• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi gaya belajar para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 dan implikasinya dalam penyusunan topik-topik bimbingan belajar - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Deskripsi gaya belajar para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 dan implikasinya dalam penyusunan topik-topik bimbingan belajar - USD Repository"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

i

DESKRIPSI GAYA BELAJAR PARA SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN

IMPLIKASINYA DALAM PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh :

YOHANA ELDA KRISSETYANINGRUM (061114025)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya”

(Matius 21: 22)

“Betapa ringan langkah kita jika diawali doa dan senyuman karena itu menggambarkan ketulusan hati yang kuat dalam menghadapi banyak hal.”

( Mario Teguh )

“Yang paling sulit adalah bukan mendapatkan sesuatu, tetapi yang paling sulit adalah mempertahankannya.”

( Anonim )

Kupersembahkan Karyaku ini untuk :

Eyang Putri tercinta yang senantiasa mendoakanku dari surga

Eyang Kakung tercinta yang selalu mengingatkanku untuk segera menyelesaikan kuliahku.

Keluargaku terkasih yang senantiasa memberikan cinta dan kasih sayangnya, perhatiannya dan selalu memberiku doa, semangat, motivasi dan dukungan untukku.

Antonius Satria yang selalu mendampingiku dalam menyelesaikan skripsi.

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Desember 2012

Penulis

(6)

vi

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Yohana Elda Krissetyaningrum

Nomor Mahasiswa : 061114025

Dengan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya saya yang berjudul :

DESKRIPSI GAYA BELAJAR PARA SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN IMPLIKASINYA DALAM PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 18 Desember 2012

Yang menyatakan

(7)

vii ABSTRAK

DESKRIPSI GAYA BELAJAR PARA SISWA KELAS VIII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN IMPLIKASINYA DALAM PENYUSUNAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

BELAJAR

Yohana Elda Krissetyaningrum, 2012

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan gaya belajar para siswakelas VIII SMP STELLA DUCE2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012, (2) menyusun topik-topik bimbingan yang relevan untuk mengoptimalkan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik bagi siswa kelas VIII SMP Stella Duce2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.

Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner Gaya Belajar dengan jumlah 49 item. Aspek gaya belajar dalam penelitian ini adalah visual, auditorial, dan kinestetik. Adapun indikator-indikator dari setiap aspek adalah pola bicara, pola mengingat, cara belajar, cara bekerja, cara berkomunikasi, dan kegiatan yang disukai. Reliabilitas instrumen diperiksa dengan menggunakan pendekatan teknik KR-20, dengan nilai r=0,898. Subyek penelitian adalah para siswa kelas VIII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 sejumlah 88 siswa yang terdiri dari tiga kelas yaitu, VIII Kunthi 30 siswa, VIII Utari 29 siswa, dan VIII Sukesi 29 siswa.

(8)

viii ABSTRACT

DESCRIPTION OF STUDENTS’ LEARNING STYLE OF THE EIGHTH GRADE STUDENTS AT SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA IN

2011/2012 ACADEMIC YEAR AND ITS IMPLICATIONS TO THE SUGGESTED TOPICS OF STUDY GUIDANCE grade students at SMP Stella Duce 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic year, (2) formulate the relevant topics to optimize the visual, auditory, and kinesthetic learning styles for the eighth grade students at SMP Stella Duce 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic year. This research belongs to a descriptive study.

The instrument of the research used is questionnaire which consists of 49 items of Learning Styles. The aspect of learning styles in this research is visual, auditory, and kinesthetic style. The indicators of each aspect are speech pattern, recalling pattern, way of learning, way of working, way of communicating, and preferred activities. The reliability of the instrument is examined by using a KR-20 technique, with reliability coefficients r=0,898. The subject in this study is the eighth grade students at SMP Stella Duce 2 Yogyakarta in 2011/2012 academic year. There are 88 students consisting of three paralel classes, namely, 30 students of VIII Kunthi, 29 students of VIII Utari, and 29 students of VIII Sukesi.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan

kasih karuniaNya, serta bimbinganNya selama proses penyelesaian skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “deskripsi gaya belajar para siswa kelas VIII SMP

STELLA DUCE 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 dan implikasinya dakam

penyusunan topik-topik bimbingan belajar”. Penyusunan skripsi ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Penulis banyak mendapatkan pengalaman selama proses penyelesaian skripsi

ini. Baik pengalaman menyenangkan ataupun kurang menyenangkan, namun

semua pengalaman itu merupakan pelajaran yang berharga bagi perkembangan

diri penulis.

Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak

yang telah bersedia membimbing, membantu dan selalu memberikan dorongan

kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Dr. M.M. Sri Hastuti, M. Si. Dosen pembimbing yang telah banyak

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing serta memotivasi

penulis dalam proses penulisan skripsi ini sampai selesai.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling

yang telah memberikan pengetahuan dan dorongan selama ini yang berguna

(10)

x

3. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas

Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu

pengetahuan selama ini sehingga berguna bagi penulis.

4. Kepala Sekolah SMP STELLA DUCE 2 Yogyakarta yang telah memberikan

ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan uji coba dan penelitian

kepada para siswa kelas VIII SMP STELLA DUCE 2 Yogyakarta.

5. Guru Bimbingan dan Konseling SMP STELLA DUCE 2 Yogyakarta yang

telah membantu penulis dalam proses pengambilan data di sekolah terhadap

para siswa kelas VIII.

6. Para Siswa kelas VIII SMP STELLA DUCE 2 Yogyakarta yang telah

berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.

7. Keluarga saya yang selalu memberikan dukungan, perhatian dan selalu

mendoakan.

8. Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2006 yang

selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis selama proses

penulisan skripsi.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini.

Dengan segala segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimaksih

kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian

skripsi ini. Penulis memilki harapan yang besar semoga skripsi ini dapat

bermanfaat.

(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

C. Karakteristik Perkembangan Belajar Siswa SMP ... 29

D. Latar Belakang Bimbingan Belajar ... 31

E. Jenis Layanan Bimbingan Belajar dalam Kaitannya dengan PBM... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Subyek Penelitian ... 36

C. Instrumen Penelitian... 37

D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Analisis Responden ... 46

B. Hasil Penelitian ... 47

C. Pembahasan. ... 50

D. Usulan Topik-Topik Bimbingan Belajar ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Siswa Kelas VIII SMP STELLA DUCE 2

Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012 ... 37

Tabel 2. Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Belajar Sebelum Uji Coba ... 38

Tabel 3. Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Belajar Sesudah Uji Coba ... 41

Tabel 4. Kisi-Kisi Gaya Belajar ... 43

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Nama Kelas ... 46

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 47

Tabel 8. Gaya Belajar Siswa ... 47

Tabel 9. Distribusi Hasil Tiap Gaya Belajar Berdasarkan Kelas yang Diperoleh dari Hasil Z-Skor ... 48

Tabel 10. Distribusi Hasil Tiap Gaya Belajar Berdasarkan Jenis Kelamin yang Diperoleh dari Hasil Z-Skor ... 49

(13)

xiii

DAFTAR GRAFIK

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengantar Penelitian ... 64

Lampiran 2. Kisi-kisi Gaya Belajar ... 65

Lampiran 3. Kuesioner Uji Coba ... 71

Lampiran 4. Tabulasi Hasil Uji Coba ... 76

Lampiran 5. Data Hasil Uji Coba ... 80

Lampiran 6. Kuesioner Penelitian ... 88

Lampiran 7. Tabulasi Hasil Penelitian ... 92

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

Untuk memaparkan hasil penelitian dengan judul Deskripsi Gaya

Belajar Para Siswa Kelas VIII SMP STELLA DUCE2 Yogyakarta Tahun Ajaran

2011/2012 dan Implikasinya dalam Penyusunan Topik-Topik Bimbingan Belajar

ini disusun urutan pemaparan teori dimulai dengan latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sebagai suatu kegiatan yang kompleks menuntut

penanganan untuk meningkatkan kualitasnya, baik yang bersifat menyeluruh

maupun pada beberapa komponen tertentu saja. Gerakan-gerakan baru

dalam pendidikan pada umumnya termasuk yang kedua yakni upaya

peningkatan mutu pendidikan hanya dalam beberapa komponen saja.

