vii
DESKRIPSI MOTIVASI INTRINSIK DALAM BELAJAR SISWA KELAS VII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan tingkat motivasi belajar intrinsik para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012, (2) mengetahui topik- topik yang layak untuk diusulkan berdasarkan hasil analisis butir yang terindikasi masuk kategori sedang ataupun rendah.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik pada siswa yang berjumlah 45 item. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 tahun pelajaran 2011/2012. Populasi penelitian ini adalah 118 siswa dan yang dijadikan sampel adalah 30 siswa.. Kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek motivasi belajar intrinsik yaitu menyadari akan kebutuhan dalam belajar, belajar dengan gigih untuk meraih tujuan yang ingin di capai, menunjukkan minat yang kuat dan emosi yang stabil, keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki.
Hasil Penelitian adalah (1) motivasi belajar intrinsik para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012 masuk pada kategori sangat tinggi sebesar 27%, pada kategori tinggi 53% , pada kategori sedang 19%, pada kategori rendah 1%, dan 0% pada kategori sangat rendah. (2) pada butir item 0% pada kategori sangat rendah, 0% pada kategori rendah, pada kategori sedang 18%, pada kategori tinggi 22%
dan pada kategori sangat tinggi 60%,.
viii
OF THE SEVENTH GRADE STUDENTS AT STELLA DUCE 2 JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA IN 2011/2012
ACADEMIC YEAR AND ITS IMPLICATIONS TOWARDS THE SUGGESTED TOPICS OF
STUDY GUIDANCE. based on the analysis results in learning difficulties item.
The instrument used of this research is a questionnaire about intrinsic learning motivation which consists of 45 items. As a descriptive study, this research employs a survey method. The subject is all seventh grade students at Stella Duce 2 Junior High School Yogyakarta in 2011/2012 academic year. The population was 118 students and 30 students were sampled. The questionnaire is based on the aspects of intrinsic learning motivation,i.e. awareness of the need to learn, learningperseveringlyto achieve the objectives, showing a strong interest as well as being stable in emotions, beliefs about capabilities owned.
i
TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1)
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh :
Ligan Budi Kurniadi
NIM : 061114040
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
“Setiap ada kesungguhan di situlah terdapat
keberhasilan
”
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertai setiap langkahku dalam kehidupan ini
Kepada Ayah dan Ibuku yang tercinta Bapakku Carl Benjamin Budimin dan Ibu Antonia Suharlilik yang senantiasamemberiku dukungan untuk menyelesaikan sripsi ini
vii
DESKRIPSI MOTIVASI INTRINSIK DALAM BELAJAR SISWA KELAS VII SMP STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan tingkat motivasi belajar intrinsik para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012, (2) mengetahui topik- topik yang layak untuk diusulkan berdasarkan hasil analisis butir yang terindikasi masuk kategori sedang ataupun rendah.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik pada siswa yang berjumlah 45 item. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Subjek penelitian adalah para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 tahun pelajaran 2011/2012. Populasi penelitian ini adalah 118 siswa dan yang dijadikan sampel adalah 30 siswa.. Kuesioner disusun berdasarkan aspek-aspek motivasi belajar intrinsik yaitu menyadari akan kebutuhan dalam belajar, belajar dengan gigih untuk meraih tujuan yang ingin di capai, menunjukkan minat yang kuat dan emosi yang stabil, keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki.
Hasil Penelitian adalah (1) motivasi belajar intrinsik para siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012 masuk pada kategori sangat tinggi sebesar 27%, pada kategori tinggi 53% , pada kategori sedang 19%, pada kategori rendah 1%, dan 0% pada kategori sangat rendah. (2) pada butir item 0% pada kategori sangat rendah, 0% pada kategori rendah, pada kategori sedang 18%, pada kategori tinggi 22%
dan pada kategori sangat tinggi 60%,.
viii
OF THE SEVENTH GRADE STUDENTS AT STELLA DUCE 2 JUNIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA IN 2011/2012
ACADEMIC YEAR AND ITS IMPLICATIONS TOWARDS THE SUGGESTED TOPICS OF
STUDY GUIDANCE. based on the analysis results in learning difficulties item.
The instrument used of this research is a questionnaire about intrinsic learning motivation which consists of 45 items. As a descriptive study, this research employs a survey method. The subject is all seventh grade students at Stella Duce 2 Junior High School Yogyakarta in 2011/2012 academic year. The population was 118 students and 30 students were sampled. The questionnaire is based on the aspects of intrinsic learning motivation,i.e. awareness of the need to learn, learningperseveringlyto achieve the objectives, showing a strong interest as well as being stable in emotions, beliefs about capabilities owned.
ix
Puji dan syukur yang tak terhingga penulis haturkan kepada kepada
Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa
seluruh pengalaman saat mengerjakan sksipsi ini merupakan penyertaan
dan pertolongan yang terindah dari Tuhan. Skripsi ini disusun sebagai tugas
akhir memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis banyak mendapatkan pengalaman selama proses
penyelesaian skripsi ini. Baik pengalaman menyenangkan mupun kurang
menyenangkan, namun semua pengalaman itu merupakan pelajaran yang
berharga bagi perkembangan diri penulis
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini dapat tersusun berkat
bantuan, perhatian, dukungan, dan banyak pihak yang telah membantu demi
kelancaran dalam penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengucapkan
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi., M.A. sebagai dosen pembimbing yang
x
3. Pak Moko sebagai pegawai administrasi Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah bersedia memberikan
waktunya dalam proses penelitian maupun selama kuliah.
4. Dra. Anna Harsanti sebagai kepala Sekolah SMP Stella Duce 2
Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengadakan penelitian di sekolah tersebut.
5. Fansisca Romana Pipiet, S.Pd dan Suster Bibi S.Pd sebagai guru BK
SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah meluangkan waktunya untuk
mencari kelas yang bersedia menjadi subjek penelitian dan dukungan
kepada peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
6. Siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta yang dengan tulus
memberikan waktu dan pikirannya dalam pengisian kuesioner.
7. Ayahku Carolus Budimin dan ibuku Antonia Suharlilik yang tercinta
yang selalu memberikan dorongan dan dukungan, serta perhatian untuk
menyelesaikan skripsi ini, serta doa.
8. Teman-teman seperjuangan yang selalu memberi semangat dan
dukungan selama penulisan skripsi ini (Sandi, Ryas, Venti, Stella, Ella
xi
langsung maupun langsung selama penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari akan kekurangan dan kelemahan penulis dalam
mengerjakan skripsi ini. Penulis mohon maaf apabila dalam skripsi ini
terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini.
