• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20132014 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DESKRIPSI MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20132014 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progra"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN BELAJAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Ester Yanti

081114002

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK

BIMBINGAN BELAJAR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun oleh: Ester Yanti

081114002

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk :

Kebaikan Tuhan yang tiada taranya

Mamaku tercinta Ibu P. Rosdiana Napitu

Adikku tercinta Anastasia Betty Juliana Tobing

Keluarga Besar dan Sanak saudara

Para sahabat dan Teman-teman

Keluarga besar prodi BK Sanata Dharma

(6)

v

MOTTO

Duc in Altum

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Januari 2014

Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Ester Yanti

Nomor Mahasiswa : 081114002

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

DESKRIPSI MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

BELAJAR

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 27 Januari 2014

Yang menyatakan

(9)

viii

ABSTRAK

DESKRIPSI MOTIVASI BELAJAR INTRINSIK SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP TOPIK-TOPIK BIMBINGAN BELAJAR

Ester Yanti

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2014

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang deskripsi motivasi belajar intrinsik siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan belajar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner Deskripsi Motivasi Belajar Intrinsik. Teknik pengujian reliabilitas menggunakan kriteria menurut Guilford dengan koefisiensi reliabilitasnya 0,741. Subjek penelitian ini adalah 115 peserta didik.

Penelitian ini menunjukkan hasil penelitian sebagai berikut: siswa/i yang

memiliki kategori “sangat tinggi motivasi belajar intrinsiknnya” berjumlah 24 orang (20,87%), siswa/i yang memiliki kategori “tinggi motivasi belajar

intrinsiknya” berjumlah 49 orang (42,61%) dan siswa/i yang memiliki kategori “cukup motivasi belajar intrinsik” berjumlah 35 orang (30,43%). Sedangkan siswa/i yang memiliki kategori “kurang motivasi belajar intrinsik” berjumlah 7

orang (6,09%), dan siswa/i yang memiliki kategori “sangat kurang motivasi

belajar intrinsik” berjumlah 0 orang (0%). Berdasarkan hasil penelitian tersebut,

(10)

ix

ABSTRACT

A DESCRIPTION OF INTRINSIC LEARNING MOTIVATION AMONG STUDENTS OF GRADE VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA

ACADEMIC YEAR 2013/2014

AND ITS IMPLICATION TOWARD THE LEARNING GUIDANCE TOPICS

Ester Yanti

Sanata Dharma University Yogyakarta

2014

This research is aimed to gather the data on the description of intrinsic learning motivation among students of grade VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta academic year 2013/2014 and its implication towards the learning guidance topics.

This research is a descriptive research. The data gathering technique in this research is based on an intrinsic learning motivation questionnaire. The reliability testing technique is based on the criterion theory proposed by Guilford with reliability coefficient 0.741. The subjects of this research are 115 students.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia, penyertaan dan bimbinganNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak dukungan, bimbingan dan doa demi kelancaran dan terselesainya skripsi ini dengan judul Deskripsi Motivasi Belajar Intrinsik kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 dan Implikasinya terhadap Topik-topik Bimbingan Belajar.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si, selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan

memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu A. Setyandari, S.Pd.,S.Psi., Psi.,M.A, selaku Wakaprodi Bimbingan

dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan

memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak R. Budi Sarwono, M.A, selaku dosen pembimbing skripsi yang

dengan kemurahan hati dan kesabaran telah membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Dr. R.H. Dj. Sinurat, M. A, dan Ibu Prias Hayu Purbaning Tyas selaku

dosen penguji yang telah memberikan usul dan saran untuk

penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling yang

telah mendampingi penulis selama perkuliahan dan membekali penulis

(12)

xi

6. Ibu Anas, selaku Koordinator SMP Bopkri 3 Yogyakarta, tahun ajaran

2013/2014 yang telah menerima dan memberikan izin kepada penulis

untuk melakukan pengambilan data penelitian.

7. Bapak Catur selaku guru BK SMP Bopkri 3 Yogyakarta yang dengan

ikhlas dan sabar meluangkan waktu dan mendampingi penulis dalam

proses pengambilan data.

8. Para peserta didik kelas VIII SMP Bopkri 3 Yogyakarta tahun ajaran

2013/2014 yang telah meluangkan waktu dan bersedia mengisi kuesioner

dengan baik.

9. Mamaku Ibu P. Rosdiana Napitu yang selalu setia dengan cinta dan kasih

sayangnya untuk mendukung, memberikan perhatian, dan mendoakan

penulis, khususnya selama menyelesaikan skrispsi ini dengan baik.

10.Anastasia Betty Juliana Tobing, adikku tercinta yang telah mendukung dan

mendampingi penulis.

11.Para sahabat dari Bogor Moshe dan Yessie yang telah mendukung penulis

dengan baik.

12.Untuk BFF (Best Friend’s Forever) Sisil, Save, Delis, Galih, Niko, Othe, Dictus, Unyil, Matius, Mari untuk semangat kalian.

13.Untuk Yustinus Warih Wiratmo, Eva, Yetti teman seperjuangan yang

(13)

xii

14. Mengthy, AO, Yovita yang dengan sabar membantu penulis untuk saling

belajar bersama menginput dan mengolah data penelitian.

15. Cici Chandra dan Mengthy yang telah membantu dan menemani penulis

dalam proses pengumpulan data penelitian di sekolah.

16. Teman-teman Mitra Perpustakaan: Mengthy, Chandra, Tika, Nasa, Prima,

Nisa, Miko, Hani, Iwan, Odil, Rani, Lana, Keket, Rea, Remma, yang

telah menyalurkan semangatnya kepada penulis selama proses

penyelesaian skripsi dengan baik.

17. Keluarga besar Program Studi Bimbingan dan Konseling, USD khususnya

(14)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

ABSTRAK... viii A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

D. Motivasi Belajar Intrinsik... 18

E. Ciri-ciri dan Tugas Perkembangan Remaja... 23

(15)

xiv

2. Tugas-tugas Perkembangan pada Masa Remaja... 27

F. Bimbingan Belajar... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 31

B. Populasi dan Sample... 31

C. Instrumen Penelitian... 32

D. Prosedur Pengumpulan Data... 35

1. Pengembangan Instrumen... 35

a. Telaah Ahli... 35

b. Pelaksanaan... 36

2. Menentukan Validitas dan Reliabilitas... 37

a. Validitas Kuesioner... 37

b. Reliabilitas Instrumen... 42

E. Teknik Analisis Data... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Motivasi Belajar Intrinsik... 47

2. Hasil Analisis Butir-butir Instrumen Motivasi Belajar Intrinsik... 50

B. Pembahasan ... 51

C. Usulan Topik-Topik Bimbingan Belajar... 56

1. Latar Belakang Topik-topik Bimbingan... 56

2. Tujuan Pembuatan Bimbingan... 56

3. Usulan Topik-topik Bimbingan... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 60

B. Saran... 61

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Rincian Jumlah Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta

Tahun Pelajaran 2013/ 2014...