Meskipun demikian, sebagai suatu sistem, penanganan satu atau beberapa

komponen itu akan mempengaruhi pula komponen lainnya. Beberapa dari

gerakan-gerakan baru tersebut memusatkan diri pada perbaikan dan

peningkatan kualitas kegiatan belajar mengajar pada sistem persekolahan,

seperti cara guru mengajar dan cara murid belajar. Guru memang suatu

profesi yang unik. Pendekatannya harus dipandang secara individual dan

kelembagaan. Secara individual, seorang guru harus mempunyai jiwa

pengabdian yang tinggi. Lalu jiwa pengabdian yang tinggi ini ditunjang oleh

keinginan yang kuat untuk selalu memberikan dan melayani sebaik mungkin

(16)

kepada anak didik. Maka dari itu, guru juga harus selalu belajar, baik untuk

ilmu pengetahuan dan keterampilan pengajaran, maupun belajar memahami

aspek psikologis kemanusiaan. Seorang guru juga harus mampu memahami

bagaimana cara murid belajar. Jika guru telah mampu menguasai teknik

yang dapat meningkatkan semangat dan keaktifan anak didiknya dalam

belajar, maka dunia pendidikan akan semakin dewasa dan profesional.

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan

sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat

menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami

kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam

belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Belajar merupakan suatu aktivitas

alami, yang harus dilakukan oleh semua individu. Melalui proses belajar,

individu melihat, mengenali, mengerti, dan memahami suatu objek. Setiap

individu belajar melalui mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, kulit

untuk mengenali objek.

Bagi kebanyakan siswa belajar berarti menggaris bawahi buku sambil

mengingat-ingat yang telah dilihat (Prashing, 2007: 39). Ada juga orang yang

membuat catatan panjang mengenai pelajaran yang dijelaskan oleh guru yang

tujuannya agar mudah diingat. Bagi kebanyakan orang belajar berarti proses

yang terjadi dalam otak manusia. Saraf dan sel-sel otak yang bekerja

mengumpulkan semua yang dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan

lain-lain, yang kemudian disusun oleh otak sebagai hasil belajar. Itulah sebabnya

(17)

Belajar adalah sebuah aktivitas yang terus menerus, mengulang dan

mengulang lagi untuk menjadi lebih tahu. Hilgard (dalam Tanlain, 2008: 27)

mengemukakan bahwa belajar adalah proses di dalamnya terbentuk tingkah

laku melalui praktek atau latihan. Sedangkan menurut Sidjabat (2001: 79)

belajar sebenarnya mengandung arti bagaimana kita menerima informasi dari

dunia sekitar kita dan bagaimana kita memproses dan menggunakan informasi

tersebut.

Sesungguhnya pengertian belajar itu demikian kompleks. Setiap orang

membutuhkan cara-cara yang tepat dan efektif agar informasi mudah diserap

dan diolah. Cara untuk menyerap dan mengolah informasi tersebut

berbeda-beda untuk setiap orang. Cara menyerap inilah yang disebut dengan gaya

belajar.

Gaya belajar adalah pola perilaku yang spesifik dalam menerima

informasi baru dan mengembangkan keterampilan baru serta proses

menyimpan informasi dan keterampilan baru. Artinya, gaya belajar itu bukan

sekedar perilaku untuk menyimpan dan mengolah informasi, tetapi sekaligus

cara untuk mengembangkan sebuah keterampilan baru dan menyimpan

keterampilan baru itu, sehingga ketrampilan itu menjadi sebuah pola perilaku

yang tetap dalam diri seseorang.

Gaya belajar merupakan cara pandang seseorang terhadap setiap

peristiwa yang dilihat dan dialaminya. Menurut Rita dan Dunn (dalam

Prashing, 2007: 31), gaya belajar adalah cara manusia mulai berkonsentrasi,

(18)

Menurut Susilo (2006: 94) gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih

seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses

informasi tersebut. Gaya belajar yang dimiliki seseorang adalah kunci untuk

mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, baik di sekolah, di kampus ataupun

dalam situasi-situasi antar pribadi (DePorter, 2009: 110).

Hasil riset menunjukkan bahwa murid yang belajar dengan

menggunakan gaya belajar mereka yang dominan, saat mengerjakan tes, akan

mencapai nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar

dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka (Gunawan, 2007:

139).

Ada banyak gaya belajar yang diungkapkan oleh banyak ahli di dunia

dengan variasinya masing-masing. Tidak ada yang salah dengan semua gaya

belajar yang ada, masing-masing gaya belajar memiliki kelebihan dan

keunggulannya masing-masing.

Kemampuan anak dalam menangkap materi dan pelajaran tergantung

dari gaya belajarnya. Banyak anak menurun prestasi belajarnya di sekolah

karena dirumah anak dipaksa belajar tidak sesuai dengan gayanya. Anak akan

mudah menguasai materi pelajaran dengan menggunakan cara belajar mereka

masing-masing. Menurut DePorter dan Hernacki (2009: 109), gaya belajar

adalah kombinasi dari menyerap, mengatur, dan mengolah informasi.

Terdapat tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan

individu dalam memproses informasi (perceptual modality). Gaya belajar

(19)

Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka

paham. Gaya belajar seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu

buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Gaya belajar auditorial

(Audio Learning) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami

dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar

menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau

pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa

mengingat dan memahami informasi itu. Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic

Learning) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu

yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja

ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tidak semua orang

bisa melakukannya.

Berbagai pandangan tentang gaya belajar, jelas menunjukkan bahwa

semua gaya belajar tadi hendaknya dikenali masing-masing individu dengan

tujuan untuk mengatasi klesluitan belajar. Kesulitan belajar ini sendiri juga

memiliki ciri-ciri dan tipe tertentu. Sehingga mengenal dengan baik gaya

belajar akan membantu mengatasi kesulitan belajar itu sendiri. Oleh

karenanya menjadi relevan menyebutkan sekilas pada paparan ini tentang

kesulitan belajar. Agar di kemudian hari kesulitan belajar bukan lagi menjadi

penghalang untuk mampu menguasai suatu pengetahuan lewat belajar.

Dari berbagai pendekatan yang ada, yang paling populer dan sudah

dikenal luas di Indonesia serta yang sering digunakan saat ini, yaitu

(20)

auditor (pendengaran) dan kinestetik (sentuhan dan gerakan) (Gunawan 2007:

142).

Gaya belajar yang salah akan menimbulkan bermacam-macam

persoalan, misalnya seorang siswa yang mempunyai kebiasaan belajar pada

situasi yang tenang, akan sulit untuk dapat belajar di dalam kelompok. Begitu

pula sebaliknya, seorang siswa yang terbiasa belajar di dalam kelompok akan

sulit untuk belajar di dalam situasi yang tenang. Oleh sebab itu, hendaknya

siswa tersebut mampu memahami pola belajar mereka sendiri, misalnya

dengan mencoba trial and error. Maksudnya adalah dengan mencoba-coba

gaya belajar yang dianggap sesuai dengan pola belajar siswa tersebut. Dengan

demikian siswa tersebut akan lebih mudah berkonsentrasi dalam belajar.

Mengetahui dan memahami gaya belajar bagi seorang siswa sangatlah

penting bagi keberhasilan belajar. Jika seorang siswa akrab dengan gaya

belajarnya sendiri, ia akan dapat mengambil langkah-langkah penting untuk

membantu dirinya belajar lebih cepat dan mudah. Mengetahui gaya belajar

sendiri tentunya akan membuat seorang siswa menjadi lebih optimal dalam

mengembangkan potensi belajarnya. Dan pada akhirnya akan dicapai prestasi

belajar yang diinginkan.