Terima Kasih.
xii
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
xiii
E. Definisi Operasional ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Pengertian Motivasi ... 8
B. Macam-macam Motivasi ... 1. Motivasi Ekstrinsik ... 15
2. Motivasi Intrinsik ... 17
3. Aspek-aspek Motivasi Intrinsik ... 20
C. Motivasi Belajar ... 30
1. Pengertian Motivasi Belajar ... 30
D. Pengertian Belajar ... 33
E. Bimbingan ... 34
1. Pengertian Bimbingan ... 33
2. Peranan Bimbingan ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
A. Jenis Penelitian ... 39
B. Subjek Penelitian ... 40
C. Instrumen Penelitian ... 41
1. Kuesioner ... 41
2. Ujicoba Kuesioner ... 43
xiv
4. Pengembangan Instrumen ... 46
A. Telaah Ahli……… ... 46
D. Pengumpulan Data ... 47
1. Persiapan ... 47
2. Pelaksanaan ... 48
E. Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49
A. Hasil Penelitian ... 53
1. Motivasi Belajar Intrinsik Para Siswa SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 53
2. Pembahasan ... 54
B. Usulan Topik-topik Bimbingan dan Konseling Belajar ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 68
xv
Tahun Pelajaran 2011/2012 ... 40
Tabel 2 : Kisi-Kisi Kuesioner Motivasi Belajar ... 42
Tabel 3 : Pengelompokan Kualifikasi Koefisien Realibilitas ... 46
Tabel 4 : Jadwal Pengumpulan Data Penelitian ... 48
Tabel 5 : Kategori Tingkat Motivasi Belajar Intrinsik Kelas VII ... 51
Tabel 6 : Kategorisasi Skor Butir Skala Motivasi Belajar Intrinsik ... 52
Tabel 7 : Penggolongan Subyek Dalam 5 Kategori ... 53
Tabel 8 : Penggolongan Item Dalam 5 Kategori ... 63
xvi
Lampiran 1 : Tabulasi Skor Uji Coba ... 71
Lampiran 2 : Hasil uji Analisis Validitas dan Realibilitas ... 72
Lampiran 3 : Rekapitulasi Item Valid dan Tidak Valid ... 75
Lampiran 4 : Kuesioner... 76
Lampiran 5 : Tabulasi Penelitian ... 80
Lampiran 6 : Data Hasil Motivasi Belajar Intrinsik ... 98
1 BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional
A. Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah,
kegiatan tersebut sebagian besar dilakukan di sekolah, dan sisanya di
rumah. Dalam belajar siswa membutuhkan motivasi. Motivasi dapat
mendorong siswa untuk belajar lebih giat sehingga akan berdampak ke
prestasi siswa tersebut. Namun banyak penurunan motivasi belajar
siswa di sekolah belakangan ini, hal ini dapat dilihat dari banyaknya
anak sekolah yang membolos sekolah, tidak mengerjakan tugas sekolah,
terlalu sering terlambat sekolah, dan lain sebagainya. Penurunan
motivasi belajar siswa akan berdampak pada keseriusan siswa dalam
belajar dan akan berdampak pada penurunan prestasi belajar siswa di
sekolah.
Motivasi sangat diperlukan dalam belajar, karena motivasi
bersemangat untuk menyelesaikan tugas dan kegiatan belajarnya karena
ada motivasi yang kuat dalam dirinya. Keinginan untuk mendapatkan
nilai yang tinggi merupakan faktor penting untuk mendukung siswa giat
belajar dan hal ini akan berpengaruh terhadap prestasi siswa itu sendiri.
Keinginan siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya dan
motivasi dari dalam diri siswa. Hal ini sangat penting bagi siswa untuk
mencapai prestasi yang maksimal.
Siswa yang mengalami penurunan motivasi belajar cenderung
tidak sungguh-sungguh dalam belajar. Gejala yang tampak antara lain:
kurangnya perhatian siswa terhadap pelajaran, kelalaian dalam
mengerjakan pekerjaaan rumah, rendahnya persiapan saat menghadapi
ulangan, adanya pandangan asal lulus, kurangnya minat bertanya pada
saat mata pelajaran berlangsung, tidak menggunakan waktu untuk
berdiskusi dengan semestinya, tidak ada semangat bersekolah
(membolos), sering terlambat sekolah serta kurangnya minat membaca
di perpustakaan dan lain sebagainya.
Kebanyakan siswa belakangan ini tidak mempunyai motivasi
belajar yang tinggi, hal ini di karenakan kurangnya kesadaran untuk
belajar yang efektif sehingga malas untuk belajar, kurangnya menggali
kemampuan diri dan lain sebagainya. Motivasi belajar intrinsik sangat
baik dalam mencapai prestasi belajar siswa karena motivasi ini tumbuh
dari dalam diri dan tidak mudah terpengaruh oleh keadaan lingkungan,
sebab ada motivasi yang kuat untuk memiliki kemampuan dan mencapai
tujuan, namun sayangnya kebanyakan siswa kurang mempunyai
motivasi dari dalam diri mereka cenderung mudah terpengaruh oleh
teman ataupun lingkungan sekitarnya.
Melihat adanya kenyataan di atas, di perlukan dukungan serta
perhatian yang sangat besar dari orang tua siswa serta dukungan dari
orang sekitarnya. Dukungan dan perhatian tersebut akan memunculkan
motivasi pada diri siswa. Kerjasama antara guru bimbingan konseling
dengan orang tua sangat diperlukan untuk memantau perkembangan
anak, sehingga guru bimbingan konseling dapat mengetahui anak-anak
yang motivasi belajarnya agak menurun, dan segera ditangani. Salah
satu cara yang dapat dilakukan pembimbing adalah memberikan layanan
bimbingan yang terstruktur dan terjadwal dalam suatu program
bimbingan. Usulan topik-topik bimbingan hendaknya berdasarkan sikap
dan tingkah laku yang ditunjukan oleh siswa dalam belajar baik di
Berdasarkan hal-hal diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai motivasi intrinsik dalam belajar.. Peneliti meneliti
kelas VII di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta karena ingin melihat s
tingkat motivasi intrinsik yang dimiliki para siswa.
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
mengenai motivasi intrinsik dalam belajar siswa kelas VII SMP Stella
Duce 2 Yogyakarta. Melalui penelitian ini, akan diperoleh gambaran
mengenai motivasi belajar siswa kelas VII yang dapat digunakan
sebagai bahan untuk mengusulkan topik-topik bimbingan yang sesuai
B. Rumusan Masalah
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui motivasi intrinsik
dalam belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun
ajaran 2011/2012. Permasalahan pokok dalam penelitian ini dirumuskan
sebagai berikut :
1. Bagaimana deskripsi motivasi intrinsik dalam belajar Siswa kelas
VII SMP Stella Duce VII Yogyakarta Tahun Ajaran 2011-2012 ?
2. Topik-topik Bimbingan manakah yang sesuai untuk meningkatkan
belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Memperoleh gambaran tentang motivasi intrinsik dalam belajar
siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran
2011/2012.
2. Menyusun Topik - topik bimbingan yang sesuai untuk meningkatkan
motivasi belajar siwa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun
ajaran 2011/2012 .
D. Manfaat Penelitian
1. Siswa
Siswa kelas VII Stella Duce 2 Yogyakarta dapat menyadari bahwa
motivasi intrinsik dalam belajar itu sangat penting untuk
meningkatkan prestasi belajar.
