skripsi ini sampai selesai.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si. Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling
yang telah memberikan pengetahuan dan dorongan selama ini yang berguna
x
3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu
pengetahuan selama ini sehingga berguna bagi penulis.
4. Kepala Sekolah SMP STELLA DUCE 2 Yogyakarta yang telah memberikan
ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan uji coba dan penelitian
kepada para siswa kelas VIII SMP STELLA DUCE 2 Yogyakarta.
5. Guru Bimbingan dan Konseling SMP STELLA DUCE 2 Yogyakarta yang
telah membantu penulis dalam proses pengambilan data di sekolah terhadap
para siswa kelas VIII.
6. Para Siswa kelas VIII SMP STELLA DUCE 2 Yogyakarta yang telah
berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.
7. Keluarga saya yang selalu memberikan dukungan, perhatian dan selalu
mendoakan.
8. Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2006 yang
selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis selama proses
penulisan skripsi.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini.
Dengan segala segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimaksih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian
skripsi ini. Penulis memilki harapan yang besar semoga skripsi ini dapat
bermanfaat.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
C. Karakteristik Perkembangan Belajar Siswa SMP ... 29
D. Latar Belakang Bimbingan Belajar ... 31
E. Jenis Layanan Bimbingan Belajar dalam Kaitannya dengan PBM... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 36
A. Jenis Penelitian ... 36
B. Subyek Penelitian ... 36
C. Instrumen Penelitian... 37
D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46
A. Analisis Responden ... 46
B. Hasil Penelitian ... 47
C. Pembahasan. ... 50
D. Usulan Topik-Topik Bimbingan Belajar ... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60
A. Kesimpulan ... 60
B. Saran ... 61
DAFTAR PUSTAKA ... 62
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas VIII SMP STELLA DUCE 2
Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012 ... 37
Tabel 2. Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Belajar Sebelum Uji Coba ... 38
Tabel 3. Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Belajar Sesudah Uji Coba ... 41
Tabel 4. Kisi-Kisi Gaya Belajar ... 43
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Nama Kelas ... 46
Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46
Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 47
Tabel 8. Gaya Belajar Siswa ... 47
Tabel 9. Distribusi Hasil Tiap Gaya Belajar Berdasarkan Kelas yang Diperoleh dari Hasil Z-Skor ... 48
Tabel 10. Distribusi Hasil Tiap Gaya Belajar Berdasarkan Jenis Kelamin yang Diperoleh dari Hasil Z-Skor ... 49
xiii
DAFTAR GRAFIK
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pengantar Penelitian ... 64
Lampiran 2. Kisi-kisi Gaya Belajar ... 65
Lampiran 3. Kuesioner Uji Coba ... 71
Lampiran 4. Tabulasi Hasil Uji Coba ... 76
Lampiran 5. Data Hasil Uji Coba ... 80
Lampiran 6. Kuesioner Penelitian ... 88
Lampiran 7. Tabulasi Hasil Penelitian ... 92
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk memaparkan hasil penelitian dengan judul Deskripsi Gaya
Belajar Para Siswa Kelas VIII SMP STELLA DUCE2 Yogyakarta Tahun Ajaran
2011/2012 dan Implikasinya dalam Penyusunan Topik-Topik Bimbingan Belajar
ini disusun urutan pemaparan teori dimulai dengan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang kompleks menuntut
penanganan untuk meningkatkan kualitasnya, baik yang bersifat menyeluruh
maupun pada beberapa komponen tertentu saja. Gerakan-gerakan baru
dalam pendidikan pada umumnya termasuk yang kedua yakni upaya
peningkatan mutu pendidikan hanya dalam beberapa komponen saja.
Meskipun demikian, sebagai suatu sistem, penanganan satu atau beberapa
komponen itu akan mempengaruhi pula komponen lainnya. Beberapa dari
gerakan-gerakan baru tersebut memusatkan diri pada perbaikan dan
peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar pada sistem persekolahan,
seperti cara guru mengajar dan cara murid belajar. Guru memang suatu
profesi yang unik. Pendekatannya harus dipandang secara individual dan
kelembagaan. Secara individual, seorang guru harus mempunyai jiwa
pengabdian yang tinggi. Lalu jiwa pengabdian yang tinggi ini ditunjang oleh
keinginan yang kuat untuk selalu memberikan dan melayani sebaik mungkin
kepada anak didik. Maka dari itu, guru juga harus selalu belajar, baik untuk
ilmu pengetahuan dan keterampilan pengajaran, maupun belajar memahami
aspek psikologis kemanusiaan. Seorang guru juga harus mampu memahami
bagaimana cara murid belajar. Jika guru telah mampu menguasai teknik
yang dapat meningkatkan semangat dan keaktifan anak didiknya dalam
belajar, maka dunia pendidikan akan semakin dewasa dan profesional.
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan
sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat
menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami
kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam
belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Belajar merupakan suatu aktivitas
alami, yang harus dilakukan oleh semua individu. Melalui proses belajar,
individu melihat, mengenali, mengerti, dan memahami suatu objek. Setiap
individu belajar melalui mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, kulit
untuk mengenali objek.
Bagi kebanyakan siswa belajar berarti menggaris bawahi buku sambil
mengingat-ingat yang telah dilihat (Prashing, 2007: 39). Ada juga orang yang
membuat catatan panjang mengenai pelajaran yang dijelaskan oleh guru yang
tujuannya agar mudah diingat. Bagi kebanyakan orang belajar berarti proses
yang terjadi dalam otak manusia. Saraf dan sel-sel otak yang bekerja
mengumpulkan semua yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan
lain-lain, yang kemudian disusun oleh otak sebagai hasil belajar. Itulah sebabnya
Belajar adalah sebuah aktivitas yang terus menerus, mengulang dan
mengulang lagi untuk menjadi lebih tahu. Hilgard (dalam Tanlain, 2008: 27)
mengemukakan bahwa belajar adalah proses di dalamnya terbentuk tingkah
laku melalui praktek atau latihan. Sedangkan menurut Sidjabat (2001: 79)
belajar sebenarnya mengandung arti bagaimana kita menerima informasi dari
dunia sekitar kita dan bagaimana kita memproses dan menggunakan informasi
tersebut.
Sesungguhnya pengertian belajar itu demikian kompleks. Setiap orang
membutuhkan cara-cara yang tepat dan efektif agar informasi mudah diserap
dan diolah. Cara untuk menyerap dan mengolah informasi tersebut
berbeda-beda untuk setiap orang. Cara menyerap inilah yang disebut dengan gaya
belajar.
Gaya belajar adalah pola perilaku yang spesifik dalam menerima
informasi baru dan mengembangkan keterampilan baru serta proses
menyimpan informasi dan keterampilan baru. Artinya, gaya belajar itu bukan
sekedar perilaku untuk menyimpan dan mengolah informasi, tetapi sekaligus
cara untuk mengembangkan sebuah keterampilan baru dan menyimpan
keterampilan baru itu, sehingga ketrampilan itu menjadi sebuah pola perilaku
yang tetap dalam diri seseorang.