Berdasarkan atas hasil pengamatan peneliti sewaktu melaksanakan PPL

di SMP STELLA DUCE 2 pada tanggal 9 Juli-14 Agustus 2010, banyak

siswa yang belum mengetahui gaya belajar mereka sendiri. Banyak siswa

yang mengatakan tentang kebingungan akan gaya belajar yang cocok untuk

(21)

Pemaparan di atas menunjukkan bahwa konsistensi penggunaan gaya

belajar siswa akan memberikan manfaat pada hasil yang diinginkan, yaitu

prestasi belajar. Oleh karenanya menjadi sangat relevan melakukan penelitian

ini dengan menetapkan judul “Deskripsi Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMP

STELLA DUCE 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012 dan Implikasinya

Dalam Penyusunan Topik-Topik Bimbingan Belajar.”

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini secara spesifik masalah-masalah yang ingin dijawab

adalah :

1. Bagaimanakah gaya belajar para siswakelas VIII SMP STELLA DUCE2

Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 berdasarkan pengelompokan menurut

jumlah siswa, kelas, jenis kelamin, dan usia?

2. Topik-topik bimbingan apa saja yang relevan untuk mengoptimalkan gaya

belajar visual, auditorial, dan kinestetik bagi siswa kelas VIII SMP

STELLA DUCE 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara spesifik :

1. Mendeskripsikan gaya belajar para siswakelas VIII SMP STELLA DUCE

2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 berdasarkan pengelompokan

(22)

2. Menyusun topik-topik bimbingan yang relevan untuk mengoptimalkan

gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik bagi siswa kelas VIII SMP

STELLA DUCE2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi para pembaca khususnya

mahasiswa Bimbingan dan Konseling untuk memperkaya pengetahuan

tentang gaya belajar sebagai bekal seorang calon guru Bimbingan dan

Konseling di sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Pembimbing

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan

Konseling untuk pengembangan program Bimbingan Konseling

Belajar khususnya dalam rangka mengetahui dan membantu siswa

untuk mengenali gaya belajar yang cocok bagi siswa.

b. Bagi Siswa

Membantu siswa semakin mengerti, memahami dan mengenal

gaya belajarnya masing-masing sehingga dapat meningkatkan

kepercayaan diri siswa. Dengan demikian hasil belajar dan prestasi

siswa akan meningkat.

(23)

Hasil penelitian ini merupakan tambahan pengetahuan dan

merupakan sarana untuk menerapkan teori yang diperoleh selama

kuliah dalam bentuk praktek khusus di bidang bimbingan belajar.

d. Bagi peneliti lain

Peneliti lain mendapat masukan yang terkait dengan penelitian ini

sehingga mampu mengembangkan penelitian yang terkait dengan

gaya belajar.

E. Definisi Operasional

Gaya belajar merupakan kecenderungan belajar dengan penggunaan

alat-alat diri (Tanlain, 2009: 25). Alat diri yang dimaksud adalah panca

indera manusia yang terdiri atas mata, hidung, telinga, lidah dan kulit.

Dikemukakan 3 (tiga) macam gaya belajar yang secara umum ditemukan

dalam di para siswa yaitu:

1. Gaya belajar visual yakni gaya belajar yang lebih mengandalkan

indera penglihatan (mata) dalam menyimpan informasi.

2. Gaya belajar auditorial yakni gaya belajar yang lebih mengandalkan

indera pendengaran (telinga) dalam menyimpan informasi.

3. Gaya belajar kinestetik yakni gaya belajar yang lebih mengandalkan

indera peraba yakni tangan dan badannya (kulit) dalam menyimpan

informasi.

Gaya belajar yang dominan adalah gaya belajar yang tampak

(24)

BK belajar adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan secara

face to face maupun melalui media tertentu oleh konselor yang

bertujuan agar siswa didik memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang

(25)

BAB II

KAJIAN TEORI A. Gaya Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks.

Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar.

Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di

lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa

keadan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.

Tindakan belajar dari suatu hal tersebut nampak sebagai perilaku

belajar yang nampak dari luar.

Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian

manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk

peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan

kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan,

daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.

Belajar adalah suatu aktivitas yang di dalamnya terdapat sebuah

proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti,

tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal.

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau

potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang

diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus

(26)

dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat

menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar

yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang

berupa respon.

Pengertian dari belajar sangat beragam, banyak dari para ahli

yang mengartikan secara berbeda-beda definisi dari belajar. Di bawah

ini akan dikemukakan pandangan beberapa ahli.

Walker (1967) mengemukakan arti belajar dengan kata-kata yang

singkat yakni belajar merupakan perubahan perbuatan sebagai akibat

dari pengalaman. Sementara itu C.T. Morgan (1961), merumuskan

belajar sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah

laku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu. Demikian

halnya dengan Winkel (1996) yang menyebut belajar adalah suatu

aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan sikap-sikap.

Ahli lain mendefinisikan belajar dengan suatu syarat. Sebagai

contoh adalah Nasution (1998) yang mengatakan belajar adalah suatu

proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah

laku sebagai hasil terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa

perubahan atau munculnya perilaku baru itu bukan disebabkan oleh

adanya kematangan atau adanya perubahan sementara karena suatu

(27)

mencakup tingkah laku dari tingkat yang paling sederhana sampai

yang kompleks dimana proses perubahan tersebut harus bisa dikontrol

sendiri atau dikontrol oleh faktor-faktor eksternal.

Belajar merupakan suatu proses yang benar-benar bersifat

internal, proses yang tidak bisa dilihat dengan nyata yang terjadi

dalam diri individu dalam usaha memperoleh hubungan baru yang

berupa antar perangsang, antar reaksi maupun antar perangsang dan

reaksi.

Crow & Crow (1984) menyatakan bahwa belajar adalah

memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap dan dapat

memuaskan minat individu untuk mencapai tujuan. Sedangkan

Hintzman (1978) menjelaskan belajar ialah perubahan yang terjadi

pada organisme disebabkan pengalaman tersebut yang bisa

mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Effendi & Praja

(1993) mengemukakan bahwa belajar adalah modifikasi atau

memperteguh kelakuan melalui pengalaman, merupakan proses,

kegiatan dan bukan tujuan.

Atkinson (1999) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang

relative permanent pada perilaku yang terjadi akibat latihan.

Sementara itu Purwanto (1990), mengemukakan belajar berhubungan

dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu

yang disebabkan oleh pengalamannya berulang-ulang dalam situasi itu

(28)

kecenderungan respons pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat

seseorang.

Menurut Hilgard (dalam Tanlain 2008: 27), belajar adalah proses

di dalamnya terbentuk tingkah laku melalui praktek atau latihan.

Sedangkan menurut Sidjabat (2001: 79) belajar sebenarnya

mengandung arti bagaimana kita menerima informasi dari dunia

sekitar dan bagaimana kita memproses dan menggunakan informasi

tersebut.

Berdasarkan beberapa rumusan definisi menurut para ahli tersebut

diatas, dapat diperjelas bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang

dilakukan seseorang secara sadar untuk memperoleh perubahan, baik

perubahan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), maupun psikomotor

(ketrampilan). Adanya perbedaan kognitif, afektif, maupun

psikomotor dalam diri setiap individu mempengaruhi pilihan belajar

mereka yang kemudian muncul dalam bentuk perbedaan gaya belajar.

2. Jenis Belajar

Menurut Gagne (1989), jenis belajar dapat dikategorikan sebagai

berikut:

a. Belajar Informasi Verbal

Belajar informasi verbal yaitu belajar untuk memperoleh pengetahuan

yang dimiliki dengan bentuk bahasa lisan atau tulisan. Misalnya,

(29)

data/fakta seperti kenyataan yang tertulis dalam Dasar Negara

Indonesia (Pancasila), UUD 45, GBHN, dst.