2. Guru pembimbing
Berdasarkan motivasi belajar yang ditunjukkan oleh siswa-siswi
kelas VII Guru Pembimbing dapat mengembangkan program
bimbingan dan menyusun topik-topik bimbingan yang sesuai untuk
3. Bagi peneliti
Dapat mengetahui gambaran motivasi belajar siswa kelas VII SMP
Stella Duce 2 Yogyakarta.
E. Definisi Operasional
1. Siswa dalam Penelitian ini adalah Siswa kelas VII di SMP Stella
Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012
2. SMP Stella Duce 2 Yogyakarta adalah salah satu SMP dibawah
yayasan Tarakanita, milik suster-suster tarekat Carolus Boromeus,
yang beralamat di Jalan Suryodiningratan 33 yogyakarta
3. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri
setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu
(Sardiman, 1986: 88)
4. Belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan, nilai-sikap
5. Bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada siswa
dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi uraian tentang pengertian motivasi, motivasi
belajar, pengertian belajar, dan bimbingan belajar.
A. Pengertian Motivasi
Kata “motif” diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Berawal dari kata “motif”
maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah
menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu , terutama bila
kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak
(Sardiman, 2005: 73)
Thomas L Good dan Jere B. Brophy (1986) mendefinisikan
motivasi sebagai suatu energi penggerak, pengarah dan memperkuat
tingkah laku. Marx dan Tambouch (1967) mengumpamakan motivasi
sebagai bahan bakar dalam beroperasinya mesin gasoline (dalam
Motivasi adalah proses yang memberi semangat , arah, dan
kegigihan perilaku artinya perilaku yang termotivasi adalah perilaku
yang penuh energi,terarah dan bertahan lama (Santrock, 2007: 510)
Menurut Mc.Donald (dalam Sardiman, 1986: 73), motivasi
adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan
munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan. Dari pengertian motivasi yang dikemukakan oleh Mc.Donald,
motivasi mengandung 3 elemen penting yaitu
a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energy pada
diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan
membawa beberapa perubahan energi di dalam system
“neurophysiological” yang ada pada organism manusia. Karena
menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu
muncul dari dalam diri manusia), penampakkannya akan
menyangkut kegiatan fisik manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya afeksi seseorang. Dalam hal ini
motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam
hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan.
Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi
kemunculannya karena terangsang/ terdorong oleh adanya unsure
lain dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal
kebutuhan.
Dari ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi
itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan
terjadinya suatu perubahan energy yang ada pada diri manusia, sehingga
akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga
emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini
didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Motivasi hendaklah dianggap sebagai sesuatu yang terkait
dengan kebutuhan. Maksudnya bahwa individu termotivasi untuk
melakukan suatu aktivitas kalau hasil aktifitas itu memenuhi
kebutuhannya. Robert C.Beck pada tahun 1978 (dalam Prayitno, 1989:
8) mengemukakan bahwa pengertian motivasi yang dibahas oleh para
ahli meliputi pembahasan tentang kebutuhan untuk berprestasi.
Kebutuhan untuk berafiliasi, rangsangan, kebiasaan dan perasaan ingin
keinginan untuk selalu unggul atau menjadi yang terbaik. Siswa yang
memiliki kebutuhan berprestasi yang baik berkata : saya dalam
menyelesaikan tugas harus mendapatkan nilai baik. Sedangkan
kebutuhan untuk berafiliasi adalah kebutuhan sosial yang meliputi
kebutuhan untuk diakrabi, bekerjasama dan diakui secara sosial. Siswa
yang memiliki kebutuhan berhubungan sosial yang tinggi berkata :
“saya ingin bekerjasama dengan teman, dan teman saya menyayangi dan
menghargai.
Anderson dan Faust pada tahun1979 (dalam Prayitno, 1989:10)
mengemukakan bahwa motivasi dalam belajar dapat dilihat dari
karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman
perhatian, kosentrasi dan ketekunan. Siswa yang memiliki motivasi
tinggi dalam belajar menampakkan minat yang besar dan perhatian yang
penuh terhadap tugas-tugas belajar. Mereka memusatkan sebanyak
mungkin energi fisik maupun psikis terhadap kegiatan, tanpa mengenal
perasaan bosan, apalagi menyerah. Sebaliknya terjadi pada siswa yang
memiliki motivasi rendah, Mereka menampakkan keengganan, cepat
Menurut Thornburgh (dalam Prayitno, 1989: 26) terdapat lima
Karakteristik Umum Motivasi yaitu
a. Tingkah laku yang bermotivasi adalah digerakkan
Pendorongnya mungkin kebutuhan dasar dan mungkin juga
kebutuhan yang dipelajari. Kebutuhan dasar misalnya makan dan
minum. Kebutuhan yang dipelajari misalnya pujian guru. Oleh
karena itu jika siswa bertingkah laku berarti ia sedang memenuhi
kebutuhannya. Dalam hal ini tampak bahwa tingkah laku itu penuh
arti.
b. Tingkah laku yang bermotivasi memberi arah
Siswa-siswa menyalurkan energinya untuk menyelesaikan
tugas-tugas akademis, mengembangkan hubungan sosial, memperoleh
penghargaan dan persetujuaan (penerimaan) dari guru dan
meningkatkan perasaan mampu. Apabila siswa memilih sumber
yang dapat menimbulkan motivasi, maka berarti ia sedang
mencapai tujuan yang diharapkannya memuaskan.
c. Motivasi menimbulkan intensitas bertindak
Adanya suatu usaha yang merangsang intelektual siswa maka
rangsangan ini merupakan pendorong untuk timbulnya motivasi
akademis atau terkenal dalam bidang atletik maka ia akan
termotivasi untuk membuktikan hal itu semuanya. Hal ini akan
menimbulkan semangat bekerja yang memungkinkan ia berhasil.
d. Motivasi itu adalah efektif
Karena tingkah laku mempunyai arah kepada tujuan, maka siswa
memilih tingkah laku yang tepat untuk mencapai tujuan atau
memuskan kebutuhannya. Jadi tidaklah selalu siswa akan memiliki
motivasi untuk melakukan aktivitas tertentu. Siswa tertentu
mungkin tidak menyukai olahraga renang, tetapi ia menyenangi
olahraga senam. Siswa ini akan membaca segala sesuatu yang
menyangkut senam di perpustakaan sekolah, atau mengikuti les
senam dan sebagainya. Jadi jelas bahwa motivasi itu selektif.
Karena itu siswa hanya bergairah untuk beraktifitas yang
memenuhi kebutuhannya.
e. Motivasi merupakan kunci untuk pemuasan kebutuhan
Untuk termotivasi secara fisik maupun psikis siswa harus merasa
adanya kekurangan pada dirinya. Kalau ia merasa ada kurang pada
Menurut Sardiman (1986: 84) motivasi mempunyai beberapa
fungsi yang utama yaitu
Pertama, adalah mendorong manusia untuk berbuat, motivasi
berpern sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.
Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan
yang akan dikerjakan.