31

Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik... 33

Tabel 3 Jadwal Pelaksanaan Pengumpulan Data SMP BOPKRI 3

Yogyakarta... 36

Tabel 4 Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik... 39

Tabel 5 Rekapitulasi Hasil Analisis

Validitas... 40

Tabel 6 Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford... 42

Tabel 7 Penggolongan Kualifikasi Berdasarkan PAP Tipe I... 45

Tabel 8 PAP Tipe 1 dan Kualifikasi Deskripsi Motivasi Belajar Intrinsik Siswa SMP BOPKRI 3 Kelas VIII Tahun Ajaran

2013/2014... 47 Tabel 9 Pengkategorisasian Item-item Kuesioner Deskripsi Motivasi

Belajar Intrinsik siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2013/2014...

49

Tabel 10 Usulan Topik-topik Bimbingan Klasikal di SMP Bopkri 3 Yogyakarta...

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Diagram batang Deskripsi Motivasi Belajar Intrinsik Siswa

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Deskripsi Motivasi Belajar

Intrinsik... 65

Lampiran 2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Motivasi Belajar Intrinsik

... 68

Lampiran 3 Tabulasi Data Penelitian Motivasi Belajar

Intrinsik...

..

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Setiap hari manusia belajar, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.

Dari hasil belajar manusia memperoleh pengetahuan dan informasi yang pasti akan

sangat berguna kelak. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya

(Slameto, 2010: 2). Perubahan dari hasil belajar akan diterima dengan baik apabila

manusia memiliki keinginan untuk mengolah apa yang sudah dipelajari.

Setiap siswa di sekolah tentu memiliki keinginan (motif ) untuk mendapatkan hasil belajar yang baik, apalagi dunia pendidikan juga memiliki standar nilai yang

tinggi. Untuk mendapatkan hasil belajar yang diinginkan diperlukan usaha yaitu

melalui belajar secara maksimal. Siswa yang kurang maksimal dalam belajarnya

maka untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan akan kurang maksimal atau

bahkan akan mengalami kegagalan. Maka dari itu dalam diri siswa perlu adanya

(20)

Motivasi belajar setiap siswa berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Siswa

perlu memiliki motivasi dalam belajar agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan,

yaitu hasil belajar yang baik serta mendapat ilmu pengetahuan guna menunjang

cita-citanya. Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk

berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi

kebutuhannya itu (Hamzah, 2008: 3). Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat

dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar

dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh

subyek belajar itu dapat tercapai (Sardiman, 2007).

Motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, dimana siswa bisa

menerima informasi dan mengevaluasi informasi yang diterima berdasarkan

pengetahuan dan sikap yang dimiliki sebelumnya, yang akhirnya mengarah pada

perubahan sikap. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan

pelajaran yang diberikan oleh guru pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung,

membaca materi pelajaran dengan baik sehingga dapat memahaminya dengan baik

pula, selalu mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terhadap mata pelajaran yang

diberikan, terlibat dalam kegiatan belajar, dan menyelesaikan tugas yang telah

diberikan oleh guru dengan sangat baik. Seseorang yang memiliki motivasi belajar

(21)

Ada dua macam motivasi belajar, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi

ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dalam diri seseorang

tanpa memerlukan rangsangan dari luar. Motivasi intrinsik tidak perlu rangsangan

dari luar karena anak dalam belajar selalu ingin maju dan memiliki pemikiran yang

positif sehingga siswa sering bertanya, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan

menyiapkan materi yang akan dibahas. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik

pada saat belajar selalu merasa bahwa yang dipelajarinya berguna untuk masa kini

juga masa depan. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang muncul karena adanya

rangsangan dari luar. Motivasi ekstrinsik memerlukan rangsangan dari luar, dilihat

ketika siswa belajar dengan giat untuk mendapatkan hadiah, bisapula siswa takut

dihukum oleh orangtua karena tidak belajar sehingga mendapatakan nilai jelek, siswa

ingin mendapatkan pujian atas hasil nilai yang diperolehnya. Motivasi ekstrinsik

tidak terjadi berdasarkan keinginannya sendiri tapi berdasarkan hadiah atau hukuman

yang akan dia peroleh sehingga itu yang membuat siswa merasa dirinya perlu

melakukan kegiatan belajar dengan giat agar mendapatkan hadiah atau menghindari

hukuman yang akan diterima. Maka dalam pemberian hadiah dan hukuman kepada

siswa perlu dipertimbangkan dengan sangat baik, sehingga terjadi perubahan

perilaku dalam belajar agar siswa mendapatkan hasil belajar yang diinginkan.

Semangat belajar yang baik bukan karena diberi hadiah ataupun hukuman.

Namun, kebanyakan fenomena yang terjadi anak SMP kecenderungan diberikan

(22)

hukuman akan belajar bersungguh-sunggguh agar bisa mendapatkan hadiah atau

terhindar dari hukuman. Perilaku ini dapat membuat anak menjadi ketergantungan

dan kurang baik untuk dikehidupan selanjutnya. Jika tidak ada hadiah atau hukuman

berarti semangat siswa dalam belajar akan berkurang. Maka perlu adanya motivasi

intrinsik dalam diri siswa.

Peneliti melakukan interview dengan guru Bimbingan dan Konseling dan

guru Matematika di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta bulan Agustus 2011 dan

memperoleh informasi bahwa permasalahan yang terjadi saat ini di SMP BOPKRI 3

Yogyakarta kelas VIII adalah anak-anak lebih senang mengobrol ataupun melamun

saat mata pelajaran berlangsung. Selain melalui interview peneliti juga melakukan

observasi sebanyak tiga kali pada saat mata pelajaran. Observasi pertama pada mata

pelajaran IPS kebanyakan siswa lebih memilih untuk mengalihkan perhatiannya ke

hal lain, seperti berbincang-bincang dengan teman sebelahnya. Observasi kedua pada

mata pelajaran Bimbingan dan Konseling dimana ada bimbingan klasikal di kelas

yang membimbing adalah teman PPL, yang terjadi adalah siswa lebih memilih

menggambar, teriak-teriak. Observasi ketiga pada mata pelajaran kosong siswa lebih

memilih mengobrol, mengabaikan tugas dari guru dan memilih untuk mencontek

jawaban dari teman yang mengerjakan, bahkan mencatat tugas dari temannya yang

seharusnya tugas tersebut harus dikerjakan di rumah. Kejadian ini perlu

(23)

menjadi kurang maksimal bahkan siswa dapat mengalami kegagalan (tidak naik

kelas).

Melihat permasalahan di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian untuk mengetahui lebih jauh tentang motivasi belajar intrinsik siswa kelas

VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Oleh karena itu,

motivasi belajar intrinsik tersebut akan dipikirkan upaya-upaya yang sesuai untuk

motivasi belajar intrinsik melalui program bimbingan klasikal

Peneliti memilih sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta kelas VIII. Adapun

alasan memilih kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta adalah masa remaja awal

yang berusia 13 sampai 16 tahun dengan tugas perkembangan remaja

mengembangkan keterampilan dan konsep intelektualnya sehingga memiliki cita-cita

dan semangat untuk mewujudknnya.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas peneliti, penelti memiliki judul

(24)

B. Rumusan Masalah

Penelitian skripsi ini berfokus pada bagaimana tingkat motivasi belajar siswa.

Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah motivasi belajar intrinsik siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3

Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014?

2. Berdasarkan hasil analisa terhadap motivasi belajar intrinsik, topik

bimbingan belajar apa sajakah yang dapat diusulkan bagi siswa kelas VIII

SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini,maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Mengetahui gambaran mengenai motivasi belajar intrinsik siswa kelas VIII

SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014.