Gaya belajar merupakan cara pandang seseorang terhadap setiap
peristiwa yang dilihat dan dialaminya. Menurut Rita dan Dunn (dalam
Prashing, 2007: 31), gaya belajar adalah cara manusia mulai berkonsentrasi,
Menurut Susilo (2006: 94) gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih
seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses
informasi tersebut. Gaya belajar yang dimiliki seseorang adalah kunci untuk
mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, baik di sekolah, di kampus ataupun
dalam situasi-situasi antar pribadi (DePorter, 2009: 110).
Hasil riset menunjukkan bahwa murid yang belajar dengan
menggunakan gaya belajar mereka yang dominan, saat mengerjakan tes, akan
mencapai nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar
dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka (Gunawan, 2007:
139).
Ada banyak gaya belajar yang diungkapkan oleh banyak ahli di dunia
dengan variasinya masing-masing. Tidak ada yang salah dengan semua gaya
belajar yang ada, masing-masing gaya belajar memiliki kelebihan dan
keunggulannya masing-masing.
Kemampuan anak dalam menangkap materi dan pelajaran tergantung
dari gaya belajarnya. Banyak anak menurun prestasi belajarnya di sekolah
karena dirumah anak dipaksa belajar tidak sesuai dengan gayanya. Anak akan
mudah menguasai materi pelajaran dengan menggunakan cara belajar mereka
masing-masing. Menurut DePorter dan Hernacki (2009: 109), gaya belajar
adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi.
Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan
individu dalam memproses informasi (perceptual modality). Gaya belajar
Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka
paham. Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu
buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Gaya belajar auditorial
(Audio Learning) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami
dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar
menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau
pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa
mengingat dan memahami informasi itu. Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic
Learning) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu
yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja
ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tidak semua orang
bisa melakukannya.
Berbagai pandangan tentang gaya belajar, jelas menunjukkan bahwa
semua gaya belajar tadi hendaknya dikenali masing-masing individu dengan
tujuan untuk mengatasi klesluitan belajar. Kesulitan belajar ini sendiri juga
memiliki ciri-ciri dan tipe tertentu. Sehingga mengenal dengan baik gaya
belajar akan membantu mengatasi kesulitan belajar itu sendiri. Oleh
karenanya menjadi relevan menyebutkan sekilas pada paparan ini tentang
kesulitan belajar. Agar di kemudian hari kesulitan belajar bukan lagi menjadi
penghalang untuk mampu menguasai suatu pengetahuan lewat belajar.
Dari berbagai pendekatan yang ada, yang paling populer dan sudah
dikenal luas di Indonesia serta yang sering digunakan saat ini, yaitu
auditor (pendengaran) dan kinestetik (sentuhan dan gerakan) (Gunawan 2007:
142).
Gaya belajar yang salah akan menimbulkan bermacam-macam
persoalan, misalnya seorang siswa yang mempunyai kebiasaan belajar pada
situasi yang tenang, akan sulit untuk dapat belajar di dalam kelompok. Begitu
pula sebaliknya, seorang siswa yang terbiasa belajar di dalam kelompok akan
sulit untuk belajar di dalam situasi yang tenang. Oleh sebab itu, hendaknya
siswa tersebut mampu memahami pola belajar mereka sendiri, misalnya
dengan mencoba trial and error. Maksudnya adalah dengan mencoba-coba
gaya belajar yang dianggap sesuai dengan pola belajar siswa tersebut. Dengan
demikian siswa tersebut akan lebih mudah berkonsentrasi dalam belajar.
Mengetahui dan memahami gaya belajar bagi seorang siswa sangatlah
penting bagi keberhasilan belajar. Jika seorang siswa akrab dengan gaya
belajarnya sendiri, ia akan dapat mengambil langkah-langkah penting untuk
membantu dirinya belajar lebih cepat dan mudah. Mengetahui gaya belajar
sendiri tentunya akan membuat seorang siswa menjadi lebih optimal dalam
mengembangkan potensi belajarnya. Dan pada akhirnya akan dicapai prestasi
belajar yang diinginkan.
Berdasarkan atas hasil pengamatan peneliti sewaktu melaksanakan PPL
di SMP STELLA DUCE 2 pada tanggal 9 Juli-14 Agustus 2010, banyak
siswa yang belum mengetahui gaya belajar mereka sendiri. Banyak siswa
yang mengatakan tentang kebingungan akan gaya belajar yang cocok untuk
Pemaparan di atas menunjukkan bahwa konsistensi penggunaan gaya
belajar siswa akan memberikan manfaat pada hasil yang diinginkan, yaitu
prestasi belajar. Oleh karenanya menjadi sangat relevan melakukan penelitian
ini dengan menetapkan judul “Deskripsi Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMP
STELLA DUCE 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012 dan Implikasinya
Dalam Penyusunan Topik-Topik Bimbingan Belajar.”
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini secara spesifik masalah-masalah yang ingin dijawab
adalah :
1. Bagaimanakah gaya belajar para siswakelas VIII SMP STELLA DUCE2
Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 berdasarkan pengelompokan menurut
jumlah siswa, kelas, jenis kelamin, dan usia?
2. Topik-topik bimbingan apa saja yang relevan untuk mengoptimalkan gaya
belajar visual, auditorial, dan kinestetik bagi siswa kelas VIII SMP
STELLA DUCE 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara spesifik :
1. Mendeskripsikan gaya belajar para siswakelas VIII SMP STELLA DUCE
2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 berdasarkan pengelompokan
2. Menyusun topik-topik bimbingan yang relevan untuk mengoptimalkan
gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik bagi siswa kelas VIII SMP
STELLA DUCE2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi para pembaca khususnya
mahasiswa Bimbingan dan Konseling untuk memperkaya pengetahuan
tentang gaya belajar sebagai bekal seorang calon guru Bimbingan dan
Konseling di sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru Pembimbing
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan
Konseling untuk pengembangan program Bimbingan Konseling
Belajar khususnya dalam rangka mengetahui dan membantu siswa
untuk mengenali gaya belajar yang cocok bagi siswa.
b. Bagi Siswa
Membantu siswa semakin mengerti, memahami dan mengenal
gaya belajarnya masing-masing sehingga dapat meningkatkan
kepercayaan diri siswa. Dengan demikian hasil belajar dan prestasi
siswa akan meningkat.
Hasil penelitian ini merupakan tambahan pengetahuan dan
merupakan sarana untuk menerapkan teori yang diperoleh selama
kuliah dalam bentuk praktek khusus di bidang bimbingan belajar.
d. Bagi peneliti lain
Peneliti lain mendapat masukan yang terkait dengan penelitian ini
sehingga mampu mengembangkan penelitian yang terkait dengan
gaya belajar.
