IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK
BIMBINGAN BELAJAR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh: Ester Yanti
081114002
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK
BIMBINGAN BELAJAR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh: Ester Yanti
081114002
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk :
Kebaikan Tuhan yang tiada taranya
Mamaku tercinta Ibu P. Rosdiana Napitu
Adikku tercinta Anastasia Betty Juliana Tobing
Keluarga Besar dan Sanak saudara
Para sahabat dan Teman-teman
Keluarga besar prodi BK Sanata Dharma
v
MOTTO
Duc in Altum
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 27 Januari 2014
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Ester Yanti
Nomor Mahasiswa : 081114002
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
DESKRIPSI MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
BELAJAR
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 27 Januari 2014
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
DESKRIPSI MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR
Ester Yanti
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2014
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang deskripsi motivasi belajar intrinsik siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan belajar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner Deskripsi Motivasi Belajar Intrinsik. Teknik pengujian reliabilitas menggunakan kriteria menurut Guilford dengan koefisiensi reliabilitasnya 0,741. Subjek penelitian ini adalah 115 peserta didik.
Penelitian ini menunjukkan hasil penelitian sebagai berikut: siswa/i yang
memiliki kategori “sangat tinggi motivasi belajar intrinsiknnya” berjumlah 24 orang (20,87%), siswa/i yang memiliki kategori “tinggi motivasi belajar
intrinsiknya” berjumlah 49 orang (42,61%) dan siswa/i yang memiliki kategori “cukup motivasi belajar intrinsik” berjumlah 35 orang (30,43%). Sedangkan siswa/i yang memiliki kategori “kurang motivasi belajar intrinsik” berjumlah 7
orang (6,09%), dan siswa/i yang memiliki kategori “sangat kurang motivasi
belajar intrinsik” berjumlah 0 orang (0%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut,
ix
ABSTRACT
A DESCRIPTION OF INTRINSIC LEARNING MOTIVATION AMONG STUDENTS OF GRADE VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA
ACADEMIC YEAR 2013/2014
AND ITS IMPLICATION TOWARD THE LEARNING GUIDANCE TOPICS
Ester Yanti
Sanata Dharma University Yogyakarta
2014
This research is aimed to gather the data on the description of intrinsic learning motivation among students of grade VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta academic year 2013/2014 and its implication towards the learning guidance topics.
This research is a descriptive research. The data gathering technique in this research is based on an intrinsic learning motivation questionnaire. The reliability testing technique is based on the criterion theory proposed by Guilford with reliability coefficient 0.741. The subjects of this research are 115 students.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia, penyertaan dan bimbinganNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak dukungan, bimbingan dan doa demi kelancaran dan terselesainya skripsi ini dengan judul Deskripsi Motivasi Belajar Intrinsik kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 dan Implikasinya terhadap Topik-topik Bimbingan Belajar.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si, selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan
memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.
2. Ibu A. Setyandari, S.Pd.,S.Psi., Psi.,M.A, selaku Wakaprodi Bimbingan
dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan
memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak R. Budi Sarwono, M.A, selaku dosen pembimbing skripsi yang
dengan kemurahan hati dan kesabaran telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. R.H. Dj. Sinurat, M. A, dan Ibu Prias Hayu Purbaning Tyas selaku
dosen penguji yang telah memberikan usul dan saran untuk
penyempurnaan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling yang
telah mendampingi penulis selama perkuliahan dan membekali penulis
xi
6. Ibu Anas, selaku Koordinator SMP Bopkri 3 Yogyakarta, tahun ajaran
2013/2014 yang telah menerima dan memberikan izin kepada penulis
untuk melakukan pengambilan data penelitian.
7. Bapak Catur selaku guru BK SMP Bopkri 3 Yogyakarta yang dengan
ikhlas dan sabar meluangkan waktu dan mendampingi penulis dalam
proses pengambilan data.
8. Para peserta didik kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta tahun ajaran
2013/2014 yang telah meluangkan waktu dan bersedia mengisi kuesioner
dengan baik.
9. Mamaku Ibu P. Rosdiana Napitu yang selalu setia dengan cinta dan kasih
sayangnya untuk mendukung, memberikan perhatian, dan mendoakan
penulis, khususnya selama menyelesaikan skrispsi ini dengan baik.
10.Anastasia Betty Juliana Tobing, adikku tercinta yang telah mendukung dan
mendampingi penulis.
11.Para sahabat dari Bogor Moshe dan Yessie yang telah mendukung penulis
dengan baik.
12.Untuk BFF (Best Friend’s Forever) Sisil, Save, Delis, Galih, Niko, Othe, Dictus, Unyil, Matius, Mari untuk semangat kalian.
13.Untuk Yustinus Warih Wiratmo, Eva, Yetti teman seperjuangan yang
xii
14. Mengthy, AO, Yovita yang dengan sabar membantu penulis untuk saling
belajar bersama menginput dan mengolah data penelitian.
15. Cici Chandra dan Mengthy yang telah membantu dan menemani penulis
dalam proses pengumpulan data penelitian di sekolah.
16. Teman-teman Mitra Perpustakaan: Mengthy, Chandra, Tika, Nasa, Prima,
Nisa, Miko, Hani, Iwan, Odil, Rani, Lana, Keket, Rea, Remma, yang
telah menyalurkan semangatnya kepada penulis selama proses
penyelesaian skripsi dengan baik.
17. Keluarga besar Program Studi Bimbingan dan Konseling, USD khususnya
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii
ABSTRAK... viii A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 6
D. Motivasi Belajar Intrinsik... 18
E. Ciri-ciri dan Tugas Perkembangan Remaja... 23
xiv
2. Tugas-tugas Perkembangan pada Masa Remaja... 27
F. Bimbingan Belajar... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 31
B. Populasi dan Sample... 31
C. Instrumen Penelitian... 32
D. Prosedur Pengumpulan Data... 35
1. Pengembangan Instrumen... 35
a. Telaah Ahli... 35
b. Pelaksanaan... 36
2. Menentukan Validitas dan Reliabilitas... 37
a. Validitas Kuesioner... 37
b. Reliabilitas Instrumen... 42
E. Teknik Analisis Data... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Motivasi Belajar Intrinsik... 47
2. Hasil Analisis Butir-butir Instrumen Motivasi Belajar Intrinsik... 50
B. Pembahasan ... 51
C. Usulan Topik-Topik Bimbingan Belajar... 56
1. Latar Belakang Topik-topik Bimbingan... 56
2. Tujuan Pembuatan Bimbingan... 56
3. Usulan Topik-topik Bimbingan... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 60
B. Saran... 61
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Rincian Jumlah Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta
Tahun Pelajaran 2013/ 2014...