2. Mengusulkan topik bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar

intrinsik siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran

(25)

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang dapat disumbangkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi para pembaca khususnya

mahasiswa Bimbingan dan Konseling untuk mengembangkan dan

memperkaya pengetahuan yang dimiliki mengenai motivasi belajar siswa,

sebagai bekal seorang calon guru Bimbingan dan Konseling di sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Guru Pembimbing

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan Konseling

untuk pengembangan program Bimbingan dan Konseling, khususnya pada

topik-topik bimbingan belajar yang berkaitan dengan motivasi belajar

intrinsik.

b. Siswa

Siswa kelas VIII BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 dapat

menyadari bahwa motivasi intrinsik dalam belajar itu sangat penting untuk

(26)

c. Peneliti

Mengetahui seberapa tinggi tingkat motivasi yang dimiliki oleh para siswa

dan dapat digunakan sebagai bekal menjadi guru Bimbingan dan Konseling di

sekolah.

d. Peneliti Lain

Peneliti ini dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai bahan

pembanding ketika ingin melakukan penelitian mengenai motivasi belajar

intrinsik agar dapat dikembangkan menjadi lebih baik.

E. Definisi Operasional Variabel

Berikut ini akan disajikan istilah atau konsep untuk menghindarkan

kesalahpahaman, yaitu:

1. Motivasi belajar intrinsik adalah motif- motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap

individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2008: 89)

2. Siswa merupakan subyek penelitian terdiri dari 30 orang siswa kelas VIII

SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014.

3. Bimbingan belajar adalah untuk membantu murid-murid yang mengalami

masalah di dalam memasuki proses belajar da situasi belajar yang

(27)

9

BAB II

KAJIAN TEORETIS

Dalam bab ini, peneliti mengkaji hasil tinjauan pustaka yang dapat memperjelas

topik bahasan penelitian yaitu: 1) motivasi 2) belajar 3) motivasi belajar 4) motivasi

belajar intrinsik 5) Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA yang

meliputi: ciri-ciri remaja dan tugas perkembangan remaja. 6) Bimbingan belajar.

A. Motivasi

Motivasi berasal dari kata motif yang artinya suatu keinginan dalam

diri setiap individu sehingga menyebabkan sesuatu. Motif tidak dapat

diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah

lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya

suatu tingkah laku tetentu (Adi, 1994: 154). Motivasi merupakan dorongan

yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi

mencapai tujuan tertentu (Uno, 2008: 3). Uno mengatakan tujuan yang akan

dicapai oleh individu memiliki kekuatan-kekuatan yang dasarnya dirangsang

oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti keinginan yang hendak

dipenuhinya, tingkah laku, tujuan dan umpan balik. Hal ini di dukung dengan

oleh pendapatnya Maslow (1970, dalam Nurul, 1984: 39) mengatakan

bahwa motivasi itu dapat merupakan mata pencaharian, sumber prestise,

(28)

menyatakan diri atau sebagai suatu pemuasan bagi kebutuhan neurotis

manapun.

Kebutuhan-kebutuhan setiap individu secara psikologis ada yang

“lebih tinggi” ataupun “lebih rendah. Hal ini tergantung individunya sendiri

yang menentukan hierarkinya masing-masing bukan diciptakan. Konsep

Maslow tentang hierarki kebutuhan beramsumsi bahwa kebutuhan yang lebih

rendah tingkatnya harus dipuaskan atau minimal terpenuhi secara relatif

sebelum kebutuhan yang lebih tinggi tingkatannya menjadi motivator

tindakan (Feist, 2008: 245).

Ada beberapa kebutuhan pokok atau hierarki kebutuhan menurut

Maslow (1970, dalam Nurul 1984: 39), yaitu:

a. Kebutuhan- kebutuhan fisologis

Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan yang paling kuat.

Seseorang yang kekurangan makanan, keamanan, kasih sayang

dan penghargaan besar kemungkinan akan lebih banyak

membutuhkan makanan daripada yang lainnya.

b. Kebutuhan akan keselamatan

Apabila kebutuhan fisiologis relatif telah dipenuhi, maka akan

(29)

dapat kita kategorisasikan dalam kebutuhan-kebutuhan akan

keselamatan (keamanan, kemantapan, ketergantungan,

perlindungan, kebebasan dari rasa takut,cemas dan kekalutan;

kebuthan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas; kekuatan

pada diri pelindung, dan sebagainya)

c. Kebutuhan akan rasa memiliki dan rasa cinta

Apabila kebutuhan-kebutuhan fisiologis dan keselamatan sudah

terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan-kebutuhan akan cinta,

rasa kasih dan rasa memiliki. maka sekarang, dan belum pernah

sebelumnya orang akan merasakan tiadanya kawan-kawan, atau

kekasih atau isteri atau anak-anak. Mereka haus akan

tatahubungan yang penuh rasa dengan orang-orang pada

umumnya, yakni, akan suatu tempat dalam kelompok atau

keluarganya, dan akan berikhtiar lebih keras lagi untuk mencapai

tujuan ini. Mereka akan bermaksud mendapatkan tempat seprti itu

lebih daripada yang lainnya di dunia ini, dan mungkin dengan

melupakan bahwa ketika lapar, pernah mencemoohkan cinta

sebagai sesuatu yang tidak nyata, atau tidak perlu atau tidak

penting. Sekarang mereka akan sangat merasakan perihnya rasa

kesepian itu, pengucilan sosial, penolakan, tiadanya keramahan,

(30)

d. Kebutuhan akan harga diri

Semua orang dalam masyarakat mempunyai kebutuhan atau

menginginkan penilaian terhadap dirinya yang mantap,

mempunyai dasar yang kuat, dan biasanya bermutu tinggi, akan

rasa hormat diri, atau harga diri dan penghargaan akan

orang-orang lainnya. Karenanya, kebutuhan-kebutuhan ini dapat

diklasifikasikan dalam dua perangkat tambahan. Yakni, pertama,

keinginan akan kekuatan, akan prestasi, akan kecukupan, akan

keunggulan dan kemampuan, akan kepercayaan pada diri sendiri

dalam menghadapi dunia, dan akan kemerdekaan kebebasan.

Kedua, kita memiliki apa yang dapt kita katakan hasrat akan nama

baik atau gengsi, prestise (yang dirumuskan sebagai

penghormatan dan penghargaan dari orang lain), status, ketenaran

dan kemuliaan, dominasi, pengakuan, perhatian, arti yang penting,

martabat atau apresiasi. Harga diri yang paling mantap dan

karenanya paling sehat dilandaskan pada penghargaan yang

diperoleh dari orang lain dan bukan pada ketenaran atau

kemahsyuran faktor-faktor luar dan pujian berlebih yang tidak

berdasar.

(31)

Sekalipun semua kebutuhan ini telah dipenuhi, kita masih sering

merasa (kalau tidak selalu) bahwa segera akan berkembang suatu

perasaan tidak puas dan kegelisahan yang baru kecuali apabila

orang itu melakukan apa yang, secara individual, sesuai bagi

seseorang. Orang yang dapat menjadi sesuatu, harus menjadi

sesuatu. Pada tingkat inilah perbedaan-perbedaan individual itu

paling besar. Munculnya kebutuhan yang kelihatan dengan jelas

ini biasanya berdasarkan suatu pemenuhan kebutuhan fisiologis,

kebutuhan akan keselamatan, cinta dan harga diri yang ada

sebelumnya.