E. Definisi Operasional
Gaya belajar merupakan kecenderungan belajar dengan penggunaan
alat-alat diri (Tanlain, 2009: 25). Alat diri yang dimaksud adalah panca
indera manusia yang terdiri atas mata, hidung, telinga, lidah dan kulit.
Dikemukakan 3 (tiga) macam gaya belajar yang secara umum ditemukan
dalam di para siswa yaitu:
1. Gaya belajar visual yakni gaya belajar yang lebih mengandalkan
indera penglihatan (mata) dalam menyimpan informasi.
2. Gaya belajar auditorial yakni gaya belajar yang lebih mengandalkan
indera pendengaran (telinga) dalam menyimpan informasi.
3. Gaya belajar kinestetik yakni gaya belajar yang lebih mengandalkan
indera peraba yakni tangan dan badannya (kulit) dalam menyimpan
informasi.
Gaya belajar yang dominan adalah gaya belajar yang tampak
BK belajar adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan secara
face to face maupun melalui media tertentu oleh konselor yang
bertujuan agar siswa didik memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang
BAB II
KAJIAN TEORI A. Gaya Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.
Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.
Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di
lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa
keadan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Tindakan belajar dari suatu hal tersebut nampak sebagai perilaku
belajar yang nampak dari luar.
Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian
manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan
kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan,
daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.
Belajar adalah suatu aktivitas yang di dalamnya terdapat sebuah
proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti,
tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal.
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau
potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang
diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus
dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon.
Pengertian dari belajar sangat beragam, banyak dari para ahli
yang mengartikan secara berbeda-beda definisi dari belajar. Di bawah
ini akan dikemukakan pandangan beberapa ahli.
Walker (1967) mengemukakan arti belajar dengan kata-kata yang
singkat yakni belajar merupakan perubahan perbuatan sebagai akibat
dari pengalaman. Sementara itu C.T. Morgan (1961), merumuskan
belajar sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu. Demikian
halnya dengan Winkel (1996) yang menyebut belajar adalah suatu
aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan sikap-sikap.
Ahli lain mendefinisikan belajar dengan suatu syarat. Sebagai
contoh adalah Nasution (1998) yang mengatakan belajar adalah suatu
proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah
laku sebagai hasil terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa
perubahan atau munculnya perilaku baru itu bukan disebabkan oleh
adanya kematangan atau adanya perubahan sementara karena suatu
mencakup tingkah laku dari tingkat yang paling sederhana sampai
yang kompleks dimana proses perubahan tersebut harus bisa dikontrol
sendiri atau dikontrol oleh faktor-faktor eksternal.
Belajar merupakan suatu proses yang benar-benar bersifat
internal, proses yang tidak bisa dilihat dengan nyata yang terjadi
dalam diri individu dalam usaha memperoleh hubungan baru yang
berupa antar perangsang, antar reaksi maupun antar perangsang dan
reaksi.
Crow & Crow (1984) menyatakan bahwa belajar adalah
memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap dan dapat
memuaskan minat individu untuk mencapai tujuan. Sedangkan
Hintzman (1978) menjelaskan belajar ialah perubahan yang terjadi
pada organisme disebabkan pengalaman tersebut yang bisa
mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Effendi & Praja
(1993) mengemukakan bahwa belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman, merupakan proses,
kegiatan dan bukan tujuan.
Atkinson (1999) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang
relative permanent pada perilaku yang terjadi akibat latihan.
Sementara itu Purwanto (1990), mengemukakan belajar berhubungan
dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu
yang disebabkan oleh pengalamannya berulang-ulang dalam situasi itu
kecenderungan respons pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat
seseorang.
Menurut Hilgard (dalam Tanlain 2008: 27), belajar adalah proses
di dalamnya terbentuk tingkah laku melalui praktek atau latihan.
Sedangkan menurut Sidjabat (2001: 79) belajar sebenarnya
mengandung arti bagaimana kita menerima informasi dari dunia
sekitar dan bagaimana kita memproses dan menggunakan informasi
tersebut.
Berdasarkan beberapa rumusan definisi menurut para ahli tersebut
diatas, dapat diperjelas bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang
dilakukan seseorang secara sadar untuk memperoleh perubahan, baik
perubahan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), maupun psikomotor
(ketrampilan). Adanya perbedaan kognitif, afektif, maupun
psikomotor dalam diri setiap individu mempengaruhi pilihan belajar
mereka yang kemudian muncul dalam bentuk perbedaan gaya belajar.
2. Jenis Belajar
Menurut Gagne (1989), jenis belajar dapat dikategorikan sebagai
berikut:
a. Belajar Informasi Verbal
Belajar informasi verbal yaitu belajar untuk memperoleh pengetahuan
yang dimiliki dengan bentuk bahasa lisan atau tulisan. Misalnya,
data/fakta seperti kenyataan yang tertulis dalam Dasar Negara
Indonesia (Pancasila), UUD 45, GBHN, dst.
Kalau dihubungkan dengan teorinya Bloom, maka jenis belajar ini
lebih mengarah pada pembentukan ingatan atau intelektual yang turut
mempengaruhi cara pandang hidup seseorang. Informasi verbal
mudah diterima/didapat melalui interaksi komunikasi dengan
saluran-saluran yang tersedia.
b. Belajar Kemahiran Intelektual
Belajar kemahiran intelektual yaitu kemampuan untuk berhubungan
dengan lingkungan disekitarnya melalui saluran persep, konsep,
kaidah dan prinsip. Persep ialah hasil mental dari pengamatan
terhadap objek/benda. Konsep ialah satuan arti yang mewakili
sejumlah benda/objek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Kaidah ialah
pengungkapan dari hubungan antara beberapa konsep. Prinsip ialah
kombinasi dari beberapa kaidah, yang lebih tinggi dan lebih
kompleks.
c. Belajar pengaturan kegiatan kognitif/intelektual
Belajar pengaturan kegiatan kognitif/intelektual yaitu kemampuan
untuk mengatur kegiatan aktivitas inteleknya sendiri.
d. Belajar keterampilan motorik
Belajar keterampilan motorik yaitu belajar yang melibatkan
e. Belajar sikap
Belajar sikap yaitu belajar untuk melatih diri berperilaku/bersikap
secara baik melalui pemahaman, penghayatan, dan pengamalan.
3. Pengertian Gaya Belajar
Setiap orang pasti memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Gaya
artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak gerik yang
baik, untuk berbuat baik. Sedang belajar yaitu pengalaman dalam proses
memperoleh ilmu pengetahuan, baik melalui membaca, mengobservasi
dan eksperimen secara sadar dan terencana. Belajar juga diartikan proses
perubahan tingkah laku dan kemampuan dari akibat usaha latihan secara
terus menerus.
Gaya belajar merupakan kebiasaan yang dilakukan seseorang untuk
memahami, menghayati, mempraktikkan ilmu yang dipelajari. Munculnya
gaya belajar pada diri seseorang, karena dorongan potensi atau
kemampuan yang dominan pada dirinya yang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, kebiasaan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Gaya belajar menurut Sarasin adalah pola perilaku spesifik dalam
menerima informasi baru dan mengembangkan ketrampilan baru, serta
proses menyimpan informasi atau keterampilan baru (Sugiharto, 2007).