Kalau dihubungkan dengan teorinya Bloom, maka jenis belajar ini

lebih mengarah pada pembentukan ingatan atau intelektual yang turut

mempengaruhi cara pandang hidup seseorang. Informasi verbal

mudah diterima/didapat melalui interaksi komunikasi dengan

saluran-saluran yang tersedia.

b. Belajar Kemahiran Intelektual

Belajar kemahiran intelektual yaitu kemampuan untuk berhubungan

dengan lingkungan disekitarnya melalui saluran persep, konsep,

kaidah dan prinsip. Persep ialah hasil mental dari pengamatan

terhadap objek/benda. Konsep ialah satuan arti yang mewakili

sejumlah benda/objek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Kaidah ialah

pengungkapan dari hubungan antara beberapa konsep. Prinsip ialah

kombinasi dari beberapa kaidah, yang lebih tinggi dan lebih

kompleks.

c. Belajar pengaturan kegiatan kognitif/intelektual

Belajar pengaturan kegiatan kognitif/intelektual yaitu kemampuan

untuk mengatur kegiatan aktivitas inteleknya sendiri.

d. Belajar keterampilan motorik

Belajar keterampilan motorik yaitu belajar yang melibatkan

(30)

e. Belajar sikap

Belajar sikap yaitu belajar untuk melatih diri berperilaku/bersikap

secara baik melalui pemahaman, penghayatan, dan pengamalan.

3. Pengertian Gaya Belajar

Setiap orang pasti memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Gaya

artinya sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak gerik yang

baik, untuk berbuat baik. Sedang belajar yaitu pengalaman dalam proses

memperoleh ilmu pengetahuan, baik melalui membaca, mengobservasi

dan eksperimen secara sadar dan terencana. Belajar juga diartikan proses

perubahan tingkah laku dan kemampuan dari akibat usaha latihan secara

terus menerus.

Gaya belajar merupakan kebiasaan yang dilakukan seseorang untuk

memahami, menghayati, mempraktikkan ilmu yang dipelajari. Munculnya

gaya belajar pada diri seseorang, karena dorongan potensi atau

kemampuan yang dominan pada dirinya yang dipengaruhi oleh faktor

lingkungan, kebiasaan, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Gaya belajar menurut Sarasin adalah pola perilaku spesifik dalam

menerima informasi baru dan mengembangkan ketrampilan baru, serta

proses menyimpan informasi atau keterampilan baru (Sugiharto, 2007).

Sedangkan menurut Rita dan Dunn (dalam Prashing, 2007: 31) gaya

belajar adalah cara manusia mulai berkonsentrasi, menyerap, memproses

(31)

style) juga merupakan kecenderungan belajar dengan penggunaan alat-alat

diri (Tanlain, 2009: 25).

Menurut Susilo (2006: 94), gaya belajar adalah cara yang cenderung

dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan

memproses informasi tersebut. DePorter dan Hernacki (2009: 109)

mengartikan gaya belajar sebagai kombinasi cara seseorang menyerap dan

kemudian mengatur serta mengolah informasi.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya

belajar merupakan cara seseorang yang ditunjukkan dalam perilaku

spesifik dalam menerima, menyimpan, serta mengolah informasi dan suatu

keterampilan baru.

Gaya belajar dianggap memiliki peranan penting dalam proses

kegiatan belajar mengajar. Tentunya masing-masing siswa memiliki gaya

belajar yang berbeda-beda. Ada siswa yang kerap dipaksa belajar dengan

cara-cara yang kurang cocok dan berkenan bagi mereka tidak menutup

kemungkinan akan menghambat proses belajarnya terutama dalam hal

berkonsentrasi saat menyerap informasi yang diberikan. Pada akhirnya hal

tersebut juga akan berpengaruh pada hasil belajar yang belum maksimal

(32)

4. Jenis-jenis Gaya Belajar

Menurut DePorter & Hernacki (2009: 112-122) pada prinsipnya

ada tiga gaya belajar yang paling umum dapat diamati oleh pendidik,

yakni :

a. Gaya Belajar Visual (Visual Learning)

Gaya belajar visual yakni gaya belajar dimana seseorang lebih suka

menggunakan gambar-gambar, bahan bacaan yang dapat dilihat.

DePorter & Hernacki (2009: 116-118) mengemukakan individu yang

memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri

perilaku sebagai berikut:

1) rapi dan teratur

2) berbicara dengan cepat

3) perencana dan pengatur jangka penjang yang baik

4) teliti terhadap detail

5) mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun

presentasi

6) pengerja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya

dalam pikiran mereka

7) mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar

8) mengingat dengan asosiasi visual

9) biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik

10)mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika

(33)

11)pembaca yang cepat dan tekun

12)lebih suka membaca daripada dibacakan

13)membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh dan

bersikap waspada sebelum secara mental merasa pasti tentang suatu

masalah atau proyek.

14)mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam

rapat

15)lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain

16)sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau

"tidak’

17)lebih suka demonstrasi daripada berpidato/berceramah

18)lebih suka seni daripada musik

19)seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai

memilih dalam kata-kata

20)kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin

memperhatikan

b. Gaya BelajarAuditorial (AudioLearning)

Gaya belajar auditorial yakni gaya belajar dimana seseorang lebih

suka mendengarkan, misalnya mendengarkan ceramah atau penjelasan

dari gurunya, atau mendengarkan bahan audio seperti radio kaset, dan

sebagainya. DePorter & Hernacki (2009: 118) individu yang memiliki

kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan ciri-ciri

(34)

1) berbicara kepada diri sendiri saat bekerja

2) mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik

3) menggerakan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku

ketika membaca

4) senang membaca dengan keras dan mendengarkan

5) dapat mengulangi kembali atau menirukan nada, irama dan warna

suara

6) merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita

7) berbicara dalam irama yang terpola

8) biasanya pembicara yang fasih

9) lebih suka seni musik daripada seni gambar

10)belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang

didiskusikan daripada yang dilihat

11)suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang

lebar

12)mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang

melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian bagian hingga

sesuai satu sama lain.

13)lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

14)lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

c. Gaya Belajar Kinestetik (KinestheticLearning)

Gaya belajar kinestetik yakni gaya belajar dimana seseorang

(35)

akan tidak suka diminta duduk manis untuk mendengarkan ceramah

guru seperti yang disukai oleh peserta didik yang memiliki gaya

auditorial. Peserta didik gaya taktil akan senang untuk diminta untuk

mengerjakan pekerjaan tangan atau mengotak-atik mesin perkakas.

DePorter & Hernacki (2009: 118) Individu yang memiliki gaya

belajar kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai

berikut:

1) berbicara dengan perlahan

2) menanggapi perhatian fisik

3) menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka

4) berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain

5) selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak

6) mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar

7) belajar melalui memanipulasi dan praktik

8) menghafal dengan cara berjalan atau melihat

9) menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca

10) banyak menggunakan isyarat tubuh

11) tidak dapat duduk diam dalam waktu yang lama

12) tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang

telah pernah berada di tempat itu

13) menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

14) menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot, mereka

(36)

15) kemungkinannya tulisannya jelek

16) ingin melakukan segala sesuatu

17) menyukai permainan yang menyibukkan

5. Tahapan Gaya Belajar

Secara umum, gaya belajar dapat dipetakan sebagai berikut:

a. Gaya Belajar Siswa pada Permulaan belajar (Field Dependence x Field

independence), meliputi:

1) Field dependence yaitu gaya belajar siswa yang mau memulai

belajar apabila ada pengaruh atau perintah dari orang lain

(orangtua/guru). Model gaya seperti ini berdampak pada kepatuhan

terhadap perintah, atau akan melahirkan budaya otoriter.