31
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik... 33
Tabel 3 Jadwal Pelaksanaan Pengumpulan Data SMP BOPKRI 3
Yogyakarta... 36
Tabel 4 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik... 39
Tabel 5 Rekapitulasi Hasil Analisis
Validitas... 40
Tabel 6 Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford... 42
Tabel 7 Penggolongan Kualifikasi Berdasarkan PAP Tipe I... 45
Tabel 8 PAP Tipe 1 dan Kualifikasi Deskripsi Motivasi Belajar Intrinsik Siswa SMP BOPKRI 3 Kelas VIII Tahun Ajaran
2013/2014... 47 Tabel 9 Pengkategorisasian Item-item Kuesioner Deskripsi Motivasi
Belajar Intrinsik siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2013/2014...
49
Tabel 10 Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal di SMP Bopkri 3 Yogyakarta...
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Diagram batang Deskripsi Motivasi Belajar Intrinsik Siswa
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Deskripsi Motivasi Belajar
Intrinsik... 65
Lampiran 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Motivasi Belajar Intrinsik
... 68
Lampiran 3 Tabulasi Data Penelitian Motivasi Belajar
Intrinsik...
..
1
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Setiap hari manusia belajar, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Dari hasil belajar manusia memperoleh pengetahuan dan informasi yang pasti akan
sangat berguna kelak. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(Slameto, 2010: 2). Perubahan dari hasil belajar akan diterima dengan baik apabila
manusia memiliki keinginan untuk mengolah apa yang sudah dipelajari.
Setiap siswa di sekolah tentu memiliki keinginan (motif ) untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, apalagi dunia pendidikan juga memiliki standar nilai yang
tinggi. Untuk mendapatkan hasil belajar yang diinginkan diperlukan usaha yaitu
melalui belajar secara maksimal. Siswa yang kurang maksimal dalam belajarnya
maka untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan akan kurang maksimal atau
bahkan akan mengalami kegagalan. Maka dari itu dalam diri siswa perlu adanya
Motivasi belajar setiap siswa berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Siswa
perlu memiliki motivasi dalam belajar agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan,
yaitu hasil belajar yang baik serta mendapat ilmu pengetahuan guna menunjang
cita-citanya. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk
berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi
kebutuhannya itu (Hamzah, 2008: 3). Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh
subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2007).
Motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, dimana siswa bisa
menerima informasi dan mengevaluasi informasi yang diterima berdasarkan
pengetahuan dan sikap yang dimiliki sebelumnya, yang akhirnya mengarah pada
perubahan sikap. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan
pelajaran yang diberikan oleh guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung,
membaca materi pelajaran dengan baik sehingga dapat memahaminya dengan baik
pula, selalu mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terhadap mata pelajaran yang
diberikan, terlibat dalam kegiatan belajar, dan menyelesaikan tugas yang telah
diberikan oleh guru dengan sangat baik. Seseorang yang memiliki motivasi belajar
Ada dua macam motivasi belajar, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dalam diri seseorang
tanpa memerlukan rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik tidak perlu rangsangan
dari luar karena anak dalam belajar selalu ingin maju dan memiliki pemikiran yang
positif sehingga siswa sering bertanya, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan
menyiapkan materi yang akan dibahas. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik
pada saat belajar selalu merasa bahwa yang dipelajarinya berguna untuk masa kini
juga masa depan. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang muncul karena adanya
rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik memerlukan rangsangan dari luar, dilihat
ketika siswa belajar dengan giat untuk mendapatkan hadiah, bisapula siswa takut
dihukum oleh orangtua karena tidak belajar sehingga mendapatakan nilai jelek, siswa
ingin mendapatkan pujian atas hasil nilai yang diperolehnya. Motivasi ekstrinsik
tidak terjadi berdasarkan keinginannya sendiri tapi berdasarkan hadiah atau hukuman
yang akan dia peroleh sehingga itu yang membuat siswa merasa dirinya perlu
melakukan kegiatan belajar dengan giat agar mendapatkan hadiah atau menghindari
hukuman yang akan diterima. Maka dalam pemberian hadiah dan hukuman kepada
siswa perlu dipertimbangkan dengan sangat baik, sehingga terjadi perubahan
perilaku dalam belajar agar siswa mendapatkan hasil belajar yang diinginkan.
Semangat belajar yang baik bukan karena diberi hadiah ataupun hukuman.
Namun, kebanyakan fenomena yang terjadi anak SMP kecenderungan diberikan
hukuman akan belajar bersungguh-sunggguh agar bisa mendapatkan hadiah atau
terhindar dari hukuman. Perilaku ini dapat membuat anak menjadi ketergantungan
dan kurang baik untuk dikehidupan selanjutnya. Jika tidak ada hadiah atau hukuman
berarti semangat siswa dalam belajar akan berkurang. Maka perlu adanya motivasi
intrinsik dalam diri siswa.
Peneliti melakukan interview dengan guru Bimbingan dan Konseling dan
guru Matematika di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta bulan Agustus 2011 dan
memperoleh informasi bahwa permasalahan yang terjadi saat ini di SMP BOPKRI 3
Yogyakarta kelas VIII adalah anak-anak lebih senang mengobrol ataupun melamun
saat mata pelajaran berlangsung. Selain melalui interview peneliti juga melakukan
observasi sebanyak tiga kali pada saat mata pelajaran. Observasi pertama pada mata
pelajaran IPS kebanyakan siswa lebih memilih untuk mengalihkan perhatiannya ke
hal lain, seperti berbincang-bincang dengan teman sebelahnya. Observasi kedua pada
mata pelajaran Bimbingan dan Konseling dimana ada bimbingan klasikal di kelas
yang membimbing adalah teman PPL, yang terjadi adalah siswa lebih memilih
menggambar, teriak-teriak. Observasi ketiga pada mata pelajaran kosong siswa lebih
memilih mengobrol, mengabaikan tugas dari guru dan memilih untuk mencontek
jawaban dari teman yang mengerjakan, bahkan mencatat tugas dari temannya yang
seharusnya tugas tersebut harus dikerjakan di rumah. Kejadian ini perlu
menjadi kurang maksimal bahkan siswa dapat mengalami kegagalan (tidak naik
kelas).
Melihat permasalahan di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian untuk mengetahui lebih jauh tentang motivasi belajar intrinsik siswa kelas
VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Oleh karena itu,
motivasi belajar intrinsik tersebut akan dipikirkan upaya-upaya yang sesuai untuk
motivasi belajar intrinsik melalui program bimbingan klasikal
Peneliti memilih sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta kelas VIII. Adapun
alasan memilih kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta adalah masa remaja awal
yang berusia 13 sampai 16 tahun dengan tugas perkembangan remaja
mengembangkan keterampilan dan konsep intelektualnya sehingga memiliki cita-cita
dan semangat untuk mewujudknnya.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti, penelti memiliki judul
B. Rumusan Masalah
Penelitian skripsi ini berfokus pada bagaimana tingkat motivasi belajar siswa.
Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah motivasi belajar intrinsik siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3
Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014?
2. Berdasarkan hasil analisa terhadap motivasi belajar intrinsik, topik
bimbingan belajar apa sajakah yang dapat diusulkan bagi siswa kelas VIII
SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini,maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Mengetahui gambaran mengenai motivasi belajar intrinsik siswa kelas VIII
SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014.
2. Mengusulkan topik bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar
intrinsik siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran
D. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat yang dapat disumbangkan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi para pembaca khususnya
mahasiswa Bimbingan dan Konseling untuk mengembangkan dan
memperkaya pengetahuan yang dimiliki mengenai motivasi belajar siswa,
sebagai bekal seorang calon guru Bimbingan dan Konseling di sekolah.
2. Manfaat Praktis
a. Guru Pembimbing
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan Konseling
untuk pengembangan program Bimbingan dan Konseling, khususnya pada
topik-topik bimbingan belajar yang berkaitan dengan motivasi belajar
intrinsik.
b. Siswa
Siswa kelas VIII BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 dapat
menyadari bahwa motivasi intrinsik dalam belajar itu sangat penting untuk
c. Peneliti
Mengetahui seberapa tinggi tingkat motivasi yang dimiliki oleh para siswa
dan dapat digunakan sebagai bekal menjadi guru Bimbingan dan Konseling di
sekolah.
d. Peneliti Lain
Peneliti ini dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan
pembanding ketika ingin melakukan penelitian mengenai motivasi belajar
intrinsik agar dapat dikembangkan menjadi lebih baik.
E. Definisi Operasional Variabel
Berikut ini akan disajikan istilah atau konsep untuk menghindarkan
kesalahpahaman, yaitu:
1. Motivasi belajar intrinsik adalah motif- motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2008: 89)
2. Siswa merupakan subyek penelitian terdiri dari 30 orang siswa kelas VIII
SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.
3. Bimbingan belajar adalah untuk membantu murid-murid yang mengalami
masalah di dalam memasuki proses belajar da situasi belajar yang
9
BAB II
KAJIAN TEORETIS
Dalam bab ini, peneliti mengkaji hasil tinjauan pustaka yang dapat memperjelas
topik bahasan penelitian yaitu: 1) motivasi 2) belajar 3) motivasi belajar 4) motivasi
belajar intrinsik 5) Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA yang
meliputi: ciri-ciri remaja dan tugas perkembangan remaja. 6) Bimbingan belajar.
A. Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang artinya suatu keinginan dalam
diri setiap individu sehingga menyebabkan sesuatu. Motif tidak dapat
diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah
lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya
suatu tingkah laku tetentu (Adi, 1994: 154). Motivasi merupakan dorongan
yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi
mencapai tujuan tertentu (Uno, 2008: 3). Uno mengatakan tujuan yang akan
dicapai oleh individu memiliki kekuatan-kekuatan yang dasarnya dirangsang
oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti keinginan yang hendak
dipenuhinya, tingkah laku, tujuan dan umpan balik. Hal ini di dukung dengan
oleh pendapatnya Maslow (1970, dalam Nurul, 1984: 39) mengatakan
bahwa motivasi itu dapat merupakan mata pencaharian, sumber prestise,
menyatakan diri atau sebagai suatu pemuasan bagi kebutuhan neurotis
manapun.
Kebutuhan-kebutuhan setiap individu secara psikologis ada yang
“lebih tinggi” ataupun “lebih rendah. Hal ini tergantung individunya sendiri
yang menentukan hierarkinya masing-masing bukan diciptakan. Konsep
Maslow tentang hierarki kebutuhan beramsumsi bahwa kebutuhan yang lebih
rendah tingkatnya harus dipuaskan atau minimal terpenuhi secara relatif
sebelum kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya menjadi motivator
tindakan (Feist, 2008: 245).
Ada beberapa kebutuhan pokok atau hierarki kebutuhan menurut
Maslow (1970, dalam Nurul 1984: 39), yaitu:
a. Kebutuhan- kebutuhan fisologis
Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang paling kuat.
Seseorang yang kekurangan makanan, keamanan, kasih sayang
dan penghargaan besar kemungkinan akan lebih banyak
membutuhkan makanan daripada yang lainnya.
b. Kebutuhan akan keselamatan
Apabila kebutuhan fisiologis relatif telah dipenuhi, maka akan
dapat kita kategorisasikan dalam kebutuhan-kebutuhan akan
keselamatan (keamanan, kemantapan, ketergantungan,
perlindungan, kebebasan dari rasa takut,cemas dan kekalutan;
kebuthan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas; kekuatan
pada diri pelindung, dan sebagainya)
c. Kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta
Apabila kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan keselamatan sudah
terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan-kebutuhan akan cinta,
rasa kasih dan rasa memiliki. maka sekarang, dan belum pernah
sebelumnya orang akan merasakan tiadanya kawan-kawan, atau
kekasih atau isteri atau anak-anak. Mereka haus akan
tatahubungan yang penuh rasa dengan orang-orang pada
umumnya, yakni, akan suatu tempat dalam kelompok atau
keluarganya, dan akan berikhtiar lebih keras lagi untuk mencapai
tujuan ini. Mereka akan bermaksud mendapatkan tempat seprti itu
lebih daripada yang lainnya di dunia ini, dan mungkin dengan
melupakan bahwa ketika lapar, pernah mencemoohkan cinta
sebagai sesuatu yang tidak nyata, atau tidak perlu atau tidak
penting. Sekarang mereka akan sangat merasakan perihnya rasa
kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan,
d. Kebutuhan akan harga diri
Semua orang dalam masyarakat mempunyai kebutuhan atau
menginginkan penilaian terhadap dirinya yang mantap,
mempunyai dasar yang kuat, dan biasanya bermutu tinggi, akan
rasa hormat diri, atau harga diri dan penghargaan akan
orang-orang lainnya. Karenanya, kebutuhan-kebutuhan ini dapat
diklasifikasikan dalam dua perangkat tambahan. Yakni, pertama,
keinginan akan kekuatan, akan prestasi, akan kecukupan, akan
keunggulan dan kemampuan, akan kepercayaan pada diri sendiri
dalam menghadapi dunia, dan akan kemerdekaan kebebasan.
Kedua, kita memiliki apa yang dapt kita katakan hasrat akan nama
baik atau gengsi, prestise (yang dirumuskan sebagai
penghormatan dan penghargaan dari orang lain), status, ketenaran
dan kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian, arti yang penting,
martabat atau apresiasi. Harga diri yang paling mantap dan
karenanya paling sehat dilandaskan pada penghargaan yang
diperoleh dari orang lain dan bukan pada ketenaran atau
kemahsyuran faktor-faktor luar dan pujian berlebih yang tidak
berdasar.