Sedangkan menurut Rita dan Dunn (dalam Prashing, 2007: 31) gaya
belajar adalah cara manusia mulai berkonsentrasi, menyerap, memproses
style) juga merupakan kecenderungan belajar dengan penggunaan alat-alat
diri (Tanlain, 2009: 25).
Menurut Susilo (2006: 94), gaya belajar adalah cara yang cenderung
dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan
memproses informasi tersebut. DePorter dan Hernacki (2009: 109)
mengartikan gaya belajar sebagai kombinasi cara seseorang menyerap dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya
belajar merupakan cara seseorang yang ditunjukkan dalam perilaku
spesifik dalam menerima, menyimpan, serta mengolah informasi dan suatu
keterampilan baru.
Gaya belajar dianggap memiliki peranan penting dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Tentunya masing-masing siswa memiliki gaya
belajar yang berbeda-beda. Ada siswa yang kerap dipaksa belajar dengan
cara-cara yang kurang cocok dan berkenan bagi mereka tidak menutup
kemungkinan akan menghambat proses belajarnya terutama dalam hal
berkonsentrasi saat menyerap informasi yang diberikan. Pada akhirnya hal
tersebut juga akan berpengaruh pada hasil belajar yang belum maksimal
4. Jenis-jenis Gaya Belajar
Menurut DePorter & Hernacki (2009: 112-122) pada prinsipnya
ada tiga gaya belajar yang paling umum dapat diamati oleh pendidik,
yakni :
a. Gaya Belajar Visual (Visual Learning)
Gaya belajar visual yakni gaya belajar dimana seseorang lebih suka
menggunakan gambar-gambar, bahan bacaan yang dapat dilihat.
DePorter & Hernacki (2009: 116-118) mengemukakan individu yang
memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri
perilaku sebagai berikut:
1) rapi dan teratur
2) berbicara dengan cepat
3) perencana dan pengatur jangka penjang yang baik
4) teliti terhadap detail
5) mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun
presentasi
6) pengerja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya
dalam pikiran mereka
7) mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar
8) mengingat dengan asosiasi visual
9) biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik
10)mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika
11)pembaca yang cepat dan tekun
12)lebih suka membaca daripada dibacakan
13)membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan
bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu
masalah atau proyek.
14)mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam
rapat
15)lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
16)sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau
"tidak’
17)lebih suka demonstrasi daripada berpidato/berceramah
18)lebih suka seni daripada musik
19)seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai
memilih dalam kata-kata
20)kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin
memperhatikan
b. Gaya BelajarAuditorial (AudioLearning)
Gaya belajar auditorial yakni gaya belajar dimana seseorang lebih
suka mendengarkan, misalnya mendengarkan ceramah atau penjelasan
dari gurunya, atau mendengarkan bahan audio seperti radio kaset, dan
sebagainya. DePorter & Hernacki (2009: 118) individu yang memiliki
kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan ciri-ciri
1) berbicara kepada diri sendiri saat bekerja
2) mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik
3) menggerakan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku
ketika membaca
4) senang membaca dengan keras dan mendengarkan
5) dapat mengulangi kembali atau menirukan nada, irama dan warna
suara
6) merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita
7) berbicara dalam irama yang terpola
8) biasanya pembicara yang fasih
9) lebih suka seni musik daripada seni gambar
10)belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang
didiskusikan daripada yang dilihat
11)suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang
lebar
12)mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang
melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian bagian hingga
sesuai satu sama lain.
13)lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
14)lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
c. Gaya Belajar Kinestetik (KinestheticLearning)
Gaya belajar kinestetik yakni gaya belajar dimana seseorang
akan tidak suka diminta duduk manis untuk mendengarkan ceramah
guru seperti yang disukai oleh peserta didik yang memiliki gaya
auditorial. Peserta didik gaya taktil akan senang untuk diminta untuk
mengerjakan pekerjaan tangan atau mengotak-atik mesin perkakas.
DePorter & Hernacki (2009: 118) Individu yang memiliki gaya
belajar kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai
berikut:
1) berbicara dengan perlahan
2) menanggapi perhatian fisik
3) menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka
4) berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain
5) selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
6) mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar
7) belajar melalui memanipulasi dan praktik
8) menghafal dengan cara berjalan atau melihat
9) menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
10) banyak menggunakan isyarat tubuh
11) tidak dapat duduk diam dalam waktu yang lama
12) tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang
telah pernah berada di tempat itu
13) menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
14) menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot, mereka
15) kemungkinannya tulisannya jelek
16) ingin melakukan segala sesuatu
17) menyukai permainan yang menyibukkan
5. Tahapan Gaya Belajar
Secara umum, gaya belajar dapat dipetakan sebagai berikut:
a. Gaya Belajar Siswa pada Permulaan belajar (Field Dependence x Field
independence), meliputi:
1) Field dependence yaitu gaya belajar siswa yang mau memulai
belajar apabila ada pengaruh atau perintah dari orang lain
(orangtua/guru). Model gaya seperti ini berdampak pada kepatuhan
terhadap perintah, atau akan melahirkan budaya otoriter.
2) Field independence yaitu gaya belajar yang dilakukan secara
mandiri, tanpa harus dipaksa orang lain. Gaya otonom ini atas dasar
kepuasan, kebutuhan dan kesadaran yang tinggi bahwa belajar
merupakan kewajiban yang harus dilakukannya sendiri.
b. Gaya Belajar Siswa dalam Menerima Pelajaran, terdiri dari:
1) Gaya Belajar Preceptive yaitu kecenderungan siswa dalam
menerima pelajaran/informasi atau mengumpulkan informasi
dalam belajar dilakukan dengan beraturan sebab akibat.
2) Gaya belajar Receptive yaitu kecenderungan siswa dalam
tanpa berusaha untuk membulatkan/mengorganisir
konsep-konsep informasi yang diterimanya.
c. Gaya Belajar Siswa dalam Menyerap Pelajaran, terbagi dalam:
1) Gaya Belajar Impulsif yaitu cara belajar siswa dalam menyerap
pelajaran cenderung dengan cepat-cepat mengambil keputusan
tanpa memikirkan secara mendalam untuk memahami
konsep-konsep informasi yang telah diterimanya.
2) Gaya Belajar Reflektif yaitu cara belajar siswa dalam menyerap
pelajaran melalui pertimbangan, memikirkan semua kosep
informasi yang telah diterimanya terlebih dahulu sebelum
mengambil keputusan/dipahami.
d. Gaya Belajar Siswa dalam Memecahkan Pelajaran, dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Gaya Belajar Intuitif yaitu cara siswa memecahkan
masalah/menjawab pertanyaan dilakukan hanya secara intuisi
atau menurut perasaan saja.