Kedua, yaitu menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan
yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah
dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya
Ketiga, yaitu menyeleksi perbuatan, yakni menentukan
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna
mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seseorang siswa yang akan
menghadapi tujuan dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan
kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain
kartu atau membaca komik,sebab tidak serasi dengan tujuan yang
B. Macam-macam motivasi
Motivasi belajar dibahas dalam dua bentuk yakni motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik.
1. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secara
mutlak berkaitan dengan aktifitas belajar sendiri. Misalnya, siswa
rajin karena ingin memperoleh hadiah yang telah dijanjikan
kepdanya kalau berhasil baik; Siswa yang tekun belajar untuk
menghindari ancaman dan hukuman; dan siswa yang belajar demi
memperoleh pujian ( Winkel 1996: 173)
Winkel (2004: 195) mengemukakan, perilaku yang tergolong
motivasi belajar ekstrinsik sebagai berikut:
1. Belajar demi memenuhi kewajiban.
2. Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan.
3. Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan.
4. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.
5. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting, misal
6. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi
memenuhi persyaratan kenaikan jenjang/ golongan administratif.
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar (Sardiman 1986:
90) . Sebagai contoh, seseorang akan belajar karena tahu besoknya
akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai baik, sehingga akan
dipuji oleh guru atau temannya. Jadi yang penting bukan karena
belajar ingin mengetahui sesuatu, tetapi ingin mendapatkan nilai
yang baik atau agar mendapat hadiah / pujian. Jadi, kalau dilihat dari
segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung
bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu. Oleh karena itu
motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai bentuk motivasi
yang didalamnya aktifitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan
dengan aktifitas belajar.
Namun demikian, bukan berarti motivasi ekstrinsik ini tidak
baik dan tidak penting. Dalam belajar mengajar motivasi ekstrinsik
tetap penting. Sebab kemungkinan besar keadaan siswa itu dinamis,
proses belajar-mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa,
sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
(Prayitno, 1989: 14) Motivasi ekstrinsik bukan merupakan
perasaan atau keinginan yang sebenarnya yang ada di dalam diri
siswa untuk belajar. Thornburgh mengatakan bahwa rumusan yang
lebih baru menegaskan bahwa motivasi ekstrinsik dinamakan
demikian karena tujuan utama individu melakukan kegiatan adalah
mencapai tujuan yang terletak di luar aktivitas belajar itu sendiri,
atau tujuan itu tidak terlihat di dalam aktifitas belajar. Sebagai
contoh seseorang siswa belajar Bahasa Inggris dengan tujuan
mendapat ijazah atau untuk mematuhi perintah guru. Di dalam
belajar siswa yang didorong oleh motivasi ekstrinsik selalu
mengharapkan persetujuan guru untuk meyakinkan dirinya bahwa
apa yang sedang atau yang telah dikerjakannya itu benar.
2. Motivasi Intrinsik
Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri
setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu
membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia
sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau
dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan (misalnya kegiatan
belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah ingin
mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu
sendiri. Sebagai contoh konkrit seorang siswa melakukan belajar
karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau
ketrampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif,
bukan karena tujuan yang lain.
Menurut Sardiman (1986: 83) motivasi yang ada pada diri
setiap orang atau disebut juga motivasi intrinsik memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam
waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai)
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin
(tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk
ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan
terhadap setiap tindak kriminal, amoral, dan sebagainya)”.
4) Lebih senang bekerja mandiri.
5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat
mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu).
7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan
menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam
bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan
yang ingin dicapai adalah belajar, tanpa belajar tidak mungkin
mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dorongan yang
menggerakan itu bersumber pada suatu kebutuhan yang berisikan
keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan.
Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan
tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial.
Motivasi intrinsik adalah kegiatan belajar dimulai dan
secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar itu. Misalnya, siswa
belajar karena ingin mengetahui seluk beluk suatu masalah
selengkap-lengkapnya, ingin menjadi orang yang terdidik, atau ingin
menjadi ahli di bidang ilmu tertentu (Winkel, 1996: 174)
Menurut Winkel (1996: 174) keinginan untuk menjadi ahli
dan orang yang terdidik, berpangkal pada penghayatan akan
kebutuhan dan daya upaya siswa dalam melakukan kegiatan belajar,
untuk memenuhi kebutuhan itu. keinginan siswa tersebut hanya
dapat dipenuhi dengan belajat giat, karena tidak ada cara lain untuk
menjadi orang terdidik atau ahli, selain belajar.
Thornburgh (Prayitno, 1989: 10) berpendapat bahwa
motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan faktor
pendorong dari dalam diri (internal) individu. Tingkah laku terjadi
tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor dari lingkungan. Individu
bertingkah laku karena mendapatkan energi dan pengarah tingkah
laku yang tidak dapat kita lihat sumbernya dari luar. Atau dengan
kata lain individu terdorong untuk bertingkah laku kea rah tujuan
tertentu tanpa adanya faktor dari luar. Individu yang digerakan oleh
motivasi intrinsik, baru akan puas kalau kegiatan yang dilakukan
Dalam proses belajar siswa yang bermotivasi secara intrinsik
dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan
tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar
yang sebenarnya. Tujuan belajar yang sebenarnya adalah menguasi
apa yang sedang dipelajari , bukan karena ingin mendapatkan pujian
dari guru. Grage dan Berline (dalam Prayitno, 1989: 11)
mengemukakan bahwa siswa yang termotivasi secara intrinsic,
aktivitasnya lebih baik dalam belajar daripada siswa yang
termotivasi secara ekstrinsik. Siswa yang memiliki motivasi intrinsik
menunjukkan keterlibatan dan aktivitas yang tinggi dalam belajar.
Siswa seperti ini baru akan mencapai kepuasan kalau ia adapat
memecahkan masalah pelajaran dengan benar atau kalau
mengerjakan tugas dengan baik. Mempelajari atau mengerjakan
tugas-tugas dalam belajar membentuk tantangan baginya dan ia
terpaut tanpa terpaksa terhadap tugas-tugas belajar tersebut.
Menurut John W . Santrock (2007 : 515) Terdapat dua jenis
motivasi intrinsik yaitu :
a. Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan
personal. Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa
karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Minat intrinsik siswa
akan meningkat jika mereka mempunyai pilihan dan peluang
untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran
mereka.
b. Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman
optimal kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan
berkosentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat
dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi
juga tidak terlalu mudah
Menurut Phil Louther (Prayitno, 1989: 12) untuk
meningkatkan motivasi dalam diri siswa ada beberapa strategi yang
perlu dilakukan oleh para guru. Berikut adalah Beberapa strategi
dalam mengajar agar para siswa termotivasi secara intrinsik, yaitu :
1. Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa, sehingga tujuan
belajar menjadi tujuan siswa atau sama dengan tujuan siswa.
2. Memberi kebebasan kepada siswa untuk memperluas kegiatan
dan materi belajar selama masih dalam batas-batas daerah belajar
3. Memberikan waktu ekstra yang cukup banyak bagi siswa-siswa
untuk mengembangkan tugas-tugas mereka dan memanfaatkan
sumber-sumber belajar yang ada di sekolah.