Sekalipun semua kebutuhan ini telah dipenuhi, kita masih sering
merasa (kalau tidak selalu) bahwa segera akan berkembang suatu
perasaan tidak puas dan kegelisahan yang baru kecuali apabila
orang itu melakukan apa yang, secara individual, sesuai bagi
seseorang. Orang yang dapat menjadi sesuatu, harus menjadi
sesuatu. Pada tingkat inilah perbedaan-perbedaan individual itu
paling besar. Munculnya kebutuhan yang kelihatan dengan jelas
ini biasanya berdasarkan suatu pemenuhan kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan keselamatan, cinta dan harga diri yang ada
sebelumnya.
Berdasarkan kebutuhan hierarkis yang ada siswa perlu
memenuhi tingkatan-tingkatan yang lebih rendah dulu baru menuju ke
yang lebih tinggi agar siswa semakin dapat mengaktualisasikan
dirinya di sekolah. Minat siswa dalam berprestasi di sekolah telah di
dorong oleh perspektif kognitif dan penekanan pada pengungkapan
proses-proses paling penting yang terlibat dalam prestasi siswa
(Santrock, 2009: 204).
Dalam kehidupan sehari-hari motivasi dibagi menjadi dua
a. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dalam diri
seseorang tanpa memerlukan rangsangan dari luar. Motivasi
intrinsik tidak perlu rangsangan dari luar karena dalam belajar
selalu ingin maju dan memiliki pemikiran yang positif sehingga
siswa sering bertanya, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan
menyiapkan materi yang akan dibahas.
b. Motivasi ekstrinsik memerlukan rangsangan dari luar, dilihat
ketika siswa belajar dengan giat untuk mendapatkan hadiah,
bisapula siswa takut dihukum oleh orangtua karena tidak belajar
sehingga mendapatakan nilai jelek, siswa ingin mendapatkan
pujian atas hasil nilai yang diperolehnya. Motivasi ekstrinsik tidak
terjadi berdasarkan keinginannya sendiri tapi berdasarkan hadiah
atau hukuman yang akan dia peroleh sehingga itu yang membuat
siswa merasa dirinya perlu melakukan kegiatan belajar dengan
giat agar mendapatkan hadiah atau menghindari hukuman yang
akan diterima.
B. Belajar
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,
untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam belajar agar terjadi
perubahan yang lebih matang di dalam diri. Belajar dapat terjadi dimana saja
bisa terjadi di lingkungan dengan orang lain, memegang benda atau dalam
menghadapi peristiwa. Untuk tercapainya suatu hasil belajar yang baik orang
tersebut haruslah aktif dari segi perasaan, pemikiran, dan kemauan.
Pentingnya keterlibatan siswa dalam belajar di kelas agar diketahui sejauh
mana siswa tersebut mengalami perubahan, pengertian terhadap pelajaran
yang diikutinya. Belajar pun memiliki arti suatu aktivitas mental/ psikis,
yang berlangsung dalam interaktif aktif dengan lingkungan, yang
menghasilkan sejumlah perubahan dalam pemahaman-pengetahuan,
keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan
berbekas (Winkel, 2004: 59). Adapun menurut Nara (2010: 5) bahwa belajar
memiliki ciri-ciri, sebagai berikut:
a. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku
tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotor), maupun nilai dan sikap (afektif).
b. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap
atau dapat disimpan.
c. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan
d. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik
atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh
obat-obatan.
Lingkungan yang kondusif sangat mendukung tercapainya kegiatan
belajar. Sardiman (2008: 25) mengatakan untuk mencapai tujuan belajar
tertentu harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu pula. Tujuan
belajar itu sendir ada tiga jenis, yaitu:
a. Untuk mendapatkan pengetahuan.
b. Penanaman konsep dan keterampilan
c. Pembentukan sikap.
Ketiga jenis tujuan di atas akan berjalan dengan baik jika sistem di
lingkungan sekitar mendukung.
C. Motivasi Belajar
Motivasi belajar sangat diperlukan oleh para siswa di sekolah agar
anak semakin memiliki kebutuhan yang tinggi di dalam dirinya untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan yang akan di dapat selama di sekolah.
Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong siswa melakukan
Secara umum, terdapat dua peranan penting motivasi belajar, pertama , motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi
mencapai suatu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga siswa
yang mempunyai motivasi yang tinggi mempunyai energi yang banyak untuk
melaksanakan kegiatan belajar.
Motivasi dalam belajar dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi
intrisik, 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dalam belajar adalah
keinginan yang muncul dari dalam diri seseorang untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan tanpa menginginkan imbalan apapun. Motivasi intrinsik
dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang tanpa memerlukan
rangsangan dari luar. Sedangkan, motivasi ekstrinsik belajar adalah keinginan
untuk mendapatkan ilmu pengetahuan karena sudah mendapatkan rangsangan
dari luar, misalnya pujian, hadiah atau bisa juga hukuman. Dalam proses belajar di sekolah yang sangat dibutuhkan dalam diri siswa adalah motivasi.
Oleh sebab itu siswa sangat penting untuk selalu mencari sumber ilmu
D. Motivasi Belajar Intrinsik
Sardiman (2008: 89) mengatakan motivasi intrinsik adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,
karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Perlu adanya motivasi belajar intrinsik karena dengan begitu siswa
belajar berdasarkan kemauannya sendiri, merasa senang dalam belajarnya
karena dengan belajar mendapatkan ilmu pengetahuan bukan semata-mata
untuk mendapatkan hadiah atau takut akan hukuman yang akan siswa terima
kelak tetapi merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Dari
prinsip-prinsip motivasi mengatakan bahwa motivasi intrinsik lebih utama daripada
motivasi ektrinsik (Djamarah, 2011: 153). Hal ini tentu dikarenakan agar
siswa lebih senang belajar bukan karena ada rangsangan dari luar tapi karena
keinginannya untuk selalu belajar terus-menerus karena dari itu guru
pembimbing perlu memberikan pelayanan bimbingan mengenai motivasi
intrinsik ini. Membantu para siswa menyadari bahwa pendidikan saat ini
sangat penting, sehingga siswa memiliki minat yang tinggi dalam belajarnya
dan semakin tinggi pula motivasi dalam belajarnya. Uno ( 2008: 9)
mengatakan motivasi Intrinsik adalah penyesuaian tugas dengan minat,
perencanaan yang penuh variasi, umpan balik atas respon siswa, kesempatan
respon peserta didik yang aktif, kesempatan peserta didik untuk
Apabila dilihat dari teori Maslow (1970, dalam Nurul 1984: 39)
kebutuhan psikologis tiap orang berbeda-beda. Begitu juga dalam belajar,
tentu berbeda-beda pula tingkat motivasi seseorang dalam belajar. Namun,
satu hal agar hasil belajar baik adalah perlu adanya motivasi dalam diri siswa.