2) Gaya belajar Sistematis yaitu cara siswa mengerjakan pertanyaan
dengan melihat struktur masalahnya, mengumpulkan bahan, dan
menetapkan alternatif jawaban yang paling tepat untuk
6. Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar
Setiap individu memiliki cara yang berbeda untuk memperoleh hasil
yang optimal dalam meraih prestasi belajar. Aldursanie (2008)
mendefinisikan prestasi belajar sebagai tahapan pencapaian dari suatu
proses penguasaan pengetahuan ataupun ketrampilan yang dapat dilihat
melalaui suatu alat pengukur yang terstandar. Pengukuran prestasi belajar
sangat diperlukan untuk melihat atau melakukan evaluasi, baik terhadap
subyek didik yang mengalami proses belajar, maupun sumber belajar.
Prestasi sebagai hasil dari proses belajar tidak hanya menunjuk pada
salah satu faktor saja, melainkan juga menyangkut semua faktor yang turut
berpengaruh dalam sistem belajar tersebut. Salah satu diantaranya ialah
gaya belajar. Gaya belajar merupakan cara termudah yang dimiliki oleh
seseorang dalam menyerap dan mengolah informasi yang diterima
sehingga mampu meningkatkan hasil belajar. Melalui gaya belajar inilah
tiap-tiap individu dapat merasa nyaman terhadap apa yang di pelajarinya.
Dengan adanya kenyamanan dalam menerima informasi maka
secara langsung dapat berdampak pada peningkatan prestasi dalam belajar.
Adanya pengoptimalan dalam gaya belajar akan sangat bermanfaat dalam
proses belajar itu sendiri. Gaya belajar sendiri tidak hanya tertuju pada
salah satu tipe, misal visual. Namun, setiap individu memiliki keragaman
gaya belajar yang di praktekkan di dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
contohnya kita menggunakan gaya belajar visual dengan metode mind
gaya belajar visual maka secara langsung akan merangsang
penggunaan otak kanan yang lebih mudah mengingat informasi yang
berupa gambaran ataupun peta pikiran. Begitu pula dengan gaya belajar
auditorial, penerimaan informasi melalui media suara akan
langsung menstimulus kerja otak akibat recite yang didengar oleh telinga
secara berulang-ulang. Dengan mereview kembali informasi tersebut
untuk memasukkannya ke dalam long term memory akan lebih
memudahkan otak agar dapat me-recall kembali pada waktu tertentu
sesudahnya.
Gaya belajar lainnya ialah dengan gaya kinestetik. Gaya kinestetik akan
berperan dalam sebuah proses belajar yang menggunakan anggota tubuh di
dalamnya terutama dalam hal yang membutuhkan praktek secara
langsung. Berdasarkan keterangan di atas maka dapat dilihat bahwa pada
dasarnya setiap gaya belajar yang di kombinasikan secara optimal akan
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini akan menjadi sebuah
dampak negatif apabila individu yang bersangkutan tidak memahami tipe
belajar dirinya. Individu yang kurang paham dalam mempraktekkan
gaya belajar cenderung kurang berhasil dalam meraih prestasi dalam
belajar. Hal tersebut dikarenakan, setiap individu yang tidak dapat
mengoptimalkan gaya belajarnya akan cenderung bingung dalam
menghadapi setiap proses belajar yang akan menimbulkan rasa kurang
percaya diri serta motivasi yang menurun dalam meraih peningkatan
yang dominan pada diri masing-masing dan mengoptimalkan gaya tersebut
disertai dengan penggunaan gaya belajar lainnya yang dapat dilatih sejak
dini. Dengan demikian dapat membantu diri dalam meningkatkan prestasi
secara maksimal dengan melibatkan seluruh organ yang di miliki.
B. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar atau bimbingan akademik menurut Winkel
(1996) adalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat,
dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran
yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di sebuah institusi
pendidikan.
Lebih lanjut, Winkel dan Hastuti (2004: 116) mengatakan bahwa
suatu program bimbingan belajar akademik akan memuat unsur-unsur
sebagai berikut :
1. Orientasi kepada siswa dan mahasiswa baru tentang tujuan
institusional, isi kurikulum, struktur organisasi sekolah, prosedur
belajar yang tepat, dan penyesuaian diri dengan corak pendidikan di
sekolah yang bersangkutan.
2. Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat
selama mengikuti pelajaran di sekolah dan selama belajar di rumah,
secara individual atau secara kelompok. Memang, bila siswa dan
mahasiswa tahu akan cara belajar yang tepat, itu belum menjamin
mudah hanyut oleh suasana kehidupan yang kurang menguntungkan
bagi belajar secara disiplin.
3. Bantuan dalam hal memilih program studi yang sesuai, memilih
beraneka ragam kegiatan non-akademik yang menunjang usaha
belajar, dan memilih program studi lanjutan di tingkat pendidikan
yang lebih tinggi. Semua pilihan ini kerap berkaitan erat dengan
perencanaan karier dimasa depan. Bantuan ini mencakup pula
penyebaran informasi tentang variasi program studi yang tersedia
misalnya di jenjang pendidikan tinggi.
4. Pengumpulan data tentang siswa mengenai kemampuan intelektual,
bakat khusus, arah minat, serta cita-cita hidup, dan pengumpulan data
tentang program studi di perguruan tinggi yang tersedia dalam bentuk
brosur, buku pedoman baru, kliping iklan surat kabar, dan sebagainya.
Khusus tenaga bimbingan di SMA harus mengumpulkan data
sebanyak mungkin dan sekonkret mungkin tentang perguruan tinggi,
terlebih-lebih yang terletak di rayon yang sama dengan SMA yang
bersangkutan, seperti jenuhnya jurusan/program studi tertentu, status
institusi perguruan tinggi swasta, mendapat akreditasi atau tidak,
mahal murahnya tes seleksi masuk, serta data yang laing yang tidak
tertulis. Data yang terkumpul ini akan sangat dibutuhkan dalam
memberikan bantuan kepada peserta didik.
5. Bantuan dalam hal mengatasi beraneka kesulitan belajar, seperti
kurang siap menghadapi ujian dan ulangan, kurang dapat
berkonsentrasi, kurang menguasai cara belajar yang tepat pada bidang
studi, menghadapi keadaan rumah yang mempersulit belajar secara
rutin, dan lain sebagainya. Maka, tenaga bimbingan harus mempunyai
pengetahuan yang luas tentang seluk beluk belajar, termasuk
pemahaman psikologis.
6. Bantuan dalam hal membentuk berbagai kelompok belajar, dan
mengatur seluruh kegiatan belajar kelompok, supaya berjalan efisien
dan efektif.