4. Kadang kala memberikan penghargaan atas pekerjaan para siswa.
Meminta para siswa untuk menjelaskan atau membacakan
tugas-tugas yang mereka buat, kalau mereka ingin melakukannya.
Hal ini perlu dilakukan terutama sekali terhadap tugas yang bukan
merupakan tugas pokok yang harus dikerjakan oleh siswa, agar
memperlihatkan bahwa tugas itu dikerjakan dengan baik
Berdasarkan keterangan motivasi intrinsik di atas, Motivasi
Belajar Intrinsik adalah Motivasi untuk belajar yang berasal dari
dalam diri, motivasi ini tidak mudah terpengaruh oleh keadaan
lingkungan luar karena adanya keinginan yang kuat dari dalam diri
untuk belajar agar dapat meraih cita-cita yang diinginkan.
3. Aspek-aspek motivasi belajar intrinsik
Menurut Woolfolk (2009 :196) aspek-aspek motivasi belajar
intrinsik seperti kebutuhan, tujuan, interes/minat, emosi, keyakinan
dan skema diri. Keenam aspek tersebut akan dijelaskan secara rinci
a) Kebutuhan
Setiap aktivitas yang dilakukan siswa karena adanya dorongan
dan kebutuhan tertentu. Dorongan merupakan kekuatan mental
untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan
(Dimyati & Mudjiono, 1999: 81). Kebutuhan yang menyebabkan
seseorang berusaha untuk memenuhinya (Uno, 2007: 5). Adanya
suatu proses yang dilalui siswa agar kebutuhan tersebut tercapai.
Motivasi intrinsik yang muncul yaitu dengan mengerahkan segala
kekuatan-kekuatan yang ada pada diri.
Menurut Pintrich (Woolfolk, 2009: 196) terdapat tiga
kebutuhan utama yang dapat dikaji secara intensif adalah
kebutuhan akan prestasi, kekuasaan, dan afiliasi/hubungan.
Kebutuhan akan prestasi menjadi sangat penting bagi siswa untuk
belajar lebih giat lagi agar memperoleh prestasi yang baik.
Kebutuhan akan kekuasaan seperti siswa memiliki kebutuhan
untuk menguasai setiap mata pelajaran yang ada. Kebutuhan akan
hubungan adalah keinginan untuk membangun pertalian
emosional yang erat dan kelekatan dengan orang lain (Woolfolk,
2009: 196-197). Dengan menjalin hubungan yang baik maka
seperti siswa dapat belajar bersama dengan siswa lainnya, berani
bertanya kepada guru mengenai materi yang belum dimengerti.
b) Tujuan
Menurut Locke dan Latham tujuan adalah hasil atau pencapaian
yang pemenuhannya diperjuangkan oleh seseorang. Dalam
mengejar tujuan, siswa pada umumnya menyadari tentang
kondisi tertentu saat ini (saya belum membuka buku), kondisi
ideal tertentu (saya sudah memahami setiap halaman), dan
ketidaksesuaian antara situasi saat ini dan situasi ideal (Woolfolk,
2009: 198).
Menurut Locke dan Latham (Woolfolk, 2009 : 198) ada
empat alasan mengapa menetapkan tujuan dapat memperbaiki
kinerja. Tujuan:
(1)Mengarahkan perhatian kita ke tugas yang ada di tangan dan
menghindari distraksi. Tiap kali pikiran saya berkelana,
menjauh dari klaster, tujuan saya untuk menyelesaikan bagian
ini membantu mengarahkan perhatian saya kembali ke
pekerjaan menulis.
(2)Memberi energi pada usaha. Sampai titik tertentu, semakin
(3) Meningkatkan persistensi. Bila kita memiliki tujuan yang
jelas, kecil kemungkinan kita untuk menyerah sampai kita
meraih tujuan itu: tujuan yang sulit menuntut usaha dan
tenggat waktu yang ketat menghasilkan kerja yang lebih
cepat.
(4) Mendukung perkembangan pengetahuan dan strategi lama
tidak berhasil. Sebagai contoh, bila tujuan anda adalah
mendapat nilai A dan anda tidak mencapai tujuan itu di kuis
yang pertama, anda mungkin mencoba pendekatan belajar
baru untuk kuis berikutnya, seperti menjelaskan poin-poin
kuncinya kepada seorang teman.
c) Interes/minat dan emosi
Interes/minat dan emosi merupakan dua hal yang saling berkaitan
dalam berbagai kegiatan seperti belajar. Siswa lebih cenderung
memperhatikan, mempelajari, dan mengingat berbagai kejadian,
gambaran, dan bacaan yang membangkitkan respons emosional
(Alexander & Murphy; Cowey & Underwood; Reisberg &
Heueur, dalam Woolfolk, 2009: 204) atau yang berhubungan
dengan interes/minat siswa (Renninger, Hidi, & Krapp, dalam
Menurut Schiefele; Wigfield dkk (Santrock, 2008: 206)
yaitu riset pada minat terutama telah berfokus pada hubungan
antara minat dengan pembelajaran. Minat dihubungkan terutama
dengan tindakan pelajaran mendalam, seperti ingatan atas
gagasan pokok dan respon terhadap pertanyaan pemahaman yang
lebih sulit, dibanding pembelajaran yang hanya pada permukaan,
seperti respon terhadap pertanyaan yang sederhana dan ingatan
kata-demi-kata atas teks.
Ada dua macam interes/minat yaitu personal (individual)
dan situasional. Personal interes/minat atau individual interes
adalah aspek yang lebih enduring (tahan lama) pada diri
seseorang, misalnya kecenderungan enduring untuk tertarik atau
menikmati subjek-subjek seperti bahasa, sejarah, atau
matematika, aktivitas-aktivitas seperti olah raga, musik, atau
film. Siswa dengan minat individual pada belajar secara umum
berusaha mencari informasi baru dan memiliki sikap yang lebih
positif terhadap sekolah. Situasional interest adalah aspek yang
berumur lebih pendek dari aktivitas, teks, atau materi yang
membangkitkan dan mempertahankan perhatian siswa. Menurut
kompeten, jadi bahkan bila siswa pada awalnya tidak tertarik
dengan suatu objek atau kegiatan, siswa dapat mengembangkan
minat bila siswa mengalami kesuksesan.
d) Keyakinan dan skema-diri
(1) Keyakinan tentang kemampuan
Sebagian keyakinan paling kuat yang memengaruhi motivasi
di sekolah adalah keyakinan tentang kemampuan. Dengan
kerja keras, belajar atau latihan, pengetahuan dapat
ditingkatkan dan oleh sebab itu kemampuan dapat
ditingkatkan (Woolfolk, 2009: 215)
(2) Keyakinan tentang penyebab dan kontrol : teori atribusi
Teori atribusi menyatakan bahwa individu termotivasi untuk
mengungkapkan penyebab yang mendasari kinerja dan
perilaku mereka sendiri. Atribusi adalah penyebab-penyebab
yang menentukan hasil (Santrock, 2009: 211).