Berdasarkan kebutuhan hierarkis yang ada siswa perlu

memenuhi tingkatan-tingkatan yang lebih rendah dulu baru menuju ke

yang lebih tinggi agar siswa semakin dapat mengaktualisasikan

dirinya di sekolah. Minat siswa dalam berprestasi di sekolah telah di

dorong oleh perspektif kognitif dan penekanan pada pengungkapan

proses-proses paling penting yang terlibat dalam prestasi siswa

(Santrock, 2009: 204).

Dalam kehidupan sehari-hari motivasi dibagi menjadi dua

(32)

a. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dalam diri

seseorang tanpa memerlukan rangsangan dari luar. Motivasi

intrinsik tidak perlu rangsangan dari luar karena dalam belajar

selalu ingin maju dan memiliki pemikiran yang positif sehingga

siswa sering bertanya, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan

menyiapkan materi yang akan dibahas.

b. Motivasi ekstrinsik memerlukan rangsangan dari luar, dilihat

ketika siswa belajar dengan giat untuk mendapatkan hadiah,

bisapula siswa takut dihukum oleh orangtua karena tidak belajar

sehingga mendapatakan nilai jelek, siswa ingin mendapatkan

pujian atas hasil nilai yang diperolehnya. Motivasi ekstrinsik tidak

terjadi berdasarkan keinginannya sendiri tapi berdasarkan hadiah

atau hukuman yang akan dia peroleh sehingga itu yang membuat

siswa merasa dirinya perlu melakukan kegiatan belajar dengan

giat agar mendapatkan hadiah atau menghindari hukuman yang

akan diterima.

B. Belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan

serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan,

(33)

untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam belajar agar terjadi

perubahan yang lebih matang di dalam diri. Belajar dapat terjadi dimana saja

bisa terjadi di lingkungan dengan orang lain, memegang benda atau dalam

menghadapi peristiwa. Untuk tercapainya suatu hasil belajar yang baik orang

tersebut haruslah aktif dari segi perasaan, pemikiran, dan kemauan.

Pentingnya keterlibatan siswa dalam belajar di kelas agar diketahui sejauh

mana siswa tersebut mengalami perubahan, pengertian terhadap pelajaran

yang diikutinya. Belajar pun memiliki arti suatu aktivitas mental/ psikis,

yang berlangsung dalam interaktif aktif dengan lingkungan, yang

menghasilkan sejumlah perubahan dalam pemahaman-pengetahuan,

keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan

berbekas (Winkel, 2004: 59). Adapun menurut Nara (2010: 5) bahwa belajar

memiliki ciri-ciri, sebagai berikut:

a. Adanya kemampuan baru atau perubahan. Perubahan tingkah laku

tersebut bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan

(psikomotor), maupun nilai dan sikap (afektif).

b. Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja, melainkan menetap

atau dapat disimpan.

c. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja, melainkan harus dengan

(34)

d. Perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik

atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh

obat-obatan.

Lingkungan yang kondusif sangat mendukung tercapainya kegiatan

belajar. Sardiman (2008: 25) mengatakan untuk mencapai tujuan belajar

tertentu harus diciptakan sistem lingkungan belajar yang tertentu pula. Tujuan

belajar itu sendir ada tiga jenis, yaitu:

a. Untuk mendapatkan pengetahuan.

b. Penanaman konsep dan keterampilan

c. Pembentukan sikap.

Ketiga jenis tujuan di atas akan berjalan dengan baik jika sistem di

lingkungan sekitar mendukung.

C. Motivasi Belajar

Motivasi belajar sangat diperlukan oleh para siswa di sekolah agar

anak semakin memiliki kebutuhan yang tinggi di dalam dirinya untuk

mendapatkan ilmu pengetahuan yang akan di dapat selama di sekolah.

Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong siswa melakukan

(35)

Secara umum, terdapat dua peranan penting motivasi belajar, pertama , motivasi merupakan daya penggerak psikis dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar demi

mencapai suatu tujuan. Kedua, motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga siswa

yang mempunyai motivasi yang tinggi mempunyai energi yang banyak untuk

melaksanakan kegiatan belajar.

Motivasi dalam belajar dibagi menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi

intrisik, 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dalam belajar adalah

keinginan yang muncul dari dalam diri seseorang untuk mendapatkan ilmu

pengetahuan tanpa menginginkan imbalan apapun. Motivasi intrinsik

dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang tanpa memerlukan

rangsangan dari luar. Sedangkan, motivasi ekstrinsik belajar adalah keinginan

untuk mendapatkan ilmu pengetahuan karena sudah mendapatkan rangsangan

dari luar, misalnya pujian, hadiah atau bisa juga hukuman. Dalam proses belajar di sekolah yang sangat dibutuhkan dalam diri siswa adalah motivasi.

Oleh sebab itu siswa sangat penting untuk selalu mencari sumber ilmu

(36)

D. Motivasi Belajar Intrinsik

Sardiman (2008: 89) mengatakan motivasi intrinsik adalah

motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,

karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan

sesuatu. Perlu adanya motivasi belajar intrinsik karena dengan begitu siswa

belajar berdasarkan kemauannya sendiri, merasa senang dalam belajarnya

karena dengan belajar mendapatkan ilmu pengetahuan bukan semata-mata

untuk mendapatkan hadiah atau takut akan hukuman yang akan siswa terima

kelak tetapi merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Dari

prinsip-prinsip motivasi mengatakan bahwa motivasi intrinsik lebih utama daripada

motivasi ektrinsik (Djamarah, 2011: 153). Hal ini tentu dikarenakan agar

siswa lebih senang belajar bukan karena ada rangsangan dari luar tapi karena

keinginannya untuk selalu belajar terus-menerus karena dari itu guru

pembimbing perlu memberikan pelayanan bimbingan mengenai motivasi

intrinsik ini. Membantu para siswa menyadari bahwa pendidikan saat ini

sangat penting, sehingga siswa memiliki minat yang tinggi dalam belajarnya

dan semakin tinggi pula motivasi dalam belajarnya. Uno ( 2008: 9)

mengatakan motivasi Intrinsik adalah penyesuaian tugas dengan minat,

perencanaan yang penuh variasi, umpan balik atas respon siswa, kesempatan

respon peserta didik yang aktif, kesempatan peserta didik untuk

(37)

Apabila dilihat dari teori Maslow (1970, dalam Nurul 1984: 39)

kebutuhan psikologis tiap orang berbeda-beda. Begitu juga dalam belajar,

tentu berbeda-beda pula tingkat motivasi seseorang dalam belajar. Namun,

satu hal agar hasil belajar baik adalah perlu adanya motivasi dalam diri siswa.

Jika siswa sudah tahu belajar itu perlu berarti siswa belajar tanpa perlu

adanya rangsangan dari luar, maka minatnya dalam belajar tinggi dan

berusaha memecahkan setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru sehingga

pada saat sudah terpecahkan siswa akan merasa puas dan mendapatkan

pengetahuan yang baru. Melihat dari pengertian Maslow (1970, dalam Nurul

1984: 39) dan Woolfolk (2009) maka di elaborasikan apek-aspek.

