• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Deskripsi motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

vii

DESKRIPSI MOTIVASI INTRINSIK DALAM BELAJAR SISWA KELAS VII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan tingkat motivasi belajar intrinsik para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012, (2) mengetahui topik- topik yang layak untuk diusulkan berdasarkan hasil analisis butir yang terindikasi masuk kategori sedang ataupun rendah.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik pada siswa yang berjumlah 45 item. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 tahun pelajaran 2011/2012. Populasi penelitian ini adalah 118 siswa dan yang dijadikan sampel adalah 30 siswa.. Kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek motivasi belajar intrinsik yaitu menyadari akan kebutuhan dalam belajar, belajar dengan gigih untuk meraih tujuan yang ingin di capai, menunjukkan minat yang kuat dan emosi yang stabil, keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki.

Hasil Penelitian adalah (1) motivasi belajar intrinsik para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012 masuk pada kategori sangat tinggi sebesar 27%, pada kategori tinggi 53% , pada kategori sedang 19%, pada kategori rendah 1%, dan 0% pada kategori sangat rendah. (2) pada butir item 0% pada kategori sangat rendah, 0% pada kategori rendah, pada kategori sedang 18%, pada kategori tinggi 22%

dan pada kategori sangat tinggi 60%,.

(2)

viii

OF THE SEVENTH GRADE STUDENTS AT STELLA DUCE 2 JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA IN 2011/2012

ACADEMIC YEAR AND ITS IMPLICATIONS TOWARDS THE SUGGESTED TOPICS OF

STUDY GUIDANCE. based on the analysis results in learning difficulties item.

The instrument used of this research is a questionnaire about intrinsic learning motivation which consists of 45 items. As a descriptive study, this research employs a survey method. The subject is all seventh grade students at Stella Duce 2 Junior High School Yogyakarta in 2011/2012 academic year. The population was 118 students and 30 students were sampled. The questionnaire is based on the aspects of intrinsic learning motivation,i.e. awareness of the need to learn, learningperseveringlyto achieve the objectives, showing a strong interest as well as being stable in emotions, beliefs about capabilities owned.

(3)

i

TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP

USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh :

Ligan Budi Kurniadi

NIM : 061114040

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

“Setiap ada kesungguhan di situlah terdapat

keberhasilan

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertai setiap langkahku dalam kehidupan ini

Kepada Ayah dan Ibuku yang tercinta Bapakku Carl Benjamin Budimin dan Ibu Antonia Suharlilik yang senantiasamemberiku dukungan untuk menyelesaikan sripsi ini

(7)
(8)
(9)

vii

DESKRIPSI MOTIVASI INTRINSIK DALAM BELAJAR SISWA KELAS VII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan tingkat motivasi belajar intrinsik para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012, (2) mengetahui topik- topik yang layak untuk diusulkan berdasarkan hasil analisis butir yang terindikasi masuk kategori sedang ataupun rendah.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik pada siswa yang berjumlah 45 item. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 tahun pelajaran 2011/2012. Populasi penelitian ini adalah 118 siswa dan yang dijadikan sampel adalah 30 siswa.. Kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek motivasi belajar intrinsik yaitu menyadari akan kebutuhan dalam belajar, belajar dengan gigih untuk meraih tujuan yang ingin di capai, menunjukkan minat yang kuat dan emosi yang stabil, keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki.

Hasil Penelitian adalah (1) motivasi belajar intrinsik para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012 masuk pada kategori sangat tinggi sebesar 27%, pada kategori tinggi 53% , pada kategori sedang 19%, pada kategori rendah 1%, dan 0% pada kategori sangat rendah. (2) pada butir item 0% pada kategori sangat rendah, 0% pada kategori rendah, pada kategori sedang 18%, pada kategori tinggi 22%

dan pada kategori sangat tinggi 60%,.

(10)

viii

OF THE SEVENTH GRADE STUDENTS AT STELLA DUCE 2 JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA IN 2011/2012

ACADEMIC YEAR AND ITS IMPLICATIONS TOWARDS THE SUGGESTED TOPICS OF

STUDY GUIDANCE. based on the analysis results in learning difficulties item.

The instrument used of this research is a questionnaire about intrinsic learning motivation which consists of 45 items. As a descriptive study, this research employs a survey method. The subject is all seventh grade students at Stella Duce 2 Junior High School Yogyakarta in 2011/2012 academic year. The population was 118 students and 30 students were sampled. The questionnaire is based on the aspects of intrinsic learning motivation,i.e. awareness of the need to learn, learningperseveringlyto achieve the objectives, showing a strong interest as well as being stable in emotions, beliefs about capabilities owned.

(11)

ix

Puji dan syukur yang tak terhingga penulis haturkan kepada kepada

Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa

seluruh pengalaman saat mengerjakan sksipsi ini merupakan penyertaan

dan pertolongan yang terindah dari Tuhan. Skripsi ini disusun sebagai tugas

akhir memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis banyak mendapatkan pengalaman selama proses

penyelesaian skripsi ini. Baik pengalaman menyenangkan mupun kurang

menyenangkan, namun semua pengalaman itu merupakan pelajaran yang

berharga bagi perkembangan diri penulis

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun berkat

bantuan, perhatian, dukungan, dan banyak pihak yang telah membantu demi

kelancaran dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan

terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A. sebagai dosen pembimbing yang

(12)

x

3. Pak Moko sebagai pegawai administrasi Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah bersedia memberikan

waktunya dalam proses penelitian maupun selama kuliah.

4. Dra. Anna Harsanti sebagai kepala Sekolah SMP Stella Duce 2

Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengadakan penelitian di sekolah tersebut.

5. Fansisca Romana Pipiet, S.Pd dan Suster Bibi S.Pd sebagai guru BK

SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah meluangkan waktunya untuk

mencari kelas yang bersedia menjadi subjek penelitian dan dukungan

kepada peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

6. Siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang dengan tulus

memberikan waktu dan pikirannya dalam pengisian kuesioner.

7. Ayahku Carolus Budimin dan ibuku Antonia Suharlilik yang tercinta

yang selalu memberikan dorongan dan dukungan, serta perhatian untuk

menyelesaikan skripsi ini, serta doa.

8. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberi semangat dan

dukungan selama penulisan skripsi ini (Sandi, Ryas, Venti, Stella, Ella

(13)

xi

langsung maupun langsung selama penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari akan kekurangan dan kelemahan penulis dalam

mengerjakan skripsi ini. Penulis mohon maaf apabila dalam skripsi ini

terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini.

Terima Kasih.