Weiner mengidentifikasikan tiga dimensi dari penyebab
atribusi: (1) Lokus, apakah penyebab tersebut internal atau
eksternal terhadap perilaku; (2) stabilitas, tingkat dimana
penyebab tersebut tetap sama atau berubah; dan (3)
mengendalikan penyebab tersebut. Sebagai contoh, seorang
siswa dapat merasakan bahwa kecerdasannya berlokasi
secara internal, stabil, tidak dapat dikendalikan (Santrock,
2009: 212).
(3) Keyakinan tentang self-efficacy dan learned-helplessness
Self-efficacy adalah keyakinan siswa tentang kompetensi atau
efektivitas siswa di bidang tertentu (Woolfolk, 2009: 219).
Self-efficacy dan atribusi saling memengaruhi. Bila
kesuksesan diatribusikan pada penyebab-penyebab internal
atau dapat dikontrol seperti kemampuan atau usaha, maka
Self-efficacy meningkat. Akan tetapi, bila kesuksesan
diatribusikan pada nasib atau intervensi orang lain, maka
Self-efficacy mungkin tidak diperkuat (Woolfolk, 2009: 219).
Learned helplessness adalah ekspektasi seseorang,
berdasarkan pengalaman sebelumnya bahwa dirinya
kurang/tidak memiliki kontrol, bahwa semua usahanya akan
gagal (Woolfolk, 2009: 220). Siswa yang memiliki
ketidakberdayaan yang dipelajari akan berdampak negatif
(4) Keyakinan tentang harga diri
Keyakinan tentang harga diri yaitu perasaan seseorang
bahwa dirinya berharga. Siswa yang memfokuskan pada
tujuan belajar karena mereka menghargai prestasi dan
melihat bahwa kemampuan dapat ditingkatkan. Siswa tidak
takut gagal, karena kegagalan tidak mengancam kompentensi
dan harga-dirinya (Woolfolk, 2009: 221).
C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi belajar
(Sardiman, 1986: 75) Motivasi belajar adalah merupakan
faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas
adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat
untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai
banyak energy untuk melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa
yang memiliki intelegensia cukup tinggi, boleh jadi gagal karena
kekurangan motivasi dalam belajar. Hasil belajar itu akan optimal
kalau ada motivasi yang tepat, maka kegagalan belajar siswa jangan
begitu saja mempersalahkan pihak siswa, sebab mungkin saja guru
semangat dan kegiatan siswa untuk berbuat/belajar. Jadi guru tugas
guru bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh
motivasi.
Persoalan motivasi ini, dapat juga dikaitkan dengan persoalan
minat, minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila
seseorang melihat cirri-ciri atau arti sementara situasi yang
dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau
kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang
sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat
itu mempunyai hubungan dengan kepentingan sendiri. Hal ini
menunjukkam bahwa minat merupakkan kecenderungan jiwa
seseorang kepada seseorang (biasanya disertai dengan perasaan
senang), karena itu merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu.
Menurut Sardiman (1986: 90) terdapat beberapa bentuk dan
cara untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam kegiatan di
sekolah, yaitu :
1. Memberi angka
Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan
belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk
dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya
baik-baik
2. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah
selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin
tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak
berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut.
3. Saingan/ kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan
individual maupun persaingan kelompok akan meningkatkan
prestasi belajar siswa.
4. Ego-involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga
bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai
salah satu bentuk motivasi yang sangat penting.seseorang akan
berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang
5. Memberi ulangan
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui ada
ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan ini juga merupakan
sarana motivasi. Tetapi harus diingat oleh guru, jangan terlalu
sering ( misalnya setiap hari ) karena bisa membosankan para
siswa.
D. Pengertian Belajar
Sardiman (1986: 23) mengatakan bahwa Belajar adalah
penambahan pengetahuan, Definisi atau konsep ini dalam praktek
banyak dianut di sekolah-sekolah. Para guru berusaha memberikan ilmu
pengetahuan sebanyak-banyaknya dan siswa giat untuk
mengumpulkannya atau menerimanya. Dalam kasus yang demikian,
guru hanya berperan sebagai pengajar. Sebagai konsekusensi dari
pengertian yang terbatas ini, maka kemudian muncul banyak pendapat
yang mengatakan bahwa belajar itu menghafal . Hal ini terbukti ,
misalnya kalau siswa ( subyek belajar ) itu akan ujian, mereka akan
menghafal terlebih dahulu. Sudah barang tentu pengertian seperti ini,
Ada pula yang mendefinisikan “ belajar adalah berubah”. Dalam
hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku.
Jadi belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan
membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar.
Perubahan itu tidak hanya berkaitam dengan penambahan ilmu
pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap,
pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya
menyangkut segala aspek organism dan tingkah laku peribadi seseorang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar tu sebagai rangkaian
kegiatan jiwa-raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi
manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsure cipta,rasa dan
karsa, ranah kognitif-afektif, dan psiko motorik.
Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada
saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila
ia tidak belajar maka responnya menurun
Menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang
mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi,
menjadi kapabilitas baru. Gagne berpendapat bahwa belajar terdiri dari
tiga komponen penting yaitu kondisi eksternal, kondisi internal, dan
E. Bimbingan
1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu
yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut
dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan
dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga
serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan
hidupya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti (Winkel,
1997: 67)
Hamalik (2009 :195), mengungkapkan fungsi bimbingan belajar
adalah:
1. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang
objektif dan jelas tentang potensi, watak, minat, dan kebiasaannya
agar ia dapat menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Membantu individu siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan bakat, minat, dan kemampuannya dan membantu
siswa itu untuk menentukan cara yang efektif dan efisien dalam
menyelesaikan bidang pendidikan yang telah dipilihnya agar tercapai
3. Membantu individu siswa untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang kemungkinan dan kecenderungan dalam lapangan pekerjaan
agar ia dapat melakukan pilihan yang tepat di antara lapangan
pekerjaan tersebut. Di samping itu, membantunya untuk mendapat
kemajuan yang memuaskan dalam pekerjaan sambil memberikan
sumbangan secara maksimal terhadap masyarakatnya..
Dari beberapa uraian pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa arti
bimbingan adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada seseorang
yang bertujuan membantu memecahkan masalah yang sedang
dihadapinya sehingga dapat menetapkan pilihan-pilihannya secara
bijaksana dan bertanggung jawab.
2. Peranan Bimbingan dalam meningkatkan Motivasi Belajar siswa
Menurut Winkel (1997: 143) Program bimbingan adalah suatu
rangkaian bimbingan yang terencana terorganisir dan terkoordinasi
selama periode waktu tertentu. Pelayanan bimbingan diwujudkan dalam
sejumlah kegiatan bimbingan yang tercakup dalam suatu program
bimbingan, yang bertujuan agar siswa mampu (1) mengembangkan
pengertian dan pemahaman diri selama proses kemajuannya di sekolah,
informasi tentang kesempatan kerja yang ada secara tepat dan
bertanggung jawab, yang akhirnya diwujudkan dalam membuat
pilihan-pilihan, (3) mewujudkan penghargaan terhadap pribadi orang lain, (4)
mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya, baik dalam bidang
pendidikan maupun dalam bidang-bidang kehidupan lainnya.