Jika siswa sudah tahu belajar itu perlu berarti siswa belajar tanpa perlu
adanya rangsangan dari luar, maka minatnya dalam belajar tinggi dan
berusaha memecahkan setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru sehingga
pada saat sudah terpecahkan siswa akan merasa puas dan mendapatkan
pengetahuan yang baru. Melihat dari pengertian Maslow (1970, dalam Nurul
1984: 39) dan Woolfolk (2009) maka di elaborasikan apek-aspek.
Beberapa aspek yang mendukung motivasi belajar intrinsik, yaitu: aspek
kebutuhan, aspek interes/ minat, aspek keingintahuan, aspek pengetahuan,
dan kepuasan. Berikut penjelasan mengenai kebutuhan, intres/ minat,
keingintahuan, pengetahuan, kepuasan:
a. Kebutuhan
Seperti yang dikatakan oleh Maslow setiap individu perlu memenuhi
kebutuhannya. Sejak bayi sampai tua, orang ingin kompeten dan
connected. Siswa lebih cenderung untuk ikut berpartisipasi diberbagai kegiatan yang membantu mereka tumbuh lebih kompeten
dan kurang cenderung terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang
menantang dengan porsi yang tepat, tidak terlalu mudah, tetapi juga
tidak mustahil untuk dikerjakan (Woolfolk:2009).
b. Interes/ minat.
Minat dan kegairahan siswa pada apa yang mereka pelajari adalah
salah satu faktor terpenting dalam pendidikan. Dalam Maslow perlu
adanya kemantapan untuk memenuhi kebutuhannya. Ada dua macam
interes, yaitu personal (individual) dan situsional. Personal interest atau individual interest adalah aspek yang lebih enduring (tahan lama) pada diri seseorang. Siswa dengan minat individual pada belajar
secara umum berusaha mencari informasi baru dan memiliki sikap
yang lebih positif terhadap sekolah. Situsional interes adalah aspek yang berumur lebih pendek dari aktivitas, teks atau materi yang
membangkitkan dan mempertahankan perhatian siswa. Minat
personal dan situsional berhubungan dengan belajar dari teks, minat
yang lebih besar menghasilkan respon emosional yang lebih positif
terhadap materinya, lalu menghasilkan persistensi yang lebih tinggi,
pemrosesan yang lebih mendalam, dan ingatan yang lebih baik
c. Keingintahuan.
Dalam buku Woolfolk (2009), George Lowenstein mengatakan bahwa
rasa ingin tahu timbul bila perhatian difokuskan pada kesenjangan
dalam pengetahuan. Orang yang ingin tahu termotivasi untuk
mendapatkan informasi yang hilang itu untuk mengurangi atau
mengeliminasi perasaan ingin tahunya. Dalam memenuhi kebutuhan
untuk mengetahui (sesuatu) seharusnya semakin meningkatkan dan
tidak mengurangi. Oleh karena rasa ingin tahu perlu dipecahkan. Jika
tidak dipecahkan maka akan timbul perasaan cemas dan kekalutan
Maslow (1970,dalam Nurul, 1984: 39).
d. Pengetahuan.
Siswa yang memiliki motivasi intrisik belajar bukan semata-mata
untuk mencari nilai saja melainkan untuk mendapatkan ilmu
sebanyak-banyaknya. Memiliki rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan.
Sesulit apapun pengetahuan yang dipelajari siswa akan merasa
tertantang dan mencari tahu pemecahan dari ilmu pengetahuan
tersebut. Pengetahuan yang didapat bisa digunakan untuk masa depan.
Informasi yang di dapat tidak semata-mata hanya pada saat itu saja,
tapi dikembangkan sehingga pengetahuannya menjadi luas. Seseorang
ahli bisa menjadi ahli jika tidak belajar. Sardiman (2008:90)
mengatakan bahwa perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki
motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik,
yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang tertentu.
e. Kepuasan.
Pengetahuan yang di dapat karena minat dan perjuangan yang begitu
besar akan mencapai pada titik kepuasan. Siswa akan merasa puas
ketika apa yang dikritisinya terjawab, mendapatkan suatu pengakuan
yang membenarkan bahwa jawaban itu tepat. Mempelajari/
mengerjakan tugas dalam belajar membentuk tantangan baginya,
tanpa adanya paksaan terhadap tugas-tugas belajar tersebut karena
tujuan belajarnya bukan karena pujian tapi untuk menguasai apa yang
sedang dipelajarinya. Motivasi yang digerakan oleh motivasi intrinsik,
merasa puas kalau kegiatan yang dilakukan telah mencapai hasil yang
terlibat dalam kegiatan itu .
Motivasi intrinsik merupakan kebanggaan akan dirinya dapat melakukannya,
kecintaan terhadap pekerjaan itu, atau minat yang besar terhadap tugas-tugas atau
E. Ciri-ciri dan Tugas Perkembangan Remaja
a. Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja diawali dari umur 13 th- 17 th.Menurut Harlock (1980: 207)
semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja
mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum
dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut akan diterangkan secara singkat di bawah
ini.
1) Masa Remaja sebagai Periode yang Penting
Pada periode remaja baik akibat langsung maupun akibat jangka
panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat fisik
dan ada lagi karena akibat psikologis. Perkembangan fisik yang cepat
dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang
cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu
menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk
sikap nilai dan minat baru.
2) Masa Remaja sebagai Periode Peralihan.
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang
telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari
terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang telah
terjadi sekarang dan yang akan datang. Perlu disadari bahwa apa yang
telah terjadi akan meninggalkan bekasnya dan akan mempengaruhi
pola perilaku dan sikap yang baru. Dalam setiap periode peralihan,
status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang
harus dilakukan. Status remaja yang tidak jelas ini juga
menguntungkan karena status yang memberi waktu kepadanya untuk
mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku,
nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
3) Masa Remaja sebagai Periode Perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja
sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Ada empat perubahan yang
sama yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi,
yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahab fisik dan
psikologis yang terjadi. Meningginya emosi lebih menonjol pada
masa awal periode akhir masa remaja. Kedua, perubahan tubuh, minat
dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan,
menimbulkan masalah baru. Ketiga, dengan berubahnya minat dan
pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Keempat, sebagian besar
remaja bersikap ambivalen terhadap perubahan. Mereka
bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan
mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.
4) Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah.
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun
masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik
oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi
kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kkanak, masalah
anak-anak sebagian diselesikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga
kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.
Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka
ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan
guru-guru.
5) Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas.
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan
kelompok masih tetap penting bagi abak laki-laki dan perempuan.
Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas
lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal,
seperti sebelumnya.
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang
tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan
berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus
membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut
bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku
remaja yang normal.
7) Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistik.
Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain
sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya,
terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistic ini, tidak
hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan
teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri
dari awal masa remaja. Semakin tidak realistic cita-citanya semakin ia
menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila oranglain
mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang
ditetapkannya sendiri.
8) Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa.
Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan
dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras,
menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka
inginkan.
b. Tugas- tugas Perkembangan pada Masa Remaja
Menurut Mappiare dalam Hurlock (1980) tugas-tugas perkembangan
pada masa remaja adalah:
1) Menerima keadaan fisiknya dan menerima perannya sebagai pria atau
wanita. Dalam periode ini individu mengadakan penyesuaian terhadap
perubahan yang terjadi secara cepat dan menimbulkan
goncangan-goncangan emosional.
2) Menjalin hubungan baru dengan teman-teman sebaya baik sesame
jenis maupun lain jenis kelamin.
3) Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tuanya dan
orang-orang dewasa lain.
4) Memperoleh kepastian dalam hal kebebasab pengaturan secara
ekonomis.
5) Memilih dan mempersiapkan diri kearah suatu pekerjaan atau jabatan.
6) Mengembangkan keterampilan-keterampilan, konsep-konsep
terpuji. Remaja hendaknya memiliki cita-cita dan semangat untuk
mewujudkannya.
7) Menginginkan dan dapat berperilaku yang diperbolehkan masyarakat.
Mengikuti norma-norma dan tata krama yang berlaku di lingkumngan
tempat tinggalnya.
8) Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.
Mengingat kebanyakan pada masa ini remaja sudah mulai mengenal
teman lawan jenisnya menjadi teman denkat atau pacar.
9) Menyusun nilai-nilai kata hati yang sesuai dengan gambaran dunia,
yang diperoleh dari ilmu pengetahuan yang memadai.
Dari ciri-ciri dan tugas perkembangan yang ada diharapkan guru
pembimbing bisa menjadikannya acuan untuk melakukan layanan
bimbingan terhadap para siswa.
F. Bimbingan Belajar
Setiap anak memiliki motivasi yang berbeda-beda satu sama lain
dalam belajarnya. Perlu adanya bimbingan belajar agar siswa bisa mengatasi
masalah belajarnya sehingga menjadi semakin termotivasi. Bimbingan adalah
proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai
dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Tujuan bimbingan
belajar secara umum adalah membantu murid-murid agar mendapat
penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap murid dapat
belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dan
mencapai perkembangan yang optimal.
Winkel (2006: 116) suatu bimbingan di bidang belajar akademik akan
memuat unsur-unsur sebagai berikut:
a. Orientasi kepada siswa dan mahasiswa baru tentang tujuan institusional,
isi kurikulum pengajaran, struktur organisasi sekolah, prosedur belajar
yang tepat, dan penyesuaian diri dengan corak pendidikan sekolah
bersangkutan.
b. Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat
selama mengikuti pelajaran di sekolah dan selama belajar di rumah,
secara individual atau secara kelompok.
c. Pengumpulan data tentang siswa mengenai kemampuan intelektual, bakat
khusus, arah, minat, serta cita-cita hidup.
d. Bantuan dalam hal mengatasi beraneka kesulitan belajar, seperti kurang
mampu menyusun dan mentaati jadwal belajar mereka di rumah, kurang
menguasai cara belajar yang tepat di berbagai bidang studi, menghadapi
keadaan di rumah yang mempersulit belajar secara rutin, dan lain
sebagainya.
e. Bantuan dalam hal membentuk berbagai kelompok belajar dan mengatur
seluruh kegiatan belajar kelompok, supaya berjalan efisien dan efektif.
Bimbingan belajar bisa dijadikan acuan untuk mengetahui seberapa besar
kesulitan yang siswa alami. Oleh karena itu guru BK perlu peka untuk
melihat tingkat motivasi siswa dalam belajar selama di sekolah agar
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi uraian tentang metode penelitian, yaitu jenis penelitian, subjek
penelitian, alat pengumpulan data dan prosedur pengumpulan data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh
informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan (Furchan, 2005:
447). Tujuan penelitian melalui metode survei adalah untuk mengetahui
gambaran motivasi belajar intrinsik para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3
Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014 dan memberi masukkan mengenai
implikasinya terhadap topik-topik bimbingan belajar guna meningkatkan
motivasi belajar intrinsik siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun
ajaran 2013/2014.
B. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah seluruh
siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014
Tabel 1 Rincian Jumlah Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2013/ 2014
No Kelas Jumlah Siswa
1 VIII A 31
2 VIII B 31
3 VIII C 31
4 VIII D 31
Jumlah 124
C. Instrumen Penelitian
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner yang disusun oleh peneliti. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang
akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono,
2010: 199). Jenis kuesioner ini bentuknya tertutup. Kuesioner terdiri atas dua
bagian, yaitu 1) data siswa, kata pengantar dan petunjuk pengisian. 2)
Mengenai isi pernyataan kuesioner yang terdiri dari butir pernyataan positif
(favorable) dan butir pernyataan negatif (unfavorable).
Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif . Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam Skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari
pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan empat pilihan skala dengan format
seperti: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS) dan Tidak Sesuai
(TS). Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang
digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi
empiris menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik hasil kuesioner
dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata sangat mirip.
Skoring yang dilakukan untuk jawaban tiap butir kuesioner yaitu:
Sangat Sesuai (SS) = 4 diberi skor, Sesuai (S) = 3 diberi skor, Kurang Sesuai
(KS) = 2 diberi skor dan Tidak Sesuai (TS) = 1 untuk pernyataan positif
(favorable).
Kuesioner motivasi belajar yang dipakai dalam penelitian ini, disusun
berdasarkan indikator-indikator dari variable yang akan diteliti. Item-item
kuesioner diambil berdasarkan pada aspek motivasi belajar intrinsik menurut
Woolfolk (2009) dan Maslow (1970, dalam Nurul 1984: 39) aspek-aspek
motivasi belajar intrinsik seperti kebutuhan, interes/ minat, keingintahuan ,
aspek pengetahuan, dan kepuasan. Angket ini merupakan angket mengenai
gambaran motivasi belajar siswa. Kisi- kisi kuesioner akan dijabarkan pada
kisi-kisi dari item-item motivasi belajar ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik
No Aspek Indikator Item
1. Kebutuhan 1. Mengetahui kebutuhan
yang diperlukan pada saat belajar
1,2,3,4,8,9 5,6,7 9
2. Interes/ minat 1. Keterlibatan dalam suatu
D. Prosedur Pengumpulan Data
1. Pengembangan instrumen
a. Telaah ahli (expert jugment)
Penelaah butir-butir pada instrumen dilakukan oleh dosen
pembimbing skripsi. Hasil yang diperoleh setelah ditelaah yaitu perlunya
dilakukan perbaikan pada butir-butir instrumen, agar setiap butir instrumen
menjadi kalimat yang efektif sehingga mudah dipahami.