(14)

xii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

(15)

xiii

E. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian Motivasi ... 8

B. Macam-macam Motivasi ... 1. Motivasi Ekstrinsik ... 15

2. Motivasi Intrinsik ... 17

3. Aspek-aspek Motivasi Intrinsik ... 20

C. Motivasi Belajar ... 30

1. Pengertian Motivasi Belajar ... 30

D. Pengertian Belajar ... 33

E. Bimbingan ... 34

1. Pengertian Bimbingan ... 33

2. Peranan Bimbingan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Subjek Penelitian ... 40

C. Instrumen Penelitian ... 41

1. Kuesioner ... 41

2. Ujicoba Kuesioner ... 43

(16)

xiv

4. Pengembangan Instrumen ... 46

A. Telaah Ahli……… ... 46

D. Pengumpulan Data ... 47

1. Persiapan ... 47

2. Pelaksanaan ... 48

E. Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Hasil Penelitian ... 53

1. Motivasi Belajar Intrinsik Para Siswa SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 53

2. Pembahasan ... 54

B. Usulan Topik-topik Bimbingan dan Konseling Belajar ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(17)

xv

Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 40

Tabel 2 : Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 42

Tabel 3 : Pengelompokan Kualifikasi Koefisien Realibilitas ... 46

Tabel 4 : Jadwal Pengumpulan Data Penelitian ... 48

Tabel 5 : Kategori Tingkat Motivasi Belajar Intrinsik Kelas VII ... 51

Tabel 6 : Kategorisasi Skor Butir Skala Motivasi Belajar Intrinsik ... 52

Tabel 7 : Penggolongan Subyek Dalam 5 Kategori ... 53

Tabel 8 : Penggolongan Item Dalam 5 Kategori ... 63

(18)

xvi

Lampiran 1 : Tabulasi Skor Uji Coba ... 71

Lampiran 2 : Hasil uji Analisis Validitas dan Realibilitas ... 72

Lampiran 3 : Rekapitulasi Item Valid dan Tidak Valid ... 75

Lampiran 4 : Kuesioner... 76

Lampiran 5 : Tabulasi Penelitian ... 80

Lampiran 6 : Data Hasil Motivasi Belajar Intrinsik ... 98

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah,

kegiatan tersebut sebagian besar dilakukan di sekolah, dan sisanya di

rumah. Dalam belajar siswa membutuhkan motivasi. Motivasi dapat

mendorong siswa untuk belajar lebih giat sehingga akan berdampak ke

prestasi siswa tersebut. Namun banyak penurunan motivasi belajar

siswa di sekolah belakangan ini, hal ini dapat dilihat dari banyaknya

anak sekolah yang membolos sekolah, tidak mengerjakan tugas sekolah,

terlalu sering terlambat sekolah, dan lain sebagainya. Penurunan

motivasi belajar siswa akan berdampak pada keseriusan siswa dalam

belajar dan akan berdampak pada penurunan prestasi belajar siswa di

sekolah.

Motivasi sangat diperlukan dalam belajar, karena motivasi

(20)

bersemangat untuk menyelesaikan tugas dan kegiatan belajarnya karena

ada motivasi yang kuat dalam dirinya. Keinginan untuk mendapatkan

nilai yang tinggi merupakan faktor penting untuk mendukung siswa giat

belajar dan hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi siswa itu sendiri.

Keinginan siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya dan

motivasi dari dalam diri siswa. Hal ini sangat penting bagi siswa untuk

mencapai prestasi yang maksimal.

Siswa yang mengalami penurunan motivasi belajar cenderung

tidak sungguh-sungguh dalam belajar. Gejala yang tampak antara lain:

kurangnya perhatian siswa terhadap pelajaran, kelalaian dalam

mengerjakan pekerjaaan rumah, rendahnya persiapan saat menghadapi

ulangan, adanya pandangan asal lulus, kurangnya minat bertanya pada

saat mata pelajaran berlangsung, tidak menggunakan waktu untuk

berdiskusi dengan semestinya, tidak ada semangat bersekolah

(membolos), sering terlambat sekolah serta kurangnya minat membaca

di perpustakaan dan lain sebagainya.

Kebanyakan siswa belakangan ini tidak mempunyai motivasi

belajar yang tinggi, hal ini di karenakan kurangnya kesadaran untuk

(21)

belajar yang efektif sehingga malas untuk belajar, kurangnya menggali

kemampuan diri dan lain sebagainya. Motivasi belajar intrinsik sangat

baik dalam mencapai prestasi belajar siswa karena motivasi ini tumbuh

dari dalam diri dan tidak mudah terpengaruh oleh keadaan lingkungan,

sebab ada motivasi yang kuat untuk memiliki kemampuan dan mencapai

tujuan, namun sayangnya kebanyakan siswa kurang mempunyai

motivasi dari dalam diri mereka cenderung mudah terpengaruh oleh

teman ataupun lingkungan sekitarnya.

Melihat adanya kenyataan di atas, di perlukan dukungan serta

perhatian yang sangat besar dari orang tua siswa serta dukungan dari

orang sekitarnya. Dukungan dan perhatian tersebut akan memunculkan

motivasi pada diri siswa. Kerjasama antara guru bimbingan konseling

dengan orang tua sangat diperlukan untuk memantau perkembangan

anak, sehingga guru bimbingan konseling dapat mengetahui anak-anak

yang motivasi belajarnya agak menurun, dan segera ditangani. Salah

satu cara yang dapat dilakukan pembimbing adalah memberikan layanan

bimbingan yang terstruktur dan terjadwal dalam suatu program

bimbingan. Usulan topik-topik bimbingan hendaknya berdasarkan sikap

dan tingkah laku yang ditunjukan oleh siswa dalam belajar baik di

(22)

Berdasarkan hal-hal diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai motivasi intrinsik dalam belajar.. Peneliti meneliti

kelas VII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta karena ingin melihat s

tingkat motivasi intrinsik yang dimiliki para siswa.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran

mengenai motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VII SMP Stella

Duce 2 Yogyakarta. Melalui penelitian ini, akan diperoleh gambaran

mengenai motivasi belajar siswa kelas VII yang dapat digunakan

sebagai bahan untuk mengusulkan topik-topik bimbingan yang sesuai

B. Rumusan Masalah

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui motivasi intrinsik

dalam belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun

ajaran 2011/2012. Permasalahan pokok dalam penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut :

1. Bagaimana deskripsi motivasi intrinsik dalam belajar Siswa kelas

VII SMP Stella Duce VII Yogyakarta Tahun Ajaran 2011-2012 ?

2. Topik-topik Bimbingan manakah yang sesuai untuk meningkatkan

belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran

(23)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memperoleh gambaran tentang motivasi intrinsik dalam belajar

siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran

2011/2012.

2. Menyusun Topik - topik bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan

motivasi belajar siwa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun

ajaran 2011/2012 .

D. Manfaat Penelitian

1. Siswa

Siswa kelas VII Stella Duce 2 Yogyakarta dapat menyadari bahwa

motivasi intrinsik dalam belajar itu sangat penting untuk

meningkatkan prestasi belajar.

2. Guru pembimbing

Berdasarkan motivasi belajar yang ditunjukkan oleh siswa-siswi

kelas VII Guru Pembimbing dapat mengembangkan program

bimbingan dan menyusun topik-topik bimbingan yang sesuai untuk

(24)

3. Bagi peneliti

Dapat mengetahui gambaran motivasi belajar siswa kelas VII SMP

Stella Duce 2 Yogyakarta.