Suatu program bimbingan di bidang belajar akademik yang dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa antara lain :
1) Penyadaran kembali secara bertahap tentang cara belajar yang tepat
di sekolah dan di rumah, secara individual atau secara kelompok.
Perlunya penyadaran kembali karena siswa tahu akan cara belajar
yang tepat tapi belum tentu menjamin pelaksanaanya karena
mudah terbawa oleh suasana yang kurang menyenangkan, sehingga
kurang disiplin dalam belajar.
2) Mengatasi kesulitan belajar pada siswa, seperti ketidak mampuan
siswa dalam menyusun dan menaati jadwal belajar di rumah,
kurang siap menghadapi ujian dan ulangan, kurang menguasai cara
belajar yang tepat di berbagai bidang studi, tidak dapat menghadapi
keadaan rumah yang mempersulit belajar secara rutin, dan
pengetahuan yang luas tentang seluk beluk belajar, termasuk
pemahaman psikologis terhadap siswa, sehingga dapat memberi
pengarahan kepada para siswa mengenai hal-hal tersebut.
3) Membentuk berbagai kelompok belajar dan mengatur seluruh
kegiatan belajar kelompok, supaya berjalan efisisen dan efektif
(Winkel, 1997: 140). Untuk layanan bimbingan kelompok, guru
pembimbing dapat menyusun jadwal kegiatan kelompok
Berbagai materi layanan pembelajaran maupun pembimbingan
dapat dibawakan melalui kegiatan kelompok khusus yang sengaja
dibentuk untuk mengembangkan motivasi belajar. Untuk layanan
bimbingan kelompok, guru pembimbing menyusun jadwal kegiatan
kelompok secara teratur, misalnya setiap kelompok melaksanakan
kegiatan sekali dalam dua minggu , dengan topik-topik bahasan yang
bervariasi. Topik-topik yang dibahas meliputi situasu dan
kejadian-kejadian aktual di sekolah, dirumah ataupun di masyarakat, misalnya
banyak siswa yang suka membolos bahkan sering tidak hadir di sekolah,
mengisi waktu senggang, kebersihan lingkungan dan sebagainya perlu
dijadikan topik yang hangat untuk dibicarakan oleh setiap kelompok
39
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam Penelitian ini dijelaskan mengenai jenis penelitian, subyek
penelitian, alat pengumpulan data, prosedur pengumpulan data serta teknik
analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk
memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian
dilakukan (Furchan, 2005: 447). Penelitian deskriptif dirancang untuk
memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian
dilakukan. Tujuan dari survey untuk mengumpulkan informasi tentang
variable dan bukan informasi tentang individu. Alasan digunakan jenis
penelitian ini adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variable
penelitian, bukan untuk individu yang menjadi subyek penelitian.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk memperoleh
informasi tentang motivasi belajar siswa kelas VII SMP Stella Duce 2
B. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Stella
Duce 2 Yogyakarta tahun 2011/2012 yang terdiri dari 4 kelas dengan
jumlah 135 siswa. Karena responden dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun 2011/2012 , maka
penelitian ini disebut penelitian populasi.
Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP
Stella Duce 2 Yogyakarta tahun 2011/2012 yang terbagi dalam 4 kelas
dengan jumlah siswa 117 siswa. Subyek untuk penelitian sesungguhnya
diambil 117 siswa (4 kelas).
Tabel 1
Rincian Jumlah Siswa Kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
Tahun Pelajaran 2011/2012
No Kelas Jumlah Siswa
1 VII Borobudur 30
2 VII Plaosan 30
3 VII Panataran 28
4 VII Mendut 30
5 VII Prambanan 28
1. Kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik Siswa
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner yang disusun oleh peneliti, yang terdiri dari dua bagian yaitu
(1) bagian penjelasan dan pedoman pengisian dan (2) isi kuesioner itu
sendiri yang terdiri dari 46 item pernyataan yang menggambarkan
motivasi belajar intrinsik siswa.. Untuk mempermudah pengolahan,
kuesioner yang digunakan adalah kuesioner bentuk tertutup. Kuesioner
tertutup adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga
responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan, “misalnya”
sangat tidak setuju” sampai dengan “sangat setuju” (Masidjo 1995: 71).
Kuesioner ini berupa kuesioner tentang motivasi intrinsik dalam belajar
karena bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar karena
bertujuan untuk mengetahui bagaimana motivasi belajar yang
ditunjukkan oleh skor yang diperoleh siswa. Kuesioner motivasi belajar
yang dipakai dalam penelitian ini, disusun berdasarkan
interes, emosi, keyakinan dan skema-diri. Kisi-kisi kuesioner akan
dijabarkan pada Kisi-kisi dari item-item motivasi belajar ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 2
Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik
No Aspek Indikator item Jumlah
1. Menyadari akan kebutuhan dalam belajar
Mampu mengidentifikasi alas an pentingnya belajar
2.1 Memiliki Keinginan kuat untuk maju dan mencapai keberhasilan/kesuksesan
3,11,19,27,35 5
2.2 Mempunyai target belajar yang dirumuskan secara pribadi
3.1 Memiliki perilaku yang menunjukkan minat yang tinggi pada pelajaran
5,13,21,29,37,43 6
3.2 Memiliki keuletan dalam belajar biarpun menghadapi rintangan
4.1 Keyakinan tentang kemampuan yang dimiliki dalam belajar
7,15,23,31,39 5
4.2 Adanya keinginan belajar secara mandiri, 8,16,24,32,40,44 6
Sebelum kuesioner digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu
diujicobakan untuk mendapatkan keterangan mengenai mutu alat ukur
tersebut. Pengujian alat ukur dilakukan untuk mengetahui tingkat
validitas dan realibilitas alat ukur yang digunakan sehingga diperoleh
kelayakan penggunaanya sebagai alat ukur yang memenuhi syarat.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk melaksanakan uji coba alat ukur
adalah
1. Dibuat kisi-kisi dan kuesioner motivasi belajar siswa
2. Bertemu dengan kepala sekolah SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
untuk meminta uji coba instrument
3. Bertemu dengan guru pembimbing (koordinator BK) untuk
membicarakan tanggal uji coba instrument yang akan
diselenggarakan disekolah yang bersangkutan
4. Kuesioner dibagikan kepada para siswa dan diberikan penjelasan
dari penelitian.
5. Para siswa diberikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner
tersebut dan diberikan kesempatan untuk menanyakan hal-hal yang
belum dipahami.
6. Para siswa dipersilakan untuk mengisi kuesioner.
mengetahui apakah responden memahami maksud dari pertanyaan serta
untuk menemukan kekurangan atau masalah yang mungkin timbul
sehubungan dengan kuesioner tersebut. Ujicoba kuesioner dilaksanakan
di kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta
Waktu yang diperlukan untuk menjawab kuesione sekaligus
memberikan petunjuk tentang pengisian kuesioner kurang lebih 20
menit. Jumlah item kuesioner motivasi belajar siswa adalah 46 item dan
dilaksanakan pada tanggal 30 Maret 2012. Kelas yang digunakan
Ujicoba kuesioner adalah kelas Prambanan.