Beberapa aspek yang mendukung motivasi belajar intrinsik, yaitu: aspek

kebutuhan, aspek interes/ minat, aspek keingintahuan, aspek pengetahuan,

dan kepuasan. Berikut penjelasan mengenai kebutuhan, intres/ minat,

keingintahuan, pengetahuan, kepuasan:

a. Kebutuhan

Seperti yang dikatakan oleh Maslow setiap individu perlu memenuhi

kebutuhannya. Sejak bayi sampai tua, orang ingin kompeten dan

connected. Siswa lebih cenderung untuk ikut berpartisipasi diberbagai kegiatan yang membantu mereka tumbuh lebih kompeten

dan kurang cenderung terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang

(38)

menantang dengan porsi yang tepat, tidak terlalu mudah, tetapi juga

tidak mustahil untuk dikerjakan (Woolfolk:2009).

b. Interes/ minat.

Minat dan kegairahan siswa pada apa yang mereka pelajari adalah

salah satu faktor terpenting dalam pendidikan. Dalam Maslow perlu

adanya kemantapan untuk memenuhi kebutuhannya. Ada dua macam

interes, yaitu personal (individual) dan situsional. Personal interest atau individual interest adalah aspek yang lebih enduring (tahan lama) pada diri seseorang. Siswa dengan minat individual pada belajar

secara umum berusaha mencari informasi baru dan memiliki sikap

yang lebih positif terhadap sekolah. Situsional interes adalah aspek yang berumur lebih pendek dari aktivitas, teks atau materi yang

membangkitkan dan mempertahankan perhatian siswa. Minat

personal dan situsional berhubungan dengan belajar dari teks, minat

yang lebih besar menghasilkan respon emosional yang lebih positif

terhadap materinya, lalu menghasilkan persistensi yang lebih tinggi,

pemrosesan yang lebih mendalam, dan ingatan yang lebih baik

(39)

c. Keingintahuan.

Dalam buku Woolfolk (2009), George Lowenstein mengatakan bahwa

rasa ingin tahu timbul bila perhatian difokuskan pada kesenjangan

dalam pengetahuan. Orang yang ingin tahu termotivasi untuk

mendapatkan informasi yang hilang itu untuk mengurangi atau

mengeliminasi perasaan ingin tahunya. Dalam memenuhi kebutuhan

untuk mengetahui (sesuatu) seharusnya semakin meningkatkan dan

tidak mengurangi. Oleh karena rasa ingin tahu perlu dipecahkan. Jika

tidak dipecahkan maka akan timbul perasaan cemas dan kekalutan

Maslow (1970,dalam Nurul, 1984: 39).

d. Pengetahuan.

Siswa yang memiliki motivasi intrisik belajar bukan semata-mata

untuk mencari nilai saja melainkan untuk mendapatkan ilmu

sebanyak-banyaknya. Memiliki rasa cinta terhadap ilmu pengetahuan.

Sesulit apapun pengetahuan yang dipelajari siswa akan merasa

tertantang dan mencari tahu pemecahan dari ilmu pengetahuan

tersebut. Pengetahuan yang didapat bisa digunakan untuk masa depan.

Informasi yang di dapat tidak semata-mata hanya pada saat itu saja,

tapi dikembangkan sehingga pengetahuannya menjadi luas. Seseorang

(40)

ahli bisa menjadi ahli jika tidak belajar. Sardiman (2008:90)

mengatakan bahwa perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki

motivasi intrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik,

yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang tertentu.

e. Kepuasan.

Pengetahuan yang di dapat karena minat dan perjuangan yang begitu

besar akan mencapai pada titik kepuasan. Siswa akan merasa puas

ketika apa yang dikritisinya terjawab, mendapatkan suatu pengakuan

yang membenarkan bahwa jawaban itu tepat. Mempelajari/

mengerjakan tugas dalam belajar membentuk tantangan baginya,

tanpa adanya paksaan terhadap tugas-tugas belajar tersebut karena

tujuan belajarnya bukan karena pujian tapi untuk menguasai apa yang

sedang dipelajarinya. Motivasi yang digerakan oleh motivasi intrinsik,

merasa puas kalau kegiatan yang dilakukan telah mencapai hasil yang

terlibat dalam kegiatan itu .

Motivasi intrinsik merupakan kebanggaan akan dirinya dapat melakukannya,

kecintaan terhadap pekerjaan itu, atau minat yang besar terhadap tugas-tugas atau

(41)

E. Ciri-ciri dan Tugas Perkembangan Remaja

a. Ciri-ciri Masa Remaja

Masa remaja diawali dari umur 13 th- 17 th.Menurut Harlock (1980: 207)

semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja

mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum

dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut akan diterangkan secara singkat di bawah

ini.

1) Masa Remaja sebagai Periode yang Penting

Pada periode remaja baik akibat langsung maupun akibat jangka

panjang tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat fisik

dan ada lagi karena akibat psikologis. Perkembangan fisik yang cepat

dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang

cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu

menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk

sikap nilai dan minat baru.

2) Masa Remaja sebagai Periode Peralihan.

Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang

telah terjadi sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari

(42)

terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang telah

terjadi sekarang dan yang akan datang. Perlu disadari bahwa apa yang

telah terjadi akan meninggalkan bekasnya dan akan mempengaruhi

pola perilaku dan sikap yang baru. Dalam setiap periode peralihan,

status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang

harus dilakukan. Status remaja yang tidak jelas ini juga

menguntungkan karena status yang memberi waktu kepadanya untuk

mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku,

nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.

3) Masa Remaja sebagai Periode Perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja

sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Ada empat perubahan yang

sama yang hampir bersifat universal. Pertama, meningginya emosi,

yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahab fisik dan

psikologis yang terjadi. Meningginya emosi lebih menonjol pada

masa awal periode akhir masa remaja. Kedua, perubahan tubuh, minat

dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial untuk dipesankan,

menimbulkan masalah baru. Ketiga, dengan berubahnya minat dan

pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Keempat, sebagian besar

remaja bersikap ambivalen terhadap perubahan. Mereka

(43)

bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan

mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut.

4) Masa Remaja sebagai Usia Bermasalah.

Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun

masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik

oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi

kesulitan itu. Pertama, sepanjang masa kkanak, masalah

anak-anak sebagian diselesikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga

kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.

Kedua, karena para remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka

ingin mengatasi masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan

guru-guru.

5) Masa Remaja sebagai Masa Mencari Identitas.

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan

kelompok masih tetap penting bagi abak laki-laki dan perempuan.

Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas

lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal,

seperti sebelumnya.

(44)

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang

tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan

berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus

membimbing dan mengawasi kehidupan remaja muda takut

bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku

remaja yang normal.

7) Masa Remaja sebagai Masa yang Tidak Realistik.

Remaja cenderung melihat dirinya sendiri dan orang lain

sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya,

terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistic ini, tidak

hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan

teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri

dari awal masa remaja. Semakin tidak realistic cita-citanya semakin ia

menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila oranglain

mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang

ditetapkannya sendiri.

8) Masa Remaja sebagai Ambang Masa Dewasa.

Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan

dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-minuman keras,

(45)

menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka

inginkan.

b. Tugas- tugas Perkembangan pada Masa Remaja

Menurut Mappiare dalam Hurlock (1980) tugas-tugas perkembangan

pada masa remaja adalah:

1) Menerima keadaan fisiknya dan menerima perannya sebagai pria atau

wanita. Dalam periode ini individu mengadakan penyesuaian terhadap

perubahan yang terjadi secara cepat dan menimbulkan

goncangan-goncangan emosional.