E. Definisi Operasional

1. Siswa dalam Penelitian ini adalah Siswa kelas VII di SMP Stella

Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012

2. SMP Stella Duce 2 Yogyakarta adalah salah satu SMP dibawah

yayasan Tarakanita, milik suster-suster tarekat Carolus Boromeus,

yang beralamat di Jalan Suryodiningratan 33 yogyakarta

3. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu

(Sardiman, 1986: 88)

4. Belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan, nilai-sikap

(25)

5. Bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada siswa

dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan

(26)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini berisi uraian tentang pengertian motivasi, motivasi

belajar, pengertian belajar, dan bimbingan belajar.

A. Pengertian Motivasi

Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif”

maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah

menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu , terutama bila

kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak

(Sardiman, 2005: 73)

Thomas L Good dan Jere B. Brophy (1986) mendefinisikan

motivasi sebagai suatu energi penggerak, pengarah dan memperkuat

tingkah laku. Marx dan Tambouch (1967) mengumpamakan motivasi

sebagai bahan bakar dalam beroperasinya mesin gasoline (dalam

(27)

Motivasi adalah proses yang memberi semangat , arah, dan

kegigihan perilaku artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku

yang penuh energi,terarah dan bertahan lama (Santrock, 2007: 510)

Menurut Mc.Donald (dalam Sardiman, 1986: 73), motivasi

adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya

tujuan. Dari pengertian motivasi yang dikemukakan oleh Mc.Donald,

motivasi mengandung 3 elemen penting yaitu

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energy pada

diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan

membawa beberapa perubahan energi di dalam system

“neurophysiological” yang ada pada organism manusia. Karena

menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu

muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan

menyangkut kegiatan fisik manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya afeksi seseorang. Dalam hal ini

motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan

(28)

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam

hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan.

Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi

kemunculannya karena terangsang/ terdorong oleh adanya unsure

lain dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal

kebutuhan.

Dari ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi

itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan

terjadinya suatu perubahan energy yang ada pada diri manusia, sehingga

akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga

emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini

didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.

Motivasi hendaklah dianggap sebagai sesuatu yang terkait

dengan kebutuhan. Maksudnya bahwa individu termotivasi untuk

melakukan suatu aktivitas kalau hasil aktifitas itu memenuhi

kebutuhannya. Robert C.Beck pada tahun 1978 (dalam Prayitno, 1989:

8) mengemukakan bahwa pengertian motivasi yang dibahas oleh para

ahli meliputi pembahasan tentang kebutuhan untuk berprestasi.

Kebutuhan untuk berafiliasi, rangsangan, kebiasaan dan perasaan ingin

(29)

keinginan untuk selalu unggul atau menjadi yang terbaik. Siswa yang

memiliki kebutuhan berprestasi yang baik berkata : saya dalam

menyelesaikan tugas harus mendapatkan nilai baik. Sedangkan

kebutuhan untuk berafiliasi adalah kebutuhan sosial yang meliputi

kebutuhan untuk diakrabi, bekerjasama dan diakui secara sosial. Siswa

yang memiliki kebutuhan berhubungan sosial yang tinggi berkata :

“saya ingin bekerjasama dengan teman, dan teman saya menyayangi dan

menghargai.

Anderson dan Faust pada tahun1979 (dalam Prayitno, 1989:10)

mengemukakan bahwa motivasi dalam belajar dapat dilihat dari

karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman

perhatian, kosentrasi dan ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi

tinggi dalam belajar menampakkan minat yang besar dan perhatian yang

penuh terhadap tugas-tugas belajar. Mereka memusatkan sebanyak

mungkin energi fisik maupun psikis terhadap kegiatan, tanpa mengenal

perasaan bosan, apalagi menyerah. Sebaliknya terjadi pada siswa yang

memiliki motivasi rendah, Mereka menampakkan keengganan, cepat

(30)

Menurut Thornburgh (dalam Prayitno, 1989: 26) terdapat lima

Karakteristik Umum Motivasi yaitu

a. Tingkah laku yang bermotivasi adalah digerakkan

Pendorongnya mungkin kebutuhan dasar dan mungkin juga

kebutuhan yang dipelajari. Kebutuhan dasar misalnya makan dan

minum. Kebutuhan yang dipelajari misalnya pujian guru. Oleh

karena itu jika siswa bertingkah laku berarti ia sedang memenuhi

kebutuhannya. Dalam hal ini tampak bahwa tingkah laku itu penuh

arti.

b. Tingkah laku yang bermotivasi memberi arah

Siswa-siswa menyalurkan energinya untuk menyelesaikan

tugas-tugas akademis, mengembangkan hubungan sosial, memperoleh

penghargaan dan persetujuaan (penerimaan) dari guru dan

meningkatkan perasaan mampu. Apabila siswa memilih sumber

yang dapat menimbulkan motivasi, maka berarti ia sedang

mencapai tujuan yang diharapkannya memuaskan.

c. Motivasi menimbulkan intensitas bertindak

Adanya suatu usaha yang merangsang intelektual siswa maka

rangsangan ini merupakan pendorong untuk timbulnya motivasi

(31)

akademis atau terkenal dalam bidang atletik maka ia akan

termotivasi untuk membuktikan hal itu semuanya. Hal ini akan

menimbulkan semangat bekerja yang memungkinkan ia berhasil.

d. Motivasi itu adalah efektif

Karena tingkah laku mempunyai arah kepada tujuan, maka siswa

memilih tingkah laku yang tepat untuk mencapai tujuan atau

memuskan kebutuhannya. Jadi tidaklah selalu siswa akan memiliki

motivasi untuk melakukan aktivitas tertentu. Siswa tertentu

mungkin tidak menyukai olahraga renang, tetapi ia menyenangi

olahraga senam. Siswa ini akan membaca segala sesuatu yang

menyangkut senam di perpustakaan sekolah, atau mengikuti les

senam dan sebagainya. Jadi jelas bahwa motivasi itu selektif.

Karena itu siswa hanya bergairah untuk beraktifitas yang

memenuhi kebutuhannya.

e. Motivasi merupakan kunci untuk pemuasan kebutuhan

Untuk termotivasi secara fisik maupun psikis siswa harus merasa

adanya kekurangan pada dirinya. Kalau ia merasa ada kurang pada

(32)

Menurut Sardiman (1986: 84) motivasi mempunyai beberapa

fungsi yang utama yaitu

Pertama, adalah mendorong manusia untuk berbuat, motivasi

berpern sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan

yang akan dikerjakan.

Kedua, yaitu menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan

yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah

dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya

Ketiga, yaitu menyeleksi perbuatan, yakni menentukan

perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna

mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak

bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan

menghadapi tujuan dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan

kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain

kartu atau membaca komik,sebab tidak serasi dengan tujuan yang

(33)

B. Macam-macam motivasi

Motivasi belajar dibahas dalam dua bentuk yakni motivasi intrinsik

dan motivasi ekstrinsik.

1. Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah aktivitas belajar dimulai dan

diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara

mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar sendiri. Misalnya, siswa

rajin karena ingin memperoleh hadiah yang telah dijanjikan

kepdanya kalau berhasil baik; Siswa yang tekun belajar untuk

menghindari ancaman dan hukuman; dan siswa yang belajar demi

memperoleh pujian ( Winkel 1996: 173)

Winkel (2004: 195) mengemukakan, perilaku yang tergolong

motivasi belajar ekstrinsik sebagai berikut:

1. Belajar demi memenuhi kewajiban.

2. Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan.

3. Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan.

4. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.

5. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting, misal

(34)

6. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi

memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/ golongan administratif.

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luar (Sardiman 1986:

90) . Sebagai contoh, seseorang akan belajar karena tahu besoknya

akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan

dipuji oleh guru atau temannya. Jadi yang penting bukan karena

belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai

yang baik atau agar mendapat hadiah / pujian. Jadi, kalau dilihat dari

segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung

bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu

motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi

yang didalamnya aktifitas belajar dimulai dan diteruskan

berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan

dengan aktifitas belajar.

Namun demikian, bukan berarti motivasi ekstrinsik ini tidak

baik dan tidak penting. Dalam belajar mengajar motivasi ekstrinsik

tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis,

(35)

proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa,

sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.

(Prayitno, 1989: 14) Motivasi ekstrinsik bukan merupakan

perasaan atau keinginan yang sebenarnya yang ada di dalam diri

siswa untuk belajar. Thornburgh mengatakan bahwa rumusan yang

lebih baru menegaskan bahwa motivasi ekstrinsik dinamakan

demikian karena tujuan utama individu melakukan kegiatan adalah

mencapai tujuan yang terletak di luar aktivitas belajar itu sendiri,

atau tujuan itu tidak terlihat di dalam aktifitas belajar. Sebagai

contoh seseorang siswa belajar Bahasa Inggris dengan tujuan

mendapat ijazah atau untuk mematuhi perintah guru. Di dalam

belajar siswa yang didorong oleh motivasi ekstrinsik selalu

mengharapkan persetujuan guru untuk meyakinkan dirinya bahwa

apa yang sedang atau yang telah dikerjakannya itu benar.

2. Motivasi Intrinsik

Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri

setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu

(36)

membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia

sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau

dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan (misalnya kegiatan

belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah ingin

mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu

sendiri. Sebagai contoh konkrit seorang siswa melakukan belajar

karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau

ketrampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif,

bukan karena tujuan yang lain.

Menurut Sardiman (1986: 83) motivasi yang ada pada diri

setiap orang atau disebut juga motivasi intrinsik memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam

waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak

memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin

(tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk

(37)

ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan

terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya)”.

4) Lebih senang bekerja mandiri.

5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat

mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu).

7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan

menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam

bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan

yang ingin dicapai adalah belajar, tanpa belajar tidak mungkin

mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang

menggerakan itu bersumber pada suatu kebutuhan yang berisikan

keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan.

Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan

tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.

Motivasi intrinsik adalah kegiatan belajar dimulai dan

(38)

secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu. Misalnya, siswa

belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah

selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang yang terdidik, atau ingin

menjadi ahli di bidang ilmu tertentu (Winkel, 1996: 174)

Menurut Winkel (1996: 174) keinginan untuk menjadi ahli

dan orang yang terdidik, berpangkal pada penghayatan akan

kebutuhan dan daya upaya siswa dalam melakukan kegiatan belajar,

untuk memenuhi kebutuhan itu. keinginan siswa tersebut hanya

dapat dipenuhi dengan belajat giat, karena tidak ada cara lain untuk

menjadi orang terdidik atau ahli, selain belajar.

Thornburgh (Prayitno, 1989: 10) berpendapat bahwa

motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor

pendorong dari dalam diri (internal) individu. Tingkah laku terjadi

tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor dari lingkungan. Individu

bertingkah laku karena mendapatkan energi dan pengarah tingkah

laku yang tidak dapat kita lihat sumbernya dari luar. Atau dengan

kata lain individu terdorong untuk bertingkah laku kea rah tujuan

tertentu tanpa adanya faktor dari luar. Individu yang digerakan oleh

motivasi intrinsik, baru akan puas kalau kegiatan yang dilakukan

(39)

Dalam proses belajar siswa yang bermotivasi secara intrinsik

dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan

tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar

yang sebenarnya. Tujuan belajar yang sebenarnya adalah menguasi

apa yang sedang dipelajari , bukan karena ingin mendapatkan pujian

dari guru. Grage dan Berline (dalam Prayitno, 1989: 11)

mengemukakan bahwa siswa yang termotivasi secara intrinsic,

aktivitasnya lebih baik dalam belajar daripada siswa yang

termotivasi secara ekstrinsik. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik

menunjukkan keterlibatan dan aktivitas yang tinggi dalam belajar.

Siswa seperti ini baru akan mencapai kepuasan kalau ia adapat

memecahkan masalah pelajaran dengan benar atau kalau

mengerjakan tugas dengan baik. Mempelajari atau mengerjakan

tugas-tugas dalam belajar membentuk tantangan baginya dan ia

terpaut tanpa terpaksa terhadap tugas-tugas belajar tersebut.

Menurut John W . Santrock (2007 : 515) Terdapat dua jenis

motivasi intrinsik yaitu :

a. Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan

personal. Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa

(40)

karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Minat intrinsik siswa

akan meningkat jika mereka mempunyai pilihan dan peluang

untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran

mereka.

b. Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman

optimal kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan

berkosentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat

dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi

juga tidak terlalu mudah

Menurut Phil Louther (Prayitno, 1989: 12) untuk

meningkatkan motivasi dalam diri siswa ada beberapa strategi yang

perlu dilakukan oleh para guru. Berikut adalah Beberapa strategi

dalam mengajar agar para siswa termotivasi secara intrinsik, yaitu :

1. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa, sehingga tujuan

belajar menjadi tujuan siswa atau sama dengan tujuan siswa.

2. Memberi kebebasan kepada siswa untuk memperluas kegiatan

dan materi belajar selama masih dalam batas-batas daerah belajar

(41)

3. Memberikan waktu ekstra yang cukup banyak bagi siswa-siswa

untuk mengembangkan tugas-tugas mereka dan memanfaatkan

sumber-sumber belajar yang ada di sekolah.

4. Kadang kala memberikan penghargaan atas pekerjaan para siswa.

Meminta para siswa untuk menjelaskan atau membacakan

tugas-tugas yang mereka buat, kalau mereka ingin melakukannya.

Hal ini perlu dilakukan terutama sekali terhadap tugas yang bukan

merupakan tugas pokok yang harus dikerjakan oleh siswa, agar

memperlihatkan bahwa tugas itu dikerjakan dengan baik

Berdasarkan keterangan motivasi intrinsik di atas, Motivasi

Belajar Intrinsik adalah Motivasi untuk belajar yang berasal dari

dalam diri, motivasi ini tidak mudah terpengaruh oleh keadaan

lingkungan luar karena adanya keinginan yang kuat dari dalam diri

untuk belajar agar dapat meraih cita-cita yang diinginkan.