2) Field independence yaitu gaya belajar yang dilakukan secara

mandiri, tanpa harus dipaksa orang lain. Gaya otonom ini atas dasar

kepuasan, kebutuhan dan kesadaran yang tinggi bahwa belajar

merupakan kewajiban yang harus dilakukannya sendiri.

b. Gaya Belajar Siswa dalam Menerima Pelajaran, terdiri dari:

1) Gaya Belajar Preceptive yaitu kecenderungan siswa dalam

menerima pelajaran/informasi atau mengumpulkan informasi

dalam belajar dilakukan dengan beraturan sebab akibat.

2) Gaya belajar Receptive yaitu kecenderungan siswa dalam

(37)

tanpa berusaha untuk membulatkan/mengorganisir

konsep-konsep informasi yang diterimanya.

c. Gaya Belajar Siswa dalam Menyerap Pelajaran, terbagi dalam:

1) Gaya Belajar Impulsif yaitu cara belajar siswa dalam menyerap

pelajaran cenderung dengan cepat-cepat mengambil keputusan

tanpa memikirkan secara mendalam untuk memahami

konsep-konsep informasi yang telah diterimanya.

2) Gaya Belajar Reflektif yaitu cara belajar siswa dalam menyerap

pelajaran melalui pertimbangan, memikirkan semua kosep

informasi yang telah diterimanya terlebih dahulu sebelum

mengambil keputusan/dipahami.

d. Gaya Belajar Siswa dalam Memecahkan Pelajaran, dapat diuraikan

sebagai berikut:

1) Gaya Belajar Intuitif yaitu cara siswa memecahkan

masalah/menjawab pertanyaan dilakukan hanya secara intuisi

atau menurut perasaan saja.

2) Gaya belajar Sistematis yaitu cara siswa mengerjakan pertanyaan

dengan melihat struktur masalahnya, mengumpulkan bahan, dan

menetapkan alternatif jawaban yang paling tepat untuk

(38)

6. Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar

Setiap individu memiliki cara yang berbeda untuk memperoleh hasil

yang optimal dalam meraih prestasi belajar. Aldursanie (2008)

mendefinisikan prestasi belajar sebagai tahapan pencapaian dari suatu

proses penguasaan pengetahuan ataupun ketrampilan yang dapat dilihat

melalaui suatu alat pengukur yang terstandar. Pengukuran prestasi belajar

sangat diperlukan untuk melihat atau melakukan evaluasi, baik terhadap

subyek didik yang mengalami proses belajar, maupun sumber belajar.

Prestasi sebagai hasil dari proses belajar tidak hanya menunjuk pada

salah satu faktor saja, melainkan juga menyangkut semua faktor yang turut

berpengaruh dalam sistem belajar tersebut. Salah satu diantaranya ialah

gaya belajar. Gaya belajar merupakan cara termudah yang dimiliki oleh

seseorang dalam menyerap dan mengolah informasi yang diterima

sehingga mampu meningkatkan hasil belajar. Melalui gaya belajar inilah

tiap-tiap individu dapat merasa nyaman terhadap apa yang di pelajarinya.

Dengan adanya kenyamanan dalam menerima informasi maka

secara langsung dapat berdampak pada peningkatan prestasi dalam belajar.

Adanya pengoptimalan dalam gaya belajar akan sangat bermanfaat dalam

proses belajar itu sendiri. Gaya belajar sendiri tidak hanya tertuju pada

salah satu tipe, misal visual. Namun, setiap individu memiliki keragaman

gaya belajar yang di praktekkan di dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu

contohnya kita menggunakan gaya belajar visual dengan metode mind

(39)

gaya belajar visual maka secara langsung akan merangsang

penggunaan otak kanan yang lebih mudah mengingat informasi yang

berupa gambaran ataupun peta pikiran. Begitu pula dengan gaya belajar

auditorial, penerimaan informasi melalui media suara akan

langsung menstimulus kerja otak akibat recite yang didengar oleh telinga

secara berulang-ulang. Dengan mereview kembali informasi tersebut

untuk memasukkannya ke dalam long term memory akan lebih

memudahkan otak agar dapat me-recall kembali pada waktu tertentu

sesudahnya.

Gaya belajar lainnya ialah dengan gaya kinestetik. Gaya kinestetik akan

berperan dalam sebuah proses belajar yang menggunakan anggota tubuh di

dalamnya terutama dalam hal yang membutuhkan praktek secara

langsung. Berdasarkan keterangan di atas maka dapat dilihat bahwa pada

dasarnya setiap gaya belajar yang di kombinasikan secara optimal akan

sangat berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini akan menjadi sebuah

dampak negatif apabila individu yang bersangkutan tidak memahami tipe

belajar dirinya. Individu yang kurang paham dalam mempraktekkan

gaya belajar cenderung kurang berhasil dalam meraih prestasi dalam

belajar. Hal tersebut dikarenakan, setiap individu yang tidak dapat

mengoptimalkan gaya belajarnya akan cenderung bingung dalam

menghadapi setiap proses belajar yang akan menimbulkan rasa kurang

percaya diri serta motivasi yang menurun dalam meraih peningkatan

(40)

yang dominan pada diri masing-masing dan mengoptimalkan gaya tersebut

disertai dengan penggunaan gaya belajar lainnya yang dapat dilatih sejak

dini. Dengan demikian dapat membantu diri dalam meningkatkan prestasi

secara maksimal dengan melibatkan seluruh organ yang di miliki.

B. Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar atau bimbingan akademik menurut Winkel

(1996) adalah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat,

dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran

yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di sebuah institusi

pendidikan.

Lebih lanjut, Winkel dan Hastuti (2004: 116) mengatakan bahwa

suatu program bimbingan belajar akademik akan memuat unsur-unsur

sebagai berikut :

1. Orientasi kepada siswa dan mahasiswa baru tentang tujuan

institusional, isi kurikulum, struktur organisasi sekolah, prosedur

belajar yang tepat, dan penyesuaian diri dengan corak pendidikan di

sekolah yang bersangkutan.

2. Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat

selama mengikuti pelajaran di sekolah dan selama belajar di rumah,

secara individual atau secara kelompok. Memang, bila siswa dan

mahasiswa tahu akan cara belajar yang tepat, itu belum menjamin

(41)

mudah hanyut oleh suasana kehidupan yang kurang menguntungkan

bagi belajar secara disiplin.

3. Bantuan dalam hal memilih program studi yang sesuai, memilih

beraneka ragam kegiatan non-akademik yang menunjang usaha

belajar, dan memilih program studi lanjutan di tingkat pendidikan

yang lebih tinggi. Semua pilihan ini kerap berkaitan erat dengan

perencanaan karier dimasa depan. Bantuan ini mencakup pula

penyebaran informasi tentang variasi program studi yang tersedia

misalnya di jenjang pendidikan tinggi.

4. Pengumpulan data tentang siswa mengenai kemampuan intelektual,

bakat khusus, arah minat, serta cita-cita hidup, dan pengumpulan data

tentang program studi di perguruan tinggi yang tersedia dalam bentuk

brosur, buku pedoman baru, kliping iklan surat kabar, dan sebagainya.

Khusus tenaga bimbingan di SMA harus mengumpulkan data

sebanyak mungkin dan sekonkret mungkin tentang perguruan tinggi,

terlebih-lebih yang terletak di rayon yang sama dengan SMA yang

bersangkutan, seperti jenuhnya jurusan/program studi tertentu, status

institusi perguruan tinggi swasta, mendapat akreditasi atau tidak,

mahal murahnya tes seleksi masuk, serta data yang laing yang tidak

tertulis. Data yang terkumpul ini akan sangat dibutuhkan dalam

memberikan bantuan kepada peserta didik.

5. Bantuan dalam hal mengatasi beraneka kesulitan belajar, seperti

(42)

kurang siap menghadapi ujian dan ulangan, kurang dapat

berkonsentrasi, kurang menguasai cara belajar yang tepat pada bidang

studi, menghadapi keadaan rumah yang mempersulit belajar secara

rutin, dan lain sebagainya. Maka, tenaga bimbingan harus mempunyai

pengetahuan yang luas tentang seluk beluk belajar, termasuk

pemahaman psikologis.