2) Menjalin hubungan baru dengan teman-teman sebaya baik sesame

jenis maupun lain jenis kelamin.

3) Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tuanya dan

orang-orang dewasa lain.

4) Memperoleh kepastian dalam hal kebebasab pengaturan secara

ekonomis.

5) Memilih dan mempersiapkan diri kearah suatu pekerjaan atau jabatan.

6) Mengembangkan keterampilan-keterampilan, konsep-konsep

(46)

terpuji. Remaja hendaknya memiliki cita-cita dan semangat untuk

mewujudkannya.

7) Menginginkan dan dapat berperilaku yang diperbolehkan masyarakat.

Mengikuti norma-norma dan tata krama yang berlaku di lingkumngan

tempat tinggalnya.

8) Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.

Mengingat kebanyakan pada masa ini remaja sudah mulai mengenal

teman lawan jenisnya menjadi teman denkat atau pacar.

9) Menyusun nilai-nilai kata hati yang sesuai dengan gambaran dunia,

yang diperoleh dari ilmu pengetahuan yang memadai.

Dari ciri-ciri dan tugas perkembangan yang ada diharapkan guru

pembimbing bisa menjadikannya acuan untuk melakukan layanan

bimbingan terhadap para siswa.

F. Bimbingan Belajar

Setiap anak memiliki motivasi yang berbeda-beda satu sama lain

dalam belajarnya. Perlu adanya bimbingan belajar agar siswa bisa mengatasi

masalah belajarnya sehingga menjadi semakin termotivasi. Bimbingan adalah

proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara

(47)

sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai

dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Tujuan bimbingan

belajar secara umum adalah membantu murid-murid agar mendapat

penyesuaian yang baik di dalam situasi belajar, sehingga setiap murid dapat

belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dan

mencapai perkembangan yang optimal.

Winkel (2006: 116) suatu bimbingan di bidang belajar akademik akan

memuat unsur-unsur sebagai berikut:

a. Orientasi kepada siswa dan mahasiswa baru tentang tujuan institusional,

isi kurikulum pengajaran, struktur organisasi sekolah, prosedur belajar

yang tepat, dan penyesuaian diri dengan corak pendidikan sekolah

bersangkutan.

b. Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat

selama mengikuti pelajaran di sekolah dan selama belajar di rumah,

secara individual atau secara kelompok.

c. Pengumpulan data tentang siswa mengenai kemampuan intelektual, bakat

khusus, arah, minat, serta cita-cita hidup.

d. Bantuan dalam hal mengatasi beraneka kesulitan belajar, seperti kurang

mampu menyusun dan mentaati jadwal belajar mereka di rumah, kurang

(48)

menguasai cara belajar yang tepat di berbagai bidang studi, menghadapi

keadaan di rumah yang mempersulit belajar secara rutin, dan lain

sebagainya.

e. Bantuan dalam hal membentuk berbagai kelompok belajar dan mengatur

seluruh kegiatan belajar kelompok, supaya berjalan efisien dan efektif.

Bimbingan belajar bisa dijadikan acuan untuk mengetahui seberapa besar

kesulitan yang siswa alami. Oleh karena itu guru BK perlu peka untuk

melihat tingkat motivasi siswa dalam belajar selama di sekolah agar

(49)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi uraian tentang metode penelitian, yaitu jenis penelitian, subjek

penelitian, alat pengumpulan data dan prosedur pengumpulan data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode survei.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh

informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan (Furchan, 2005:

447). Tujuan penelitian melalui metode survei adalah untuk mengetahui

gambaran motivasi belajar intrinsik para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3

Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014 dan memberi masukkan mengenai

implikasinya terhadap topik-topik bimbingan belajar guna meningkatkan

motivasi belajar intrinsik siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun

ajaran 2013/2014.

B. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah seluruh

siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014

(50)

Tabel 1 Rincian Jumlah Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Pelajaran 2013/ 2014

No Kelas Jumlah Siswa

1 VIII A 31

2 VIII B 31

3 VIII C 31

4 VIII D 31

Jumlah 124

C. Instrumen Penelitian

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner yang disusun oleh peneliti. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang

akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono,

2010: 199). Jenis kuesioner ini bentuknya tertutup. Kuesioner terdiri atas dua

bagian, yaitu 1) data siswa, kata pengantar dan petunjuk pengisian. 2)

Mengenai isi pernyataan kuesioner yang terdiri dari butir pernyataan positif

(favorable) dan butir pernyataan negatif (unfavorable).

(51)

Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif . Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam Skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari

pilihan yang tersedia. Biasanya disediakan empat pilihan skala dengan format

seperti: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS) dan Tidak Sesuai

(TS). Selain pilihan dengan lima skala seperti contoh di atas, kadang

digunakan juga skala dengan tujuh atau sembilan tingkat. Suatu studi

empiris menemukan bahwa beberapa karakteristik statistik hasil kuesioner

dengan berbagai jumlah pilihan tersebut ternyata sangat mirip.

Skoring yang dilakukan untuk jawaban tiap butir kuesioner yaitu:

Sangat Sesuai (SS) = 4 diberi skor, Sesuai (S) = 3 diberi skor, Kurang Sesuai

(KS) = 2 diberi skor dan Tidak Sesuai (TS) = 1 untuk pernyataan positif

(favorable).

Kuesioner motivasi belajar yang dipakai dalam penelitian ini, disusun

berdasarkan indikator-indikator dari variable yang akan diteliti. Item-item

kuesioner diambil berdasarkan pada aspek motivasi belajar intrinsik menurut

Woolfolk (2009) dan Maslow (1970, dalam Nurul 1984: 39) aspek-aspek

motivasi belajar intrinsik seperti kebutuhan, interes/ minat, keingintahuan ,

aspek pengetahuan, dan kepuasan. Angket ini merupakan angket mengenai

(52)

gambaran motivasi belajar siswa. Kisi- kisi kuesioner akan dijabarkan pada

kisi-kisi dari item-item motivasi belajar ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik

No Aspek Indikator Item

1. Kebutuhan 1. Mengetahui kebutuhan

yang diperlukan pada saat belajar

1,2,3,4,8,9 5,6,7 9

2. Interes/ minat 1. Keterlibatan dalam suatu

(53)

D. Prosedur Pengumpulan Data

1. Pengembangan instrumen

a. Telaah ahli (expert jugment)

Penelaah butir-butir pada instrumen dilakukan oleh dosen

pembimbing skripsi. Hasil yang diperoleh setelah ditelaah yaitu perlunya

dilakukan perbaikan pada butir-butir instrumen, agar setiap butir instrumen

menjadi kalimat yang efektif sehingga mudah dipahami.

1) Pengumpulan data

a) Tahap persiapan

(1) Menyusun kuesioner deskripsi motivasi belajar intrinsik,

pada penelitian ini disusun berdasarkan aspek-aspek

motivasi belajar intrinsik

(2) Mengindentifikasi aspek-aspek deskripsi motivasi belajar

intrinsik langkah berikutnya adalah merumuskan

indikator-indikator dari setiap ciri-ciri.

(3) Merumuskan pernyataan-pernyataan pada setiap indikator.