3. Aspek-aspek motivasi belajar intrinsik

Menurut Woolfolk (2009 :196) aspek-aspek motivasi belajar

intrinsik seperti kebutuhan, tujuan, interes/minat, emosi, keyakinan

dan skema diri. Keenam aspek tersebut akan dijelaskan secara rinci

(42)

a) Kebutuhan

Setiap aktivitas yang dilakukan siswa karena adanya dorongan

dan kebutuhan tertentu. Dorongan merupakan kekuatan mental

untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan

(Dimyati & Mudjiono, 1999: 81). Kebutuhan yang menyebabkan

seseorang berusaha untuk memenuhinya (Uno, 2007: 5). Adanya

suatu proses yang dilalui siswa agar kebutuhan tersebut tercapai.

Motivasi intrinsik yang muncul yaitu dengan mengerahkan segala

kekuatan-kekuatan yang ada pada diri.

Menurut Pintrich (Woolfolk, 2009: 196) terdapat tiga

kebutuhan utama yang dapat dikaji secara intensif adalah

kebutuhan akan prestasi, kekuasaan, dan afiliasi/hubungan.

Kebutuhan akan prestasi menjadi sangat penting bagi siswa untuk

belajar lebih giat lagi agar memperoleh prestasi yang baik.

Kebutuhan akan kekuasaan seperti siswa memiliki kebutuhan

untuk menguasai setiap mata pelajaran yang ada. Kebutuhan akan

hubungan adalah keinginan untuk membangun pertalian

emosional yang erat dan kelekatan dengan orang lain (Woolfolk,

2009: 196-197). Dengan menjalin hubungan yang baik maka

(43)

seperti siswa dapat belajar bersama dengan siswa lainnya, berani

bertanya kepada guru mengenai materi yang belum dimengerti.

b) Tujuan

Menurut Locke dan Latham tujuan adalah hasil atau pencapaian

yang pemenuhannya diperjuangkan oleh seseorang. Dalam

mengejar tujuan, siswa pada umumnya menyadari tentang

kondisi tertentu saat ini (saya belum membuka buku), kondisi

ideal tertentu (saya sudah memahami setiap halaman), dan

ketidaksesuaian antara situasi saat ini dan situasi ideal (Woolfolk,

2009: 198).

Menurut Locke dan Latham (Woolfolk, 2009 : 198) ada

empat alasan mengapa menetapkan tujuan dapat memperbaiki

kinerja. Tujuan:

(1)Mengarahkan perhatian kita ke tugas yang ada di tangan dan

menghindari distraksi. Tiap kali pikiran saya berkelana,

menjauh dari klaster, tujuan saya untuk menyelesaikan bagian

ini membantu mengarahkan perhatian saya kembali ke

pekerjaan menulis.

(2)Memberi energi pada usaha. Sampai titik tertentu, semakin

(44)

(3) Meningkatkan persistensi. Bila kita memiliki tujuan yang

jelas, kecil kemungkinan kita untuk menyerah sampai kita

meraih tujuan itu: tujuan yang sulit menuntut usaha dan

tenggat waktu yang ketat menghasilkan kerja yang lebih

cepat.

(4) Mendukung perkembangan pengetahuan dan strategi lama

tidak berhasil. Sebagai contoh, bila tujuan anda adalah

mendapat nilai A dan anda tidak mencapai tujuan itu di kuis

yang pertama, anda mungkin mencoba pendekatan belajar

baru untuk kuis berikutnya, seperti menjelaskan poin-poin

kuncinya kepada seorang teman.

c) Interes/minat dan emosi

Interes/minat dan emosi merupakan dua hal yang saling berkaitan

dalam berbagai kegiatan seperti belajar. Siswa lebih cenderung

memperhatikan, mempelajari, dan mengingat berbagai kejadian,

gambaran, dan bacaan yang membangkitkan respons emosional

(Alexander & Murphy; Cowey & Underwood; Reisberg &

Heueur, dalam Woolfolk, 2009: 204) atau yang berhubungan

dengan interes/minat siswa (Renninger, Hidi, & Krapp, dalam

(45)

Menurut Schiefele; Wigfield dkk (Santrock, 2008: 206)

yaitu riset pada minat terutama telah berfokus pada hubungan

antara minat dengan pembelajaran. Minat dihubungkan terutama

dengan tindakan pelajaran mendalam, seperti ingatan atas

gagasan pokok dan respon terhadap pertanyaan pemahaman yang

lebih sulit, dibanding pembelajaran yang hanya pada permukaan,

seperti respon terhadap pertanyaan yang sederhana dan ingatan

kata-demi-kata atas teks.

Ada dua macam interes/minat yaitu personal (individual)

dan situasional. Personal interes/minat atau individual interes

adalah aspek yang lebih enduring (tahan lama) pada diri

seseorang, misalnya kecenderungan enduring untuk tertarik atau

menikmati subjek-subjek seperti bahasa, sejarah, atau

matematika, aktivitas-aktivitas seperti olah raga, musik, atau

film. Siswa dengan minat individual pada belajar secara umum

berusaha mencari informasi baru dan memiliki sikap yang lebih

positif terhadap sekolah. Situasional interest adalah aspek yang

berumur lebih pendek dari aktivitas, teks, atau materi yang

membangkitkan dan mempertahankan perhatian siswa. Menurut

(46)

kompeten, jadi bahkan bila siswa pada awalnya tidak tertarik

dengan suatu objek atau kegiatan, siswa dapat mengembangkan

minat bila siswa mengalami kesuksesan.

d) Keyakinan dan skema-diri

(1) Keyakinan tentang kemampuan

Sebagian keyakinan paling kuat yang memengaruhi motivasi

di sekolah adalah keyakinan tentang kemampuan. Dengan

kerja keras, belajar atau latihan, pengetahuan dapat

ditingkatkan dan oleh sebab itu kemampuan dapat

ditingkatkan (Woolfolk, 2009: 215)

(2) Keyakinan tentang penyebab dan kontrol : teori atribusi

Teori atribusi menyatakan bahwa individu termotivasi untuk

mengungkapkan penyebab yang mendasari kinerja dan

perilaku mereka sendiri. Atribusi adalah penyebab-penyebab

yang menentukan hasil (Santrock, 2009: 211).

Weiner mengidentifikasikan tiga dimensi dari penyebab

atribusi: (1) Lokus, apakah penyebab tersebut internal atau

eksternal terhadap perilaku; (2) stabilitas, tingkat dimana

penyebab tersebut tetap sama atau berubah; dan (3)

(47)

mengendalikan penyebab tersebut. Sebagai contoh, seorang

siswa dapat merasakan bahwa kecerdasannya berlokasi

secara internal, stabil, tidak dapat dikendalikan (Santrock,

2009: 212).

(3) Keyakinan tentang self-efficacy dan learned-helplessness

Self-efficacy adalah keyakinan siswa tentang kompetensi atau

efektivitas siswa di bidang tertentu (Woolfolk, 2009: 219).

Self-efficacy dan atribusi saling memengaruhi. Bila

kesuksesan diatribusikan pada penyebab-penyebab internal

atau dapat dikontrol seperti kemampuan atau usaha, maka

Self-efficacy meningkat. Akan tetapi, bila kesuksesan

diatribusikan pada nasib atau intervensi orang lain, maka

Self-efficacy mungkin tidak diperkuat (Woolfolk, 2009: 219).