6. Bantuan dalam hal membentuk berbagai kelompok belajar, dan

mengatur seluruh kegiatan belajar kelompok, supaya berjalan efisien

dan efektif.

Bimbingan belajar merupakan suatu proses pemberian bantuan

seseorang pada orang lain dalam menentukan pilihan dan pemecahan

masalah dalam kehidupannya. Definisi ini jelas menyebut bahwa

bimbingan belajar hanyalah sebuah bantuan dari orang lain agar yang

dibantu mampu memahami sesuatu yang belum diketahuinya. Sedangkan

pendapat lain menyatakan bahwa bantuan itu diberikan oleh orang yang

sudah terdidik pada orang lain. Dapat disimak pendapat berikut ini, yaitu

bimbingan belajar merupakan suatu bantuan yang dapat diberikan oleh

seseorang yang telah terdidik pada orang lain yang mana usianya tidak

ditentukan untuk dapat menjalani kegiatan dalam hidupnya (Crow &

Crow, 1984).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat ditarik suatu

pemahaman bahwa, bimbingan belajar adalah suatu bentuk kegiatan dalam

(43)

kemampuan lebih dalam banyak hal untuk diberikan kepada orang lain

yang mana bertujuan agar orang lain dapat menemukan pengetahuan baru

yang belum dimilikinya serta dapat diterapkan dalam kehidupannya.

C. Karakteristik Perkembangan Belajar Siswa SMP

Para siswa SMP termasuk dalam kategori masa remaja. Masa remaja

merupakan proses dimana banyak mengalami perkembangan dan

perubahan. Perkembangan dan perubahan yang dialami oleh remaja adalah

perkembangan fisik dan psikis dalam diri remaja. Menurut Sarwono (2004:

84) dalam masa remaja hampir semua remaja masih menggantungkan diri

kepada orang tua dalam hal belajarnya, hampir semua orang tua

mengharapkan anaknya pandai di sekolah sehingga menginginkan anaknya

untuk menuruti kemauan orang tua.

Mengharapkan anak memperoleh prestasi yang tinggi di sekolah

dengan cara mendidik anak supaya mau menuruti kemauan orang tua

ternyata kurang tepat, karena anak-anak yang berprestasi tinggi di sekolah

justru mendapat latihan untuk mandiri dan mengurus dirinya sendiri dari

pada anak yang berprestasi rendah (Sarwono 2004: 85). Kepandaian sering

diartikan dengan angka dari nilai rapor yang tinggi, tetapi baik buruknya

angka rapor tidak selalu disebabkan oleh kepandaian namun ada banyak

faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa di sekolah.

Menurut Muhibbin Syah (2008: 184) faktor penyebab timbulnya

(44)

1. Faktor Intern Siswa

Faktor intern siswa meliputi gangguan psiko-fisik siswa, yaitu :

a. Gangguan yang bersifat kognitif, antara lain seperti rendahnya

kapasitas intelektual/intelegensi siswa.

b. Gangguan yang bersifat afektif, antara lain seperti labilnya emosi

dan sikap.

c. Gangguan yang bersifat psikomotor, antara lain seperti terganggunya

alat-alat indera penglihatan dan pendengar.

2. Faktor Ekstern Siswa

Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan

sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa, meliputi :

a. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan

antara ayah dengan ibu dan rendahnya kehidupan ekonomi

keluarga.

b. Lingkungan masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan

kumuh dan teman bermain yang nakal.

c. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah

yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru dan alat-alat belajar

yang kurang berkualitas.

Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas. Menurut Muhidin

Syah (2008: 186) adapula faktor lain yang menimbulkan kesulitan belajar

(45)

dengan sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan

belajar) yang terdiri atas :

a. Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca

b. Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis

c. Diskalkulia (dyscaculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.

Namun demikian, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas

secara umum sebenarnya memilki potensi IQ yang normal dan diantaranya

ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata bahkan ada pula yang

tinggi. Kesulitan-kesulitan pada diri siswa dapat dikurangi dengan

memberikan latihan-latihan agar siswa dapat mandiri sedini mungkin,

dengan demikian anak dapat memilih jalannya sendiri dan akan

berkembang lebih baik.

D. Latar Belakang Bimbingan Belajar

Suatu kegiatan yang dilaksanakan sudah pasti memiliki latar

belakang. Demikian pula halnya dengan layanan bimbingan belajar.

Kegiatan bimbingan belajar dilaksanakan karena dilatar belakangi oleh

beberapa hal, sebagai berikut:

1. Adanya criterion referenced evaluation yang mana mengklasifikasikan

siswa berdasarkan keberhasilan mereka dalam menguasai pelajaran,

yaitu :

a. Siswa yang benar-benar dapat menguasai pelajaran.

(46)

c. Siswa yang belum dapat menguasai pelajaran.

2. Adanya kemampuan/tingkat kecerdasan dan bakat yang dimiliki oleh

tiap siswa yang mana berbeda dengan siswa yang lainnya. Klasifikasi

siswa tersebut yakni:

a. Siswa yang prestasinya lebih tinggi dari apa yang diperkirakan

berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya.

b. Siswa yang prestasiya memang sesuai dengan apa yang diperkirakan

berdasarkan tes kemampuan belajarnya.

c. Siswa yang prestasinya ternyata lebih rendah dari apa yang

diperkirakan berdasarkan hasil tes kemampuan belajarnya.

3. Adanya penerapan waktu untuk menyelesaikan suatu program belajar.

Klasifikasi siswa dalam hal ini adalah sebagai berikut:

a. Siswa yang ternyata dapat menyelesaikan pelajaran lebih cepat dari

waktu yang disesuaikan.

b. Siswa yang dapat menyelesaikan pelajaran sesuai waktu yang telah

disesuaikan.

c. Siswa yang ternyata tidak dapat menyelesaikan pelajaran sesuai

dengan waktu yang telah ditentukan.

4. Adanya penggunaan norm referenced yang mana membandingkan

prestasi siswa yang satu dengan yang lainnya. Klasifikasi siswa

berdasarkan prestasinya adalah sebagai berikut:

a. Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata

(47)

b. Siswa yang prestasi belajarnya selalu berada di sekitar nilai rata-rata

dari kelompoknya.

c. Siswa yang prestasinya selalu berada di bawah nilai rata-rata prestasi

kelompoknya.

Setelah mengetahui begitu banyak permasalahan yang dihadapi oleh

setiap siswa dalam kegiatan belajarnya, maka diperlukanlah suatu bentuk

layanan bimbingan belajar. Hal ini dimaksudkan agar para siswa yang

memiliki permasalahan dalam belajarnya dapat segera memperoleh

bantuan atau bimbingan dalam kegiatan belajar yang diperlukannya. Jadi,

layanan bimbingan belajar sangat diperlukan oleh semua orang yang

sedang melakukan proses atau kegiatan belajar.

E. Jenis Layanan Bimbingan Belajar dalam Kaitannya dengan PBM

Seorang guru dalam memberikan layanan bimbingan belajar harus

tetap berporos pada terselenggaranya proses belajar mengajar. Oleh karena

itu, diperlukanlah suatu jenis layanan bimbingan belajar yang berkaitan

dengan Proses Belajar Mengajar. Maka jenis layanan bimbingan belajar

dalam konteks Proses Belajar Mengajar yang dapat dijalankan oleh guru,

antara lain:

1. Mengumpulkan informasi mengenai diri siswa

2. Memberikan informasi mengenai berbagai kemungkinan jenis program

dan kegiatan yang sesuai dengan karakteristik siswa.