Bimbingan belajar merupakan suatu proses pemberian bantuan
seseorang pada orang lain dalam menentukan pilihan dan pemecahan
masalah dalam kehidupannya. Definisi ini jelas menyebut bahwa
bimbingan belajar hanyalah sebuah bantuan dari orang lain agar yang
dibantu mampu memahami sesuatu yang belum diketahuinya. Sedangkan
pendapat lain menyatakan bahwa bantuan itu diberikan oleh orang yang
sudah terdidik pada orang lain. Dapat disimak pendapat berikut ini, yaitu
bimbingan belajar merupakan suatu bantuan yang dapat diberikan oleh
seseorang yang telah terdidik pada orang lain yang mana usianya tidak
ditentukan untuk dapat menjalani kegiatan dalam hidupnya (Crow &
Crow, 1984).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat ditarik suatu
pemahaman bahwa, bimbingan belajar adalah suatu bentuk kegiatan dalam
kemampuan lebih dalam banyak hal untuk diberikan kepada orang lain
yang mana bertujuan agar orang lain dapat menemukan pengetahuan baru
yang belum dimilikinya serta dapat diterapkan dalam kehidupannya.
C. Karakteristik Perkembangan Belajar Siswa SMP
Para siswa SMP termasuk dalam kategori masa remaja. Masa remaja
merupakan proses dimana banyak mengalami perkembangan dan
perubahan. Perkembangan dan perubahan yang dialami oleh remaja adalah
perkembangan fisik dan psikis dalam diri remaja. Menurut Sarwono (2004:
84) dalam masa remaja hampir semua remaja masih menggantungkan diri
kepada orang tua dalam hal belajarnya, hampir semua orang tua
mengharapkan anaknya pandai di sekolah sehingga menginginkan anaknya
untuk menuruti kemauan orang tua.
Mengharapkan anak memperoleh prestasi yang tinggi di sekolah
dengan cara mendidik anak supaya mau menuruti kemauan orang tua
ternyata kurang tepat, karena anak-anak yang berprestasi tinggi di sekolah
justru mendapat latihan untuk mandiri dan mengurus dirinya sendiri dari
pada anak yang berprestasi rendah (Sarwono 2004: 85). Kepandaian sering
diartikan dengan angka dari nilai rapor yang tinggi, tetapi baik buruknya
angka rapor tidak selalu disebabkan oleh kepandaian namun ada banyak
faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah.
Menurut Muhibbin Syah (2008: 184) faktor penyebab timbulnya
1. Faktor Intern Siswa
Faktor intern siswa meliputi gangguan psiko-fisik siswa, yaitu :
a. Gangguan yang bersifat kognitif, antara lain seperti rendahnya
kapasitas intelektual/intelegensi siswa.
b. Gangguan yang bersifat afektif, antara lain seperti labilnya emosi
dan sikap.
c. Gangguan yang bersifat psikomotor, antara lain seperti terganggunya
alat-alat indera penglihatan dan pendengar.
2. Faktor Ekstern Siswa
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan
sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa, meliputi :
a. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan
antara ayah dengan ibu dan rendahnya kehidupan ekonomi
keluarga.
b. Lingkungan masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan
kumuh dan teman bermain yang nakal.
c. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah
yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar
yang kurang berkualitas.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas. Menurut Muhidin
Syah (2008: 186) adapula faktor lain yang menimbulkan kesulitan belajar
dengan sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan
belajar) yang terdiri atas :
a. Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca
b. Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis
c. Diskalkulia (dyscaculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas
secara umum sebenarnya memilki potensi IQ yang normal dan diantaranya
ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata bahkan ada pula yang
tinggi. Kesulitan-kesulitan pada diri siswa dapat dikurangi dengan
memberikan latihan-latihan agar siswa dapat mandiri sedini mungkin,
dengan demikian anak dapat memilih jalannya sendiri dan akan
berkembang lebih baik.
D. Latar Belakang Bimbingan Belajar
Suatu kegiatan yang dilaksanakan sudah pasti memiliki latar
belakang. Demikian pula halnya dengan layanan bimbingan belajar.
Kegiatan bimbingan belajar dilaksanakan karena dilatar belakangi oleh
beberapa hal, sebagai berikut:
1. Adanya criterion referenced evaluation yang mana mengklasifikasikan
siswa berdasarkan keberhasilan mereka dalam menguasai pelajaran,
yaitu :
a. Siswa yang benar-benar dapat menguasai pelajaran.
c. Siswa yang belum dapat menguasai pelajaran.
2. Adanya kemampuan/tingkat kecerdasan dan bakat yang dimiliki oleh
tiap siswa yang mana berbeda dengan siswa yang lainnya. Klasifikasi
siswa tersebut yakni:
a. Siswa yang prestasinya lebih tinggi dari apa yang diperkirakan
berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya.
b. Siswa yang prestasiya memang sesuai dengan apa yang diperkirakan
berdasarkan tes kemampuan belajarnya.
c. Siswa yang prestasinya ternyata lebih rendah dari apa yang
diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya.
3. Adanya penerapan waktu untuk menyelesaikan suatu program belajar.
Klasifikasi siswa dalam hal ini adalah sebagai berikut:
a. Siswa yang ternyata dapat menyelesaikan pelajaran lebih cepat dari
waktu yang disesuaikan.
b. Siswa yang dapat menyelesaikan pelajaran sesuai waktu yang telah
disesuaikan.
c. Siswa yang ternyata tidak dapat menyelesaikan pelajaran sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Adanya penggunaan norm referenced yang mana membandingkan
prestasi siswa yang satu dengan yang lainnya. Klasifikasi siswa
berdasarkan prestasinya adalah sebagai berikut:
a. Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata
b. Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di sekitar nilai rata-rata
dari kelompoknya.
c. Siswa yang prestasinya selalu berada di bawah nilai rata-rata prestasi
kelompoknya.
Setelah mengetahui begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh
setiap siswa dalam kegiatan belajarnya, maka diperlukanlah suatu bentuk
layanan bimbingan belajar. Hal ini dimaksudkan agar para siswa yang
memiliki permasalahan dalam belajarnya dapat segera memperoleh
bantuan atau bimbingan dalam kegiatan belajar yang diperlukannya. Jadi,
layanan bimbingan belajar sangat diperlukan oleh semua orang yang
sedang melakukan proses atau kegiatan belajar.
E. Jenis Layanan Bimbingan Belajar dalam Kaitannya dengan PBM
Seorang guru dalam memberikan layanan bimbingan belajar harus
tetap berporos pada terselenggaranya proses belajar mengajar. Oleh karena
itu, diperlukanlah suatu jenis layanan bimbingan belajar yang berkaitan
dengan Proses Belajar Mengajar. Maka jenis layanan bimbingan belajar
dalam konteks Proses Belajar Mengajar yang dapat dijalankan oleh guru,
antara lain:
1. Mengumpulkan informasi mengenai diri siswa
2. Memberikan informasi mengenai berbagai kemungkinan jenis program
dan kegiatan yang sesuai dengan karakteristik siswa.