Learned helplessness adalah ekspektasi seseorang,

berdasarkan pengalaman sebelumnya bahwa dirinya

kurang/tidak memiliki kontrol, bahwa semua usahanya akan

gagal (Woolfolk, 2009: 220). Siswa yang memiliki

ketidakberdayaan yang dipelajari akan berdampak negatif

(48)

(4) Keyakinan tentang harga diri

Keyakinan tentang harga diri yaitu perasaan seseorang

bahwa dirinya berharga. Siswa yang memfokuskan pada

tujuan belajar karena mereka menghargai prestasi dan

melihat bahwa kemampuan dapat ditingkatkan. Siswa tidak

takut gagal, karena kegagalan tidak mengancam kompentensi

dan harga-dirinya (Woolfolk, 2009: 221).

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi belajar

(Sardiman, 1986: 75) Motivasi belajar adalah merupakan

faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas

adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat

untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai

banyak energy untuk melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa

yang memiliki intelegensia cukup tinggi, boleh jadi gagal karena

kekurangan motivasi dalam belajar. Hasil belajar itu akan optimal

kalau ada motivasi yang tepat, maka kegagalan belajar siswa jangan

begitu saja mempersalahkan pihak siswa, sebab mungkin saja guru

(49)

semangat dan kegiatan siswa untuk berbuat/belajar. Jadi guru tugas

guru bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh

motivasi.

Persoalan motivasi ini, dapat juga dikaitkan dengan persoalan

minat, minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila

seseorang melihat cirri-ciri atau arti sementara situasi yang

dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau

kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang

sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat

itu mempunyai hubungan dengan kepentingan sendiri. Hal ini

menunjukkam bahwa minat merupakkan kecenderungan jiwa

seseorang kepada seseorang (biasanya disertai dengan perasaan

senang), karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu.

Menurut Sardiman (1986: 90) terdapat beberapa bentuk dan

cara untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam kegiatan di

sekolah, yaitu :

1. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan

belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk

(50)

dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya

baik-baik

2. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah

selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin

tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak

berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut.

3. Saingan/ kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi

untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan

individual maupun persaingan kelompok akan meningkatkan

prestasi belajar siswa.

4. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan

pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga

bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai

salah satu bentuk motivasi yang sangat penting.seseorang akan

berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang

(51)

5. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui ada

ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan

sarana motivasi. Tetapi harus diingat oleh guru, jangan terlalu

sering ( misalnya setiap hari ) karena bisa membosankan para

siswa.

D. Pengertian Belajar

Sardiman (1986: 23) mengatakan bahwa Belajar adalah

penambahan pengetahuan, Definisi atau konsep ini dalam praktek

banyak dianut di sekolah-sekolah. Para guru berusaha memberikan ilmu

pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk

mengumpulkannya atau menerimanya. Dalam kasus yang demikian,

guru hanya berperan sebagai pengajar. Sebagai konsekusensi dari

pengertian yang terbatas ini, maka kemudian muncul banyak pendapat

yang mengatakan bahwa belajar itu menghafal . Hal ini terbukti ,

misalnya kalau siswa ( subyek belajar ) itu akan ujian, mereka akan

menghafal terlebih dahulu. Sudah barang tentu pengertian seperti ini,

(52)

Ada pula yang mendefinisikan “ belajar adalah berubah”. Dalam

hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku.

Jadi belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan

membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar.

Perubahan itu tidak hanya berkaitam dengan penambahan ilmu

pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap,

pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya

menyangkut segala aspek organism dan tingkah laku peribadi seseorang.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar tu sebagai rangkaian

kegiatan jiwa-raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi

manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsure cipta,rasa dan

karsa, ranah kognitif-afektif, dan psiko motorik.

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada

saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila

ia tidak belajar maka responnya menurun

Menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang

mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi,

menjadi kapabilitas baru. Gagne berpendapat bahwa belajar terdiri dari

tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan

(53)

E. Bimbingan

1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu

yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut

dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan

dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga

serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan

hidupya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti (Winkel,

1997: 67)

Hamalik (2009 :195), mengungkapkan fungsi bimbingan belajar

adalah:

1. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang

objektif dan jelas tentang potensi, watak, minat, dan kebiasaannya

agar ia dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Membantu individu siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai

dengan kebutuhan bakat, minat, dan kemampuannya dan membantu

siswa itu untuk menentukan cara yang efektif dan efisien dalam

menyelesaikan bidang pendidikan yang telah dipilihnya agar tercapai

(54)

3. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas

tentang kemungkinan dan kecenderungan dalam lapangan pekerjaan

agar ia dapat melakukan pilihan yang tepat di antara lapangan

pekerjaan tersebut. Di samping itu, membantunya untuk mendapat

kemajuan yang memuaskan dalam pekerjaan sambil memberikan

sumbangan secara maksimal terhadap masyarakatnya..

Dari beberapa uraian pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa arti

bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada seseorang

yang bertujuan membantu memecahkan masalah yang sedang

dihadapinya sehingga dapat menetapkan pilihan-pilihannya secara

bijaksana dan bertanggung jawab.

2. Peranan Bimbingan dalam meningkatkan Motivasi Belajar siswa

Menurut Winkel (1997: 143) Program bimbingan adalah suatu

rangkaian bimbingan yang terencana terorganisir dan terkoordinasi

selama periode waktu tertentu. Pelayanan bimbingan diwujudkan dalam

sejumlah kegiatan bimbingan yang tercakup dalam suatu program

bimbingan, yang bertujuan agar siswa mampu (1) mengembangkan

pengertian dan pemahaman diri selama proses kemajuannya di sekolah,

(55)

informasi tentang kesempatan kerja yang ada secara tepat dan

bertanggung jawab, yang akhirnya diwujudkan dalam membuat

pilihan-pilihan, (3) mewujudkan penghargaan terhadap pribadi orang lain, (4)

mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya, baik dalam bidang

pendidikan maupun dalam bidang-bidang kehidupan lainnya.

Suatu program bimbingan di bidang belajar akademik yang dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa antara lain :

1) Penyadaran kembali secara bertahap tentang cara belajar yang tepat

di sekolah dan di rumah, secara individual atau secara kelompok.

Perlunya penyadaran kembali karena siswa tahu akan cara belajar

yang tepat tapi belum tentu menjamin pelaksanaanya karena

mudah terbawa oleh suasana yang kurang menyenangkan, sehingga

kurang disiplin dalam belajar.

2) Mengatasi kesulitan belajar pada siswa, seperti ketidak mampuan

siswa dalam menyusun dan menaati jadwal belajar di rumah,

kurang siap menghadapi ujian dan ulangan, kurang menguasai cara

belajar yang tepat di berbagai bidang studi, tidak dapat menghadapi

keadaan rumah yang mempersulit belajar secara rutin, dan

(56)

pengetahuan yang luas tentang seluk beluk belajar, termasuk

pemahaman psikologis terhadap siswa, sehingga dapat memberi

pengarahan kepada para siswa mengenai hal-hal tersebut.