(48)

4. Memberikan program belajar yang sesuai

5. Mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar

6. Membuat rekomendasi tentang kemungkinan usaha selanjutnya

7. Melakukan remedial teaching

Topik-topik bimbingan belajar merupakan suatu informasi yang

seharusnya diperhatikan oleh guru mata pelajaran. Menurut Gunawan

(2007: 346-349), informasi yang akan diajarkan harus disampaikan dengan

melibatkan berbagai gaya belajar. Media yang digunakan dalam

penyampaian harus bisa mengakomodasi gaya belajar visual, auditorial,

dan kinestetik. Media pengajaran/pemasukan informasi untuk

mengakomodasi masing-masing gaya belajar adalah sebagai berikut:

1. Gaya Belajar Visual

a. Gerakan tubuh (body language)

b. Buku atau majalah

c. Grafik, diagram

d. Peta pikiran (mind mapping)

e. Viewer

f. Poster

g. Kolase

h. Flowchart

i. Highlighting (memberikan warna pada bagian yang dianggap

penting)

(49)

2. Gaya Belajar Auditorial

a. Instruksi guru

b. Suara yang jelas dengan intonasi yang terarah dan bertenaga

c. Membaca dengan keras

d. Pembicara tamu

e. Sesi tanya-jawab

f. Rekaman ceramah atau kuliah

g. Diskusi dengan teman

h. Belajar dengan mendengarkan atau menyampaikan informasi

i. Permainan peran (role play)

j. Musik

k. Kerja kelompok

3. Gaya Belajar Kinestetik

a. Merancang dan membuat aktivitas

b. Keterlibatan fisik

c. Field trip

d. Membuat model

e. Memainkan peran/scenario

f. Highlighting

g. Membuat mind mapping

h. Menggunakan gerakan tubuh untuk menjelaskan sesuatu

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini dibahas Jenis Penelitian, Subjek Penelitian, Instrument

Penelitian, Prosedur Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan

menggunakan metode survai. Penelitian deskriptif dengan metode survei

untuk mengumpulkan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus yang besar

jumlahnya. Tujuan dari survei itu sendiri adalah mengumpulkan informasi

tentang variabel dan bukan informasi tentang individu.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan suatu keadaan yang

sedang terjadi secara aktual. Seperti yang dikatakan Furchan (2007: 447),

penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status

gejala saat penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini akan

mendeskripsikan/memaparkan mengenai gaya belajar para siswa kelas VIII

SMP STELLA DUCE 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012.

B. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP STELLA DUCE

2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini adalah penelitian

populasi, karena semua subyek dapat dijangkau oleh peneliti, dan dapat

diikutsertakan sebagai sumber data. Siswa kelas VIII SMP STELLA DUCE 2

(51)

Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 berjumlah 148 siswa yang terdiri dari 5

kelas. Dari 5 kelas tersebut 2 kelas digunakan untuk uji coba yaitu kelas VIII

Srikandi dan VIII Arimbi yang berjumlah 59 siswa. Satu siswa tidak hadir

sehingga subjek uji coba berjumlah 58 siswa. Untuk penelitian di ambil 3

kelas, yaitu kelas VIII Kunthi, VIII Utari, dan VIII Sukesi yang berjumlah 89

siswa. Satu siswa tidak hadir sehingga subjek penelitian berjumlah 88 siswa.

Rinciannya disajikan dalam bentuk tabel berikut:

Tabel 1

Jumlah Siswa Kelas VIII SMP STELLA DUCE 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2011/2012

Kelas Jumlah

VIII Srikandi 29

VIII Arimbi 30

VIII Kunthi 30

VIII Utari 29

VIII Sukesi 30

Total 148

C. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Kuesioner gaya belajar diambil dari buku Gunawan (2007)

yang kemudian disesuaikan dengan keadaan dan situasi. Kuesioner gaya

belajar para siswa kelas VIII SMP STELLA DUCE 2 Yogyakarta Tahun

Ajaran 2011/2012 berbentuk tertutup. Kuesioner bentuk tertutup berisi

pertanyaan-pertanyaan yang disertai dengan pilihan jawaban untuk

(52)

Dalam instrumen penelitian ini digunakan skala Guttman, “ya - tidak”.

Pada skala Guttman hanya ada dua interval yaitu “setuju” atau “tidak

setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila yang

diinginkan adalah jawaban tegas terhadap suatu permasalahan yang

ditanyakan (Sugiyono: 2010).

Dalam instrumen penelitian ini digunakan dua opsi atau alternatif

jawaban yaitu Ya dan Tidak. Kedua opsi tersebut mempunyai skor

masing-masing adalah; Ya= 1 dan Tidak= 0. Dalam kuesioner terdapat 3

angket yang mewakili 3 gaya belajar yakni gaya belajar Visual, Auditorial,

dan Kinestetik. Masing-masing angket memiliki 6 indikator yang sama

yakni Pola Bicara, Pola Mengingat, Cara Belajar, Cara Bekerja, Cara

Berkomunikasi, dan Kegiatan yang Disukai.

Tabel 2

Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Belajar Sebelum Uji Coba

(53)

No. Aspek Indikator No. Item Jumlah Item

Masidjo (1995: 242) menjelaskan, validitas adalah taraf sampai

dimana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Tinggi

rendahnya validitas suatu alat ukur dihitung dengan korelasi product

moment dengan rumus dasar sebagai berikut:

𝑟𝑟𝑥𝑥𝑥𝑥 =

Kriteria keputusan valid tidaknya kuesioner dinyatakan dengan

perbandingan nilai r hasil perhitungan (rxy) > dari nilai r tabel product

moment dengan tarif signifikan 10%. Pengujian juga dapat dilakukan

(54)

3. Reliabilitas Instrumen

Furchan (1982: 295) menjelaskan bahwa reliabilitas adalah

derajat keajekan alat dalam mengukur apa saja yang diukurnya. Dalam

penelitian ini reliabilitas kuesioner diuji dengan menggunakan metode

KR.20 (Kuder-Richardson), karena pendekatan metode KR.20 jauh lebih

teliti (melalui taraf kesukaran setiap item) (Masidjo, 1995:233). Hasil skor

item diuji dengan menggunakan teknik KR.20 :

𝑟𝑟

𝑖𝑖

=

𝑘𝑘 (𝑘𝑘−1)

𝑠𝑠𝑡𝑡−∑2 𝑝𝑝𝑖𝑖𝑞𝑞𝑖𝑖

𝑠𝑠𝑡𝑡2

𝑟𝑟𝑖𝑖= reliabilitas internal seluruh instrumen

k= jumlah item dalam instrumen

𝑝𝑝𝑖𝑖 = proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item

𝑞𝑞𝑖𝑖 = 1-𝑝𝑝𝑖𝑖

𝑠𝑠𝑡𝑡2 = varians total

4. Pengembangan Instrumen

a. Telaah Ahli (Expert Judgment) Terhadap Kuesioner

Penelaahan butir-butir pada instrumen dilakukan oleh dosen

pembimbing skripsi yaitu, Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. Dari hasil

penelaahan oleh ahli, serta pengembangan dan perbaikan terhadap

instrumen, maka instrumen dinyatakan siap untuk diuji coba kepada

(55)

b. Uji Empirik Terhadap Kuesioner

1) Validitas Kuesioner

Setelah dilakukan uji coba kepada siswa kelas VIII Srikandi dan

VIII Arimbi Yogyakarta pada hari Senin, 16 Januari 2012

diperoleh 23 butir kuesioner yang dinyatakan gugur dari 72 butir.

Item yang dinyatakan gugur apabila nilai corrected item-total

correlation bernilai kurang dari 0,3. Rekapitulasi item skala gaya

belajar setelah uji coba disajikan dalam tabel 3 berikut ini:

Tabel 3

Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Belajar Sesudah Uji Coba

No. Aspek Indikator No. Item Lolos Gugur

Berkomunikasi 19, 20, 21 21

(56)

No. Aspek Indikator No. Item Lolos Gugur

Dari data hasil uji coba tersebut diperoleh perhitungan

koefisien reliabilitas dengan menggunakan rumus KR.20 sebesar

0,89. Hasil perhitungan 0,89 dikonsultasikan ke tabel nilai kritis r

dengan N = 55 menunjukkan bahwa pada taraf signifikan 5%

adalah ≥ 0,266.