4. Memberikan program belajar yang sesuai
5. Mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar
6. Membuat rekomendasi tentang kemungkinan usaha selanjutnya
7. Melakukan remedial teaching
Topik-topik bimbingan belajar merupakan suatu informasi yang
seharusnya diperhatikan oleh guru mata pelajaran. Menurut Gunawan
(2007: 346-349), informasi yang akan diajarkan harus disampaikan dengan
melibatkan berbagai gaya belajar. Media yang digunakan dalam
penyampaian harus bisa mengakomodasi gaya belajar visual, auditorial,
dan kinestetik. Media pengajaran/pemasukan informasi untuk
mengakomodasi masing-masing gaya belajar adalah sebagai berikut:
1. Gaya Belajar Visual
a. Gerakan tubuh (body language)
b. Buku atau majalah
c. Grafik, diagram
d. Peta pikiran (mind mapping)
e. Viewer
f. Poster
g. Kolase
h. Flowchart
i. Highlighting (memberikan warna pada bagian yang dianggap
penting)
2. Gaya Belajar Auditorial
a. Instruksi guru
b. Suara yang jelas dengan intonasi yang terarah dan bertenaga
c. Membaca dengan keras
d. Pembicara tamu
e. Sesi tanya-jawab
f. Rekaman ceramah atau kuliah
g. Diskusi dengan teman
h. Belajar dengan mendengarkan atau menyampaikan informasi
i. Permainan peran (role play)
j. Musik
k. Kerja kelompok
3. Gaya Belajar Kinestetik
a. Merancang dan membuat aktivitas
b. Keterlibatan fisik
c. Field trip
d. Membuat model
e. Memainkan peran/scenario
f. Highlighting
g. Membuat mind mapping
h. Menggunakan gerakan tubuh untuk menjelaskan sesuatu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini dibahas Jenis Penelitian, Subjek Penelitian, Instrument
Penelitian, Prosedur Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan metode survai. Penelitian deskriptif dengan metode survei
untuk mengumpulkan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang besar
jumlahnya. Tujuan dari survei itu sendiri adalah mengumpulkan informasi
tentang variabel dan bukan informasi tentang individu.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan suatu keadaan yang
sedang terjadi secara aktual. Seperti yang dikatakan Furchan (2007: 447),
penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status
gejala saat penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini akan
mendeskripsikan/memaparkan mengenai gaya belajar para siswa kelas VIII
SMP STELLA DUCE 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.
B. Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP STELLA DUCE
2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini adalah penelitian
populasi, karena semua subyek dapat dijangkau oleh peneliti, dan dapat
diikutsertakan sebagai sumber data. Siswa kelas VIII SMP STELLA DUCE 2
Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 berjumlah 148 siswa yang terdiri dari 5
kelas. Dari 5 kelas tersebut 2 kelas digunakan untuk uji coba yaitu kelas VIII
Srikandi dan VIII Arimbi yang berjumlah 59 siswa. Satu siswa tidak hadir
sehingga subjek uji coba berjumlah 58 siswa. Untuk penelitian di ambil 3
kelas, yaitu kelas VIII Kunthi, VIII Utari, dan VIII Sukesi yang berjumlah 89
siswa. Satu siswa tidak hadir sehingga subjek penelitian berjumlah 88 siswa.
Rinciannya disajikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 1
Jumlah Siswa Kelas VIII SMP STELLA DUCE 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012
Kelas Jumlah
VIII Srikandi 29
VIII Arimbi 30
VIII Kunthi 30
VIII Utari 29
VIII Sukesi 30
Total 148
C. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Kuesioner gaya belajar diambil dari buku Gunawan (2007)
yang kemudian disesuaikan dengan keadaan dan situasi. Kuesioner gaya
belajar para siswa kelas VIII SMP STELLA DUCE 2 Yogyakarta Tahun
Ajaran 2011/2012 berbentuk tertutup. Kuesioner bentuk tertutup berisi
pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban untuk
Dalam instrumen penelitian ini digunakan skala Guttman, “ya - tidak”.
Pada skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” atau “tidak
setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila yang
diinginkan adalah jawaban tegas terhadap suatu permasalahan yang
ditanyakan (Sugiyono: 2010).
Dalam instrumen penelitian ini digunakan dua opsi atau alternatif
jawaban yaitu Ya dan Tidak. Kedua opsi tersebut mempunyai skor
masing-masing adalah; Ya= 1 dan Tidak= 0. Dalam kuesioner terdapat 3
angket yang mewakili 3 gaya belajar yakni gaya belajar Visual, Auditorial,
dan Kinestetik. Masing-masing angket memiliki 6 indikator yang sama
yakni Pola Bicara, Pola Mengingat, Cara Belajar, Cara Bekerja, Cara
Berkomunikasi, dan Kegiatan yang Disukai.
Tabel 2
Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Belajar Sebelum Uji Coba
No. Aspek Indikator No. Item Jumlah Item
Masidjo (1995: 242) menjelaskan, validitas adalah taraf sampai
dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Tinggi
rendahnya validitas suatu alat ukur dihitung dengan korelasi product
moment dengan rumus dasar sebagai berikut:
𝑟𝑟𝑥𝑥𝑥𝑥 =
Kriteria keputusan valid tidaknya kuesioner dinyatakan dengan
perbandingan nilai r hasil perhitungan (rxy) > dari nilai r tabel product
moment dengan tarif signifikan 10%. Pengujian juga dapat dilakukan
3. Reliabilitas Instrumen
Furchan (1982: 295) menjelaskan bahwa reliabilitas adalah
derajat keajekan alat dalam mengukur apa saja yang diukurnya. Dalam
penelitian ini reliabilitas kuesioner diuji dengan menggunakan metode
KR.20 (Kuder-Richardson), karena pendekatan metode KR.20 jauh lebih
teliti (melalui taraf kesukaran setiap item) (Masidjo, 1995:233). Hasil skor
item diuji dengan menggunakan teknik KR.20 :
𝑟𝑟
𝑖𝑖=
𝑘𝑘 (𝑘𝑘−1)�
𝑠𝑠𝑡𝑡−∑2 𝑝𝑝𝑖𝑖𝑞𝑞𝑖𝑖
𝑠𝑠𝑡𝑡2
�
𝑟𝑟𝑖𝑖= reliabilitas internal seluruh instrumen
k= jumlah item dalam instrumen
𝑝𝑝𝑖𝑖 = proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item
𝑞𝑞𝑖𝑖 = 1-𝑝𝑝𝑖𝑖
𝑠𝑠𝑡𝑡2 = varians total
4. Pengembangan Instrumen
a. Telaah Ahli (Expert Judgment) Terhadap Kuesioner
Penelaahan butir-butir pada instrumen dilakukan oleh dosen
pembimbing skripsi yaitu, Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. Dari hasil
penelaahan oleh ahli, serta pengembangan dan perbaikan terhadap
instrumen, maka instrumen dinyatakan siap untuk diuji coba kepada
b. Uji Empirik Terhadap Kuesioner
1) Validitas Kuesioner
Setelah dilakukan uji coba kepada siswa kelas VIII Srikandi dan
VIII Arimbi Yogyakarta pada hari Senin, 16 Januari 2012
diperoleh 23 butir kuesioner yang dinyatakan gugur dari 72 butir.