3) Membentuk berbagai kelompok belajar dan mengatur seluruh

kegiatan belajar kelompok, supaya berjalan efisisen dan efektif

(Winkel, 1997: 140). Untuk layanan bimbingan kelompok, guru

pembimbing dapat menyusun jadwal kegiatan kelompok

Berbagai materi layanan pembelajaran maupun pembimbingan

dapat dibawakan melalui kegiatan kelompok khusus yang sengaja

dibentuk untuk mengembangkan motivasi belajar. Untuk layanan

bimbingan kelompok, guru pembimbing menyusun jadwal kegiatan

kelompok secara teratur, misalnya setiap kelompok melaksanakan

kegiatan sekali dalam dua minggu , dengan topik-topik bahasan yang

bervariasi. Topik-topik yang dibahas meliputi situasu dan

kejadian-kejadian aktual di sekolah, dirumah ataupun di masyarakat, misalnya

banyak siswa yang suka membolos bahkan sering tidak hadir di sekolah,

mengisi waktu senggang, kebersihan lingkungan dan sebagainya perlu

dijadikan topik yang hangat untuk dibicarakan oleh setiap kelompok

(57)

39

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam Penelitian ini dijelaskan mengenai jenis penelitian, subyek

penelitian, alat pengumpulan data, prosedur pengumpulan data serta teknik

analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk

memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian

dilakukan (Furchan, 2005: 447). Penelitian deskriptif dirancang untuk

memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian

dilakukan. Tujuan dari survey untuk mengumpulkan informasi tentang

variable dan bukan informasi tentang individu. Alasan digunakan jenis

penelitian ini adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variable

penelitian, bukan untuk individu yang menjadi subyek penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk memperoleh

informasi tentang motivasi belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2

(58)

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Stella

Duce 2 Yogyakarta tahun 2011/2012 yang terdiri dari 4 kelas dengan

jumlah 135 siswa. Karena responden dalam penelitian ini adalah seluruh

siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun 2011/2012 , maka

penelitian ini disebut penelitian populasi.

Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP

Stella Duce 2 Yogyakarta tahun 2011/2012 yang terbagi dalam 4 kelas

dengan jumlah siswa 117 siswa. Subyek untuk penelitian sesungguhnya

diambil 117 siswa (4 kelas).

Tabel 1

Rincian Jumlah Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta

Tahun Pelajaran 2011/2012

No Kelas Jumlah Siswa

1 VII Borobudur 30

2 VII Plaosan 30

3 VII Panataran 28

4 VII Mendut 30

5 VII Prambanan 28

(59)

1. Kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik Siswa

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner yang disusun oleh peneliti, yang terdiri dari dua bagian yaitu

(1) bagian penjelasan dan pedoman pengisian dan (2) isi kuesioner itu

sendiri yang terdiri dari 46 item pernyataan yang menggambarkan

motivasi belajar intrinsik siswa.. Untuk mempermudah pengolahan,

kuesioner yang digunakan adalah kuesioner bentuk tertutup. Kuesioner

tertutup adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga

responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, “misalnya”

sangat tidak setuju” sampai dengan “sangat setuju” (Masidjo 1995: 71).

Kuesioner ini berupa kuesioner tentang motivasi intrinsik dalam belajar

karena bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar karena

bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar yang

ditunjukkan oleh skor yang diperoleh siswa. Kuesioner motivasi belajar

yang dipakai dalam penelitian ini, disusun berdasarkan

(60)

interes, emosi, keyakinan dan skema-diri. Kisi-kisi kuesioner akan

dijabarkan pada Kisi-kisi dari item-item motivasi belajar ini adalah

sebagai berikut :

Tabel 2

Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik

No Aspek Indikator item Jumlah

1. Menyadari akan kebutuhan dalam belajar

Mampu mengidentifikasi alas an pentingnya belajar

2.1 Memiliki Keinginan kuat untuk maju dan mencapai keberhasilan/kesuksesan

3,11,19,27,35 5

2.2 Mempunyai target belajar yang dirumuskan secara pribadi

3.1 Memiliki perilaku yang menunjukkan minat yang tinggi pada pelajaran

5,13,21,29,37,43 6

3.2 Memiliki keuletan dalam belajar biarpun menghadapi rintangan

4.1 Keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki dalam belajar

7,15,23,31,39 5

4.2 Adanya keinginan belajar secara mandiri, 8,16,24,32,40,44 6

(61)

Sebelum kuesioner digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu

diujicobakan untuk mendapatkan keterangan mengenai mutu alat ukur

tersebut. Pengujian alat ukur dilakukan untuk mengetahui tingkat

validitas dan realibilitas alat ukur yang digunakan sehingga diperoleh

kelayakan penggunaanya sebagai alat ukur yang memenuhi syarat.

Langkah-langkah yang ditempuh untuk melaksanakan uji coba alat ukur

adalah

1. Dibuat kisi-kisi dan kuesioner motivasi belajar siswa

2. Bertemu dengan kepala sekolah SMP Stella Duce 2 Yogyakarta

untuk meminta uji coba instrument

3. Bertemu dengan guru pembimbing (koordinator BK) untuk

membicarakan tanggal uji coba instrument yang akan

diselenggarakan disekolah yang bersangkutan

4. Kuesioner dibagikan kepada para siswa dan diberikan penjelasan

dari penelitian.

5. Para siswa diberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner

tersebut dan diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang

belum dipahami.

6. Para siswa dipersilakan untuk mengisi kuesioner.

(62)

mengetahui apakah responden memahami maksud dari pertanyaan serta

untuk menemukan kekurangan atau masalah yang mungkin timbul

sehubungan dengan kuesioner tersebut. Ujicoba kuesioner dilaksanakan

di kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta

Waktu yang diperlukan untuk menjawab kuesione sekaligus

memberikan petunjuk tentang pengisian kuesioner kurang lebih 20

menit. Jumlah item kuesioner motivasi belajar siswa adalah 46 item dan

dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2012. Kelas yang digunakan

Ujicoba kuesioner adalah kelas Prambanan.

3. Menentukan Validitas dan Reliabilitas

A. Validitas Kuesioner

Validitas adalah taraf sampai dimana suatu alat ukur mampu

mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995), Menurut

Furchan (1982) “validitas menunjuk pada sejauh mana suatu alat

mengukur apa yang seharusnya diukur.

Penentuan kesahihan item menggunakan kriteria Azwar (1999 :65)

yang menyatakan bahwa untuk skala psikologi sebaiknya digunakan

(63)

sama atau lebih dari 0,30 .

Proses perhitungan taraf validitas dilakukan dengan cara

memberi skor pada setiap item adan mtabulasi data uji coba. Selanjutnya

, proses perhitungan dilakukan dengan bantuan computer SPSS versi 12

for windows. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap 46

item pernyataan pada instrument uji coba kuesioner motivasi belajar

siswa dinyatakan seluruhnya valid.