Item pernyataan yang lolos (49 item) selanjutnya diubah

penomorannya agar memudahkan untuk penelitian selanjutnya.

Distribusi item dalam penelitian ini disajikan dalam tabel berikut

(57)

Tabel 4

Berkomunikasi 31, 32 2

2.6 Kegiatan yang

D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Persiapan Pelaksanaan

Berikut ini adalah tahap-tahap pengumpulan data yang dilakukan oleh

peneliti:

(58)

b. Menentukan responden, yaitu siswa kelas VIII SMP STELLA

DUCE 2 Yogyakarta.

c. Menghubungi Kepala Sekolah SMP SMP STELLA DUCE 2

Yogyakarta untuk meminta ijin melakukan uji coba instrumen dan

penelitian.

d. Pengujian validitas ini dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi.

e. Pengujian reliabilitas kuesioner yang dilakukan kepada siswa

kelas VIII Srikandi dan VIII Arimbi pada hari Senin, 16 Januari

2012

f. Menganalisis data uji empirik reliabilitas kuesioner.

g. Pengambilan data yang dilakukan kepada para siswa kelas VIII

SMP SMP STELLA DUCE 2 Yogyakarta pada hari Rabu, 28

Maret 2012 di kelas VIII Kunthi dan Sabtu, 14 April 2012 di

kelas VIII Utari dan VIII Sukesi.

h. Melakukan analisis data yang terkumpul.

2. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase

dan kategorisasi. Langkah-langkah analisis data yang dilaksanakan

sebagai berikut:

a. Memberi skor jawaban subyek sesuai dengan dua alternatif

jawaban berdasarkan “Ya = 1 dan Tidak = 0”.

b. Membuat persentase dari setiap jawaban yang diberikan oleh

(59)

c. Untuk mengetahui skor yang paling tinggi, hasil persentase

kemudian diubah ke bentuk Z-Skor. Z-Skor digunakan untuk

menentukan posisi atau letak skor dalam kurva normal.

(Nurgiyantoro, 2003: 94)

d. Penentuan gaya belajar dominan dari setiap siswa dilakukan

dengan membandingkan tiap-tiap hasil Z-skor dari setiap gaya

belajar (visual, auditorial, dan kinestetik). Jika hasil Z-skor salah

satu gaya belajar lebih besar dari yang lain, maka siswa dikatakan

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan hasil dari penelitian dan pembahasan dengan

mengikuti sistematika rumusan masalah pada Bab I.

A. Analisis Responden

Tabel 5

Distribusi Responden Berdasarkan Nama Kelas

Nama Kelas Jumlah Persen

Kunthi 30 34.09

Utari 29 32.95

Sukesi 29 32.95

Total 88 100

Sumber: Data diolah, November 2012

Tabel tersebut menunjukkan bahwa responden berasal dari tiga kelas

yang berbeda, kelas dengan responden terbanyak yaitu Kunthi sebanyak 30

siswa (34,48 %), kelas Utari sebanyak 29 siswa (32,95 %), dan kelas Sukesi

sebanyak 29 siswa (32,95%).

Tabel 6

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persen

Laki-laki 46 52.27

Perempuan 42 47.73

Total 88 100

Sumber: Data diolah, November 2012

(61)

Dalam tabel tersebut dapat diketahui bahwa responden berjenis kelamin

laki-laki (52,27%) lebih banyak daripada responden perempuan (47,73%).

Tabel 7

Sumber: Data diolah, November 2012

Data tersebut menunjukkan bahwa responden yang berusia 14 tahun

merupakan responden terbanyak dalam penelitian ini yaitu sebanyak 52,27%.

B. Hasil Penelitian

Tabel 8 Gaya Belajar Siswa

Gaya Belajar Jumlah Persen

Visual 27 30,68

Auditorial 32 36,36

Kinestetik 29 32,95

Total 88 100

Sumber: Data diolah, November 2012

Tabel diatas menyajikan jumlah siswa dilihat dari gaya belajarnya

berdasarkan persentase: 30,68% siswa memiliki gaya belajar visual, 36,36%

siswa memiliki gaya belajar auditorial, dan 32,95% siswa memiliki gaya

belajar kinestetik. Dari data tabel tersebut dapat diketahui juga bahwa gaya

belajar yang dominan adalah gaya belajar auditorial. Berikut ini disajikan

grafik column agar memperoleh gambaran lebih lengkap tentang komposisi

(62)

Grafik 1

Gaya Belajar Siswa Dilihat dari Jumlah Keseluruhan Siswa

Tabel 9

Distribusi Hasil Tiap Gaya Belajar Berdasarkan Kelas yang Diperoleh dari Hasil Z-Skor

Jenis Gaya

Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari setiap kelas memiliki gaya

belajar dominan yang berbeda-beda. Sebanyak 13 siswa di kelas Kunthi

memiliki gaya belajar auditorial yang menjadi dominan bila dibandingkan

dengan gaya belajar yang lain, sedangkan di kelas Utari yang dominan adalah

(63)

gaya belajar kinestetik yang berjumlah 12 siswa. Untuk kelas Sukesi

sebanyak 12 siswa dominan gaya belajarnya adalah visual.

Tabel 10

Distribusi Hasil Tiap Gaya Belajar Berdasarkan Jenis Kelamin yang Diperoleh dari Hasil Z-Skor

Jenis Gaya

Hasil dari pembagian gaya belajar menurut jenis kelamin pada tabel 10

diatas menunjukkan bahwa pada siswa laki-laki dan perempuan gaya belajar

yang lebih dominan adalah gaya belajar auditorial. Jumlah siswa laki-laki

yang masuk dalam gaya belajar auditorial berjumlah 17 siswa sedangkan

untuk siswa perempuan berjumlah 15 siswa.

Tabel 11

Distribusi Hasil Tiap Gaya Belajar Berdasarkan Usia yang Diperoleh dari Hasil Z-Skor

Jenis Gaya

Sumber: Data diolah, November 2012

Pembagian gaya belajar siswa berdasarkan usia dari tabel diatas

Gambar

Grafik 1. Gaya Belajar Siswa Dilihat dari Jumlah Keseluruhan Siswa ……… 48
Tabel 1 Jumlah Siswa Kelas VIII SMP STELLA DUCE 2 Yogyakarta Tahun
Tabel 2 Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Belajar Sebelum Uji Coba
Tabel 3 Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Belajar Sesudah Uji Coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tugas akhir ini dibuat aplikasi berbasis web yang menyediakan sarana pencatatan dan pengolahan data proses pengiriman uang mulai dari pencatatan tanggal pelaksanaan,

Untuk mengatasinya digunakan alat yang memakai prinsip pantulan dari cermin, dimana perubahan posisi cermin yang sangat kecil ( akibat perpanjangan batang) menyebabkan

Untuk mempercepat adopsi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Departemen Pertanian, maka sejak tahun 2009 telah ditandatngani nota kesepahaman antara Badan

Penelitian tentang degree diameter problem menghasilkan dua kegiatan penelitian yang utama, yaitu mengkonstruksi graf berarah dengan ordo lebih besar dari ordo graf berarah yang

Merupakan pajak penghasilan dalam tahun berjalan yang dipungut oleh bendahara pemerintah baik pusat maupun swasta berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan

Berdasarkan Panduan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Tengah, pelaksanaan Festival Danau Poso dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada seluruh elemen masyarakat

The features are extracted from the original image represents unique identity used as inputs to present a new formulation in face recognition experiments using nonlinear

The aim of this study was to determine the profile of diabetic blood glucose level in rat using a stratified dose streptozotocin (STZ-SD) and multi-low dose