(4) Mengkonsultasikan dan uji validitas kuesioner kepada

dosen pembimbing.

(5) Meminta surat ijin untuk melakukan penelitian kepada

sekretariat Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata

(54)

(6) Meminta tanda tangan ke Wakil Dekan yang kemudian

ditanda tangani juga oleh ketua Jurusan.

(7) Menghubungi guru Bimbingan dan Konseling dan Kepala

Sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta untuk meminta ijin

melaksanakan penelitian dengan menyertakan surat ijin

penelitian beserta kuesioner Deskripsi Motivasi Belajar

Intrinsik.

b) Pelaksanaan.

Pengambilan data uji coba kuesioner dan data penelitian

uji coba kesioner dilakukan setelah mendapat persetujuan

mengenai waktu dan tanggal pelaksanaan dari Kepala Sekolah

SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. Pada penelitian ini, peneliti

mengambil data uji coba kuisioner sekaligus pengambilan data

untuk penelitian. Hal ini dilakukan dikarenakan penelitian ini

menggunakan uji coba terpakai. Uji coba dan pengambilan data

untuk penelitian dilaksanakan pada siswa kelas VIII SMP

BOPKRI 3 Yogyakarta. Jadwal pelaksanaan pengumpulan data

(55)

Tabel 3

Jadwal Pelaksanaan Pengumpulan Data SMP BOPKRI 3 Yogykarta

mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995). Setelah

diperoleh expert judgement, kuesioner diujicobakan. Furchan (2005) menuliskan bahwa validitas isi tidak dapat dinyatakan dengan angka

(56)

Keterangan:

rx = korelasi skor-skor total kuesioner dan total butir-butir N = jumlah subyek

X = skor sub total kuesioner Y = skor total butir-butir kuesioner

XY = hasil perkalian antara skor X dan skor Y

Penentuan validitas dilakukan dengan memberikan skor pada

setiap item dan mentabulasi data uji coba untuk melihat koefisien

korelasi validitas item. Agar perhitungan lebih mudah dan cepat,

peneliti juga menggunakan SPSS (Statistic Programme for Social Science) versi 14.0. Perhitungan menggunakan patokan 0,30. Azwar (2011: 86) mengatakan bahwa sebagai kriteria pemilihan item

berdasar korelasi item-total biasanya digunakan batasan 0,30. Semua

item yang mencapai koefisien korelasi ≥ 0,30 dianggap valid.

Sebaliknya item yang memiliki harga ≤ 0,30 dapat diinterpretasikan

sebagai item yang tidak valid. Menurut Azwar (2011: 86) apabila

jumlah item yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang

diinginkan, dapat dipertimbangkan untuk menurunkan sedikit batas

(57)

koefisien korelasi 0,25. Item yang memiliki daya beda kurang dari

0,25 menunjukan bahwa item tersebut memiliki validitas rendah

sehingga item tersebut dinyatakan gugur. Dari hasil perhitungan

komputasi dengan menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 14, diketahui bahwa dari 47 item yang diujicobakan, terdapat 6 item pernyataan yang gugur karena tidak

memenuhi syarat ≥ 0,25. Jadi jumlah item yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 41 item. Pengujian daya diskriminasi item ini

adalah dengan cara mengkorelasikan skor-skor item dengan skor-skor

skala, sehinggga menghasilkan koefisien korelasi item total melalaui

pendekatan analisis korelasi Alpha Cronbrach. Setelah uji coba, maka struktur kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik SMP Bopkri 3

(58)

Tabel 4

Kisi-kisi Kuesioner Motivasi Belajar Intrinsik:

No Aspek Indikator Item

Favorable

Item Unfavorable

Jumlah

1. Kebutuhan 1. Mengetahui kebutuhan

yang diperlukan pada saat belajar

1,2,3,4,8, 5,6,7 8

2. Interes/ minat 1. Keterlibatan dalam suatu

pelajaran.

(59)

Tabel 5

Hasil dari perhitungan item yang gugur adalah 6 item bisa dilihat pada

lampiran 1. Dari tiap-tiap item yang gugur berada di aspek yang berbeda-beda. Pada aspek pertama berada di aspek kebutuhan dimana ada satu item yang gugur

dan berada di nomor 9 isinya mengenai “saya belajar saat ada ulangan”. Aspek

kedua adalah aspek interes/ minat, dimana pada bagian ini tidak ada item yang

gugur. Aspek ketiga berada di nomor 23 isinya mengenai “saya merasa

tertantang untuk mengerjakan pelajaran yang sulit dipahami”. Aspek yang

keempat berada di nomor 34 isinya mengenai “saya meyukai pelajaran yang

menurut saya mudah”. Pada aspek yang kelima jumlah item yang gugur paling

banyak jumlahnya ada 3 item dan itu berada di nomor 43 isinya “saya senang

jika mendapatkan nilai pas-pasan pada mata pelajaran yang sulit”, nomor 45 isinya “saya senang setiap kali hasil ujian keluar” dan nomor 47 isinya “saya

kurang puas jika ada mata pelajaran yang belum saya mengerti”. Tiap item

(60)

SPSS 14. Pada item yang gugurnya paling banyak juga bisa mewakili aspeknya karena indikator yang terdapat pada aspek tersebut hanya satu.

b. Reliabilitas instrumen

Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai di mana suatu tes

mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukurannya. Tingkat

reliabilitas instrumen dapat diungkapkan dengan menggunakan

metode belah dua (split-half method). Secara teoretis besarnya koefisen reliabilitas berkisar 0 sampai 1,00. Koefisien reliabilitas

sebesar 1,00 berarti ada konsistensi yang sempurna pada alat ukur

yang bersangkutan Azwar (2009). Pengujian reliabilitas pada

instrumen deskripsi motivasi belajar intrinsik siswa kelas VII

dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja

kemudian data yang dperoleh dianalisis dengan validitas isi

menggunakan SPSS.

Reliabilitas ini mengukur sejauh mana pengukuran itu

dapat memberikan hasil yang relatif sama, selama aspek yang

diukur dalam diri subyek memang belum berubah, atau

sejauhmana hasil pengukuran dapat dipercaya. Kata kunci untuk

syarat kualifikasi suatu instrument pengukuran adalah konsistensi,

(61)

diungkapkan dengan koefisien alpha (α). Untuk menghitung

indeks reliabilitas kuesioner manfaat layanan bimbingan karier

digunakan SPSS (Statistic Programme for Social Science) versi 14.0.

Rumus koefisien alpha (α) adalah sebagai berikut :

Keterangan :

dan = Varians skor 1 dan varians skor belahan 2

= Varians skor skala

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 14. Data perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran .

Kesimpulan tersebut sesuai dengan kriteria yang dikemukakan oleh

Guilford ( dalam Masidjo, 1995: 209) seperti yang disajikan pada

tabel 6.

Tabel 6

Indeks Korelasi Reliabilitas Kriteria Guilford

Koefisen Korelasi Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat Tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup

0,21-0,40 Rendah

(62)

Berdasarkan kriteria Guildford dapat disimpulkan bahwa koefisien reliabilitas kuesioner tinggi dengan jumlah skor reliabilitasnya 0,741.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Penilaian Acuan Peneliti tipe 1 (Masidjo, 1985). PAP adalah suatu penilaian

yang membandingkan perolehan skor individu yang seharunya atau ideal

dengan prolehan skor yang dicapai oleh setiap individu.