B. Realibilitas Kuesioner

Realibilitas suatu alat ukur adalah derajat. Keajegan alat tersebut

dalam mengukur apa saja yang diukurnya (Furchan 1982). Menurut

Masidjo ( 1995 ), “ realibilitas alat ukur adalah dimana suatu tes mempu

menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam

taraf ketepatan dan ketelitian hasil”. Suatu tes yang reliabel akan

menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil dalam satu atau berbagai

pengukuran.

Dari data hasil uji coba (empirik) kepada siswa kelas VII di SMP

Stella Duce 2 Yogyakarta tanggal 30 maret 2012 diperoleh perhitungan

(64)

Hasil yang sudah dihitung dikonsultasikan berdasarkan kriteria menurut Guilford (Masidjo, 1995: 209) sebagai berikut

Tabel 3

Pengelompokan Kualifikasi Koefisien Reliabilitas

4. Pengembangan Instrumen

a. Telaah Ahli (Expert Jugment)

Penelaah butir-butir pada instrumen dilakukan oleh dosen

pembimbing skripsi. Hasil yang diperoleh setelah ditelaah yaitu

perlunya dilakukan perbaikan pada butir-butir instrument, agar setiap

butir instrumen menjadi kalimat yang efektif sehingga mudah dipahami

.

Masukan dan saran Dosen Pembimbing terhadap pengembangan

instrumen yaitu:

Koefisien Korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup

0,21-0,20 Rendah

(65)

b) Tiap butir instrumen diusahakan agar kalimat pernyataan tidak

menggunakan kata selalu, sangat, hanya dan tidak karena dapat

mempengaruhi pilihan jawaban yang tersedia

c) Skala instrumen kurang sesuai dengan butir pernyataan kalau bisa

diganti karena tiap butir pernyataan menyangkut dengan kesesuaian

dengan apa yang dialami responden sehingga diganti dengan sangat

setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju.

Dari hasil penelaah Dosen pembimbing, maka kuesioner

dinyatakan siap untuk di uji coba berdasarkan kesesuaian butir

pernyataan dengan kisi-kisi instrument.

D. Pengumpulan Data

1. Persiapan

a. Menentukan responden, yaitu siswa kelas VII SMP Stella Duce 2

Yogyakarta

b. Menyusun kuesioner tentang motivasi belajar intrinsik

c. Instrumen diperiksa oleh ahli, yang dilakukan oleh dosen

pembimbing skripsi dan Guru BK SMP Stella Duce 2

(66)

proposal dan kuesioner untuk diperiksa.

e. Intrumen diuji coba untuk menentukan validitas dan reliabilitas

yang dilakukan oleh siswa SMP Stella Duce 2 Yogyakarta kelas

VII Prambanan pada hari Jumat tanggal 30 Maret 2012.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan kepada siswa kelas VII

SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 di ruang

kelas masing-masing. Waktu yang digunakan untuk pengisian

kuesioner satu jam pelajaran yaitu 20 menit. Jadwal pelaksanaan

pengumpulan data penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 4 Jadwal Pengumpulan Data Penelitian

Hari/Tanggal Kelas Jumlah siswa yang Hadir

12 April 2012 VII Borobudur 30

12 April 2012 VII Plaosan 30

12 April 2012 VII Panataran 28

16 April 2012 VII Mendut 30

(67)

Langkah-langkah teknik analisis data yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

1. Memeriksa hasil jawaban responden untuk diolah lebih lanjut

2. Memberikan Setiap item skor sesuai dengan pilihan jawaban yang

sudah tersedia yaitu Sangat Sesuai (SS) = 4 diberi skor, Sesuai (S) =

3 diberi skor, Kurang Sesuai (KS) = 2 diberi skor dan Tidak Sesuai

(TS) = 1 untuk pernyataan positif (favorable) .

3. Membuat tabulasi data dan menghitung skor total dari

masing-masing item kuesioner dan skor rata-rata subjek maupun rata-rata

butir dengan menggunakan komputer yang memiliki program

Microsoft office excel.

4. Memeriksa validitas dan reliabilitas kuesioner motivasi belajar

intrinsik siswa dengan cara sebagai berikut:

a. Menghitung koefisien validitas kuesioner motivasi belajar

intrinsik siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun

Pelajaran 2011/2012 berdasarkan setiap aspek menggunakan

Product Moment dari Pearson dengan menggunakan program

komputer SPSS 12.

b. Menghitung koefisien reliabilitas kuesioner motivasi belajar

(68)

5. Mengkategorikan subjek berdasarkan pada teori Azwar (2011 :

106-109) dengan berdasar pada skor teoritis yang berdistribusi normal

terbagi atas enam bagian atau enam satuan standar deviasi standar.

Tiga bagian berada di sebelah kiri mean (bertanda negatif) dan tiga

bagian yang berada di sebelah kanan mean (bertanda positif). Pada

penelitian ini skala terdiri dari 45 item yang masing-masing itemnya

diberi skor Sangat Setuju = 4, Setuju= 3, Kurang Setuju = 2 dan

Tidak Setuju = 1 untuk pernyataan positif (favorable) .

a. Kategorisasi tingkat motivasi belajar intrinsik

Pengkategorian disusun berpedoman pada Azwar (2009: 108)

dengan mengelompokkan tingkat motivasi belajar intrinsaik

dalam lima kategori yaitu motivasi belajar intrinsik sangat tinggi,

tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah. Selanjutnya

kategorisasi ini dijadikan norma atau patokan dalam

pengelompokkan skor subyek penelitian berdasarkan tingkat

motivasi belajar intrinsik.

Kategorisasi tinggi rendah motivasi belajar Intrinsik diperoleh

melalui perhitungan sebagai berikut :

jumlah item : 45x4=180 ; nilai terendah 45x1=45 sehingga luas

Gambar

Tabel 2 : Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar .......................................
Tabel 1 Rincian Jumlah Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik
Tabel 3 Pengelompokan Kualifikasi Koefisien Reliabilitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diperoleh 7 butir item dari tiap-tiap aspek yang capaian skornya rendah, yaitu aspek pertama kebutuhan-kebutuhan fisiologis skor 110 dengan indikator adanya dorongan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI... PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN

Berikan tanda cek ( √ ) pada kolom sesuai dengan nomor pernyataan, sesuai dengan pilihan jawaban anda. Kerjakan dengan teliti jangan sampai ada satupun pernyataan yang anda lewati

Kuesioner disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan uraian dari faktor-faktor yang menghambat proses belajar siswa, yaitu faktor psikologis, faktor keluarga, faktor

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang permasalahan penyesuaian diri yang sangat intens dialami siswi asrama Stella Duce Supadi Yogyakarta tahun ajaran

Permasalahan yang terjadi sekarang ini adalah menurunnya motivasi belajar siswa, ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa belum maksimal, laporan dari guru pelajaran

Adalah dorongan untuk melakukan sesuatu pekerjaan karena pengaruh lingkungan. Kebiasaan remaja awal mula dari coba-coba dan meniru dari orang tua. Kebiasaan dibagi menjadi dua,

Instrumen penelitian berupa kuesioner yang mengungkap tingkat aktualisasi diri yang terbagi dalam 15 aspek, yaitu mengamati realitas secara efisien, penerimaan umum atas