Item yang dinyatakan gugur apabila nilai corrected item-total
correlation bernilai kurang dari 0,3. Rekapitulasi item skala gaya
belajar setelah uji coba disajikan dalam tabel 3 berikut ini:
Tabel 3
Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Belajar Sesudah Uji Coba
No. Aspek Indikator No. Item Lolos Gugur
Berkomunikasi 19, 20, 21 21
No. Aspek Indikator No. Item Lolos Gugur
Dari data hasil uji coba tersebut diperoleh perhitungan
koefisien reliabilitas dengan menggunakan rumus KR.20 sebesar
0,89. Hasil perhitungan 0,89 dikonsultasikan ke tabel nilai kritis r
dengan N = 55 menunjukkan bahwa pada taraf signifikan 5%
adalah ≥ 0,266.
Item pernyataan yang lolos (49 item) selanjutnya diubah
penomorannya agar memudahkan untuk penelitian selanjutnya.
Distribusi item dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut
Tabel 4
Berkomunikasi 31, 32 2
2.6 Kegiatan yang
D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
1. Persiapan Pelaksanaan
Berikut ini adalah tahap-tahap pengumpulan data yang dilakukan oleh
peneliti:
b. Menentukan responden, yaitu siswa kelas VIII SMP STELLA
DUCE 2 Yogyakarta.
c. Menghubungi Kepala Sekolah SMP SMP STELLA DUCE 2
Yogyakarta untuk meminta ijin melakukan uji coba instrumen dan
penelitian.
d. Pengujian validitas ini dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi.
e. Pengujian reliabilitas kuesioner yang dilakukan kepada siswa
kelas VIII Srikandi dan VIII Arimbi pada hari Senin, 16 Januari
2012
f. Menganalisis data uji empirik reliabilitas kuesioner.
g. Pengambilan data yang dilakukan kepada para siswa kelas VIII
SMP SMP STELLA DUCE 2 Yogyakarta pada hari Rabu, 28
Maret 2012 di kelas VIII Kunthi dan Sabtu, 14 April 2012 di
kelas VIII Utari dan VIII Sukesi.
h. Melakukan analisis data yang terkumpul.
2. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase
dan kategorisasi. Langkah-langkah analisis data yang dilaksanakan
sebagai berikut:
a. Memberi skor jawaban subyek sesuai dengan dua alternatif
jawaban berdasarkan “Ya = 1 dan Tidak = 0”.
b. Membuat persentase dari setiap jawaban yang diberikan oleh
c. Untuk mengetahui skor yang paling tinggi, hasil persentase
kemudian diubah ke bentuk Z-Skor. Z-Skor digunakan untuk
menentukan posisi atau letak skor dalam kurva normal.
(Nurgiyantoro, 2003: 94)
d. Penentuan gaya belajar dominan dari setiap siswa dilakukan
dengan membandingkan tiap-tiap hasil Z-skor dari setiap gaya
belajar (visual, auditorial, dan kinestetik). Jika hasil Z-skor salah
satu gaya belajar lebih besar dari yang lain, maka siswa dikatakan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan hasil dari penelitian dan pembahasan dengan
mengikuti sistematika rumusan masalah pada Bab I.
A. Analisis Responden
Tabel 5
Distribusi Responden Berdasarkan Nama Kelas
Nama Kelas Jumlah Persen
Kunthi 30 34.09
Utari 29 32.95
Sukesi 29 32.95
Total 88 100
Sumber: Data diolah, November 2012
Tabel tersebut menunjukkan bahwa responden berasal dari tiga kelas
yang berbeda, kelas dengan responden terbanyak yaitu Kunthi sebanyak 30
siswa (34,48 %), kelas Utari sebanyak 29 siswa (32,95 %), dan kelas Sukesi
sebanyak 29 siswa (32,95%).
Tabel 6
Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persen
Laki-laki 46 52.27
Perempuan 42 47.73
Total 88 100
Sumber: Data diolah, November 2012
Dalam tabel tersebut dapat diketahui bahwa responden berjenis kelamin
laki-laki (52,27%) lebih banyak daripada responden perempuan (47,73%).
Tabel 7
Sumber: Data diolah, November 2012
Data tersebut menunjukkan bahwa responden yang berusia 14 tahun
merupakan responden terbanyak dalam penelitian ini yaitu sebanyak 52,27%.
B. Hasil Penelitian
Tabel 8 Gaya Belajar Siswa
Gaya Belajar Jumlah Persen
Visual 27 30,68
Auditorial 32 36,36
Kinestetik 29 32,95
Total 88 100
Sumber: Data diolah, November 2012
Tabel diatas menyajikan jumlah siswa dilihat dari gaya belajarnya
berdasarkan persentase: 30,68% siswa memiliki gaya belajar visual, 36,36%
siswa memiliki gaya belajar auditorial, dan 32,95% siswa memiliki gaya
belajar kinestetik. Dari data tabel tersebut dapat diketahui juga bahwa gaya
belajar yang dominan adalah gaya belajar auditorial. Berikut ini disajikan
grafik column agar memperoleh gambaran lebih lengkap tentang komposisi
Grafik 1
Gaya Belajar Siswa Dilihat dari Jumlah Keseluruhan Siswa
Tabel 9
Distribusi Hasil Tiap Gaya Belajar Berdasarkan Kelas yang Diperoleh dari Hasil Z-Skor
Jenis Gaya
Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari setiap kelas memiliki gaya
belajar dominan yang berbeda-beda. Sebanyak 13 siswa di kelas Kunthi
memiliki gaya belajar auditorial yang menjadi dominan bila dibandingkan
dengan gaya belajar yang lain, sedangkan di kelas Utari yang dominan adalah
gaya belajar kinestetik yang berjumlah 12 siswa. Untuk kelas Sukesi
sebanyak 12 siswa dominan gaya belajarnya adalah visual.
Tabel 10
Distribusi Hasil Tiap Gaya Belajar Berdasarkan Jenis Kelamin yang Diperoleh dari Hasil Z-Skor
Jenis Gaya
Hasil dari pembagian gaya belajar menurut jenis kelamin pada tabel 10
diatas menunjukkan bahwa pada siswa laki-laki dan perempuan gaya belajar
yang lebih dominan adalah gaya belajar auditorial. Jumlah siswa laki-laki
yang masuk dalam gaya belajar auditorial berjumlah 17 siswa sedangkan
untuk siswa perempuan berjumlah 15 siswa.
Tabel 11
Distribusi Hasil Tiap Gaya Belajar Berdasarkan Usia yang Diperoleh dari Hasil Z-Skor
Jenis Gaya
Sumber: Data diolah, November 2012
Pembagian gaya belajar siswa berdasarkan usia dari tabel diatas