Langkah-langkah teknik analisis data yang dlakukan adalah sebagai berikut:

1. Memeriksa hasil jawaban responden untuk diolah lebih lanjut.

2. Memeriksa setiap item skor sesuai dengan pilihan jawaban yang sudah

tersedia, yaitu Sangat Setuju (SS)= 4 diberi skor, Setuju (S)= 3 diberi

skor, Kurang Setuju (KS)= 2 diberi skor dan Tidak Setuju (TS)= 1 diberi

skor, hasil tersebut berlaku untuk pernyataan positif (favorable). Namun, untuk pernyataan unfavorable dalam pemberian skornya menjadi minus.

3. Membuat tabulasi data dan menghitung skor masing-masing item

kuesioner dan skor rata-rata subyek maupun rata-rata butir dengan

menggunakan komputer yang memiliki program Microsoft Office Excel.

4. Memeriksa validitas dan relibilitas kuesioner motivasi belajar intrinsik

(63)

belajar intrinsik siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakata tahun

pelajaran 2013/2014 berdasarkan setiap aspek menggunakan Sperman Brown dengan menggunakan komputer SPSS 14.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

scoring jawaban subjek, tabulasi data, menghitung total jawaban, menghitung

persentase, dan membuat peringkat berdasarkan hasil perhitungan.

Langkah-langkah teknik analisi data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Setiap item diberi skor sesuai dengan pilihan jawaban yang sudah

tersedia yaitu untuk item favorable; Sangat Setuju (SS) diberi skor 4, Setuju (S) diberi skor 3, Kurang Setuju (KK) diberi skor 2 dan Tidak

Setuju (TS) diberi skor 1. Sedangkan item unfavorable; Sangat Setuju (SS) diberi skor 1, Setuju (S) diberi skor 2, Kurang Setuju (KS) diberi

skor 3 dan Tidak Setuju (TS) diberi skor 4.

2. Membuat tabulasi data dan menghitung frakuensi setiap nilai berdasarkan

skor setiap item.

3. Menghitung jumlah skor dari masing-masing subjek. Skor yang

diperoleh tersebut dapat memberikan petunjuk bahwa item-item tertentu

ditemukan skor-skor rendah yang menjadi indikator adanya aspek-aspek

yang perlu diperhatiakan dalam peningkatan penyesuaian diri sekaligus

(64)

4. Menghitung presentase pada tiap frekuensi (banyaknya subjek) dengan

cara membagi banyaknya subjek pada tiap frekuensi dengan banyaknya

subjek seluruhnya (N) dikalikan 100.

5. Menentukan skor terendah setiap aspek, perhitungannya sebagai berikut :

Skor tertinggi dari setiap aspek adalah 5 x 115 responden = 575

Skor terendah dari setiap aspek adalah 1 x 115 responden = 115.

Aspek-aspek yang memperoleh skor terendah dapat dilihat pada tabel.

6. Menentukan peringkat masing-masing aspek nilai dan tingkat kualifikasi

berdasarkan PAP tipe I. Penelitian acuan patokan adalah suatu penilaian

yang memperbandingkan skor real dengan skor yang seharusnya dicapai

oleh mahasiswa (Masidjo, 1995). PAP tipe 1 menetapkan bahwa untuk

mendapatkan kualifikasi yang cukup tinggi, subjek minimal harus

mendapat skor 65% dari skor ideal/skor total. Kriteria PAP tipe 1 dapat

dilihat pada tabel 7.

Tabel 7

Penggolongan Kualifikasi Berdasarkan PAP Tipe I Kriteria Klasifikasi

90% - 100% Sangat Tinggi

80% - 89% Tinggi

65% - 79% Cukup

55% - 64 % Rendah

(65)

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

Bab ini berisi uraian tentang hasil penelitian, pembahasan dan usulan topik.Hasil

penelitian dilakukan di kelas VIII SMP BOPKRI 3Yogyakarta tahun ajaran

2013/2014. Pembahasan hasil penelitian motivasi belajar intrinsik siswa kelas VIII

SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014. Usulan topik yang akan

diberikan disesuaikan dengan kebutuhan dari kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta

tahun ajaran 2013/2014.

A. Hasil Penelitian

1. Motivasi Belajar Intrinsik

Deskripsi motivasi belajar intrinsik siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3

tahun ajaran 2013/2014 merupakan jawaban masalah penelitian. Pada saat

penelitian, peneliti membagikan koesioner sebanyak 115 lembar kepada siswa

kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. Peneliti menggunakan PAP tipe 1

dimana ada batas pada motivasi belajar intrinsik minimal yang dianggap dapat

(66)

Berdasarkan perolehan skor dari setiap subjek dan untuk memasukkan skor

subjek dalam motivasi belajar intrinsik siswa sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah

dan sangat rendah digunakan tabel PAP Tipe 1 pada tabel 8.

Tabel 8

PAP Tipe 1 dan Kualifikasi Deskripsi Motivasi Belajar Intrinsik Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Tahun Ajaran 2013/2014

Motivasi Belajar Intrinsik

Rentang skor

Frekuensi Kualifikasi Persentase

90% - 100% 102-115 24 Sangat Tinggi 20,87%

80% - 89% 88-101 49 Tinggi 42,61%

65% - 79% 74-87 35 Cukup 30,43%

55% - 64 % 59-73 7 Rendah 6,09%

Dibawah 55% 0-59 0 Sangat Rendah 0%

Total 115 100%

Adapun untuk mendapat gambaran yang lebih jelas mengenai hasil di atas,

Gambar

Gambar 1 Diagram batang Deskripsi Motivasi Belajar Intrinsik Siswa
Tabel 1 Rincian Jumlah Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 3
Tabel 2 Kisi-kisi Kuesioner  Motivasi Belajar Intrinsik
Tabel 3 Jadwal Pelaksanaan Pengumpulan Data SMP BOPKRI 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada aplikasinya sebagai pelat bipolar, grafit mampu memberikan konduktivitas listrik yang baik dan juga meningkatkan sifat mekanis dari komposit tersebut. Selain

Proses ini bertujuan untuk merubah data dalam format kertas ke format digital dengan melakukan proses scanning terhadap data yang dimiliki dengan menggunakan scanner

Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mencari dan membandingkan besar tegangan torsi, geser,dan lentur yang terjadi pada struktur balok

--- Menimbang, bahwa berdasarkan uraian-uraian Memori Banding yang diajukan oleh pihak Tergugat / Pembanding, telah dapat disimpulkan bahwa dengan sering terjadi

Menimbang, bahwa selanjutnya setelah memperhatikan dengan seksama Memori banding selebihnya yang diajukan oleh pihak Tergugat/Pembanding dan surat Kontra memori

Apabila dalam Pasal 2 ayat (4) undang-undang a quo haruslah ditafsirkan sebagai berikut, “Dirjen Pajak tidak lagi berwenang untuk meneruskan proses pengukuhan PKP

Merupakan pajak penghasilan dalam tahun berjalan yang dipungut oleh bendahara pemerintah baik pusat maupun swasta berkenaan dengan pembayaran atas penyerahan

Efek pertama yang akan kita mainkan adalah efek “Cut Out”, yang artinya teks tersebut tampak seolah-olah melesak ke dalam gambar latar belakang.. Teknik ini sangat gampang