1) Pengumpulan data
a) Tahap persiapan
(1) Menyusun kuesioner deskripsi motivasi belajar intrinsik,
pada penelitian ini disusun berdasarkan aspek-aspek
motivasi belajar intrinsik
(2) Mengindentifikasi aspek-aspek deskripsi motivasi belajar
intrinsik langkah berikutnya adalah merumuskan
indikator-indikator dari setiap ciri-ciri.
(3) Merumuskan pernyataan-pernyataan pada setiap indikator.
(4) Mengkonsultasikan dan uji validitas kuesioner kepada
dosen pembimbing.
(5) Meminta surat ijin untuk melakukan penelitian kepada
sekretariat Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata
(6) Meminta tanda tangan ke Wakil Dekan yang kemudian
ditanda tangani juga oleh ketua Jurusan.
(7) Menghubungi guru Bimbingan dan Konseling dan Kepala
Sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta untuk meminta ijin
melaksanakan penelitian dengan menyertakan surat ijin
penelitian beserta kuesioner Deskripsi Motivasi Belajar
Intrinsik.
b) Pelaksanaan.
Pengambilan data uji coba kuesioner dan data penelitian
uji coba kesioner dilakukan setelah mendapat persetujuan
mengenai waktu dan tanggal pelaksanaan dari Kepala Sekolah
SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. Pada penelitian ini, peneliti
mengambil data uji coba kuisioner sekaligus pengambilan data
untuk penelitian. Hal ini dilakukan dikarenakan penelitian ini
menggunakan uji coba terpakai. Uji coba dan pengambilan data
untuk penelitian dilaksanakan pada siswa kelas VIII SMP
BOPKRI 3 Yogyakarta. Jadwal pelaksanaan pengumpulan data
Tabel 3
Jadwal Pelaksanaan Pengumpulan Data SMP BOPKRI 3 Yogykarta
mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995). Setelah
diperoleh expert judgement, kuesioner diujicobakan. Furchan (2005) menuliskan bahwa validitas isi tidak dapat dinyatakan dengan angka
Keterangan:
rx = korelasi skor-skor total kuesioner dan total butir-butir N = jumlah subyek
X = skor sub total kuesioner Y = skor total butir-butir kuesioner
XY = hasil perkalian antara skor X dan skor Y
Penentuan validitas dilakukan dengan memberikan skor pada
setiap item dan mentabulasi data uji coba untuk melihat koefisien
korelasi validitas item. Agar perhitungan lebih mudah dan cepat,
peneliti juga menggunakan SPSS (Statistic Programme for Social Science) versi 14.0. Perhitungan menggunakan patokan 0,30. Azwar (2011: 86) mengatakan bahwa sebagai kriteria pemilihan item
berdasar korelasi item-total biasanya digunakan batasan 0,30. Semua
item yang mencapai koefisien korelasi ≥ 0,30 dianggap valid.
Sebaliknya item yang memiliki harga ≤ 0,30 dapat diinterpretasikan
sebagai item yang tidak valid. Menurut Azwar (2011: 86) apabila
jumlah item yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang
diinginkan, dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas
koefisien korelasi 0,25. Item yang memiliki daya beda kurang dari
0,25 menunjukan bahwa item tersebut memiliki validitas rendah
sehingga item tersebut dinyatakan gugur. Dari hasil perhitungan
komputasi dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 14, diketahui bahwa dari 47 item yang diujicobakan, terdapat 6 item pernyataan yang gugur karena tidak
memenuhi syarat ≥ 0,25. Jadi jumlah item yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 41 item. Pengujian daya diskriminasi item ini
adalah dengan cara mengkorelasikan skor-skor item dengan skor-skor
skala, sehinggga menghasilkan koefisien korelasi item total melalaui
pendekatan analisis korelasi Alpha Cronbrach. Setelah uji coba, maka struktur kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik SMP Bopkri 3
Tabel 4
Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik:
No Aspek Indikator Item
Favorable
Item Unfavorable
Jumlah
1. Kebutuhan 1. Mengetahui kebutuhan
yang diperlukan pada saat belajar
1,2,3,4,8, 5,6,7 8
2. Interes/ minat 1. Keterlibatan dalam suatu
pelajaran.
Tabel 5
Hasil dari perhitungan item yang gugur adalah 6 item bisa dilihat pada
lampiran 1. Dari tiap-tiap item yang gugur berada di aspek yang berbeda-beda. Pada aspek pertama berada di aspek kebutuhan dimana ada satu item yang gugur
dan berada di nomor 9 isinya mengenai “saya belajar saat ada ulangan”. Aspek
kedua adalah aspek interes/ minat, dimana pada bagian ini tidak ada item yang
gugur. Aspek ketiga berada di nomor 23 isinya mengenai “saya merasa
tertantang untuk mengerjakan pelajaran yang sulit dipahami”. Aspek yang
keempat berada di nomor 34 isinya mengenai “saya meyukai pelajaran yang
menurut saya mudah”. Pada aspek yang kelima jumlah item yang gugur paling
banyak jumlahnya ada 3 item dan itu berada di nomor 43 isinya “saya senang
jika mendapatkan nilai pas-pasan pada mata pelajaran yang sulit”, nomor 45 isinya “saya senang setiap kali hasil ujian keluar” dan nomor 47 isinya “saya
kurang puas jika ada mata pelajaran yang belum saya mengerti”. Tiap item
SPSS 14. Pada item yang gugurnya paling banyak juga bisa mewakili aspeknya karena indikator yang terdapat pada aspek tersebut hanya satu.
b. Reliabilitas instrumen
Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai di mana suatu tes
mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya. Tingkat
reliabilitas instrumen dapat diungkapkan dengan menggunakan
metode belah dua (split-half method). Secara teoretis besarnya koefisen reliabilitas berkisar 0 sampai 1,00. Koefisien reliabilitas
sebesar 1,00 berarti ada konsistensi yang sempurna pada alat ukur
yang bersangkutan Azwar (2009). Pengujian reliabilitas pada
instrumen deskripsi motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII
dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja
kemudian data yang dperoleh dianalisis dengan validitas isi
menggunakan SPSS.