3. Menentukan Validitas dan Reliabilitas
A. Validitas Kuesioner
Validitas adalah taraf sampai dimana suatu alat ukur mampu
mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995), Menurut
Furchan (1982) “validitas menunjuk pada sejauh mana suatu alat
mengukur apa yang seharusnya diukur.
Penentuan kesahihan item menggunakan kriteria Azwar (1999 :65)
yang menyatakan bahwa untuk skala psikologi sebaiknya digunakan
sama atau lebih dari 0,30 .
Proses perhitungan taraf validitas dilakukan dengan cara
memberi skor pada setiap item adan mtabulasi data uji coba. Selanjutnya
, proses perhitungan dilakukan dengan bantuan computer SPSS versi 12
for windows. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan terhadap 46
item pernyataan pada instrument uji coba kuesioner motivasi belajar
siswa dinyatakan seluruhnya valid.
B. Realibilitas Kuesioner
Realibilitas suatu alat ukur adalah derajat. Keajegan alat tersebut
dalam mengukur apa saja yang diukurnya (Furchan 1982). Menurut
Masidjo ( 1995 ), “ realibilitas alat ukur adalah dimana suatu tes mempu
menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam
taraf ketepatan dan ketelitian hasil”. Suatu tes yang reliabel akan
menunjukkan ketepatan dan ketelitian hasil dalam satu atau berbagai
pengukuran.
Dari data hasil uji coba (empirik) kepada siswa kelas VII di SMP
Stella Duce 2 Yogyakarta tanggal 30 maret 2012 diperoleh perhitungan
Hasil yang sudah dihitung dikonsultasikan berdasarkan kriteria menurut Guilford (Masidjo, 1995: 209) sebagai berikut
Tabel 3
Pengelompokan Kualifikasi Koefisien Reliabilitas
4. Pengembangan Instrumen
a. Telaah Ahli (Expert Jugment)
Penelaah butir-butir pada instrumen dilakukan oleh dosen
pembimbing skripsi. Hasil yang diperoleh setelah ditelaah yaitu
perlunya dilakukan perbaikan pada butir-butir instrument, agar setiap
butir instrumen menjadi kalimat yang efektif sehingga mudah dipahami
.
Masukan dan saran Dosen Pembimbing terhadap pengembangan
instrumen yaitu:
Koefisien Korelasi Kualifikasi
0,91-1,00 Sangat tinggi
0,71-0,90 Tinggi
0,41-0,70 Cukup
0,21-0,20 Rendah
b) Tiap butir instrumen diusahakan agar kalimat pernyataan tidak
menggunakan kata selalu, sangat, hanya dan tidak karena dapat
mempengaruhi pilihan jawaban yang tersedia
c) Skala instrumen kurang sesuai dengan butir pernyataan kalau bisa
diganti karena tiap butir pernyataan menyangkut dengan kesesuaian
dengan apa yang dialami responden sehingga diganti dengan sangat
setuju, setuju, kurang setuju dan tidak setuju.
Dari hasil penelaah Dosen pembimbing, maka kuesioner
dinyatakan siap untuk di uji coba berdasarkan kesesuaian butir
pernyataan dengan kisi-kisi instrument.
D. Pengumpulan Data
1. Persiapan
a. Menentukan responden, yaitu siswa kelas VII SMP Stella Duce 2
Yogyakarta
b. Menyusun kuesioner tentang motivasi belajar intrinsik
c. Instrumen diperiksa oleh ahli, yang dilakukan oleh dosen
pembimbing skripsi dan Guru BK SMP Stella Duce 2
proposal dan kuesioner untuk diperiksa.
e. Intrumen diuji coba untuk menentukan validitas dan reliabilitas
yang dilakukan oleh siswa SMP Stella Duce 2 Yogyakarta kelas
VII Prambanan pada hari Jumat tanggal 30 Maret 2012.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukan kepada siswa kelas VII
SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 di ruang
kelas masing-masing. Waktu yang digunakan untuk pengisian
kuesioner satu jam pelajaran yaitu 20 menit. Jadwal pelaksanaan
pengumpulan data penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel 4 Jadwal Pengumpulan Data Penelitian
Hari/Tanggal Kelas Jumlah siswa yang Hadir
12 April 2012 VII Borobudur 30
12 April 2012 VII Plaosan 30
12 April 2012 VII Panataran 28
16 April 2012 VII Mendut 30
Langkah-langkah teknik analisis data yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Memeriksa hasil jawaban responden untuk diolah lebih lanjut
2. Memberikan Setiap item skor sesuai dengan pilihan jawaban yang
sudah tersedia yaitu Sangat Sesuai (SS) = 4 diberi skor, Sesuai (S) =
3 diberi skor, Kurang Sesuai (KS) = 2 diberi skor dan Tidak Sesuai
(TS) = 1 untuk pernyataan positif (favorable) .
3. Membuat tabulasi data dan menghitung skor total dari
masing-masing item kuesioner dan skor rata-rata subjek maupun rata-rata
butir dengan menggunakan komputer yang memiliki program
Microsoft office excel.
4. Memeriksa validitas dan reliabilitas kuesioner motivasi belajar
intrinsik siswa dengan cara sebagai berikut:
a. Menghitung koefisien validitas kuesioner motivasi belajar
intrinsik siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012 berdasarkan setiap aspek menggunakan
Product Moment dari Pearson dengan menggunakan program
komputer SPSS 12.
b. Menghitung koefisien reliabilitas kuesioner motivasi belajar
5. Mengkategorikan subjek berdasarkan pada teori Azwar (2011 :
106-109) dengan berdasar pada skor teoritis yang berdistribusi normal
terbagi atas enam bagian atau enam satuan standar deviasi standar.
Tiga bagian berada di sebelah kiri mean (bertanda negatif) dan tiga
bagian yang berada di sebelah kanan mean (bertanda positif). Pada
penelitian ini skala terdiri dari 45 item yang masing-masing itemnya
diberi skor Sangat Setuju = 4, Setuju= 3, Kurang Setuju = 2 dan
Tidak Setuju = 1 untuk pernyataan positif (favorable) .
a. Kategorisasi tingkat motivasi belajar intrinsik
Pengkategorian disusun berpedoman pada Azwar (2009: 108)
dengan mengelompokkan tingkat motivasi belajar intrinsaik
dalam lima kategori yaitu motivasi belajar intrinsik sangat tinggi,
tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah. Selanjutnya
kategorisasi ini dijadikan norma atau patokan dalam
pengelompokkan skor subyek penelitian berdasarkan tingkat
motivasi belajar intrinsik.
Kategorisasi tinggi rendah motivasi belajar Intrinsik diperoleh
melalui perhitungan sebagai berikut :
jumlah item : 45x4=180 ; nilai terendah 45x1=45 sehingga luas