Reliabilitas ini mengukur sejauh mana pengukuran itu
dapat memberikan hasil yang relatif sama, selama aspek yang
diukur dalam diri subyek memang belum berubah, atau
sejauhmana hasil pengukuran dapat dipercaya. Kata kunci untuk
syarat kualifikasi suatu instrument pengukuran adalah konsistensi,
diungkapkan dengan koefisien alpha (α). Untuk menghitung
indeks reliabilitas kuesioner manfaat layanan bimbingan karier
digunakan SPSS (Statistic Programme for Social Science) versi 14.0.
Rumus koefisien alpha (α) adalah sebagai berikut :
Keterangan :
dan = Varians skor 1 dan varians skor belahan 2
= Varians skor skala
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 14. Data perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran .
Kesimpulan tersebut sesuai dengan kriteria yang dikemukakan oleh
Guilford ( dalam Masidjo, 1995: 209) seperti yang disajikan pada
tabel 6.
Tabel 6
Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford
Koefisen Korelasi Kualifikasi
0,91-1,00 Sangat Tinggi
0,71-0,90 Tinggi
0,41-0,70 Cukup
0,21-0,40 Rendah
Berdasarkan kriteria Guildford dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas kuesioner tinggi dengan jumlah skor reliabilitasnya 0,741.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penilaian Acuan Peneliti tipe 1 (Masidjo, 1985). PAP adalah suatu penilaian
yang membandingkan perolehan skor individu yang seharunya atau ideal
dengan prolehan skor yang dicapai oleh setiap individu.
Langkah-langkah teknik analisis data yang dlakukan adalah sebagai berikut:
1. Memeriksa hasil jawaban responden untuk diolah lebih lanjut.
2. Memeriksa setiap item skor sesuai dengan pilihan jawaban yang sudah
tersedia, yaitu Sangat Setuju (SS)= 4 diberi skor, Setuju (S)= 3 diberi
skor, Kurang Setuju (KS)= 2 diberi skor dan Tidak Setuju (TS)= 1 diberi
skor, hasil tersebut berlaku untuk pernyataan positif (favorable). Namun, untuk pernyataan unfavorable dalam pemberian skornya menjadi minus.
3. Membuat tabulasi data dan menghitung skor masing-masing item
kuesioner dan skor rata-rata subyek maupun rata-rata butir dengan
menggunakan komputer yang memiliki program Microsoft Office Excel.
4. Memeriksa validitas dan relibilitas kuesioner motivasi belajar intrinsik
belajar intrinsik siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakata tahun
pelajaran 2013/2014 berdasarkan setiap aspek menggunakan Sperman Brown dengan menggunakan komputer SPSS 14.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
scoring jawaban subjek, tabulasi data, menghitung total jawaban, menghitung
persentase, dan membuat peringkat berdasarkan hasil perhitungan.
Langkah-langkah teknik analisi data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Setiap item diberi skor sesuai dengan pilihan jawaban yang sudah
tersedia yaitu untuk item favorable; Sangat Setuju (SS) diberi skor 4, Setuju (S) diberi skor 3, Kurang Setuju (KK) diberi skor 2 dan Tidak
Setuju (TS) diberi skor 1. Sedangkan item unfavorable; Sangat Setuju (SS) diberi skor 1, Setuju (S) diberi skor 2, Kurang Setuju (KS) diberi
skor 3 dan Tidak Setuju (TS) diberi skor 4.
2. Membuat tabulasi data dan menghitung frakuensi setiap nilai berdasarkan
skor setiap item.
3. Menghitung jumlah skor dari masing-masing subjek. Skor yang
diperoleh tersebut dapat memberikan petunjuk bahwa item-item tertentu
ditemukan skor-skor rendah yang menjadi indikator adanya aspek-aspek
yang perlu diperhatiakan dalam peningkatan penyesuaian diri sekaligus
4. Menghitung presentase pada tiap frekuensi (banyaknya subjek) dengan
cara membagi banyaknya subjek pada tiap frekuensi dengan banyaknya
subjek seluruhnya (N) dikalikan 100.
5. Menentukan skor terendah setiap aspek, perhitungannya sebagai berikut :
Skor tertinggi dari setiap aspek adalah 5 x 115 responden = 575
Skor terendah dari setiap aspek adalah 1 x 115 responden = 115.
Aspek-aspek yang memperoleh skor terendah dapat dilihat pada tabel.
6. Menentukan peringkat masing-masing aspek nilai dan tingkat kualifikasi
berdasarkan PAP tipe I. Penelitian acuan patokan adalah suatu penilaian
yang memperbandingkan skor real dengan skor yang seharusnya dicapai
oleh mahasiswa (Masidjo, 1995). PAP tipe 1 menetapkan bahwa untuk
mendapatkan kualifikasi yang cukup tinggi, subjek minimal harus
mendapat skor 65% dari skor ideal/skor total. Kriteria PAP tipe 1 dapat
dilihat pada tabel 7.
Tabel 7
Penggolongan Kualifikasi Berdasarkan PAP Tipe I Kriteria Klasifikasi
90% - 100% Sangat Tinggi
80% - 89% Tinggi
65% - 79% Cukup
55% - 64 % Rendah
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN
Bab ini berisi uraian tentang hasil penelitian, pembahasan dan usulan topik.Hasil
penelitian dilakukan di kelas VIII SMP BOPKRI 3Yogyakarta tahun ajaran
2013/2014. Pembahasan hasil penelitian motivasi belajar intrinsik siswa kelas VIII
SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014. Usulan topik yang akan
diberikan disesuaikan dengan kebutuhan dari kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta
tahun ajaran 2013/2014.
A. Hasil Penelitian
1. Motivasi Belajar Intrinsik
Deskripsi motivasi belajar intrinsik siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3
tahun ajaran 2013/2014 merupakan jawaban masalah penelitian. Pada saat
penelitian, peneliti membagikan koesioner sebanyak 115 lembar kepada siswa
kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. Peneliti menggunakan PAP tipe 1
dimana ada batas pada motivasi belajar intrinsik minimal yang dianggap dapat
Berdasarkan perolehan skor dari setiap subjek dan untuk memasukkan skor
subjek dalam motivasi belajar intrinsik siswa sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah
dan sangat rendah digunakan tabel PAP Tipe 1 pada tabel 8.
Tabel 8
PAP Tipe 1 dan Kualifikasi Deskripsi Motivasi Belajar Intrinsik Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Tahun Ajaran 2013/2014
Motivasi Belajar Intrinsik
Rentang skor
Frekuensi Kualifikasi Persentase
90% - 100% 102-115 24 Sangat Tinggi 20,87%
80% - 89% 88-101 49 Tinggi 42,61%
65% - 79% 74-87 35 Cukup 30,43%
55% - 64 % 59-73 7 Rendah 6,09%
Dibawah 55% 0-59 0 Sangat Rendah 0%
Total 115 100%
Adapun untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai hasil di atas,